Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI BIOKIMIA

OLEH :
NAMA : FADILA ALZAHRA. B
NIM : K011201158
KELOMPOK : 2 (DUA)

LABORATORIUM KIMIA BIOFISIK


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha


Esa karena atas karunia-Nya berupa iman dan kesehatan penulis bisa
menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul Penilaian Status Gizi
Biokimia dengan tepat pada waktunya. Tujuan penulisan laporan praktikum
ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Dasar
Kesehatan Masyarakat.
Penulis berharap laporan praktikum ini bermanfaat bagi semua yang
membacanya. Penulis juga menyadari ketidaksempurnaan laporan ini.
Oleh karena itu, penulis sangat menerima kritik dan saran untuk perbaikan
dimasa mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Makassar, Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... ii


DAFTAR ISI ....................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 7
A. Latar Belakang .......................................................................... 7
B. Rumusan Masalah .................................................................... 11
C. Tujuan Praktikum ...................................................................... 11
D. Manfaat Praktikum .................................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 13
A. Tinjauan Umum tentang Penentuan Status Gizi secara Biokimia
................................................................................................... 13
B. Tinjauan Umum tentang Glukosa .............................................. 14
C. Tinjauan Umum tentang Kolestrol ............................................. 16
D. Tinjauan Umum tentang HDL .................................................... 17
E. Tinjauan Umum tentang LDL ..................................................... 19
F. Tinjauan Umum tentang Trigliserida .......................................... 20
G. Tinjauan Umum tentang Zink .................................................... 22
H. Tinjauan Umum tentang Hemoglobin ........................................ 24
BAB III METODE PRAKTIKUM ......................................................... 26
A. Peserta Praktikum .................................................................... 26
B. Tempat dan Waktu Praktikum .................................................. 26
C. Alat dan Bahan ........................................................................ 26
D. Prosedur Kerja ......................................................................... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 30
A. Hasil Praktikum ........................................................................ 30
B. Pembahasan ............................................................................ 31
BAB V PENUTUP .............................................................................. 35
A. Kesimpulan .............................................................................. 35

iii
B. Saran ....................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 36
LAMPIRAN......................................................................................... 41

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Status Zink ........................................... 30

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Status Hemoglobin ............................... 31

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Spoit Tanpa Jarum 5 ml.............................................. 26

Gambar 3.2 Gelas Beker ................................................................ 26

Gambar 3.3 Larutan ZnSO4 0,1%................................................... 27

Gambar 3.4 Hemoglobinmeter ....................................................... 27

Gambar 3.5 Lancing devive/ Softclick ............................................ 27

Gambar 3.6 Microcuvet .................................................................. 28

Gambar 3.7 Kapas Alkohol 70% .................................................... 28

Gambar 3.8 Blood Lancet .............................................................. 28

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gizi mempunyai peran penting dalam tubuh manusia. Kata gizi
berasal dari bahasa Arab yakni “ghidza” (dibaca ghizi) yang artinya
adalah makanan yang menyehatkan. Sedangkan di bidang pendidikan
gizi disebut juga dengan istilah nutrition yang awalnya popular di Inggris
di abad ke-19 yaitu pada tahun 1982. Nutrition berasal dari kata to
nurture yang memiliki makna memberikan makan atau memberi gizi.
(Drummond,1994 dalam Sinaga, 2021). Tingkat kesehatan seseorang
dipengaruhi beberapa faktor di antaranya bebas dari penyakit atau
cacat, keadaan sosial ekonomi yang baik, keadaan lingkungan yang
baik, dan status gizi juga baik. Orang yang mempunyai status gizi baik
tidak mudah terkena penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit
degeneratif. Status gizi merupakan salah satu faktor penting dalam
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Namun pada masyarakat kita
masih ditemui berbagai penderita penyakit yang berhubungan dengan
kekurangan gizi.
Masalah gizi pada dasarnya merupakan refleksi konsumsi zat gizi yang
belum mencukupi kebutuhan tubuh. Seseorang akan mempunyai status
gizi baik, apabila asupan gizi sesuai dengan kebutuhan tubuhnya.
Asupan gizi yang kurang dalam makanan, dapat menyebabkan
kekurangan gizi, sebaliknya orang yang asupan gizinya berlebih akan
menderita gizi lebih. Jadi status gizi adalah gambaran individu sebagai
akibat dari asupan gizi sehari-hari. Status gizi dapat diketahui melalui
pengukuran beberapa parameter, kemudian hasil pengukuran tersebut
dibandingkan dengan standar atau rujukan. Peran penilaian status gizi
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya status gizi yang salah.
Penilaian status gizi menjadi penting karena dapat menyebabkan

vii
terjadinya kesakitan dan kematian terkait dengan status gizi. Oleh karena
itu dengan diketahuinya status gizi, dapat dilakukan upaya untuk
memperbaiki tingkat kesehatan pada masyarakat.
Penilaian biokimia merupakan salah satu metode dalam penilaian
status gizi yang bersifat langsung. Pada umumnya yang dinilai dalam
penilaian status gizi secara biokimia antara lain, yaitu: zat besi, vitamin,
protein, dan mineral. Contoh sampel berupa serum darah, urine, rambut
(untuk melihat Zn), serta feces. Plasma darah dapat menghasilkan
komponen darah yang didapatkan dari darah yang di-centrifuge menjadi
serum yang lebih sensitif dibanding plasma dan sel-sel darah.
Pemeriksaan biokimia dilakukan terutama untuk mendekteksi keadaan
defisiensi zat gizi sub-klinikal, artinya sudah mengalami kelainan
biokimia namun tanpa tanda-tanda atau gejala klinis, sehingga sering
digunakan untuk menggambarkan tahap awal dari suatu penyakit atau
kondisi, sebelum gejala terdeteksi oleh pemeriksaan klinis atau
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan biokimia digunakan untuk
menilai status gizi sehingga hasilnya memberikan gambaran lebih tepat,
objektif, dan hanya dilakukan orang yang terlatih. Hasil pemeriksaan
biokimia tersebut dibandingkan dengan standar normal yang telah
ditetapkan (Kemenkes RI, 2017).
Masalah gizi yang umumnya terjadi di negara berkembang salah
satunya di Indonesia yaitu kekurangan energi protein (KEP), masalah
anemia besi, masalah GAKI, masalah kekurangan vitamin A (KVA), dan
obesitas yang biasanya terjadi di kota – kota besar (Supariasa dkk,
2018). Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan zat gizi spesifik yang
bertujuan untuk menilai status gizi. Masalah gizi yang akan dinilai secara
laboratorium meliputi Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi
(AGB), Kurang Vitamin A (KVA), dan Gangguan Akibat Kekurangan
Iodium (GAKI). Sebelumnya, Indonesia mengalami masalah gizi ganda.
Namun masalah tersebut belum teratasi sudah muncul masalah baru
yaitu masalah gizi lebih. Tidak hanya permasalahan gizi makro, masalah

8
lain seperti gizi mikro juga terjadi dan memberikan dampak yang besar
bagi perkembangan dan kesehatan individu. Data WHO menunjukkan
total penduduk dunia yang mengalami anemia adalah 1,65 miliar orang
(WHO,2008) dan estimasi WHO tahun 2016 menunjukkan bahwa
anemia mempengaruhi 33 % wanita usia subur secara global (Mirani
dkk,2021).
Prevalensi anemia di Indonesia juga masih cukup tinggi. Data Riset
Kesehatan Dasar (2013) menunjukkan angka prevalensi anemia secara
nasional pada semua kelompok umur adalah 21,7%. Prevalensi anemia
pada perempuan relatif lebih tinggi (23,9%) dibanding laki-laki (18,4%).
Prevalensi anemia berdasarkan lokasi tempat tinggal menunjukkan
tinggal di pedesaan memiliki persentase lebih tinggi (22,8%)
dibandingkan tinggal di perkotaan (20,6%), sementara prevalensi
anemia pada perempuan usia 15 tahun atau lebih adalah sebesar
22,7%. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 proporsi remaja putri
berumur 10-19 tahun yang pernah memperoleh tablet tambah darah
yaitu sebanyak 22,9%. Proporsi remaja putri yang mengkonsumsi tablet
tambah darah ≥ 52 butir hanya 1,4%, sedangkan 98,6% hanya
mengkonsumsi tablet tambah darah < 52 butir. Pada provinsi Aceh
remaja putri berumur 10-19 tahun yang pernah memperoleh tablet
tambah darah hanya 12,8% dan yang mengkonsumsi tablet tambah
darah ≥ 52 butir yang diperoleh dari sekolah hanya 0,2%. Defisiensi zink
juga banyak terjadi di negara berkembang dan sampai saat ini masih
belum sepenuhnya tertatasi. Prevalensi defisiensi zink pada penduduk
dunia tahun 2016 adalah sebesar 17%. Balita yang mengalami
defisiensi zink di Indonesia tercatat sebesar 32% pada tahun 2006
(Muhammad dkk, 2018).
Dalam penilaian status gizi dengan cara pemeriksaan secara
biokimia sering memerlukan peralatan yang hanya ada di rumah sakit
atau puskemas, sehingga sulit terjangkau oleh penduduk yang tinggal
jauh dari sarana kesehatan. Namun kemudian dapat diupayakan oleh

9
anggota keluarganya atau kerabat untuk mengumpulkan urin dan feces;
atau darah oleh petugas kesehatan yang bertugas di daerah tersebut
untuk kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisis selanjutnya
oleh tenaga analis kesehatan. Umumnya pemeriksaan biokimia
digunakan untuk melengkapi metode lain dalam penilaian status gizi,
misalnya data penilaian konsumsi pangan, klinis dan antropometri telah
terkumpul tetapi dengan adanya data biokimia masalah gizi yang
spesifik agar dapat lebih mudah diidentifikasi.
Terdapat banyak faktor yang menimbulkan masalah gizi, konsep
yang dikembangkan oleh United Nation Children’s Fund (Unicef) tahun
1990, bahwa masalah gizi disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu
langsung dan tidak langsung. Faktor langsung yang menimbulkan
masalah gizi yaitu kurangnya asupan makanan dan penyakit yang
diderita. Seseorang yang asupan gizinya kurang akan mengakibatkan
rendahnya daya tahan tubuh yang dapat menyebabkan mudah sakit.
Sebaliknya pada orang sakit akan kehilangan gairah untuk makan,
akibatnya status gizi menjadi kurang. Jadi asupan gizi dan penyakit
mempunyai hubungan yang saling ketergantungan.
Kekurangan asupan makanan disebabkan oleh tidak tersedianya
pangan pada tingkat rumah tangga, sehingga tidak ada makanan yang
dapat dikonsumsi. Kekurangan asupan makanan juga disebabkan oleh
perilaku atau pola asuh orang tua pada anak yang kurang baik. Dalam
rumah tangga sebetulnya tersedia cukup makanan, tetapi distribusi
makanan tidak tepat atau pemanfaatan potensi dalam rumah tangga
tidak tepat, misalnya orang tua lebih mementingkan memakai perhiasan
dibandingkan untuk menyediakan makanan bergizi. Penyakit infeksi
disebabkan oleh kurangnya layanan kesehatan pada masyarakat dan
keadaan lingkungan yang tidak sehat. Tingginya penyakit juga
disebabkan oleh pola asuh yang kurang baik, misalnya anak dibiarkan
bermain pada tempat kotor.

10
Dari uraian yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa permasalahan
anemia di Indonesia masih memiliki angka prevalensi yang tinggi.
Disertai dengan tingginya angka balita yang mengalami kekurangan
zinc yang akan berdampak buruk kedepannya bagi balita tersebut.
Untuk menghindari resiko melahirkan berat bayi lahir rendah dan
stunting, maka penentuan status gizi secara biokimia dengan
melakukan uji hemoglobin serta uji zinc perlu dilakukan agar mendeteksi
kemungkinan terjadinya resiko anemia dan kekurangan zinc. Sehingga
upaya-upaya secara preventif dilakukan secepat mungkin.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat ditarik rumusan
masalah sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan penentuan status gizi secara
biokimia?
b. Apa yang dimaksud dengan glukosa?
c. Apa yang dimaksud dengan kolesterol?
d. Apa yang dimaksud dengan HDL?
e. Apa yang dimaksud dengan LDL?
f. Apa yang dimaksud dengan Trigliserida?
g. Bagaimana penentuan status gizi berdasarkan kadar zink (Zn)?
h. Bagaimana penentuan status gizi berdasarkan kadar hemoglobin
(Hb)?
C. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah:
a. Untuk mengetahui pengertian dari penentuan status gizi secara
biokimia.
b. Untuk mengetahui pengertian dari glukosa.
c. Untuk mengetahui pengertian dari kolesterol.
d. Untuk mengetahui pengertian dari HDL.
e. Untuk mengetahui pengertian dari LDL.
f. Untuk mengetahui pengertian dari Trigliserida.

11
g. Untuk mengetahui penentuan status gizi berdasarkan kadar zink
(Zn).
h. Untuk mengetahui penentuan status gizi berdasarkan kadar
hemoglobin (Hb).
D. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari kegiatan praktikum ini adalah:
a. Praktikan dapat mengetahui penentuan status gizi berdasarkan
kadar Glukosa.
b. Praktikan dapat mengetahui penentuan status gizi berdasarkan
kadar Kolesterol
c. Praktikan dapat mengetahui penentuan status gizi berdasarkan
kadar HDL.
d. Praktikan dapat mengetahui penentuan status gizi berdasarkan
kadar LDL.
e. Praktikan dapat mengetahui penentuan status gizi berdasarkan
kadar Trigliserida.
f. Praktikan dapat mengetahui penentuan status gizi berdasarkan
kadar Seng.
g. Praktikan dapat mengetahui penentuan status gizi berdasarkan
kadar Hemoglobin.

12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Penentuan Status Gizi secara Biokimia


Status gizi adalah suatu ukuran yang menggambarkan kondisi
tubuh seseorang, yang mana dilihat dari zat-zat makanan yang
dikonsumsi oleh tubuh. Status gizi dapat dibagi menjadi beberapa
kategori yaitu status gizi kurang, status gizi normal, dan status gizi lebih
(Irnani & Sinaga, 2017). Status gizi merupakan hasil dari keseimbangan
antara makanan yang masuk dalam tubuh dengan kebutuhan yang
diperlukan tubuh terhadap zat gizi dari zat makanan yang dikonsumsi
oleh tubuh seseorang. Seseorang yang tidak makan dengan cukup
dapat menyebabkan daya tahan tubuhnya menjadi lemah dan mudah
terserang penyakit sehingga dapat berpengaruh pada status gizi dari
orang tersebut. Seseorang yang sadar akan pentingnya kecukupan gizi
pasti memiliki status gizi yang baik daripada orang yang kurang paham
mengenai angka kecukupan gizi (Purwaningrum & Wardani, 2012).
Status gizi umumnya dipengaruhi oleh konsumsi pangan dan
aktivitas fisik dari seseorang. Faktor utama dalam pemenuhan
kebutuhan zat gizi di dalam tubuh adalah konsumsi pangan. Pemilihan
bahan pangan dan penetapan jumlah makanan yang dikonsumsi tubuh
tentunya akan mempengaruhi kadar gizi dalam tubuh. Zat gizi sendiri
berfungsi sebagai sumber energi bagi tubuh, menperbaiki jaringan yang
rusak dalam tubuh, mengatur metabolisme tubuh, serta berfungsi dalam
pertumbuhan dan perkembangan tubuh (Soraya, dkk, 2017).
Kondisi sosial ekonomi merupakan salah satu faktor yang berperan
penting dalam memepengaruhi status gizi seseorang. Bila kondisi sosial

13
ekonomi baik maka dapat dikatakan status gizi seseorang juga semakin
baik. Selain itu, status gizi juga berkaitan erat dengan kondisi pendidikan
orang tua, pekerjaan orang tua, jumlah anak yang di miliki orang tua,
pengetahuan dan pola asuh orang tua serta kondisi ekonomi orang tua
secara keseluruhan (Putri, Sulastri,& Lestari, 2015).
Penentuan status gizi dapat dilakukan secara langsung. Penilaian
secara langsung dibagi menjadi 4 yaitu penilaian antropometri, klinis,
biokimia, dan biofisik. Penilaian status gizi secara biokimia adalah
pemeriksaan spesimen pada berbagai jaringan dalam tubuh yang
nantinya akan diuji secara laboratorium (Departemen Gizi Kesmas FKM
UI, 2020). Biokimia merupakan uji yang dilakukan pada laboratorium
dalam pemeriksaan spesimen yang dilakukan pada jaringan tubuh
seperti darah, urine, dan jaringan lainnya yang terdapat pada hati dan
otot. Adapun pemeriksaan kadar hemoglobin dan zink merupakan
contoh dari penentuan status gizi secara biokimia. Penilaian status gizi
menggunakan kadar Hemoglobin dan Zink berkaitan erat dengan
kejadian anemia (Setyawan, 2015 dalam Efendi, 2018).
B. Tinjauan Umum tentang Glukosa
1. Definisi Glukosa
Glukosa adalah karbohidrat terpenting yang kebanyakan
diserap ke dalam aliran darah sebagai glukosa dan gula lain diubah
menjadi glukosa di hati. Glukosa merupakan bahan bakar utama
dalam jaringan tubuh serta berfungsi untuk menghasilkan energi. 9
Kadar glukosa darah sangat erat kaitannya dengan penyakit DM.
Peningkatan kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dL yang disertai
dengan gejala poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis DM (Amir, Wungouw, & Pangemanan 2015).
2. Jenis-jenis Pengukuran Glukosa
Pengukuran glukosa terbagi menjadi 2 pengukuran, yaitu
pengukuran Glukosa Darah Puasa (GDP) dan pengukuran Glukosa

15
Darah Sewaktu (GDS). Pengukuran glukosa darah puasa adalah
pengukuran kadar glukosa dalam darah dengan memperhatikan
keadaan orang tersebut dalam keadaan puasa. Jadi, sebelum
pengambilan darah orang tersebut harus berpuasa dengan tidak
makan. Sedangkan, pengukuran glukosa darah sewaktu adalah
pengukuran kadar glukosa dalam darah tanpa memperhatikan
keadaan orang tersebut dalam keadaan puasa atau tidak.
Pengukuran-pengukuran tersebut dilakukan agar dapat
dibandingkan hasil kadar glukosa dalam darah ketika puasa dan
tidak puasa (Rahmy, Triyanti, & Sartika, 2015).
3. Sumber Makanan Mengandung Glukosa
Sumber makanan yang mengandung glukosa umumnya berasal
dari karbohidrat. Contoh makanan yang mengandung karbohidrat
adalah nasi, roti, mie, dll. Untuk melihat dampak dari jumlah
karbohidrt yang dikonsumsi dengan peningkatan glukosa darah
digunakan beban glikemik. Beban glikemik akanmenunjukan
seberapa banyak (kuantitas) dan jenis (kualitas) karbohidrat yang
dikonsumsi sehingga dapat meningkatkan kadar glukosa darah
Beban glikemik bertujuan menilai dampak dari konsumsi karbohidrat
dengan memperhitungkan indeks glikemik bahan. Beban glikemik
dan karbohidrat pada bahan makanan berbanding lurus.Semakin
tinggi kandungan karbohidrat dalam bahan makanan tersebut maka
semakin tinggi juga beban glikemik pada makanan tersebut (Soviana
& Pawestri, 2020).
4. Dampak dan Akibat Kekurangan Glukosa
Kadar glukosa dalam tubuh harus seimbang. Glukosa darah di
dalam tubuh, secara berkesinambungan diatur kadarnya oleh sistem
hormonal untuk menjaga agar tidak terjadi suatu kondisi
ketidakseimbangan kadar glukosa dalam darah. Kondisi glukosa
darah yang berlebihan akan membuat tubuh mengirimkan sinyal
untuk penggunaan dan konversi glukosa ke bentuk lain seperti

16
pembentukan glikogen di otot dan hati. Sedangkan pada kondisi
kekurangan glukosa darah, tubuh akan merespon dengan
mengupayakan segala cara untuk meningkatkan kadar glukosa
dalam darah, baik dengan melakukan pemecahan glikogen di otot
atau hati, ataupun melakukan pembentukan glukosa dari senyawa
selain karbohidrat (Putra, Hidayat, & Thadeus, 2012).
C. Tinjauan Umum tentang Kolesterol
1. Definisi Kolesterol
Kolesterol adalah zat alamiah dengan sifat fisik berupa lemak
tetapi memiliki rumus steroida. Kolesterol merupakan bahan
pembangun esensial bagi tubuh untuk sintesis zat-zat penting
seperti membran sel dan bahan isolasi sekitar serat saraf, begitu
pula hormon kelamin, dan anak ginjal, vitamin D, serta asam
empedu. Namun, apabila dikonsumsi dalam jumlah berlebih dapat
menyebabkan peningkatan kolesterol dalam darah yang disebut
hiperkolesterolemia, bahkan dalam jangka waktu yang panjang bisa
menyebabkan kematian. Kadar kolesterol darah cenderung
meningkat pada orang-orang yang gemuk, kurang berolahraga, dan
perokok (Listiyana dkk, 2013).
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kolesterol
Peningkatan kadar kolesterol dipengaruhi dengan adanya
obesitas sentral, merokok dan kurangnya aktivitas olahraga.
Peningkatan kadar kolesterol darah total tidak hanya dipengaruhi
oleh obesitas sentral saja, namun juga dipengaruhi oleh pola makan
yang tinggi kolesterol yang setiap hari dikonsumsi juga bisa menjadi
faktor pendukung meningkatnya kadar kolesterol darah total karena
jika asupan kolesterol dikonsumsi secara berlebihan secara terus
menerus akan mengakibatkan penimbunan lemak tubuh yang bisa
menganggu sensitivitas insulin dalam tubuh jika tidak diimbangi
dengan aktivitas fisik dan olahraga yang teratur
3. Sumber Makanan yang Mengandung Kolesterol

17
Kolesterol secara normal diproduksi sendiri oleh tubuh dalam
jumlah yang tepat. Tetapi ia bisa meningkat jumlahnya karena
asupan makanan yang berasal dari lemak hewani seperti daging
ayam, usus ayam, telur ayam, burung dara, telur puyuh, daging
bebek, telur bebek, daging kambing, daging sapi, sosis daging,
babat, ampela, paru, hati, bakso sapi, gajih sapi, susu sapi, ikan air
tawar, kepiting, udang, kerang, belut, cumi-cumi
4. Dampak dan Akibat Kelebihan Kolesterol
Kolesterol tinggi menjadi faktor pemicu penyakit jantung koroner
karena kolesterol tinggi penyebab terjadinya sumbatan di pembuluh
arah perifer yang mengurangi suplai darah ke jantung. Kolesterol
tinggi juga dapat menjadi pemicu hipertensi dan stroke. Faktor lain
yang diduga terkait adalah merokok karena merokok dapat
menyebabkan vasokonstriksi otot jantung yang dapat mengurangi
kapasitas daya angkut oksigen ke seluruh tubuh (Soleha, 2012).
D. Tinjauan Umum tentang HDL
1. Definisi HDL
HDL kolesterol adalah lipoprotein yang mengandung banyak
protein dan sedikit lemak. HDL berperan dalam membalikan
transport kolesterol,yang memungkinkan organ hati untuk
membuang kelebihan kolesterol dalam jaringan perifer. HDL
memungut kolesterol ekstra dari sel-sel dan jaringan-jaringan untuk
kemudian dibawa ke hati, dan menggunakannya untuk membuat
cairan empedu atau mendaur ulangnya (Ridayani dkk, 2018). High
Density Lipoprotein (HDL) merupakan kolesterol darah yang
disintesis dan disekresi dari hati dan usus. Orang dengan Indeks
Massa Tubuh (IMT) normal memiliki kadar kolesterol HDL darah
antara 35- 45 g/dL.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kolesterol
Manurung (2003) dalam penelitiannya mengatakan adanya
aktifitas fisik atau olahraga dapat mempengaruhi peningkatan kadar

18
kolesterol HDL darah, sama halnya dengan penilitian yang dilakukan
oleh Raul (2009) dimana hasil penelitiannya tersebut mendapatkan
aktifitas memiliki hubungan bermakna terhadap penurunan kadar
kolesterol total dan peningkatan kadar kolesterol HDL darah.
Sehingga jika berkurangnya aktifitas fisik maka akan berpengaruh
terhadap penurunan kadar kolesterol HDL darah. Selain obesitas,
beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya faktor-faktor lain
seperti aktifitas fisik, dan konsumsi serat yang mempengaruhi tinggi
rendahnya kadar kolesterol HDL darah. Namun, meskipun terjadi
peningkatan berat badan, pada obesitas bisa terjadi peningkatan
kadar kolesterol HDL darah jika orang dengan peningkatan berat
badan tersebut mempunyai faktor-faktor lain yang meningkatkan
kadar kolesterol HDL darah itu sendiri.
Faktor lain yang mempengaruhi adanya peningkatan kadar
kolesterol HDL darah pada obesitas yaitu seperti apa yang telah
dikatakan oleh Jorgensen dkk, dimana dia melakukan penelitian
pada orang Inuit (Suku Eskimo) yang dengan IMT obes memiliki
kadar kolesterol HDL darah cenderung tinggi dikarenakan pola hidup
orang-orang tersebut mengkonsumsi tinggi daging ikan (pola
konsumsi Greenlandic). Kandungan PUFA (Poly Unsaturated Fatty
Acid) omega-3 dalam daging ikan tersebut akan mempengaruhi
aktifitas metabolik pada jaringan adiposa sehingga menyebabkan
peningkatan kadar koleserol HDL darah. Namun, meskipun terjadi
peningkatan berat badan, pada obesitas bisa terjadi peningkatan
kadar kolesterol HDL darah jika orang dengan peningkatan berat
badan tersebut mempunyai faktor-faktor lain yang meningkatkan
kadar kolesterol HDL darah itu sendiri (Gani, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Hallfrich dkk menemukan adanya
faktor lain yang menyebabkan peningkatan kadar kolesterol HDL
yaitu dengan mengkonsumsi vitamin C. Konsumsi vitamin C dengan
dosis optimal 345 mg/hari juga dapat meningkatkan kadar kolesterol

19
HDL darah jika kadar konsentrasi plasma vitamin C mencapai jumlah
tertinggi.
3. Dampak dan Akibat Kekurangan HDL
Kekurangan HDL dalam tubuh dapat menyebabkan penyakit
salah satunya adalah penyakit jantung koroner dan hal ini
disebabkan karena kelebihan kolesterol dalam pembuluh darah tidak
terangkut sempurna sehingga terjadi penyumbatan pembuluh darah
dan berakibat meningkatkan tekanan dalam pembuluh darah serta
menghambat pasokan oksigen ke jantung (Merry, 2010 dalam Abror
& Putri, 2021). Selain itu jika kadar HDL rendah dapat meningkatkan
kolesterol dan obesitas pada tubuh (Pertiwi dan Noer, 2014).
E. Tinjauan Umum tentang LDL
1. Definisi LDL
Low-density lipoprotein (LDL) atau kolsterol jahat dapat
menyebabkan akumulasi endapan lemak (plak) dalam arteri (proses
aterosklerosis) apabila terlalu banyak dalam darah, sehingga aliran
darah menyempit. Plak ini kadang-kadang bisa pecah dan
menimbulkan masalah besar untuk jantung dan pembuluh darah.
Untuk mengetahui kadar LDL kolesterol dalam darah, dilakukan
dengan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan LDL kolesterol
dapat dilakukan dengan menggunakan metode direk dan indirek.
Pengukuran kadar LDL kolesterol metode direk yaitu dengan
melakukan pengukuran langsung pada alat sedangkan pada metode
indirek dilakukan pengukuran melalui beberapa tahapan, yaitu
dengan melakukan pemeriksaan kadar kolesterol, trigliserida dan
HDL kolesterol terlebih dahulu. Kemudian dilakukan perhitungan
friedewald untuk mendapatkan hasil pemeriksaan LDL kolesterol.
Oleh karena itu pengukuran kadar LDL kolesterol metode indirek
dipengaruhi oleh kadar pemeriksaan lain yang dapat mempengaruhi
hasil pemeriksaan LDL kolesterol (Djasang ,2019).

20
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi LDL
Kebiasaan merokok ini merupakan salah satu faktor yang dapat
meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Asap rokok daapt
menigakatkan kadar LDL di dalam tubuh, dimana zat kimia yang
terkandung dalam rokok seperti nikotin dapat meningkatkan kadar
kolesterol jahat (LDL) dan menurunkan kaar kolesterol baik (HDL)
dalam tubuh. Pada orang-orang yang merokok, mereka akan
memiliki kadar HDL yang rendah, artinya pembentukan kolesterol
baik dalam tubuhnya yang berperan membawa lemak dari jaringan
ke hati menjadi terganggu. Selain itu, pada orang-orang yang
merokok akan ditemukan kadar LDL yang tinggi, artinya lemak dari
hati justru dibawa kembali ke jaringan tubuh sehingga tubuh menjadi
kelebihan lemak (Sanhia, Pangemanan, & Engka, 2015).
3. Dampak dan Akibat Kelebihan LDL
Peningkatan kadar LDL dalam darah dapat menyebabkan
Penyakit Jantung Koroner (PJK). PJK masih menjadi salah satu
penyakit yang mematikan saat ini, baik di negara maju ataupun
negara berkembang. Menurut data dari World Health Organization
(WHO), pada tahun 2008 sekitar 17,3 juta atau setara dengan 30%
kematian di seluruh dunia disebabkan oleh penyakit jantung dan
pembuluh darah. Dari angka kematian diatas diperkirakan 7,3 juta
disebabkan oleh PJK dan 6,2 juta disebabkan karena penyakit
stroke. Pada tahun 2030 diperkirakan angka kematian tersebut akan
meningkat menjadi 25 juta.
F. Tinjauan Umum tentang Trigliserida
1. Definisi Trigliserida
Trigliserida merupakan salah satu bentuk lemak darah yang
diserap oleh usus setelah mengalami hidrolisis. Normalnya kadar
trigliserida adalah 150-200 miligram per desiliter (Nurkhotimah,
2020). Trigliserida merupakan lemak netral yang berfungsi sebagai
zat energi. Ketika sel membutuhkan energi, enzim lipase dalam sel

21
lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak
serta melepasnya ke dalam pembuluh darah oleh sel-sel yang
membutuhkan, komponen-komponen tersebut kemudian dibakar
dan menghasilkan energi, karbondioksida (CO2), dan air (H2O)
(Mustikaningrum, 2010 dalam Parwati & Husada, 2018).
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Trigliserida
Faktor umum yang menyebabkan terjadinya kadar trigliserida
yang tinggi pada seseorang adalah obesitas dan diabetes yang tidak
dikendalikan. Kadar trigliserida tinggi terjadi ketika seseorang
banyak mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat atau
kadar gula yang tinggi. Risiko terkena penyakit jantung akan
meningkat seiring dengan tingginya kadar trigliserida seseorang.
Kadar trigliserida dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu usia, jenis
kelamin dan aktivitas fisik. Pada sebuah penelitian di Dinas
Kesehatan Sulawesi Selatan, tingkat aktivitas fisik pekerja kantoran
termasuk dalam kategori sedang dan rendah. Selain itu pekerja
kantoran yang memiliki status gizi lebih mempunyai pola makan yang
kurang baik dan aktivitas fisik yang rendah. Aktivitas fisik yang
kurang dan pola makan yang salah berisiko mengalami penumpukan
lemak serta trigliserida dalam tubuh. Kadar trigliserida dalam darah
juga dipengaruhi oleh asupan. Asupan lemak dan karbohidrat yang
berlebihan dapat meningkatkan kadar trigliserida dalam darah
(Watuseke, 2016).
3. Metabolisme Trigliserida
Jalur metabolisme trigliserida terbagi menjadi 2, yaitu jalur
eksogen dan jalur endogen Pada jalur eksogen, trigliserida yang
berasal dari makanan dalam usus dikemas sebagai kilomikron.
Kilomikron ini akan diangkut dalam darah melalui ductus totasikus.
Dalam jaringan lemak, trigliserida dan kilomikron mengalami
hidrolisis oleh liporotein lipase yang terdapat pada permukaan sel
endotel. Akibat hidrolisis ini maka akan terbentuk asam lemak dan

22
kilomikron remnan. Asam lemak bebas akan menembus endotel dan
masuk ke dalam jaringan lemak atau sel otot untuk diubah menjadi
trigliserida kembali atau dioksidasi. Sedangkan pada jalur endogen
trigliserida yang disintesis oleh hati diangkut secara endogen dalam
bentuk Very Low Density Lipoprotein (VLDL) kaya trigliserida dan
mengalami hidrolisis dalam sirkulasi oleh lipoprotein lipase yag juga
menghidrolisis kilomikron menjadi partikel lipoprotein yang lebih kecil
yaitu Intermediate Density Lipoprotein (IDL) dan Low Density
Lipoprotein (LDL). Low Density Lipoprotein merupakan lipoprotein
yang mengandung kolesterol paling banyak (60-70%) (Putri, 2015).
G. Tinjauan Umum tentang Zink
1. Definisi Zink
Zink (Zn) merupakan salah satu zat gizi mikro esensial yang
berperan penting dalam fungsi imunitas. Pada keadaan defisiensi
zink, sel-sel imun di dalam tubuh cenderung mengalami penurunan
dalam mempertahankan fungsi kekebalan (Sneij et al, 2016). Status
zink dalam tubuh dapat dinilai dengan mengukur kadar zink dalam
plasma dan salah satunya dipengaruhi oleh asupan zink baik dalam
bahan makanan maupun suplementasi. Kadar normal zink dalam
plasma adalah 0,66-1,10 μ g/mL. Asupan zink yang tidak memenuhi
kebutuhan mempunyai dampak negatif yang menyebabkan
terjadinya atropi pada timus, lymphopenia, dan selanjutnya dapat
terjadi kegagalan dalam melawan infeksi dalam bentuk mikroba atau
virus.
Zink berperan sebagai kofaktor untuk lebih dari 200 enzim yang
memiliki peran dalam metabolisme karbohidrat dan lemak, degradasi
maupun pembentukan protein, pembentukan asam nukleat, sintesis
heme, serta fungsi spesifik dalam sistem imun (Roohani et al., 2013).
Selain merupakan kofaktor dari ratusan enzim dan berperan dalam
metabolisme gizi, zinc juga memegang kendali pada aktivasi sel-sel
imunitas yang melawan masuknya infeksi (Watuseke, 2016).

23
2. Jenis-jenis Pengukuran Zink
Pengukuran zink yang dapat dilakukan dalam penentuan status
gizi dapat dilakukan dengan pengukuran konsentrasi serum/plasma
seng, konsentrasi seng pada eritrosit, leukosit dan netrofiul,
konsentrasi seng pada rambut.Konsentrasi seng serum juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor bukan gizi, antara lain infeksi akut atau
inflamasi, stress dan infark miokard serta penyakit kronik yang
berhubungan dengan hipoalbuminamia. Batas yang dipakai untuk
menyatakan seseorang defisiensi seng adalah apabila seng
serumnya di bawah 70 μg/dL (Yuniastuti, 2014).
3. Sumber Makanan Mengandung Zink
Sumber zink dapat diperoleh dari makanan dengan kandungan
zink yang tinggi, sedang dan rendah. Adapun makanan yang
mengandung zink tinggi sekitar 25-50 mg/kg adalah daging merah
tanpa lemak, sereal gandum, kacang-kacangan dan
polongpolongan. Makanan dengan kandungan zink sedang sekitar
10-25 mg/kg seperti ayam, daging dengan kandungan lemak tinggi,
untuk makanan dengan kandungan zink yang rendah. Makanan
nabati seperti serealia dan kacangkacangan mengandung fitat
dalam jumlah yang cukup tinggi. Fitat merupakan bentuk simpanan
fosfor pada serealia dan kacang-kacangan. Fitat dapat menghambat
absorbsi seng terutama ketika mengkonsumsi protein hewani dalam
jumlah yang sedikit. Fitat dapat berikatan dengan seng di saluran
pencernaan, ikatan tersebut tidak dapat diabsorbsi karena di dalam
saluran cerna tidak terdapat enzim fitase. Selain itu adanya asupan
zat gizi mikro dengan valensi 2 seperti besi dan kalsium,diduga dapat
menghambat penyerapan seng (Anggraheni & Pramono, 2015).
4. Dampak dan Akibat Kekurangan Zink
Jika seseorang mengalami kekurangan zink maka beresiko
mengalami gangguan pada pertumbuhan, kematangan seksual,
fungsi pencernaan, fungsi kekebalan tubuh, gangguan pada nafsu

24
makan dan penyembuhan luka yang melambat bahkan dapat
mengganggu sistem saraf pusat dan fungsi otak dalam keadaan
kekurangan zink kronis. Tubuh dikatakan mengalami kekurangan
zink jika kadar seng dalam plasenta ˂0,7 mg/L (Nugraheni,
dkk.,2021).
H. Tinjauan Umum tentang Hemoglobin (Hb)
1. Definisi Hemoglobin
Hemoglobin adalah protein berpigmen merah yang terdapat
dalam sel darah merah. Normalnya dalam darah pada laki-laki
15,5g/dl dan pada wanita 14.0 g/dl. Fungsi hemoglobin adalah
mengangkut oksigen dari paruparu dan dalam peredaran darah
untuk dibawah jaringan,selain itu juga membawa karbondioksida
membentuk karbonmonoksia membentuk ikatan karbon monoksi
hemoglobin (HbCO), juga berperan dalam keseimbangan pH darah
(Wahyuningsih & Astuti, 2015)
2. Sumber Makanan yang Mengandung Fe, Vitamin C, Asam Folat,
dan Vitamin B12
Sumber-sumber makanan yang mengandung Fe atau zat besi
terdapat pada jagung, telur, kangkung, bayam, daging sapi, ikan
segar, kentang, udang besar, kacang tanah, kacang hijau dan tempe
kacang kedelai murni, beras merah biskuit (Marmi, 2013 dalam
Marfuah dan Kusudaryati, 2016). Kemudian sumber vitamin C, kadar
vitamin C yang lebih tinggi adalah pada bagian kulitnya dibandingkan
bagian dagingnya dan bagian dari buah yang paling sedikit
mengandung vitamin C adalah bijinya (Putri dan Setyawati, 2015).
Asam folat dapat diperoleh dengan mengkonsumsi sayuran berdaun
hijau dan hati(Saptyasih, Widjajanti, & Nugraheni, 2016). Adapun
makanan yang mengandung Vitamin B12 yang baik bersumber dari
hati, daging, udang, dan kerang (Narima, 2016 dalam Nugroho dan
Sartika, 2018).

25
3. Dampak dan Akibat Kekurangan Hb
Kekurangan hemoglobin akan menyebabkan proses
metabolisme menurun dan fungsi sel tidak optimal sehingga daya
serap makanan kurang dan bisa menyebabkan penurunan nafsu
makan. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi
asupan makanan, polamakan.Kadar hemoglobin yang rendah dapat
disebabkan oleh efisiensi besi, defisiensi asam folat dan vitamin B12
atau karena penyakit kronis (Utama, Listiana, & Susanti, 2013).

26
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Peserta Praktikum
Peserta praktikum dalam praktikum Penilaian Status Gizi
Biokimia yang dilaksanakan di Laboratorium Kimia Biofisik Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin oleh Kelas D
kelompok 2 terdapat 10 orang yaitu: Fadila Alzahra Baimin, Nur
Safitri Azzahra Alim, Yulfani Tiku Padang, A. Faizah Nadia Batari
Mapatunru, Bertha Dwilia, Ardayanti Asmudin, A. Tenri Bunga
Muhtar, Chintia Seftiani, Sepdianti Lestari, dan Onestin Bintang
Paembonan.
B. Tempat dan Waktu Praktikum
Tempat : Laboratorium Terpadu Kimia Biofisik Fakultas
Kesehatan Masyarakat UniversitasHasanuddin
Waktu : Rabu, tanggal 18 Mei 2022, pukul 13.00-15.00 WITA.
C. Alat dan Bahan
1. Pemeriksaan Zink
a. Alat
Gambar 3.1 Gambar 3.2
Spoit tanpa jarum Gelas Beker

26
b. Bahan
Gambar 3.3
Larutan ZnSO4 0,1%

2. Pemeriksaan Hemoglobin
a. Alat
Gambar 3.4 Gambar 3.5
Hemoglobinmeter Lancing devive/ Softclick

27
b. Bahan
Gambar 3.6 Gambar 3.7
Microcuvet Alkoholpads

Gambar 3.8
Blood Lancet

D. Prosedur Kerja
1. Pemeriksaan Zink
Sebanyak 3-5 ml ZnSO4 0,1 % disemprotkan ke dalam mulut
responden dengan menggunakan alat suntik tanpa jarum. Cairan
dibiarkan dalam mulut selama 10 detik, sesudah itu dibuang dan
kepada responden ditanyakan tentang apa yang dirasakan.
2. Pemeriksaan Hemoglobin
 Siapkan peralatan yang akan digunakan

28
 Bersihkan jari yang akan diambil darahnya terlebih dahulu
dengan kapas yang mengandung alcohol 70%.
 Gunakan auto lancet untuk mengambil darah pada jari yang
telah diolesi alcohol 70%.
 Buang darah pertama yang menetes, selanjutnya tetesan
darah kedua diambil dengan menggunakan microcuvet
 Lakukan pemeriksaan pada alat Hemocue.

29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum
1. Tabel Hasil Pemeriksaan Status Zink
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, hasil
pemeriksaan Status Zink yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Hasil Pemeriksaan Status Zink
Kategori
No. Nama Ket.
Status Seng
1 Fadila Alzahra Baimin 2 Awalnya
tidak
merasakan
sesuatu,teta
pi dalam
beberapa
detik
merasakan
kering,kesat
atau manis
2 Yulvani Tikupadang 1 Tidak
merasakan
apa-apa
3 Nursafitri Azzahrah Alim 1 Tidak
merasakan
apa-apa
4 A. Faizah Nadia Batari 1 Tidak
Mappatunru merasakan
apa-apa
5 Bertha Dwilia 4 Normal

6 Ardayanti Asmudin 2 Awalnya


tidak
merasakan
sesuatu,teta
pi dalam
beberapa
detik
merasakan
kering,kesat
atau manis

30
7 A.Tenri Bunga Muhtar 1 Tidak
merasakan
apa-apa
8 Chintia Seftiani 1 Tidak
merasakan
apa-apa
9 Sepdianti Lestari 1 Tidak
merasakan
apa-apa
10 Onestin Bintang 3 Normal
Paembonan
Sumber: Data Primer, 2022
2. Tabel Hasil Pemeriksaan Hemoglobin
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, hasil
pemeriksaan Hemoglobin yang didapatkan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Hasil Pemeriksaan Hemoglobin
No Nama Nilai HB

1. Fadila Alzahra Baimin 13,8

2. Yulvani Tikupadang 12,7

3. Ardayanti Asmudin 12,8

4. A. Faizah Nadia Batari Mappatunru 12,7


Sumber: Data Primer, 2022
B. Pembahasan
1. Pemeriksaan Zink
Hasil pemeriksaan Zink pada tabel 4.1 diatas dapat disimpulkan
bahwa dari 10 praktikan 8 diantaranya mengalami defisiensi zink,
dan 2 praktikan tidak mengalami defisiensi zink. Kategori 1
menunjukkan tidak adanya rasa setelah berkumur dengan larutan
ZnSO4 (zink sulfat). Adapun yang termasuk dalam kategori 1 yaitu
Yulvani Tikupadang, Nursafitri Azzahrah Alim, A. Faizah Nadia Batari
Mappatunru, A.Tenri Bunga Muhtar, Chintia Seftiani, Sepdianti
Lestari. Pada kategori 2 awalnya tidak merasakan sesuatu,tetapi
dalam beberapa detik merasakan kering,kesat atau manis. Adapun
yang termasuk dalam kategori 2 yaitu Fadila Alzahra Baimin dan

31
Ardayanti Asmudin. Kemudian pada kategori 3 merasakan sesuatu
dengan pasti tetapi tidak sampai menyakitkan atau mengganggu,
rasa tersebut makin lama makin kuat. Adapun yang termasuk dalam
kategori 3 adalah Onestin Bintang Paembonan. Dan terakhir pada
kategori 4 timbul rasa yang kuat dan mengganggu sehingga
praktikan langsung meringis. Adapun yang termasul dalam kategori
ini adalah Bertha Dwilia.
Dari hasil pemeriksaan ini diketahui bahwa responden yang
termasuk dalam kategori defisiensi zink memiliki hubungan dengan
ketajaman rasa pada indera pengecap. Hal ini sesuai dengan teori
dimana Saliva Karbonat Anhidrase atau gustin merupakan protein
saliva pengikat seng yang pertama kali terlibat dalam pertumbuhan
dan pemeliharaan selera.
Zink adalah salah satu mikromineral esensial yang terpenting
setelah besi. Tubuh memerlukan mikromineral ≤ 100 mg setiap
harinya. Tubuh manusia diperkirakan mengandung 2-2,5 gram zink
yang tersebar di hati, pankreas, ginjal, otot dan tulang. Jaringan yang
kaya akan zink adalah bagian-bagian mata, kelenjar prostat,
sprematozoa, kulit, rambut dan kuku.
Defisiensi zink dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti :
Asupan yang tidak adekuat dan penyerapan yang terhambat. 2.
Kehilangan zink yang berlebihan yang disebabkan penyakit akut
seperti diare 3. Konsentrasi albumin dalam plasma, merupakan
penentu absorpsi zink karena sekitar 70 % zink yang beredar
berikatan dengan albumin. Zink dalam serum 70% berikatan dengan
albumin sehingga kondisi yang mengubah tingkat serum albumin
akan mempengaruhi konsentrasi zinc serum.
Untuk memenuhi kebutuhan zink dapat dilakukan dengan cara
mengonsumsi makanan dengan kandungan zink yang tinggi, sedang
dan rendah. Adapun makanan yang mengandung zink tinggi sekitar
25-50 mg/kg adalah daging merah tanpa lemak, sereal gandum,

32
kacang-kacangan dan polongpolongan. Makanan dengan
kandungan zink sedang sekitar 10-25 mg/kg seperti ayam, daging
dengan kandungan lemak tinggi, untuk makanan dengan kandungan
zink yang rendah <10 mg/kg seperti ikan, umbi-umbian sayur-
sayuran dan buah-buahan
2. Pemeriksaan Hemoglobin
Hasil pemeriksaan Hemogoblin pada tabel 4.2 diatas dapat
disimpulkan bahwa dari 4 sampel darah yang diperiksa pada A.
Faizah Nadia, Yulvani Tikupadang, Ardayanti Asmudin dan Fadila
Alzahra semuanya tergolong dalam kategori normal yaitu termasuk
dalam rentang 12-14 g/dl.
Anemia adalah sebagai suatu keadaan ketika kadar hemoglobin
(Hb) dalam darah kurang dari normal. Anemia sebagai suatu
keadaan rendahnya konsentrasi Hb berdasarkan nilai ambang batas
(referensi) yang disebabkan oleh rendahnya produksi sel darah
merah (eritrosit) dan Hb, meningkatnya kerusakan eritrosit
(hemolisis), atau kehilangan darah yang berlebihan. Anemia sering
terjadi pada remaja perempuan dibandingkan dengan remaja laki-
laki. Hal ini terjadi dikarenakan remaja putri kehilangan zat besi (Fe)
saat menstruasi sehingga membutuhkan lebih banyak asupan zat
besi (Fe). Selain itu Perilaku remaja putri yang mengkonsumsi
makanan nabati lebih banyak mengakibatkan asupan zat besi belum
mencukupi kebutuhan zat besi harian (Triwinarni dkk, 2017).
Ada tiga faktor yang dapat menimbulkan terjadinya anemia,
yaitu kehilangan darah karena pendarahan, terjadinya perusakan
sel-sel darah merah, dan produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi. Kondisi individu yang sehat dan bergizi baik mempunyai
persediaan atau simpanan zat besi yang cukup di dalam tubuh.
Namun, jika persediaan besi terus menurun dan keseimbangan zat
besi tubuh terganggu, hal itu dapat menyebabkan persediaan zat
besi tubuh berkurang. Berkurangnya persediaan besi menyebabkan

33
pembentukan hemoglobin terganggu. Akibatnya, kadar Hb terus
menurun sehingga terjadilah anemia.

34
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum penilaian status gizi yang dilakukan
secara biokimia dengan melakukan uji pemeriksaan zink dan
hemoglobin, maka dapat dizimpulkan bahwa :
1. Hasil pemeriksaan Zink yang dilakukan pada 10 praktikan dapat
disimpulkan bahwa dari 10 praktikan 8 diantaranya mengalami
defisiensi zink, dan 2 praktikan tidak mengalami defisiensi zink.
Artinya 80% dari praktikan mengalami defisiensi zink.
2. Hasil pemeriksaan hemoglobin pada 4 peserta praktikan
menunjukkan bahwa keempat praktikan tidak mengalami anemia
karena tidak memiliki hemoglobin dibawah rata-rata yaitu termasuk
dalam rentang 12-14 g/dl.
B. Saran
1. Laboratorium
Sebaiknya ruangan laboratorium dimasuki tidak lebih dari
dua kelompok agar ruangan bisa menjadi lebih kondusif dan
mahasiswa tidak berdesak-desakan dalam ruangan.
2. Asisten Laboratorium
a) Sebaiknya asisten lebih bisa memaksimalkan lagi dalam
membimbing dan membantu praktikan
b) Sebaiknya asisten tidak terlalu cepat dalam menjelaskan
materi agar praktikan bisa lebih memahami materi yang
disampaikan
3. Pekerja
Saran untuk praktikan yang mengalami defiseiensi gizi dan
anemia perlu meningkatkan asupan gizinya terutama zink
karena kadar hemoglobin yang rendah dapat menyebabkan
anemia.

35
DAFTAR PUSTAKA

Abror, Y. K., & Putri, D. A., 2021. Analisis Kadar Hdl pada Perokok Aktif
Usia 31-35 Tahun di Kelurahan Kemayoran Bangkalan. Nursing
Update: Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan P-ISSN: 2085-5931 e-ISSN:
2623-2871, 12(2) [Online] https://stikes-nhm.e-
journal.id/NU/article/view/331 [diakses pada 22 Mei 2022].
Amir, S. M., Wungouw, H., & Pangemanan, D., 2015. Kadar Glukosa Darah
Sewaktu pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Bahu
Kota Manado. Jurnal e-Biomedik, 3(1) [Online]
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/6505
[diakses pada 23 Mei 2022].
Anggraheni, N., & Pramono, A., 2015. Gambaran Kadar Serum seng (Zn)
dengan Z-Score TB/U pada Anak Usia 9-12 Tahun (Studi Penelitian
di SDI Taqwiyatul Wathon Semarang Utara). Journal Of Nutrition
College, 4(4), 557-561 [Online]
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jnc/article/view/10162
[diakses pada 22 Mei 2022].
Budiarti, A., Anik, S., & Wirani, N. P. G., 2021. Studi Fenomenologi
Penyebab Anemia Pada Remaja Di Surabaya. Jurnal Kesehatan
Mesencephalon, 6(2) [Online] https://www.ejournal.stikeskepanjen-
pemkabmalang.ac.id/index.php/mesencephalon/article/view/246
[diakses pada 24 Mei 2022].
Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM UI., 2020. Penilaian Status
Gizi. Bahan Ajar Mata Kuliah Ilmu Gizi [Online] hal 1-49.
Desi, W., 2018. Pengaruh Pemberian Tablet Zink dan Besi terhadap Kadar
Hemoglobin dan Feritin pada Ibu Hamil Anemia Defisiensi Besi
(Doctoral dissertation, Jurnal Kesehatan Andalas) [Online]
http://scholar.unand.ac.id/41827/ [diakses pada 23 Mei 2022].
Djasang, S., 2019. Analisis Hasil Pemeriksaan Kadar Low-Density
Lipoprotein (Ldl-Chol) Metode Direk dan Indirek. Jurnal Media Analis

36
Kesehatan, 8(2), 43-51 [Online] http://journal.poltekkes-
mks.ac.id/ojs2/index.php/mediaanalis/article/view/846 [diakses pada
23 Mei 2022].
Gani, H. B., 2013. Perbandingan Kadar Kolesterol High Density Lipoprotein
Darah pada Wanita Obes dan Non Obes. e-Biomedik, 1(2) [Online]
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/5473
[diakses pada 24 Mei 2022].
Gizi, D., 2012. Kesehatan Masyarakat FKM UI. Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hidayati, M. N., Perdani, R. R. W., & Karima, N., 2019. Peran zink terhadap
Pertumbuhan Anak. Jurnal Majority, 8(1), 168-171 [Online]
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/23
14 [diakses pada 23 Mei 2022].
Listiyana, A. D., Mardiana, M., & Prameswari, G. N., 2013. Obesitas Sentral
dan Kadar Kolesterol Darah Total. KEMAS: Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 9(1), 37-43 [Online]
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/2828
[diakses pada 23 Mei 2022].
Marina, M., Indriasari, R., & Jafar, N., 2015. Konsumsi Tanin dan Fitat
sebagai Determinan Penyebab Anemia pada Remaja Putri di SMA
Negeri 10 Makassar. Media Kesehatan Masyarakat
Indonesia, 11(1), 50-58 [Online]
https://journal.unhas.ac.id/index.php/mkmi/article/view/516 [diakses
pada 24 Mei 2022].
Melia, D., & Suryanto Asep, M., 2014. Penentuan Status Gizi Balita
Berbasis Android Menggunakan Metode Analitycal Hierarchy
Process (AHP). Jurnal, 3 [Online]
http://www.jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/JUITA/article/view/84
3 [diakses pada 24 Mei 2022].
Mirani, N., Syahida, A., & Khairurrozi, M., 2021. Prevalensi Anemia
Defisiensi Besi pada Remaja Putri di Kota Langsa. MPPKI (Media

37
Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia): The Indonesian Journal of
Health Promotion, 4(2), 132-137 [Online]
https://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/MPPKI/article/view/1486
[diakses pada 23 Mei 2022].
Muhammad, F., 2018. Pengaruh Pemberian Suplemen Zink Terhadap
Status Gizi Anak Sekolah Dasar. Jurnal Kesehatan Andalas 7(2),
285 - 290. [Online]
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/814 [diakses
pada 23 Mei 2022].
Nidianti, E., Nugraha, G., Aulia, I. A. N., Syadzila, S. K., Suciati, S. S., &
Utami, N. D., 2019. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin dengan Metode
POCT (Point of Care Testing) sebagai Deteksi Dini Penyakit Anemia
Bagi Masyarakat Desa Sumbersono, Mojokerto. Jurnal Surya
Masyarakat, 2(1), 29-34 [Online]
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JSM/article/download/4934/46
24 [diakses pada 22 Mei 2022].
Nugroho, M.R. & Sartika, R.A.D., 2018. Asupan Vitamin B12 terhadap
Anemia Megaloblastik pada Vegetarian di Vihara Meitriya Khirti
Palembang. Jurnal Kesehatan Komunitas [Online] 4(2), hal 40-45
[Online] https://jurnal.htp.ac.id/index.php/keskom/article/view/273
[diakses pad 24 Mei 2022].
Nugraheni, A., dkk., 2021. Profil Zat Gizi Mikro (Zat besi, Zink, Vitamin A)
dan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil. Jurnal Media Gizi Mikro
Indonesia [Online] 12(2), hal 119-130 [Online]
http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/mgmi/article/view/46
48 [diakses pad 22 Mei 2022].
Pertiwi, W.A., & Noer, E.R., 2014. Pengaruh Pemberian Jus Buah Naga
Merah (Hylocereus polyhizus) terhadap Kadar HDL Pria
Dislipidemia. Journal Of Nutrition College. 3(4), hal 762-769 [Online]
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jnc/article/view/6878 [diakses
pada 23 Mei 2022].

38
Putri, R.F., Sulastri, D., & Lestari, Y., 2015. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Nanggalo Padang. Jurnal Kesehatan Andalas [Online]
4(1), hal 254-261 [Online]
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/231 [diakses
pada 23 Mei 2022].
Pratama, R. M. K., 2021. Perbedaan Kadar Zink ASI pada Ibu Postpartum
dengan Anemia dan Tidak Anemia. Jurnal Kesehatan Terpadu
(Integrated Health Journal), 12(2), 62-68 [Online}
https://www.jurnalpoltekkesmaluku.com/index.php/JKT/article/downl
oad/151/73 [diakses pada 22 Mei 2022].
Restuti, A. N., & Susindra, Y., 2016. Hubungan antara asupan zat gizi dan
status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri. Jurnal Ilmiah
Inovasi, 16(3) [Online]
https://publikasi.polije.ac.id/index.php/jii/article/view/305 [diakses
pada 22 Mei 2022].
Ridayani, N., Fa'al Santri, N., & Naim, R., 2018. Gambaran Hasil
Pemeriksaan Kadar High Density Lipoprotein (HDL) dan Low Density
Lipoprotein (LDL) pada Penderita Obesitas di Rumah Sakit Umum
Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa. Jurnal Media Laboran, 8(1),
15-20 [Online] https://uit.e-journal.id/MedLAb/article/view/382
[diakses pada 23 Mei 2022].
Sanhia, A. M., Pangemanan, D. H., & Engka, J. N., 2015. Gambaran Kadar
Kolesterol Low Density Lipoprotein (Ldl) pada Masyarakat Perokok
di Pesisir Pantai. eBiomedik, 3(1) [Online]
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/742
[diakses pada 23 Mei 2022].
Soleha, M., 2012. Kadar Kolesterol Tinggi dan Faktor-Faktor yang
Berpengaruh terhadap Kadar Kolesterol Darah. Jurnal Biotek
Medisiana Indonesia, 1(2), 85-92. [Online]

39
http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/jbmi/article/view/153
1 [diakses pada 22 Mei 2022].
Supariasa, I. D., 2018. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Titus, P., dkk., 2017. Penilaian Status Gizi. Jakarta Selatan: Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia. [Online]
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/11/PENILAIAN-STATUS-GIZI-FINAL-
SC.pdf/E-books [diakses pada 18 Mei 2022].
Utama, T.A., Listiana, N., & Susanti, D., 2013. Perbandingan Zat Besi
dengan dan tanpa Vitamin C terhadap Kadar Hemoglobin Wanita
Usia Subur. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional [Online] 7(8), hal
344-348 [Online] http://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/19
[diakses pada 24 Mei 2022].
Wahyuningsih, A., & Astuti, S. P., 2015. Hubungan Kadar Hemoglobin
dengan Keteraturan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Prodi D III
Kebidanan Tingkat III Stikes Muhammadiyah Klaten. INVOLUSI
Jurnal Ilmu Kebidanan, 2(3). [Online]
http://jurnal.stikesmukla.ac.id/index.php/involusi/article/view/28
[diakses pada 22 Mei 2022].
Watuseke, A. E., Polii, H., & Wowor, P. M., 2016. Gambaran kadar lipid
trigliserida pada pasien usia produktif di Puskesmas Bahu
Kecamatan Malalayang Kota Manado periode November 2014–
Desember 2014. Jurnal eBiomedik, 4(2) [Online]
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/1391
[diakses pada 24 Mei 2022].
Yuniastuti, A. 2014. Probiotik : Dalam Perspektif Kesehatan. Semarang :
Unnes Press. [Online].

40
LAMPIRAN

A. Hasil Pemeriksaan
1. Hasil Pemeriksaan Zink

2. Hasil Pemeriksaan Hemoglobin


B. Foto Tahapan Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Zink (Zn)

2. Pemeriksaan Hemoglobin

Anda mungkin juga menyukai