Anda di halaman 1dari 43

Laporan Praktikum ke-3 Tanggal Mulai : 11, Oktober 2023

MK.Penilaian Status Gizi Tanggal Selesai : 24, Oktober 2023

LAPORAN PRAKTIKUM
MK. PENILAIAN STATUS GIZI
“PENGUKURAN BIOKIMIA DAN FISIK KLINIS”

Kelompok III C :
Alyaa Maharani 5223240044
Annisa Putri Aprilliani 5223240001
Christian Pasaribu 5223540017
Laura Aprita Simalango 5223540027
Nadia Marsanda 5223240023
Nadila Simatupang 5222540005
Rachel Aprilia Saragih 5223240012
Rahma Aulia S 5221240012
Ruth Rodinovita N 5223240037

Dosen Pengampu :
Erni Rukmana, S.Gz, M.Si
Nila Reswari Haryana, S.Gz, M.Si
Risti Rosmiati, S.Gz, M.Si

PROGRAM STUDI GIZI


JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah


memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan praktikum yang bertemakan “Pengukuran Biokimia Fisik Klinis” ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Penilaian Status Gizi. Selain itu, laporan ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan mengenai pengukuran biokimia fisik
klinis (meliputi glukosa darah, asam urat, kolestrol, HB- hemocue, HB- accu
check, tekanan darah, nadi, dan kondisi anemia).

Terlebih dahulu, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nila


Reswari Haryana selaku dosen mata kuliah Penilaian Status Gizi yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
dapat Kami sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya sehingga sehingga
Kami dapat menyelesaikan tugas ini. Kemudian, penyusun menyadari bahwa
laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dibutuhkan demi kesempurnaan laporan ini.

Medan, 11 Oktober 2023

Kelompok 03

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I ....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Waktu dan Tempat ................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II ...................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN........................................................................................................ 3
2.1 Data Hasil Pengamatan ............................................................................ 3
2.1.1 Data ................................................................................................... 3
2.2 Pembahasan .............................................................................................. 4
2.2.1 Glukosa darah.................................................................................... 4
2.2.2 Asam urat .......................................................................................... 8
2.2.3 Kolestrol .......................................................................................... 11
2.2.4 Hemoglobin ..................................................................................... 15
2.2.5 Tekanan darah ................................................................................. 20
2.2.6 Nadi ................................................................................................. 25
2.2.7 Anemia. ........................................................................................... 28
BAB III................................................................................................................... 34
KESIMPULAN ....................................................................................................... 34
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 34
3.13 Saran ................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 36
LAMPIRAN .......................................................................................................... 38

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk
menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-
perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidak cukupan zat
gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial
tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-
organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Metode ini digunakan untuk survey klinis secara cepat (rapid clinical
surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-
tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.
Disamping itu pula digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi
seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan
gejala (symptom) atau riwayat penyakit. Sedangkan Penilaian status
gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan. Jaringan
tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa
jaringan tubuh seperti hati dan otot. Penentuan status gizi secara
biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat
kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan
struktur dari jaringan. Metode ini digunakan dalam situasi tertentu
seperti kejadian buta senja epidmik. (epidemic of night blindness). Cara
yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

Penilaian status gizi metode biokimia memang tergolong sulit


karena harus menggunakan uji laboratorium untuk meneliti kadar zat
dalam urin, darah, maupun feses sebagai indikasi keadaan gizi. Namun
hal ini juga baik dilakukan secara berkala untuk memastikan apakah
tubuh kita benar-benar prima dan tidak kekurangan/kelebihan zat gizi
tertentu (spesifik). Contohnya adalah pemeriksaan kadar hemoglobin

1
dalam darah pada remaja putri, hal ini sangat disarankan mengingat
remaja putri adalah subjek yang cukup rawan anemia (kemungkinan
kekurangan zat besi dan asam folat). Contoh lainnya adalah pentingnya
pemantauan gula darah pada orang bertubuh gemuk (obesitas) untuk
mencegah agar tidak sampai terkena diabetes. Sering kali kita
mengabaikan tanda dan gejala yang seharusnya tidak terjadi dalam
tubuh kita, namun hal ini juga penting diperhatikan sebagai
pemantauan status gizi dari aspek gejala klinis. Contohnya adalah
gangguan adaptasi pengelihatan dari tempat gelap ke tempat terang,
sebagian besar orang beranggapan bahwa hal itu biasa terjadi jika dari
tempat gelap ke tempat terang maka pandangan akan sedikit kunang-
kunang dalam beberapa saat. Padahal hal tersebut bisa jadi tanda gejala
kekurangan vitamin A. Contoh sederhana lainnya adalah warna kuku,
warna bibir dan lidah, serta masih banyak lagi kondisi tubuh kita yang
perlu kita perhatikan – mungkin mengindikasikan kekurangan
zat gizi tertentu.

1.2 Waktu dan Tempat


Waktu : Jum’at, 29 September 2023
Pukul : 11.00 s/d Selesai
Tempat : Laboratorium Gizi gedung 11 lantai 1, jurusan
pendidikan kesejahteraan keluarga, fakultas teknik,
Universitas Negeri Medan

1.3 Tujuan
Mahasiswa/siswi mampu menguasai konsep teoritis dan
mampu melakukan pengukuran Biokimia dan Fisik Klinis, menambah
wawasan mengenai pengukuran biokimia fisik klinis meliputi glukosa
darah, asam urat, kolestrol, HB- hemocue, HB- accu check, tekanan
darah, nadi, dan kondisi anemia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Hasil Pengamatan


2.1.1 Data

Nama Nama Hasil


Pos Variabel Satuan
Responden Pengukur Pengukuran
1. Laura Aprita Rahma Aulia Glukosa
Mg/dl 93
Simalango Darah
2. Nadia Marsanda Nadila
Asam Urat Mg/dl 5,7
Simatupang
Rachel Aprilia Ruth
Asam Urat Mg/dl 13,9
Saragih Rodinovita
Alyaa Maharani Annisa Putri
Kolesterol Mg/dl 249
3. Aprilliani

Nadila Nadia
Kolesterol Mg/dl 152
Simatupang Marsanda
4. Christian Laura Aprita Hb
g/dl 14,4
Pasaribu Simalango (Hemocue)

5. Ruth Rodinovita Rachel Hb mnHg 9,6


Aprilia (accucheck)
Annisa Putri Alyaa Tekanan
menit 87/57
Aprilliani Maharani Darah
Nadi
normal 22x4= 88
(manual)
Kondisi
normal
6. Rahma Aulia Christian anemia
Pasaribu Mata normal Tidak pucat
Kuku normal Tidak pucat
Tangan normal Tidak pucat

3
2.2 Pembahasan
2.2.1 Glukosa darah
Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk
dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan
otot rangka (Joyce, 2007). Energi untuk sebagian besar fungsi sel dan
jaringan berasal dari glukosa. Pembentukan energi alternatif juga dapat
berasal dari metabolisme asam lemak, tetapi jalur ini kurang efisien
dibandingkan dengan pembakaran langsung glukosa, dan proses ini juga
menghasilkan metabolit-metabolit asam yang berbahaya apabila dibiarkan
menumpuk, sehingga kadar glukosa di dalam darah dikendalikan oleh
beberapa mekanisme homeostatik yang dalam keadaan sehat dapat
mempertahankan kadar dalam rentang 70 sampai 110 mg/dl dalam keadaan
puasa. (Ronald, 2004).

Setelah pencernaan makanan yang mengandung banyak glukosa,


secara normal kadar glukosa darah akan meningkat, namun tidak melebihi
200 mg/dl. Banyak hormon ikut serta dalam mempertahankan kadar glukosa
darah yang adekuat baik dalam keadaan normal maupun sebagai respon
terhadap stres. Penyimpangan yang berlebihan dari normal, baik terlalu
tinggi atau terlalu rendah, menandakan terjadinya gangguan homeostatis
dan sudah semestinya mendorong tenaga analis kesehatan melakukan
pemeriksaan untuk mencari etiologinya (Ronald, 2004).

❖ Macam – macam hasil pemeriksaan glukosa darah


a) Glukosa darah sewaktu (GDS)
Gula Darah Sewaktu adalah jenis pemeriksan gula darah kapan pun
tanpa memerhatikan waktu maupun kondisi seseorang. Pemeriksaan gula
darah yang dilakukan setiap waktu sepanjang hari tanpa memperhatikan
makanan terakhir yang dimakan dan kondisi tubuh orang tersebut.
(Depkes RI, 1999). Biasanya jika normal, makan akan ditemukan angka
gula darah yang ada di dalam batas normal dan angkanya dapat berubah
sesuai dengan jenis makanan dan aktivitas sebelum melakukan tes.

4
b) Glukosa darah puasa (GDP)
Pemeriksaan glukosa darah puasa adalah pemeriksaan glukosa yang
dilakukan setelah pasien berpuasa selama 8-10 jam. Pasien akan disuruh
puasa selama 8 jam penuh tanpa makan kecuali minum air putih, setelah
itu tenaga kesehatan akan memeriksa glukosa darah pasien. Pemeriksaan
ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar insulin dalam
menyeimbangkan glukosa darah.

c) Glukosa darah 2 jam setelah makan (GD2PP)


Pemeriksaan glukosa 2 jam setelah makan adalah pemeriksaan yang
dilakukan 2 jam dihitung setelah pasien menyelesaikan makan. (Depkes RI,
1999). Pasien akan disuruh makan seperti biasanya, 2 jam setelahnya akan
diperiksa glukosa darahnya. Pada umumnya setelah makan pasien akan
mengalami kenaikan gula darah dan akan berangsur normal kira - kira dua
jam setelahnya.

❖ Hasil Pengukuran Responden

Nama Hasil Pengukuran


Nama Responden Variabel
Pengukur (Mg/dl)
Laura Aprita Glukosa
Rahma Aulia 93
Simalango Darah

Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan, diketahui bahwa glukosa


dalam darah Laura Aprita Simalango masuk dalam kategori normal yaitu
93 mg/dl. Laura mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat, karena
makanan dan minuman yang dikonsumsi sangat menentukan naik

5
turunnya gula darah. Makanan Penurun Gula Darah: Kacang-kacangan,
Sayuran Berdaun Hijau, Ceri, Tomat, Makanan Tinggi Protein, Jagung,
Gandum Utuh, Ubi Jalar, Alpukat.

Saran Enumurator: Pada saat melakukan pengukuran, enumerator tidak


memastikan saya dalam kondisi rileks atau tidak. Seharusnya enumerator
memastikan kondisi saya dan menyuruh saya agar rileks dan tidak
tenggang dalam melakukan pengukuran.

❖ Faktor – Faktor yang memengaruhi peningkatan kadar glukosa darah


a) Usia
Pada umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara
drastis menurun dengan cepat setelah usia 45 tahun. Sehingga pada usia
50 tahun peningkatan risiko tingginya kadar gula darah akan meningkat.
Hal ini disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan
intolenransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya
kemampuan sel β pancreas dalam memproduksi insulin (Sunjaya, 2009).

b) Stress
Stres fisik maupun neurogenik akan merangsang pelepasan ACTH
(adrenocorticotropic hormone) dari kelenjar hipofisis anterior.
Selanjutnya, ACTH akan merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan
hormon adrenokortikoid, yaitu kortisol. Hormon kortisol ini kemudian
akan menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah (Guyton,
2008). Hormon ini meningkatkan katabolisme asam amino di hati dan
merangsang enzim-enzim kunci pada proses glukoneogenesis. Akibatnya,
proses glukoneogenesis meningkat (Murray, 2009).

c) Riwayat keturunan
Tingginya kadar glukosa darah kebanyakan adalah penyakit
keturunan tetapi bukan penyakit menular. Meskipun demikian bukan
berarti penyakit tersebut pasti menurun kepada anak, walaupun kedua
orang tuanya memiliki kadar glukosa darah yang tinggi. Apabila
dibandingkan dengan kedua orangtuanya yang normal, yang jelas orang

6
tua dengan kadar glukosa tinggi lebih cenderung mempunyai anak yang
menderita penyakit DM karena peningkatan kadar glukosa. (Septian,
2010).

d) Aktifitas fisik
Ketika aktivitas tubuh tinggi, penggunaan glukosa oleh otot akan ikut
meningkat. Sintesis glukosa endogen akan ditingkatkan untuk menjaga
agar kadar glukosa dalam darah tetap seimbang. Pada keadaan normal,
keadaan homeostasis ini dapat dicapai oleh berbagai mekanisme dari
sistem hormonal, saraf, dan regulasi glukosa (Kronenberg, 2008). Ketika
tubuh tidak dapat mengkompensasi kebutuhan glukosa yang tinggi akibat
aktivitas fisik yang berlebihan, maka kadar glukosa tubuh akan menjadi
terlalu rendah atau hipoglikemi. Sebaliknya, jika kadar glukosa darah
melebihi kemampuan tubuh untuk menyimpannya disertai dengan
aktivitas fisik yang kurang, maka kadar glukosa darah menjadi lebih tinggi
dari normal atau hiperglikemi (ADA, 2015)

e) Tingkat Konsumsi Karbohidrat


Terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung
karbohidrat terutama karbohidrat sederhana dapat meningkatkan kadar
glukosa dalam darah. Hal ini dikarenakan karbohidrat sederhana memiliki
satu atau dua molekul gula. Karena jumlah molekul yang sedikit, maka
akan mempermudah sekaligus mempercepat tubuh untuk mencerna jenis
karbohidrat tersebut yang memberikan pengaruh pada peningkatan
glukosa pada tubuh. Kebanyakan karbohidrat dalam makanan akan
diserap ke dalam aliran darah dalam bentuk monosakarida glukosa. Jenis
gula lain akan diubah oleh hati menjadi glukosa

❖ Langkah-langkah pelaksanaan pemeriksaan gula darah sewaktu dengan


glukometer, yaitu:
1. Mencuci tangan hingga bersih dan mengenakan sarung tangan medis

7
2. Menyalakan alat glukometer dan memasukkan strip pengujian ke dalamnya
3. Memasang jarum steril ke dalam alat penusuk bernama lancet pen
4. Memilih jari yang hendak ditusuk
5. Membersihkan ujung jari dengan kapas beralkohol dan membiarkannya
beberapa saat
6. Memijat-mijat jari pasien agar darah terkumpul di ujung jari, lalu menusuk
jari pasien dengan lancet pen
7. Meneteskan darah yang keluar dari jari ke strip yang terpasang pada
glukometer
8. Menekan jari yg ditusuk dengan kapas beralkohol agar perdarahan dapat
berhenti
9. Hasil analisis glukosa akan keluar di alat glukometer dalam waktu beberapa
detik

2.2.2 Asam urat


Asam urat adalah senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses
katabolisme purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam
deoksiribonukleat DNA). Asam urat sebagian besar dieksresi melalui ginjal
dan hanya sebagian kecil melalui saluran cerna. Ketika kadar asam urat
meningkat, disebut hiperuresemia, penderita akan mengalami pirai (gout).
Penyakit pirai atau penyakit gout (arthritis gout) adalah penyakit sendi yang
disebabkan oleh tingginya asam urat di dalam darah. Kadar asam urat yang
tinggi di dalam darah melebihi batas normal menyebabkan penumpukan
asam urat di dalam persendian dan organ tubuh lainnya. Penumpukan asam
urat inilah yang membuat sendi sakit, nyeri, dan meradang (Sutanto, 2013).

Menurut Sustrani et al (2008) faktor–faktor yang mempengaruhi


kadar asam urat dalam darah adalah faktor keturunan, jenis kelamin,
konsumsi pangan yang kaya akan purin, konsumsi alkohol yang berlebihan,
obesitas, gangguan ginjal yang mengakibatkan terhambatnya pembuangan
purin, penggunaan obat tertentu yang dapat meningkatkan kadar asam urat.
Asupan purin merupakan faktor utama yang berhubungan dengan
kadar asam urat darah. Dimana, semakin tinggi pemasukan zat purin, maka

8
asam urat juga semakin meningkat (Utami, 2010). Nilai normal kadar asam
urat, antara lain :
1. Dewasa : laki-laki: 4,0 – 8,5 mg/dl
wanita : 2,7 – 7,3 mg/dl
2. Manula : sedikit lebih tinggi
3. Anak-anak : 2,5 – 5,5 mg/dl
4. Bayi : 2,62 mg/L
Nilai kritis dalam darah : >12 mg/dl.

❖ Hasil Pengukuran Responden

Nama Hasil Pengukuran


Nama Responden Variabel
Pengukur (Mg/dl)
Nadila
Nadia Marsanda Asam Urat 5,7
Simatupang

Rachel Aprilia Ruth


Asam Urat 13,9
Saragih Rodinovita

Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2023,
diketahui bahwa kadar asam urat Nadia Marsanda masuk dalam kategori
normal yaitu 5,7 mg/dl dimana kadar asam urat normal pada wanita berada di
angka 2,7-7,3 mg/dl. Dapat dilihat bahwa saudari Nadia sudah melakukan gaya
hidup sehat serta menjaga pola makannya. Hal yang harus dilakukan agar kadar
asam urat tetap normal adalah dengan menghindari makanan yang mengandung
banyak purin seperti jeroan, emping, kacang-kacangan, bayam, kubis, durian,
dan lain-lain .

Saran enumerator : (Nadia), pada saat dilakukan pengukuran, enumerator


tidak terlalu memperhatikan posisi yang saya lakukan. Enumerator juga tidak
menyuruh saya untuk rileks saat akan dilakukan pengecekan.

❖ Faktor-faktor yang mempengaruhi asam urat :

9
1) Pola Makan : Konsumsi makanan tinggi purin, seperti daging merah, seafood,
dan produk berbasis daging, dapat meningkatkan risiko penyakit asam urat.
Konsumsi alkohol, terutama bir, juga dapat memicu peningkatan kadar asam
urat dalam darah. Gula tambahan dan makanan yang tinggi fruktosa juga dapat
berkontribusi terhadap risiko asam urat.
2) Berat badan berlebih : Obesitas dan kelebihan berat badan dapat
meningkatkan risiko penyakit asam urat. Lemak tubuh dapat mengganggu
fungsi ginjal dalam menghilangkan asam urat dan merangsang produksi asam
urat. Orang yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) tinggi cenderung lebih
rentan terhadap penyakit ini.
3) Riwayat Medis : Beberapa kondisi medis seperti tekanan darah tinggi,
diabetes, penyakit ginjal, dan penyakit jantung dapat meningkatkan risiko
penyakit asam urat. Kondisi-kondisi ini sering kali terkait dengan perubahan
metabolisme dan peradangan, yang dapat memengaruhi tingkat asam urat
dalam darah.
4) Mengonsumsi Obat-obatan Tertentu : Penggunaan obat-obatan tertentu,
seperti diuretik (obat penahan air), aspirin dosis tinggi, dan obat-obatan yang
mempengaruhi metabolisme purin, dapat meningkatkan risiko penyakit asam
urat.
5) Konsumsi Fruktosa Berlebih : Fruktosa, jenis gula alami yang ditemukan
dalam buah dan gula tambahan, telah terkait dengan peningkatan risiko
penyakit asam urat. Konsumsi fruktosa yang berlebihan dapat merangsang
produksi asam urat dalam tubuh.
❖ Cara Mengecek Asam Urat dengan Easy Touch
1. Nyalakan alat Easy Touch dengan memasukkan dua buah baterai
jenis AAA pada tempat baterai di bagian belakang alat.
2. Masukkan chip test berwarna kuning pada slot yang ada di bagian
tengah atas alat untuk melakukan pengecekan kondisi alat.
3. Tunggu sampai layar menampilkan kode 888 dan angka 0.0, lalu
cabut chip test dari alat.

10
4. Masukkan strip test asam urat berwarna kuning pada slot yang sama
dengan cara memasukkan ujung strip yang berwarna hitam ke
dalam slot sampai terdengar bunyi klik.
5. Tunggu sampai layar menampilkan kode 888 dan angka 0.0, lalu
siapkan jarum lancet dan pen lancet. - Bersihkan jari yang akan
ditusuk dengan alkohol atau kapas basah, lalu pijit perlahan.
6. Masukkan jarum lancet ke dalam pen lancet, lalu atur kedalaman
tusukan sesuai dengan ketebalan kulit jari responden.
7. Tusuk jari responden dengan pen lancet, lalu tekan jari responden
sampai keluar darah yang cukup untuk mengisi strip test.
8. Sentuhkan ujung strip test yang berwarna hijau ke tetesan darah,
lalu tunggu sampai layar menampilkan kode 888 dan angka 0.0 lagi
9. Tunggu sekitar 20 detik, lalu hasil pengukuran asam urat Anda akan
muncul di layar alat.
10. Catat hasil pengukuran Anda, lalu cabut strip test dari alat dan
buang bersama jarum lancet ke tempat sampah medis.

2.2.3 Kolestrol
Hipertensi adalah kondisi umum yang memengaruhi banyak orang di
dunia. Hipertensi berhubungan dengan abnormalitas lipid kolesterol total,
dimana kehadiran dislipidemia meningkatkan risiko terjadinya hipertensi
dan dengan demikian terjadi peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas
kardiovaskular. Meskipun beberapa faktor risiko hipertensi telah
diidentifikasi, etiologi hipertensi masih belum sepenuhnya diketahui secara
pasti. Banyak studi epidemiologik menunjukkan peningkatan progresif
dalam risiko PJKdan hipertensi pada serum total kolesterol yang melebihi
193,2 mg/dL. Hiperkolesterolemia menyebabkan akumulasi partikel LDL di
intima pembuluh darah. Partikel lipoprotein tersebut sering di hubungkan
dengan konstituen matriks ekstraseluler. Sekuestrasi dalam intima
memisahkan lipoprotein dari beberapa antioksidan plasma dan
menyebabkan terjadinya modifikasi oksidatif. Partikel lipoprotein yang

11
mengalami oksidasi tersebut dapat memicu respon inflamasi berupa
ekspresi berbagai molekul adesi yang menyebabkan akumulasi monosit ke
dalam lesi arterial.

Sesaat setelah perlekatan terjadi, beberapa sel darah putih akan


bermigrasi ke intima. Leukosit dalam fraksi lemak yang telah berevolusi
dapat menunjukkan peningkatan ekspresi reseptor lipoprotein yang telah
diubah (reseptor scavenger). Fagosit mononuklear ini mencerna lipid dan
menjadi sel busa, yang ditandai dengan sitoplasma yang dipenuhi oleh
droplet lemak. Saat fraksi lemak berevolusi menjadi lesi aterosklerotik, sel-
sel otot polos bermigrasi dari lapisan media melalui membran elastis internal
dan menumpuk pada lapisan intima.

Hipertensi adalah salah satu penyakit yang umum melanda di dunia


dan merupakan faktor risiko penting untuk penyakit jantung serta
kontributor utama mortalitas dan morbiditas baik di negara maju maupun di
negara berkembang. Menurut laporan kesehatan dunia, pada tahun 2002,
sekitar 600 juta orang di seluruh dunia menderita hipertensi. Hipertensi
diperkirakan menyebabkan 7,1 juta kematian setiap tahunnya, angka
tersebut mewakili sekitar 13% dari total kematian. Di berbagai negara di
Asia, prevalensi hipertensi bervariasi, berkisar antara 15 – 35%. Angka
tersebut diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya.

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah stroke


dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% kematian pada semua umur di
Indonesia. Data Riskesdas 2007 menyebutkan prevalensi hipertensi di
Indonesia berkisar 30% dengan insiden komplikasi penyakit kardiovaskular
lebih banyak pada perempuan (52%) dibandingkan laki-laki (48%). Oleh
karena dampaknya yang berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas,
maka hipertensi merupakan tantangan bagi kesehatan masyarakat.

Mengetahui kandungan kolesterol dalam makanan akan membantu


kita untuk bisa menghindari konsumsi kolesterol dalam jumlah yang tinggi
sehingga bisa terhindar dari hiperkolesterolemia.

12
Kandungan kolesterol bahan pangan.

Berat Kandungan Berat Kandungan


Makanan (Gr) Kolesterol Makanan (Gr) Kolesterol
(Mg) (mg)
Telur 50 270 Lobster 100 200
ayam
Kuning 1 270 Kerang 100 160
telur
Putih 1 0 Kepiting 100 150
telur
Telur 80 619 Belut 100 185
bebek
Telur 11 74 Es krim 100 47
puyuh
Daging 100 39 Keju 100 140
ayam
Hati ayam 90 340 Mentega 100 250
Daging 100 77 Susu sapi 100 250
babi
Hati babi 100 368 Lemak 100 94
sapi
Otak babi 100 2530 Lemak 100 132
ayam
Daging 100 65 Teripang 100 0
sapi
Hati sapi 100 323 Otak sapi 100 2054
Udang 100 154 Ikan mas 100 79

❖ Hasil Pengukuran Responden

13
Pemantauan kadar kolesterol total disarankan untuk tetap dalam
batas normal (< 200 mg/dL), sehingga diharapkan dapat mencegah risiko
tekanan darah tinggi.

Nama Nama Hasil Pengukuran Nilai Normal


Responden Pengukur (mg/dL) (mg/dL)
Alyaa Maharani Annisa Putri 249
Aprilliani
Nadila <200
Nadia 152
Simatupang
Marsanda

Dapat dilihat dari hasil pengukuran di atas, bahwa kadar kolesterol


responden Nadila Simatupang tergolong dalam kategori normal yaitu 152 mg/dl,
sedangkan responden Alyaa Maharani tergolong dalam kategori berlebih dengan
nilai 249 mg/dl, kategori ini dinilai sesuai pada tabel di atas yang mana kadar
kolesterol normal berada di angka <200 (kurang dari dua ratus) mg/dl. Hal ini di
sebabkan karna responden Nadila melakukan gaya hidup sehat serta menjaga pola
makannya, sedangkan responden Alyaa sangat suka mengonsumsi makanan cepat
saji (fast-food) yang seharusnya dihindari agar terhindar dari kolesterol tinggi
akibat konsumsi pangan.

Saran enumerator : (Alyaa), pada saat menggunakan lancing atau pena jarum,
enumerator perlu melakukan pengulangan sebanyak dua kali di karnakan
enumurator takut dan tidak berani menancapkan jarum lancing pada responden.
(Nadila), enumurator hampir lupa untuk membersihkan tangan saya terlebih dahulu
menggunakan alcohol swab.

❖ Mengukur Kadar Kolestrol (Easy Touch GCU Meter Device)


Easy Touch GCU Meter Device merupakan alat yang digunakan untuk
melakukan pemeriksaan kadar gula darah, kolesterol, dan asam urat sekaligus. Alat
test ini hanya dapat digunakan dengan menggunakan strip test Easy Touch GCU
Meter Device. Terdiri dari:
• 1 unit alat atau mesin

14
• 10 test strip gula darah
• 10 test strip asam urat
• 2 test strip kolesterol
• Lancing atau pena jarum
• 25 jarum lancet
• Tas alat.

Cara penggunaan :
1) Nyalakan alat dengan memasang baterai pada tempat yang sesuai.
2) Akan tampil format tanggal pada layar alat. Tampilan tersebut akan mati secara
otomatis setelah beberapa saat.
3) Pasangkan chip berwarna biru di belakang alat. Setelah itu, masukkan strip
kolestrol warna biru dibagian atas alat.
4) Tampilan kode chip akan muncul pada layar alat, diikuti dengan gambar tetes
darah berkedip.
5) Kemudian aplikasikan tetes darah pada strip (sesuai dengan tanda panah pada
ujung strip).
6) Hasil akan terlihat setelah beberapa detik.

2.2.4 Hemoglobin
Hasil pengukuran yang telah dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2023,
diketahui bahwa kadar hemoglobin Christian yaitu 14,4 g/dl sehingga masuk
dalam kategori normal, di mana kadar hemoglobin normal pada pria dewasa: 13-
17 gram/dL. Dapat dilihat bahwa saudara Christian sudah melakukan gaya hidup
sehat serta menjaga pola makannya.

Nama Hasil Pengukuran


Nama Responden Variabel
Pengukur (g/dl)
Laura Aprita Hb
Christian Pasaribu 14,4
Simalango (Hemocue)

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga agar hb tetap normal,
diantaranya :
Makan Makanan Kaya Zat Besi

15
1) Makanan yang kaya akan zat besi adalah sebagai berikut.
• Hati dan jeroan
• Daging sapi
• Brokoli
• Bayam
• Kacang hijau
• Kubis
• Tahu
• Kentang
2) Makan Makanan Kaya Asam FolatMakanan yang kaya akan asam folat adalah
sebagai berikut.
• Daging sapi
• Bayam
• Alpukat
• Nasi
• Selada
• Kacang
3) Makan Suplemen Penambah Zat Besi

Selain dari makanan secara alami, kamu juga bisa tingkatkan kadar zat besi
dengan mengkonsumsi suplemen khusus. Meski begitu, konsumsi suplemen
ini harus berdasarkan rekomendasi dokter.

Terlalu banyak mengkonsumsi suplemen zat besi juga bisa berbahaya bagi
tubuh. Zat besi yang terlalu banyak bisa menyebabkan mual, muntah, bahkan
sampai penyakit sirosis.

4) Tingkatkan Kemampuan Penyerapan Zat Besi

Ada beberapa makanan yang bisa membantu meningkatkan penyerapan zat


besi bagi tubuh. Makanan tersebut antara lain:
Makanan yang kaya akan vitamin C, seperti jeruk, stroberi, dan lain-lain.
Makanan yang kaya akan vitamin A seperti wortel, ubi, mangga, dan lain-lain.

Saran Enumerator : Pada saat jari responden ditusuk dengan autoclik, darah
yang keluar dari jari sedikit sehingga sampel darah sulit diambil. Sebaiknya
enumerator lebih memperhatikan lagi mengenai alat yang akan digunakan dan
kondisi jari responden.

Pemeriksaan laboratorium terutama darah rutin merupakan pemeriksaan


darah yang sering diminta oleh dokter. Dengan melakukan pemeriksaan darah

16
rutin dapat menunjang diagnosis berbagai penyakit kelainan darah (Verbrugge
and Huisman, 2015). Pemeriksaan darah rutin diantaranya merupakan uji
kadar hemoglobin, jumlah eritrosit, jumlah leukosit, jumlah trombosit, nilai
hematokrit, laju endap darah dan menentukan indeks eritrosit (Bachyar, 2001).

Hemoglobin (hb) terdiri dari protein yang mengandung zat besi didalam sel
darah merah yang merupakan pengangkut oksigen (O2) dari paru keseluruh
jaringan tubuh, yang terdapat pada mamalia dan hewan lainnya. Hemoglobin
juga merupakan pembawa karbondioksida (CO2) dari jaringan tubuh menuju
paru untuk dikeluarkan ke atmosfir atau dunia luar. Hemoglobin terdiri dari
globin, apoprotein, dan empat gugus heme, yaitu molekul organic dengan satu
atom besi. Mutasi pada gen protein hemoglobin dapat mengakibatkan suatu
golongan penyakit yang disebut hemoglobinopati, yang paling sering ditemui
dilapangan adalah anemia sel sabit dan talasemia (Hoffrand and Moss, 2013).

Menurunnya kadar hemoglobin dalam sel darah merah menjadi penyebab


utama anemia (kurang darah). Menurunya hemoglobin menunjukkan
rendahnya tingkat oksigen yang ada dalam darah sering menyebabkan sesak
nafas. Kekurangan oksigen dalam darah akan memperberat daya kerja
jantung. Dapat menimbulkan gejala seperti jantung berdebar dan nyeri dada.
Apabila oksigen tidak alirkan keseluruh bagian tubuh maka fungsi tubuh akan
terhambat sehingga, sel tidak mendapatkan asupan oksigen yang cukup untuk
melakukan aktivitasnya. Gejala yang sering dirasakan oleh penderita adalah
mudah lelah (Price and Wilson, 2012).

Di Amerika Serikat sekitar 3,5 juta orang menderita anemia, perempuan dan
orang yang mempunyai penyakit kronik akan meningkatkan risiko anemia.
Pemeriksaan hematologi rutin sangat penting bagi seseorang untuk
mendeteksi anemia (Hoffbrand et al, 2005 and Suriadi, 2003).

Pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan penting dalam


diagnosis suatu penyakit. Pemeriksaan kadar hemoglobin ini berguna untuk
menilai tingkat anemia, respons terhadap terapi anemia, atau perkembangan
penyakit yang berhubungan dengan anemia dan polisitemia. Anemia dapat

17
ditentukan dengan penurunan kadar hemoglobin darah di bawah nilai normal
(10 – 14 g/dl), pengelompokan anemia yang umum dipakai seperti anemia
ringan sekali (Hb 10 g/ dL-kurang dari nilai normal), anemia ringan (Hb 8 –
9,9 g/dL), anemia sedang (Hb 6 – 7,9 g/ dL), anemia berat (Hb < 6 g/dL).
Polisitemia merupakan peningkatan kadar hemoglobin melebihi batas nilai
normal, yaitu pada pria Hb > 18,5 g/dL dan wanita> 16,5 g/dL (Kusumawati
et al, 2018 and Paiva et al, 2004).

HemoCue hemoglobin fotometer sekarang banyak digunakan untuk


mengatasi kekurangan turbiditas atau kekeruhan yang dijumpai pada metode
cyanmethemoglobin. Sistem alat HemoCue terdiri dari mikrokuvet siap-pakai
yang yang mengandung reagen kering dan fotometer. Darah ditempatkan di
mikrokuvet yang bereaksi dengan natrium deoksikolat, dan melisiskan
eritrosit sehingga hemoglobin terlepas. Natrium nitrit lalu mengubah
hemoglobin menjadi methemoglobin yang bersama dengan natrium azida,
membentuk azidamethemoglobin. Absorbansi diukur pada dua panjang
gelombang (565nm dan 880nm) untuk mengkompensasi kekeruhan yang
timbul pada campuran reagen-spesimen.4,5 Fotometer hemoglobin HemoCue
telah banyak digunakan sebagai alat untuk estimasi hemoglobin dalam
fasilitas donor darah dan di fasilitas kesehatan.

Di Indonesia yang merupakan negara kepulauan, umumnya fasilitas


kesehatan di daerah rural yang memiliki keterbatasan dalam hal pelayanan
kesehatan kepada masyarakatnya. Dalam hal pelayanan untuk deteksi dan
pencegahan serta penanganan anemia, diperlukan metode/platform yang
sesuai untuk kondisi keterbatasan akses dan sumberdaya tersebut. Kajian
pustaka ini dilakukan untuk meninjau metode estimasi Hb yang dapat bekerja
terbaik dan paling sesuai pada kondisi keterbatasan sumberdaya dari
perspektif negara berkembang.

World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemeriksaan kadar


hemoglobin untuk tujuan survei dan mengetahui prevalensi anemia adalah
dengan menggunakan metode cyanmethemoglobin atau dengan metode
fotometrik dengan mikrokuvet seperti sistem alat HemoCue.

18
Pertimbangannya adalah alatnya yang mudah dibawa, aesuai dengan kondisi
di lapangan, pengumpulan sampel darah yang tidak perlu tambahan reagen
lainnya kecuali mikrokuvet, tidak perlu tenaga khusus terlatih dalam
mengoperasikannya, serta presisi dan akurasi yang sangat baik. Sistem alat
HemoCue adalah metode kuantitatif yang reliabel untuk menentukan kadar
Hb pada survei di lapangan, yang didasari oleh metode cyanmeth. Sistem
HemoCue terdiri dari perangkat yang portable, fotometer yang diaktifkan
dengan baterai, dan sejumlah kuvet untuk pengumpulan darah. Sistem ini
dirancang untuk survei cepat di lapangan karena tidak perlu menambahkan
larutan reagen untuk satu kali pengumpulan darah dan pengukuran Hb. Staf
survei lapangan yang bukan tenaga laboratorium pun bisa dengan mudah
dilatih untuk menggunakan alat ini.

Namun, penggunaan penggunaan HemoCue menjadi sesuatu yang tidak


lepas dari kelemahan alat tersebut. Misalnya, adanya pengaruh suhu
lingkungan, munculnya hasil pengukuran yang di luar perkiraan tanpa
konfirmasi ulang menggunakan metode cyanmenthemoglobin di
laboratorium, penyimpanan reagen/strip/mikrokuvet yang tidak sesuai, kurang
menjaga kebersihan alat, dan kesalahan petugas yang mengoperasikan karena
tidak mempunyai latar belakang analis kesehatan. Terkadang petugas
operasional tidak memperhatikan kondisi pra-analitik yang mungkin ikut
memengaruhi hasil, sehingga beranggapan hasil yang keluar dari alat
HemoCue adalah hasil yang benar. Kelemahan lainnya adalah pelaksanaan
quality control alat tersebut. Pada kondisi iklim yang sangat panas dan lembab,
mikrokuvet HemoCue® tersebut tidak bisa digunakan jika telah dibiarkan
dalam kondisi wadah kuvet yang terbuka dalam beberapa hari.

Untuk kondisi di Indonesia, negara kepulauan dengan variasi kondisi


geografis yang sangat beragam dan kesulitan akses serta keterbatasan sumber
daya yang masih menjadi masalah yang sangat umum ditemukan, HemoCue
dapat menjadi salah satu metode yang paling sesuai digunakan. Meskipun hal
ini harus didukung dengan adanya jaminan ketersediaan reagen, strip dan
mikrokuvet sampai ke seluruh pelosok Indonesia. Faktor harga juga termasuk

19
yang perlu dipertimbangkan, karena strip dan mikrokuvet hanya untuk
pemakaian sekali pakai.
Pemeriksaan Hemoglobin (Alat HemoCue)
Alat dan bahan:
• Hemometer/HbChecker (HemoCue)
• Cuvet hemoCue
• Tissue kain kasa kering
• Autoclick dan lancet
• Darah kapiler

Langkah Kerja :
• Petugas menyiapkan alat dan bahan
• Petugas mengusap ujung jari manis atau jari tengah pasien dengan alcohol
swab tunggu sampai kering
• Petugas memegang bagian jari yang akan ditusuk dan menekan sedikit lalu
menusuk jari menggunakan autoclick yang sudah diisi lanset
• Petugas menghapus tetes darah pertama menggunakan tisu, darah
Selanjutnya digunakan
• Petugas mengambil darah yang keluar menggunakan cuvet
• Petugas memasukkan cuvet ke dalam alat dan tunggu 15 detik
• Petugas membaca hasil yang tertera di layar (Kadar Hb dalam gr/dl)

2.2.5 Tekanan darah


Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir
di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia
(Gunawan 2001). Tekanan darah manusia bukanlah suatu nilai yang konstan,
namun lebih merupakan suatu nilai yang berubah-ubah sepanjang hari. Perubahan
tersebut umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kegiatan jasmani,
aktifitas mental, obat-obatan, makanan dan lingkungan (Siabutar,1996). Menurut
Stanley dkk (1999), tekanan darah adalah sifat yang kompleks yang ditentukan
oleh interaksi berbagai faktor genetik dan lingkungan yang meregulasi hubungan
antara curah jantung dan tahanan anterioler total. Tekanan darah terdiri dari

20
tekanan darah sistole dan tekanan darah diastole. Tekanan darah sistolik adalah
tekanan darah pada waktu jantung menguncup (sistole). Tekanan darah diastolik
adalah tekanan darah pada saat jantung mengendor kembali. Pengaturan tekanan
tergantung pada curah jantung dan resistensi perifer total. Kenaikan kecepatan
denyut jantung akan berpengaruh langsung pada tekanan darah sistolik,
sedangkan tekanan darah diastolik lebih banyak dipengaruhi oleh resisten perifer
total (Pearce, 2006).

A. Hipertensi

Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten dimana


tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg.
Wiryowidagdo (2002) mengatakan bahwa hipertensi merupakan suatu keadaan
tekanan darah seseorang berada pada tingkatan di atas normal. Jadi tekanan di atas
dapat diartikan sebagai peningkatan secara abnormal dan terus menerus pada
tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak berjalan
sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal.
Hipertensi apabila tidak disembuhkan maka dalam jangka panjang dapat
menimbulkan kerusakan arteri di dalam tubuh sampai organ-organ yang
mendapatkan suplai darah darinya seperti jantung, otak dan ginjal.

B. Hipotensi

Tekanan darah rendah atau hipotensi terjadi bila tekanan darah lebih rendah
dari biasanya, yang berarti jantung, otak dan bagian tubuh lain tidak mendapatkan
cukup darah. Gejala tekanan darah rendah antara lain: penglihatan kabur,
kebingungan, pingsan, pusing, kantuk, lemas biasanya, seseorang disebut
menderita hipotensi bila tekanan darahnya di bawah 90/60 mmHg. Namun hal itu
tidak berlaku bagi setiap orang. Ada orang yang tekanan darah normalnya selalu
rendah dan tidak merasakan gangguan. Sementara, ada orang yang bertekanan
darah di atas angka tersebut dan mengalami masalah hipotensi. Faktor yang paling
penting adalah adanya perubahan tekanan darah dari kondisi normal. Tekanan
darahnormal manusia berada pada kisaran 90/60 sampai 130/80 mm Hg, namun
penurunan yang signifikan, bahkan hanya 20 mm Hg, dapat menyebabkan
masalah bagi sebagian orang.

21
❖ Hasil Pengukuran Responden

Nama Hasil
Nama Responden Variabel Satuan
Pengukur Pengukuran
Annisa Putri Alyaa Tekanan menit 87/57
Aprilliani Maharani Darah

Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan, diketahui bahwa tekanan darah
Annisa Putri Aprilliani masuk dalam kategori rendah yaitu 87/57 (Hipotensi). Hal
tersebut tentu menjadi masalah bagi kesehatan walaupun responden sebenarnya
tidak mengalami gejala atau gangguan yang berarti. Tekanan darah rendah
menjadi salah satu pemicu seseorang mudah mengalami kelelahan, pusing, dan
lemas. Oleh karena itu sangat penting untuk menjaga tekanan darah berada pada
angka normal. Hal yang dapat dilakukan untuk menjaga tekanan darah dalam
kisaran normal adalah dengan melakukan gaya hidup sehat, seperti menjaga berat
badan yang sehat, berolahraga secara teratur, mengonsumsi makanan sehat,
mengurangi konsumsi garam, tidur yang cukup, dan mengelola stres.

Saran enumerator : Pada saat dilakukan pengukuran, enumerator tidak begitu


memperhatikan posisi saya apakah sudah benar atau belum. Ia juga tidak
memastikan apakah saya sudah dalam kondisi rileks. Seharusnya enumerator
melakukan pengecekan terlebih dahulu dan dengan teliti memastikan bahwa
posisi duduk dan kaki saya sudah sesuai. Ia juga seharusnya bertanya dan
menyuruh saya untuk rileks dan tidak tegang pada saat pengukuran.

❖ Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah


1) Keturunan: Tekanan darah dapat diturunkan dari orang tua.
2) Usia: Tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Ini
karena pembuluh darah menjadi lebih kaku dan kurang elastis seiring
bertambahnya usia.
3) Jenis kelamin: Pria umumnya memiliki tekanan darah lebih tinggi daripada
wanita, terutama setelah menopause.

22
4) Kegemukan: Kelebihan berat badan atau obesitas dapat meningkatkan
tekanan darah. Hal ini karena kelebihan berat badan dapat menyebabkan
penumpukan lemak di pembuluh darah, yang dapat mempersempit
pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah.
5) Aktivitas fisik: Olahraga teratur dapat membantu menurunkan tekanan
darah. Olahraga membantu memperkuat jantung dan pembuluh darah, yang
dapat membantu menurunkan tekanan darah.
6) Diet: Diet yang tinggi garam, lemak jenuh, dan kolesterol dapat
meningkatkan tekanan darah. Garam dapat menyebabkan tubuh menahan air,
yang dapat meningkatkan tekanan darah. Lemak jenuh dan kolesterol dapat
menyumbat pembuluh darah, yang juga dapat meningkatkan tekanan darah.
7) Merokok: Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Merokok dapat
merusak pembuluh darah, yang dapat menyebabkan tekanan darah
meningkat.
8) Konsumsi alkohol: Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat meningkatkan
tekanan darah. Alkohol dapat menyebabkan pelebaran pembuluh darah, yang
dapat menyebabkan tekanan darah menurun secara sementara. Namun, efek
ini biasanya hanya sementara, dan tekanan darah dapat meningkat kembali
setelah alkohol dimetabolisme.
9) Stres: Stres dapat meningkatkan tekanan darah. Stres dapat menyebabkan
tubuh melepaskan hormon yang dapat menyebabkan pembuluh darah
menyempit, yang dapat meningkatkan tekanan darah.
10) Kondisi medis tertentu: Beberapa kondisi medis, seperti penyakit ginjal,
penyakit jantung, dan diabetes, dapat meningkatkan tekanan darah.

❖ Mengukur Tekanan Darah dengan Digital Sphygmomanometer


1) Usahakan responden dalam keadaan tenang dan istirahatkan responden dari
seluruh aktivitas selama kurang lebih 15 menit sebelum dilakukan
pengukuran
2) Gunakan digital sphygmomanometer yang telah teruji validitasnya
3) Posisikan responden dalam kondisi berbaring atau duduk dengan posisi kaki
tidak menyilang dan kedua telapak kaki menapak pada lantai

23
4) Komunikasikan dengan responden untuk menyingsingkan pakaian yang
menutupi lengan kanan hingga sekitar 2 cm di atas garis siku. Pastikan
lengan pasien tidak terjerat oleh lengan pakaian yang telah disingsingkan
sebelumnya
5) Pasangkan manset pada lengan secara perlahan dengan memperhatikan
posisi selang, yakni sejajar dengan jari tengah lengan kanan

6) Setelah manset menempati posisi yang benar, rekatkan manset dengan


tekanan sedang (tidak terlalu longgar dan juga tidak terlalu erat). Posisikan
alat pengukur tekanan darah sebisa mungkin sejajar dengan dada kiri (posisi
jantung)
7) Instruksikan responden untuk tetap tenang selama pemeriksaan dan anjurkan
untuk tidak berbicara selama proses pengukuran tekanan darah. Pastikan
lengan responden telah diposisikan dengan benar dan telapak tangan dalam
keadaan terbuka secara rileks (tidak menggenggam). Pastikan pula selang
yang terdapat pada alat pengukur tekanan darah dalam keadaan lurus, bebas
dari tekanan maupun lekukan
8) Tekan tombol “START/STOP” untuk mengaktifkan alat pengukur tekanan
darah. Biarkan alat pengukur tekanan darah melakukan proses pengukuran
hingga seluruh parameter yang ingin diukur (tekanan darah sistolik, tekanan
darah diastolik, mean arterial pressure, dan nadi) terbaca pada monitor,
kemudian catat hasil pengukuran yang keluar.

24
2.2.6 Nadi
Pengukuran denyut nadi adalah proses pengukuran detak jantung
seseorang dalam satu menit. Pengukuran ini dapat memberikan informasi
tentang kesehatan dan kebugaran seseorang, serta dapat digunakan untuk
mengevaluasi beban kerja fisik dan efektivitas latihan. Pengukuran denyut
nadi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti dengan menggunakan alat
oksimetri atau secara manual dengan merasakan denyut nadi pada
pergelangan tangan atau leher. Kadar normal denyut nadi pada orang dewasa
yaitu antara 60-100 denyut per menit. Pengukuran denyut nadi, selain dapat
memberikan informasi yang berguna tentang kesehatan dan kebugaran
seseorang, serta dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas latihan dan
beban kerja fisik juga memiliki manfaat lain, yaitu:

1) Mengetahui tingkat kelelahan seseorang.


Pengukuran denyut nadi dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
kelelahan seseorang. Jika denyut nadi seseorang di atas denyut nadi
normal, maka hal tersebut dapat menjadi tanda bahwa seseorang masih
dalam kondisi Lelah.

25
2) Membantu dalam proses pemulihan setelah beraktivitas
Jumlah jam istirahat yang cukup sangat penting untuk siklus
kehidupan seseorang. Pengukuran denyut nadi dapat digunakan untuk
mengetahui apakah seseorang sudah pulih setelah beraktivitas atau belum.
Jika denyut nadi sudah kembali normal, maka hal tersebut menunjukkan
bahwa seseorang sudah pulih.

3) Membantu dalam proses perawatan medis


Pengukuran denyut nadi dapat juga membantu dalam menentukan
diagnosis dan mengevaluasi efektivitas pengobatan.

❖ Hasil Pengukuran Responden

Nama Hasil
Nama Responden Variabel
Pengukur Pengukuran
Christian
Rahma Aulia Nadi (manual) 22x4= 88
Pasaribu

Hasil pengukuran yang telah dilakukan pada tanggal 10 Oktober


2023, telah diketahui bahwasanya denyut nadi Rahma Aulia masuk dalam
kategori normal yaitu 88 denyut/detik yang mana detak denyut nadi
normal pada orang dewasa yaitu antara 60-100 denyut per detik. Dari data
tersebut memaparkan bahwa Rahma Aulia dalam kondisi kesehatan dan
kebugaran yang baik serta jauh dari resiko penyakit kardiovaskular.

Saran enumurator : Pada saat melakukan pengukuran enumerator


terlihat gugup dan canggung dikarena berbeda jenis gender, sehingga
membuat saya sedikit kurang nyaman dalam melakukan pengukuran.

❖ Faktor-Faktor Mempengaruhi
Tingkat denyut nadi seseorang juga dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah:
1) Aktivitas fisik

26
Ketika seseorang melakukan aktivitas fisik, seperti berlari atau
berolahraga, denyut nadi akan meningkat karena jantung harus memompa
lebih banyak darah ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen.

2) Stres:
Ketika seseorang mengalami stres, tubuh akan melepaskan hormon
stres seperti kortisol dan adrenalin, yang dapat meningkatkan denyut nadi.

3) Konsumsi kafein:
Kafein adalah stimulan yang dapat meningkatkan denyut nadi.
Konsumsi kafein dalam jumlah yang berlebihan dapat menyebabkan
denyut nadi yang tidak normal.

4) Kondisi medis:
Beberapa kondisi medis seperti penyakit jantung, tekanan darah
tinggi, dan hipertiroidisme dapat menyebabkan denyut nadi yang tinggi.
5) Obat-obatan:
Beberapa obat-obatan seperti obat penurun tekanan darah, obat-
obatan untuk asma, dan obat-obatan untuk ADHD dapat mempengaruhi
denyut nadi.

6) Usia:
Tingkat denyut nadi cenderung menurun seiring bertambahnya usia.
7) Kondisi cuaca:
Suhu yang tinggi atau rendah dapat mempengaruhi denyut nadi
seseorang.

8) Kondisi lingkungan:
Kondisi lingkungan seperti kebisingan atau polusi udara dapat
mempengaruhi denyut nadi seseorang.

❖ Mengukur Denyut Nadi


Berikut ini adalah langkah-langkah untuk mengukur denyut nadi:

27
11) Duduk atau berbaring dengan tenang selama beberapa menit sebelum
mengukur denyut nadi.
12) Cari titik denyut nadi, seperti leher, pergelangan tangan, atau pergelangan
kaki.
13) Letakkan jari telunjuk dan jari tengah pada titik denyut nadi.
14) Hitung denyut nadi selama 60 detik atau hitung selama 15 detik kemudian
kalikan dengan 4.

Hasil pengukuran denyut nadi dapat memberikan informasi tentang


kondisi kesehatan seseorang. Denyut nadi yang cepat atau lambat dapat
menjadi tanda adanya masalah kesehatan seperti penyakit jantung,
tekanan darah tinggi, atau anemia.

2.2.7 Anemia.
Anemia merupakan masalah gizi yang perlu mendapat perhatian
khusus. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah
tersebut telah menunjukkan penurunan yang signifikan meskipun
prevalensinya masih relatif tinggi. Dalam dua dekade terakhir prevalensi
anemia pada ibu hamil cenderung menurun secara bermakna. Berdasarkan
data SKRT, prevalensi anemia sebesar 63,5% (1992), kemudian menurun
menjadi 50,9% (1995) dan 40% (2001). Menurut Riskesdas 2013, prevalensi
anemia pada ibu hamil sebesar 37,1%. Prevalensi anemia ini masih lebih tinggi
dibandingkan dengan rata-rata prevalensi anemia di negara-negara maju,
karena itu di Indonesia masalah anemia pada ibu hamil masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat karena prevalensinya lebih dari 20% (WHO,
2001).
Hasil Riskesdas 2013, prevalensi anemia secara nasional untuk semua
kelompok umur adalah 21,7%. Prevalensi anemia pada perempuan relatif
lebih tinggi (23,9%) dibanding laki-laki (18,4%). Berdasarkan lokasi tempat
tinggal, prevalensi anemia di perdesaan lebih tinggi (22,8%) dibandingkan di
perkotaan (20,6%).

28
Anemia dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain defisiensi zat
besi, defisiensi vitamin B12, defisiensi asam folat, penyakit infeksi, faktor
bawaan dan perdarahan. Di negara sedang berkembang 40% anemia
disebabkan karena defisiensi zat besi (The World Bank, 2006) yang dikenal
dengan istilah anemia gizi besi. Pola makan yang miskin zat gizi besi, tingginya
prevalensi kecacingan, dan tingginya prevalensi malaria di daerah endemis
merupakan faktor-faktor yang sering dikaitkan dengan tingginya defisiensi
besi di negara berkembang.

29
❖ Penyebab Anemia
Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia adalah kekurangan zat besi
yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin (Hb), sehingga disebut
“Anemia Kekurangan Besi atau Anemia Gizi Besi (AGB)”. Kekurangan zat besi
dalam tubuh tersebut disebabkan antara lain karena:
a) Konsumsi makanan sumber zat besi yang kurang, terutama yang berasal dari
hewani.
b) Kebutuhan yang meningkat, seperti pada masa kehamilan, menstruasi pada
perempuan dan tumbuh kembang pada anak balita dan remaja
c) Menderita penyakit infeksi, yang dapat berakibat zat besi yang diserap tubuh
berkurang (kecacingan), atau hemolisis sel darah merah (malaria)
d) Kehilangan zat besi yang berlebihan pada pendarahan, termasuk menstruasi
yang berlebihan dan seringnya melahirkan.
e) Konsumsi makanan yang rendah sumber zat besi tidak dicukupi dengan
konsumsi TTD sesuai anjuran.

Pada kondisi normal (tidak anemia) tingkat penyerapan besi heme


yang berasal dari pangan hewani mencapai sekitar 25%, sedangkan pada
kondisi anemia tingkat penyerapan lebih dari 35%. Untuk pangan nabati yang
mengandung besi non heme, penyerapan zat besi hanya sekitar 1 – 5%.

30
(Mahan & Stump, 2008; Bender, 2008). Oleh karena itu dibutuhkan pangan
nabati dalam jumlah yang banyak untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam
sehari yang pada prakteknya sangat sulit dilakukan.

Penyerapan zat besi dalam tubuh terutama besi non heme yang berasal
dari nabati, dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi. Vitamin C,
daging, ikan dan unggas dapat meningkatkan penyerapan zat besi, sedangkan
kalsium dan serat bersifat menghambat penyerapan zat besi. Konsumsi
kalsium dalam dosis tinggi (lebih dari 40 mg) dapat menghambat penyerapan
zat besi. Selain itu pengolahan makanan yang terlalu lama dengan temperatur
yang terlalu tinggi, dapat merubah besi heme menjadi besi non heme sehingga
berpengaruh terhadap penyerapan zat besi. Selain zat besi, kecukupan asupan
protein dalam konsumsi makanan sehari-hari juga harus mencukupi karena
protein dalam hal ini globulin berperan dalam pembentukan hemoglobin.

❖ Hasil Pengukuran Responden

Nama
Nama Responden Variabel Hasil Pengukuran
Pengukur

Rahma Aulia Christian Kondisi


normal
Pasaribu anemia

Hasil pengamatan fisik klinis yang telah dilakukan pada tanggal 10


Oktober 2023, telah diketahui bahwa saudari Rahma Aulia masuk dalam
kategori normal yang di mana diketahui dari anatomi tubuh yaitu mata dan
kuku yang tidak mengalami kepucataan dan dalam keadaaan sehat.

❖ Akibat Anemia Gizi Besi

31
Anemia menyebabkan gangguan kesehatan yang dapat dialami semua
kelompok umur. Defisiensi besi walaupun belum disertai anemia defisiensi
besi dan anemia ringan sudah cukup menimbulkan gejala, seperti lesu, lemah,
letih, lelah, dan lalai (5 L). Hal ini diakibatkan oleh menurunnya kadar oksigen
yang dibutuhkan jaringan tubuh, termasuk otot untuk aktivitas fisik dan otak
untuk berpikir, karena oksigen dibawa oleh hemoglobin. Penderita
kekurangan zat besi juga akan turun daya tahan tubuhnya, akibatnya mudah
terkena penyakit infeksi.
Anemia pada masa remaja berisiko untuk terjadinya defisiensi besi
pada saat hamil (Lynch, 2000), oleh karena kehamilan meningkatkan
kebutuhan terhadap zat besi secara sangat signifikan.
Dampak terhadap anak yang dilahirkan oleh ibu yang anemia
menyebabkan bayi lahir dengan persediaan zat besi yang sangat sedikit di
dalam tubuhnya sehingga beresiko mengalami anemia pada usia dini, yang
dapat mengakibatkan gangguan/hambatan pertumbuhan dan perkembangan
anak, baik pada sel otak maupun pada sel tubuh lainnya, akibatnya anak tidak
dapat mencapai tinggi yang optimal dan menjadi kurang cerdas (Husaini, 1989
& WHO, 2001)

❖ Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Anemia

Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia pada dasarnya adalah


mengatasi penyebabnya. Sebagai contoh, sebagian anemia terutama anemia
berat (kadar Hb < 7g/dL) biasanya disertai penyakit yang melatar
belakanginya, antara lain penyakit TBC, infeksi cacing atau malaria. Oleh
karena itu, selain penanggulangan pada anemianya, harus dilakukan pula
pengobatan terhadap penyakit penyerta tersebut.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi anemia
akibat kekurangan zat besi adalah sebagai berikut:
a) Mempraktekkan pola makan bergizi seimbang.
Pola makan bergizi seimbang terdiri dari aneka ragam makanan,
termasuk sumber pangan hewani yang kaya zat besi, dalam jumlah yang

32
proporsional. Makanan yang kaya sumber zat besi contohnya hati, ikan,
daging dan unggas. Sedangkan buah-buahan akan meningkatkan
penyerapan zat besi karena mengandung vitamin C yang tinggi.

b) Fortifikasi bahan makanan yaitu: menambahkan satu atau lebih zat gizi kedalam
pangan untuk meningkatkan nilai gizi pada pangan tersebut. Penambahan zat
besi ini umumnya dilakukan pada industri pangan, untuk itu disarankan
membaca label kemasan. Selain itu, tepung terigu sejak tahun 2000 sudah
diperkaya zat besi.
c) Pada keadaan dimana zat besi dari makanan tidak tersedia atau sangat sedikit,
maka kebutuhan terhadap zat besi perlu didapat dari suplemen TTD. Pemberian
TTD secara rutin selama jangka waktu tertentu bertujuan untuk meningkatkan
kadar hemoglobin secara cepat, dan perlu dilanjutkan untuk meningkatkan
simpanan zat besi didalam tubuh. Apabila pola makan sudah memenuhi gizi
seimbang, maka suplementasi TTD tidak diperlukan lagi. Oleh karena itu perlu
selalu dilakukan pendidikan mengenai pola makan bergizi seimbang, selain
perlu memberikan pendidikan.

33
BAB III

KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Metode laboratorium mencakup dua pengukuran yaitu uji biokimia dan uji
fungsi fisik. Uji biokimia adalah mengukur status gizi dengan menggunakan
peralatan laboratorium kimia. Tes biokimia mengukur zat gizi dalam cairan tubuh
atau jaringan tubuh atau ekskresi urin. Misalnya mengukur status iodium dengan
memeriksa urin, mengukur status hemoglobin dengan pemeriksaan darah dan
lainnya. Tes fungsi fisik merupakan kelanjutan dari tes biokimia atau tes fisik.
Sebagai contoh tes penglihatan mata (buta senja) sebagai gambaran kekurangan
vitamin A atau kekurangan zink.

3.11 Kelebihan
Metode laboratorium untuk menilai status gizi mempunyai beberapa
kelebihan dibandingkan dengan metode yang lain. Kelebihan tersebut adalah :
a) Metode laboratorium dapat mengukur tingkat gizi pada jaringan tubuh secara
tepat, sehingga dapat dipastikan apakah seseorang mempunyai kadar zat gizi
yang cukup atau kurang. Bahkan dalam jumlah kecil sekalipun dapat
terdeteksi, seperti kekurangan iodium dalam darah.
b) Dengan mengetahui tingkat gizi dalam tubuh, maka kemungkinan kejadian
yang akan datang dapat diprediksi. Dengan demikian dapat segera dilakukan
upaya intervensi untuk mencegah kekurangan gizi yang lebih parah.
c) Data yang diperoleh pemeriksaan laboratorium hasilnya cukup valid dan
dapat dipercaya ketepatannya.

3.12 Kelemahan
Selain kelebihan tersebut di atas, metode laboratorium juga mempunyai
beberapa kelemahan, di antaranya adalah :
a) Pada umumnya pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium memerlukan
peralatan yang harganya cukup mahal. Semakin canggih alat, maka harga

34
akan semakin mahal, akibatnya biaya yang harus dikeluarkan untuk
melakukan pemeriksaan relatif mahal.
b) Peralatan laboratorium umumnya sangat sensitif dan mudah pecah,
sehingga alat laboratorium sulit untuk dibawa ke tempat yang jauh.
c) Pada waktu melakukan pemeriksaan dengan metode laboratorium,
umumnya memerlukan tempat dan kondisi yang khusus agar pemeriksaan
berjalan dengan baik dan aman.
d) Batasan kecukupan zat gizi setiap individu tidak mutlak, tetapi berdasarkan
kisaran. Misalnya batasan anemi bagi wanita adalah kadar hemoglobinya 12
mg/dl, tetapi ada wanita dengan kadar hemoglobin 11 mg/dl tidak
menunjukkan gejala anemia.

3.13 Saran
Kesalahan dalam pemeriksaan dapat dipengaruhi oleh keahlian pemeriksa
dan jenis alat yang digunakan. Maka dari itu saran untuk enumurator agar dapat
lebih memahami penggunaan alat yang akan digunakan dan juga memahami prinsip
kerja pemeriksaan tersebut.

35
DAFTAR PUSTAKA

Bayu, K. D. R. (2017). PENGARUH TERAPI MUSIK MUROTTAL TERHADAP


PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PERAWATAN GIGI
ANAK (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS ANDALAS).
Kusumawati, R., Sulastomo, H., Indarto, D., Jusup, S. A., Rahardjo, S. S.,
Purwaningtyas, N., … & Wulandari, S. Edukasi Pencegahan dan
Deteksi Dini Penyakit Kardiovaskular di Masa Pandemi COVID-
19. Smart Society Empowerment Journal, 3(1), 12-18.
Mandasari, T., Choiri, M., & Sari, R. A. (2014). Analisa Beban Kerja Perawat Ugd
Menggunakan Maslach Burnout Inventory Dan Modifikasi Heart
(Studi Kasus: RSU. X). Jurnal Rekayasa dan Manajemen Sistem
Industri, 2(5), 131368.
Maulina, N., Sayuti, M., & Said, B. H. (2020). Hubungan konsumsi kopi dengan
frekuensi denyut nadi pada mahasiswa program studi
pendidikan dokter universitas malikussaleh tahun
2019. AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Malikussaleh, 6(1), 17-28.
Putra, R. D. E., & Hanggara, F. D. (2019). Pengaruh Tingkat Kebisingan
Terhadap Peningkatan Denyut Nadi Pada Operator Lini
Produksi (Studi Kasus: Pt. Xyz). Jurnal Rekayasa Sistem
Industri, 5(1), 41-46.
Samodra, Y. T. J., & Sudrazat, A. (2021). Denyut Nadi Indikator Istirahat dalam
Kegiatan Sehari-Hari. Jurnal Pendidikan Kesehatan
Rekreasi, 7(1), 150-159.
Kemenkes, R. I. (2015). Pedoman penatalaksanaan pemberian tablet tambah
darah. Kemenkes RI, 46.
Faatih, M., Dany, F., Rinendyaputri, R., Sariadji, K., Susanti, I., & Nikmah, U. A.
(2020). Metode Estimasi Hemoglobin pada Situasi Sumberdaya
Terbatas: Kajian Pustaka. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pelayanan Kesehatan, 23-31.

36
Lailla, M., Zainar, Z., & Fitri, A. (2021). Perbandingan Hasil Pemeriksaan
Hemoglobin Secara Digital Terhadap Hasil Pemeriksaan
Hemoglobin Secara Cyanmethemoglobin. Jurnal Pengelolaan
Laboratorium Pendidikan, 3(2), 63-68.
Syatriani, S., & Aryani, A. (2010). Konsumsi makanan dan kejadian anemia
pada siswi salah satu smp di kota makassar. Kesmas: Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional (National Public Health
Journal), 4(6), 251-254.

37
LAMPIRAN

38
39
40

Anda mungkin juga menyukai