DISUSUN OLEH :
Zahra Alexandra Choirunnisa - 1514620022
Amira Thifalli - 1514620026
Syarifah Mardhiyah - 1514620030
Farah Sopia Qisty - 1514620066
DOSEN PENGAMPU :
Nur Riska, S.Pd, M.Si
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan materi “Penilaian
Status Gizi dengan Metode Antropometri” tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Nur Riska, S.Pd, M.Si selaku dosen
mata kuliah Gizi Terapan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca
guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... 2
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................. 4
BAB I .......................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 5
B. Tujuan .............................................................................................................. 5
C. Kegunaan ...................................................................................................... 6
BAB II ......................................................................................................................... 7
C. Prosedur Penggunaan Alat Dan Bahan Dari Metode yang Digunakan ....... 22
BAB IV...................................................................................................................... 26
PENUTUP ................................................................................................................ 26
A. Kesimpulan..................................................................................................... 26
B. Saran .............................................................................................................. 26
3
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 27
LAMPIRAN ............................................................................................................... 28
DAFTAR LAMPIRAN
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penilaian status gizi terbagi menjadi dua bagian yaitu secara langsung
dan tidak langsung yang terdiri dari penilaian antropometri, klinis, biokimia
dan biofisik. Pada kesempatan kali ini, kami akan membahas lebih dalam
mengenai penilaian antropometri. Antropometri berasal dari kata anthropos
yang berarti manusia dan menteri yaitu ukuran. Metode antropometri dapat
diartikan sebagai mengukur fisik dan bagian tubuh manusia. Jadi,
antropometri adalah pengukuran tubuh atau bagian tubuh manusia. Konsep
dasar yang harus dipahami dalam menggunakan antropometri untuk
mengukur status gizi adalah konsep dasar pertumbuhan. (Kementerian
Kesehatan, 2010)
B. Tujuan
5
7. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode PSG
ANTROPOMETRI
C. Kegunaan
1. Manfaat teoritis
a. Bermanfaat sebagai pengembangan materi kegunaan penelitian
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti : bahan informasi dalam merumuskan lebih dalam
mengenai metode PSG Antropometri
b. Bagi calon peneliti : sebagai tambahan informasi baru tentang
kegunaan penelitian
6
BAB II
KAJIAN TEORI
1. Metode Antropometri
7
dan kekurangan antropometri digunakan sebagai penentuan status gizi
tersebut adalah :
8
Sumber kesalahan bisa karena pengukur, alat ukur, dan
kesulitan mengukur.
2. Metode Laboratorium
9
1) Pada umumnya, pemeriksaan yang dilakukan di
laboratorium memerlukan peralatan yang harganya cukup
mahal. Semakin canggih alat, maka harga akan semakin
mahal, akibatnya biaya yang harus dikeluarkan untuk
melakukan pemeriksaan relatif mahal.
2) Peralatan laboratorium umumnya sangat sensitif dan
mudah pecah, sehingga alat laboratorium sulit untuk
dibawa ke tempat yang jauh.
3) Pada waktu melakukan pemeriksaan dengan metode
laboratorium, umumnya memerlukan tempat dan kondisi
yang khusus agar pemeriksaan berjalan dengan baik dan
aman.
4) Batasan kecukupan zat gizi setiap individu tidak mutlak,
tetapi berdasarkan kisaran. Misalnya batasan anemia bagi
wanita adalah kadar hemoglobin 12 mg/dl, tetapi ada
wanita dengan kadar hemoglobin 11 mg/dl tidak
menunjukkan gejala anemia.
3. Metode Klinis
10
cara, diantaranya melalui kegiatan anamnesis, observasi, palpasi,
perkusi, dan/atau auskultasi.
11
e. Auskultasi adalah mendengarkan suara yang muncul dari
bagian tubuh untuk mengetahui ada tidaknya kelainan tubuh.
12
menunjukkan gejala anemi, perlu didukung data
pemeriksaan kadar hemoglobin dari pemeriksaan biokimia.
Seseorang yang menderita gejala klinis kekurangan gizi,
biasanya tingkat defisiensi zat gizi cenderung sudah tinggi.
Misalnya seseorang yang menunjukkan adanya benjolan
pada persendian kaki karena kelebihan kolesterol, maka
kelebihan kolesterol dalam tubuh sudah dalam taraf yang
tinggi.
Waktu pelaksanaan pengukuran dengan metode klinis,
dipengaruhi oleh lingkungan, seperti bising, anak rewel,
tebal kulit/pigmen, dan pengaruh yang lain. Misalnya sulit
dilakukan pemeriksaan klinis anemia pada orang yang
berkulit hitam, karena kulitnya gelap.
13
2. Menentukan tingkat asupan gizi individu hubungannya dengan
penyakit;
3. Mengetahui rata-rata asupan gizi pada kelompok masyarakat;
4. Menentukan proporsi masyarakat yang asupan gizinya kurang.
2. Klasifikasi Jelliffe
14
3. Klasifikasi Menurut Depkes RI (1999)
15
BAB III
1. Berat Badan
16
dikonsumsi. Maka BB merupakan ukuran antropometri yang sangat
labil (Reksodikusumo, dkk, 1989).
17
a. Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,00
b. Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,00 – 18,49
c. Normal 18,50 – 24,99
d. Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,00 –
26,99
e. Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,00
18
5. Tinggi Lutut dan Tinggi Duduk
19
Pengukuran WC dilakukan menggunakan pita ukur biasa
dengan tingkat ketelitian 0,1 cm. pengukuran dilakukan dengan
tuberculum dorsale radii sebagai patokan, bagian distal dan sejajar
dengan ulnae 35 bagian distal. Selain itu perlu dipertimbangkan
tinggi badan individu untuk menentukan besar WC.
20
2. Pengukuran Tinggi dan Panjang Badan
Istilah tinggi badan digunakan untuk anak yang diukur dengan cara
berdiri, sedangkan panjang badan jika anak diukur dengan berbaring
(belum bisa berdiri). Anak berumur 0–2 tahun diukur dengan ukuran
panjang badan, sedangkan anak berumur lebih dari 2 tahun dengan
menggunakan microtoise. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur
tinggi badan atau panjang badan harus mempunyai ketelitian 0,1 cm.
21
diukur membentuk sudut siku siku (90°). Pengukuran tinggi lutut dapat
dilakukan pada klien dengan posisi duduk atau dapat juga pada posisi
tidur.
22
d. Membaca skala berat badan dan dicatat dalam 0,1 kg terdekat
1) Infant Scale
a) Pastikan alat timbangan berada ditempat yang rata dan
datar
b) Ketika jarum timbangan menunjuk ke angka nol, timbang
bayi dengan pakaian minimal
c) Baca dan catat berat badan sesuai dengan angka yang
ditunjuk oleh jarum timbangan
2) Dacin
a) Balita dimasukkan ke dalam sarung timbang dengan
pakaian minim dan geser bandul sampai jarum tegak
lurus
b) Baca berat badan dengan melihat angka yang terdapat di
ujung bandul geser
23
d. Subjek memandang lurus ke depan dan menarik nafas panjang
untuk membantu menegakkan tulang belakang
e. Menurunkan movable headboard dengan pelan hingga
mencapai bagian atas kepala
f. Pengukuran TB diambil pada saat inspirasi maksimum dengan
pandangan mata pengukur sejajar dengan headboard & dicatat
dalam mm terdekat
a. Pengukuran dilakukan pada lengan kiri atau lengan yang tidak aktif
b. Pengukuran dilakukan pada pertengahan antara pangkal lengan atas
dan ujung siku dalam ukuran cm (centimeter).
24
c. Alat untuk ukur antropometri harganya cukup murah terjangkau, mudah
dibawa dan tahan lama digunakan untuk pengukuran.
d. Ukuran antropometri hasilnya tepat dan akurat.
e. Hasil ukuran antropometri dapat mendeteksi riwayat asupan gizi yang
telah lalu.
f. Hasil antropometri dapat mengidentifikasi status gizi baik, sedang, kurang
dan buruk.
g. Ukuran antropometri dapat digunakan untuk skrining (penapisan),
sehingga dapat mendeteksi siapa yang mempunyai risiko gizi kurang atau
gizi lebih.
25
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
Par‟i, Holil M., Sugeng Wiyono, dkk. (2017). PENILAIAN STATUS GIZI. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
World Health Organization (2010) Physical Status: The Use And Interpretation of
Anthropometry. Available at:
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/37003/1/WHO_ TRS_854.pdf
(Accessed: 16 March 2017).
http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/122525-S%205254-Faktor-faktor-
Tinjauan%20literatur.pdf
27
LAMPIRAN
Lampiran 6 Kaliper
Lampiran 7 Microtoise
Lampiran 8 Infantometer
28