Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM ONLINE

PENILAIAN STATUS GIZI DENGAN


METODE ANTROPOMETRI

Mata Kuliah : Gizi Terapan

DISUSUN OLEH :
Zahra Alexandra Choirunnisa - 1514620022
Amira Thifalli - 1514620026
Syarifah Mardhiyah - 1514620030
Farah Sopia Qisty - 1514620066

DOSEN PENGAMPU :
Nur Riska, S.Pd, M.Si

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TATA BOGA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan materi “Penilaian
Status Gizi dengan Metode Antropometri” tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Nur Riska, S.Pd, M.Si selaku dosen
mata kuliah Gizi Terapan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca
guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Bogor, 30 November 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................... 3

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................. 4

BAB I .......................................................................................................................... 5

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 5

A. Latar Belakang ................................................................................................. 5

B. Tujuan .............................................................................................................. 5

C. Kegunaan ...................................................................................................... 6

BAB II ......................................................................................................................... 7

KAJIAN TEORI ........................................................................................................... 7

A. Pengertian Penilaian Status Gizi ...................................................................... 7

B. Macam-macam Metode Penilaian Status Gizi .................................................. 7

C. Klasifikasi Status Gizi .................................................................................. 14

BAB III ...................................................................................................................... 16

METODE PRAKTIKUM ANTROPOMETRI .............................................................. 16

A. Jenis Metode Yang Digunakan ....................................................................... 16

B. Alat dan Bahan dari Metode yang Digunakan ................................................ 20

C. Prosedur Penggunaan Alat Dan Bahan Dari Metode yang Digunakan ....... 22

D. Kelebihan Metode yang Digunakan ............................................................ 24

E. Kekurangan Metode yang Digunakan ............................................................ 25

BAB IV...................................................................................................................... 26

PENUTUP ................................................................................................................ 26

A. Kesimpulan..................................................................................................... 26

B. Saran .............................................................................................................. 26

3
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 27

LAMPIRAN ............................................................................................................... 28

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dacin .................................................................................................... 28


Lampiran 2 Bathroom Scale .................................................................................... 28
Lampiran 3 Timbangan Detecto .............................................................................. 28
Lampiran 4 Infant Scale .......................................................................................... 28
Lampiran 5 Kaliper .................................................................................................. 28
Lampiran 6 Pita Ukur............................................................................................... 28
Lampiran 7 Infantometer ......................................................................................... 28
Lampiran 8 Microtoise ............................................................................................. 28

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gizi merupakan suatu proses organisme menggunakan makanan yang


dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat sisa. Status gizi adalah
suatu kondisi tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan
zat-zat gizi. Dimana zat gizi dibedakan antara gizi kurang, baik, dan lebih
yang dipengaruhi oleh keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat
gizi atau keadaan fisiologik dalam seluler tubuh.

Penilaian status gizi terbagi menjadi dua bagian yaitu secara langsung
dan tidak langsung yang terdiri dari penilaian antropometri, klinis, biokimia
dan biofisik. Pada kesempatan kali ini, kami akan membahas lebih dalam
mengenai penilaian antropometri. Antropometri berasal dari kata anthropos
yang berarti manusia dan menteri yaitu ukuran. Metode antropometri dapat
diartikan sebagai mengukur fisik dan bagian tubuh manusia. Jadi,
antropometri adalah pengukuran tubuh atau bagian tubuh manusia. Konsep
dasar yang harus dipahami dalam menggunakan antropometri untuk
mengukur status gizi adalah konsep dasar pertumbuhan. (Kementerian
Kesehatan, 2010)

B. Tujuan

1. Mengetahui definisi penilaian status gizi


2. Mengetahui macam-macam metode penilaian status gizi
3. Mengetahui klasifikasi status gizi
4. Mengetahui jenis metode PSG ANTROPOMETRI
5. Mengetahui alat dan bahan dari penggunaan metode PSG
ANTROPOMETRI
6. Mengetahui prosedur penggunaan alat dan bahan dari metode PSG
ANTROPOMETRI

5
7. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode PSG
ANTROPOMETRI

C. Kegunaan

Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat :

1. Manfaat teoritis
a. Bermanfaat sebagai pengembangan materi kegunaan penelitian
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti : bahan informasi dalam merumuskan lebih dalam
mengenai metode PSG Antropometri
b. Bagi calon peneliti : sebagai tambahan informasi baru tentang
kegunaan penelitian

6
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data


yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk
menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi
kurang maupun gizi lebih (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

B. Macam-macam Metode Penilaian Status Gizi

1. Metode Antropometri

Antropometri berasal dari kata anthropos yang berarti manusia


dan metri adalah ukuran. Metode antropometri dapat diartikan sebagai
mengukur fisik dan bagian tubuh manusia. Jadi, antropometri adalah
pengukuran tubuh atau bagian tubuh manusia. Dalam menilai status gizi
dengan metode antropometri adalah menjadikan ukuran tubuh manusia
sebagai metode untuk menentukan status gizi. Konsep dasar yang harus
dipahami dalam menggunakan antropometri untuk mengukur status gizi
adalah konsep dasar pertumbuhan.

Antropometri digunakan sebagai indikator status gizi karena


pertumbuhan seorang anak agar berlangsung baik memerlukan asupan
gizi yang seimbang antara kebutuhan gizi dengan asupan gizinya. Gizi
yang tidak seimbang akan mengakibatkan terjadinya gangguan
pertumbuhan, kekurangan zat gizi akan mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan, sebaliknya kelebihan asupan gizi dapat mengakibatkan
tumbuh berlebih (gemuk) dan mengakibatkan timbulnya gangguan
metabolisme tubuh. Oleh karena itu, antropometri sebagai variabel status
pertumbuhan dapat digunakan sebagai indikator untuk menilai status gizi.

Antropometri untuk menilai status gizi mempunyai keunggulan


dan juga kelemahan dibandingkan metode yang lain. Beberapa kelebihan

7
dan kekurangan antropometri digunakan sebagai penentuan status gizi
tersebut adalah :

a. Kelebihan antropometri untuk menilai status gizi antara lain :


1) Prosedur pengukuran antropometri umumnya cukup
sederhana dan aman digunakan.
2) Untuk melakukan pengukuran antropometri relatif tidak
membutuhkan tenaga ahli, cukup dengan dilakukan
pelatihan sederhana.
3) Alat untuk ukur antropometri harganya cukup murah
terjangkau, mudah dibawa dan tahan lama digunakan untuk
pengukuran.
4) Ukuran antropometri hasilnya tepat dan akurat.
5) Hasil ukuran antropometri dapat mendeteksi riwayat asupan
gizi yang telah lalu.
6) Hasil antropometri dapat mengidentifikasi status gizi baik,
sedang, kurang dan buruk.
7) Ukuran antropometri dapat digunakan untuk skrining
(penapisan), sehingga dapat mendeteksi siapa yang
mempunyai risiko gizi kurang atau gizi lebih.
b. Kekurangan antropometri untuk menilai status gizi antara lain :
1) Hasil ukuran antropometri tidak sensitif, karena tidak dapat
membedakan kekurangan zat gizi tertentu, terutama zat gizi
mikro misal kekurangan zink. Apakah anak yang tergolong
pendek karena kekurangan zink atau kekurangan zat gizi
yang lain.
2) Faktor-faktor di luar gizi dapat menurunkan spesifikasi dan
sensitivitas ukuran. Contohnya anak yang kurus bisa terjadi
karena menderita infeksi, sedangkan asupan gizinya
normal. Atlet biasanya mempunyai berat yang ideal,
padahal asupan gizinya lebih dari umumnya.
3) Kesalahan waktu pengukuran dapat mempengaruhi hasil.
Kesalahan dapat terjadi karena prosedur ukur yang tidak
tepat, perubahan hasil ukur maupun analisis yang keliru.

8
Sumber kesalahan bisa karena pengukur, alat ukur, dan
kesulitan mengukur.

2. Metode Laboratorium

Penentuan status gizi dengan metode laboratorium adalah salah


satu metode yang dilakukan secara langsung pada tubuh atau bagian
tubuh. Tujuan penilaian status gizi ini adalah untuk mengetahui tingkat
ketersediaan zat gizi dalam tubuh sebagai akibat dari asupan gizi dari
makanan. Metode laboratorium mencakup dua pengukuran yaitu uji
biokimia dan uji fungsi fisik. Uji biokimia adalah mengukur status gizi
dengan menggunakan peralatan laboratorium kimia. Tes biokimia
mengukur zat gizi dalam cairan tubuh atau jaringan tubuh atau ekskresi
urin. Misalnya mengukur status iodium dengan memeriksa urin, mengukur
status hemoglobin dengan pemeriksaan darah dan lainnya. Tes fungsi
fisik merupakan kelanjutan dari tes biokimia atau tes fisik. Sebagai contoh
tes penglihatan mata (buta senja) sebagai gambaran kekurangan vitamin
A atau kekurangan zinc.

a. Kelebihan metode laboratorium untuk menilai status gizi


antara lain :
1) Metode laboratorium dapat mengukur tingkat gizi pada
jaringan tubuh secara tepat, sehingga dapat dipastikan
apakah seseorang mempunyai kadar zat gizi yang cukup
atau kurang. Bahkan dalam jumlah kecil sekalipun dapat
terdeteksi, seperti kekurangan iodium dalam darah.
2) Dengan mengetahui tingkat gizi dalam tubuh, maka
kemungkinan kejadian yang akan datang dapat diprediksi.
Dengan demikian dapat segera dilakukan upaya intervensi
untuk mencegah kekurangan gizi yang lebih parah.
3) Data yang diperoleh pemeriksaan laboratorium hasilnya
cukup valid dan dapat dipercaya ketepatannya.
b. Kekurangan metode laboratorium untuk menilai status gizi
antara lain :

9
1) Pada umumnya, pemeriksaan yang dilakukan di
laboratorium memerlukan peralatan yang harganya cukup
mahal. Semakin canggih alat, maka harga akan semakin
mahal, akibatnya biaya yang harus dikeluarkan untuk
melakukan pemeriksaan relatif mahal.
2) Peralatan laboratorium umumnya sangat sensitif dan
mudah pecah, sehingga alat laboratorium sulit untuk
dibawa ke tempat yang jauh.
3) Pada waktu melakukan pemeriksaan dengan metode
laboratorium, umumnya memerlukan tempat dan kondisi
yang khusus agar pemeriksaan berjalan dengan baik dan
aman.
4) Batasan kecukupan zat gizi setiap individu tidak mutlak,
tetapi berdasarkan kisaran. Misalnya batasan anemia bagi
wanita adalah kadar hemoglobin 12 mg/dl, tetapi ada
wanita dengan kadar hemoglobin 11 mg/dl tidak
menunjukkan gejala anemia.

3. Metode Klinis

Pemeriksaan fisik dan riwayat medis merupakan metode klinis


yang dapat digunakan untuk mendeteksi gejala dan tanda yang berkaitan
dengan kekurangan gizi. Gejala dan tanda yang muncul, sering kurang
spesifik untuk menggambarkan kekurangan zat gizi tertentu. Mengukur
status gizi dengan melakukan pemeriksaan bagian-bagian tubuh dengan
tujuan untuk mengetahui gejala akibat kekurangan atau kelebihan gizi.
Pemeriksaan klinis biasanya dilakukan dengan bantuan perabaan,
pendengaran, pengetokan, penglihatan, dan lainnya. Misalnya
pemeriksaan pembesaran kelenjar gondok sebagai akibat dari
kekurangan yodium.

Pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk


mengetahui ada tidaknya gangguan kesehatan termasuk gangguan gizi
yang dialami seseorang. Pemeriksaan klinis dilakukan dengan beberapa

10
cara, diantaranya melalui kegiatan anamnesis, observasi, palpasi,
perkusi, dan/atau auskultasi.

a. Anamnesis adalah kegiatan wawancara antara pasien dengan


tenaga kesehatan untuk memperoleh keterangan tentang
keluhan dan riwayat penyakit atau gangguan kesehatan yang
dialami seseorang dari awal sampai munculnya gejala yang
dirasakan. Anamnesis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1) Auto-anamnesis yaitu kegiatan wawancara langsung
kepada pasien karena pasien dianggap mampu tanya
jawab.
2) Allo-anamnesis yaitu kegiatan wawancara secara tidak
langsung atau dilakukan wawancara/tanya jawab pada
keluarga pasien atau orang yang mengetahui tentang
pasien. Allo-anamnesis dilakukan karena pasien belum
dewasa (anak anak yang belum dapat mengemukakan
pendapat terhadap apa yang dirasakan), pasien dalam
keadaan tidak sadar karena berbagai hal, pasien tidak
dapat berkomunikasi atau pasien yang mengalami
gangguan jiwa.
b. Observasi/pengamatan adalah kegiatan yang dilakukan
dengan cara melakukan pengamatan pada bagian tubuh
tertentu untuk mengetahui adanya gangguan kekurangan gizi.
Misalnya mengamati bagian putih mata untuk mengetahui
anemi, orang yang menderita anemi bagian putih matanya
akan terlihat putih tanpa terlihat arteri yang sedikit kemerahan.
c. Palpasi adalah kegiatan perabaan pada bagian tubuh tertentu
untuk mengetahui adanya kelainan karena kekurangan gizi.
Misalnya melakukan palpasi dengan menggunakan kedua ibu
jari pada kelenjar tiroid anak untuk mengetahui adanya
pembesaran gondok karena kekurangan iodium.
d. Perkusi adalah melakukan mengetukkan pada bagian tubuh
tertentu untuk mengetahui reaksi yang terjadi atau suara yang
keluar dari bagian tubuh yang diketuk.

11
e. Auskultasi adalah mendengarkan suara yang muncul dari
bagian tubuh untuk mengetahui ada tidaknya kelainan tubuh.

a) Kelebihan metode klinis untuk menilai status gizi antara lain :


 Pemeriksaan status gizi dengan metode klinis mudah
dilakukan dan pemeriksaannya dapat dilakukan dengan
cepat. Misal pemeriksaan anak yang odema karena
kekurangan protein cukup memijit bagian kaki yang
bengkak
 Melakukan pemeriksaan status gizi dengan metode klinis
tidak memerlukan alat-alat yang rumit. Misalnya pada
pengukuran pembesaran kelenjar gondok karena
kekurangan iodium, cukup dengan menggunakan jari-jari
tangan pengukur.
 Tempat pemeriksaan klinis dapat dilakukan di mana saja,
tidak memerlukan ruangan yang khusus.
 Kalau prosedur ukur dilakukan dengan tepat, maka metode
klinis menghasilkan data yang cukup akurat dalam menilai
status gizi.

b) Kekurangan metode klinis untuk menilai status gizi antara lain:


 Pemeriksaan klinis untuk menilai status gizi memerlukan
pelatihan yang khusus. Setiap jenis kekurangan gizi akan
menunjukkan gejala klinis yang berbeda, masing-masing
harus dilakukan pelatihan yang berbeda.
 Ketepatan hasil ukuran terkadang dapat bersifat subjektif.
Terkadang pengalaman melakukan pemeriksaan
mempengaruhi hasil, semakin lama pengalaman yang
dimiliki, maka hasil akan semakin tepat.
 Untuk kepastian data status gizi, terkadang diperlukan data
pendukung lain, seperti data pemeriksaan biokimia.
Contohnya untuk memastikan seseorang yang

12
menunjukkan gejala anemi, perlu didukung data
pemeriksaan kadar hemoglobin dari pemeriksaan biokimia.
 Seseorang yang menderita gejala klinis kekurangan gizi,
biasanya tingkat defisiensi zat gizi cenderung sudah tinggi.
Misalnya seseorang yang menunjukkan adanya benjolan
pada persendian kaki karena kelebihan kolesterol, maka
kelebihan kolesterol dalam tubuh sudah dalam taraf yang
tinggi.
 Waktu pelaksanaan pengukuran dengan metode klinis,
dipengaruhi oleh lingkungan, seperti bising, anak rewel,
tebal kulit/pigmen, dan pengaruh yang lain. Misalnya sulit
dilakukan pemeriksaan klinis anemia pada orang yang
berkulit hitam, karena kulitnya gelap.

4. Metode Pemeriksaan Konsumsi Pangan

Ketidakcukupan asupan gizi atau kelebihan asupan gizi dapat


diketahui melalui pengukuran konsumsi pangan (dietary method). Asupan
zat gizi dari makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi status gizi
individu. Asupan gizi saat ini tidak langsung menghasilkan status gizi saat
ini juga. Memerlukan waktu, karena zat gizi akan mengalami metabolisme
dalam tubuh terlebih dahulu untuk sampai dimanfaatkan oleh
tubuh.(Muros et al., 2019)

Pengukuran konsumsi makanan sering juga disebut survei


konsumsi pangan, merupakan salah satu metode pengukuran status gizi.
Asupan makan yang kurang akan mengakibatkan status gizi kurang.
Sebaliknya, asupan makan yang lebih akan mengakibatkan status gizi
lebih. Tujuan umum dari pengukuran konsumsi pangan adalah untuk
mengetahui asupan gizi dan makanan serta mengetahui kebiasaan dan
pola makan, baik pada individu, rumah tangga, maupun kelompok
masyarakat. Tujuan khusus pengukuran konsumsi pangan adalah :

1. Menentukan tingkat kecukupan asupan gizi pada individu;

13
2. Menentukan tingkat asupan gizi individu hubungannya dengan
penyakit;
3. Mengetahui rata-rata asupan gizi pada kelompok masyarakat;
4. Menentukan proporsi masyarakat yang asupan gizinya kurang.

C. Klasifikasi Status Gizi

Untuk mengetahui klasifikasi status gizi diperlukan ada batasan


batasan yang disebut dengan ambang batas. Batasan setiap negara relatif
berbeda, hal ini tergantung dari kesepakatan para ahli gizi di negara tersebut,
berdasarkan hasil penelitian empiris dan keadaan klinis.

1. Klasifikasi Gomez (1956)

Buku yang digunakan oleh Gomez adalah baku rujukan


Harvard. Indeks yang digunakan adalah berat badan menurut umur
(BB/U). Sebagai baku patokan digunakan persentil 50 (Supariasa,
dkk. 2002).

2. Klasifikasi Jelliffe

Indeks yang digunakan oleh Jelliffe adalah berat badan


menurut umur (Supariasa, dkk. 2002)

14
3. Klasifikasi Menurut Depkes RI (1999)

Buku petunjuk teknis Pemantauan Status Gizi (PSG) anak


balita tahun 1999 klasifikasi status gizi dibagi menjadi 5 yaitu, Gizi
lebih, gizi baik, gizi sedang, gizi kurang, dan gizi buruk. Indeks yang
digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U) (Supariasa,
dkk. 2002).

4. Klasifikasi Cara WHO

Indeks yang digunakan adalah BB/TB, BB/U, dan TB/U.


Standard yang digunakan adalah NCHS (National Centre For
Health Statistics, USA) (Supariasa, dkk. 2002).

15
BAB III

METODE PRAKTIKUM ANTROPOMETRI

A. Jenis Metode Yang Digunakan

Antropometri (ukuran tubuh) merupakan salah satu cara langsung


menilai status gizi, khususnya keadaan energi dan protein tubuh seseorang.
Dengan demikian, antropometri merupakan indikator status gizi yang
berkaitan dengan masalah kekurangan energi dan protein yang dikenal
dengan KEP. Antropometri dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor
lingkungan. Konsumsi makanan dan kesehatan (adanya infeksi) merupakan
faktor lingkungan yang mempengaruhi antropometri (Aritonang, 2013).

Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos


artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran
tubuh. Pengertian ini bersifat sangat umum sekali (Supariasa, dkk, 2001).
Sedangkan sudut pandang gizi, Jelliffe (1966) mengungkapkan bahwa
antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Penggunaan antropometri, khususnya pengukuran berat badan pernah
menjadi prinsip dasar pengkajian gizi dalam asuhan medik. Berikut
pengukuran antropometri :

1. Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang


terpenting dan paling sering digunakan. Berat badan
menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral pada
tulang. Berat badan seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain : umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, dan keturunan
(Supariasa, 2001). Berat badan merupakan salah satu ukuran
antropometri yang memberikan gambaran masa tubuh (otot dan
lemak). Karena tubuh sangat sensitif terhadap perubahan keadaan
yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi,
menurunnya nafsu makan dan menurunnya jumlah makanan yang

16
dikonsumsi. Maka BB merupakan ukuran antropometri yang sangat
labil (Reksodikusumo, dkk, 1989).

Dalam keadaan normal dimana keadaan kesehatan baik dan


keseimbangan antara intake dan keutuhan gizi terjamin, berat
badan mengikuti perkembangan umur. Sebaiknya dalam keadaan
abnormal terdapat dua kemungkinan perkembangan BB, yaitu
dapat berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari keadaan
normal.

2. Tinggi Badan (TB)

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi


keadaan gizi yang telah lalu dan keadaan sekarang jika umur tidak
diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan
ukuran kedua yang penting,karena menghubungkan berat badan
terhadap tinggi badan, faktor umur bisa dikesampingkan. Tinggi
badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal.

Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan


dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan, tidak
seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah
defisiensi gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi
terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup
lama. Tinggi badan merupakan ukuran tubuh yang
menggambarkan pertumbuhan rangka. Dalam penilaian status gizi
tinggi badan dinyatakan sebagai indeks sama halnya dengan berat
badan (Supariasa, 2001)

3. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Menggunakan Berat Badan dan Tinggi badan. Berikut


penggolongan kategori IMT.

17
a. Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,00
b. Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,00 – 18,49
c. Normal 18,50 – 24,99
d. Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,00 –
26,99
e. Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,00

4. Lingkar Kepala Lingkar Lengan Atas (LiLA)

Lingkar kepala dapat digunakan sebagai pengukuran ukuran


pertumbuhan lingkar kepala dan pertumbuhan otak, walaupun tidak
sepenuhnya berkorelasi dengan volume otak. Pengukuran lingkar
kepala merupakan predikat terbaik dalam melihat perkembangan
saraf anak dan pertumbuhan global otak dan struktur internal.
Menurut rujukan CDC 2000, bayi laki-laki yang baru lahir ukuran
ideal lingkar kepalanya adalah 36 cm, dan pada usia 3 bulan
menjadi 41 cm. Sedangkan pada bayi perempuan ukuran ideal
lingkar kepalanya adalah 35 cm, dan akan bertambah menjadi 40
cm pada usia 3 bulan. Pada usia 4-6 bulan akan bertambah 1 cm
per bulan, dan pada usia 6-12 bulan pertambahan 0,5 cm per
bulan.

Lingkar lengan atas (LILA) merupakan gambaran keadaan


jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. LILA mencerminkan
tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh
oleh cairan tubuh. Ukuran LILA digunakan untuk skrining
kekurangan energi kronis yang digunakan untuk mendeteksi ibu
hamil dengan risiko melahirkan BBLR. Pengukuran LILA ditujukan
untuk mengetahui apakah ibu hamil atau wanita usia subur (WUS)
menderita kurang energi kronis (KEK). Ambang batas LILA WUS
dengan risiko KEK adalah 23.5 cm. Apabila ukuran kurang dari 23.5
cm, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan
diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR).

18
5. Tinggi Lutut dan Tinggi Duduk

Ukuran tinggi lutut (knee height) berkorelasi dengan tinggi


badan. Pengukuran tinggi lutut bertujuan untuk mengestimasi tinggi
badan klien yang tidak dapat berdiri dengan tegak, misalnya karena
kelainan tulang belakang atau tidak dapat berdiri. Pengukuran
tinggi lutut dilakukan pada klien yang sudah dewasa.

Tinggi duduk dapat digunakan untuk memprediksi tinggi


badan, terutama pada orang yang sudah lanjut usia. Tinggi duduk
dipengaruhi oleh potongan tulang rawan antar tulang belakang
yang mengalami kemunduran, juga tulang-tulang panjang pada
tulang belakang mengalami perubahan seiring dengan
bertambahnya usia.

6. Lingkar Pinggang, Lingkar Pergelangan Tangan/Wrist


Circumference (WC) dan Lingkar Leher Lingkar Leher/Neck
Circumference (Nc)

Lingkar pinggang menunjukkan simpanan lemak.


Kandungan lemak yang terdapat di sekitar perut menunjukkan
adanya perubahan metabolisme dalam tubuh. Perubahan
metabolisme tersebut dapat berupa terjadinya penurunan
efektivitas insulin karena beban kerja yang terlalu berat.
Peningkatan jumlah lemak di sekitar perut juga dapat menunjukkan
terjadinya peningkatan produksi asam lemak yang bersifat radikal
bebas. Tingginya kandungan lemak di sekitar perut
menggambarkan risiko kegemukan. Ukuran lingkar pinggang akan
mudah berubah tergantung banyaknya kandungan lemak dalam
tubuh. Sebaliknya, ukuran panggul pada orang sehat relatif stabil.
Ukuran panggul seseorang yang berusia 40 tahun akan sama
dengan ukuran panggul orang tersebut ketika berusia 22 tahun.
Oleh sebab itu, rasio lingkar pinggang dan panggul (RLPP) atau
waist to hip ratio (WHR) dapat menggambarkan kegemukan.

19
Pengukuran WC dilakukan menggunakan pita ukur biasa
dengan tingkat ketelitian 0,1 cm. pengukuran dilakukan dengan
tuberculum dorsale radii sebagai patokan, bagian distal dan sejajar
dengan ulnae 35 bagian distal. Selain itu perlu dipertimbangkan
tinggi badan individu untuk menentukan besar WC.

Lingkar leher diukur menggunakan pita ukur biasa dengan


tingkat ketelitian 0,1 cm. Pengukuran NC dilakukan dengan posisi
tegak, tenang, dan menghadap lurus ke depan, pengukuran NC
pada perempuan terletak di bagian tengah leher di antara spina
servikalis spina servikalis media sampai bagian tengah leher
depan. Sedangkan pada laki-laki pengukuran lingkar leher dibawah
laring tepatnya kartilago tiroid dan tegak lurus dengan axis vertical
leher (tinggi pita pengukur di bagian depan leher sama dengan
tinggi pita pengukur di bagian belakang leher).

B. Alat dan Bahan dari Metode yang Digunakan

1. Pengukuran Berat Badan

Pengukuran berat badan memerlukan alat yang hasil ukurannya


akurat. Untuk mendapatkan ukuran berat badan yang akurat, terdapat
beberapa persyaratan alat ukur berat di antaranya adalah alat ukur harus
mudah digunakan dan dibawa, mudah mendapatkannya, harga alat relatif
murah dan terjangkau, ketelitian alat ukur sebaiknya 0,1 kg (terutama alat
yang digunakan untuk memonitor pertumbuhan), skala jelas dan mudah
dibaca, cukup aman jika digunakan, serta alat selalu dikalibrasi.

Beberapa jenis alat timbang yang biasa digunakan untuk


mengukur berat badan adalah dacin untuk menimbang berat badan balita,
timbangan detecto, bathroom scale (timbangan kamar mandi), timbangan
injak digital, dan timbangan berat badan lainnya.

20
2. Pengukuran Tinggi dan Panjang Badan

Istilah tinggi badan digunakan untuk anak yang diukur dengan cara
berdiri, sedangkan panjang badan jika anak diukur dengan berbaring
(belum bisa berdiri). Anak berumur 0–2 tahun diukur dengan ukuran
panjang badan, sedangkan anak berumur lebih dari 2 tahun dengan
menggunakan microtoise. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur
tinggi badan atau panjang badan harus mempunyai ketelitian 0,1 cm.

Tinggi badan dapat diukur dengan menggunakan microtoise (baca:


mikrotoa). Kelebihan alat ukur ini adalah memiliki ketelitian 0,1 cm, mudah
digunakan, tidak memerlukan tempat yang khusus, dan memiliki harga
yang relatif terjangkau. Kelemahannya adalah setiap kali akan melakukan
pengukuran harus dipasang pada dinding terlebih dahulu. Sedangkan
panjang badan diukur dengan infantometer (alat ukur panjang
badan).(Maschinen et al., no date)

3. Pengukuran Lingkar Kepala dan Lingkar Lengan Atas (LiLA)

Mengukur lingkar kepala dilakukan dengan melingkarkan pita


pengukur melalui bagian paling menonjol di bagian kepala belakang
(protuberantia occipitalis) dan dahi (glabella). Saat pengukuran sisi pita
yang menunjukkan sentimeter berada di sisi dalam agar tidak
meningkatkan kemungkinan subjektivitas pengukur. Kemudian cocokkan
terhadap standar pertumbuhan lingkar kepala.

Sedangkan pengukuran LILA dilakukan pada pertengahan antara


pangkal lengan atas dan ujung siku dalam ukuran cm (centimeter).
Kelebihannya mudah dilakukan dan waktunya cepat, alat sederhana,
murah dan mudah dibawa.

4. Pengukuran Tinggi Lutut dan Tinggi Duduk

Pengukuran tinggi lutut dilakukan pada klien yang sudah dewasa.


Pengukuran tinggi lutut dilakukan dengan menggunakan alat ukur caliper
(kaliper). Pengukuran dilakukan pada lutut kiri dengan posisi lutut yang

21
diukur membentuk sudut siku siku (90°). Pengukuran tinggi lutut dapat
dilakukan pada klien dengan posisi duduk atau dapat juga pada posisi
tidur.

Lalu, mengukur tinggi duduk dapat dilakukan dengan menggunakan


microtoise, dengan dibantu bangku khusus. Orang yang mau diukur tinggi
duduknya, duduk pada bangku, kemudian dengan menggunakan
microtoise dapat diketahui tinggi duduk orang tersebut.

5. Pengukuran Lingkar Pinggang, Lingkar Pergelangan Tangan/Wrist


Circumference (WC) dan Lingkar Leher Lingkar Leher/Neck
Circumference (Nc)

Ketiganya dapat dilakukan dengan menggunakan alat pita ukur


ataupun meteran. Namun, khusus untuk lingkar leher pengukuran tidak
boleh dilakukan dengan menekan leher terlalu kuat. Lingkar leher diukur
menggunakan pita ukur biasa dengan tingkat ketelitian 0,1 cm.

Pengukuran NC dilakukan dengan posisi tegak, tenang, dan


menghadap lurus ke depan, pengukuran NC pada perempuan terletak di
bagian tengah leher di antara spina servikalis spina servikalis media
sampai bagian tengah leher depan. Sedangkan pada laki-laki pengukuran
lingkar leher dibawah laring tepatnya kartilago tiroid dan tegak lurus
dengan axis vertical leher (tinggi pita pengukur di bagian depan leher
sama dengan tinggi pita pengukur di bagian belakang leher). Pengukuran
tidak boleh dilakukan dengan menekan leher terlalu kuat.

C. Prosedur Penggunaan Alat Dan Bahan Dari Metode yang Digunakan

1. Prosedur Pengukuran Berat Badan pada Orang Dewasa

Pengukuran dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :

a. Mengecek weight scale dan harus menunjuk angka nol


b. Memastikan subjek berpakaian minimal
c. Subjek berdiri ditengah timbangan dan pandangan lurus ke
depan

22
d. Membaca skala berat badan dan dicatat dalam 0,1 kg terdekat

2. Prosedur Pengukuran Berat Badan Pada Anak

a. Pengukuran Pada Anak Bisa Berdiri

Anak yang sudah bisa berdiri dan kooperatif dapat diukur


dengan timbangan injak seperti dewasa

b. Prosedur Pengukuran Berat Badan Pada Anak Belum Bisa Berdiri

Terdapat dua alat yang dapat digunakan untuk melakukan


pengukuran pada anak belum bisa berdiri, infant scale atau dacin.

1) Infant Scale
a) Pastikan alat timbangan berada ditempat yang rata dan
datar
b) Ketika jarum timbangan menunjuk ke angka nol, timbang
bayi dengan pakaian minimal
c) Baca dan catat berat badan sesuai dengan angka yang
ditunjuk oleh jarum timbangan
2) Dacin
a) Balita dimasukkan ke dalam sarung timbang dengan
pakaian minim dan geser bandul sampai jarum tegak
lurus
b) Baca berat badan dengan melihat angka yang terdapat di
ujung bandul geser

3. Prosedur Pengukuran Tinggi Badan Dewasa

Langkah-langkah pengukuran tinggi badan pada orang dewasa


adalah sebagai berikut :

a. Objek melepaskan alas kaki atau topi


b. Berdiri tegak dan merapat di alat ukur
c. Memposisikan tumit, betis, gluteus, skapula dan kepala merapat
alat ukur

23
d. Subjek memandang lurus ke depan dan menarik nafas panjang
untuk membantu menegakkan tulang belakang
e. Menurunkan movable headboard dengan pelan hingga
mencapai bagian atas kepala
f. Pengukuran TB diambil pada saat inspirasi maksimum dengan
pandangan mata pengukur sejajar dengan headboard & dicatat
dalam mm terdekat

4. Prosedur Pengukuran Tinggi Badan Pada Bayi/Anak Belum Bisa Berdiri

a. Alat pengukur ditempelkan pada permukaan yang keras dan rata.


Bagian yang ditempelkan adalah bagian alat pengukur yang lebih
panjang. Kemudian tarik meteran pengukur hingga terlihat angka 0
pada garis merah di kaca pengukur yang menempel di tembok.
b. Setelah itu, pastikan pengukur menempel dengan stabil dan siap
digunakan.

5. Prosedur Pengukuran Lingkar Kepala

a. Lingkar kepala diukur dengan cara melingkarkan pita pengukur melalui


bagian paling menonjol di bagian kepala belakang (protuberantia
occipitalis) dan dahi (glabella).
b. Cocokkan terhadap standar pertumbuhan lingkar kepala

6. Prosedur Pengukuran Lingkar Lengan

a. Pengukuran dilakukan pada lengan kiri atau lengan yang tidak aktif
b. Pengukuran dilakukan pada pertengahan antara pangkal lengan atas
dan ujung siku dalam ukuran cm (centimeter).

D. Kelebihan Metode yang Digunakan

a. Prosedur pengukuran antropometri umumnya cukup sederhana dan aman


digunakan.
b. Untuk melakukan pengukuran antropometri relatif tidak membutuhkan
tenaga ahli, cukup dengan dilakukan pelatihan sederhana.

24
c. Alat untuk ukur antropometri harganya cukup murah terjangkau, mudah
dibawa dan tahan lama digunakan untuk pengukuran.
d. Ukuran antropometri hasilnya tepat dan akurat.
e. Hasil ukuran antropometri dapat mendeteksi riwayat asupan gizi yang
telah lalu.
f. Hasil antropometri dapat mengidentifikasi status gizi baik, sedang, kurang
dan buruk.
g. Ukuran antropometri dapat digunakan untuk skrining (penapisan),
sehingga dapat mendeteksi siapa yang mempunyai risiko gizi kurang atau
gizi lebih.

E. Kekurangan Metode yang Digunakan

a. Hasil ukuran antropometri tidak sensitif, karena tidak dapat membedakan


kekurangan zat gizi tertentu, terutama zat gizi mikro misal kekurangan
zinc. Apakah anak yang tergolong pendek karena kekurangan zink atau
kekurangan zat gizi yang lain.
b. Faktor-faktor di luar gizi dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas
ukuran. Contohnya anak yang kurus bisa terjadi karena menderita infeksi,
sedangkan asupan gizinya normal. Atlet biasanya mempunyai berat yang
ideal, padahal asupan gizinya lebih dari umumnya.
c. Kesalahan waktu pengukuran dapat mempengaruhi hasil. Kesalahan
dapat terjadi karena prosedur ukur yang tidak tepat, perubahan hasil ukur
maupun analisis yang keliru. Sumber kesalahan bisa karena pengukur,
alat ukur, dan kesulitan mengukur

25
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Antropometri (ukuran tubuh) merupakan indikator status gizi yang berkaitan


dengan masalah kekurangan energi dan protein. Dimana antropometri gizi
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Pengukuran
antropometri meliputi berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh, lingkar
kepala lingkar lengan atas, tinggi lutut dan tinggi duduk, lingkar pinggang dan
terakhir adalah lingkar leher.

B. Saran

Metode antropometri memiliki beberapa kekurangan seperti hasil yang tidak


sensitif, karena tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu. Oleh
karena itu, kita perlu mengetahui dan mengembangkan pengetahuan
mengenai gizi dan juga cara penilaian status gizi tersebut salah satunya
metode pemeriksaan antropometri.

26
DAFTAR PUSTAKA

Daradkeh, G. et al. (2016) Handbook of Nutritional Assessment through Life Cycle.


Nova Science Publishing.

Par‟i, Holil M., Sugeng Wiyono, dkk. (2017). PENILAIAN STATUS GIZI. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan (2010) „Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak‟,


Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, p. 40.

Maschinen, B. et al. (2010) Manual Anthropometry. Muros, J. J. et al. (2019)


„Assessing the dietary intake of calcium, magnesium, iron, zinc and
copper in institutionalised children and adolescents from L;doi:
10.1016/j.jtemb.2019.02.009.

Rolfes, W. (2008) Understanding Nutrition. Belmont: Wadsworth/Cengage Learning.

World Health Organization (2010) Physical Status: The Use And Interpretation of
Anthropometry. Available at:
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/37003/1/WHO_ TRS_854.pdf
(Accessed: 16 March 2017).

http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/122525-S%205254-Faktor-faktor-
Tinjauan%20literatur.pdf

27
LAMPIRAN

Lampiran 1 Dacin Lampiran 2 Bathroom Scale

Lampiran 3 Infant Scale

Lampiran 4 Timbangan Detecto

Lampiran 5 Pita Ukur

Lampiran 6 Kaliper

Lampiran 7 Microtoise
Lampiran 8 Infantometer

28

Anda mungkin juga menyukai