Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ANALISA JURNAL

Aplikasi Paediatric Triage Metode Jumpstart Mempengaruhi Kesiapan Penanganan


Awal Kegawatdaruratan Pada Anak

DISUSUN OLEH:

SITI NURHIDAYATI PUTRI


NIM: SRP19316062

PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT karena rahmat dan
hidayahnya penulis  bisa menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat serta salam semoga
tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di yaumul
qiamah nanti.Maksud dan tujuan kami menyelesaikan tugas makalah ini adalah tidak lain
untuk memenuhi salah satu dari tugas  yang di berikan serta merupakan tanggung jawab
kami pada tugas yang diberikan.

Demikian pengantar yang dapat kami sampaikan dimana kami sadar


bahwasanya kami pun hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT hingga dalam
pembuatannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang
konstruktif akan senantiasa kami nanti dalam evaluasi diri.

Pontianak, April 2020

Hormat saya

Siti Nurhidayati Putri


NIM SRP19316062

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan......................................................................................................2
C. Manfaat Penulisan....................................................................................................2
D. Ruang Lingkup.........................................................................................................3
E. Metode Penulisan.....................................................................................................3
F. Sistematika Penulisan..............................................................................................4
BAB II : PROTOKOL

A. Identifikasi Topik.....................................................................................................5

B. Topik........................................................................................................................6

C. Tujuan......................................................................................................................6

D. Kriteria Inklusi.........................................................................................................6

E. Kriteria Ekslusi........................................................................................................7

F. Rencana pencarian...................................................................................................7

G. Istilah yang digunakan.............................................................................................7

BAB III : PEMBAHASAN

A. Hasil Pencarian........................................................................................................8

BAB IV : Pembahasan Hasil

A. Kekuatan otot........................................................................................................16

ii
B. Range of motion pada pasien stroke......................................................................16

BAB V : Kesimpulan & Saran

A. Kesimpulan ...........................................................................................................19
B. Saran......................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Murid sekolah merupakan kelompok yang beresiko tinggi terjadi keadaan


gawat darurat, karena banyak kemungkinan yang dapat terjadi pada kelompok
tersebut. Lembaga akademis siap mengurangi masalah ini dan meningkatkan
ketahanan bencana masyarakat dengan membentuk kemitraan sinergis antara sekolah
dengan praktisi darurat (Austin et al., 2014). Kata “triage” berasal dari bahasa
Perancis “trier” yang berarti menyaring atau untuk menyortir (Ryan, 2008). Lossius
et al. (2012) mendefinisikan triage adalah proses mengelompokkan pasien sesuai
dengan tingkat keparahan cedera dan menentukan prioritas untuk perawatan lebih
lanjut. Kegawatdaruratan adalah suatu keadaan yang menimpa seseorang yang dapat
menimbulkan ancaman jiwa, dalam arti perlu pertolongan tepat, cermat dan tepat.
Kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan pada siapa saja baik
keadaan sehari-hari maupun musibah massal dan bencana (Ryan, 2008).

B. Tujuan Penulisan

Tujuan analisis jurnal ini untuk mengetahui

C. Manfaat Penulisan

1
BAB II

RESUME JURNAL

A. Identitas Jurnal

1. Judul jurnal :Aplikasi Paediatric Triage Metode Jumpstart Mempengaruhi


Kesiapan Penanganan Awal Kegawatdaruratan Pada Anak

2. Nama jurnal : Jurnal Ilmiah Kesehatan

3. Volume : Vol .6, No.3,2018,hal 286-293

4. Penulis : Ani Sutriningsi, Vita Maryah Ardiyani

5. DOI : Tersedia online di https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/care

ISSN 2527-8487 (online)

ISSN 2089-4503 (cetak)

B. Metodologi

Dalam jurnal ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan


pendekatan one group pretest and posttest design dimana pengambilan data
dilakukan di awal dan di akhir atau setelah pemberian perlakuan baik pada satu
kelompok perlakuan. Populasi adalah seluruh guru dan karyawan di SDN Purwosari
I Kabupaten Pasuruan sebanyak 21 orang. Sampel adalah guru dan karyawan yang
aktif pada Tahun Ajaran 2017/2018 sebanyak 16 orang.Teknik sampling
menggunakan purposive sampling. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
aplikasi Paediatric Triage metode JumpSTART dan variabel dependen dalam
penelitian ini adalah kesiapan penanganan awal kegawatdaruratan. Instrumen dalam
penelitian ini terdiri dari: Standart Operating Procedure (SOP) yang digunakan
untuk panduan pelaksanaan aplikasi Paediatric Triage metode JumpSTART serta
kuesioner dan lembar observasi yang digunakan untuk mengumpulkan data kesiapan
penanganan awal kegawatdaruratan pada anak yang disusun peneliti berdasarkan

2
tinjauan pustaka yang terdiri dari 10 butir soal yang sudah diuji validitas dan
reliabilitas.

Analisa data menggunakan uji Marginal Homogenity dengan bantuan SPSS


pada taraf signifikansi didapatkan p value 0.001 < (α 0,05). Etika penelitian dengan
menerapkan prinsip respect for person (Menghormati harkat dan martabat manusia),
meminimalkan hal merugikan (maleficence), memaksimalkan hasil yang bermanfaat
(beneficence), menjelaskan prosedur penelitian dan memperhatikan kejujuran
(honesty) serta ketelitian.

Hasil dari jurnal penelitian ini diperoleh data kesiapan penanganan awal
kegawatdaruratan pada anak sebelum diberikan aplikasi Paediatric Triage metode
JumpSTART separuh responden (50%) sebelum diberikan aplikasi Paediatric Triage
metode JumpSTART mempunyai kesiapan penanganan awal kasus
kegawatdaruratan dalam kategori tidak baik. Berdasarkan hasil diperoleh data
kesiapan penanganan awal kegawatdaruratan pada anak sesudah diberikan aplikasi
Paediatric Triage metode JumpSTART lebih dari separuh responden (56%) sesudah
diberikan aplikasi Paediatric Triage metode JumpSTART mempunyai kesiapan
penanganan awal kasus kegawatdaruratan dalam kategori baik.

BAB III

HASIL

A. Hasil Pencarian ( Uraian singkat isi artikel )

Artikel 1

3
Pengaruh Latihan ROM terhadap Peningkatan Kekuatan Otot pada Pasien Stroke
Iskemik Di RSUDZA Banda Aceh
Oleh : Marlina

Stroke adalah kerusakan fungsi saraf akibat kelainan vascular yang berlangsung
lebih dari 24 jam atau kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai
darah kebagian otak sehingga mengakibatkan penghentian suplai darah ke otak,
kehilangan sementara atau permanen gerakan, berfikir, memori, bicara atau sensasi dan
mobilisasi. Angka kejadian stroke meningkat seiring dengan pertambahan usia (Siswono,
2001). Data tahun 2007 dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa
sebanyak 15 juta orang per tahun di seluruh dunia terkena stroke (World Health Report,
2007). Indonesia sendiri merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di
Asia dimana stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah penyakit
jantung dan kanker serta menempati urutan pertama dalam hal penyebab kecacatan fisik
(Pdpersi, 2001). Setiap tahunnya diperkirakan 500 ribu penduduk di Indonesia terkena
serangan stroke.

Stroke dapat berdampak pada berbagai fungsi tubuh. Umumnya, stroke dapat
mengakibatkan lima tipe ketidakmampuan, yaitu Paralisis atau masalah mengontrol
gerakan, gangguan sensori, termasuk nyeri, masalah dalam menggunakan atau mengerti
bahasa, masalah dalam berpikir dan memori, dan gangguan emosional.

Peranan rehabilitasi merupakan bagian yang tidak bisa dilepaskan oleh Insan, Paska
Stroke (IPS), karena fungsinya yang begitu penting bagi proses pemulihan anggota tubuh
yang cacat, akibat serangan stroke yang di alami pasien stroke. Pelayanan yang diberikan
harus lebih mengutamakan pada pendekatan individu, dengan demikian pasien merasa
lebih dekat dengan para tim kesehatan terkait dengan masalah saraf yang membantunya
salah satunya dengan cara latihan Range of Motion.

Latihan Range of Motion (ROM) merupakan salah satu bentuk latihan dalam proses
rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada
pasien dengan stroke. Latihan ini adalah salah satu bentuk intervensi fundamental
perawat yang dapat dilakukan untuk keberhasilan regimen terapeutik bagi pasien dan
dalam upaya pencegahan terjadinya kondisi cacat permanen pada pasien paska perawatan

4
di rumah sakit sehingga dapat menurunkan tingkat ketergantungan pasien pada keluarga.
latihan pada pasien stroke dilakukan beberapa kali dalam sehari untuk mencegah
komplikasi.

ROM pada pasien yang mengalami kelemahan pada awalnya sangat penting untuk
mencegah terjadinya kontraktur sehingga dapat mengurangi risiko deformitas menetap
dan palsi akibat dari tekanan. Program latihan ROM dapat mengoptimalkan kekuatan otot
sehingga meningkatkan perawatan diri secara maksimal. Rata-rata kekuatan otot
responden pada latihan ROM sebelum intervensi berbeda dengan setelah dilakukannya
intervensi.

Latihan ROM dapat meningkatkan kekuatan otot pada kelompok intervensi yaitu
rata-rata kekuatan otot pertama 3,68 tetapi setelah diberikan latihan ROM selama 6 hari
maka dapat meningkatkan kekuatan otot yang dibuktikan dengan hasil peningkatan
kekuatan otot pada hari keenam rata-rata 4,60 dibandingkan kekuatan otot pada
kelompok kontrol sebelum intervensi 2,76 dan setelah intervensi dilakukan pengukuran
kedua pada hari keenam maka diperoleh rata-rata peningkatan kekuatan otot adalah 2,84
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang bermakna kekuatan otot sebelum
latihan ROM dengan setelah latihan ROM.

Pelaksanaan latihan ROM pada pasien stroke secara intens, terarah dan teratur,
maka dapat mempengaruhi kemampuan motorik pasien untuk meningkatkan
kemandirian. Setelah latihan ini dilakukan maka pasien dapat melakukan aktivitas sehari-
hari sehingga pasien pulang tidak lagi ketergantungan pada perawat dan keluarga ataupun
orang lain.

Artikel 2

Pengaruh Rom (Range of Motion) Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Pada


Pasien Stroke Non Hemoragic
Oleh : Anggriani, Zulkarnain, Sulaimani, Roni Gunawan

Kelemahan tangan maupun kaki pada pasien stroke akan mempengaruhi kontraksi
otot. Berkurangnya kontraksi otot disebabkan karena berkurangnya suplai darah ke otak

5
belakang dan otak tengah, sehingga dapat menghambat hantaran jaras-jaras utama antara
otak dan medula spinalis. Penderita stroke perlu penanganan yang baik untuk mencegah
kecacatan fisik dan mental (Gorman, et al, 2012).

Sebesar 30% - 40% penderita stroke dapat sembuh sempurna bila ditangani dalam
waktu 6 jam pertama (golden periode), namun apabila dalam waktu tersebut pasien
stroke tidak mendapatkan penanganan yang maksimal maka akan terjadi kecacatan atau
kelemahan fisik seperti hemiparese. Terapi dibutuhkan segera untuk mengurangi cedera
cerebral lanjut, salah satu program rehabilitasi yang dapat diberikan pada pasien stroke
yaitu mobilisasi persendian dengan latihan range of motion (Levine, 2008).

Range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan


atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan pergerakkan sendi secara normal
dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot. Melakukan mobilisasi
persendian dengan latihan ROM dapat mencegah berbagai komplikasi seperti nyeri
karena tekanan, kontraktur, tromboplebitis, dekubitus sehingga mobilisasi dini penting
dilakukan secara rutin dan kontinyu.

Memberikan latihan ROM secara dini dapat meningkatkan kekuatan otot karena
dapat menstimulasi motor unit sehingga semakin banyak motor unit yang terlibat maka
akan terjadi peningkatan kekuatan otot, kerugian pasien hemiparese bila tidak segera
ditangani maka akan terjadi kecacatan yang permanen (Potter & Perry, 2009).

Ada dua jenis latihan ROM yaitu ROM aktif dan ROM pasif. ROM aktif yaitu
pasien menggunakan ototnya untuk melakukan gerakan secara mandiri, sedangkan ROM
pasif adalah latihan yang dilakukan dengan bantuan orang lain. ROM pasif dilakukan
karena pasien belum mampu menggerakkan anggota badan secara mandiri.

Manfaat dan Tujuan ROM Pasif yaitu :


1. Mengkaji kemampuan otot, tulang, dan sendi dalam melakukan pergerakan.
2. Mempertahankan atau memelihara fleksibilitas dan kekuatan otot.
3. Memelihara mobilitas persendian.
4. Merangsang sirkulasi darah.
5. Mencegah kelainan bentuk, kekakuan, dan kontraktur.

6
6. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan.

Waktu dan Frekuensi ROM Pasif yang benar adalah:


1. Idealnya latihan ini dilakukan sekali sehari.
2. Lakukan masing-masing gerakan sebanyak 10 hitungan, latihan dilakukan
dalam waktu 30 menit.
3. Mulai latihan secara perlahan, dan lakukan latihan secara bertahap.
4. Usahakan sampai mencapai gerakan penuh tetapi jangan memaksakan
gerakan.
5. Jangan memaksakan suatu gerakan pada pasien, gerakan hanya sampai pada
batas yang ditoleransi pasien.
6. Jaga supaya tungkai dan lengan, anggota badan menyokong seluruh gerakan.
7. Hentikan latihan apabila pasien merasa nyeri, dan segera konsultasikan ke
tenaga kesehatan.
8. Dilakukan dengan pelan-pelan dan hati-hati dengan melihat respon/keadaan
pasien.

Setelah diberikan latihan ROM pada pasien stroke terjadi peningkatan kekuatan
otot dan kemampuan fungsional secara signifikan. Sebesar 30% - 40% pasien stroke
dapat sembuh sempurna bila ditangani dalam waktu 6 jam pertama, namun apabila
dalam waktu tersebut pasien stroke tidak mendapatkan penanganan yang maksimal maka
akan terjadi kecacatan atau kelemahan fisik.

Artikel 3

Efektifitas Range Of Motion (Rom) Aktif Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot


Pada Penderita Stroke

Oleh: Susana Nurtanti, Widya Ningrum

Prevalensi kasus stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan


sebesar 7,0 per mill dan 12,1 per mill yang terdiagnosis memiliki gejala stroke.
Prevalensi kasus stroke tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Utara (10,8%) dan

7
terendah di Provinsi Papua (2,3%), sedangkan di Provinsi Jawa Tengah sebesar (7,7%).
Prevalensi stroke antara laki-laki dengan perempuan hampir sama (Kemenkes, 2013).

Menurut Dinkes Provinsi Jawa Tengah (2012), stroke dibedakan menjadi stroke
hemoragik dan stroke non hemoragik. Prevalensi stroke hemoragik di Jawa Tengah tahun
2012 adalah 0,07 lebih tinggi dari tahun 2011 (0,03%). Prevalensi tertinggi tahun 2012
adalah Kabupaten Kudus sebesar 1,84%. Prevalensi stroke non hemoragik pada tahun
2012 sebesar 0,07% lebih rendah dibanding tahun 2011(0,09%). Pada tahun 2012, kasus
stroke di Kota Surakarta cukup tinggi. Kasus stroke hemoragik sebanyak 1.044 kasus dan
135 kasus untuk stroke non hemoragik. Range of Motion (ROM) aktif adalah latihan
yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan
kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkkan
massa otot dan tonus otot. Mobilisasi persendian dengan latihan ROM aktif dapat
mencegah berbagai komplikasi seperti saluran perkemihan, pneumonia aspirasi, nyeri
karena tekanan, kontraktur, tromboplebitis, dekubitus sehingga mobilisasi dini penting
dilakukan secara rutin dan kontinyu. Memberikan latihan ROM aktif secara dini dapat
meningkatkan kekuatan otot karena menstimulasi motor unit yang terlibat maka akan
terjadi peningktan kekuatan otot (Potter & Perry, 2005 dalam jurnal Lulus Eko Apriyanti,
2014). Salah satu masalah keperawatan yang perlu penanganan lebih lanjut yaitu
peningkatan kekuatan otot, karena pasien stroke akan merasa kehilangan kekuatan pada
salah satu anggota gerak. Pada penderita stroke atau lumpuh separuh badan, biasanya
penderita akan mengalami kesulitan dalam melakukan aktifitas karena keterbatasan ruang
gerak. Menurut WHO (2016) Dari 33 juta penderita stroke di dunia, lebih dari 12 juta
yang tersisa dengan cacat. Di Dusun Jaten Kedunggupit Sidoharjo terdapat 2 responden
yang mengalami kekakuan otot. Untuk mencegah hal tersebut maka perawat harus
memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh. Tindakan yang dapat dilakukan
oleh perawat kepada pasien stroke dengan latihan mobilisasi, ROM sehari 2x tindakan ini
sangat efektif untuk mencegah kekakuan otot, memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga maupun pasien tentang tujuan peningkatan mobilitas fisik.

8
Artikel 4

Pengaruh Latihan Range Of Motion (Rom) Menggenggam Bola Terhadap Kekuatan


Otot Ekstremitas Atas pasien Stroke Iskemik
Oleh : Hendri Budi, Netti, Yossi Suryarinilsih
(Poltekkes Kemenkes Padang)

Stroke merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kerusakan/kecacatan


permanen, dan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Hasil statistik
memperkirakan bahwa 29% klien stroke akan meninggal dalam waktu satu tahun,

9
dengan 20% diantaranya meninggal dalam waktu tiga bulan, 25% mengalami
ketergantungan, dan hanya 46% sisanya yang bisa hidup mandiri. Salah satu manifestasi
klinis stroke ialah gangguan motorik. Stroke dapat menyisakan kelumpuhan, terutama
pada sisi yang terkena, timbul nyeri, sublokasi pada bahu, pola jalan yang salah dan
masih banyak kondisi yang perlu dievaluasi oleh perawat.
Salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
hemiparese pada ekstremitas atas pasien stroke adalah dengan melakukan latihan range
of motion (ROM) baik aktif maupun pasif. Intervensi keperawatan ini bertujuan untuk
mempertahankan fungsi tubuh dan mencegah komplikasi. Latihan ROM merupakan
salah satu rehabilitasi yang dapat diberikan pada pasien stroke.

Salah satu latihan ROM aktif yaitu latihan menggenggam bola. Latihan genggaman
pada tangan dapat dilakukan dengan menggunakan spherical grip karena paling mudah
dan praktis digunakan, yaitu dengan memberikan benda berbentuk bulat (seperti
bola tenis), lakukan koreksi pada jari-jari agar menggenggam sempurna, kemudian posisi
wrist joint 45 derajat, selanjutnya berikan instruksi untuk menggenggam
(menggenggam kuat) selama lima detik kemudian rileks, ini dilakukan pengulangan
sebanyak tujuh kali. Hal ini menunjukkan bahwa latihan ROM menggenggam bola
dapat meningkatkan kekuatan otot ekstremitas atas pasien stroke iskemik yang
mengalami kelemahan otot ekstremitas atas.

Pengaruh latihan gerak aktif menggenggam bola pada pasien stroke yang
mendapatkan hasil ada perbedaan bermakna rata-rata kekuatan otot sebelum dan sesudah
latihan rentang gerak sendi pasien pasca stroke sebelum dilakukan latihan range of
motion menunjukkan bahwa luas derajat rentang gerak sendi ekstremitas atas seperti
sendi peluru, sendi engsel, dan sendi kondiloid mengalami keterbatasan, namun sesudah
dilakukan latihan range of motion menunjukkan bahwa luas derajat rentang gerak sendi
meningkat pasien stroke iskemik memerlukan latihan ROM ini karena pasien stroke
dapat mengalami kelemahan anggota gerak yang salah satunya yaitu extremitas atas.
Manifestasi klinik yang sering terjadi pada pasien stroke diantaranya adalah kelemahan
pada alat gerak. Tanda dan gejala ini biasanya terjadi secara mendadak, fokal dan
mengenai satu sisi. Otot yang mengalami hemiparise perlu dilakukan rangsangan agar

10
kekuatan otot meningkat. Otot skelet harus dirangsang oleh sel syaraf untuk
berkontraksi. Satu unit motor diinervasi oleh satu neuron. Jika sel otot tidak
dirangsang, sel akan mengecil (atrofi) dan mati, bahkan kadang kadang diganti dengan
jaringan konektif yang irreversible ketika rusak. Oleh karena itu pasien stroke yang
mengalami kelemahan otot extremitas perlu dilakukan latihan ROM.

BAB IV

PEMBAHASAN HASIL

Pada bab ini akan dibahas perbandingan dari setiap artikel yang didapat mengenai
definisi, faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan otot dan rentang gerak ekstremitas
atas dan manfaat range of motion (ROM) pada pasien stroke. Kemudian melihat relevansi
hasil dari setiap penelitian dengan praktik asuhan keperawatan stroke di Indonesia.

11
A. Kekuatan otot

Kekuatan otot adalah tenaga yang dikeluarkan otot atau sekelompok otot untuk
berkontraksi pada saat menahan beban maksimal (Kemenkes RI, 2019). Penilaian
kekuatan otot pada orang yang kooperatif dilakukan dengan menilai tenaga
pasien secara berbanding dengan tenaga si pemeriksa yang menahan suatu
corak gerakan yang dilakukan oleh pasien. Pada orang-orang dalam keadaan
tidak sadar atau tidak kooperatif penilaian tenaga dilandaskan atas inspeksi
dan observasi terhadap gerakan-gerakan yang diperlihatkan (Unhas, 2016).

B. Range of Motion (ROM) pada pasien stroke

Keempat artikel di atas menunjukkan bahwa Program latihan ROM dapat


mengoptimalkan kekuatan otot sehingga meningkatkan perawatan diri secara
maksimal. rata-rata kekuatan otot sebelum dan sesudah latihan rentang gerak sendi
pasien pasca stroke sebelum dilakukan latihan range of motion menunjukkan bahwa
luas derajat rentang gerak sendi ekstremitas atas seperti sendi peluru, sendi engsel,
dan sendi kondiloid mengalami keterbatasan, namun sesudah dilakukan latihan
range of motion menunjukkan bahwa luas derajat rentang gerak sendi meningkat
pasien stroke iskemik memerlukan latihan ROM ini karena pasien stroke dapat
mengalami kelemahan anggota gerak yang salah satunya yaitu extremitas atas. Rata-
rata kekuatan otot responden pada latihan ROM sebelum intervensi berbeda dengan
setelah dilakukannya intervensi.

1. Definisi Range of motion

ROM ( Range of Motion) adalah jumlah maksimum gerakan yang


mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu
sagital, transversal, dan frontal. Range of motion (ROM) adalah latihan yang
dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan
kemampuan pergerakkan sendi secara normal dan lengkap untuk meningkatkan
massa otot dan tonus otot. Memberikan latihan ROM aktif secara dini dapat

12
meningkatkan kekuatan otot karena menstimulasi motor unit yang terlibat maka
akan terjadi peningktan kekuatan otot dan mengurangi kecacatan permanen.
Manfaat dan Tujuan ROM Pasif yaitu :
a) Mengkaji kemampuan otot, tulang, dan sendi dalam melakukan pergerakan.
b) Mempertahankan atau memelihara fleksibilitas dan kekuatan otot.
c) Memelihara mobilitas persendian.
d) Merangsang sirkulasi darah.
e) Mencegah kelainan bentuk, kekakuan, dan kontraktur.
f) Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan.

2. Jenis –Jenis ROM :

a) ROM Aktif, yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien)


dengan menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan motivasi, dan
membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara
mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif).
Keuatan otot 75 %. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot
serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif .
b) ROM Pasif, yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari
orang lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan
persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal (klien
pasif). Kekuatan otot 50 %. Indikasi latihan pasif adalah pasien
semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak
mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan
mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis
ekstermitas total (suratun, dkk, 2008). Rentang gerak pasif ini berguna
untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan
otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien

3. Indikasi
a) Stroke atau penurunan tingkat kesadaran.
13
b) Kelemahan otot.
c) Fase rehabilitasi fisik
d) Klien dengan tirah baring lama

4. Kontra Indikasi
a) Trombus/emboli pada pembuluh darah.
b) Kelainan sendi atau tulang.
c) Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung).

5. Attention
a) Monitor keadaan umum klien dan tanda-tanda vital sebelum dan setelah
latihan.
b) Tanggap terhadap respon ketidak nyamanan klien.
c) Ulangi gerakan sebanyak 3 kali.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Prevalensi kasus stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan


sebesar 7,0 per mill dan 12,1 per mill yang terdiagnosis memiliki gejala stroke.
Prevalensi kasus stroke tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Utara (10,8%) dan

14
terendah di Provinsi Papua (2,3%), sedangkan di Provinsi Jawa Tengah sebesar
(7,7%). Prevalensi stroke antara laki-laki dengan perempuan hampir sama
(Kemenkes, 2013). Stroke adalah kerusakan fungsi saraf akibat kelainan vascular
yang berlangsung lebih dari 24 jam. Kelemahan tangan maupun kaki pada pasien
stroke akan mempengaruhi kontraksi otot. Berkurangnya kontraksi otot disebabkan
karena berkurangnya suplai darah ke otak belakang dan otak tengah, sehingga dapat
menghambat hantaran jaras-jaras utama antara otak dan medula spinalis. Kelemahan
tangan maupun kaki pada pasien stroke akan mempengaruhi kontraksi otot.
Berkurangnya kontraksi otot disebabkan karena berkurangnya suplai darah ke otak
belakang dan otak tengah, sehingga dapat menghambat hantaran jaras-jaras utama
antara otak dan medula spinalis. Pelayanan yang diberikan harus lebih
mengutamakan pada pendekatan individu, dengan demikian pasien merasa lebih
dekat dengan para tim kesehatan terkait dengan masalah saraf yang membantunya
salah satunya dengan cara latihan Range of Motion. Tindakan yang dapat dilakukan
oleh perawat kepada pasien stroke dengan latihan mobilisasi, ROM sehari 2x
tindakan ini sangat efektif untuk mencegah kekakuan otot, memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga maupun pasien tentang tujuan peningkatan mobilitas
fisik.

B. Saran

Diharapkan perawat mampu memberikan intervensi kepada pasien stroke dengan


kelemahan dibagian ekstremitas dengan Range of Motion untuk mencegah kekakuan pada
otot dan kelemahan otot serta dapat memperlancar peredaran darah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anggriani, dkk. 2018. Pengaruh Rom (Range of Motion) Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas
Pada Pasien Stroke Non Hemoragic. Dikutip tanggal 2 april 2 020 dari
jurnal.kesdammedan.ac.id.

Budi, H,. Netti, Yossi, S. 2019. Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) Menggenggam Bola
Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Atas Pasien Stroke Iskemik. Dikutip tanggal 3 april
2020 dari Jurnal kesehatan mandiri : vol.14 No.2.
http://jurnal.poltekkespadang.ac.id/ojs/index.php/jsm/article/view/151.

Dinanti, E,. Mugi, H,. Wulandari, M. 2014. Pengaruh Rangeof Motion(Rom) Pasif Terhadap
Peningkatan Sudut Rentang Gerak Ekstremitas Atas Pasien Stroke Di Rsud
Tugurejo Semarang. Dikutip tanggal 1 april 2020 dari
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/view/465.

Marlina. 2011. Pengaruh Latihan ROM terhadap Peningkatan Kekuatan Otot pada Pasien Stroke
Iskemik Di RSUDZA Banda Aceh. Dikutip tanggal 2 april 2020 dari
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/viewFile/6407/5256.

Nurtanti, S,. Widya, N,. 2018. Efektifitas Range Of Motion (Rom) Aktif Terhadap Peningkatan
Kekuatan Otot Pada Penderita Stroke. Dikutip dari Jurnal Keperawatan GSH Vol.7 No.1
dari http://journal.akpergshwng.ac.id/index.php/gsh/article/view/63/56.

Irawandi, D. 2014. Range Of Motion. Dikutip tanggal 4 april 2020 dari 4


https://dediirawandi.files.wordpress.com/2014/08/rom.pdf.

Kemenkes RI. 2019. Latihan Fisik meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot. Dikutip
tanggal 4 april 2020 dari http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-
p2ptm/hipertensi-penyakit-jantung-dan-pembuluh-darah/page/4/latihan-fisik-
meningkatkan-kekuatan-dan-daya-tahan-otot.

Anda mungkin juga menyukai