Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS TRAUMA


ABDOMEN DI SISTEM PENCERNAAN

Oleh :

Di susun oleh:

Nama : Trisia Vironika


Nim : 2018.C.10a.0990

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/ 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


Nama : Trisa Vironika
NIM : 2018.C.10a.0990
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn. S
Dengan Diagnosa Trauma Abdomen Di Pencernaan

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menempuh Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II) Pada Program Studi S-1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Mengetahui
Ketua Program Studi S1
Keperawatan Pembimbing Akademik

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep Yelstria Ulina. T., S.Kep., Ners

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Diagnosa
Trauma Abdomen Di Sistem Pencernaan”. Laporan pendahuluan ini disusun guna
melengkapi tugas (PPK 2).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKES Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Yelstria Ulina. T., S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang
telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam
penyelesaian asuhan keperawatan ini
4. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 26 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................2
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................4
2.1 Konsep Dasar Penyakit.....................................................................4
2.1.1 Definisi...........................................................................................4
2.1.2 Anatomi Fisiologi...........................................................................4
2.1.3 Etiologi...........................................................................................7
2.1.4 Klasifikasi.......................................................................................7
2.1.5 Patofisiologi...................................................................................8
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)...........................................11
2.1.7 Komplikasi.....................................................................................11
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang..................................................................12
2.1.9 Penatalaksanaan Medis..................................................................13
2.2. Manajemen Asuhan Keperawatan....................................................13
2.2.1 Pengkajian......................................................................................13
2.2.2 Diagnosa.........................................................................................15
2.2.3 Intervensi........................................................................................16
2.2.4 Implementasi..................................................................................24
2.2.5 Evaluasi..........................................................................................24
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................25
3.1 Pengkajian.........................................................................................25
3.2 Diagnosa............................................................................................34
3.3 Intervensi...........................................................................................37
3.4 Implementasi.....................................................................................44
3.5 Evaluasi.............................................................................................44
BAB 4 PENUTUP...........................................................................................56
4.1 Kesimpulan........................................................................................56
4.2 Saran..................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang
terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau
yang menusuk (Ignativicus & Workman, 2006). Trauma abdomen adalah suatu
kerusakan pada daerah abdomen yang dapat disebabkan oleh benda tumpul atau
benda yang menusuk yang dapat menyebabkan cidera baik psikologisataupun
emosional.
Trauma abdomen terutama yang terjadi sebagai akibat trauma tumpul pada
abdomen dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada semua usia, akan
tetapi jenis trauma ini merupakan keadaan yang cukup memberikan tantangan
bagi setiap departemen gawat darurat maupun bagi tenaga medis yang bekerja
pada departemen tersebut dikarenakan oleh presentasi maupun gejala klinis yang
sangat bervariasi pada setiap kasus yang terjadi.
Penyebab Trauma dinegara-negara besar akibat tertusuk benda tajam dan
tumpul seperti di amerika 53, 8 per 100.000 penduduk dan dieropa 47,6 per
100.000 penduduk, di india sebesar 96,7 per 100.000 penduduk dan dinegara asia
lainnya 75 per 100.000 ribu penduduk ( Widada, 2008). Di Indonesia prevalensi
cedera secara nasional adalah 8,2 %. Prevalensi tertinggi ditemukan di Sulawesi
selatan (12,8%) dan terendah dijambi (4,5%) (RISKESDAS, 2013). Di
Kalimantan Tengah prevalensi cedera adalah 7%. (Riskesdas, 2018). Berdasarkan
data angka kejadian trauma abdomen masih sangatlah tinggi ditambah lagi trauma
abdomen akibat dari pada ini sangat mengancam kehidupan seseorang, apalagi
jika trauma abdomen tersebut mengenai organ vital. Maka perlu penanganan
secara cepat oleh tenaga medis.
Peran perawat dalam keadaan gawat seperti ini dituntut untuk mempunyai
pengetahuan dan keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka
yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang

1
2

tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan


serta dokumentasi hasil yang sistematis (FKUI, 2011).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan masalah dalam studi kasus ini adalah :
1.2.1 Bagaimana Intervensi Keperawatan Mandiri pada pasien yang mengalami
Trauama Abdomen di Sistem Pencernaan ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami dan melakukan peran sebagai perawat dalam
pencegahan dan penanganan masalah Trauama Abdomen di Sistem Pencernaan
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar Penyakit Trauama
Abdomen?
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan manajemen asuhan keperawatan pada
klien dengan penyakit Trauama Abdomen?
1.3.2.3 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Tn. S dengan
penyakit Trauama Abdomen di Sistem Pencernaan?
1.3.2.4 Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun intervensi keperawatan
pada pada Tn. S dengan Trauama Abdomen di Sistem Pencernaan?
1.3.2.5 Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada Tn. S
dengan penyakit Trauama Abdomen di Sistem Pencernaan?
1.3.2.6 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Tn. S dengan
penyakit Trauama Abdomen di Sistem Pencernaan?
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang penyakit
Trauma Abdomen dan juga mengembangkan kemampuan penulis dalam
mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan
di Program Studi S1 Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.

1
3

1.4.2 Bagi Institusi


Sebagai bahan atau sumber data bagi peneliti berikutnya dan bahan
pertimbangan bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian sejenis dan
untuk publikasi ilmiah baik jurnal nasional maupun jurnal intenasional.
1.4.4 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien.

1
5

BAB 2
TINJUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Definisi
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan
cedera atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2011).
Trauma abdomen didefinisikan sebagai trauma yang melibatkan daerah
antaradiafragma atas dan panggul bawah (Guilon, 2011).
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur
yangterletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul
atau yangmenusuk (Ignativicus & Workman, 2006).
Berdasarkan beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa trauma
abdomen adalah suatu kerusakan pada daerah abdomen yang dapat disebabkan
oleh benda tumpul atau benda yang menusuk yang dapat menyebabkan cidera
baik psikologisataupun emosional.

(Gambar 2, Trauma Abdomen)


2.1.2 Anatomi Fisiologi Abdomen
Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak diantara
toraks dan pelvis. rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding abdomen yang
terbentuk dari dari otot abdomen, columna vertebralis, dan tulang ilium. Untuk
membantu menetapkan suatu lokasi di abdomen, yang paling sering dipakai
6

adalah pembagian abdomen oleh dua buah bidang bayangan horizontal dan dua
bidang bayangan vertikal. Bidang bayangan tersebut membagi dinding anterior
abdomen menjadi sembilan daerah (regiones). Dua bidang diantaranya berjalan
horizontal melalui setinggi tulang rawan iga kesembilan, yang bawah setinggi
bagian atas crista iliaca dan dua bidang lainnya vertikal di kiri dan kanan tubuh
yaitu dari tulang rawan iga kedelapan hingga ke pertengahan ligamentum
inguinale. Regio abdomen tersebut adalah: 1) hypocondriaca dextra, 2)
epigastrica, 3) hypocondriaca sinistra, 4) lumbalis dextra, 5) umbilical, 6)
lumbalis sinistra, 7) inguinalis dextra, 8) pubica/hipogastrica, 9) inguinalis
sinistra.

(Gambar 2, Anatomi Abdomen)


1. Hypocondriaca dextra meliputi organ : lobus kanan hati, kantung empedu,
sebagian duodenum fleksura hepatik kolon, sebagian ginjal kanan dan
kelenjar suprarenal kanan.
2. Epigastrica meliputi organ: pilorus gaster, duodenum, pankreas dan
sebagian dari hepar.
3. Hypocondriaca sinistra meliputi organ: gaster, limpa, bagian kaudal
pankreas, fleksura lienalis kolon, bagian proksimal ginjal kiri dan kelenjar
suprarenal kiri.
4. Lumbalis dextra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kanan,
sebagian duodenum dan jejenum.
7

5. Umbilical meliputi organ: Omentum, mesenterium, bagian bawah


duodenum, jejenum dan ileum.
6. Lumbalis sinistra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kiri,
sebagian jejenum dan ileum.
7. Inguinalis dextra meliputi organ: sekum, apendiks, bagian distal ileum dan
ureter kanan.
8. Pubica/Hipogastric meliputi organ: ileum, vesica urinaria dan uterus (pada
kehamilan).
9. Inguinalis sinistra meliputi organ: kolon sigmoid, ureter kiri dan ovarium
kiri.
Dengan mengetahui proyeksi organ intra-abdomen tersebut, dapat
memprediksi organ mana yang kemungkinan mengalami cedera jika dalam
pemeriksaan fisik ditemukan kelainan pada daerah atau regio tersebut (Griffith,
2013). Untuk kepentingan klinis rongga abdomen dibagi menjadi tiga regio yaitu :
rongga peritoneum, rongga retroperitoneum dan rongga pelvis. rongga pelvis
sebenarnya terdiri dari bagian dari intraperitoneal dan sebagian retroperitoneal.
Rongga peritoneal dibagi menjadi dua yaitu bagian atas dan bawah. rongga
peritoneal atas, yang ditutupi tulang tulang toraks, termasuk diafragma, liver, lien,
gaster dan kolon transversum. Area ini juga dinamakan sebagai komponen torako-
abdominal dari abdomen. Sedangkan rongga peritoneal bawah berisi usus halus,
sebagian kolon ascenden dan descenden, kolon sigmoid, caecum, dan organ
reproduksi pada wanita (Trauma, 2012). Rongga retroperitoneal terdapat di
abdomen bagian belakang, berisi aorta abdominalis, vena cava inferior, sebagian
besar duodenum, pancreas, ginjal, dan ureter, permukaan paskaerior kolon
ascenden dan descenden serta komponen retroperitoneal dari rongga pelvis.
Sedangkan rongga pelvis dikelilingi oleh tulang pelvis yang pada dasarnya adalah
bagian bawah dari rongga peritoneal dan retroperitoneal. Berisi rektum, kandung
kencing, pembuluh darah iliaka, dan organ reproduksi interna pada wanita
(Griffith, 2013).
2.1.3 Etiologi
Penyebab trauma abdomen secara umum adalah kecelakaan lalu lintas,
penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian.
8

Menurut Sjamsuhidayat, penyebab trauma abdomen adalah, sebagai berikut :


2.1.3.1 Penyebab trauma penetrasi
1. Luka akibat terkena tembakan
2. Luka akibat tikaman benda tajam
3. Luka akibat tusukan
2.1.3.2 Penyebab trauma non-penetrasi
1. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
2. Hancur (tertabrak mobil)
3. Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
4. Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga
2.1.4 Klasifikasi 
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
2.1.4.1 Kontusio dinding abdomen
Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak
terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan
darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.
2.1.4.2 Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga
abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi. Trauma
abdomen pada isi abdomen, menurut  Suddarth & Brunner (2002) terdiri dari:
1. Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera
pada dinding abdomen.
2. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli
bedah.
3. Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma,
atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi
2.1.5 Patofisiologi
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia ( akibat
kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan terjatuh dari
9

ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor -
faktor fisik  dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang
terjadi berhubungan  dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk
menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan 
dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga
karakteristik dari permukaan  yang menghentikan tubuh juga penting. Trauma
juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas
adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya.
Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun
ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan
tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya
yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus
dipertimbangkan  dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap
permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang
disebabkan beberapa mekanisme :
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya
tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak
benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ
berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan
vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
3. Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan
gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler
10

Terjatuh, kecelakaan,
dipukul, luka tusuk,
luka tembak

WOC TRAUMA ABDOMEN Gaya predisposisi trauma lebih


dari elastisitas dan vsikositas Luka terbuka
Kerusakan
tubuh
jaringan
Resiko invasi
Ketahanan jaringan tidak
patogen
mampu mengkompensasi
MK:
MK: Resiko
Trauma Abdomen Gangguan
infeksi
integritas kulit

B1 (Breath) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 (Bledder) B5 (Bowel) B6 (Bonel)

Trauma tajam Benda tajam Traumatic jaringan Mengenai oragan Melukai Nyeri akut
ginjal lambung
Luka tusuk Lambung distress
Luka tusuk Terputusnya
Pergerakan
kontinunitas jaringan Aliran darah ke
Nyeri terbatas
ginjal menurun HCL meningkat
Terkena pembuluh Keruskan syaraf
darah besar MK: Intoleransi
perifer
syock Arteri/vena Laju fittral Rasa mual di perut aktivitas
hipovolemik glomerulus
Stimulus neuritrasmitter menurun
Kebocoran
(histamine,prostaglandi
pembuluh darah
Suplai O2 ke n, bradikinin. mual
Produksi urin turun
dalam darah
menurun pendarahan
MK: Nyeri MK: Defisit nutrisi
MK: Gangguan
akut
elimasi urine
MK ; Pola MK:Resiko
nafas tidak Perdarahan
efektif
12

2.1.5 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala dari trauma abdomen :
1. Nyeri
2. Terdapat luka robekan pada abdomen
3. Terdapat luka tusuk pada abdomen
4. Terjadi perdarahan intra abdominal.
5. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi
usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan
gejala mual, muntah, dan BAB hitam (melena).
6. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)
Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock
hemoragi.
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi dari trauma abdomen adalah sebagai berikut:
2.1.5.1 Kerusakan Arteri:
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,
CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi
pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
2.1.5.2 Kompartement Syndrom:
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini
disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh
darah.
2.1.5.3 Infeksi:
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.
2.1.5.4 Shock:
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
2.1.8.1 Abdominal Paracentesis
13

Menentukan adanya pendarahan dalam rongga peritonium, merupakan


indikasi untuk laparotomi
2.1.8.2 Pemeriksaan Laporoskopi
Mengetahui secara langsung penyebab abdomen akut.
2.1.8.3 Pemeriksaan NGT
Memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen
2.1.8.4 Lakukan intubasi untuk pemasangan ETT jika diperlukan
2.1.8.5 Pemberian antibiotiic
Untuk mencegah terjadinya infeksi
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
2.1.9.1 Trauma non- penetrasi (trauma tumpul)
1. Stop makanan dan minuman  
2. Imobilisasi
3. Kirim kerumah sakit.
2.1.9.2 Penetrasi (trauma tajam)
1. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya)
tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis  
2. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan
kain kassa  pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga
tidak memperparah luka.
3. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak
dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang
keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.
4. Imobilisasi pasien
5. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum
6. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.
7. Kirim ke rumah sakit
2.1.9.3 Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus dan trauma tumpul jika
terjadi rangsangan peritoneal : syok ; bising usus tidak terdengar ; prolaps visera
melalui luka tusuk ; darah dalam lambung, buli-buli, rektum ; udara bebas
intraperitoneal ; lavase peritoneal positif ; cairan bebas dalam rongga perut)
14

2.1.9.4 Pasien yang tidak stabil atau pasien dengan tanda-tanda jelas yang
menunjukkan trauma intra-abdominal (pemeriksaan peritoneal, injuri diafragma,
abdominal freeair, evisceration) harus segera dilakukan pembedahan.
2.2 Menajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
2.2.1.1 Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan, kebangsaan, suku,
pendidikan, tanggal MRS, Diagnosa medis.
2.3.1.2 Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri P : nyeri pada bagian perut kiri bawah, Q :seperti
di tusuk-tusuk, R : nyeri terasa pada luka tusuk dan di sekitar luka S : skala nyeri
7 , T : nyeri hilang timbul
2.3.1.3 Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan pada hari senin tanggal 26 November 2020 , klien
mengalami luka tusuk di bagian perut kiri bawah akibat ditusuk oleh seorang
teman di acara pernikahan dan langsung dilarikan ke IGD Rumah Sakit Doris
Sylvanus Palangka Raya dan dilakukan pengkajian didapatkan luka tusuk pada
perut kiri bagian bawah cukup dalam sekitar 5 cm dan lebar 5 cm dan mengalami
perdarahan. dari hasil pengkajian Tn. S mengatakan bahwa dia merasa nyeri pada
luka dan terdapat darah yang keluar dari luka., tanda-tanda vital TD: 90/60mmHg,
N:80x/menit, R:20x/menit, S = 36,5°C, terpasang infus NaCl 0,9 % di tangan
sebelah kanan dan dilakukan tindakan rawat inap.
2.3.1.4 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Tidak ada riwayat penyakit dan riwayat operasi sebelumnya

2.3.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga


Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit keturunan ataupun
penyakit menular lainnya.
2.3.1.6 Pemeriksaan Fisik (B1-B6)
1. B1 (Breating)
Inpeksi: pada klien trauma abdomen terlihat adanya peningkatan usaha dan
frekuensi pernapasan, serta penggunaan otot bantu napas. Inpeksi dada barrel
chest dengan diameter anterior-posterior dada dan sela-sela iga melebar. Palpasi:
15

biasanya kesimetrisan, ekspansi, dan taktil fremitus norma, Perkusi pada perkusi
didapatkan suara hipersonor , Auskultasiditemukan suara napas wheezing atau
suara vesikuler melemah
2. B2 (blood)
Pendarahan dalam rongga abdomen karena cidera dari rongga rongga
abdominal yang padat maupun berongga atau terputusnya pembuluh darah,
sehingga tubuh kehilangan darah dalam waktu singkat yang mengakibatkan syock
hipovolemik dimana tidak cukup mengisi rongga pembuluh darah. Pada infeksi
adakah pendarahan aktif atau pasif yang keluar dari abdominal dan adakah
anemis, pada palpasi bagaimana mengenal kulit, suhu daerah akral dan bagaimana
suara dekat jantung atau menurun dan adakah denyut jantung paradoks.
3. B3 (Brain)
Tingkat kesadaran saat infeksi perlu dikaji. Disamping itu diperlukan
pemeriksaan GCS, untuk menentukan tingkat kesadaran klien apakah
composmentis, somnolen, atau koma.
4. B4 (Bladder)
Berkaitan dengan intake cairan maka perhitungan dan pengukuran volume
output urine perlu dilakukan, sehingga perawat memonitor apakah terdapat
oliguria, karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok.
5. B5 (Bowel)
Infeksi luka, adakah distensi abdomen kemungkinan adanya pendarahan
dalam cavum abdomen, palpasi adaka spasme/defance mascular dan abdomen
adakah nyeri tekan pada quadran berapa, jika ada vulnus berapa kedalamannya,
perkusi adakah nyeri ketok dan pada quadran berapa, kemungkinan-kemungkinan
adanya cairan/ udara bebas dalam cavum abdomen. Auskultasi kemungkinan
adanya peningkatan atau penurunan dari bising usus atau menghilang
6. B6 (Bone)
Infeksi adakah jejas dan kelainan bentuk extremitas terutama daerah pelvis,
palvasi adakah ketidakstabiulan pada tulang pinggung atau pelvis.
2.3.1.7Pemeriksaan Fisik Head To Toe
1.       Kulit dan rambut
        Inspeksi
16

Warna kulit                : merah muda (normal), tidak ada lesi


Jumlah rambut           : tidak rontok
Warna rambut             : hitam
Kebersihan rambut     : bersih
Warna kulit : sawo matang, turgor kulit baik, kulit kering tidak ada
edema, tidak ada lesi.
2.       Kepala
     Inspeksi           : Bentuk simetris antara kanan dan kiri
Bentuk kepala lonjong tidak ada lesi
      Palpasi             : Tidak ada nyeri tekan.
3.       Mata
Inspeksi           : Bentuk bola mata lonjong, sklera ikhterik.
4.       Telinga
Inspeksi           : Ukuran sedang, simetris antara kanan dan kiri, tidak ada
                           serumen pada lubang telinga, tidak ada benjolan.
5.       Hidung
Inspeksi           : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada lesi
         Palpasi             : Tidak ada benjolan.
6.       Mulut
Inspeksi           : Bentuk mulut simetris, lidah bersih, gigi bersih, mukosa
   lembab.
7.       Leher
    Inspeksi           : Bentuk leher simetris, tidak terdapat benjolan di leher.
      Palpasi             : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
8.       Paru
  Inspeksi           : simetris antara kanan dan kiri
         Palpasi             : getaran lokal femitus sama antara kanan dan kiri
Auskultasi        : normal
 Perkusi             : resonan
9.       Abdomen
Inspeksi           : Terdapat luka tusuk pada perut bagian kiri bawah dengan
kedalaman 5 cm dan lebar 5 cm
  Palpasi             : nyeri
Perkusi            : resonan
10.   Ekstremitas atas
Inspeksi           : tangan kanan dan kiri normal, terpasang infus NaCl
11.   Ekstremitas bawah
17

Inspeksi           : tidak terdapat luka


12

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


2.2.2.1 Resiko pendarahan berhubungan dengan trauma benda tajam (D.0012 hal.
42)
2.2.2.2 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan trauma tajam (D. 0129 hal.
282
2.2.2.3 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D. 0077 hal. 172)
2.2.2.4 Resiko Infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit (D. 0142
hal. 304)
12

2.3.3 Intervensi Keperawatan


Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
1. Resiko pendarahan Penyembuhan luka SLKI Observasi
berhubungan dengan (L.14130, hal:78) -Monitor tanda dan gejala pendarahan
trauma benda tajam Setelah dilakukan tindakan -Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan setela kehilangan
(D.0012 hal. 42) keperawatan selama 1x7 jam darah
diharapkan tingkat regenerasi sel -Monitor tanda-tanda vital ortostatik
dan jaringan pada proses -Monitor koagulasi (mis.prothrombin time (PT), partial
penutupan luka. thromboplastin time (PTT), fibrinogen, degradasi fibrin dan/atau
1.Penyatuan kulit (2) platelet)
2.Penyatuan tepi kulit (3) Terapeutik
3.Nyeri (2) -Pertahankan bed res selama pendarahan
-Batasi tindakan invasif, jika perlu
-Gunakan kasur pencegahan dekubitus
-Hindari pengukuram suhu rektal
Edukasi
-Jelaskan tanda dan gejala pendarahan
-Anjurkan menggunakan kaus kaki ambulasi
-Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari konstipasi
-Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
-Anjurkan segera melapor, jika terjadi pendarahan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat pengontrol pendarahan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
- Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
13

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi


2. Resiko Infeksi Tingkat Infeksi SLKI (L.14137, Observasi
berhubungan dengan hal:139) - Monitor tanda-tanda dan gejala infeksi lokal dan
kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan sistemik
kulit SDKI (D. 0142 keperawatan selama 1x7 jam Terapeutik
hal. 304) diharapkan derajat infeksi -Batasi jumlah pengunjung
menurun -Berikan perawatan kulit pada daerah edema
1.Bengkak cukup menurun (skor -Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
4) Edukasi
2.Luka yang memburuk cukup -Jelaskan tanda dan gejala infeksi
membaik(skor4) -Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3.Exspresi wajah klien rileks -Ajarkan cara memeriksa luka
-Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
14

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi


3. Gangguan integritas Integritas kulit dan jaringa SLKI Perawatan luka SIKI (I.06202 hal. 328)
kulit berhubungan (L.14125 hal. 33) Observasi
dengan trauma tajam Setelah dilakukan tindakan - Monitor karakteristik luka (mis. drainase, warna,
SDKI (D. 0129 hal. keperawatan selama 1x7 jam ukuran, bau)
282) diharapkan gangguan integritas - Monitor tanda-tanda infeksi
kulit teratasi, dengan kriteria Terapeutik
hasil: - Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
1. Kerusakan jaringan menurun - Cukur ram but didaerah sekitar luka, jika perlu
skor 5 - Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik, sesuai
2. Kerusakan lapisan kulit kebutuhan
menurun skor 5 - Bersihkan jaringan nekrotik
3. Nyeri menurun skor 5 - Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi
4. Perdarahan menurun skor 5 - Pasang balutan sesuai jenis luka
5. Kemerahan menurun skor 5 - Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
6. Hematoma menurun skor 5 - Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
7. Jaringan parut menurun skor - Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi
5 pasien
8. Suhu kulit membaik skor 5 - Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kg BB/hari dan protein
1,25-1,5 g/kg BB/hari
- Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis. vitamin A, vitamin
C, zinc, asam amino), sesuai indikasi
- Berikan terapi TENS (stimulasi saraf transcutaneous), jika perlu
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
15

- Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan


protein
- Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi prosedur debridement (mis. enzimatik,
biologis, mekanis, autolitik), jika perlu
- Kolaborasi pemberian antiniotik, jika perlu
16

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi


4. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri SIKI (I.08238 hal. 201)
dengan diskontuinitas keperawatan selama 1x 7 jam Observasi
jaringan (D.0077 hal. diharapkan nyeri dapat - Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
172) berkurang. intensitas nyeri
 Kriteria hasil : - Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun skor - Identifikasi respon nyeri non verbal
5 - Identifikasi faktor yang memperberat dan
2. Meringis menurun skor 5 memperingan nyeri
3. Gelisah menurun skor 5 - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
4. Frekuensi nadi membaik skor - Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
5 - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
- Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
17

pemilihan strategi meredakan nyeri


Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologisu untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
18

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang
pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada
langkah sebelumnya (intervensi).
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dimaksudkan yaitu untuk pencapaian tujuan dalam asuhan
keperawatan yang telah dilakukan pasien. Evaluasi merupakan langkah terakhir
dari proses keperawatan dan berasal dari hasil yang ditetapkan dalam rencana
keperawatan.
19

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Trisia Vironika


NIM : 2018.C.10a.0990
Ruang Praktek : Sistem Pencernaan
Tanggal Praktek : 26 November 2020
Tanggal & Jam Pengkajian : 26 November 2020, pukul : 10:00 WIB
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Pada saat dilakukan pengkajian pada hari senin, 26 November 2020 pukul
10.00 WIB pada Tn. S, jenis kelamin Laki-laki, berusia 20 Tahun, suku
Jawa/Indonesia, Agama Islam, Pekerjaan Buruh bangunan, pendidikan
terakhir Sekolah Menengah Pertama (SMP), status perkawinan belum
menikah , alamat Jl. Bangau No. 1 Masuk Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya pada tanggal 01 November 2020.
3.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan
1. Keluhan Utama :
Klien mengatakan nyeri P : nyeri pada bagian perut kiri bawah, Q :seperti di
tusuk-tusuk, R : nyeri terasa pada luka tusuk dan di sekitar luka S : skala
nyeri 7 , T : nyeri hilang timbul
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien mengatakan pada hari senin tanggal 26 November 2020 , klien
mengalami luka tusuk di bagian perut kiri bawah akibat ditusuk oleh
seorang teman di acara pernikahan dan langsung dilarikan ke IGD Rumah
Sakit Doris Sylvanus Palangka Raya dan dilakukan pengkajian didapatkan
luka tusuk pada perut kiri bagian bawah cukup dalam sekitar 5 cm dan lebar
5 cm dan mengalami perdarahan. dari hasil pengkajian Tn. S mengatakan
bahwa dia merasa nyeri pada luka dan terdapat darah yang keluar dari luka.,
tanda-tanda vital TD: 90/60mmHg, N:80x/menit, R:20x/menit, S = 36,5°C,
20

terpasang infus NaCl 0,9 % di tangan sebelah kanan dan dilakukan tindakan
rawat inap.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dan riwayat operasi
sebelumnya
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit keturunan ataupun
penyakit menular lainnya.
Genogram Keluarga :

KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= = Menikah
= Tinggal serumah
= Pasien

3.1.3 Pemerikasaan Fisik


1. Keadaan Umum :
Klien tampak lemah, kesadaran somnolen, berbaring fowler atau bebas,
penampilan pasien tampak rapi, terpasang infus NaCl 0,9 % di tangan
sebelah kanan , dan terpasang Kateter.
21

2. Status Mental :
Tingkat kesadaran klien somnolen, ekpresi wajah klien tampak lemah,
bentuk badan klien simetris, posisi berbaring terlentang/bebas, klien
berbicara jelas, suasana hati klien sedih, penampilan klien cukup rapi, klien
mengetahui waktu pagi, siang dan malam dapat membedakan antara perawat
dan keluarga serta mengetahui dirinya sedang dirawat di rumah sakit, insigt
klien baik, dan mekanisme pertahanan diri klien adaptif.
3. Tanda-tanda Vital :
Saat pengkajian TTV klien tanggal 26 November 2020 pukul 10:00 WIB,
suhu tubuh klien/ S = 38,5°C tempat pemeriksaan axilla, nadi/N =
80x/menit dan pernapasan/ RR = 20 x/menit, tekanan darah TD = 90/ 60
mmhg.
4. Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada klien teraba simetris, klien tidak memiliki kebiasaan merokok,
klien tidak mengalami batuk, tidak ada sputum, tidak sianosis, klien tidak
terdapat nyeri, tidak mengalami sesak nafas..
Masalah Keperawatan : tidak ada
5. Cardiovasculer (Bleeding)
Klien tidak merasakan nyeri di dada, tidak ada merasakan keram dikaki,
klien tampak pucat, tidak merasakan pusing, tidak mengalami clubbing
finger, tidak sianosis, tidak merasakan sakit kepala, tidak palpitasi, tidak
pingsan, capillary refill klien saat ditekan dan dilepaskan kembali dalam 2
detik, tidak ada terdapat oedema, lingkar perut 72 cm, ictus cordis klien
tidak terlihat, vena jugulasir klien tidak mengalami peningkatan, suara
jantung klien (S1-S2) ireguler dan tidak ada mengalami kelainan. Tidak ada
keluhan lainnya
Masalah keperawatan : tidak ada
6. Persyarafan (Brain)
22

Nilai GCS : E = 3 (membuka mata saat diberikan respons suara atau


diperintahkan membuka mata)V = 3 (mengucapkan kata-kata yang tidak
jelas), M = 5 (dapat menunjukkan lokasi nyeri), total nilai GCS = 11
(somnolen), kesadaran klien tidak tampak normal, pupil isokor, reflex
cahaya kanan positif dan kiri positif, nyeri di bagian perut kiri bawah, tidak
nyeri pada tangan kiri, tangan kanan, kaki kiri, kaki kanan, tidak vertigo,
tampak gelisah, tidak aphasia, klien tidak merasakan kesemutan, tidak
bingung, tidak dysarthria dan tidak mengalami kejang.
Uji Syaraf Kranial :
1. Nervus Kranial I (Olvaktori) : Klien dapat membedakan bau-bauan
seperti : minyak kayu putih atau alcohol.
2. Nervus Kranial II (Optik) : Klien dapat melihat dengan jelas orang yang
ada disekitarnya.
3. Nervus Kranial III (Okulomotor) : Pupil klien dapat berkontraksi saat
melihat cahaya.
4. Nervus Kranial IV (Trokeal) : Klien dapat menggerakan bola matanya
ke atas dan ke bawah.
5. Nervus Kranial V (Trigeminal) : Klien dapat mengunyah makanan
seperti : nasi, kue, buah.
6. Nervus Kranial VI (Abdusen) : Klien dapat melihat kesamping kiri
ataupun kanan.
7. Nervus Kranial VII (Fasial) : Klien dapat tersenyum.
8. Nervus Kranial VIII (Auditor) : Pasien dapat perkataaan dokter,
perawat dan keluarganya.
9. Nervus Kranial IX (Glosofaringeal) : Klien dapat membedakan rasa
pahit dan manis.
10. Nervus Kranial X (Vagus) : Klien dapat berbicara dengan jelas.
11. Nervus Kranial XI (Asesori) : klien dapat mengangkat bahunya.
12. Nervus Kranial XII (Hipoglosol) : Klien dapat menjulurkan lidahnya.
Uji Koordinasi :
Ekstermitas atas klien dapat menggerakan jari kejari dan jari kehidung.
Ekstermitas bawah klien dapat menggerakan tumit ke jempol kaki,
23

kestabilan tubuh klien tampak baik, refleks bisep kanan dan kiri klien baik
skala 1, trisep kanan dan kiri klien baik skla 1, brakioradialis kanan dan kiri
klien baik skla 1, patella kanan kiri klien baik skla 1, dan akhiles kanan dan
kiri klien baik skla 1, serta reflek babinski kanan dan kiri klien baik skla 1.
Tidak ada keluhan lainnya
Masalah keperawatatan : nyeri akut
7. Eliminasi Uri (Bladder)
Tidak ada masalah dalam eliminas urin, klien memproduksi urin 250 ml 5x
24 jam (normal), dengan warna kuning khas aroma ammonia, klien tidak
mengalami masalah atau lancer, tidak menetes, tidak onkotinen, tidak
oliguria, tidak nyeri, tidak retensi, tidak poliguri, tidak panas, tidak
hematuria, tidak hematuria, tidak terpasang kateter dan tidak pernah
melakukan cytostomi. Tidak ada keluhan lainnya
Masalah keperawatan : tidak ada.
8. Eliminasi Alvi (Bowel)
Bibir klien tampak lembab tidak ada perlukaan di sekitar bibir, jumlah gigi
klien lengkap tidak ada karies, gusi klien normal tampak kemerahan, lidah
klien tidak ada lesi, mokosa klien tidak ada pembengkakan, tonsil klien
tidak ada peradangan, rectum normal, tidak mengalami haemoroid, klien
BAB 2x/hari warna kekuningan dengan konsistensi lemah, tidak diarem
tidak konstipasi, tidak kembung, kembung, bising usus klien terdengar
normal 15 x/hari, dan tidak ada terdapat nyeri tekan ataupun benjolan.
Tidak ada keluhan lainnya
Masalah keperawatan : tidak ada.
9. Tulang – Otot – Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan terbatas, tidak ada parase, tidak ada paralise, tidak
ada hemiparese, tidka ada krepitasi, tidak terdapat nyeri di bagian
punggung bagian kanan, tangan kanan, pantat kaki kiri dan kaki kanan,
tidak ada bengkak, tidak ada kekakuan, tidak ada flasiditas, tidak ada
spastisitas, ukuran otot klien teraba simetris. Uji kekuatan otot ekstermitas
atas = 5 (normal) dan ektermitas bawah = 5 (normal). Terdapat luka tusuk
pada perut kiri bagian bawah dengan kedalaman 5 cm dan lebar 5 cm
24

Masalah keperawatan : Gangguan Integritas Kulit , Resiko Pendarahan


10. Kulit-Kulit Rambut
Klien tidak memiliki riwayat alergi baik dari obat, makanan kosametik dan
lainnya. Suhu kulit klien tidak terasa panas, warna kulit memerah, turgor
kuarng, tekstur kasar, tidak terdapat jaringan parut, tekstur rambut halus,
tidak terdapat distribusi rambut dan betuk kuku simetris, keluhan lainnya :
terdapat luka tusuk pada perut kiri bagian bawah dengan kedalaman 5 cm
dan lebar 5 cm.
Masalah keperawatan : Resiko infeksi
11. Sistem Penginderaan
1. Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan Baik, bola mata bergerak normal, skerela normal/putih,
kunjungtiva anemis, kornea bening dan tidak menggunakan alat bantu
penglihatan.
Masalah Keperawatan :tidak ada
2. Telinga / Pendengaran
Pendengaran klien normal dan tidak ada berkurang, tidak berdengung dan
tidak tuli.
Masalah keperawatan : tidak ada
3. Hidung / Penciuman
Bentuk hidung klien teraba simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat
patensi, tidak terdapat obstruksi, tidak terdapat nyeri tekan sinus, tidak
terdapat transluminasi, cavum nasal normal, septum nasal tidak ada
masalah, sekresi kuning lumayan kental, dan tidak ada polip.
Tidak ada Keluhan lainnya
Masalah keperawatan : tidak ada.
12. Leher Dan Kelenjar Limfe
Leher klien tampak tidak ada massa, tidak ada jaringan parut, tidak ada
teraba kelenjar limfe, tidak ada teraba kelenjar tyroid, dan mobilitas leher
klien bergerak bebas.
13. Sistem Reproduksi
1. Sistem Reproduksi Pria
25

Bagian reproduksi klien tidak tampak adanya kemerahan, tidak ada gatal-
gatal, gland penis baik/ normal, meatus uretra baik/ normal, tidak ada
discharge, srotum normal, tidak ada hernia, dan tidak ada keluhan.
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Klien mengatakan ”saya ingin cepat sembuh dan ingin segera pulang
kerumah“.
2. Nutrisida Metabolisme
Klien tidak ada program diet, klien merasa mual, ada muntah, napsu makan
buruk/anoreksia, ketidakmampuan untuk makan karena distres pernapasan,
penurunan berat badan menetap.Turgor kulit buruk, edema dependen,
berkeringat, penurunan berat badan, penurunan massa otot/lemak subkutan
TB : 160 Cm
BB sekarang : 58,5 Kg
BB Sebelum sakit : 59 Kg
IMT = BB
(TB)²
= 58,5
(160)²
= 22,9 ( normal)
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 1x/ hari 3x/ hari
Porsi 1 porsi (habis) 3 porsi

Nafsu makan Kurang baik Baik


Jenis Makanan Nasi putih, lauk, Nasi putih, lauk,
tahu ,tempe tahu ,tempe
Jenis Minuman Air putih Air putih, Teh es
Jumlah minuman/cc/24 jam ± 650cc 1500 cc
Kebiasaan makan Di siapkan oleh rs Pagi, siang, sore
Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada
Tidak ada keluhan lainnya
Masalah keperawatan : tidak ada
26

3. Pola istirahat dan tidur


Pola tidur malam : 5-6 jam (Sebelum sakit)
4-5 jam (Sesudah sakit)
Pola tidur siang : 1-2 jam (Sebelum sakit)
- (Sesudah sakit)
Masalah Keperawatan : tidak ada
4. Kognitif
Klien mengetahui tentang penyakit yang diderita nya dan ingin lekas
sembuh kembali.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran)
Gambar diri : pasien menyukai tubuhnya secara utuh, Ideal diri : pasien
ingin cepat sembuh dari penyakit yang di deritanya, Identitas diri pasien
seorang ayah dari 2 orang anak, Harga diri : pasien sangat diperhatikan oleh
keluarga merasa di hargai, peran, pasien adalah Klien adalah seorang ayah,
klien orang yang ramah, klien adalah seorang kepala keluarga.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
6. Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit klien dapat beraktivitas secara mandiri namun sesudah sakit
aktivitas di batasi keluarga.
Masalah Keperawatan :
7. Koping –Toleransi terhadap Stress
Klien mengatakan bila ada masalah biasanya ia ceritakan kepada
keluarganya.
Masalah keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan
8. Nilai-Pola Keyakinan
Klien meyakini dirinya akan sembuh. Klien dan keluarganya “mengatakan
bahwa tidak ada tindakan medis yang bertentangan dengan keyakinan yang
dianut”.
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan
3.1.5 Sosial - Spiritual
1. Kemampuan berkomunikasi
27

Kemampuan pasien berkomunikasi baik.


Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan
2. Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa Dayak dan bahasa
indonesia
3. Hubungan dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarga baik, dibuktikan dengan kelurga setiap
saat selalu memperhatikan dan mendampingi Tn. S selama diarawat di
rumah sakit.
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Klien mau berkomunikasi dengan perawat dan lingkungan sekitar.
5. Orang berarti/terdekat :
Menurut klien orang yang terdekat dengannya adalah keluarga, terutama ibu
dan ayah klien.
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Sebelum sakit biasanya digunakan klien untuk beraktivitas dan meluangkan
waktu untuk keluarga, sesudah sakit aktivitas klien dibatasi.
7. Kegiatan beribadah :
Sebelum sakit klien selalu menjalankan ibadah di Masjid.
3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)
Tanggal : 1 November 2020
a. Labotarium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematokrit 40,3 % 40 ~ 52 %
Hb 10 g/dl  14-18 g/dL
12-16 g/dL
Leukosit 12.000/mcL 5.000-10.000/mcL
GDS 126 mg/dl < 180 mg/dl
Trombosit 100.000/mcL 150.000-400.000mcL

3.1.7 Penatalaksanaan Medis


Tanggal : 1 November 2020
No Nama Obat Dosis Rute Indikasi
1 Ceftriaxone 2x 650mg IV obat yang digunakan untuk
mengatasi berbagai infeksi
28

bakteri.
2 Katerolac 3x 10 mg IV obat untuk meredakan nyeri
dan peradangan.
4 PCT 2x 250,1/2 Oral obat untuk penurun demam
dan pereda nyeri
cth
5 Membantu menurunkan
produksi asam lambung dan
Cimetidine 2x400 mg Oral
membantu pemulihan ulkus
atau luka pada lambung atau
usus
6 Infus NaCl 500/24 jam IV untuk menggantikan cairan
tubuh yang hilang,
mengoreksi
ketidakseimbangan
elektrolit, dan menjaga
tubuh agar tetap terhidrasi
dengan baik.
29

ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
DS: pasien mengatakan Benda tajam
perutnya luka karena Resiko Pendarahan
ditusuk pisau Luka tusuk
DO :
- Terdapat luka tusuk Terkena pembuluh
pada perut bagian kiri darah arteri/vena
bawah dengan
kedalaman 5 cm dan Kebocaran pembuluh
lebar 5 cm darah
- Terdapat darah yang
keluar dari luka pendarahan
- Keadaan umum
tampak lemah
- Tampak pucat
- TTV
TD: 90/60 mmHg.
S :36,5oC
N :80 x/menit
RR : 20 x/menit
- Hb : 10 g/dl

DS: pasien mengatakan benda tajam Resiko Infeksi


perutnya luka karena
ditusuk pisau kerusakan jaringan
DO : kulit
- Terdapat luka tusuk
pada perut bagian kiri luka terbuka
bawah dengan
kedalaman 5 cm dan resiko invasi patogen
lebar 5 cm
- Keadaan umum Resiko infeksi
tampak lemah
- Terjadi peningkatan
leukosit: 12.000/mcL

DS : Klien mengatakan Traumatic jaringan Nyeri akut


nyeri pada bagian perut
Terputusnya
30

kiri bawah, nyeri kontitutitas jaringan


dirasakan seperti ditusuk-
tusuk, nyeri terasa pada Kerusakan syaraf
luka dan di sekitar luka, perifer
nyeri hilang timbul
Stimulus neuritramiter
DO : (histamine,
- Tampak meringis dan prostalandi
kesakitan bradikinin)
- Terdapat luka tusuk
pada perut bagian kiri Nyeri akut
bawah
- Skala nyeri 7
- TTV
TD: 90/60 mmHg.
S :36,5oC
N :80 x/menit
RR : 20 x/menit

DS: Benda tajam


- pasien mengatakan Gangguan Integritas
perutnya luka karena Menusuk kulit dan Kulit
ditusuk pisau jaringan
DO :
- Terdapat luka tusuk
pada perut bagian kiri Luka tusuk
bawah dengan
kedalaman 5 cm dan Gangguan integritas
lebar 5 cm kulit
- Keadaan umum
tampak lemah
31

PRIORITAS MASALAH

1. Resiko pendarahan berhubungan dengan trauma benda tajam ditandai dengan


pasien mengatakan perutnya luka karena ditusuk pisau terdapat luka tusuk
pada perut bagian kiri bawah dengan kedalaman 5 cm dan lebar 5 cm, terdapat
darah yang keluar dari luka, keadaan umum tampak lemah, tampak pucat,
TTV : TD: 90/60 mmHg, S :36,5oC, N :80 x/menit, RR : 20 x/menit, Hb : 10
g/dl.
2. Gangguan Integritas Kulit berhubungsn dengan trauma tajam ditandai dengan
pasien mengatakan perutnya luka karena ditusuk pisau, terdapat luka tusuk
pada perut bagian kiri bawah dengan kedalaman 5 cm dan lebar 5 cm, keadaan
umum tampak lemah.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tubuh yang tidak
adekuat ditandai dengan pasien mengatakan perutnya luka karena ditusuk
pisau, Terdapat luka tusuk pada perut bagian kiri bawah dengan kedalaman 5
cm dan lebar 5 cm, Keadaan umum tampak lemah, terjadi peningkatan
leukosit: 12.000/mcL, tampak ada luka tusuk pada perut bagian kiri bawah
dengan kedalaman 5 cm dan lebar 5 cm.
4. Nyeri Akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan ditandai dengan
Klien mengatakan nyeri pada bagian perut kiri bawah, nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk, nyeri terasa pada luka dan di sekitar luka, nyeri hilang timbul
tampak meringis dan kesakitan, terdapat luka tusuk pada perut bagian kiri
bawah, Skala nyeri 7 TD: 90/60 mmHg, S: 38,5oC, N : 80 x/menit, RR : 20
x/menit
32

Intervensi Keperawatan
Nama Pasien : Tn. S
Ruang Rawat : -
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
1. Risiko pendarahan Penyembuhan luka SLKI Observasi
berhubungan dengan (L.14130, hal:78) 1. Monitor tanda dan gejala pendarahan
terputusnya kontinuitas Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan setela
jaringan keperawatan selama 1x7 jam kehilangan darah
diharapkan tingkat regenerasi sel 3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik
dan jaringan pada proses Terapeutik
penutupan luka. 1. Pertahankan bed res selama pendarahan
1.Penyatuan kulit (2) 2. Batasi tindakan invasif, jika perlu
2.Penyatuan tepi kulit (3) 3. Gunakan kasur pencegahan dekubitus
3.Nyeri (2) 4. Hindari pengukuram suhu rektal
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala pendarahan
2. Anjurkan menggunakan kaus kaki ambulasi
3.Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari
konstipasi
4. Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
5. Anjurkan segera melapor, jika terjadi pendarahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat pengontrol pendarahan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
33

Nama Pasien : Tn. S


Ruang Rawat : -
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
2. Resiko Infeksi Tingkat Infeksi SLKI (L.14137, Observasi
berhubungan dengan hal:139) 1. Monitor tanda-tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan Terapeutik
kulit SDKI (D. 0142 keperawatan selama 1x7 jam 1. Batasi jumlah pengunjung
hal. 304) diharapkan derajat infeksi 2. Berikan perawatan kulit pada daerah edema
menurun 3. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
1.Bengkak cukup menurun (skor Edukasi
4) 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2.Luka yang memburuk cukup 2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
membaik(skor4) 3. Ajarkan cara memeriksa luka
3.Exspresi wajah klien rileks 4. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
34

Nama Pasien : Tn. S


Ruang Rawat : -

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi


2. Gangguan integritas Integritas kulit dan jaringa SLKI Perawatan luka SIKI (I.06202 hal. 328)
kulit berhubungan (L.14125 hal. 33) Observasi
dengan trauma tajam Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor karakteristik luka (mis. drainase, warna, ukuran, bau)
SDKI (D. 0129 hal. keperawatan selama 1x7 jam 2. Monitor tanda-tanda infeksi
282) diharapkan gangguan integritas Terapeutik
kulit teratasi, dengan kriteria 1. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
hasil: 2. Cukur ram but didaerah sekitar luka, jika perlu
1. Kerusakan jaringan menurun 3. Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik, sesuai
skor 5 kebutuhan
2. Kerusakan lapisan kulit 4. Bersihkan jaringan nekrotik
menurun skor 5 5. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi
3. Nyeri menurun skor 5 6. Pasang balutan sesuai jenis luka
4. Perdarahan menurun skor 5 7. Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
5. Kemerahan menurun skor 5 8. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
6. Hematoma menurun skor 5 9. Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi
7. Jaringan parut menurun skor pasien
5 10. Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kg BB/hari dan protein
1,25-1,5 g/kg BB/hari
11. Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis. vitamin A, vitamin
C, zinc, asam amino), sesuai indikasi
12. Berikan terapi TENS (stimulasi saraf transcutaneous), jika perlu
35

Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
3. Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi prosedur debridement (mis. enzimatik, biologis,
mekanis, autolitik), jika perlu
2. Kolaborasi pemberian antiniotik, jika perlu
36

Nama Pasien : Tn. S


Ruang Rawat : -
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
4. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri SIKI (I.08238 hal. 201)
dengan diskontuinitas keperawatan selama 1x 7 jam Observasi
jaringan (D.0077 hal. diharapkan nyeri dapat 1. Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
172) berkurang. 2. Identifikasi skala nyeri
 Kriteria hasil : 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
1. Keluhan nyeri menurun skor 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
2. Meringis menurun skor 5 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
3. Gelisah menurun skor 5 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
4. Frekuensi nadi membaik skor 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
5 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
37

3. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri


4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologisu untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
38

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Nama Pasien : Tn. S


Ruang Rawat : -

Hari, Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan perawat


1. Rabu, 02 Desember 1. Monitor tanda dan gejala S :-
2020 pendarahan O:
10:30 2. Monitor nilai - masih tampak terjadi pendarahan
hematokrit/hemoglobin - klien memahami tanda dan gejala
sebelum dan setela kehilangan pendarahan
darah -klien tampak mempertahankan
3. Pertahankan bed res selama bed res
pendarahan -Hb : 10g/dl
4. Jelaskan tanda dan gejala -klien dapat melaporkan jika terjadi
pendarahan pendarah (Trisia Vironika)
5. Anjurkan segera melapor, jika A : Masalah teratasi sebagian
terjadi pendarahan P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5
6. Kalaborasi pemberian produk
darah, jika perlu
39

Nama Pasien : Tn. S


Ruang Rawat : -
Hari, Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan perawat
2. Rabu, 02 Desember 1.Memonitor tanda dan gejala S:
2020 infeksi - Klien mengatakan luka semakin
10:30 2.Membatasi jumlah pengunjung membaik
3.Mencuci tangan sebelum dan -Klien mengatakan mengerti
sesudah kontak dengan klien dan tentang tanda dan gejala infeksi
lingkungan klien O:
4.Memberikan perawatan kulit - Klien tampak nyaman setelah
pada daerah luka selesai melakukan perawatan luka
5.Menjelaskan tanda dan gejala - Luka klien tampak di balut
infeksi - Tidak ditemukan tanda-tanda (Trisia Vironika)
6.Mengajarkan cara memeriksa infeksi (kemerahan, panas,
kondisi luka pembengkakan, pus, aroma tidak
7.Berkolaborasi pemberian sedap)
imunisasi cairan - Tampak memahami tanda dan
gejala infeksi
- Tampa
k memahami cara mencuci tangan
dengan benar
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5
40

Nama Pasien : Tn. S


Ruang Rawat : -
Hari, Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan perawat
3. Rabu, 02 Desember 1. Memonitor karakteristik luka S: pasien mengatakan nyeri terasa
2020 2. Memonitor tanda-tanda berkurang
12:30 infeksi O:
3. Melepaskan balutan dan
- luka dibersihkan dengan teknik
plester secara perlahan
4. Membersihkan dengan cairan steril
NaCl atau pembersih - tidak ditemukan tanda-tanda
nontoksik infeksi (kemerahan, panas,
5. Membersihkan jaringan pembengkakan, pus, aroma tidak
nekrotik sedap) (Trisia Vironika)
6. Memberikan salep yang - nyeri menurun
sesuai kekulit/lesi
- kerusakan lapisan kulit menurun
7. Memasang balutan sesuai
jenis luka A: Masalah teratasi sebagian
8. Mempertahankan teknik steril P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5
saat melakukan perawatan
luka
9. Menjelaskan tanda dan gejala
infeksi
10. Mengajarkan prosedur
perawatan luka secara mandiri
11. Berkolaborasi pemberian
antibiotic
41

Nama Pasien : Tn. S


Ruang Rawat : -

Hari, Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan perawat


4. Kamis, 03 Desember 1. Mengobservasi lebih lanjut S:
karakteristik nyeri, area dan - Pasien mengatakan nyeri
2020
sklanya berkurang
08:30 WIB 2. Mengidentifikasi faktor yang - Skala nyeri berkurang menjadi 4
memperberat dan O:
memperingan nyeri - Klien tampak tidak meringis
3. Menganjurkan istirahat di - Klien tampak istirahat dengan
tempat tidur dalam ruangan nyaman di tempat tidur
yang tenang - Klien tampak mengikuti anjuran
4. Melakukan tindakan distraksi perawat dalam melalukan teknik Trisia Vironika
dan relaksasi, ciptakan diraksi
lingkungan yang tenang - TTV
5. Mengajarkan teknik TD: 90/60 mmHg
nonfarmakologis untuk N: 90x/menit
mengurangi rasa nyeri R: 20x/menit
6. Berkolaborasi pemberian S: 36,7 oC
Katerolac 3x10mg A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang
terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau
yang menusuk (Ignativicus & Workman, 2006). Trauma abdomen adalah suatu
kerusakan pada daerah abdomen yang dapat disebabkan oleh benda tumpul atau
benda yang menusuk yang dapat menyebabkan cidera baik psikologisataupun
emosional.
Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang
ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus
dipertimbangkan  dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap
permukaan benturan. Komplikasi dari trauma abdomen adalah sebagai berikut:
kerusakan Arteri, pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya
nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin
pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan
posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan, infeksis ystem
pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan, Shock terjadi karena
kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa
menyebabkan menurunnya oksigenasi.
4.2 Saran
Dalam melakukan perawatan Trauma Abdomen hendaknya dengan hati-
hati, cermat dan teliti serta selalu menjaga kesterilan alat, maka akan
mempercepat proses penyembuhan.Perawat perlu mengetahui tanda gejala,
perawat harus mampu mengetahui kondisi pasien secara keseluruhan sehingga
intervensi yang diberikan bermanfaat untuk kemampuan fungsional pasien,
perawat harus mampu berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan keluarga
untuk mendukung adanya proses keperawatan serta dalam pemberian asuhan
keperawatan diperlukan pemberian pendidikan kesehatan pada keluarga tentang
penyakit, penyebab, pencegahan, dan penanganan.

46
DAFTAR PUSATAKA

Kumar, S., Bansal, V. K., Muduly, D. K., Sharma, P., Misra, M. C., Chumber,
S., ... & Bhardwaj, D. N. (2015). Accuracy of focused assessment with
sonography for trauma (FAST) in blunt trauma abdomen—a prospective
study. Indian Journal of Surgery, 77(2), 393-397.
Angelo, M.R., Dutton, R.P. Management of Trauma-Induced Coagulopathy :
Trends and Practices. AANA Journal Trauma 78:1, 2010.
PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan tindakan
keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018).Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan kriteria hasil
keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Kemekes RI

46

Anda mungkin juga menyukai