DI SUSUN OLEH :
Armeliati
2018.c.10a.0959
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan dan Juga Asuhan Keperawatan dengan judul Laporan pendahuluan
dan asuhan keperawatan pada Tn.A dengan diagnosa Otitis Media Kronis pada
sistem pendengaran ” Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini disusun
dalam rangka untuk memenuhi ataupun melengkapi tugas mata kuliah Praktik
Praklinik Keperawatan I.
Laporan Pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak .Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Ibu Maria Adelheid ,S.Pd,.M.Kes Selaku Ketua STIKES Eka Harap Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina ,Ners., M.Kep Selaku Ketua Program Studi Ners STIKES
Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Meida Sinta Araini , S.Kep.,Ners Selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah
Praktik Praklinik Keperawatan I.
4. Rimba Aprianti., S.Kep., Ners Selaku dosen pembimbing Akademik di ruang
Pendengaran
5. Secara Khusus kepada pihak dari Rumah Sakit Doris Sylvanus yang telah
memberikan izin tempat.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan dan juga asuhan keperawatan
ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurnaq . Oleh karena itu, saya
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-
mudahan laporan pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapar bermanfaat bagi kita semua.
iii
DAFTAR ISI
iv
3.3 Intervensi ............................................................................................. 36
3.4 Implementasi ....................................................................................... 38
3.5 Evaluasi ............................................................................................... 38
BAB 4 PENUTUP ............................................................................................ 42
4.1 Kesimpulan.......................................................................................... 42
4.2 Saran ................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 44
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
Ada 3 ( tiga ) jenis otitis media yang paling umum ditemu kan di klinik, yaitu :
1. Otitis Media Akut
2. Otitis Media Serosa (Otitis media dengan efusi)
3. Otitis Media Kronik
Otitis media kronik adalah radang kronik telinga tengah dengan perforasi
membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea) lebih dari 2
bulan, terus-menerus atau hilang timbul.
Otitis media serosa / efusi adalah keadaan terdapatnya cairan di dalam
telinga tengah tanpa adanya tanda dan gejala infeksi aktif. Secara teori, cairan ini
sebagai akibat tekanan negative dalam telinga tengah yang disebabkan oleh
obstruksi tuba eustachii. Pada penyakit ini, tidak ada agen penyebab definitive yang
telah diidentifikasi, meskipun otitis media dengan efusi lebih banyak terdapat pada
anak yang telah sembuh dari otitis media akut dan biasanya dikenal dengan “glue
ear”. Bila terjadi pada orang dewasa, penyebab lain yang mendasari terjadinya
disfungsi tuba eustachii harus dicari. Efusi telinga tengah sering terlihat pada pasien
setelah mengalami radioterapi dan barotrauma ( eg : penyelam ) dan pada pasien
dengan disfungsi tuba eustachii akibat infeksi atau alergi saluran napas atas yang
terjadi.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan Otitis Media Kronis
adalah infeksi menahun pada telinga tengah dimana otitis media kronis merupakan
kelanjutan dari otitis media akut. Lama kejadiannya kurang lebih satu bulan. Otitis
media kronis dapat menyebabkan kerusakan yang terus menerus pada telinga
tengah dan gendang telinga dan mungkin ada aliran yang terus menerus melalui
lubang pada gendang telinga.
2.1.3 Etiologi Otitis Eksterna
2.1.3.1 Disfungsi atau sumbatan tuba eustachius merupakan penyebab utama dari
otitis media yang menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba
eustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telinga
tengah juga akan terganggu
2.1.3.2 ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), inflamasi jaringan di sekitarnya
(misal : sinusitis, hipertrofi adenoid), atau reaksi alergi (misalkan rhinitis
10
baik atau virulensi kuman reda, maka resolusi dapat terjadi, walaupun tanpa
pengobatan.
2. Otitis Media Serosa
Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh atau gatal dalam
telinga atau perasaan bendungan, atau bahkan suara letup atau berderik, yang terjadi
ketika tuba eustachii berusaha membuka. Membrane tymphani tampak kusam
(warna kuning redup sampai abu-abu pada otoskopi pneumatik, dan dapat terlihat
gelembung udara dalam telinga tengah. Audiogram biasanya menunjukkan adanya
kehilangan pendengaran konduktif.
3. Otitis Media Kronik
Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan
terdapat otorrhea intermitten atau persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak ada
nyeri kecuali pada kasus mastoiditis akut, dimana daerah post aurikuler menjadi
nyeri tekan dan bahkan merah dan edema. Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak
menyebabkan nyeri. Evaluasi otoskopik membrane timpani memperlihatkan
adanya perforasi, dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa putih di belakang
membrane timpani atau keluar ke kanalis eksterna melalui lubang perforasi.
Kolesteatoma dapat juga tidak terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil
audiometric pada kasus kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan
pendengaran konduktif atau campuran.
Komplikasi yang terjadi :
1) Sukar menyembuh
2) Cepat kambuh kembali setelah nyeri telingaa berkurang
3) Ketulian sementara atau menetap
4) Penyebaran infeksi ke struktur sekitarnya yang menyebabkan mastoiditis akut,
kelumpuhan saraf facialis, komplikasi intracranial(meningitis, abses otak),
thrombosis sinus lateralis.
2.1.5 Patofisiologi
Patofisiologi otitis media kronis melibatkan berbagai faktor yang
berhubungan dengan tuba eutakhius, baik faktor lingkungan, faktor genetik atau
faktor anatomik. Tuba eustakhius memiliki tiga fungsi penting yang berhubungan
13
WOC OTITIS MEDIA KRONIS Infeksi sekunder (ISPA) Trauma, Benda Asing
Bakteri Streptococcus,
Otitis media kronik adalah
Hemophylus Influenza
Ruptur Gendang Telinga radang kronik telinga tengah
dengan perforasi membran timpani
Invasi Bakteri dan riwayat keluarnya sekret dari
telinga (otorea) lebih dari 2 bulan,
Infeksi telinga tengah
terus-menerus atau hilang timbul.
(kavum timpani, tuba eustachius)
Kesulitan/sakit Proses peradangan Peningkatan produksi Tekanan udara pd Pengobatan tdk Kurangnya
menelan dan tuntas Informasi
mengunyah cairan serosa telinga tengah (-) Episode berulang
Nyeri
Akumulasi cairan Retraksi membran
Infeksi berlanjut dpt
Resiko pemenuhan kebuth Kurang pengetahuan
sampai ke telinga
nutrisi kurang dari mukus dan serosa timpani
dalam
kebutuhan Ruptur membran Hantaran suara / udara yg
diterima menurun Merusak tulang krn
Tjd erosi pd kanalis
timpani krn desakan Tinitus semisirkularis
Penurunan fungsi adanya epitel
Sekret keluar dan pendengaran
berbau tidak enak Tuli konduktif ringan skuamosa di dlm
Pening / vertigo
(otorrhoe) Kesimb. Tbh menurun
rongga telinga
Tindakan operasi dgn
Gangguan persepsi mastoidektomi
sensori pendengaran Resiko terjadi injuri / tengah
Ganggun Body trauma
Image
(kolesteatom)
1
17
2.1.7 Komplikasi
2.1.7.1 Perikondritis
Radang pada tulang rawan daun telinga yang terjadi apabila suatu trauma atau
radang menyebabkan efusi serum atau pus di antara lapisan perikondrium dan
kartilago telinga luar. Umumnya trauma berupa laserasi atau akibat kerusakan
yang tidak disengajakan pada pembedahan telinga. Adakalanya perikondritis
terjadi setelah suatu memar tanpa adanya hematoma. Dalam stage awal infeksi,
pinna dapat menjadi merah dan kenyal. Ini diikuti oleh pembengkakan yang
general dan membentuk abses subperikondrial dengan pus terkumpul di antara
perikondrium dan tulang rawan dibawahnya
2.1.7.2 Selulitis
Peradangan pada kulit dan jaringan subkutan yang dihasilkan dari infeksi
umum, biasanya dengan bakteri Staphylococcus atau Streptococcus. Hal ini
dapat terjadi sebagai akibat dari trauma kulit atau infeksi bakteri sekunder dari
luka terbuka, seperti luka tekanan, atau mungkin terkait dengan trauma kulit.
Hal ini paling sering terjadi pada ekstremitas, terutama kaki bagian bawah.
2.1.7.3 Gendang telinga robek.
2.1.7.4 Gangguan pendengaran hingga gangguan pendengaran secara permanen.
2.1.7.5 Perkembangan bicara dan pertumbuhan terhambat.
2.1.7.6 Penyebaran infeksi ke tulang di belakang telinga (mastoiditis) sampai ke selaput
otak (meningitis).
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita otitis media kronis adalah :
2.1.8.1 Pemeriksaan otoskopi memberikan informasi tentang gendang telinga yang
dapat digunakan untuk mendiagnosis otitis media. Otitis media akut ditandai
dengan penonjolan gendang telinga yang merah pada pemeriksaan otoskopi.
Penanda tulang dan reflek cahaya mungkin kabur.
2.1.8.2 Penggunaan alat pneumonik dengan otoskop fotoshop pneumatic lebih lanjut
membantu mendiagnosis otitis media. Dengan menekan balon berisi udara yang
dihubungkan ke otoskop, bolus kecil udara dapat diinjeksikan kedalam telinga
18
luar. Pada otitis media akut dan otitis media dengan efusi, mobilitas membrane
timpani akan berkurang.
2.1.8.3 Timpanogram, suatu pemeriksaan yang mencangkup pemasangan sonde kecil
pada telinga luar dan pengukuran gerakan membrane timpani (gendang telinga)
setelah adanya tonus yang terfiksasi, juga dapat digunakan untuk mengevaluasi
mobilotas membrane timpani.
2.1.8.4 Pemeriksaan audiologi memperlihatkan deficit pendengaran, yang merupakan
indikasi penimbunan cairan (infeksi atau alergi).
2.1.9 Penatalaksanaan Medis Penderita Otitis Media kronis
Pentalaksanaan yang diberikan bisa berupa metode preventif dan kuratif yang
meliputi cara-cara seperti berikut ini
2.1.9.1 Pencegahan
2.1.9.2 Penyuluhan
2.1.9.3 Pemberian obat topikal
2.1.9.4. Pemberian obat antibiotik oral
2.1.9.5. Konsultasi secara teratur
2.1.9.6 Stadium oklusi
Pengobatan bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius, sehingga
tekanan negative di telinga tengah hilang. Pemberian obat tetes hidung : HCl efedrin
0,5% dalam larutan fisiologis (usia di atas 12 tahun) sumber infeksi harus diobati,
antibiotika diberikan bila penyebab penyakit adalah kuman bukan virus atau alergi
Stadium presupurasi
Pemberian antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Bila membran
timpani terlihat hiperemis difus dilakukan Miringotomi. Antibiotika yang diajurkan
golongan Penicillin diberikan Eritromisin.
2.1.9.8 Stadium supurasi
Pemberian antibiotika dan tindakan miringotomi jika membran timpani masih
utuh untuk menghilangkan gejala klinis dan ruptur dapat dihindari.
Stadium resolusi
Pemberian antibiotika dilanjutkan sampai 3 minggu jika tidak terjadi resolusi.
19
2.1.9.10Tindakan pembedahan
2) Lakukan aseptik
2.3.3.2 Dx. II
1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 7 jam pendengaran
baik atau normal
2. Kriteria Hasil :
1) Pasien nampak senang
2) Pasien nampak rileks
3) Pendengaran baik ataunormal
3.Intervensi :
1) Kaji tingkat kerusakan pendengaran
2) Berikan cara komunikasi yang jelas
3) Lakukan pemeriksaan telinga
4) Kolaborasi dalam pemasangan alat bantu telinga
2.3.3.3.Dx. III
1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 7 jam menyatakan
pemahaman akan perubahan dan penerimaan terhadap diri sendiri.
22
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
23
24
mengeluh telinga nya tersa gatal sehingga pasien berinisiatif untuk untuk
membersihkan telinga nya dengan menggunakan bagian peniti yang bulat.Selang 2 hari
pendengaran dari pasien berkurang dan telingga pasien mengeluarkan cairan yang
berwarna kekuning -kuningan.Melihat keadaan tersebut pasien mencoba membeli obat
tetes telinga di salah satu apotik di daerah nya namun kondisi telinga pasien tidak
kunjung sembuh sampai akhirnya pasien di bawa oleh keluarga ke RSUD.X di
Palangkaraya.
3.1.2.3 Riwayat Kesehatan Lalu
Pasien mengatakan pernah di rawat di Rs.Mumadiyah pada tanggal 02 januari 2020
dengan penyakit thypes dan tidak pernah di operasi
3.1.2.4 Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan
dan menular
Genogram Keluarga
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Klien
25
: Meninggal dunia
: Tinggal serumah
: Ikatan Keluarga
3.1.5 Sosial-Spiritual
3.1.5.1 Kemampuan Berkomunikasi
Klien mampu berkomunikasi dengan keluarga,perawat,dan dokter.
3.1.5.2 Bahasa Sehari-hari
Bahasa sehari-hari yang digunakan klien dan keluarga berupa bahasa
Indonesia dan jawa .
3.1.5.3 Hubungan Dengan Keluarga
Pasien mempunyai satu anak dan suami serta mempunyai hubungan baik dan
harmonis
3.1.5.4 Hubungan Dengan Teman/ petugas kesehatan/ orang lain
Hubungan dengan petugas kesehatan baik
3.1.5.5 Orang Berarti/ Terdekat
Pasien mempunyai satu anak dan suami serta mempunyai hubungan baik dan
harmonis
3.1.5.6 Kebiasaan Menggunakan Waktu Luang
Tidur dan mengobrol kepada keluarga
3.1.5.7 Kegiatan Beribadah
Saat sehat klien rutin mengikuti ibadah, Selama klien sakit hanya bisa berdoa
di tempat tidur
3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)
Data penunjang : 30 September 2020
Parameter Hasil Interpretasi
Leukocyte 15,1/ul ( Meningkat 4.5-11.0 10^3/uL
adanya leukositosis yang
menandakan infeksi
bakteri)
Hemoglobin 14.1 11.5-18.0 g/dl
Trombosit 47.5 37- 48%
LED 20 ml/jam ( meningkat <15 ml/jam
adanya suatu perjalan
penyakit berupa infeksi )
31
Armeliati
NIM: 2018.C.10a.0959
32
ANALISA DATA
DO:
Terlihat ada cairan warna kekuning-
kuningan pada telinga kanan
Hasil TTV:
TD: 130/90 mmHg
N:88X/M
RR:20x/m
S: 37𝑂 C
Masuknya
mikroorganisme
Parameter Hasil Interpretasi
Leukocyte 15,1/ul ( 4.5-11.0 Lubang telinga
Meningkat 10^3/uL tengah
adanya
leukositosis Menimbulkan
yang Infeksi
peradangan
menandakan
infeksi Timbul otore,
bakteri) secara terus
Hemoglobin 14.1 11.5-18.0 menerus
g/dl
Trombosit 47.5 37- 48% Infeksi
LED 20 ml/jam ( <15
meningkat ml/jam
adanya
suatu
perjalan
penyakit
berupa
infeksi )
33
DS : Gangguan telinga
Pasien mengatakan pendengarannya dalam
berkurang
DO: Perawatan diri
Pasien nampak berulang kali tanya jika yang salah
Ditanya Tampak wajah pasien
memperhatikan jika ditanya Radang pada Gangguan
Hasil TTV: telinga persepsi
1. TD: 130/90 mmHg sensori
N:88X/M Penurunan syaraf pendengaran
RR:20x/m pendengaran
S: 37 C
Gangguan fungsi
pendengaran
DS:
Klien mengatakan tidak tahu tentang
penyakitnya kurang terpaparnya
informasi
DO:
1. Klien tampak binggung
2. Klien tampak bertanya tentang Ketidatahuan
penyakitnya menemukan Defisit
3. Pendidikan terakhir SMA sumber informasi Pengetahuan
menanyakan
masalah yang di
hadapi
34
35
PRIORITAS MASALAH
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn A
Ruang Rawat : -
Gangguan Persepsi sensori Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji ttv pasien 1. Mengetahui tingkat
pendengaran berhubungan dengan keperawatan selama 1x7 jam, 2. Kaji tingkat kerusakan kerusakan pendengaran
pendengaran
hantaran suara / udara yang di diharapkan sesak berkurang atau 2. Memudahkan pasien
3. Berikan cara komunikasi yang
terima berkurang hilang. jelas memahami dalam
Kriteria hasil : 4. Lakukan pemeriksaan telinga mendengar
1
37
Defisit pengetahuan b/d kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pengetahuan klien 1. Mempermudah dalam
tentang penyakitnya memberikan penjelasan
terpaparnya informasi ditandai keperawatan selama 1x7 jam
2. Jelaskan tentang penyakit, pada klien
dengan menanyakan masalah yang diharapkan pengetahuan klien identifikasi penyebab, dan 2. Meningkatkan pengetahuan
jelaskan kondisi tentang klien dan mengurangi
di hadapi ,menunjukan persepsi bertambah dengan kriteria hasil :
klien. cemas.
yang keliru terhadap masalah. 1. Klien mengetahui penyakitnya 3. Jelaskan tentang program 3. Mempermudahkan untuk
pengobatan alternatif melakukan intervensi
( D0111.Hal 246 ) 2. Klien mengetahui cara
4. Tanyakan kembali keperawatan
pengobatan penyakitnya pengetahuan klien tentang 4. Untuk mengetahui tingkat
penyakitnya dan cara pengetahuan klien tentang
pengobatannya penyakitnya
38
DX.3 Kamis 01 oktober 2020 1. Mengkaji pengetahuan S : Klien mengatakan sudah mulai
Jam : 11.30 Wib klien tentang penyakitnya mengetahui tentang penyakitnya.
2. Menjelaskan tentang O:
penyakit, identifikasi Klien memahami tentang
penyebab, dan jelaskan penyakit yang diderita
kondisi tentang klien. Klien tampak mengetahui
3. Menjelaskan tentang cara pengobatan
program pengobatan Klien tampak bisa
alternatif mengulang penjelasan
4. Menanyakan kembali A : Masalah teratasi
pengetahuan klien tentang P : Intervensi di hentikan
penyakitnya dan cara
pengobatannya
40
CACATAN PERKEMBANGAN
BAB 4
PENUTUP
4.1.1 Kesimpulan
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks
(pendengaran dan keseimbangan). Anatominya juga sangat rumit . Indera pendengaran
berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan
berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan
mendengar.(Roger watson, 2017. 102).
Otitis Media Kronis adalah infeksi menahun pada telinga tengah dimana otitis
media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut. Lama kejadiannya kurang
lebih satu bulan. Otitis media kronis dapat menyebabkan kerusakan yang terus menerus
pada telinga tengah dan gendang telinga dan mungkin ada aliran yang terus menerus
melalui lubang pada gendang telinga.
4.1.2 Saran
4.2.1 Bagi Mahasiswa
Saran bagi mahasiswa agar laporan studi kasus ini berguna untuk menambah
ilmu pengetahuan bagi mahasiswa dan mampu mempelajari asuhan keperawatan
dengan diagnosa medis Otitis Media Kronis dan sebagai acuan atau referensi untuk
mahasiswa dalam penulisan laporan studi kasus selanjutnya.
4.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Saran bagi institusi pendidikan agar laporan pendahuluan studi kasus ini dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan bacaan atau referensi untuk mahasiswa dalam
membuat asuhan keperawatan terkait pasien dengan diagnosa Otitis Media Kronis
pada masa mendatang.
4.2.3 Bagi Institusi Rumah Sakit
Untuk RSUD Dr.Doris Sylvanus Palangka Raya khususnyapada sistem
pendengaran,laporan ini dapat memberikan gambaran pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Otitis Media Kronis dan
421
43
DAFTAR PUSTAKA
Ari, Elizabeth. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pendengaran dan Wicara. Editor: Dr. Ratna Anggraeni., Sp THT-KL.,
M.Kes.Bandung : STIKes Santo Borromeus.
Brunner & Suddarth. 2017. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth . 2010. Keperawatan Medikal Bedah, Buku II Edisi 9, Alih Bahasa
:Agung Waluyo dkk. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif dkk. 2015. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta : Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Indonesia.
Wilkinson, Judith M and Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan,
edisi 9. Jakarta, EGC.
44
45
LEMBAR KONSULTASI
Topic: Bimbingan with Rimba Aprianti Pre Conference PPK II Kel. 1 Kelas 3B (Sistem
pengindraan)
Time: Oct 2, 2020 05:00 PM Jakarta
Join Zoom Meeting
https://zoom.us/j/93688160252?pwd=QjZiZWVBL1hZTGw2aWlnSHVtVGlsQT09
Meeting ID: 936 8816 0252
Passcode: 7JXfMh
1
46