Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS


FRAKTUR MANDIBULA PADA SISTEM PENCERNAAN

DISUSUN OLEH :

Aprila
2018.C.10a.0958

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN TAHUN
AJARAN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini di susun oleh :

Nama : Aprila

Nim : 2018.C.10a.0958

Program Studi : S-1 Keperawatan

Judul :–Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada Tn. S


dengan diagnosa medis Fraktur Mandibula pada Sistem

Pencernaan‚
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan
Praktik Pra Klinik Keperawatan II Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Mengetahui, Pembimbing Akademik


Ketua Prodi Sarjana Keperawatan

Mmilitba Carolina, Ymlstria Ulina ,S.Kmp.,Nmrs


Nmrs.,M.Kmp
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Pang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan

Pendahuluan yang berjudul –Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan


pada Tn. S dengan Diagnosa Medis Fraktur Mandibula‚.Laporan
pendahuluan ini
disusun guna melengkapi tugas (PPK2).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka \aya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka \aya.

8. Pelstria ]lina, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah


banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Ibu Meida Sinta Ariani, S.kep.,Ners selaku koordinator praktik pra klinik
keperawatan II Program Studi Sarjana Keperawatan.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat
kesalahan dan jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu penyusun mengharapkan
saran dan

kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan


ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanaaat bagi kita
semua.

Palangka \aya, 10 Desember 2020


Penyusun

Aprila
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................iii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Lelakang.....................................................................................................1
1.2 \umusan Masalah................................................................................................ 2
1.8 Tujuan Penulisan.................................................................................................2
1.4 Manaaat Penulisan...............................................................................................8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................4

2.1 Konsep Penyakit Fraktur Mandibula................................................................4


2.1.1 Deainisi Fraktur Mandibula........................................................................4
2.1.2 Anatomi Fisiologi.........................................................................................4
2.1.8 Etiologi Fraktur Mandibula........................................................................9
2.1.4 Klasiaikasi Fraktur mandibula................................................................10
2.1.5 Patoaisiologi (Pathways)...........................................................................11
2.11 Maniaestasi Klinis (Tanda dan Eejala)...................................................14
2.1.5 Komplikasi.................................................................................................15
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................11

2.1.9 Penatalaksanaan Medis.............................................................................15


2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan...................................................................24
2.2.1 Pengkajian Keperawatan.........................................................................24
2.2.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................80
2.2.8 Intervensi Keperawatan...........................................................................81
2.2.4 Implementasi Keperawatan......................................................................88
2.2.5 Evaluasi Keperawatan..............................................................................88
BAB 8ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................................84
8.1 Pengkajian........................................................................................................... 84

8.2 Diagnosa.............................................................................................................. 85
8.8 Intervensi............................................................................................................ 81
8.4 Implementasi..................................................................................................... 88
8.5 Evaluasi............................................................................................................... 88
BAB 4PENUTUP............................................................................................................ 42
4.1 Kesimpulan......................................................................................................... 42
4.2 Saran.................................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................44
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Fraktur adalah discontinuitas dari jaringan tulang yang biasanya disebabkan
oleh adanya kecelakaan yang timbul secara langsung. Fraktur mandibula adalah
putusnya kontinuitas tulang mandibula. Hilangnya kontinuitas pada rahang bawah
(mandibula), yang diakibatkan trauma oleh wajah ataupun keadaan patologis,
dapat berakibat aatal bila tidak ditangani dengan benar.
Fraktur mandibula adalah putusnya kontinuitas tulang mandibular. Hilangnya
kontinuitas pada rahang bawah (mandibula), dapat berakibat aatal bila tidak
ditangani dengan benar. Mandibula adalah tulang rahang bawah pada manusia dan
beraungsi sebagai tempat menempelnya gigi geligi. Klasiaikasi araktur mandibula
berdasarkan pada letak anatomi dari araktur mandibula dapat terjadi pada
daerah- daerah dento alveolar, kondilus, koronoideus, ramus, sudut mandibula,
korpus mandibula, simaisis, dan parasimaisis (Hakim, 2011).

1.2 Rumusan Masalah


Lagaimana asuhan keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa medis Fraktur
Mandibula?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penulisan ini adalah adalah untuk mendapatkan gambaran dan


pengalaman langsung tentang bagaimana menerapkan asuhan keperawatan
pada Tn. S dengan diagnose medis Fraktur Mandibula pada sistem
Pencernaan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.8.2.1 Mahasiswa mampu melengkapi asuhan keperawatan pada Tn. S dengan

diagnosa medis Fraktur Mandibula pada system Pencernaan.

1.8.2.2 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada Tn.


S dengan diagnosa medis Fraktur Mandibula pada sistem

Muskuloskeletal.
1.8.2.8 Mahasiswa mampu menganalisa kasus dan merumuskan masalah
keperawatan pada asuhan keperawatan kepada Tn. S dengan diagnose
medis Fraktur Mandibula pada sistem Pencernaan.
1.8.2.4 Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan yang mencakup
intervensi asuhan keperawatan kepada Tn. S dengan diagnose medis
Fraktur Mandibula pada sistem Pencernaan.
1.8.2.5. Mahasiswa mampu melakukan implementasi atau pelaksanan tindaakan
asuhan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa Fraktur
Mandibula pada sistem Pencernaan.
1..8.2.1 Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan kepada
Tn. S dengan diagnosa Fraktur Mandibula pada sistem Pencernaan.
1.8.2.5 Mahasiswa mampu mendokumentasikan hasil dari asuhan keperawatan
kepada Tn. S dengan diagnosa Fraktur Mandibula pada sistem Pencernaan.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa mampu menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanaaatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1
Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka \aya.
1.4.2 Bagi Institusi
1.4.8.1 Lagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan tentang Penyakit Fraktur Mandibula dan Asuhan
Keperawatannya.
1.4.8.2 Lagi Institusi \umah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan
Meningkatkan mutu pelayanan perawatan di \umah Sakit kepada pasien dengan
diagnosa medis Penyakit Fraktur Mandibula melalui Asuhan Keperawatan yang
dilaksanakan secara komprehensia.
1.4.4 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Fraktur Mandibula


2.1.1 Definis Fraktur Mandibula

Fraktur mandibula merupakan kondisi diskontinuitas tulang mandibula


yang diakibatkan oleh trauma wajah ataupun keadaan patologis. Pukulan keras
pada muka dapat mengakibatkan terjadinya suatu araktur pada mandibula (\
eksodiputro, 2015).
Fraktur mandibula adalah putusnya kontinuitas tulang mandibula.
Hilangnya kontinuitas pada rahang bawah (mandibula), dapat berakibat aatal bila
tidak ditangani dengan benar. Mandibula adalah tulang rahang bawah pada
manusia dan beraungsi sebagai tempat menempelnya gigi geligi. Faktor etiologi
utama terjadinya araktur mandibula bervariasi berdasarkan lokasi geograais,
namun kecelakaan kendaraan bermotor menjadi penyebab paling umum.
Leberapa penyebab lain berupa kelainan patologis seperti keganasan pada
mandibula, kecelakaan saat kerja, dan kecelakaan akibat olahraga.
Fraktur mandibula merupakan araktur kedua tersering pada kerangka
wajah, hal ini disebabkan kondisi mandibula yang terpisah dari kranium.
Diagnosis araktur mandibula dapat ditunjukkan dengan adanya : rasa sakit,
pembengkakan, nyeri tekan, dan maloklusi. Patahnya gigi, adanya gap, tidak
ratanya gigi, tidak simetrisnya arcus dentalis, gigi yang longgar dan krepitasi
menunjukkan kemungkinan adanya araktur mandibula. Selain hal itu mungkin
juga terjadi trismus (nyeri waktu rahang digerakkan).
Secara khusus penanganan araktur mandibula dan tulang pada wajah
(maksiloaasial) mulai diperkenalkan oleh Hipocrates (410-855 SM) dengan
menggunakan panduan oklusi (hubungan yang ideal antara gigi bawah dan gigi-
gigi rahang atas), sebagai dasar pemikiran dan diagnosis araktur mandibula. Pada
perkembangan selanjutnya oleh para klinisi menggunakan oklusi sebagai konsep
dasar penanganan araktur mandibula dan tulang wajah (maksiloaasial) terutama
dalam diagnostik dan penatalaksanaannya. Hal ini diikuti dengan perkembangan
teknik aiksasi mulai dari penggunaan pengikat kepala (head bandages), pengikat
rahang atas dan bawah dengan kawat (intermaxilari aixation), serta aiksasi dan
imobilisasi aragmen araktur dengan menggunakan plat tulang (plate and screw).

2.1.2 Anatomi Fisiologi Fraktur Mandibula

Mandibula adalah tulang rahang bawah pada manusia dan beraungsi


sebagai tempat menempelnya gigi-geligi. Mandibula berhubungan dengan basis
kranii dengan adanya temporo-mandibular joint dan disangga oleh otot-otot
pengunyahan. Mandibula terdiri dari korpus berbentuk tapal kuda dan sepasang
ramus. Korpus mandibula bertemu dengan ramus masing-masing sisi pada
angulus mandibula. Pada permukaan luar digaris tengah korpus mandibula
terdapat sebuah rigi yang menunjukkan garis ausi dari kedua belahan selama
perkembangan, yaitu simaisis mandibula.
Korpus mandibula pada orang dewasa mempunyai processus alveolaris
yang ditandai adanya penonjolan di permukaan luar, sedangkan pada orang tua
yang giginya telah tanggal processus alveolaris mengalami regresi. Lagian depan
dari korpus mandibula terdapat protuberantia mentale yang meninggi pada tiap-
tiap sisi membentuk tuberculum mentale. Lagian permukaan luar di garis vertical
premolar kedua terdapat aoramen mentale. Lagian posterior korpus mandibula
mempunyai dua processus yaitu processus coronoideus anterior yang merupakan
insersio otot pengunyahan dan processus condylaris bagian posterior yang
berhubungan langsung dengan sendi temporo mandibular. Permukaan dalam
ramus mandibula terdapat aoramen mandibula yang masuk ke dalam kanalis
mandibula, sedangkan permukaan korpus mandibula terbagi oleh peninggian yang
miring disebut linea mylohyoidea (Platzer, 2015).
Mandibula dipersaraai oleh 8 cabang nervus yaitu N. Lucalis Longus, N.
Lingualis, dan N. Alveolaris inaerior. Nervus mandibularis merupakan cabang
terbesar, yang keluar dari ganglion Easseri. Saraa keluar dari cranium melalui
aoramen ovale, dan bercabang menjadi tiga percabangan.
2.1.2.1 N. Luccalis Longus
Nervus buccalis longus keluar tepat di luar aoramen ovale. Saraa berjalan
di antara kedua caput m. pterygoideus externus, menyilang ramus untuk kemudian
masuk ke pipi melalui m. buccinators, di sebelah bukal gigi molar ketiga atas.
Cabang-cabang terminalnya menuju membrane mukosa bukal dan
mukoperiosteum di sebelah lateral gigi-gigi molar atas dan bawah.
2.1.2.2 N. Lingualis
Nervus Lingualis cabang berikut berjalan ke depan menuju garis median.
Saraa berjalan ke bawah superaicial dari m. Pterygoideus internus berlanjut ke
lingual apeks gigi molar ketiga bawah. Pada titik ini saraa masuk ke dalam basis
lingual melalui dasar mulut dan menginervasi duapertiga anterior lidah,
mengeluarkan percabangan untuk menginervasi mukoperiosteum dan membrana
mukosa lingual.
2.1.2.8 N. Alveolaris Inaerior
Nervus alveolaris Inaerior adalah cabang terbesar dari n. Mandibularis.
Saraa turun balik dari m. Pterygoideus externus, disebelah posterior dan dibagian
luar n. lingualis, berjalan antara ramus mandibula dan ligamentum
sphenomandibularis. Lersama-sama dengan arteri alveolaris inaerior saraa berjalan
terus di dalam canalis mandibula dan mengeluarkan percabangan untuk gigi-
geligi. Pada aoramen mentale saraa bercabang menjadi dua salah satunya adalah
nervus incicivus yang berjalan terus ke depan menuju garis median sementara
nervus mentalis meninggalkan aoramen untuk mempersaraai kulit. Cabang-
cabang dari nervus alveolaris inaerior adalah :
1) N. mylohyoideus adalah cabang motorik dari n. alveolaris inaerior dan
didistribusikan ke m. Mylohyoideus, dan venter anterior dan m. Digastrici
yang terletak di dasar mulut.
2) \ami dentalis brevis menginervasi gigi molar, premolar, proc. alveolaris,
dan periosteum
8) N. mentalis lekuar melalui aoramen mentale untuk menginervasi kulit
dagu, kulit dan membrana mukosa labium oris inaerior
4) N. incisivus mengeluarkan cabang-cabang kecil menuju gigi insisivus
sentral, lateral dan caninus

2.1.3 Etiologi Fraktur Mandibula


Setiap pukulan keras pada muka dapat mengakibatkan terjadinya suatu
araktur pada mandibula. Daya tahan mandibula terhadap kekuatan impak adalah
lebih besar dibandingkan dengan tulang wajah lainnya. Meskipun demikian
araktur mandibula lebih sering terjadi dibandingkan dengan bagian skeleton muka
lainnya.

Factor etiologi utama bervariasi berdasarkan lokasi geograais. Pada


beberapa investigasi seperti Jordan, Singapore, Nigeria, New Vealand, Denmark,
Punani, dan Japan dilaporkan kecelakaan akibat kendaraan bermotor paling sering
di jumpai. Peneliti di Negara-negara seperti Pordania, Singapura, Nigeria,
Selandia Laru, Denmark, Punani, dan Jepang melaporkan kecelakaan kendaraan
bermotor menjadi penyebab paling umum.
Fraktur mandibula dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas, kecelakaan
industry atau kecelakaan kerja, kecelakaan rumah tangga, mabuk dan perkelahian
atau kekerasan aisik. Menurut survey di District oa Columbia Hospital, dari 540

kasus araktur, 19% kasus terjadi akibat kekerasan aisik (perkelahian), 25% akibat
kecelakaan lalulintas, 12% akibat kecelakaan kerja, 2% akibat kecelakaan saat
olahraga dan 4% karena sebab patologi.

2.1.4 Klasifikasi Fraktur Mandibula


Lanyak klasiaikasi araktur yang ditulis dalam berbagai buku, namun secara

praktis dapat dikelompokkan menjadi :


2.1.4.1 Menurut Penyebab Terjadinya Fraktur
1. Fraktur Traumatik
- Trauma langsung (direct), trauma tersebut langsung mengenai
anggota tubuh penderita.
- Trauma tidak langsung (indirect), terjadi seperti pada penderita
yang jatuh dengan tangan menumpu dan lengan atas-bawah lurus,
berakibat araktur kaput radii atau klavikula. Eaya tersebut
dihantarkan melalui tulang-tulang anggota gerak atas dapat berupa

gaya berputar, pembengkokan (bending) atau kombinasi


pembengkokan dengan kompresi seperti araktur butteraly maupun
kombinasi gaya berputar, pembengkokan dan kompresi seperti
araktur oblik dengan garis araktur pendek. Fraktur juga dapat
terjadi akibat tarikan otot seperti araktur patella karena kontraksi
quadrisep yang mendadak.
2. Fraktur Fatik atau Stress
Trauma yang berulang dan kronis pada tulang yang mengakibatkan
tulang menjadi lemah. Contohnya pada araktur aibula pada

olahragawan.
8. Fraktur Patologis
Trauma yang telah terjadi proses patologis yang mengakibatkan tulang
tersebut rapuh dan lemah. Liasanya araktur terjadi spontan.
2.1.4.2 Menurut Hubungan dengan Jaringan Ikat Sekitarnya
1. Fraktur Simple/ Tertutup, disebut juga araktur tertutup oleh karena
kulit di sekeliling araktur sehat dan tidak sobek.
2. Fraktur terbuka, kulit disekitar araktur sobek sehingga aragmen tulang
berhubungan dengan dunia luar (bone expose) dan berpotensi untuk
menjadi inaeksi. Fraktur terbuka dapat berhubungan dengan ruangan di
tubuh yang tidak steril seperti rongga mulut.
8. Fraktur komplikasi, araktur tersebut berhubungan dengan kerusakan
jaringan atau struktur lain seperti saraa, pembuluh darah, organ visera
atau sendi.
2.1.4.8 Menurut Lentuk Fraktur
1. Fraktur Komplit, garis araktur membagi tulang menjadi dua aragmen
atau lebih. Earis araktur bias tranversal, oblik atau spiral. Kelainan ini
dapat menggambarkan arah trauma dan menentukan araktur stabil
atau unstabile.
2. Fraktur Inkomplit, kedua aragmen araktur terlihat saling impaksi atau
masih saling tertancap.
8. Fraktur Komunitia, araktur yang menimbulkan lebih dari dua aragmen.
4. Fraktur Kompresi, araktur ini umumnya terjadi di daerah tulang
konselus.
Hal tersebut diatas merupakan klasiaikasi araktur secara umum,
sedangkan klasiaikasi araktur mandibula diantaranya adalah:
1. Menunjukkan regio-regio pada mandibula yaitu: korpus, simaisis,
angulus, ramus, prosesus koronoid, prosesus kondiloid, prosesus alveolar.
Fraktur yang terjadi dapat pada satu, dua atau lebih pada region mandibula
ini.

2. Lerdasarkan ada tidaknya gigi. Klasiaikasi berdasarkan gigi pasien

penting diketahui karena akan menentukan jenis terapi yang akan kita

ambil. Dengan adanya gigi, penyatuan araktur dapat dilakukan dengan


jalan pengikatan gigi dengan menggunakan kawat. Lerikut derajat araktur
mandibula berdasarkan ada tidaknya gigi:
a. Fraktur kelas 1 : gigi terdapat di 2 sisi araktur, penanganan pada araktur
kelas 1 ini dapat melalui interdental wiring (memasang kawat pada
gigi).
b. Fraktur kelas 2 : gigi hanya terdapat di salah satu araktur
c. Fraktur kelas 8 : tidak terdapat gigi di kedua sisi araktur, pada keadaan
ini dilakukan melalui open reduction, kemudian dipasangkan plate and
screw, atau bisa juga dengan cara intermaxillary aixation.
Dengan melihat cara perawatan, maka pola araktur mandibula dapat
digolongkan menjadi:
1. Fraktur ]nilateral
Fraktur ini biasanya hanya tunggal, tetapi kadang terjadi lebih dari satu
araktur yang dapat dijumpai pada satu sisi mandibula dan bila hal ini
terjadi, sering didapatkan pemindahan aragmen secara nyata. Suatu
araktur korpus mandibula unilateral sering terjadi.
2. Fraktur Lilateral
Fraktur bilateral sering terjadi dari suatu kombinasi antara kecelakaan
langsung dan tidak langsung. Fraktur ini umumnya akibat mekanisme
yang menyangkut angulus dan bagian leher kondilar yang berlawanan
atau daerah gigi kaninus dan angulus yang berlawanan.
8. Fraktur Multipel
Eabungan yang sempurna dari kecelakaan langsung dan tidak
langsung dapat menimbulkan terjadinya araktur multiple. Pada
umumnya araktur ini terjadi karena trauma tepat mengenai titik
tengah dagu yang mengakibatkan araktur simaisis dan kedua kondilus.
4. Fraktur Lerkeping-keping (comminuted)
Fraktur ini hamper selalu diakibatkan oleh kecelakaan langsung yang
cukup keras pada daerah araktur, seperti pada kasus kecelakaan
terkena peluru saat perang. Dalam sehari-hari, araktur ini sering terjadi
pada simaisis dan parasimaisis. Fraktur yang disebabkan oleh
kontraksi muskulus yang berlebihan. Kadang araktur pada prosesus
koronoid
terjadi karena adanya kontraksi realex yang datang sekonyong-
konyong mungkin juga menjadi penyebab terjadinya araktur pada
leher kondilar.
2.1.5 Pathofisiologi Fraktur Mandibula
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
adanya gaya dalam tubuh yaitu stress, gangguan aisik, gangguan metabolik,
patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka maupun
yang tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka
volume darah menurun. COP menurun maka terjadi perubahan perausi jaringan.
Hematoma akan mengeksudasi plasma dan proliaerasi menjadi oedem lokal dan
terjadi penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai
serabut syaraa yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu
dapat mengenai tulang dan dapat terjadi neurovaskuler yang menimbulkan nyeri
gerak sehingga mobilitas aisik terganggu. Disamping itu araktur terbuka dapat
mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi inaeksi terkontaminasi
dengan udara luar dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan
integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Pada
umumnya pada pasien araktur terbuka maupun tertutup adalah dilakukan
imobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan aragmen yang telah
dihubungkan, tetap pada tempatnya sampai sembuh (Sylvia, 2015).
Trauma Gerakan pintir mendadak Kontrak otot ekstrem Keadaan patologis

Fraktur

Breathing (B1) Blood (B2) Brain (B3) Blader (B4) Bowel (B5) Bone (B6)

Perubahan jaringan Perubahan jaringan Pergeseran fragmen Perubahan jaringan Penururnan


Perubahan
sekitar sekitar tulang sekitar metabolisme
jaringan sekitar

Spasme otot lnflamasi


Laverasi kulit Laserasi kulit Rasa mual dan
muntah
Terputusnya Peningkatan tekanan Spasme otot Laserasi kulit
Terputusnya vena/
vena/arteri kapiler
arteri
Nafsu makan
Merangsang
menurun Ada luka
Pendarahan Pelepasan histamine neurotransmiser
Pendarahan terbuka
meningkat
Suplai oksigen oleh Protein plasma
Hipotalamus \esiko deaisit
darah menurun hilang nutrisi Sebagai
Kehilangan volume media
Reseptor nyeri cairan masuknya virus
Kebutuhan oksigen Edema
meningkat
Presepsi nyeri Mk : Risiko
Penekanan pembuluh darah
Ketidakseimbangan
Mk : Risiko
Takipnae/ dispenae cairan
Mk : Nyeri Akut Infeksi
Perfusi jaringan
menurun menurun
Mk : Pola napas
tidak efektif
MK : Perfusi perifer
tidak efektif

2.1.1 Manifestasi klinis Fraktur Mandibula


Eejala umum araktur menurut Lukman (2018), adalah sebagai berikut:
2.1.1.1 Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai aragmen tulang di
imobilisasi. Spasme otot yang menyertai araktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar aragmen tulang.
2.1.1.2 Setelah terjadi araktur, bagian-bagian yamg tidak dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap
rigid seperti normalnya. Pergeseran aragmen pada araktur lengan atau tungkai
menyebabkan deaormitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa

diketahui dengan membandingkan ekstemitas normal. Ekstremitas tak daat


beraungsi dengan baik karena aungsi normal otot bergantung pada integritas
tulang tempat melekatnya otot.
2.1.1.8 Pada araktur tulang panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat araktur. Fragmen sering
saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5-5 cm (1-2 inchi).
2.1.1.4 Saat ekstremitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara aragmen satu degan lainnya. ]ji
krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.

2.1.1.5 Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti araktur. Tanda ini bisa baru terjadi
setelah beberapa jam atau hari setelah cidera.
Eejala pada araktur mandibula biasanya timbul rasa nyeri terus menerus
pendarahan oral, aungsi berubah, terjadi pembengkakan, krepitasi, sepsis pada araktur
terbuka, dan deaormitas. Jika araktur ini mengenai korpus mandibula, akan terlihat
gerakan yang abnormal pada tempat araktur sehingga gerakan mandibula menjadi
terbatas dan susunan gigi menjadi tidak teratur. Sebagian besar araktur mandibula
terjadi tanpa terbukanya tulang dan tanpa kerusakan jaringan keras atau lunak
(Sukman, 2011).

2.1.5 Komplikasi Fraktur Mandibula


2.1.5.1 Syok
Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Hal ini biasanya terjadi pada
araktur. Pada beberapa kondisi tertentu, syok neurogenik sering terjadi pada araktur
aemur karena sakit yang hebat pada pasien.

2.1.5.2 Kerusakan arteri


Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai oleh: tidak adanya nadi, C\T

(Hipp`cciry \ma`cc T`jm) menurun, sianosis bagian distal, hematoma yang lebar serta
dingin pada ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi pembidaian,
perubahan posisi pada orang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
2.1.5.8 Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen adalah suatu kondisi dimana tejadi terjebaknyaotot,
tulang, syaraa, dan pembuluh darah dalam jaringan parut akibat suatu pembengkakan
dari edema atau perdarahan yang menekan otot, syaraa, dan pembuluh darah. Kondisi

sindrom kompartemen akibat komplikasi araktur hanya terjadi pada araktur yang dekat
dengan persendian dan jarang terjadi pada bagian tengah tulang. Tanda khas untuk
sindrom kompartemen adalah 5P, yaitu: pain (nyeri lokal), paralysis (kelumpuhan
tungkai), pallor (pucat bagian distal), parestesia (tidak ada sensasi) dan pulsesessness
(tidak ada denyut nadi, perubahan nadi, perausi yang tidak baik, dan C\T 7 8 detik
(pada bagian distal kaki).
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
ortopedik inaeksi dimulai pada kulit (superaisial) danmasuk kedalam. Hal ini biasanya

terjadi pada kasus araktur tebuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam
pembedahan seperti pin (O\IF dan O\EF) atau plat.
2.1.5.5 Avaskular nekrosis
Avaskular nekrosis (AQN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Qolkman‐
s Ischemia.
2.1.5.1 Sindrom emboli lemak
Sindrom emboli lemak FES (a`st mjloc`sj sygdroj) adalah komplikasi serius
yang sering terjadi pada kasus araktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak

yang dihasilkan sumsum tulang kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat
oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernaaasan, takikardi,
hipertensi, takipnea, dan demam.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang Fraktur Mandibula
2.1.8.1 R-ray : untuk menentukan luas/lokasi araktur.
2.1.8.2 Scan tulang untuk memperlihatkan araktur lebih jelas,mengidentiaikasi kerusakan
jaringan lunak.
2.1.8.8 Arteriogram, dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler.
2.1.8.4 Hitung darah lengkap, homokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada

perdarahan : peningkatan leukosit sebagai respon terhadap peradangan.


2.1.8.5 Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
2.1.8.1 Proail koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranaus atau
cedera hati.
2.1.9 Penatalaksanaan Medis Fraktur Mandibula
Prinsip penanganan araktur mandibula pada
langkah awal bersiaat kedaruratan seperti jalan naaas
(airway), pernaaasan (breathing), sirkulasi darah
termasuk penanganan syok (circulation), penanganan

luka jaringan lunak dan imobilisasi sementara serta


evaluasi terhadap kemungkinan cedera otak. Tahap
kedua adalah penanganan araktur secara deainitive
yaitu reduksi/ reposisi aragmen araktur (secara tertutup
(close reduction) dan secara terbuka (open
reduction)), aiksasi aragmen araktur dan imobilisasi,
sehingga aragmen tulang yang telah dikembalikan
tidak bergerak sampai aase penyambungan dan
penyembuhan tulang selesai.

Ada dua cara penatalaksanaan araktur


mandibula yaitu close reduction dan open reduction.
Pada teknik tertutup (close reduction) yaitu reduksi/
reposisi aragmen araktur secara tertutup, reduksi
araktur dan imobilisasi mandibula dicapai dengan
jalan menempatkan peralatan aiksasi
maksilomandibular. ]ntuk penatalaksanaan
kebanyakan araktur mandibular dan secara spesiaik
diindikasikan untuk kasus diman gigi terdapat pada

semua segmen atau segmen edentulous di sebelah


proksimal dengan pergeseran yang hanya sedikit. Pada
prosedur terbuka (Open reduction) yaitu reduksi/
reposisi aragmen araktur secara tebuka, bagian yang
araktur dibuka dengan pembedahan, dan segmen
direduksi dan diaiksasi secara langsung dengan
menggunakan kawat atau plat. Teknik terbuka dan
tertutup tidaklah selalu dilakukan tersendiri, tetapi
kadang-kadang dikombinasikan.

Pendekatan ketiga adalah modiaikasi dari teknik


terbuka , yaitu metode aiksasi skeletal eksternal. Pada
teknik skeletal eksternal pin ditelusupkan ke dalam
kedua segmen untuk mendapatkan tempat perlekatan
alat penghubung (connecting appliance), yang bisa
dibuat dari logam atau akrilik, yang menjembatani
bagian-bagian araktur dan menstabilkan segmen tanpa
melakukan imobilisasi mandibula.
2.1.9.1 Terapi Medis

Pasien dengan araktur non-displaced atau


minimal displace araktur condilar dapat diobati dengan
analgesic, diet lunak, dan observasi. Pasien dengan
araktur coronoideus sebaiknya diperlakukan sama.
Selain itu, pasien-pasien ini mungkin memerlukan
latihan mandibula untuk mencegah trismus. Jika
merupakan kontraindikasi.

2.1.9.2 Terapi Ledah

Eunakan cara paling sederhana yang paling


mungkin untuk mengurangi komplikasi dan
menangani araktur mandibula. Karena reduksi secara
terbuka (open reduction) meningkatkan resiko
morbiditas.
Close reduction adalah reduksi/ reposisi
aragmen araktur secara tertutup, untuk
penatalaksanaan kebanyakan araktur mandibular dan

secara spesiaik diindikasikan untuk kasus diman gigi


terdapat pada semua segmen atau segmen edentulous
di sebelah proksimal dengan pergeseran yang hanya
sedikit.
Indikasi reduksi secara tertutup (close reduction) digunakan pada kondisi-kondisi
sebagai berikut :
1) Fracture non displace (araktur menguntungkan tanpa adanya pergeseran tempat)
2) Fraktur kommunitia yang sangat nyata
8) Edentulous araktur (menggunakan prosthesis mandibula)

4) Fraktur pada anak dalam masa pertumbuhan gigi


Indikasi reduksi secara terbuka :
1) Fraktur yang tidak menguntungkan (displaced unaavorable) pada angulus, body,
atau araktur parasimaisis
2) Terjadinya kegagalan pada metode tertutup
8) Fraktur yang membutuhkan tindakan osteotomy (malunion)
4) Fraktur yang membutuhkan bone graat
5) Multiple araktur
1) Fraktur condilar bilateral

5) Fraktur pada edentulous mandibula


Prosedur penanganan araktur mandibula :
1) Fraktur yang tidak ter-displace dapat ditangani dengan jalan reduksi tertutup dan
aiksasi intermaxilla. Namun pada prakteknya, reduksi terbuka lebih disukai pada
kebanyakan araktur.
2) Fraktur dikembalikan ke posisi yang sebenarnya dengan jalan reduksi tetutup dan
8) Kiwit dipit d`pisige pidi e`e` d` kmdui s`s` ariktur ugtuk jmgyitukig ariktur
4) Ariktur yige bigyi d`tigeig` dmgeig jicig rmduks` tmrtutup d`pmrtibigkig smciji

4-1 j`geeu dicij pos`s` a`ksis` `gtmrjiks`ci


5) Kmpidi pis`mg dipit t`dik d`cikukig a`ksis` `gtmrjiks`ci ipil`ci d`cikukig
rmduks` tmrluki kmjud`ig d`pisigekig pcit igd shrmw.

2.2.1 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.2 Pengkajian
<.<.<.1 ]jur/us`i pmrcu d`tigyikig kirmgi idigyi bulugeig dmgeig prosms
pmgymjlubig cuki itiu rmemgmris` smc. Xmdigekig ris dig suku ligesi pmrcu
d`kij` kirmgi kuc`t yige tijpik gorjic pidi ris dig kmligesiig tmrtmgtu kidige
tijpik ilgorjic pidi kc`mg dmgeig ris dig kmligesiig ci`g (Xjmctzmr & Lrmgdi,
<>11). Pmkmrjiig dig bol` kc`mg juei d`tigyikig ugtuk jmgemtibu` ipikib kc`mg
ligyik duduk itiu smd`k`t lmrikt`v`tis smb`geei tmrjid` pmgmkigig pmjlucub
dirib yige jmgymlilkig supci` oks`emg lmrkurige, smc- smc t`dik jmgdipit hukup
zit jikigig dig sijpib bis`c s`si jmtiloc`sjm tmrtujpuk. Ikb`rgyi smc-smc jit`,
kuc`t pmhib dig tmrjid`cib culige yige digekic dig cuki pidi pmrjukiig.

<.<.<.< Kmcubig ]tiji


Pidi ujujgyi kmcubig utiji pidi kisus ariktur idicib risi gymr`. Gymr`
tmrsmlut l`si ikut itiu krog`k tmreigtuge dig cijigyi smrigeig. ]gtuk
jmjpmrocmb pmgekij`ig yige cmgekip tmgtige risi gymr` kc`mg d`eugikig:
1) Provok`ge @gh`dmgt: ipikib idi pmr`st`wi yige jmgjid` yige jmgjid` aiktor
prms`p`tis` gymr`.
<) Yuic`ty oa Pi`g: smpmrt` ipi risi gymr` yige d`risikig itiu d`eijlirkig
kc`mg. Ipikib smpmrt` tmrlikir, lmrdmgyut, itiu jmgusuk.
8) \me`og : rid`it`og, rmc`ma: ipikib risi sik`t l`si rmdi, ipikib risi sik`t

jmgjicir itiu jmgymlir, dig d`jigi risi sik`t tmrjid`.


4) Xmvmr`ty (Xhicm) oa Pi`g: smlmripi jiub risi gymr` yige d`risikig kc`mg, l`si
lmrdisirkig skici gymr` itiu kc`mg jmgmrigekig smlmripi jiub risi sik`t
jmjpmgeirub` kmjijpuig auges`gyi.
5) T`jm: lmripi ciji gymr` lmrcigesuge, kipig, ipikib lmrtijlib luruk pidi
jicij bir` itiu s`ige bir`.

<.<.<.8 \`wiyit Pmgyik`t Xmkirige


Pidi pmgekij`ig `g` d`tmjukig kmjugek`gig pmgymlil ariktur dig jmjlmr`
pmtugjuk lmripi ciji tucige tmrsmlut ikig jmgyijluge. Pmgyik`t-pmgyik`t

tmrtmgtu smpmrt` kigkmr tucige dig pmgyik`t piemt‐s yige jmgymlilkig ariktur
pitocoe`s yige smr`ge suc`t ugtuk jmgyijluge. Xmci`g `tu, pmgyik`t d`ilmtms
dmgeig cuki d` kik` sigiet lmrms`ko tmrjid`gyi ostmojymc`t`s ikut jiupug krog`k
dig juei d`ilmtms jmgebijlit prosms pmgymjlubig tucige.

<.<.<.4 \`wiyit Pmrsogic dig Kmcuirei


Pmgyik`t kmcuirei yige lmrbulugeig dmgeig pmgyik`t tucige jmrupikig sicib
situ aiktor prmd`spos`s` tmrjid`gyi ariktur, smpmrt` d`ilmtms, ostmoporos`s yige
smr`ge tmrjid` pidi lmlmripi kmturugig, dig kigkmr tucige yige hmgdmruge

d`turugkig smhiri emgmt`h.


<.<.<.5 \`wiyit Pmgeolitig
Ipikib kc`mg pmrgib jmgeeugikig olit- olitig. Pige pmrcu d`kij` pmriwit yi`tu:
1) Kipig pmgeolitig d`juci`.
<) Dos`s dig armkumgs`.
8) Uiktu lmrikb`rgyi j`guj olit.
<.<.<.1 \`wiyit D`mt

Pige d`kij` yi`tu lmrit lidig, t`gee` lidig, pmrtujlubig lidig dig jikigig
yige d`kogsujs` smbir`- bir`. Gutr`s` yige kurige idmkuit jmgymlilkig kuc`t
judib tmrkmgi cms` dig prosms pmgymjlubig cuki yige ciji.
<.<.<.5 Xtitus Xos`ic Mkogoj`
]gtuk jmge`dmgt`a`kis` aiktor c`gekugeig dig t`gekit pmrmkogoj`ig yige dipit
jmjpmgeirub` poci b`dup smbir`- bir`, kirmgi bic `g` jmjugek`gkig dipit
jmgymlilkig ariktur.
<.<.<.2 \`wiyit Kmsmbitig, smpmrt`:
1) Lmd-rmst yige ciji

<) @jjol`c`sis`
8) @gkogt`gmgs`i
4) Gutr`s` itiu b`dris` yige `gidmkuit
<.<.<.9 Pmgekij`ig Ps`kosos`ic
Kmjugek`gig bis`c pmjmr`ksiig ps`kosos`ic yige tijpik pidi kc`mg yi`tu:
1) Pmrisiig dmprms`
<) Arustis`
8) Igs`mtis/kmhmjisig
4) Kmputusisiig

5) Eigeeuig Kogsmp D`r`


1) Gymr`
<.<.<.1> Ikt`v`tis Xmbir`- Bir`
Pis`mg yige `jjol`c`sis` dicij wiktu yige ciji jiki lukig tmrjid` uckus
pidi dimrib yige jmgogjoc kirmgi lmrit lidig lmrtujpu pidi dimrib kmh`cyige
t`dik ligyik jir`geig d`liwib kuc`t ugtuk jmgibig kmrusikig kuc`t. Xmb`geei
d`pmrcukig pmg`gekitig cit`big rmgtige emrik dig jmgeigekit lmrit lidig. Tmtip`
j`ki tmrjid` piripcme` jiki ikig tmrjid` kmkuitig otot t`dik idi (pidi mkstrmj`tis
liwib), pmgurugig pmr`stict`k usus (tmrjid` kogst`pis`), giasu jikig jmgurug dig

dma`s`t smgsor` pidi dimrib yige piripcme`.


<.<.<.11 Pmjmr`ksiig A`s`k
1) kmidiig ]juj
]jujgyi pmgdmr`ti ditige dmgeig kmidiig sik`t dig emc`sib itiu hmjis
ik`lit idigyi ariktur yige d`icij`.
<) Tigdi-Tigdi Q`tic
Tmkigig dirib gorjic, gid`, subu dig rmsp`ris`.
8) Pmjmr`ksiig Kmpici Dig Cmbmr
4) Kmpici Dig \ijlut

Pmjmr`ksiig jmc`put` lmgtuk kmpici, pmgymlirig dig pmrulibig wirgi rijlut


smrti pmjmr`ksiig tmgtige cuki. F`ki idi cuki pidi dimrib tmrsmlut,
jmgymlilkig t`jlucgyi risi gymr` dig kmrusikig kuc`t.
5) Jiti
Jmc`put` kms`jmtr`sig, kogjuget`vi, rmacmk pup`c tmrbidip hibiyi dig
eigeeuig pmgec`bitig.
1) B`duge
Jmc`put` pmjmr`ksiig jukosi b`duge, kmlmrs`big, t`dik t`jluc pmrgiaisig
hup`ge b`duge, t`dik idi smkrmt.

5) Jucut
Hitit kmidiig idigyi s`igos`s itiu l`l`r kmr`ge.
2) Tmc`gei
Hitit lmgtuk eigeeuig pmgdmgeirig kirmgi lmgdi is`ge, pmrdiribig dig
smrujmg. Pidi pmgdmr`ti yige lmt rmst dmgeig pos`s` j`r`ge jiki,
kmjugek`gig ikig tmrjid` uckus d`dimrib diug tmc`gei.

9)
Jmgemtibu` pos`s` trikmi, dmgyut gid` kirot`s, idi t`dikgyi pmjlmsirig vmgi
jueucir`s dig kmcmgjir c`gam.

1>) Pmjmr`ksiig Didi Dig Tborix


@gspmks` lmgtuk tborix dig mkspigs` piru, iuskuctis` `riji pmrgiaisig, vokic
prmj`tus, idigyi suiri tijlibig, lugy` jigtuge, dig lugy` jigtuge
tijlibig, pmrkus` tborix ugtuk jmghir` kmt`dik gorjicig pidi dimrib
tborix.
11) Ildojmg
Lmgtuk pmrut ditir itiu acit, l`s`ge usus jmgeicij` pmgurugig kirmgi
`gjol`c`sis`, idi jisi kirmgi kogst`pis`, dig pmrkus` ildojmg bypmrsogor
j`ki d`spmgs` ildojmg itiu tmeige.

1<) ]roemg`tic
@gspmks` idigyi kmci`gig pidi pmr`g`uj. L`isigyi kc`mg dmgeig uckus dig
piripcme` tmrpisige kitmtmr ugtuk luige i`r kmh`c.
18) Juskucoskmcmtic
Idigyi ariktur pidi tucige ikig jmgymlilkig kc`mg lmt rmst dicij wiktu
ciji, smb`geei tmrjid` pmgurugig kmkuitig otot.
14) Pmjmr`ksiig Gmurocoe`

T`gekit kmsidirig d`kij` dmgeig s`stmj EHX. G`ci`gyi l`si jmgurug l`ci
tmrjid` gymr` bmlit (syok gmuroemg`k) dig pigis itiu dmjij t`gee`, juic
jugtib, dig kiku kuduk.
15) Pmgekij`ig A`s`k Kuc`t
Pmgekij`ig kuc`t jmc`litkig smcurub irmi kuc`t tmrjisuk jmjlrigm jukosi,
kuc`t kmpici, rijlut dig kuku. Tijp`cig kuc`t yige pmrcu d`kij` yi`tu wirgi,
subu, kmcmjlilig, kmkmr`geig, tmkstur kuc`t (kisir itiu bicus), cms`,
viskucir`tis. Pige birus d`pmrbit`kig ocmb pmriwit yi`tu :
1) Uirgi, d`pmgeirub` ocmb ic`rig dirib, oks`emgis`, subu lidig digproduks`

p`ejmg.
<) Cms`, dipit d`lie` jmgjid` dui yi`tu :
8) Cms` pr`jmr, yige tmrjid` kirmgi idigyi pmrulibig pidi sicib situ
kojpogmg kuc`t
4) Cms` smkugdmr, idicib cms` yige jughuc smtmcib idigyi
cms` pr`jmr.Eijlirig cms` yige birus d`pmrbit`kig ocmb pmriwit yi`tu wirgi,

lmgtuk, cokis` dig koa`euris`gyi.


5) Mdmji Xmciji `gspmks` kuc`t, pmriwit jmghitit cokis`, d`str`lus` dig
wirgi dir` dimrib mdmji.

1) Kmcmjlilig Gorjicgyi, kmcmjlilig jmg`gekit kirmgi pmg`gekitig


ikt`v`tis itiu subu c`gekugeig yige t`gee` kuc`t kmr`ge dipit d`smlilkig
ocmb lmlmripi aiktor, smpmrt` c`gekugeig kmr`ge itiu cmjlil yige t`dik
hohok, `gtikm hi`rig yige `gidmkuit, prosms jmgui.
5) @gtmer`tis Pige birus d`pmrbit`kig yi`tu cokis`, lmgtuk, wirgi, d`str`lus`,
ipikib idi dri`gism itiu `gamks`.
2) Qiskucir`sis` Pmrdiribig dir` pmjlucub dirib jmgebis`ckig pmtmhb`m dig
mhb`jos`s.
9) Picpis` kuc`t Pige pmrcu d`pmrbit`kig yi`tu cms` pidi kuc`t, kmcmjlilig,

subu, tmkstur itiu mcist`s`tis, tureor kuc`t.


2.2.3 Diagnosa Keperawatan
<.<.8.1 Gymr` ikut lmbulugeig dmgeig iemg pmghmdmri a`s`k (D.>>55 Bic.15<)
<.<.8.< \ms`ko dma`s`t gutr`s` lmrbulugeig dmgeig kmt`dikjijpuig jmghmrgi jikigig
(D.>>8< Bic.21)

Intervensi keperawatan

Diagnosa keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi

Gymr` Ikut lmrbulugeig


dmgeig iemg pmghmdmri Xmtmcib d`cikukig t`gdikig isubig Jigijmjmg gymr`
a`s`k kmpmriwitig smciji 8x5 jij d`biripkig X@K@ (@.>2<82 Bic.<>1)
triuji gymr` dipit tmritis` Observasi
KB : 1. @dmgt`a`kis` cokis`, kiriktmr`st`k, durris`, armkumgs`,
1. Kmcubig gymr` jmgurug kuic`tis, `gsmgs`tis gymr`
<. Pis`mg jmr`ge`s jmgurug 2. @dmgt`a`kis` smkici gymr`
8. \isi emc`sib pis`mg jmgurug 3. @dmgt`a`kis` aiktor yige jmjpmrlmrit dig
jmjpmr`geig gymr`
Terapeutik
4. Lmr`kiig tmkg`k gogairjikocoe`s ugtuk jmge`rige`
risi gymr` ( j`s. TMGX, b`pgos`s,ikuprmsur, trip`
jus`k, l`oammdlihk, trip` p`jit, iroji tmrip`, tmkg`k
`jij`gis` tmrl`jl`ge, kojprms bigeit/d`ge`g, tmrip`
lmrji`g)
5. Kogtroc c`gekugeig yige jmjpmrlmrit risi gymr`
( j`s. Xubu ruigeig, pmghibiyiig, kml`s`geig )
6. Pis`c`tis` `st`ribit dig t`dur
7. Pmrt`jligekig jmg`s dig sujlmr gymr` dicij
pmj`c`big stritme` jmrmdikig gymr`
Edu8k. asFimcisksig pmgymlil, pmr`odm,dig pmj`hu gymr`
9. Fmciskig stritme` jmrmdikig gymr`
10. Igjurkig jmjog`tor gymr` smhiri jigd`r`
11. Igjurkig jmgeeugikig igicemt`k smhiri tmpit
12. Ijirkig tmkg`kgogairjikocoe`s ugtuk jmgeurige`
risi gymr`
Kolaborasi
13. Kociloris` pmjlmr`ig igicemt`k,j`ki pmrcu
\ms`ko dma`s`t gutr`s` Xmtmcib d`cikukig t`gdikig isubig Jigijmjmg Eigeeuig jikig (@.>8111 bic.155) Dig
lmrbulugeig dmgeig kmpmriwitig smciji 1x5 jij d`biripkig Jigijmjmg Gutr`s` (@.>8119 bic.<>>)
kmt`dikjijpuig jmghmrgi jisicib rms`ko dma`s`t gutr`s` dipit tmritis` Observasi
jikigig KB : 1. Jog`tor isupig dig kmcuirgyi jikigig dig hi`rig
1. Kmkuitig otot jmgeugyib smrti kmlutubig kicor`
jmg`gekit <.
<. Kmkuitig otot jmgmcig jmg`gekit Terapeutik
8. Isupig uutr`s` pis`mg kmjlic`
1. T`jlige lmrit lidig smhiri rut`g
jmg`gekit
<. Cikukig oric bye`mgm smlmcuj jikig j`ki pmrcu
8. \mghigikig proerij pmgeolitig ugtuk pmriwitig
d`rujib (j`s. Jmd`s,kogsmc`ge)
Edukasi

Kol1a .boIragsjiur ki g pos`s` duduk j`ki pmrcu


1. Kociloris` dmgeig ibc` e`z` ugtuk jmgmgtukig
jujcib kicor` dig jmg`s gutr`mgt yige d`lutubkig
j`ki pmrcu
<.

2.2.4 Implementasi Keperawatan


@jpcmjmgtis` jmrupikig pmciksigiig rmghigi kmpmriwitig ocmb pmriwit
tmrbidip pis`mg. Idi lmlmripi bic yige pmrcu d`pmrbit`kig dicij
pmciksigiig rmghigi kmpmriwitig d`igtirigyi :@gtmrvmgs` d`ciksigikig
smsui` dmgeig rmghigi smtmcib d`cikukig vic`dis`, kmtrijp`cig
`gtmrpmrsogic, tmkg`kic dig `gtmcmktuic d`cikukig dmgeig hmrjit dig
ma`s`mg pidi s`tuis` yige tmpit, kmijigig a`s`k dig ps`kocoe`s kc`mg
d`c`gduge` smrti dokujmgtis` `gtmrvmgs` dig rmspog pis`mg.
Pidi tibip `jpcmjmgtis` `g` jmrupikig ipc`kis` smhiri kogekr`t dir` rmghigi
`gtmrvmgs` yige tmcib d`luit ugtuk jmgeitis` jisicib kmsmbitig dig
pmriwitig yige jughuc pidi pis`mg (Lud`iggi Kmc`it, <>15).
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Mvicuis` jmrupikig cigekib tmrikb`r dicij prosms kmpmriwitig, d`jigi
mvicuis` idicib kme`itig yige d`cikukig smhiri tmrus jmgmrus dmgeig
jmc`litkig pis`mg, pmriwit dig igeeoti t`j kmsmbitig ci`ggyi.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan
pengkajian ulang (US. Midar H, dkk, 2016 ).

LIL 8

IX]BIG KMPM\IUITIG

Nama Mahasiswa :Aprila


NIM : 2018.C.10a.0958
Ruang Praktek :-
Tanggal Praktek : 10-16 Desember 2020
Tanggal & Jam Pengkajian :11 Desember 2020 pukul :08:00 WIB

3.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN


3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 35 Tahun
TTL : Palangka Raya, 22 September 1985
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Suku/Bangsa : Dayak, Indonesia
Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl. Manjuhan Q


Tgl MRS : 10 Desember 2020
Diagnosa Medis : Araktur Mandibula

3.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan


3.1.2.1 Keluhan Utama :
Pasien mengatakan nyeri pada bagian rahang sebelah kanan bawah terasa seperti
tertusuk-tusuk dengan skala nyeri 6 nyeri datang ketika mengunyah makanan
nyeri dirasakan selama ¹5 menit dan juga mengatakan kesulitan dalam
mengunyah makanan.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada tanggal 10 Desember 2020 jam 13.00 wib pasien diantar oleh keluarga ke
IED Rumah sakit Dr.Sylvanus Palangkaraya Post kecelakaan lalu lintas, keluarga
pasien mengatakan sebelumnya pasien hendak menjeput anaknya dari sekolah
ketika di perjalanan pasien mengalami kecelakaan lalu lintas dan menyebabkan

araktur pada bagian rahang kanan pasien karena keluarga merasa panik pasien
pun langsung dibawa ke rumah sakit, pada saat dikaji pasien mengatakan nyeri
dan pusing, Dari hasil pemeriksaan vital sign TD : 120/90 mmHg, N : 84x/menit,
S : 36,5¾C, RR : 24x/menit. Pasien di IED diberikan terapi inaus dan diberi
injeksi Katerolac, Ranitidin, dan Ceatriaxone. Pasien juga dilakukan pemeriksaan
penunjang CT-scan dari hasil pemeriksaaan tersebut pasien dinyatakan
mengalami araktur mandibular Dextra lalu pasien dipindahkan ke ruang rawat
inap Dahlia.
3.1.2.3 Riwayat Kesehatan lalu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti yang sekarang ini
sebelumnya.
3.1.2.4 Riwayat Kesehatan Keluarga :
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit sepertinya.
GENOGRAM KELUARGA
Keterangan :
: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah
: Laki-laki

: Perempuan
: pasien

Pemeriksaan fisik

3.1.3.1 Keadaan Umum

Kesadaran klien compos menthis, klien tampak meringis kesakitan, klien


tampak berbaring terlentang, pasien tampak gelisah, tampak terpasang inaus RL
20 tetes per menit pada tangan kiri klien.
3.1.3.2 Status Mental
Tingkat kesadaran compos menthis, ekspresi wajah sedih, bentuk badan
klien gemuk, cara berbaring terlentang klien dalam keadaan sadar dan sedih
mampu berbicara dengan kurang jelas, penampilan klien kurang rapi. Klien
dalam keadaan sadar sehingga dapat dilakukan pengkajian tentang orientasi
waktu(Klien dapat membedakan waktu pagi,siang,malam) , orientasi orang
(Klien dapat membedakan perawat dan keluarga), orientasi tempat (Klien
mengetahui sekarang di RS), mekanisme pertahanan klien adaatia Keluhan lain
tidak ada.
3.1.3.3 Tanda-tanda vital
Suhu/T : 36,5 0C  Axilla
Nadi/HR : 84x/menit
Pernapasan/RR : 24x/menit
Tekanan Darah/BP : 120/90mm Hg

3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)

Bentuk dada simetris, kebiasaan merokok tidak ada, tidak batuk , tidak
adanya sputum, sianosis tidak ada, nyeri dada tidak ada, sesak napas ada , tipe
pernaaasan perut dan dada , irama pernaaasan tidak teratur, tidak ada bunyi
napas tambahan.
Keluhan lain : tidak ada
Masalah keperawatan:

3.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding)


Klien tidak merasa pusing, tidak ada nyeri dada, klien tidak merasa sakit
kepala dan tidak ada pembekakan pada ekstrimitas. Klien tidak mengalami
clubing ainger ataupun kram pada kaki dan tidak terlihat pucat, capillary reaill
32 detik, tidak ada oedema, tidak ada asites, ictus cordis tidak terlihat, tidak
terjadi peningkatan vena jugularis dan suara jantung normal.
Keluhan lainnya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan : Tidak Ada

3.1.3.6 Persyaraaan (Brain)


Nilai ECS klien baik dengan skor 15, kesadaran compos mentis,
realek pupil (isokor) dan cahaya baik (+) kanan dan kiri, terdapat nyeri pada
rahang baian kanan klien. klien tidak mengalami vertigo ataupun kesemutan.
Penilaian aungsi saraa kranial: syaraa kranial I (olvaktoris): pada pemeriksaan ini
menggunakan minyak kayu putih, klien mampu mengenali bau minyak kayu
putih tersebut. Syaraa kranial II (optikus): klien mampu melihat orang-orang
disekitarnya dengan baik. Syaraa kranial III (okulomotorius): klien mampu
membuka mata dan menutup mata. Syaraa kranial IQ (trochlear): klien mampu
menggerakan bola mata dengan baik. Syaraa kranial Q (trigemimus): klien dapat
mengunyah dengan baik. Syaraa kranial QI (abdusen): klien dapat menggerakan
bola matanya kesamping, kanan, dan kiri. Syaraa kranial QII (aasialis): klien
mampu mengerutkan dahi dan mengangkat alis secara simetris. Syaraa kranial
QIII (vestibulokokhlearis): klien mampu mendengarkan kata-kata yang
dibicarakan dengan jelas. Syaraa kranial IR (glosoaaringeus): klien mampu
membedakan rasa pahit, manis, asam, dan asin. Syaraa kranial R (vagus): realek
menelan baik. Syaraa kranial RI (assesrious): klien mampu menggerakan
lehernya dengan baik, klien mampu menoleh kekiri dan kekanan. Syaraa kranial
RII (hipoglosus): klien mampu menggerakan lidahnya dengan baik. Pada uji
koordinasi ekstermitas atas jari kehidung positia, jari ke jari positia, uji
kestabilan tubuh negative.
Keluhan lainnya : Tidak ada.
Masalah keperawatan : Nyeri Akut

3.1.3.5 Mliminasi Uri (Bladder)


Klien memproduksi urin 1500 ml/24 jam (normal), dengan warna kuning
khas aroma ammonia, klien tidak mengalami masalah atau lancar, tidak ada

menetes, tidak ada onkotinen, tidak ada oliguria, tidak ada nyeri, tidak ada
retensi, tidak ada poliguri, tidak ada panas, tidak ada hematuria, klien terpasang
kateter
dan tidak pernah melakukan
cytostomi. Keluhan Lainnya : Tidak
ada.
Masalah Keperawatan : Tidak ada.

3.1.3.8 Mliminasi Alvi (bowel)


Bibir klien tampak kering , klien tampak pucat dan tidak ada lesi atau
peradangan, tidak ada caries gigi, tidak ada radang/lesi pada tonsil dan gusi.
Klien BAB 1-2 x/hari, bising usus 18 x/menit.
Keluhan lainnya : Tidak ada.
Masalah Keperawatan : Resiko Defisit Nutrisi

3.1.3.9 Otot-Otot- Integumen (Bone)


Kemampuan pergerakan sendi klien bebas, ukuran otot simetris, uji kekuatan otot

klien ekstermitas atas 5/5, ekstermitas bawah 5/5 tidak ada peradangan, terdapat
patah tulang pada bagian rahang kanan klien.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

3.1.3.10 Kulit-kulit Rambut


Klien Tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat, makanan, kosmetik ( Tidak
ada) atau yang lainnya. Suhu kulit klien normal, warna kulit klien normal, turgor
kulit normal, tekstur kasar, tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut, tekstur
rambut baik, distribusi rambut lurus dan merata , bentuk kuku simetris, kuku
klien tampak pendek.
Keluhan lainnya : Tidak
ada. Masalah Keperawatan :

3.1.3.11 Sistem Pengindraan


Sistem pengindraan yang meliputi mata, telinga, hidung. Hasil
pemeriksaan adalah: mata/penglihatan klien baik, bola mata bergerak normal,
tidak dilakukan visus mata, sklera berwarna normal/putih, dan kornea bening,
telinga/pendengaran klien baik tidak mengalami penurunan pendengaran, bentuk

hidung klien simetris, pada kavum nasalnya berwarna merah muda integritas
lembab.
Keluhan lainnya : Tidak ada.
Masalah Keperawatan : Tidak
ada.

3.1.3.12 Leher dan Kelenjar Limae


Pada pemeriksaan leher dan kelenjar limae, ,tidak adanya jaringan
parut, kelenjar limae dan tiroid tidak teraba, dan mobilitas leher klien bergerak
tidak terbatas.
Keluhan lainnya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan : Tidak
ada

3.1.3.13 Sistem Reproduksi


Untuk pemeriksaan pada sistem reproduksi tidak dilakukan pemeriksaan

karena klien tidak bersedia.


Keluhan lainnya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan: Tidak Ada.

3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan


3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan penyakit
Pasien mengatakan kesehatan merupakan suatu keadaan terbebas dari
penyakit.Sedangkan penyakit adalah keadaan dimana aisik terganggu karena
terjadi proses penyakit.

2 Nutrisida Metabolisme
Klien memiliki tinggi badan 160 Cm, berat badan sekarang 54 kg , berat
badan sebelum sakit 55 Kg, mual muntah tidak ada, kesukaran menelan tidak
ada, tidak ada keluhan lainnya.
IMT : BB : TBxTB
IMT : 54 : 160x 160 : 21,4 ( Berat badan ideal)

Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit

Arekuensi/hari 3x Sehari 3x Sehari

Porsi º porsi 1 Porsi

Naasu makan Menurun Baik

Jenis Makanan Bubur saring Nasi,


Sayur,
ikan, buah
Jenis Minuman Air Putih,teh Air Putih,the

Jumlah minuman/cc/24 jam 5-6 gelas 6-10 gelas

Kebiasaan makan Pagi, siang, malam Pagi, siang,


malam

Keluhan/masalah Kesulitan mengunyah Tidak ada


makanan

3.1 Tabel pola makan sehari-hari


Masalah Keperawatan : Risiko Defisit Nutrisi

3.1.4.3 Pola Istirahat dan Tidur


Pasien mengatakan tidak ada gangguan tidur pada malam hari, sebelum
sakit biasa pasien tidur pada siang hari selama 15 menit, malam hari selama
kurang lebih 8 jam.
Masalah keperawatan:

3.1.4.4 Kognitia
Klien mengatakan mengetahui penyakit yang dideritanya sekarang, dan
berharap bisa cepat sembuh.
Masalah Keperawatan : Tidak ada

3.1.4.5 Konsep Diri (Eambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri)
Eambaran Diri klien dapat menerima keadaanya sekarang, ideal diri klien
ingin cepat sembuh, identitas diri klien seorang laki-laki berumur 35 tahun, harga
diri klien merasa bahwa dirinya masih berguna dan tidak malu dengan
keadaannya, Peran klien berperan sebagai kepala keluarga.
Masalah Keperawatan: Tidak ada

3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari


Saat sakit aktivitas sehari-hari yang dilakukan Pasien hanya berbaring dan
tidur dan mengobrol dengan, sedangkan saat sehat Pasien mampu melakukan
aktivitas ringan secara mandiri.
Keluhan lain :
Masalah keperawatan :

3.1.4.5 Koping-Toleransi Terhadap Stres


Apabila ada masalah klien menceritakan kepada keluarga

3.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan


Klien dan keluarga beragama islam dan tidak memiliki nilai-
nilai/keyakinan yang bertentangan dengan proses keperawatan. Tidak ada
masalah keperawatan.

3.1.5 Sosial-Spiritual
3.1.5.1 Kemampuan Berkomunikasi
Klien mampu berkomunikasi dengan keluarga,perawat,dan dokter.
3.1.5.2 Bahasa Sehari-hari

Bahasa sehari-hari yang digunakan klien dan keluarga berupa bahasa


Indonesia dan jawa .
3.1.5.3 Hubungan Dengan Keluarga
Pasien mempunyai satu anak dan istri serta mempunyai hubungan baik
dan harmonis
3.1.5.4 Hubungan Dengan Teman/ petugas kesehatan/ orang lain
Hubungan dengan petugas kesehatan baik
3.1.5.5 Orang Berarti/ Terdekat
Pasien mempunyai satu anak dan Istri serta mempunyai hubungan baik

dan harmonis
3.1.5.6 Kebiasaan Menggunakan Waktu Luang
Ketika klien sehat klien menggunakan waktu luang untuk bekerja,
beristirahat, berkumpul dengan keluarga, ketika dirumah sakit klien
menggunakan waktu luang untuk beristirahat.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
3.1.5.7 Kegiatan Beribadah
Saat sehat klien rutin mengikuti ibadah, Selama klien sakit hanya
bisa berdoa di tempat tidur

3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)


Data penunjang : 10 Desember 2020
No Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
1 Hb 10,7 g/dL 13,5-18
2 Hct 33 % 40-54
3 AE 4,3 10³/µL 4,6-6,2
4 AL 100 10³/µL 4,5-11

5 AT 268 10³/µL 150-450


6 Na 120 mmol/L 136-146
7 K 4,7 mmol/L 3,7-5,4
8 Cl 98 mmol/L 98-106
9 SGOT 12 LI/L 0,0-35
10 SGPT 14 LI/L 0,0-45
11 Ureum 134 mg/dL <50
12 Kreatinin 1,1 mg/dL 0,7-1,3
13 GDS 279 mg/dL 60-140
14 HbsAg Non reactive
15 GDP 110 mg/dL 70-110
16 GD2JPP 110 mg/dL 80-140
17 HbAlC 3,2 % 4,8-5,9
18 Cholesterol Total 107 mg/dL 50-200
19 Cholesterol LDL 137 mg/dL 83-210
20 Cholesterol HDL 70 mg/dL 30-74
21 Trigliserida 122 mg/dL <150

3.1.7 Penatalaksanaan Medis


Data penunjang : 10 Desember 2020

NoNama ObatDosis/Rute Indikasi Kontraindikasi


1 Inaus D5 0,9 20 Untuk mengganti Hipersensitia.
% tpm cairan tubuh.
Injeksi (IQ) Untuk Hipersensitivitas
ketorolac 3 x 10 penatalaksanaan terhadap ketorolac,
mg (IQ) jangka pendek pasien dengan
terhadap nyeri akut, riwayat asma, dan
sedang sampai berat gangguan ginjal
setelah prosedur sedang hingga berat.
bedah.
3 Injeksi Untuk mengurangi Alergi
Omeprazole 1 x 1 mg kadar asam (hipersensitia)
(IQ) lambung dan terhadap
pengobatan jangka omeprazole.
panjang tukak usus
dua belas jari dan
yang tidak
responsia terhadap
obat-obat antagonis
reseptor H2, tukak
lambung, realuks
esoaagitis yang
erosia, dan sindrom
Voilinger- Ellison.
4 Amlodipine 1 x 10 Untuk pengobatan Pada pasien sensitia
mg hipertensi dan dapat terhadap
(IQ)

digunakan sebagai dihydropyridine.


obat tunggal untuk
mengontrol tekanan
darah pada
kebanyakan pasien.
5 Simvastatin 1x1 Untuk memberikan Pada pasien
respons terhadap verapamil,
mg
diet dan tindakan- diltiazem, dan
(IQ) tindakan lain yang dronedarone.
sesuai, untuk
mengurangi insiden
kejadian koroner
klinis dan
memperlambat
progresi
aterosklerosis
koroner pada pasien
penderita penyakit
jantung koroner dan
kadar kolestrol 5,5
mmol/l atau lebih.
6 Ciproaloxacin 2x 500 Antibiotik untuk
pengobatan
mg/Oral
beberapa bakteri.inaeksi
Obat menghambat
pertumbuhan
7 Amoxcilin 3x1/Oral bakteri untuk

yang
menyebabkan
inaeksidi organ
paru-paru, saluran
kemih, kulit, serta di
bagiantelinga,
hidung,dan
tenggorokan.

Palangka Raya, 10 Desember 2020


Mahasiswa,

Aprila
NIM: 2018.C.10a.0958

ANALISA DATA

Data subjektif dan data objektif Kemungkinana penyebab Masalah

DS : pergeseran aragmen tulang Nyeri aku


- Pasien mengatakan
merasa nyeri pada bagian
Rahang bagian bawah Inalamasi
kanan, nyeri terasa seperti
tertusuk-tusuk,nyeri
datang ketika sedang
mengunyah makanan, Spasme otot
nyeri dirasakan selama ¹
5 menit
DO :
- Pasien tampak meringis Merangsang neurotransmiser
kesakitan
- Skala nyeri 6
- Pasien tampak Hipotalamus
gelisah TD : 120/90
mmHg
S : 36
50 C
N : 84x/menit
RR : 24x/menit Reseptor nyeri

Presepsi nyeri

Nyeri
DS : Penurunan aliran darah Resiko Defisit nutrisi
- Pasien mengatakan ke
napsu makan menurun gastrointestinal
- Pasien juga
mengatakan kesulitan
dalam mengunyah
makanan Iluspralitik dan gangguan
DO : metabolisme karbohidrat, lemak
- Berat badan pasien dan protein
seblum sakit 55 kg
- Berat badan setelah
sakit 54 kg
- IMT : 21,4 Penurunan Hb dan
- Pasien tampak albumin penurunan berat
makan bubur saring badan
- Pasien hanya makan º

porsi
-Glukosa darah 10,7 mg/dL Kesulitan mengunyah makanan

Napsu makan menurun

Deaisit nutrisi
PRIORITAS MASALAH
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera aisik ditandai dengan pasien mengatakan merasa nyeri pada bagian raha
Resiko deaisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan ditandai dengan pasien mengatakan
pasien juga mengatakan kesulitan dalam mengunyah makanan, berat badan

pasien sebelum sakit 55 kg, IMT : 21,4, pasien tampak makan bubur
saring, pasien hanya makan º porsi, glukosa darah 10,7 mg/dL
1.3 Intervensi Keperawatan

Nama pasien : Tn. S


Ruang rawat : Ruang Dahlia

Diagnosa keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen nyeri
dengan agen pencedera keperawatan selama 3x7 jam diharapkan SIKI (I.08238 Hal.201)
aisik trauma nyeri dapat teratasi Observasi
KH : 1. Identiaikasi lokasi, karakteristik, durrasi, arekuensi,
4. Keluhan nyeri menurun kualitas, insensitas nyeri
5. Pasien meringis menurun 2. Identiaikasi sekala nyeri
6. Rasa gelisah pasien menurun 3. Identiaikasi aaktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
Terapeutik
1. Berikaan teknik nonaarmakologis untuk
mengirangi rasa nyeri ( mis. TENS,
hipnosis,akupresur, trapi musik, bioaeedback, trapi
pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
( mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan )
3. Pasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelasksan penyebab, periode,dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri

Anda mungkin juga menyukai