(NEFROLITIRAUSMISA)
DHISRAUKAITNGUMPEURMAWKALTIAWNABTEDSI
KJEAMBAERKELUD 1 DI
oleh
Ayu Wulandari
NIM 152310101176
UNIVERSITAS JEMBER
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Hari : Selasa
Tanggal : 09 Januari 2017
TIM PEMBIMBING
NIP.............................................. NIP............................................
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
TINJAUAN PUSTAKA
B. Definisi nefrolitiasis
C. Epidemiologi nefrolitias
D. Etiologi nefrolitiasis
E. Klasifikasi nefrolitiasis
F. Patofisiologi nefrolitiasis
G. Manifestasi nefrolitiasis
J. Pathway nefrolitiasis
I. Pengkajian
keperawatan DISCHARGE
PLANNING DAFTAR
PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
Ginjal merupakan organ pada tubuh manusia yang menjalankan banyak fungsi untuk
homeostasis, yang terutama adalah sebagai organ ekskresi dan pengatur kesetimbangan
cairan dan asam basa dalam tubuh. Terdapat sepasang ginjal pada manusia, masing-
masing di sisi kiri dan kanan (lateral) tulang vertebra dan terletak retroperitoneal (di
belakang peritoneum). Selain itu sepasang ginjal tersebut dilengkapi juga dengan
sepasang ureter,sebuah vesika urinaria (buli-buli/kandung kemih) dan uretra yang
membawa urine kelingkungan luar tubuh. Ginjal pada orang dewasa berukuran
panjang 11-12 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm, kira-kira sebesar kepalan tangan
manusia dewasa. Berat kedua ginjal kurang dari 1% berat seluruh tubuh atau kurang
lebih beratnya antara 120-150 gram. Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:
1. Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari korpus
renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus
proksimal dan tubulus kontortus distalis
2. Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus
rektus,lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent)
9. Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan
antara calixmajor dan ureter
10. Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria
Tahap Pembentukan Urine :
1. Filtrasi Glomerular
Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma pada glomerulus, seperti kapiler
tubuh lainnya, kapiler glumerulus secara relatif bersifat impermiabel terhadap protein
plasma yang besar dan cukup permabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti
elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa nitrogen. Aliran darah ginjal (RBF = Renal
Blood Flow) adalah sekitar 25% dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Sekitar
seperlima dari plasma atau sekitar 125 ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke
kapsula bowman. Ini dikenal dengan laju filtrasi glomerulus (GFR = Glomerular
Filtration Rate). Gerakan masuk ke kapsula bowman’s disebut filtrat. Tekanan filtrasi
berasal dari perbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus dan kapsula
bowman’s, tekanan hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus mempermudah filtrasi
dan kekuatan ini dilawan oleh tekanan hidrostatik filtrat dalam kapsula bowman’s serta
tekanan osmotik koloid darah. Filtrasi glomerulus tidak hanya dipengaruhi oleh
tekanan-tekanan koloid diatas namun juga oleh permeabilitas dinding kapiler.
2. Reabsorpsi
Zat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu : non elektrolit, elektrolit dan
air. Setelah filtrasi langkah kedua adalah reabsorpsi selektif zat-zat tersebut kembali lagi
zat-zat yang sudah difiltrasi.
3. Sekresi
Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul dari aliran darah melalui
tubulus kedalam filtrat. Banyak substansi yang disekresi tidak terjadi secara alamiah
dalam tubuh (misalnya penisilin). Substansi yang secara alamiah terjadi dalam tubuh
termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion hidrogen.
Pada tubulus distalis, transfor aktif natrium sistem carier yang juga telibat dalam sekresi
hidrogen dan ion-ion kalium tubular. Dalam hubungan ini, tiap kali carier membawa
natrium keluar dari cairan tubular, cariernya bisa hidrogen atau ion kalium kedalam
cairan tubular “perjalanannya kembali” jadi, untuk setiap ion natrium yang diabsorpsi,
hidrogen atau kalium harus disekresi dan sebaliknya.
Pilihan kation yang akan disekresi tergantung pada konsentrasi cairan ekstratubular
B. Definisi
Nefrolitiasis merujuk pada penyakit batu ginjal. Batu atau kalkuni dibentuk di
dalam saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi
ekskresi di dalam urin.( Nursalam.2006)
Batu ginjal adalah terbentuknya batu dalam ginjal (pelvis atau kaliks) dan
mengalir bersama urine (Susan Martin, 2007).
Mary Baradero (2009) mendefinisikan nefrolitiasis adalah batu ginjal yang
ditemukan didalam ginjal, yang merupakan pengkristalan mineral yang mengelilingi zat
organik, misalnya nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli terdiri
atas garam kalsium (oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.
Nefrolitiasis merujuk pada batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk di dalam
saluran saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari
substansi ekskresi di dalam urine (Nursalam, 2011).
Pendapat lain menjelaskan batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu
keadaan terdapatnya batu kalkuli di ginjal (Arif Muttaqin, 2011).
C. Epidemiologi
Nefrolitiasis atau batu ginjal merupakan salah satu penyakit yang meningkatkan
morbiditas dan kematian terbanyak dibagian urologi diseluruh dunia. Penyakit
nefrolitiasis ini sering terjadi atau diderita oleh laki- laki, perbandingan antara laki-laki
dan perempuan adalah 2:1. Penyakit ini lebih sering menyerang pada usia 20-49 tahun
dan puncaknya adalah pada usia 35-45 tahun. Data dari National Health and Nutrition
Examination Survey II dan III, prevalensi batu ginjal antara usia 20-74 tahun warga AS
lebih besar pada 1988-1994 dibandingkan 1976-1980 (5,2% vs 3,8%) dan itu lebih
besar pada laki-laki daripada perempuan.
Angka kejadian batu ginjal di Indonesia tahun 2002 berdasarkan data yang
dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia adalah sebesar 37.636 kasus baru,
dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang. Sedangkan jumlah pasien yang
dirawat adalah sebesar 19.018 orang, dengan jumlah kematian adalah sebesar 378
orang (Anonim, 2005).
D. Etiologi
50 tahun, dan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan)
2. Faktor dari luar (ekstrinsik), seperti geografi, cuaca dan suhu, asupan air (bila
jumlah air dan kadar mineral kalsium pada air yang diminum kurang), diet
banyak purin, oksalat (teh, kopi, minuman soda, dan sayuran berwarna hijau
terutama bayam), kalsium (daging, susu, kaldu, ikan asin, dan jeroan), dan
pekerjaan (kurang bergerak).
Berapa penyebab lain adalah (Arif Muttaqin, 2011) :
1. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan
menjadi inti pembentukan batu saluran kencing
2. Stasis obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu
saluran kencing
3. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat
sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum
meningkatkan insiden batu saluran kemih
4. Idiopatik
E. Klasifikasi
Klasifikasi batu saluran kemih menurut Joyce M Black dalam buku Medical
Surgical Nursing, 2001 hal 822-824 dan Basuki B Purnomo, 2000 hal 64-66
adalah:
1. Batu Kalsium
Batu kalsium merupakan jenis batu terbanyak, batu kalsium biasanya terdiri
dari fosfat atau kalsium oksalat. Dari bentuk partikel yang terkecil disebut pasir
atau kerikil sampai ke ukuran yang sangat besar “staghorn” yang berada di
pelvis dan dapat masuk ke kaliks.,Faktor penyebab terjadinya batu kalsium
adalah:
2. Batu struvit
Batu struvit dikenal juga dengan batu infeksi karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini
adalah kuman golongan pemecah urea atau urea spilitter yang dapat
menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi basa melalui hidrolisis
F. Patofisiologi
menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa. Pasien sering merasa ingin berkemih,
namun hanya sedikit yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasif
batu. Umumnya batu diameter <0,5-1 cm keluar spontan. Bila nyeri mendadak menjadi
akut, disertai nyeri tekan di seluruh area kostovertebral dan muncul mual dan muntah,
maka pasien sedang mengalami kolik renal. Diare dan ketidaknyamanan abdominal
dapat terjadi. Selain itu ada beberapa teori yang ,membahas tentang proses
pembentukan batu
yaitu :
1. Teori supersaturasi
Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk batu ginjal mendukung
terjadinyakristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya agresi
kristalkemudian timbul menjadi batu.
2. Teori matriks
Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10% heksose, 3-5
heksosamin dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan penempelan kristal-
kristalsehingga menjadi batu
3. Teori kurang inhibitor
Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang melampui daya
kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat pengendapat. Phospat
mukopolisakarida dan dipospat merupakan penghambatan pembentukan kristal. Bila
terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan..
4. Teori epistaxi
Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secra- bersama-sama, salauh satubatu
merupakan inti dari batu yang merupakan pembentuk pada lapisan luarnya,
contohnya ekskresi asam urayt yanga berlebihan dalam urin akan
mendukungpembentukan batu kalsium dengan bahan urat sebagai inti pengendapan
kalsium.
5. Teori kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.
G. Manifestasi Klinis
Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi dan berhubungan
dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi obstruksi pada leher
kandung kemih menyebabkan retensi urin atau bisa menyebabkan sepsis, kondisi ini
lebih serius yang dapat mengancam kehidupan pasien, dapat pula kita lihat tanda
seperti mual muntah, gelisah, nyeri dan perut kembung (Smeltzer, 2002:1461). Jika
sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis maka gejalanya tergantung
pada penyebab
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjangnya dilakukan di laboratorium yang meliputi pemeriksaan:
1. Urine
a) pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme
dapat berbentuk batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah
menyebabkan pengendapan batu asam urat.
b) Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita
dengan batu, bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat.
c) Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi
dalam proses pembentukan batu saluran kemih.
d) Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah
terjadi hiperekskresi.
2. Darah
a) Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
b)
c) Lekosit terjadi karena infeksi.
d) Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.
e) Kalsium, fosfat dan asam urat.
3. Radiologis
bendungan atau tidak.
b) Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada
keadaan ini dapat dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan dengan
antegrad pielografi tidak memberikan informasi yang memadai.
4. USG (Ultra Sono Grafi)
Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal.
I. Penatalaksanaan
7. Batu asam urat : Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan unggas,
karena makanan tersebut menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam air
kemih
8. Untuk mengurangi pembentukan asam urat bisa diberikan allopurinol
9. Batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih bertambah, karena itu untuk
menciptakan suasana air kemih yang alkalis (basa), bisa diberikan kalium sitrat
10. Dianjurkan untuk banyak minum air putih
Penatalaksanaan medis
a. Menghilangkan obstruksi
b. Mengobati infeksi
c. Menghilangkan rasa nyeri.
d. Mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan
terjadinya rekurensi
e. Terapik medik dan simtomatik
– Terapik medik => mengeluarkan batu ginjal atau melarutkan batu
– Pengobatan Simtomatik = > mengusahakan agar nyeri khususnya kolik ginjal
yang terjadi menghilang dengan pemberian simpatolitik selain itu dapat
diberikan minum berlebihan disertai diuretikum bendofluezida 5 - 10 mg/hr.
f. Terapi mekanik
– E S W L = > Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy
– Terapi pembedahan
– Jika tidak tersedia alat litotriptor
g. Jenis pembedahan untuk batu ginjal
1. Uteroskopi
Jenis atau metode operasi ini adalah dengan menggunakan ureteroskop
di mana dengan alat inilah dokter akan mengangkat batu ginjal dan
memasukkannya ke dalam ureter lewat kandung kemih dan uretra.
Keluarnya urine biasanya akan melewati uretra sebagai jalur terakhir yang
datang dari kandung kemih kemudian menuju ke luar tubuh.
2. Bedah Terbuka
Ciri-ciri batu ginjal mulai parah, maka bedah terbuka ini bisa menjadi
solusinya meski memang ini lebih dimanfaatkan pada zaman dulu. Di zaman
sekarang sudah tergolong jarang, tapi tetap bisa digunakan untuk
pengangkatan batu ginjal yang ukurannya cukup besar. Disesuaikan dengan
namanya, dokter bakal menciptakan sayatan di permukaan kulit.
3. ESWL atau Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy
Prosedur operasi ini lebih kepada penghancuran batu ginjal yang
PATHWAY
Penumpukan kristal
Pengendapan
Ketidakpatuhan regimen
Batu merusak terapeutik
Spasme batu saat turun Kencing tidak tuntas
dinding setempat
dari ureter
Kurang pengetahuan
Hematuria Gangguan eliminasi
urin
Nyeri
Hb turun
Anemia
Insufisiensi O2
Intoleransi aktivitas
A. Identitas Klien
Identitas klien meliputi nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, status perkawinan, suku bangsa, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, dan diagnosa medis
a) Umur
Nefrolitiasis sering terjadi pada umur 30-50 tahun
b) Jenis Kelamin
Umumnya nefrolitiasis sering atau kebanyakan terjadi pada laki-laki
daripada perempuan
c) Pekerjaan
Faktor pekerjaan juga berpengaruh terjadi nya nefrolitiasis dikarenakan
pekerjaan yang kurang bergerak atau beraktifitas seperti seorang supir
beresiko tinggi terkena nefrolitiasis
B. Keluhan Utama
Keluhan utama yang biasanya dikeluhkan oleh pasien dengan nefrolitiasis
F. Riwayat Psikososial
Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu karena
adanya penyakitnya.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan dilakukan dan
bagaimana dilakukan operasi.
7. Pola sensori dan kognitif
Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya selama di
rumah sakit.
8. Pola reproduksi sexual
Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat melakukan
dan selama sakit tidak ada gangguan yang berhubungan dengan produksi
sexual.
9. Pola hubungan peran
Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik tidak ada
gangguan.
10. Pola penaggulangan stress
Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal yang
positif jika stress muncul
11. Pola nilai dan kepercayaan
Klien tetap berusaha dan berdoa supaya penyakit yang di derita ada obat dan
dapat sembuh.
H. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda – tanda vital :
Tekanan Darah : 140/90 mmHg, Suhu : 38
Nadi : 100x/menit, RR : 28 x/menit
b. Muka/Wajah
Muka simetris kiri dan kanan,Bentuk wajah lonjong,Ekspresi wajah murung.
c. Mata
Tidak ada edema dan tanda-tanda radang. Sklera tidak ikterik, reflek pupil
normal, konjungtiva anemis.
d. Hidung
Bentuk hidung simetris kiri dan kanan,Tidak ada sekret pada hidung, Tidak
ada sumbatan pada hidung.
e. Telinga
Telinga terlihat bersih tidak ada serumen
f. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada luka maupun bekas operasi
dan tidak teraba hipertiroidisme
g. Thorax :
I : dada simetris dan juga tidak terlihat ictus cordis
P : teraba ictus cordis pada kosta ke 5
P : tidak ada pembesaran jantung
h. Paru :
I : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, Pengembangan dada simetri, Frek
wensi pernafasan 28 x/menit
P : Vocal fremitus kanan dan kiri lebih terasa kiri, ekspansi dada sama
P : suara paru sonor
A : suara nafas vesikuler
i. Abdomen
I : abdomen terlihat membesar pada vesika urinaria
A : bising usus mengalami penurunan 10x/menit
P : terdengar suara abdomen redup
P : distensi abdomen, nyeri pada abdomen sebelah kanan dan kortovertebral
sebelah kanan.
j. Kulit
Kulit teraba hangat dan tampak kemerahan, kulit kering dan tidak elastis
k. Ekstremitas atas
terpasang infus RL 24 tpm di lengan kanan
l. Ekstremitas bawah
Tidak ada gangguan pada ekstremitas bawah
I. Pemeriksaan Penunjang
1) Radiologi
Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini
berbeda untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga
batu dari jenis apa yang ditemukan. Radiolusen umumnya adalah jenis
batu asam urat murni.
Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk
menduga adanya batu ginjal bila diambil foto dua arah. Pada keadaan
tertentu terkadang batu terletak di depan bayangan tulang, sehingga
dapat luput dari penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering perlu
ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto
dengan bantuan kontras akan menyebabkan defek pengisian (filling
defect) di
tempat batu berada. Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang
mengandung batu tidak berfungsi lagi sehingga kontras ini tidak muncul.
Dalam hal ini perlu dilakukan pielografi retrograd.
2) Ultrasonografi (USG)
Dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu
pada keadaan-keadaan; alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang
menurun dan pada wanita yang sedang hamil . Pemeriksaan USG dapat
untuk melihat semua jenis batu, selain itu dapat ditentukan ruang/ lumen
saluran kemih. Pemeriksaan ini juga dipakai unutk menentukan batu
selama tindakan pembedahan untuk mencegah tertinggalnya batu
3) Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih
yang dapat menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi
ginjal, dan menentukan penyebab batu.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa preoperasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan sekunder terhadap
iritasi batu dan spasme otot polos
2. Gangguan eliminasi urine yang berhubungan dengan stimulasi
kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal, atau ureter, obstruksi mekanik
atau inflamasi
3. Gangguan istirahat dan tidur b.d
nyeri Diagnosa postoperasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan post pembedahan (agen injuri: mekanik)
2) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif
3) Intervensi Keperawatan
1) Dx : Nyeri akut berhubungan dengan peradangan sekunder terhadap
iritasi batu dan spasme otot polos
NOC
– Kontrol nyeri
– Tingkat kenyamanan
Kriteria Hasil
1. Mamp mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik non farmakologi untu mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
2. Melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
3. Mampu menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
4. Tanda tanda vital normal
NIC
Manajemen nyeri
1) Eksplorasi dengan pasien,faktor yang meningkatkan /memperburuk nyeri
2) Lakukan penilaian yangkomprehensif untukmemasukkan lokasi rasa
sakit,karakteristik, onset / durasi,frekuensi, kualitas, intensitasatau beratnya
Pemberian analgesik
1) Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas, dan keparahan sebelum
mengobati pasien
2) Periksa perintah medis untuk obat, dosis dan frekuensi yang
ditentukan analgesic
3) Periksa riwayat adanya alergi obat
4) Pantau tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik narkotika
dengan kepalan-waktu dosis atau catat jika tanda yang tidak biasa terjadi
5) Lihat ekspektasi positif mengenai efektivitas analgesik untuk mengoptimalkan
respon pasien
2). Dx : Gangguan eliminasi urine yang berhubungan dengan stimulasi kandung
kemih oleh batu, iritasi ginjal, atau ureter, obstruksi mekanik atau inflamasi
NOC
– Eliminasi urin
Kriteria Hasil
1. Pola eliminasi klien baik
2. Asupan cairan klien cukup
3. Klien dapat mengosongkan kandung kemih sepenuhnya
4. Tidak terlihat terlihat darah dalam urin klien
5. Klien tidak mengaluhkan sakit saat buang air kecil
warna
2) Pantau tanda-tanda dan gejala retensi urin
3) perhatikan waktu eliminasi urine yang lalu
4) Ajarkan pasien untuk minum 8 oz cairan dengan makanan, di antara
waktu makan, dan pada sore hari
– Istirahat
– Tidur
Kriteria Hasil
1. Kuantitas dan kualitas istirahat klien cukup dan baik
2. Pola istirahat klien cukup
3. Jam tidur klien cukup dan terpantau
4. pola tidur dan kualitas tidur klien cukup
5. Klien merasakan perasaan peremajaan setelah tidur
NIC
Terapi relaksasi
1) Tentukan apakah intervensi relaksasi di masa lalu telah berguna
2) Berikan penjelasan rinci tentang intervensi relaksasi yang dipilih
3) Ciptakan lingkungan yang tenang dengan cahaya redup dan suhu
yang nyaman, jika memungkinkan
4) Undang pasien untuk bersantai dan membiarkan sensasi terjadi
5) Gunakan nada lembut , kecepatan kata yang lamabat dan ritmis
6) Tunjukkan dan praktekkan teknik relaksasi dengan pasien
7) Sediakan waktu tenang, karena pasien mungkin dapat tertidur
8) Dorong kontrol ketika teknik relaksasi dilakukan
9) Evaluasi dan dokumentasikan respon terhadap terapi relaksasi
Tidur tambahan
1) Tentukan tidur pasien / pola aktivitas
2) perkirakan yang tidur rutin pasien / siklus bangun dalam perencanaan
perawatan
3) Tentukan efek dari obat pasien pada pola tidur
4) Pantau / rekam pola tidur pasien dan jumlah jam tidur
5) Bantu Klien untuk menghilangkan situasi stres sebelum tidur
6) Diskusi dengan pasien dan keluarga -meningkatkan teknik
– Kontrol Resiko
Kriteria Hasil
1. Klien dapat menyesuaikan strategi pengendalian risiko
2. Klien dapat memantau faktor risiko pribadi
3. Klien dapat memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi risiko
4. Klien mampu memelihara kebersihan lingkungan dan daerah post operasi
5. Klien mampu mengenali tanda dan gejala terjadinya infeksi
NIC
Perlindungan infeksi
1) Monitor tanda-tanda sistemik dan lokal dan gejala infeksi
2) Pertahankan teknik isolasi,
3) Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana menghindari infeksi
4) Sediakan kamar pribadi, sesuai kebutuhan
5) Pantau tanda-tanda Vital
Pengawasan
1) Tentukan risiko kesehatan pasien
2) Minta pasien mengenai tanda-tanda, gejala, atau masalah
3) Pantau tanda vital
4) Mulai pengawasan kulit rutin pada pasien berisiko tinggi
5) Pantau keadaan yang berpeluang untuk infeksi
DISCHARGE PLANNING
Penyuluhan pada pasien dan keluarganya :