Anda di halaman 1dari 25

i

HIDRONEFROSIS & HIDROURETER


EC URETEROLITHIASIS
Disusun untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu
Radiologi di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang

Pembimbing :

dr. Bambang Satoto, Sp. Rad

Disusun Oleh :

Dini Pangestika / 01.207.5470


Ritaningsih / 01.207.5555
Abdillah Akbar / 01.209.5816

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2014

i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS RADIOLOGI
Diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan klinis bagian ilmu radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung

Nama :
Dini Pangestika :01.207.5470
Ritaningsih : 01.207.5555
Abdillah Akbar : 01.209.5816

Judul : Laporan Kasus Pasien Hidronefrosis Dextra & Hidroureter ec


Ureterolothiasis
Bagian : Ilmu Radiologi
Fakultas : Kedokteran Unissula
Pembimbing : dr. Bambang Satoto, Sp. Rad

Telah diajukan dan disahkan


Semarang, Februari 2014
Pembimbing,

dr. Bambang Satoto, Sp. Rad

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

Hidronefrosis merupakan keadaan di mana terjadi dilatasi pada pelvis atau kaliks
ginjal yang dapat terjadi dengan maupun tanpa obstruksi. Obstruksi dapat menyebabkan
terjadinya perubahan struktur pada ginjal. (Singh, 2012).
Obstruksi ureter merupakan suatu kondisi yang dapat terjadi pada setiap usia dengan
level dan efek yang bervariasi. Penyebabnya dapat berupa kelainan congenital, didapat
maupun jinak atau ganas. Berat tidaknya efek yang ditimbulkan dipengaruhi oleh berbagai
aspek antara lain derajat obstruksi, kronisitas, kondisi ginjal awal, potensi perbaikan ginjal,
dan factor lain seperti adanya infeksi, dengan efek buruk dapat berupa gagal ginjal permanen.
(Singh, 2012).
Prevalensi obstruksi antara laki-laki dan perempuan adalah sama, kemudian
terjadi lebih sering pada perempuan usia 20-60 tahun karena kehamilan dan keganasan
ginekologis, dan lebih sering pada laki-laki usia di atas 60 tahun karena keganasan prostat.
(Singh, 2012).
BSK pada ginjal (nefrolithiasis) merupakan faktor pencetus awal terjadinya
hidronefrosis. Dimana nefrolithiasis dapat menimbulkan obstruksi aliran kemih proksimal
terhadap kandung kemih yang dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam
pelviks ginjal dan ureter sehingga mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal (Hall,
2009).
BSK (Batu Saluran Kemih) dapat menyerang penduduk di seluruh dunia dan tidak
terkecuali penduduk di Indonesia. Di Indonesia penyakit batu saluran kemih masih
menempati porsi terbesar dari jumlah pasien di klinik urologi. Berdasarkan data dalam negeri
yang pernah dipublikasi, didapatkan peningkatan jumlah penderita nefrolithiasis yang
mendapat tindakan di salah satu rumah sakit negri di Indonesia dari tahun ke tahun, mulai
182 pasien pada tahun 1997 menjadi 847 pasien pada tahun 2002. Hardjoeno dkk. (1977–
1979) di Makassar menemukan 297 penderita BSK (Batu Saluran Kemih). Rahardjo dkk.
(1979–1980) di Jakarta menemukan 245 penderita BSK. Puji Rahardjo dari RSUP Dr. Cipto
Mangunkusumo menyatakan penyakit BSK yang diderita penduduk Indonesia sekitar 0,5%
dengan perkiraan kenaikan penderita sekitar 530 orang penderita BSK (Batu Saluran Kemih)
pertahun (Effendi & Markum, 2010).

1
2

BSK (Batu Saluran Kemih) dan komplikasinya merupakan salah satu dari tiga
penyakit terbanyak di bidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan pembesaran
prostat benigna. BSK (Batu Saluran Kemih) sering dipermasalahkan baik dari segi kejadian
(insidens), etiologi, patogenesis maupun dari segi pengobatan (Hall, 2009). Berdasarkan hal
tesebut, maka kami tertarik untuk membahas tentang laporan kasus mengenai seorang pasien
hidronefrosis dan hidtroureter e.c nefrolothiasis / BAK (Batu Saluran Kemih).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Sistem saluran kemih adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-
zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh
larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem saluran kemih terdiri dari
ginjal, ureter, kandung kemih (vesika urinaria) dan uretra. Sistem saluran kemih pada
manusia dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1. Sistim saluran kemih pada manusia. (USU, 2011).

2.1.1 Ginjal

Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5 cm pada


bagian paling tebal dan berbentuk seperti kacang. Terletak pada bagian belakang.
abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar di sisi kanan
. Ginjal memiliki tiga bagian penting yaitu korteks, medulla dan pelvis renal Bagian
paling superfisial adalah korteks renal, yang tampak bergranula. Di sebelah dalamnya
terdapat bagian lebih gelap, yaitu medulla renal, yang berbentuk seperti kerucut disebut
piramid renal, dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau
papilla renal. Di antara pyramid terdapat jaringan korteks, disebut kolum renal (Bertini).
(USU, 2011)

Ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar disebut pelvis renal.
Pelvis renal bercabang dua atau tiga, disebut kaliks mayor yang masing-masing bercabang
membentuk beberapa kaliks minor, yang langsung menutupi papilla renal dari piramid.
Kaliks minor ini menampung urin yang terus-menerus keluar dari papila. Dari kaliks

28
29

minor, urin masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renal kemudian ke ureter, sampai akhirnya
ditampung di dalam kandung kemih. (USU, 2011).

Setiap ginjal terdapat satu juta atau lebih nefron, masing-masing nefron terdiri atas
komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluhpembuluh
darah, yaitu glomerulus dan kapiler peritubuler, yang mengitari tubuli. Komponen tubuler
berawal dengan kapsula Bowman (glomerular) dan mencakup tubuli kontortus proksimal,
ansa Henle dan tubuli kontortus distal. Dari tubuli distal, isinya disalurkan ke dalam
duktus koligens (saluran penampung atau pengumpul). (USU, 2011).

Kedua ginjal menghasilkan sekitar 125 ml filtrat per menit; dari jumlah ini, 124 ml
diabsorpsi dan hanya 1 ml dikeluarkan ke dalam kaliks-kaliks sebagai urin. Ginjal
berfungsi untuk mengatur keseimbangan air dan elektrolit berupa ekskresi kelebihan air
dan elektrolit, mempertahankan keseimbangan asam basa, mengekskresi hormon,
berperan dalam pembentukan vitamin D, mengekskresi beberapa obatobatan dan
mengekskresi renin yang turut dalam pengaturan tekanan darah.Berikut ini adalah gambar
anatomi ginjal :

Gambar 2. Anatomi Ginjal (USU, 2011)

2.1.2. Ureter

Ureter terdiri dari dua saluran pipa yang masing-masing menyambung dari ginjal ke
kandung kemih (vesika urinaria). Panjangnya kira-kira 25-30 cm, dengan penampang ±
0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam
rongga pelvis. (USU, 2011).

Ureter mempunyai membran mukosa yang dilapisi dengan epitel kuboid dan dinding
otot yang tebal. Urin disemprotkan ke bawah ureter oleh gelombang peristaltik, yang
terjadi sekitar 1-4 kali per menit dan urin memasuki kandung kemih dalam bentuk
pancaran. (USU, 2011).
30

2.1.3 Vesica Urinaria

Kandung kemih adalah kantong yang terbentuk dari otot tempat urin mengalir dari
ureter. Ketika kandung kemih kosong atau terisi setengahnya kandung kemih tersebut
terletak di dalam pelvis, ketika kandung kemih terisi lebih dari setengahnya maka
kandung kemih tersebut menekan dan timbul ke atas dalam abdomen diataspubis.Dinding
kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar (peritonium), Tunika muskularis (lapisan
otot), Tunika sabmukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian (dalam). (USU, 2011).

2.1.4. Uretra

Bagian akhir saluran keluar yang menghubungkan kandung kemih dengan luar tubuh
ialah uretra. Uretra pria sangat berbeda dari uretra wanita. Pada laki-laki, sperma berjalan
melalui uretra waktu ejakulasi. Uretra pada laki-laki merupakan tuba dengan panjang
kira-kira 20 cm dan memanjang dari kandung kemih ke ujung penis. Uretra pada laki-laki
mempunyai tiga bagian yaitu : uretra prostatika, uretra membranosa dan uretra
spongiosa. (USU, 2011).

Uretra wanita jauh lebih pendek daripada pria, karena hanya 4 cm panjangnya dan
memanjang dari kandung kemih ke arah ostium diantara labia minora kira-kira 2,5 cm di
sebelah belakang klitoris. Uretra ini menjalar tepat di sebelah depan vagina. Lapisan
uretra wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongiosa dan lapisan
mukosa (lapisan sebelah dalam). (USU, 2011).

2.2 Pengertian BSK

Batu saluran kemih adalah penyakit dimana didapatkan batu di dalam saluran kemih.
Batu tersebut dibentuk dalam pelvik ginjal, menetap dan menjadi lebih besar, atau
bergerak turun sepanjang ureter ke dalam kandung kemih atau dapat terbentuk di dalam
kandung kemih itu sendiri. Selain itu, batu dapat juga dibentuk dalam uretra. (USU,
2011).

2.3. Penyebab

Penyebab BSK masih belum diketahui dengan pasti. Pembentukan BSK merupakan
hasil interaksi beberapa proses yang kompleks, merupakan komplikasi atau salah satu
manifestasi dari berbagai penyakit atau kelainan yang mendasarinya.Beberapa teori
terbentuknya BSK, yaitu :

1. Teori Supersaturasi/Kristalisasi

Urin mempunyai kemampuan melarutkan lebih banyak zat yang terlarut bila
dibandingkan dengan air biasa. Dengan adanya molekul-molekul zat organic seperti
urea, asam urat, sitrat dan mukoprotein, juga akan mempengaruhi kelarutan zat-zat
lain. Bila konsentrasi zat-zat yang relatif tidak larut dalam urin (kalsium, oksalat,
fosfat dan sebagainya) makin meningkat, maka akan terbentuk kristalisasi zat-zat
tersebut. Batasan pH urin normal antara 4,5-8. Bila air kemih menjadi asam (pH
turun) dalam jangka lama maka beberapa zat seperti asam urat akan mengkristal.
31

Sebaliknya bila air kemih menjadi basa (pH naik) maka beberapa zat seperti kalsium
fosfat akan mengkristal. Dengan demikian, pembentukan batu pada saluran kemih
terjadi bila keadaan urin kurang dari atau melebihi batas pH normal sesuai dengan
jenis zat pembentuk batu dalam saluran kemih. (USU, 2011).

2. Teori Nukleasi/Adanya Nidus

Nidus atau nukleus yang terbentuk, akan menjadi inti presipitasi yang kemudian
terjadi. Zat/keadaan yang dapat bersifat sebagai nidus adalah ulserasi mukosa,
gumpalan darah, tumpukan sel epitel, bahkan juga bakteri, jaringan nekrotik iskemi
yang berasal dari neoplasma atau infeksi dan benda asing. (Ghazali Rusdy, 2008).

3. Teori Tidak Adanya Inhibitor

Supersaturasi kalsium, oksalat dan asam urat dalam urin dipengaruhi oleh adanya
inhibitor kristalisasi. Hal inilah yang dapat menjelaskan mengapa pada sebagian
individu terjadi pembentukan batu saluran kemih, sedangkan pada individu lain tidak,
meskipun sama-sama terjadi supersaturasi. Terbentuk atau tidaknya batu di dalam
saluran kemih ditentukan juga oleh adanya keseimbangan antara zat-zat pembentuk
batu dan penghambat (inhibitor). Ternyata pada penderita batu saluran kemih, tidak
didapatkan zat yang bersifat sebagai inhibitor dalam pembentukan batu. Magnesium,
sitrat dan pirofosfat telah diketahui dapat menghambat pembentukan nukleasi (inti
batu) spontan kristal kalsium. Zat lain yang mempunyai peranan inhibitor, antara lain:
asam ribonukleat, asam amino terutama alanin, sulfat, fluorida, dan seng. (USU,
2011).

4. Teori Epitaksi

Epitaksi adalah peristiwa pengendapan suatu kristal di atas permukaan Kristal lain.
Bila pada penderita ini, oleh suatu sebab terjadi peningkatan masukan kalsium dan
oksalat, maka akan terbentuk kristal kalsium oksalat. Kristal ini kemudian akan
menempel di permukaan kristal asam urat yang telah terbentuk sebelumnya, sehingga
tidak jarang ditemukan batu saluran kemih yang intinya terjadi atas asam urat yang
dilapisi oleh kalsium oksalat di bagian luarnya. kemudian akan menempel di
permukaan kristal asam urat yang telah terbentuk sebelumnya, sehingga tidak jarang
ditemukan batu saluran kemih yang intinya terjadi atas asam urat yang dilapisi oleh
kalsium oksalat di bagian luarnya. (USU, 2011)

5. Teori Kombinasi

Teori terakhir mengenai pembentukan BSK adalah gabungan dari berbagai teori
tersebut yang disebut dengan teori kombinasi. Terbentuknya BSK dalam teori
kombinasi adalah sebagai berikut : Pertama, fungsi ginjal harus cukup baik untuk
mengekskresi zat yang dapat membentuk kristal secara berlebihan. Kedua, ginjal
harus dapat menghasilkan urin dengan pH yang sesuai untuk kristalisasi. Dari kedua
hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ginjal harus mampu melakukan ekskresi
suatu zat secara berlebihan dengan pH urin yang sesuai sehingga terjadi presipitasi
zat-zat tersebut. Ketiga, urin harus tidak mengandung sebagian atau seluruh inhibitor
kristalisasi. Keempat, kristal yang telah terbentuk harus berada cukup lama dalam
urin, untuk dapat saling beragregasi membentuk nukleus, yang selanjutnya akan
32

mengganggu aliran urin. Statis urin yang terjadi kemudian, memegang peranan
penting dalam pembentukan batu saluran kemih, sehingga nukleus yang telah
terbentuk dapat tumbuh. (USU, 2011).

2.4. Klasifikasi BSK

Umumnya BSK dapat dibagi dalam 4 jenis yaitu :

1. Batu Kalsium

Batu jenis ini adalah jenis batu yang paling banyak ditemukan, yaitu 70-80% dari
jumlah pasien BSK. Ditemukan lebih banyak pada laki-laki, rasio pasien laki- 2.1
Definisi laki dibanding wanita adalah 3:1, dan paling sering ditemui pada usia 20-50
tahun. Kandungan batu ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran
dari keduanya.3 Kelebihan kalsium dalam darah secara normal akan dikeluarkan oleh
ginjal melalui urin. Penyebab tingginya kalsium dalam urin antara lain peningkatan
penyerapan kalsium oleh usus, gangguan kemampuan penyerapan kalsium oleh ginjal
dan peningkatan penyerapan kalsium tulang.. (USU, 2011).

2. Batu Infeksi/Struvit

Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh
adanya infeksi saluran kemih.3 Adanya infeksi saluran kemih dapat menimbulkan
gangguan keseimbangan bahan kimia dalam urin. Bakteri dalam saluran kemih
mengeluarkan bahan yang dapat menetralisir asam dalam urin sehingga bakteri
berkembang biak lebih cepat dan mengubah urin menjadi bersuasana basa. Suasana
basa memudahkan garam-garam magnesium, ammonium, fosfat dan karbonat
membentuk batu magnesium ammonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit. Terdapat
pada sekitar 10-15% dari jumlah pasien BSK. Lebih banyak pada wanita, dengan
rasio laki-laki dibanding wanita yaitu 1:5. Batu struvit biasanya menjadi batu yang
besar dengan bentuk seperti tanduk (staghorn). (USU, 2011).

3. Batu Asam Urat

Ditemukan 5-10% pada penderita BSK. Rasio laki-laki dibanding wanita adalah
3:1.Sebagian dari pasien jenis batu ini menderita Gout, yaitu suatu kumpulan
penyakit yang berhubungan dengan meningginya atau menumpuknya asam urat.
Pada penyakit jenis batu ini gejala sudah dapat timbul dini karena endapan/kristal
asam urat (sludge) dapat menyebabkan keluhan berupa nyeri hebat (colic), karena
endapan tersebut menyumbat saluran kencing. Batu asam urat bentuknya halus dan
bulat sehingga sering kali keluar spontan. Batu asam urat tidak tampak pada foto
polos. (USU, 2011)

2.5. Epidemiologi BSK

2.5.1. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian BSK

a. Usia

Lebih sering ditemukan pada usia 30-50 tahun.


33

b. Jenis kelamin

Jumlah penderita laki-laki lebih banyak tiga kali dibandingkan dengan


perempuan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan struktur anatomi saluran kemih
antara laki-laki dan perempuan serta faktor hormone estrogen yang mencegah
terjadinya agregasi garam kalsium. (USU, 2011)

c. Pekerjaan

Pekerja-pekerja keras yang banyak bergerak, misalnya buruh dan petani akan
mengurangi terjadinya BSK bila dibandingkan dengan pekerja-pekerja yang
lebih banyak duduk. (USU, 2011)

d. Air minum

Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan mengurangi


terbentuknya batu, sedangkan bila kurang minum menyebabkan kadar semua
substansi dalam urin akan meningkat dan akan mempermudah pembentukan
batu. Kejenuhan air yang diminum sesuai dengan kadar mineralnya terutama
kalsium diperkirakan mempengaruhi terbentuknya BSK.(USU, 2011).

e. Makanan

Konsumsi makanan tinggi protein yang berlebihan dan garam akan


meningkatkan pembentukan BSK. Diet banyak purin (kerang-kerangan,
anggur), oksalat (teh, kopi, cokelat, minuman soda, bayam), kalsium (daging,
susu, kaldu, ikan asin dan jeroan) mempermudah terjadinya penyakit BSK.
Makan-makanan yang banyak mengandung serat dan protein nabati
mengurangi risiko BSK dan makanan yang mengandung lemak dan protein
hewani akan meningkatkan risiko BSK. (USU, 2011)

f. Riwayat Keluarga/Keturunan

Riwayat anggota keluarga sebelumnya yang pernah menderita BSK akan


memberikan resiko lebih besar timbulnya gangguan/penyakit BSK pada
anggota keluarga lainnya. Lebih kurang 30-40% penderita kalsium oksalat
mempunyai riwayat keluarga yang positif menderita BSK. Namun sampai saat
ini bagaimana peranan faktor keturunan dalam terjadinya BSK masih belum
diketahui dengan jelas. (USU, 2011)

g. Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan
menjadi inti pembentukan BSK. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum dan
membentuk ammonium akan mengubah pH urin menjadi alkali dan akan
mengendapkan garam-garam fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan
batu yang telah ada.Iklim dan temperatur/suhu Individu yang menetap di daerah
beriklim panas dengan paparan sinar ultraviolet tinggi akan cenderung
mengalami dehidrasi serta peningkatan produksi vitamin D (memicu
34

peningkatan ekskresi kalsium dan oksalat), sehingga insiden BSK akan


meningkat. Tempat yang bersuhu panas misalnya di daerah tropis, di kamar
mesin, menyebabkan banyak mengeluarkan keringat, akan mengurangi produksi
urin dan mempermudah pembentukan BSK meningkat. Tempat yang bersuhu
panas misalnya di daerah tropis, di kamar mesin, menyebabkan banyak
mengeluarkan keringat, akan mengurangi produksi urin dan mempermudah
pembentukan BSK. (USU, 2011).

h. Geografi

Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian BSK yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu).
(USU, 2011).
2.6 Gejala Klinis/Keluhan BSK

Batu dalam saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter), biasanya akan menyebabkan
keluhan sakit. Keluhan yang timbul tergantung dari lokasi batu, dan besar batu. (USU,
2011).

Gejala klinis/keluhan yang ditimbulkan antara lain demam, nausea (mual), vomiting
(muntah) dan sakit atau nyeri disekitar pinggang, nyeri sewaktu buang air kecil (BAK)
bahkan susah BAK, BAK berdarah (hematuria), BAK berpasir (kristaluria) dan
pembengkakkan daerah punggung bawah. (USU, 2011)

1. Rasa Nyeri

Biasanya penderita mengeluhkan rasa nyeri yang berulang (kolik) tergantung dari
letak batu. Batu yang berada di ginjal akan menimbulkan dua macam nyeri, yaitu
nyeri kolik ginjal dan nyeri ginjal bukan kolik. Kolik ginjal biasanya disebabkan oleh
peregangan urinary collecting system (system pelviokalises), sedangkan nyeri ginjal
bukan kolik disebabkan distensi dari kapsul ginjal. Batu ureter akan memberi gejala
kolik ureter, nyeri hebat di daerah punggung atau fosa iliaka yang letaknya lebih
rendah daripada kolik ginjal, dapat menyebar ke atas ke daerah ginjal atau ke bawah
sampai ke testis atau labia mayor. (USU, 2011)

2. Demam

Timbulnya demam merupakan tanda-tanda adanya kuman yang beredar di dalam


darah. Biasanya gejala yang timbul selain demam adalah jantung berdebardebar,
tekanan darah rendah dan pelebaran pembuluh darah di kulit. Demam akibat obstruksi
saluran kemih memerlukan dekompresi secepatnya. (USU, 2011)

3. Hematuria dan Kristaluria

Hematuria adalah adanya darah yang keluar bersama urin. Namun lebih kurang 10-
15% penderita BSK tidak menderita hematuria. Kristaluria adalah urin yang disertai
dengan pasir atau batu. (USU, 2011)
35

4. Nausea dan Vomiting

Obstruksi saluran kemih bagian atas sering menimbulkan mual dan muntah. (USU,
2011).

5. Pembengkakkan Daerah Punggung Bawah

Penyumbatan saluran kemih bagian atas yang akut ditandai dengan rasa sakit
punggung bagian bawah. Pada sumbatan yang berlangsung lama, kadang-kadang
dapat diraba adanya pembengkakkan ginjal yang membesar (Hidronefrosis). (USU,
2011)

6. Infeksi

Biasanya dengan gejala-gejala menggigil, demam, nyeri pinggang, nausea serta


muntah dan disuria. Secara umum infeksi pada batu struvit (batu infeksi) berhubungan
dengan infeksi dari Proteus sp, Pseudomonas sp, Klebsiella sp. (USU, 2011)

2.7 Pemeriksaan dan Diagnosis BSK

2.7.1 Fisik
Hasil pemeriksaan fisik antara lain :

a. Kadang-kadang teraba ginjal yang mengalami hidronefrosis/obstruktif.


b. Nyeri tekan/ketok pada pinggang.
c. Batu uretra anterior bisa di raba.
d. Pada keadaan akut paling sering ditemukan adalah kelembutan di daerah

pinggul (flank tenderness), ini disebabkan oleh hidronefrosis akibat obstruksi


sementara yaitu saat batu melewati ureter menuju kandung kemih. (USU, 2011).

2.7.2 Laboratorium

Pada urin biasanya dijumpai hematuria dan kadang-kadang kristaluria.Hematuria


biasanya terlihat secara mikroskopis, dan derajat hematuria bukan merupakan
ukuran untuk memperkirakan besar batu atau kemungkinan lewatnya suatu batu.
Tidak adanya hematuria dapat menyokong adanya suatu obstruksi komplit, dan
ketiadaan ini juga biasanya berhubungan dengan penyakit batu yang tidak aktif.
Pada pemeriksaan sedimen urin, jenis kristal yang ditemukan dapat memberi
petunjuk jenis batu. Pemeriksaan pH urin < 5 menyokong suatu batu asam urat,
sedangkan bila terjadi peningkatan pH (≥7) menyokong adanya organism pemecah
urea seperti Proteus sp, Klebsiella sp, Pseudomonas sp dan batu struvit. (USU,
2011).

2.7.3 Radiologis
Ada beberapa jenis pemeriksaan radiologis yaitu :
36

a. Foto polos abdomen

Foto polos abdomen dapat menentukan besar, macam dan lokasi batu
radiopaque. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat
radiopaque dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu
asam urat bersifat radiolusen. (USU, 2011).

b. Intravenous Pyelogram (IVP)

IVP dapat menentukan dengan tepat letak batu, terutama batu-batu


yangradiolusen dan untuk melihat fungsi ginjal. Selain itu IVP dapat mendeteksi
adanya batu semi opaque ataupun batu non opaque yang tidak dapat terlihat oleh
foto polos abdomen.

c. CT Scan

CT Scan (Computerized Tomography) adalah tipe diagnosis sinar X yang


dapat membedakan batu dari tulang atau bahan radiopaque lain. (USU, 2011).

d. Retrograte Pielografi (RPG)

Dilakukan bila pada kasus-kasus di mana IVP tidak jelas, alergi zat kontras dan
IVP tidak mungkin dilakukan. (USU, 2011)

e. Ultrasonografi (USG)

USG dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu
pada keadaan-keadaan : alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun
dan pada wanita yang sedang hamil. USG ginjal merupakan pencitraan yang
lebih peka untuk mendeteksi batu ginjal dan batu radiolusen daripada foto polos
abdomen. Cara terbaik untuk mendeteksi BSK ialah dengan kombinasi USG dan
foto polos abdomen. USG dapat melihat bayangan batu baik di ginjal maupun di
dalam kandung kemih dan adanya tanda-tanda obstruksi urin. (USU, 2011)

f. Radioisotop

Untuk mengetahui fungsi ginjal secara satu persatu, sekaligus adanya sumbatan
pada gagal ginjal. (USU, 2011).

2.8. Pencegahan BSK

2.8.1 Pencegahan Primer

Tujuan pencegahan primer adalah untuk mencegah agar penyakit tidak terjadi,
dengan mengendalikan faktor penyebab suatu penyakit. Kegiatan yang dilakukan
meliputi promosi kesehatan, pendidikan kesehatan dan perlindungan
kesehatan.Pencegahan primer penyakit BSK seperti minum air putih yang banyak.
Konsumsi air putih minimal 2 liter per hari akan meningkatkan produksi urin.
Konsumsi air putih juga akan mencegah pembentukan kristal urin yang dapat
37

menyebabkan terjadinya batu. Selain itu, dilakukan pengaturan pola makan yang
dapat meningkatkan risiko pembentukan BSK seperti, membatasi konsumsi
daging, garam dan makanan tinggi oksalat (sayuran berwarna hijau, kacang,
coklat), dan sebagainya. Aktivitas fisik seperti olahraga juga sangat dianjurkan,
terutama bagi yang pekerjaannya lebih banyak duduk. (USU, 2011).

2.8.2 Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder bertujuan untuk mengurangi keparahan penyakit dengan


melakukan diagnosis dan pengobatan dini. Untuk jenis penyakit yang sulit
diketahui kapan penyakit timbul, diperlukan pemeriksaan teratur yang dikenal
dengan pemeriksaan “Check-up”. Pemeriksaan urin dan darah dilakukan secara
berkala, bagi yang pernah menderita BSK sebaiknya dilakukan setiap tiga bulan
atau minimal setahun sekali. Tindakan ini juga untuk mendeteksi secara dini
apabila terjadi pembentukan BSK yang baru. Untuk pengobatan, pemberian obat-
obatan oral dapat diberikan tergantung dari jenis gangguan metabolik dan jenis
batu. Pengobatan lain yang dilakukan yaitu melakukan kemoterapi dan tindakan
bedah (operasi). (USU, 2011).

2.8.3 Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier mencakup pembatasan terhadap segala ketidakmampuan dengan


menyediakan rehabilitasi saat penyakit, cedera atau ketidakmampuan sudah terjadi
dan menimbulkan kerusakan. Kegiatan yang dilakukan meliputi rehabilitasi (seperti
konseling kesehatan) agar orang tersebut lebih berdaya guna, produktif dan
memberikan kualitas hidup yang sebaik mungkin sesuai dengan kemampuannya.
(USU, 2011).

3.1. Hidronefrosis
3.1.1. Definisi
Hidronefrosis adalah dilatasi pada piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau
kedua ginjal. (Atamiang, 2014).
38

Gambar 3. Traktus Urinarius

3.2.2. Etiologi
Hidronefrosis disebabkan oleh adanya obstruksi. (Atamiang, 2014).

3.2.3. Patofisiologi

Obstruksi pada aliran normal urine menyebabkan urine mengalir balik,


sehingga tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra, tekanan
balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu
ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal saja yang rusak.
Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang
terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Onstruksi
dapat diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut
akibat abses atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran tersebut. Gangguan
dapat sebagai akibat dari bentuk abnormal di pangkal ureter atau posisi ginjal
yang salah, yang menyebabkan ureter berpilin atau kaku. Pada pria lansia
penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat
pembesaran prostat. Hidronefrosis juga dapat terjadi pada kehamilan akibat
pembesaran uterus. (Atamiang, 2014).
Apapun penyebab adanya akumulasi urin di piala ginjalakan menyebabkan
distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi. Ketika salah satu
ginjal mengalami kerusakan maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap
(hipertrofi kompensatori) dan akhirnya fungsi renal terganggu. (Atamiang, 2014).
39

Gambar 4. Ginjal dan Ureter

3.2.4. Gejala Klinis


1. Rasa sakit dipanggul dan punggung
2. Disuria
3. Menggigil
4. Demam
5. Nyeri tekan
6. Piuria
7. Hematuria

Gambar 5. Nyeri Punggung Belakang. (Atamiang, 2014).

3.2.5. Gambaran radiologi

Gambaran radiologi dari hidronefrosis terbagi berdasarkan gradenya. Ada 4


grade hidronefrosis, antara lain :
40

1. Hidronefrosis derajat I . Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks kaliks


berbentuk bluntik atau tumpul
2. Hidronefrosis derajat II. Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor. Kaliks
berbentuk flattening atau mentar.
3. Hidronefrosis derajat III. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kliks
minor. Tanpa adanya penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing atau
menonjol.
4. Hidronefrosis derajat IV. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks
minor. Serta adanya penipisan korteks. Kaliks berbentuk ballooning atau
menggembung.
(Atamiang, 2014).
4.1 Kelainan Traktus Urinarius Dalam Radiologi Diagnostic

4.1.1. Ureterolithiasis

4.1.1.1 Definisi

Ureterolithiasis adalah adanya batu pada ureter. (Ghazali Rusdy, 2008)

4.1.1.2. Patofisiologi

Batu pada uretra umumnya berasal dari batu ginjal yang turun.
Pembentukan batu biasanya dimulai di kaliks dan pelvis, kemudian dapat
menyebar ke ureter dan vesika urinaria. Dapat juga dibentuk di saluran
kemih bagian bawah. Sehingga dengan demikian komposisinya sama
dengan batu ginjal. (Ghazali Rusdy, 2008).

Apabilaada batu ginjal di pyelum dengan ukuran < 0,5 cm, batu
tersebut dapat turun sampai ureter, mengakibatkan penyumbatan. Namun
demikian batu dengan ukuran 0,8 cm juga bisa turun sampai ke ureter. Batu
jarang terbentuk di ureter sendiri. (Ghazali Rusdy, 2008).

Batu ureter yang turun itu akan berhenti di tempat – tempat tertentu
yang secara anatomis lebih sempit, yaitu :
1. Pada uretropelvic junction
2. Setinggi vasa iliaca
3. Setinggi vas deference (pada pria) / (pada wanita)
4. Pada saat ureter menembus dinding vesica urinaria
5. Ureter intramural

Pada batu intramural, batu terdapat pada ureter di dalam dinding vesica
urinaria. Yang khas adalah gejalanya yang sama dengan vesicolithiasis.
Pasien sering kencing dan nyeri pada akhir kencing yang berlokasi pada
41

suprapubis atau pangkal penis dan nyeri diradiasikan sampai ujung penis.
(Ghazali Rusdy, 2008)

Batu ureter yang paling sering terjadi menurut lokasinyaadalah tipe 1, 2


dan 4. Sebagian besar batu tersusun atas campuran lima kristaloid,
ammonium-magnesium-fosfat, asam urat dan sistin. Selain kristaloid, batu
dapat juga mengandung matriks organic mukoprotein yang mungkin sangat
penting sebagai nidus pembentukan batu atau merupakan lingkungan yang
cocok bagi kristalisasi substansi pembentuk batu. (Ghazali Rusdy, 2008)

Sebab – sebab pembentukan batu dalam saluran kemih hingga kini masih
belum jelas, namun ada tiga factor yang dianggap paling berpengaruh
dalam pembentukan batu, yaitu :

1. Konsentrasi kristaloid yang tinggin dalam darah


2. Lesi pada dinding sintim urinaria atau perubahan fisikokimiawi dalam
air kemih sehingga terbentuk lingkungan yang cocok untuk
kristalisasi
3. Stasis air kemih
(Ghazali Rusdy, 2008)
4.1.1.3. Gambaran Radiologi

Batu bisa terdapat pada :

1. Proksimal : dari uretropelvic junction sampai proyeksi krista iliaka


2. Median : letaknya diproyeksi tulang pelvis
3. Distal : terdapat pada cavum pelvic mayor

Pada foto polos abdomen dapat ditemukan gambaran radioopak atau


radioluscen, biasanya didaerah yang menyempit. (Ghazali Rusdy, 2008)

Pada BNO tampak gambaran bercak semiopak atau lusen berbentuk


bulat kecil – kecil hingga besar di sepanjang ureter. Apabila terjadi
sumbatan, proksimal batu akan mengalami dilatasi, dinding menipis
sedangkan distal batu kolaps. (Ghazali Rusdy, 2008)

4.1.2. Vesicolithiasis

4.1.2.1 Definisi

Terdapatnya batu di vesika urinaria. (Ghazali Rusdy, 2008)

4.1.2.2 Patofisiologi

Batu pada vesika urinariadapat berasal dari ginjal maupun dari vesika
urinaria sendiri.Batu pada traktus urinarius bisa berupa batu kalsium
maupun non kalsium.Batu non kalsium bisa berupa strufit, asam urat,
cystine, xantin, dll. Batu struvit adalah batu infeksi yang disebabkan oleh
bakteri – bakteri pengurai urine menjadi ammonia seperti Proteus,
Pseudomonas, Staphyolocci, Providensia, Klebsielladan Mycoplasma.
42

(Ghazali Rusdy, 2008) .(Ghazali Rusdy, 2008)Konsentrasi ammonium yang


tinggi akibat pemecahan oleh organism – organism tersebut menyebabkan
pH urine menjadi alkali. Jika pH urine > 7 maka Kristal MAP menjadi tidak
soluble, terbentuklah batu struvit. (Ghazali Rusdy, 2008).
Batu yang berasal dari vesica urinaria sendiri disebut batu primer,
sedang bila berasal dari ginjal disebut batu sekunder. Batu yang terjadi di
bagian bawah traktus urinarius disebabkan oleh diit protein nabati yang
berlebih sehingga penyakit ini banyak muncul di negara – negara agraris.
Sedangkan batu di bagian atas berhubungan dengan diet protein hewani.
(Ghazali Rusdy, 2008)

Faktor penyeban vesicolithiasis :


1. Obstruksi kelenjar prostat
2. Striktura uretra
3. Neurogenic bladder
4. Benda asing, ex : kateter
5. Diverticula
6. Schistosomatis

Apabila menginfeksi vesica urinaria jadilah sistitis. Batu besar dapat


menyumbat muara ureter sehingga terjadi kelainan saluran kencing bagian
aatas, terjadilah gagal ginjal. (Ghazali Rusdy, 2008).

4.1.2.3. Gambaran Radiologis

Menggunakan IVP tampak pengisian gambaran radioopak dikelilingi


bayangan luscen. (Ghazali Rusdy, 2008)

4.1.3. Hidronefrosis

4.1.3.1. Definisi

Dilatasi pelvis renalis dan kaliks sertaatrofi progresif dan pembesaran


kistik ginjal dapat juga disertai pelebaran ureter (hidroureter). (Ghazali
Rusdy, 2008)

4.1.3.2. Patofisiologi

Sebab – sebab hidronefrosis :

1. Obstruksi oleh massa pada :


a. Intraluminal, misalnya adanya katup congenital pada uretra
posterior, batu, tumor pelvis renalis, dsb.
b. Dinding lumen , misalnya hipertrofi otot dinding setempat,
striktura ureter atau uretra
c. Ekstraluminal, misalnya oleh tumor sekitar saluran kemih,
hyperplasia prostat atau ca prostat.
2. Kelainan neuromuscular
3. Kehamilan
43

4. Sebab- sebab yang tidak diketahui, ex : idiopatik congenital


(Ghazali Rusdy, 2008)

Gejala klinis bergantung pada luasnya dan lamanya penyakit. Bila


kelianannya unilateral sering tidak menimbulkan gejala. Hidronefrosis
dapat terjadi unilateral, tergantung tempat terjadinya obstruksi. (Ghazali
Rusdy, 2008).

Makroskopik ginjal tampak membesar, disertai pelebaran pada pelvis


dan kaliks.Papil – papil mendatar dan akhirnya membentuk cangkir serta
membentuk bangunan kistik kecil – kecil, multiklokuler, danberhubungan
dengan kaliks dan pelvis melalui lubang – lubang yang lebar. Korteks
lambat laun menipis dan atrofi sehingga berupa pita tipis. (Ghazali Rusdy,
2008)

4.1.3.3. Gambaran Radiologi

Urogram hidronefrosis dini memberikan perubahan kaliks- kaliks yang


mendatar (flattening). Perubahan ini reversible. Hidronefrosis lanjut
memberikan gambaran kaliks –kaliks berupa tongkat (clubbing) pada
perkembangan lebih lanjut lagi terjadi destruksi parenkim dan pembesaran
sistim saluran kemih. (Ghazali Rusdy, 2008).

5.1. Pemeriksaan Radiologi Traktus Urinarius

5.1.1. Intravenous Pyelografi


5.1.1.1 Definisi
IVP merupakan suatu tipe X – ray yang memvisualisasi ginjal dan
ureter setelah injeksi intravena bahan kontras. Setelah injeksi, kontras
bergerak melalui ginjal, ureter dan vesica urinaria. Foto diambil dalam
beberapa interval waktu untuk melihat pergerakan ini. IVP dapat
memperlihatkan ukuran, bentuk, structure ginjal, ureter dan VU. Dapat
mengevaluasi fungsi ginjal, deteksi penyakit ginjal, batu ureter dan VU.
Pembesaran prostat, trauma dan tumor. (Ghazali Rusdy, 2008).

5.1.1.2. Indikasi

Indikasi IVP :

1. Flank pain
2. Hematuria
3. Frequency
4. Dysuria
5. Suspected renal calculus
6. Renal tumor
(Ghazali Rusdy, 2008)
44

5.1.1.3. Kontras yang digunakan

1. conray (meglumine iothalamat)


2. Urografin

5.1.1.4.Persiapan

1. koreksi ureum kreatinin


2. malam sebelu m dilakukan pemeriksaan pasien diberi laksansia untuk
memberihkan colon
3. Pasien dipuasakan, mengurangi bicara dan merokok
4. Pasien rawat inap dapat dilakukan leavement
6. skin test subkutan.

5.1.1.4. Pelaksanaan

1. Pasien diminta mengosongkan kandung kemih


2. Dilakukan foto BNO
3. Injeksi kontras IV
4. Diambil foto pada menit ke 5,15,30 dan 45.

(Ghazali Rusdy, 2008)

5.1.2. Uretrografi

5.1.2.1 Definisi

Pemeriksaan uretra dengan kontras, menggunakan sinar X untuk


melihat struktur dan kelainan pada uretra. Biasa dilakukan pada laki – laki
dan jarang pada wanita. Pada wanita biasanya dilakukan untuk melihat
divertikel atau fistula yang sukar ditemukan pada pemeriksaan langsung.
(Ghazali Rusdy, 2008).

5.1.2.2. Indikasi

1. Kongenital : divertikel, striktura, duplikasi, uretra tambahan


2. Striktura : akibat radang, trauma
3. Fistula : Uretritis gonorea, iatrogenic,keganasan/peradangan pada
rectum
4. Batu : dari VU, ureter
5. Tumor
(Ghazali Rusdy, 2008)

5.1.2.3. Kontraindikasi

1. Alergi kontras
2. Infeksiuretra akut
3. Hamil
4. Post operasi uretra
45

5. Inflamasi berat pada uretra, vesica urinaria, prostat


(Ghazali Rusdy, 2008)

5.1.2.4. Persiapan

1. Informed consent
2. Tidak perlu perubahan diet dan aktivitas
3. Mengganti pakaian dengan pakaian khusus
(Ghazali Rusdy, 2008)

5.1.2.5. Cara Pemeriksaan

1. Uretra yang akan diperiksa dibersihkan dengan antiseptic. Kateter


fleksibel dimasukkan pada ujung OUE sedalam1 – 2 cm
2. Kontras 150 – 200 ml dimasukkan melalui kateter sampai VU
3. Foto diambil saat pengisian kontras dengan posisi AP, oblik kanan dan
kiri
(Ghazali Rusdy, 2008)

5.1.2.6. Interpretasi

Srtikture uretra.

1. Radang : meskipun segmen yang radang pendek, seluruh uretra


mengecil.
2. Trauma : segmen yang mengalami trauma tampak lebih pendek dan
terlokalisasi, bagian lain tampak normal.
3. Frakture pelvis : yang terlibat adalah uretra pars membranosa
4. Trauma iatrogenic : yang terkena bagian uretra yang normalnya
menyempit.

(Ghazali Rusdy, 2008)


5.1.3. Cystografi

5.1.3.1. Tujuan Pemeriksaan

Menampilkan struktur kandung kemih, struktur intravesika dan organ


sekitarnya. (Ghazali Rusdy, 2008).

5.1.3.2. Persiapan

Rektum dikosongkan kecuali dalam keadaan akut. (Ghazali Rusdy, 2008)

5.1.3.3. Indikasi

1. Tumor vesica urinaria


2. Ruptur vesica urinaria.
3. Divertikel
4. Neurogenic blader
5. Hipertrofi Prostat
46

6. Sistitis kronis
7. Tumor – tumor sekitar vesica urinaria
(Ghazali Rusdy, 2008)

5.1.3.4. Konraindikasi

Infeksi akut saluran kemih. (Ghazali Rusdy, 2008).

5.1.3.5. Teknik

1. Ketrerisasi (dengan balon (fooley)) / tanpa balon, ukuran tergantung


keadaan 16 F / 18 F, transuretra dan cara pungsi suprapubik
2. Kandung kemih dikosongkan
3. Menggunakan kontras dengan kepekatan 15% - 20% dalam larutan
NaCl fisiologis sebanyak 150 – 250 cc.
4. Foto dibuat posisi AP oblik
(Ghazali Rusdy, 2008)

5.1.4. Pemeriksaan USG Abdomen

5.1.4.1. Definisi

Merupakan pemeriksaan organ – organ abdomen, misalnya hati, kandung


empedu, pancreas, ginjal dan lain – lain. (Ghazali Rusdy, 2008).

5.1.4.2. Tujuan

Pemeriksaan ini untuk memperlihatkan struktur morfologi organ –


organ abdomen seperti hati, kandung empedu, pancreas, lien, kedua ginjal,
buli – buli, prostat, adneksa, struktur vascular serta kelenjar disekitarnya
(mesenterium, para aortal, para iliaka), keadaan usus, adanya asites, portal
hipertensi, dll. (Ghazali Rusdy, 2008).
Kelainan yang diperlihatkan mulai dari rupture, kontusio jaringan,
perdarahan, adanya batu atau tumor, dsb. (Ghazali Rusdy, 2008).

5.1.4.3. Teknik
a. Pada keadaan akut seperti traumatidak perlu dilakukan puasa.
Pemeriksaan ditujukan terutama untuk melihat keadaan organ serta
kemungkinan cairan bebas intraabdominal.
b. Pada keadaan efektif, diperlukan puasa sekitar 5 – 6 jam sebelumnya
c. Untuk menilai beberapa organ agar optimal, pasien harus minum
terlebih dahulu sebanyak kira – kira 500 cc.
(Ghazali Rusdy, 2008)

5.1.4.4. Penilaian

Pemeriksaan yang dilakukan terhadap struktur masing – masing organ


abdomen, struktur vascular dan sistim bilier, digunakan untuk menilai
adakah batu, SOL, atau kista. Mengukur besarnya SOL, mengecek ada
atau tidaknya hematom, pembesaran kelenjar atau bendungan pada sistim
47

traktus urinarius. Pemeriksaan ini dilakukandengan mengacu pada kondisi


klinis pasien sebelum dilakukannyaUSG. (Ghazali Rusdy, 2008)

5.1.5. Pemeriksaan CT Scan Abdomen

Untuk mendukung kecurigaan adanyakelainan pada daerah traktusurinarius, maka


CT Scan yang dianjurkan adalah CT Scan Abdomen. (Ghazali Rusdy, 2008).

Teknik CT Scan Amdomen :

1. Potongan axial dibuat dari diagfrahma sampaiginjal


2. Pada saat pra kontras, tebal potongan 10 mm indeks 10 – 15 mm
3. Bolus kontras diberikan pada daerah yang terjadi pemeriksaan
4. Apabila organ /kelainan yang diperiksa sedang seperti ginjal, lambung dan
usus dipakai tebal potongan 5 -8 mm indeks 8 – 12 mm
5. Pada kasus tertentu, seperti tumor yang hipervaskular / hemangioma, khusus
untuk hepar dan ginjal perlu dibuat delayed scan apabila dicurigai ada
kelainan pada bolus kontras.
6. Untuk ginjal sebaiknya dipakai program volume spiral scan untuk
mendapatkan dial phase kemudian dibuat lagi delayed scan untuk mengetahui
fase ekskresi dimana sistim pelviokalisesnya terisi penuh.
(Ghazali Rusdy, 2008)

Anda mungkin juga menyukai