Pembimbing :
Disusun Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2014
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS RADIOLOGI
Diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan klinis bagian ilmu radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Nama :
Dini Pangestika :01.207.5470
Ritaningsih : 01.207.5555
Abdillah Akbar : 01.209.5816
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Hidronefrosis merupakan keadaan di mana terjadi dilatasi pada pelvis atau kaliks
ginjal yang dapat terjadi dengan maupun tanpa obstruksi. Obstruksi dapat menyebabkan
terjadinya perubahan struktur pada ginjal. (Singh, 2012).
Obstruksi ureter merupakan suatu kondisi yang dapat terjadi pada setiap usia dengan
level dan efek yang bervariasi. Penyebabnya dapat berupa kelainan congenital, didapat
maupun jinak atau ganas. Berat tidaknya efek yang ditimbulkan dipengaruhi oleh berbagai
aspek antara lain derajat obstruksi, kronisitas, kondisi ginjal awal, potensi perbaikan ginjal,
dan factor lain seperti adanya infeksi, dengan efek buruk dapat berupa gagal ginjal permanen.
(Singh, 2012).
Prevalensi obstruksi antara laki-laki dan perempuan adalah sama, kemudian
terjadi lebih sering pada perempuan usia 20-60 tahun karena kehamilan dan keganasan
ginekologis, dan lebih sering pada laki-laki usia di atas 60 tahun karena keganasan prostat.
(Singh, 2012).
BSK pada ginjal (nefrolithiasis) merupakan faktor pencetus awal terjadinya
hidronefrosis. Dimana nefrolithiasis dapat menimbulkan obstruksi aliran kemih proksimal
terhadap kandung kemih yang dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam
pelviks ginjal dan ureter sehingga mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal (Hall,
2009).
BSK (Batu Saluran Kemih) dapat menyerang penduduk di seluruh dunia dan tidak
terkecuali penduduk di Indonesia. Di Indonesia penyakit batu saluran kemih masih
menempati porsi terbesar dari jumlah pasien di klinik urologi. Berdasarkan data dalam negeri
yang pernah dipublikasi, didapatkan peningkatan jumlah penderita nefrolithiasis yang
mendapat tindakan di salah satu rumah sakit negri di Indonesia dari tahun ke tahun, mulai
182 pasien pada tahun 1997 menjadi 847 pasien pada tahun 2002. Hardjoeno dkk. (1977–
1979) di Makassar menemukan 297 penderita BSK (Batu Saluran Kemih). Rahardjo dkk.
(1979–1980) di Jakarta menemukan 245 penderita BSK. Puji Rahardjo dari RSUP Dr. Cipto
Mangunkusumo menyatakan penyakit BSK yang diderita penduduk Indonesia sekitar 0,5%
dengan perkiraan kenaikan penderita sekitar 530 orang penderita BSK (Batu Saluran Kemih)
pertahun (Effendi & Markum, 2010).
1
2
BSK (Batu Saluran Kemih) dan komplikasinya merupakan salah satu dari tiga
penyakit terbanyak di bidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan pembesaran
prostat benigna. BSK (Batu Saluran Kemih) sering dipermasalahkan baik dari segi kejadian
(insidens), etiologi, patogenesis maupun dari segi pengobatan (Hall, 2009). Berdasarkan hal
tesebut, maka kami tertarik untuk membahas tentang laporan kasus mengenai seorang pasien
hidronefrosis dan hidtroureter e.c nefrolothiasis / BAK (Batu Saluran Kemih).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Sistem saluran kemih adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-
zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh
larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem saluran kemih terdiri dari
ginjal, ureter, kandung kemih (vesika urinaria) dan uretra. Sistem saluran kemih pada
manusia dapat dilihat pada gambar berikut :
2.1.1 Ginjal
Ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar disebut pelvis renal.
Pelvis renal bercabang dua atau tiga, disebut kaliks mayor yang masing-masing bercabang
membentuk beberapa kaliks minor, yang langsung menutupi papilla renal dari piramid.
Kaliks minor ini menampung urin yang terus-menerus keluar dari papila. Dari kaliks
28
29
minor, urin masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renal kemudian ke ureter, sampai akhirnya
ditampung di dalam kandung kemih. (USU, 2011).
Setiap ginjal terdapat satu juta atau lebih nefron, masing-masing nefron terdiri atas
komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluhpembuluh
darah, yaitu glomerulus dan kapiler peritubuler, yang mengitari tubuli. Komponen tubuler
berawal dengan kapsula Bowman (glomerular) dan mencakup tubuli kontortus proksimal,
ansa Henle dan tubuli kontortus distal. Dari tubuli distal, isinya disalurkan ke dalam
duktus koligens (saluran penampung atau pengumpul). (USU, 2011).
Kedua ginjal menghasilkan sekitar 125 ml filtrat per menit; dari jumlah ini, 124 ml
diabsorpsi dan hanya 1 ml dikeluarkan ke dalam kaliks-kaliks sebagai urin. Ginjal
berfungsi untuk mengatur keseimbangan air dan elektrolit berupa ekskresi kelebihan air
dan elektrolit, mempertahankan keseimbangan asam basa, mengekskresi hormon,
berperan dalam pembentukan vitamin D, mengekskresi beberapa obatobatan dan
mengekskresi renin yang turut dalam pengaturan tekanan darah.Berikut ini adalah gambar
anatomi ginjal :
2.1.2. Ureter
Ureter terdiri dari dua saluran pipa yang masing-masing menyambung dari ginjal ke
kandung kemih (vesika urinaria). Panjangnya kira-kira 25-30 cm, dengan penampang ±
0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam
rongga pelvis. (USU, 2011).
Ureter mempunyai membran mukosa yang dilapisi dengan epitel kuboid dan dinding
otot yang tebal. Urin disemprotkan ke bawah ureter oleh gelombang peristaltik, yang
terjadi sekitar 1-4 kali per menit dan urin memasuki kandung kemih dalam bentuk
pancaran. (USU, 2011).
30
Kandung kemih adalah kantong yang terbentuk dari otot tempat urin mengalir dari
ureter. Ketika kandung kemih kosong atau terisi setengahnya kandung kemih tersebut
terletak di dalam pelvis, ketika kandung kemih terisi lebih dari setengahnya maka
kandung kemih tersebut menekan dan timbul ke atas dalam abdomen diataspubis.Dinding
kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar (peritonium), Tunika muskularis (lapisan
otot), Tunika sabmukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian (dalam). (USU, 2011).
2.1.4. Uretra
Bagian akhir saluran keluar yang menghubungkan kandung kemih dengan luar tubuh
ialah uretra. Uretra pria sangat berbeda dari uretra wanita. Pada laki-laki, sperma berjalan
melalui uretra waktu ejakulasi. Uretra pada laki-laki merupakan tuba dengan panjang
kira-kira 20 cm dan memanjang dari kandung kemih ke ujung penis. Uretra pada laki-laki
mempunyai tiga bagian yaitu : uretra prostatika, uretra membranosa dan uretra
spongiosa. (USU, 2011).
Uretra wanita jauh lebih pendek daripada pria, karena hanya 4 cm panjangnya dan
memanjang dari kandung kemih ke arah ostium diantara labia minora kira-kira 2,5 cm di
sebelah belakang klitoris. Uretra ini menjalar tepat di sebelah depan vagina. Lapisan
uretra wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongiosa dan lapisan
mukosa (lapisan sebelah dalam). (USU, 2011).
Batu saluran kemih adalah penyakit dimana didapatkan batu di dalam saluran kemih.
Batu tersebut dibentuk dalam pelvik ginjal, menetap dan menjadi lebih besar, atau
bergerak turun sepanjang ureter ke dalam kandung kemih atau dapat terbentuk di dalam
kandung kemih itu sendiri. Selain itu, batu dapat juga dibentuk dalam uretra. (USU,
2011).
2.3. Penyebab
Penyebab BSK masih belum diketahui dengan pasti. Pembentukan BSK merupakan
hasil interaksi beberapa proses yang kompleks, merupakan komplikasi atau salah satu
manifestasi dari berbagai penyakit atau kelainan yang mendasarinya.Beberapa teori
terbentuknya BSK, yaitu :
1. Teori Supersaturasi/Kristalisasi
Urin mempunyai kemampuan melarutkan lebih banyak zat yang terlarut bila
dibandingkan dengan air biasa. Dengan adanya molekul-molekul zat organic seperti
urea, asam urat, sitrat dan mukoprotein, juga akan mempengaruhi kelarutan zat-zat
lain. Bila konsentrasi zat-zat yang relatif tidak larut dalam urin (kalsium, oksalat,
fosfat dan sebagainya) makin meningkat, maka akan terbentuk kristalisasi zat-zat
tersebut. Batasan pH urin normal antara 4,5-8. Bila air kemih menjadi asam (pH
turun) dalam jangka lama maka beberapa zat seperti asam urat akan mengkristal.
31
Sebaliknya bila air kemih menjadi basa (pH naik) maka beberapa zat seperti kalsium
fosfat akan mengkristal. Dengan demikian, pembentukan batu pada saluran kemih
terjadi bila keadaan urin kurang dari atau melebihi batas pH normal sesuai dengan
jenis zat pembentuk batu dalam saluran kemih. (USU, 2011).
Nidus atau nukleus yang terbentuk, akan menjadi inti presipitasi yang kemudian
terjadi. Zat/keadaan yang dapat bersifat sebagai nidus adalah ulserasi mukosa,
gumpalan darah, tumpukan sel epitel, bahkan juga bakteri, jaringan nekrotik iskemi
yang berasal dari neoplasma atau infeksi dan benda asing. (Ghazali Rusdy, 2008).
Supersaturasi kalsium, oksalat dan asam urat dalam urin dipengaruhi oleh adanya
inhibitor kristalisasi. Hal inilah yang dapat menjelaskan mengapa pada sebagian
individu terjadi pembentukan batu saluran kemih, sedangkan pada individu lain tidak,
meskipun sama-sama terjadi supersaturasi. Terbentuk atau tidaknya batu di dalam
saluran kemih ditentukan juga oleh adanya keseimbangan antara zat-zat pembentuk
batu dan penghambat (inhibitor). Ternyata pada penderita batu saluran kemih, tidak
didapatkan zat yang bersifat sebagai inhibitor dalam pembentukan batu. Magnesium,
sitrat dan pirofosfat telah diketahui dapat menghambat pembentukan nukleasi (inti
batu) spontan kristal kalsium. Zat lain yang mempunyai peranan inhibitor, antara lain:
asam ribonukleat, asam amino terutama alanin, sulfat, fluorida, dan seng. (USU,
2011).
4. Teori Epitaksi
Epitaksi adalah peristiwa pengendapan suatu kristal di atas permukaan Kristal lain.
Bila pada penderita ini, oleh suatu sebab terjadi peningkatan masukan kalsium dan
oksalat, maka akan terbentuk kristal kalsium oksalat. Kristal ini kemudian akan
menempel di permukaan kristal asam urat yang telah terbentuk sebelumnya, sehingga
tidak jarang ditemukan batu saluran kemih yang intinya terjadi atas asam urat yang
dilapisi oleh kalsium oksalat di bagian luarnya. kemudian akan menempel di
permukaan kristal asam urat yang telah terbentuk sebelumnya, sehingga tidak jarang
ditemukan batu saluran kemih yang intinya terjadi atas asam urat yang dilapisi oleh
kalsium oksalat di bagian luarnya. (USU, 2011)
5. Teori Kombinasi
Teori terakhir mengenai pembentukan BSK adalah gabungan dari berbagai teori
tersebut yang disebut dengan teori kombinasi. Terbentuknya BSK dalam teori
kombinasi adalah sebagai berikut : Pertama, fungsi ginjal harus cukup baik untuk
mengekskresi zat yang dapat membentuk kristal secara berlebihan. Kedua, ginjal
harus dapat menghasilkan urin dengan pH yang sesuai untuk kristalisasi. Dari kedua
hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ginjal harus mampu melakukan ekskresi
suatu zat secara berlebihan dengan pH urin yang sesuai sehingga terjadi presipitasi
zat-zat tersebut. Ketiga, urin harus tidak mengandung sebagian atau seluruh inhibitor
kristalisasi. Keempat, kristal yang telah terbentuk harus berada cukup lama dalam
urin, untuk dapat saling beragregasi membentuk nukleus, yang selanjutnya akan
32
mengganggu aliran urin. Statis urin yang terjadi kemudian, memegang peranan
penting dalam pembentukan batu saluran kemih, sehingga nukleus yang telah
terbentuk dapat tumbuh. (USU, 2011).
1. Batu Kalsium
Batu jenis ini adalah jenis batu yang paling banyak ditemukan, yaitu 70-80% dari
jumlah pasien BSK. Ditemukan lebih banyak pada laki-laki, rasio pasien laki- 2.1
Definisi laki dibanding wanita adalah 3:1, dan paling sering ditemui pada usia 20-50
tahun. Kandungan batu ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran
dari keduanya.3 Kelebihan kalsium dalam darah secara normal akan dikeluarkan oleh
ginjal melalui urin. Penyebab tingginya kalsium dalam urin antara lain peningkatan
penyerapan kalsium oleh usus, gangguan kemampuan penyerapan kalsium oleh ginjal
dan peningkatan penyerapan kalsium tulang.. (USU, 2011).
2. Batu Infeksi/Struvit
Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh
adanya infeksi saluran kemih.3 Adanya infeksi saluran kemih dapat menimbulkan
gangguan keseimbangan bahan kimia dalam urin. Bakteri dalam saluran kemih
mengeluarkan bahan yang dapat menetralisir asam dalam urin sehingga bakteri
berkembang biak lebih cepat dan mengubah urin menjadi bersuasana basa. Suasana
basa memudahkan garam-garam magnesium, ammonium, fosfat dan karbonat
membentuk batu magnesium ammonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit. Terdapat
pada sekitar 10-15% dari jumlah pasien BSK. Lebih banyak pada wanita, dengan
rasio laki-laki dibanding wanita yaitu 1:5. Batu struvit biasanya menjadi batu yang
besar dengan bentuk seperti tanduk (staghorn). (USU, 2011).
Ditemukan 5-10% pada penderita BSK. Rasio laki-laki dibanding wanita adalah
3:1.Sebagian dari pasien jenis batu ini menderita Gout, yaitu suatu kumpulan
penyakit yang berhubungan dengan meningginya atau menumpuknya asam urat.
Pada penyakit jenis batu ini gejala sudah dapat timbul dini karena endapan/kristal
asam urat (sludge) dapat menyebabkan keluhan berupa nyeri hebat (colic), karena
endapan tersebut menyumbat saluran kencing. Batu asam urat bentuknya halus dan
bulat sehingga sering kali keluar spontan. Batu asam urat tidak tampak pada foto
polos. (USU, 2011)
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Pekerjaan
Pekerja-pekerja keras yang banyak bergerak, misalnya buruh dan petani akan
mengurangi terjadinya BSK bila dibandingkan dengan pekerja-pekerja yang
lebih banyak duduk. (USU, 2011)
d. Air minum
e. Makanan
f. Riwayat Keluarga/Keturunan
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan
menjadi inti pembentukan BSK. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum dan
membentuk ammonium akan mengubah pH urin menjadi alkali dan akan
mengendapkan garam-garam fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan
batu yang telah ada.Iklim dan temperatur/suhu Individu yang menetap di daerah
beriklim panas dengan paparan sinar ultraviolet tinggi akan cenderung
mengalami dehidrasi serta peningkatan produksi vitamin D (memicu
34
h. Geografi
Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian BSK yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu).
(USU, 2011).
2.6 Gejala Klinis/Keluhan BSK
Batu dalam saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter), biasanya akan menyebabkan
keluhan sakit. Keluhan yang timbul tergantung dari lokasi batu, dan besar batu. (USU,
2011).
Gejala klinis/keluhan yang ditimbulkan antara lain demam, nausea (mual), vomiting
(muntah) dan sakit atau nyeri disekitar pinggang, nyeri sewaktu buang air kecil (BAK)
bahkan susah BAK, BAK berdarah (hematuria), BAK berpasir (kristaluria) dan
pembengkakkan daerah punggung bawah. (USU, 2011)
1. Rasa Nyeri
Biasanya penderita mengeluhkan rasa nyeri yang berulang (kolik) tergantung dari
letak batu. Batu yang berada di ginjal akan menimbulkan dua macam nyeri, yaitu
nyeri kolik ginjal dan nyeri ginjal bukan kolik. Kolik ginjal biasanya disebabkan oleh
peregangan urinary collecting system (system pelviokalises), sedangkan nyeri ginjal
bukan kolik disebabkan distensi dari kapsul ginjal. Batu ureter akan memberi gejala
kolik ureter, nyeri hebat di daerah punggung atau fosa iliaka yang letaknya lebih
rendah daripada kolik ginjal, dapat menyebar ke atas ke daerah ginjal atau ke bawah
sampai ke testis atau labia mayor. (USU, 2011)
2. Demam
Hematuria adalah adanya darah yang keluar bersama urin. Namun lebih kurang 10-
15% penderita BSK tidak menderita hematuria. Kristaluria adalah urin yang disertai
dengan pasir atau batu. (USU, 2011)
35
Obstruksi saluran kemih bagian atas sering menimbulkan mual dan muntah. (USU,
2011).
Penyumbatan saluran kemih bagian atas yang akut ditandai dengan rasa sakit
punggung bagian bawah. Pada sumbatan yang berlangsung lama, kadang-kadang
dapat diraba adanya pembengkakkan ginjal yang membesar (Hidronefrosis). (USU,
2011)
6. Infeksi
2.7.1 Fisik
Hasil pemeriksaan fisik antara lain :
2.7.2 Laboratorium
2.7.3 Radiologis
Ada beberapa jenis pemeriksaan radiologis yaitu :
36
Foto polos abdomen dapat menentukan besar, macam dan lokasi batu
radiopaque. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat
radiopaque dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu
asam urat bersifat radiolusen. (USU, 2011).
c. CT Scan
Dilakukan bila pada kasus-kasus di mana IVP tidak jelas, alergi zat kontras dan
IVP tidak mungkin dilakukan. (USU, 2011)
e. Ultrasonografi (USG)
USG dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu
pada keadaan-keadaan : alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun
dan pada wanita yang sedang hamil. USG ginjal merupakan pencitraan yang
lebih peka untuk mendeteksi batu ginjal dan batu radiolusen daripada foto polos
abdomen. Cara terbaik untuk mendeteksi BSK ialah dengan kombinasi USG dan
foto polos abdomen. USG dapat melihat bayangan batu baik di ginjal maupun di
dalam kandung kemih dan adanya tanda-tanda obstruksi urin. (USU, 2011)
f. Radioisotop
Untuk mengetahui fungsi ginjal secara satu persatu, sekaligus adanya sumbatan
pada gagal ginjal. (USU, 2011).
Tujuan pencegahan primer adalah untuk mencegah agar penyakit tidak terjadi,
dengan mengendalikan faktor penyebab suatu penyakit. Kegiatan yang dilakukan
meliputi promosi kesehatan, pendidikan kesehatan dan perlindungan
kesehatan.Pencegahan primer penyakit BSK seperti minum air putih yang banyak.
Konsumsi air putih minimal 2 liter per hari akan meningkatkan produksi urin.
Konsumsi air putih juga akan mencegah pembentukan kristal urin yang dapat
37
menyebabkan terjadinya batu. Selain itu, dilakukan pengaturan pola makan yang
dapat meningkatkan risiko pembentukan BSK seperti, membatasi konsumsi
daging, garam dan makanan tinggi oksalat (sayuran berwarna hijau, kacang,
coklat), dan sebagainya. Aktivitas fisik seperti olahraga juga sangat dianjurkan,
terutama bagi yang pekerjaannya lebih banyak duduk. (USU, 2011).
3.1. Hidronefrosis
3.1.1. Definisi
Hidronefrosis adalah dilatasi pada piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau
kedua ginjal. (Atamiang, 2014).
38
3.2.2. Etiologi
Hidronefrosis disebabkan oleh adanya obstruksi. (Atamiang, 2014).
3.2.3. Patofisiologi
4.1.1. Ureterolithiasis
4.1.1.1 Definisi
4.1.1.2. Patofisiologi
Batu pada uretra umumnya berasal dari batu ginjal yang turun.
Pembentukan batu biasanya dimulai di kaliks dan pelvis, kemudian dapat
menyebar ke ureter dan vesika urinaria. Dapat juga dibentuk di saluran
kemih bagian bawah. Sehingga dengan demikian komposisinya sama
dengan batu ginjal. (Ghazali Rusdy, 2008).
Apabilaada batu ginjal di pyelum dengan ukuran < 0,5 cm, batu
tersebut dapat turun sampai ureter, mengakibatkan penyumbatan. Namun
demikian batu dengan ukuran 0,8 cm juga bisa turun sampai ke ureter. Batu
jarang terbentuk di ureter sendiri. (Ghazali Rusdy, 2008).
Batu ureter yang turun itu akan berhenti di tempat – tempat tertentu
yang secara anatomis lebih sempit, yaitu :
1. Pada uretropelvic junction
2. Setinggi vasa iliaca
3. Setinggi vas deference (pada pria) / (pada wanita)
4. Pada saat ureter menembus dinding vesica urinaria
5. Ureter intramural
Pada batu intramural, batu terdapat pada ureter di dalam dinding vesica
urinaria. Yang khas adalah gejalanya yang sama dengan vesicolithiasis.
Pasien sering kencing dan nyeri pada akhir kencing yang berlokasi pada
41
suprapubis atau pangkal penis dan nyeri diradiasikan sampai ujung penis.
(Ghazali Rusdy, 2008)
Sebab – sebab pembentukan batu dalam saluran kemih hingga kini masih
belum jelas, namun ada tiga factor yang dianggap paling berpengaruh
dalam pembentukan batu, yaitu :
4.1.2. Vesicolithiasis
4.1.2.1 Definisi
4.1.2.2 Patofisiologi
Batu pada vesika urinariadapat berasal dari ginjal maupun dari vesika
urinaria sendiri.Batu pada traktus urinarius bisa berupa batu kalsium
maupun non kalsium.Batu non kalsium bisa berupa strufit, asam urat,
cystine, xantin, dll. Batu struvit adalah batu infeksi yang disebabkan oleh
bakteri – bakteri pengurai urine menjadi ammonia seperti Proteus,
Pseudomonas, Staphyolocci, Providensia, Klebsielladan Mycoplasma.
42
4.1.3. Hidronefrosis
4.1.3.1. Definisi
4.1.3.2. Patofisiologi
5.1.1.2. Indikasi
Indikasi IVP :
1. Flank pain
2. Hematuria
3. Frequency
4. Dysuria
5. Suspected renal calculus
6. Renal tumor
(Ghazali Rusdy, 2008)
44
5.1.1.4.Persiapan
5.1.1.4. Pelaksanaan
5.1.2. Uretrografi
5.1.2.1 Definisi
5.1.2.2. Indikasi
5.1.2.3. Kontraindikasi
1. Alergi kontras
2. Infeksiuretra akut
3. Hamil
4. Post operasi uretra
45
5.1.2.4. Persiapan
1. Informed consent
2. Tidak perlu perubahan diet dan aktivitas
3. Mengganti pakaian dengan pakaian khusus
(Ghazali Rusdy, 2008)
5.1.2.6. Interpretasi
Srtikture uretra.
5.1.3.2. Persiapan
5.1.3.3. Indikasi
6. Sistitis kronis
7. Tumor – tumor sekitar vesica urinaria
(Ghazali Rusdy, 2008)
5.1.3.4. Konraindikasi
5.1.3.5. Teknik
5.1.4.1. Definisi
5.1.4.2. Tujuan
5.1.4.3. Teknik
a. Pada keadaan akut seperti traumatidak perlu dilakukan puasa.
Pemeriksaan ditujukan terutama untuk melihat keadaan organ serta
kemungkinan cairan bebas intraabdominal.
b. Pada keadaan efektif, diperlukan puasa sekitar 5 – 6 jam sebelumnya
c. Untuk menilai beberapa organ agar optimal, pasien harus minum
terlebih dahulu sebanyak kira – kira 500 cc.
(Ghazali Rusdy, 2008)
5.1.4.4. Penilaian