Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

NEFROLITHIASIS

DISUSUN OLEH

Febby Astari

030.13.073

PEMBIMBING

dr. M Hawari Abdi, Sp.Rad

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

RUMAH SAKIT TNI AL Dr. MINTOHARDJO

19 Februari – 23 Maret 2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas Anugerah Keselamatan dan Belas Kasih-
Nya yang telah memampukan penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah
Presentasi Kasus dengan judul “Nefrolithiasis”. Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas dalam Kepaniteraan Klinik di Stase Ilmu Radiologi Rumah Sakit TNI
AL Dr. MINTOHARDJO

Dalam kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini,
terutama kepada dr. M. Hawari Ardi, Sp.Rad selaku pembimbing atas pengarahannya
selama penulis belajar dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi. Dan kepada para
dokter dan staff Ilmu Radiologi Rumah Sakit TNI AL Dr. MINTOHARDJO, serta
rekan-rekan seperjuangan dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi.

Penulis sangat terbuka dalam menerima kritik dan saran karena penyusunan makalah
ini masih jauh dari kata sempurna. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi setiap
orang yang membacanya. Tuhan memberkati kita semua.

Jakarta, 14 Maret 2018

Penulis
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Febby Astari

NIM : 03.013.073

Universitas : Trisakti

Judul : Nefrolithiasis

Bagian : Ilmu Radiologi

Pembimbing : dr. M. Hawari Abdi, Sp.Rad

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kepanitraan Klinik Dan Melengkapi Salah Satu
Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian

Ilmu Radiologi

Di RSAL Dr. Mintohardjo

Jakarta 14 Maret 2018

Pembimbing

dr. M Hawari Abdi, Sp.Rad


Letkol Laut (K) NRP 14088/P
BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak jaman Babilonia


danzaman Mesir kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah
diketemukan batu pada kandung kemih seorang mumi.
Penyakit ini dapat menyerang penduduk diseluruh dunia
dan tidak terkecuali penduduk di Indonesia. Angka
kejadian p e n y a k i t ini tidak sama di berbagai
b e l a h a n b u m i . D i n e g a r a - n e g a r a berkembang, banyak
dijumpai pasien batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih
banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas. Hal ini
karenaadanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari. Di
Amerika Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini,
sedangkan di seluruh dunia, rata- rata terdapat 1-12% penduduk yang
menderita batu saluran kemih. Penyakit ini merupakan salah satu dari tiga
penyakit terbanyak di bidang urologi disampinginfeksi saluran kemih dan
pembesaran prostat benigna.

Di Indonesia penyakit batu saluran kemih masih


m e n e m p a t i p o r s i terbesar dari jumlah pasien di klinik urologi. Insidensi dan
prevalensi yang pastidari penyakit ini di Indonesia belum dapat
ditetapkan secara pasti.

Kekambuhan pembentukan batu merupakan masalah yang


sering muncul pada semua jenis batu dan oleh karena itu
menjadi bagian penting p e r a w a t a n medis pada
pasien dengan batu saluran
k e m i h . D e n g a n perkembangan teknologi modern kedokteran
terdapat banyak pilihan tindakan yang t e r s e d i a untuk pasien,
namun pilihan ini dapat juga terbatas karena adanya
variabilitas dalam ketersediaan sarana di masing-masing rumah sakit
maupun daerah.

Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan


gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih,
dehidrasi dan keadaan keadaan lain yang masih belum
t e r u n g k a p ( i d i o p a t i k ) . S e c a r a epidemiologis terdapat beberapa
faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada
seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang
berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal
dari lingkungan di sekitarnya.

Batu saluran kemihan dapat timbul dari berbagai tingkat dari system
perkemihan (ginjal, ureter, kandung kemih). tetapi yang paling sering ditemukan
adalah di dalam ginjal. Batu ini terdiri atas garam kalsium, asam urat, oksalat,
sistin, xantin, dan struvit. Nefrolitiasis adalah adanya timbunan zat padat yang
membatu pada ginjal,mengandung komponen kristal, dan matriks organic. (2)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

Gambar 2.1 Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan


darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter, kandung kemih, dua
otot sphincter, dan uretra.
1. Ginjal

Gambar 2.2 Ginjal

Kedudukan ginjal di belakang dari


kavum abdominalis di belakang
peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III melekat langsung pada
dinding abdomen.
Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau
abdomen.Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati
dan limpa.Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga
disebut kelenjar suprarenal).
Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang
peritoneum yang melapisi rongga abdomen.Kedua ginjal terletak di sekitar
vertebra T12 hingga L3.Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal
kiri untuk memberi tempat untuk hati.
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan
duabelas.Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan
lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip
kacang.Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran
(terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam
bentuk urin.Cabang dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan penyakitnya
disebut nefrologi.
a. Lapisan ginjal
Setiap ginjal terbungkus selaput tipis (kapsula renalis) berupa jaringan
fibrus berwarna ungu tua. Lapisan ginjal terbagi atas :
 lapisan luar (yaitu lapisan korteks / substantia kortekalis)
 lapisan dalam (yaitu medulla (substantia medullaris)
Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi
disebut medulla.Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla
ginjal manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan
saluran pengumpul.Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar
yang disebut kapsula.

b. Unit Fungsional Ginjal


Gambar 2.3 Nefron Ginjal

Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah
lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron
berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam
tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan
molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya
akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan
mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang
kemudian diekskresikan disebut urin.
Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut
korpuskula (atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran
(tubulus).
Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut
glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman.Setiap glomerulus
mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus
memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring
melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula
Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah.
Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang
telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen.
Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman.Bagian yang
mengalirkan filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus
konvulasi proksimal.Bagian selanjutnya adalah lengkung Henle yang
bermuara pada tubulus konvulasi distal.
Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu Friedrich
Gustav Jakob Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung Henle menjaga
gradien osmotik dalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk
filtrasi. Sel yang melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang
menghasilkan ATP dan memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk
menyerap kembali glukosa, asam amino, dan berbagai ion
mineral.Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat masuk ke dalam tubulus
konvulasi dan tubulus kolektivus melalui osmosis.
Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem
pengumpul yang terdiri dari:
 tubulus penghubung
 tubulus kolektivus kortikal
 tubulus kloektivus medularis
Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut
aparatus juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel
juxtaglomerular.Sel juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan
sekresi renin.Cairan menjadi makin kental di sepanjang tubulus dan
saluran untuk membentuk urin, yang kemudian dibawa ke kandung kemih
melewati ureter.
c. Persyarafan pada ginjal
Ginjal mendapat persarafan dari nervus renalis (vasomotor), saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf
ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.(2)

1.2 Definisi
Gambar 2.4 Nefrolitiasis

Nefrolitiasis adalah suatu keadaan terdapatnya batu dalam saluran kemih baik
dalam ginjal,ureter maupun buli-buli.
Nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis
renal, pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium oksalat dan
kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal, juga membentuk
kalkulus ( batu ginjal ).
Batu ginjal adalah istilah umum batu ginjal disembarang tempat. Batu ini
terdiri atas garam kalsium, asam urat, oksalat, sistin, xantin, dan struvit
(Patofisiologi keperawatan, 2000 ).
Nefrolitiasis merupakan penyakit kencing batu yang terjadi di ginjal yang
menyebabkan tidak bisa buang air kecil secara normal dan terjadi rasa nyeri
karena adanya batu atau zat yang mengkristal di dalam ginjal.(2)

2.3 Etiologi
Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu
seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat
terbentuk ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara
normal mencegah kristalisasi dalam urine. Kondisi lain yang mempengaruhi laju
pembentukan batu mencakup pH urin dan status cairan pasien (batu cenderung
terjadi pada pasien dehidrasi).
Penyebab terbentuknya batu digolongkan dalma 2 faktor :
a. Factor endogen :
 Hyperkalsemia : Meningkatnya kalsium dalam darah
 Hyperkasiuria : Meningkatnya kalsium dalam urin
 Ph urin
 Kelebihan pemasukan cairan dlam tubuh yang bertolak belakang
dengan keseimbangan cairan yang masuk dalam tubuh
b. Factor eksogen :
 Air minum
Kurang minum atau kurang mengkonsumsi air mengakibatkan
terjadinya pengendapan kalsium dalam pelvis renal akibat ketidak
seimbangan cairan yang masuk
 Suhu
Tempar yang bersuhu panas menyebabkan banyaknya pengeluaran
keringat,yang akan mempermudah pengurangan produksi urin dan
mempermudah terbentuknya batu.
 Makanan
Kurangnya mengkonsumsi protein dapat menjadi factor terbentuknya
batu
 Dehidrasi
Kurangnya pemasukan cairan dalam tubuh juga ikut membantu proses
pembentukan urin.(3)
2.4 Patofisiologi
Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus darah,
jaringan yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal bervariasi, kira-
kira tiga perempat dari batu adalah kalsium, fosfat, asam urin dan
cistien.peningkatan konsentrasi larutan akibat dari intake yang rendah dan juga
peningkatan bahan-bahan organic akibat infeksi saluran kemih atau urin ststis
sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu. Ditambah dengan adanya
infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh produksi ammonium yang berakibat
presipitasi kalsium dan magnesium pospat (Jong, 1996 : 323)
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
kemudian dijadikan dalam beberapa teori :
a. Teori supersaturasi
Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk batu ginjal
mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap
menyebabkan terjadinya agresi kristal kemudian timbul menjadi batu.
b. Teori matriks
Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10%
heksose, 3-5 heksosamin dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan
penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.
c. Teori kurang inhibitor
Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang
melampui daya kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat
pengendapat. Phospat mukopolisakarida dan dipospat merupakan
penghambatan pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka
akan mudah terjadi pengendapan.
d. Teori epistaxi
Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secra- bersama-sama,
salauh satu batu merupakan inti dari batu yang merupakan pembentuk
pada lapisan luarnya. Contohnya ekskresi asam urayt yanga berlebihan
dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium dengan bahan urat
sebagai inti pengendapan kalsium.
e. Teori kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.(4)

Gambar 2.5 Patofisiologi Nefrolithiasis(4)


2.5 Jenis-Jenis Batu
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium: kalsium
oksalat atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP),
xanthyn, da sistin, silikat dan senyawa lainnya. Data mengenai kandungan /
komposisi zat yang terdapat pada batu sangat penting untuk usaha pencegahan
terhadap kemungkinan timbulnya batu residif.
a. Batu Kalsium
Batu jenis ini paling banyak di jumpai, yaitu kurang lebih 70 - 80% dari
seluruh batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium
oksalat, kalsium fosfat, atau campuran dari kedua unsur itu. Faktor
terjadinya batu kalsium adalah hiperkalsiuri, hiperoksaluri,
hiperurikosuria, dan hipositraturia
b. Batu Struvit
Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu
ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab
infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea atau urea splitter yang
dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana
basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman-kuman yang
termasuk pemecah urea di antaranya adalah : Proteusspp, Klebsiella,
Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Stafilokokus. Meskipun E coli
banyak menimbulkan infeksi saluran kemih tetapi kuman ini bukan
termasuk pemecah urea.
c. Batu Asam Urat
Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di
antaranya 75-80% batu asam urat terdiri atas asam murni dan sisanya
merupakan campuran kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat banyak
diderita oleh pasien-pasien gout, penyakit mieloproliferatif, pasien yang
mendapatkan terapi antikanker, dan yang banyak mempergunakan obat
urikosurik diantaranya adalah sulfinpirazone, thiazide, dan salisilat.
Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai
peluang yang lebih besar untuk mendapatkan penyakit ini.(5)
2.6 Manifestasi Klinis
a. Rasa Nyeri
Lokasi nyeri tergantung dari letak batu. Rasa nyeri yang berulang (kolik) tergantung
dari lokasi batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan diseluruh
area kostovertebratal, tidak jarang disertai mual dan muntah, maka pasien tersebut
sedang mengalami kolik ginjal. Batu yang berada di ureter dapat menyebabkan nyeri
yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien sering
ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya air
kemih disertai dengan darah, maka pasien tersebut mengalami kolik ureter.
b. Demam
Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah sehingga
menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal. Gejala ini disertai
jantung berdebar, tekanan darah rendah, dan pelebaran pembuluh darah di kulit.

c. Infeksi
BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat
obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di saluran
kemih karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter,
Pseudomonas, dan Staphiloccocus.

d. Hematuria dan kristaluria


Terdapatnya sel darah merah bersama dengan air kemih (hematuria) dan air kemih
yang berpasir (kristaluria) dapat membantu diagnosis adanya penyakit BSK.

e. Mual dan muntah


Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali menyebabkan
mual dan muntah.(6)

2.7 Diagnosis

Foto Polos Abdomen

Foto polos abdomen merupakan pemeriksaan yang pertama


dilakukan bila ada keluhan nyeri abdomen atau nyeri di sekitar area
urogenital. Manfaat dari pemeriksaan ini adalah untuk melihat gambaran
secara keseluruhan di rongga abdomen dan pelvis.

Setiap pemeriksaan traktus urinarius sebaiknya dibuat terlebih


dahulu foto polos abdomen. Pada foto ini dapat menunjukkan bayangan,
besar, bentuk dan posisi kedua ginjal. Dapat pula dilihat kalsifikasi dalam
kista dan tumor, batu radioopak dan perkapuran dalam ginjal. Harus
diperhatikan batas muskulus psoas kanan dan kiri. Serta Batu
radioopak di daerah ureter dan buli-buli.

Interpretasi terhadap kalsifikasi pada saluran ginjal harus dilakukan


dengan hati-hati karena flebolit pada kelenjar mesenterika dan vena pelvis
yang berada di atasnya sering disalah artikan sebagai batu ureter. Film
yang diambil saat inspirasi dan ekspirasi akan mengubah posisi ginjal dan
sering kali dapat mengkonfirmasi bahwa daerah yang mengalami
kalsifikasi pada abdomen tersebut adalah batu.

Normal

Foto Polos Abdomen:

 Distribusi gas di usus Normal.


 Kontur Hepar dan lien tidak membesar.
 Kontur ren D/S Normal.
 Psoas Shadow simetris.
 Tulang baik.
 Tidak tampak adanya bayangan batu radioopak sepanjang
tractus urinarius.

Pielografi Intra Vena (PIV)

Pemeriksaan piolegrafi intravena dilakukan dengan menyuntikkan


bahan kontras secara intravena dan dilakukan pengambilan gambar
radiologis secara serial yang disesuaikan dengan saat zat kontras mengisi
ginjal, berlanjut ke ureter, dan ke kandung kemih. Indikasi pemeriksaan
PIV adalah untuk mendeteksi lokasi obstruksi misalnya pada batu ginjal,
konfirmasi penyakit ginjal polikistik, atau adanya kelainan anatomis yang
tidak terdeteksi oleh teknik pemeriksaan lain. Pemeriksaam PIV
memerlukan persiapan yaitu :

a. 2 hari sebelum foto PIV penderita hanya makan bubur kecap.


b. Minum air putih yang banyak.
c. Jam 24.00 WIB minum obat pencahar/laksans untuk
membersihkan kolon dari feses yang menutupi daerah ginjal.
d. Selanjutnya puasa sampai dilakukan foto.
e. Dilarang banyak bicara untuk mengurangi udara (gas) dalam
lambung dan usus.
Untuk bayi dan anak diberikan minum yang mengandung karbonat,
tujuannya untuk mengembangkan lambung dengan gas. Usus akan
berpindah, sehingga bayangan kedua ginjal dapat dilihat melalui lambung
yang terisi gas. Sebelum pasien disuntikkan urofin 60% harus dilakukan
terlebih dahulu uji kepekaan. Jika pasien alergi terhadap kontras maka
pemeriksaan pielografi intravena dibatalkan.

Dosis urografin 60 mg % untuk orang dewasa adalah 20 ml. Kalau


perlu diberikan dosis rangkap yaitu 40 ml. Tujuh menit setelah
penyuntikan dibuat film bucky anteroposterior abdomen. Foto berikutnya
diulangi pada 15 menit, 30 menit dan 1 jam. Sebaiknya segera setelah
pasien disuntik kontras, kedua ureter dibendung, baru dibuat foto 7 menit.
Kemudian bendunag dibuka, langsung dibuat foto di mana diharapkan
kedua ureter terisi. Dilanjutkan dengan foto 1 dan 2 jam, malahan foto 6,
12 dan 24 jam.

Menurut Meschan, digunakan film bucky antero-posterior abdomen


setelah penyuntikan, ulangi pemotretan film antero-porterior abdomen
dengan jarak waktu setelah disuntik kontras intravena, masing-masing 4
menit, 8 menit, 25 menit, foto terlambat jika konsentrasi dan eksresi
sangat kurang pada 1-8 jam. Foto terakhir biasanya film berdiri. Pada
pasien hipertensi, film harus dibuat setelah penyuntikan 30 detik sampai 1
menit, dan tiap-tiap menit setelah itu, untuk 5 menit pertama.

Beberapa ahli menyatakan bahwa PIV masih merupakan pencitraan


yang terbaik untuk memberikan gambaran secara vertikal mengenai
struktur anatomi dari saluran kemih. Akan tetapi kurang disukai karena
adanya risiko alergi terhadap zat kontras. (7)
Syarat-syarat seseorang boleh melakukan IVP yakni,

 Tidak memiliki riwayat alergi.


 Fungsi ginjalnya baik. Cara untuk mengetahuinya yakni dengan
mengukur kadar BUN atau kreatininnya (<2). Karena kontras itu
bersifat nefrotoksik dan dikeluarkan lewat ginjal, jadi apabila
ginjal rusak atau tidak berfungsi, akan sangat berbahaya bagi
pasien.
Indikasi dilakukannya pemeriksaan IVP yakni untuk melihat anatomi dan
fungsi dari traktus urinarius yang terdiri dari ginjal, ureter, dan bladder,
yang meliputi

 Kelainan kongenital.
 Radang atau infeksi.
 Massa atau tumor.
 Trauma.

Pada pielografi normal akan diperoleh gambaran bentuk ginjal


seperti kacang. Kutub (pool) atas ginjal kiri setinggi Th.11, bagian bawah,
batas bawah setinggi korpus vertebra L3. Ginjal kanan letaknya kira-kira 2
cm lebih rendah daripada yang kiri. Pada pernafasan, kedua ginjal
bergerak dan pergerakan ini dapat dilihat dengan fluoroskopi. Arah sumbu
ke bawah dan lateral sejajar dengan muskuli psoas kanan dan kiri. Dengan
adanya lemak perirenal, ginjal mendapat lebih jelas terlihat. Hal ini
terutama dapat dilihat pada orang gemuk. Pelvis renalis kemudian
dilanjutkan dengan kalik mayor, biasanya Dari kalik mayor dilanjutkan
dengan kalik minor. Jumlahnya bervariasi antara 6-14. Kedua ureter
berjalan lurus dari pelvis renis ke daerah pertengahan sakrum dan
berputar ke belakang lateral dalam suatu arkus, turunke bawah dan
masuk ke dalam dan depan untuk memasuki trigonum buli-buli.

Tiga tempat penyempitan ureter yang normal, yaitu pada


sambungan pelvis dan ureter dengan buli-buli, dan ada persilangan
pembuluh darah iliaka.
IPV menit ke 5

IVP Menit ke 5

Pada menit ke-5, organ yang dinilai yaitu perginjalan, yang meliputi
nefrogram dan sistem pyelocalices (SPC). Nefrogram yaitu bayangan dari
ginjal kanan dan kiri yang terisi kontras. Warnanya semiopaque, jadi
putihnya sedang-sedang saja.
Pada menit ke-5, contoh penyakit yang bisa diketahui yaitu penyakit-
penyakit yang ada di ren, misalnya pyelonefritis, nefrolitiasis,
hidronefrosis, massa/tumor renal, dll.(8)

Menit ke 15

Penilaian ureter:

1. Jumlah ureter.
Terkadang, ureter bisa hanya nampak 1 aja, itu mungkin di sebabkan
kontraksi ureter saat pengambilan foto, jadi tidak nampak ketika
difoto.
2. Posisi ureter.
3. Kaliber ureter.
Maksudnya diameternya, normal < 0.5 cm.
4. Ada tidaknya batu, baik lusen maupun opaque.
Kemudian nyatakan bentuk, jumlah, ukuran, dan letak batu.
Contoh penyakit pada menit ke 15 diantaranya: hidroureter,
ureterolithiasis, ureteritis.

Menit ke 45

Menit ke 45 : Menilai buli-buli.

 Apakah dinding buli reguler? adakah additional shadow


(divertikel) ataupun filling defect (masa tumor) dan indentasi
prostat.
gambaran dinding yang menebal ireguler dicurigai adanya sistitis
kronis.
Contoh penyakit pada menit ke 45 yaitu cystitis, pembesaran prostat,
massa vesikolithiasis

Post miksi
POST MIKSI

Kita harus menilai apakah setelah pasien berkemih kontras di buli


minimal? Seandainya terdapat sisa yang banyak kita dapat mengasumsikan
apakah terdapat sumbatan di distal buli ataupun otot kandung kencing
yang lemah. Normalnya yaitu sisa 1/3 dari buli-buli penuh. (9)

Urografi Retrograde

Indikasi urografi retrograde adalah untuk melihat anatomi traktus


urinarius bagian atas dan lesi-lesinya. Hal ini dikerjakan apabila pielografi
intravena tidak berhasil menyajikan anatomi dan lesi-lesi traktus
urinarius bagian atas. Keistimewaan urografi retrigrad berguna melihat
fistel.
Urografi retrograd memerlukan prosedur sistoskopi. Kateter
dimasukkan oleh ahli urologi. Kerjasama antara ahli urologi dan radiologi
diperlukan karena waktu memasukkan kotras, posisi pasien dapat
dipantau (dimonitor) dengan fluoroskopi atau televisi. Udara dalam
kateter dikeluarkan, kemudian 25 % bahas kontras yang mengandung
iodium disuntikkan dengan dosis 5-10 ml dibawah pengawasan
fluoroskopi. Harus dicegah pengisian yang berlebihan karena risiko
ekstravasasi ke dalam sinusrenalis atau intravasasi ke dalam kumpulan
saluran-saluran (collecting duct). Ekstravasasi kontras dapat menutupi
bagian-bagian yang halus dekat papilla. Rutin dibuat proyeksi frontal dan
oblik. Kemudian kateter diangkat pada akhir pemeriksaan, lalu dibuat foto
polos abdomen. Jika ada obstruksi dibuat lagi foto 15 menit kemudian.
Komplikasi dapat berupa sepsis, perforasi ureter, ekstravasasi
bahankontras, reaksi bahan kontras, hematuri dan anuri berhubung
dengan edema pada sambungan ureter dan vesika.(10)
Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging diagnostik
( pencitraan diagnostik) untuk pemeriksaan alat alat dalam tubuh
manusia, diman kita dapat mempelajari bentuk, ukuran anatomis, gerakan
serta hubungan dengan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan ini bersifat non-
invasif, tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita, dapat dilakukan
dengan cepat, aman dan data yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik
yang tinggi. Tidak ada kontra indikasinya, karena pemeriksaan ini sama
sekali tidak akan memperburuk penyakit penderita. Dalam 20 tahun
terakhir ini, diagnostik ultrasonik berkembang dengan pesatnya, sehingga
saat ini USG mempunyai peranan penting untuk meentukan kelainan
berbagai organ tubuh.
Ultrasonografi (USG) merupakan pemeriksaan non invasif yang
dapat dilakukan secara bed-side dan relatif tidak mahal. Pada ginjal
pemeriksaan ini cukup efektif dan akurat dalam mendeteksi adanya abses
renal, pyohidronefrosis, atau adanya batu saluran kemih. Selain itu USG
juga cukup baik dalam menilai parenkim ginjal, ketebalan korteks ginjal,
serta mendeteksi hidronefrosis.
Sonogram ginjal normal :
Ukuran ginjal normal dewasa : Ginjal kanan : 8– 14 cm (rata-rata
10,74 cm), Ginjal kiri : 7–12 cm (rata-rata 11.10 cm), Diameter antero-
posterior 4 cm dan diameter melintang rata-rata 5 cm. Ukuran panjang
ginjal normal secara USG lebih kecil bila dibandingkan dengan yang
terlihat secara radiografi.
Ginjal normal memperlihatkan sonodensitas kortek yang lebih
rendah (hipoekoik) dibandingkan dengan sonodensitas hati,limpa dan
sinus renalis. Tebal kortek kira-kira 1/3 – 1/2 sinus renalis dengan batas
rata atau bergelombang pada ginjal yang lobulated. Sedangkan sinus
renalis yang terletak ditengah ginjal memberikan sonodensitas yang tinggi
(hiperekoik) disebabkan karena komposisinya yang terdiri atas lemak dan
jaringan parenkim ginjal. Didalam sinus renalis terdapat garis-garis
anekoik, yaitu irisan kalises yang bila diikuti akan bergabung pada daerah
anekoik besar, yaitu pelvis renals.(10)

Usg ginjal normal

Computed Tomography Scan (CT-Scan)


Pemeriksaan CT scan pada kasus infeksi saluran kemih bermanfaat
untuk mendeteksi adanya pielonefritis akut. Dengan CT scan kontras,
pielonefritis akut akan tampak sebagai daerah yang underperfusion.
Adapun keunggulan CT adalah memberikan resolusi anatomi yang lebih
baik, sehingga membantu untuk kasus sulit. CT scan juga bermanfaat pada
kasus abses renal atau pionefrosis. Kekurangan dari CT adalah efek radiasi
pada tubuh. Diperkirakan pada orang dewasa pemeriksaan CT abdomen
tunggal memberikan efek radiasi setara dengan 500 kali pemeriksaan foto
polos toraks.(12)

Normal

Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Pemeriksaan MRI manfaat utamanya pada ginjal adalah untuk
mendeteksi adanya massa ginjal. Keuntungan dari pemeriksaan MRI
adalah memberikan gambaran multiplanar, secara jelas memberikan
gambaran antara jaringan normal dengan jaringan yang patologis serta
tidak ada efek radiasi.(14)
Gambaran Normal

Daftar Pustaka

1. Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 4th ed. US: Saunders; 2006.

2. Scanlon VC, Sanders T. Essential of anatomy and physiology. 5 th ed. US:


FADavis Company; 2007.

3. Van de Graaf KM. Human anatomy. 6th ed. US: The McGraw-
HillCompanies; 2001.

4. Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II.

EGC: Jakarta.

5. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik Edisi 2: Traktus Digestivus dan Billiaris.


Jakarta: EGC. 2005. 256 - 268

6. Purnomo, Basuki. “Dasar-dasar Urologi”. edisi kedua. Jakarta: Toko Buku


Sagung Seto. 2007

7. Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
2001. Hal 378 – 79.

8. Sjamsuhidayat. De jong, Wim. “Buku ajar ilmu Bedah”. EGC: Jakarta. 2012.
Hal 1024 – 34

9. Halpert, RD. Gastrointestinal Imaging 3rd ed: Chapter 7. Philadelphia: Mosby


Elsevier. 2006. 261 - 300
10. Glenn, James F. Specific Urologic Surgery Ed.4. Philadelphia :
Lippincott-Raven Publisher. 1995

11. Oswari, Jonatan; Adrianto, Petrus. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi II. Jakarta:
Penerbit EGC. 1995

12. Rasyad, Syahriar, dkk. Radiologi Diagnostik, Ed.4, Balai Penerbit FKUI:
Jakarta. 1998

13. Shires, Schwartz. Intisari prinsip – prinsip ilmu bedah. ed-6. EGC :
Jakarta. 588-589. 2010.

14. Patel, Pradip R. Lecture Notes Radiologi edisi kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga.
2007

Anda mungkin juga menyukai