NEFROLITHIASIS
DISUSUN OLEH
Febby Astari
030.13.073
PEMBIMBING
Puji syukur kepada Allah SWT atas Anugerah Keselamatan dan Belas Kasih-
Nya yang telah memampukan penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah
Presentasi Kasus dengan judul “Nefrolithiasis”. Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas dalam Kepaniteraan Klinik di Stase Ilmu Radiologi Rumah Sakit TNI
AL Dr. MINTOHARDJO
Dalam kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini,
terutama kepada dr. M. Hawari Ardi, Sp.Rad selaku pembimbing atas pengarahannya
selama penulis belajar dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi. Dan kepada para
dokter dan staff Ilmu Radiologi Rumah Sakit TNI AL Dr. MINTOHARDJO, serta
rekan-rekan seperjuangan dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi.
Penulis sangat terbuka dalam menerima kritik dan saran karena penyusunan makalah
ini masih jauh dari kata sempurna. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi setiap
orang yang membacanya. Tuhan memberkati kita semua.
Penulis
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : 03.013.073
Universitas : Trisakti
Judul : Nefrolithiasis
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kepanitraan Klinik Dan Melengkapi Salah Satu
Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian
Ilmu Radiologi
Pembimbing
Batu saluran kemihan dapat timbul dari berbagai tingkat dari system
perkemihan (ginjal, ureter, kandung kemih). tetapi yang paling sering ditemukan
adalah di dalam ginjal. Batu ini terdiri atas garam kalsium, asam urat, oksalat,
sistin, xantin, dan struvit. Nefrolitiasis adalah adanya timbunan zat padat yang
membatu pada ginjal,mengandung komponen kristal, dan matriks organic. (2)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah
lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron
berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam
tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan
molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya
akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan
mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang
kemudian diekskresikan disebut urin.
Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut
korpuskula (atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran
(tubulus).
Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut
glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman.Setiap glomerulus
mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus
memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring
melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula
Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah.
Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang
telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen.
Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman.Bagian yang
mengalirkan filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus
konvulasi proksimal.Bagian selanjutnya adalah lengkung Henle yang
bermuara pada tubulus konvulasi distal.
Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu Friedrich
Gustav Jakob Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung Henle menjaga
gradien osmotik dalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk
filtrasi. Sel yang melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang
menghasilkan ATP dan memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk
menyerap kembali glukosa, asam amino, dan berbagai ion
mineral.Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat masuk ke dalam tubulus
konvulasi dan tubulus kolektivus melalui osmosis.
Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem
pengumpul yang terdiri dari:
tubulus penghubung
tubulus kolektivus kortikal
tubulus kloektivus medularis
Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut
aparatus juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel
juxtaglomerular.Sel juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan
sekresi renin.Cairan menjadi makin kental di sepanjang tubulus dan
saluran untuk membentuk urin, yang kemudian dibawa ke kandung kemih
melewati ureter.
c. Persyarafan pada ginjal
Ginjal mendapat persarafan dari nervus renalis (vasomotor), saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf
ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.(2)
1.2 Definisi
Gambar 2.4 Nefrolitiasis
Nefrolitiasis adalah suatu keadaan terdapatnya batu dalam saluran kemih baik
dalam ginjal,ureter maupun buli-buli.
Nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis
renal, pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium oksalat dan
kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal, juga membentuk
kalkulus ( batu ginjal ).
Batu ginjal adalah istilah umum batu ginjal disembarang tempat. Batu ini
terdiri atas garam kalsium, asam urat, oksalat, sistin, xantin, dan struvit
(Patofisiologi keperawatan, 2000 ).
Nefrolitiasis merupakan penyakit kencing batu yang terjadi di ginjal yang
menyebabkan tidak bisa buang air kecil secara normal dan terjadi rasa nyeri
karena adanya batu atau zat yang mengkristal di dalam ginjal.(2)
2.3 Etiologi
Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu
seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat
terbentuk ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara
normal mencegah kristalisasi dalam urine. Kondisi lain yang mempengaruhi laju
pembentukan batu mencakup pH urin dan status cairan pasien (batu cenderung
terjadi pada pasien dehidrasi).
Penyebab terbentuknya batu digolongkan dalma 2 faktor :
a. Factor endogen :
Hyperkalsemia : Meningkatnya kalsium dalam darah
Hyperkasiuria : Meningkatnya kalsium dalam urin
Ph urin
Kelebihan pemasukan cairan dlam tubuh yang bertolak belakang
dengan keseimbangan cairan yang masuk dalam tubuh
b. Factor eksogen :
Air minum
Kurang minum atau kurang mengkonsumsi air mengakibatkan
terjadinya pengendapan kalsium dalam pelvis renal akibat ketidak
seimbangan cairan yang masuk
Suhu
Tempar yang bersuhu panas menyebabkan banyaknya pengeluaran
keringat,yang akan mempermudah pengurangan produksi urin dan
mempermudah terbentuknya batu.
Makanan
Kurangnya mengkonsumsi protein dapat menjadi factor terbentuknya
batu
Dehidrasi
Kurangnya pemasukan cairan dalam tubuh juga ikut membantu proses
pembentukan urin.(3)
2.4 Patofisiologi
Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus darah,
jaringan yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal bervariasi, kira-
kira tiga perempat dari batu adalah kalsium, fosfat, asam urin dan
cistien.peningkatan konsentrasi larutan akibat dari intake yang rendah dan juga
peningkatan bahan-bahan organic akibat infeksi saluran kemih atau urin ststis
sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu. Ditambah dengan adanya
infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh produksi ammonium yang berakibat
presipitasi kalsium dan magnesium pospat (Jong, 1996 : 323)
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
kemudian dijadikan dalam beberapa teori :
a. Teori supersaturasi
Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk batu ginjal
mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap
menyebabkan terjadinya agresi kristal kemudian timbul menjadi batu.
b. Teori matriks
Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10%
heksose, 3-5 heksosamin dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan
penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.
c. Teori kurang inhibitor
Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang
melampui daya kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat
pengendapat. Phospat mukopolisakarida dan dipospat merupakan
penghambatan pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka
akan mudah terjadi pengendapan.
d. Teori epistaxi
Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secra- bersama-sama,
salauh satu batu merupakan inti dari batu yang merupakan pembentuk
pada lapisan luarnya. Contohnya ekskresi asam urayt yanga berlebihan
dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium dengan bahan urat
sebagai inti pengendapan kalsium.
e. Teori kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.(4)
c. Infeksi
BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat
obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di saluran
kemih karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter,
Pseudomonas, dan Staphiloccocus.
2.7 Diagnosis
Normal
Kelainan kongenital.
Radang atau infeksi.
Massa atau tumor.
Trauma.
IVP Menit ke 5
Pada menit ke-5, organ yang dinilai yaitu perginjalan, yang meliputi
nefrogram dan sistem pyelocalices (SPC). Nefrogram yaitu bayangan dari
ginjal kanan dan kiri yang terisi kontras. Warnanya semiopaque, jadi
putihnya sedang-sedang saja.
Pada menit ke-5, contoh penyakit yang bisa diketahui yaitu penyakit-
penyakit yang ada di ren, misalnya pyelonefritis, nefrolitiasis,
hidronefrosis, massa/tumor renal, dll.(8)
Menit ke 15
Penilaian ureter:
1. Jumlah ureter.
Terkadang, ureter bisa hanya nampak 1 aja, itu mungkin di sebabkan
kontraksi ureter saat pengambilan foto, jadi tidak nampak ketika
difoto.
2. Posisi ureter.
3. Kaliber ureter.
Maksudnya diameternya, normal < 0.5 cm.
4. Ada tidaknya batu, baik lusen maupun opaque.
Kemudian nyatakan bentuk, jumlah, ukuran, dan letak batu.
Contoh penyakit pada menit ke 15 diantaranya: hidroureter,
ureterolithiasis, ureteritis.
Menit ke 45
Post miksi
POST MIKSI
Urografi Retrograde
Normal
Daftar Pustaka
1. Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 4th ed. US: Saunders; 2006.
3. Van de Graaf KM. Human anatomy. 6th ed. US: The McGraw-
HillCompanies; 2001.
4. Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II.
EGC: Jakarta.
7. Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
2001. Hal 378 – 79.
8. Sjamsuhidayat. De jong, Wim. “Buku ajar ilmu Bedah”. EGC: Jakarta. 2012.
Hal 1024 – 34
11. Oswari, Jonatan; Adrianto, Petrus. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi II. Jakarta:
Penerbit EGC. 1995
12. Rasyad, Syahriar, dkk. Radiologi Diagnostik, Ed.4, Balai Penerbit FKUI:
Jakarta. 1998
13. Shires, Schwartz. Intisari prinsip – prinsip ilmu bedah. ed-6. EGC :
Jakarta. 588-589. 2010.
14. Patel, Pradip R. Lecture Notes Radiologi edisi kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga.
2007