Anda di halaman 1dari 35

REFERAT RADIOLOGI

Nefrolitiasis
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti
Program Pendidikan Klinik Stase Ilmu Radiologi
Di RSUD Wonosari

disusun oleh:
Andrianto Aliong
08711159
Radian Ashar Pambudi
08711218

Pembimbing:
dr. Fx.Siswahyudi, Sp.Rad

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU RADIOLOGI


RSUD WONOSARI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2013
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullah hi Wabarokatuh


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala anugerah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tinjuan pustaka berjudul “Nefrolitiasis” ini tepat
pada waktunya.
Tinjauan pustaka ini kami susun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Radiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Indonesia.

Dalam penulisan tinjauan pustaka ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan
petunjuk-petunjuk, serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak guna terselesainya
penelitian ini. Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. dr. Fx. Siswahyudi, M.Sc, Sp. Rad selaku Kepala S.M.F. Ilmu Radiologi
RSUD Wonosari dan Pembimbing Klinik Ilmu Radiologi
2. Kepala Instalasi Radiologi, Radiographer dan Staf Administrasi Instalasi
Radiologi RSUD Wonosari
3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, atas segala
bantuan dan dukungan yang diberikan, baik secara moral maupun material yang
diberikan demi terlaksananya penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tinjauan pustaka ini masih banyak
terdapat kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun kami harapkan demi
kesempurnaan laporan penelitian ini.
Semoga tulisan ini dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam masalah kesehatan
dan memberikan manfaat bagi masyarakat.
Wa’alamualaikumsalam Warahmatullah hi Wabarokatuh

Wonosari, April 2013

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak jaman Babilonia danzaman
Mesir kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah diketemukan batu
padak a n d u n g kemih seorang mumi. Penyakit ini dapat
menyerang penduduk diseluruh dunia dan tidak terkecuali
penduduk di Indonesia. Angka kejadian  p e n y a k i t i n i t i d a k
sama di berbagai belahan bumi. Di negara-
n e g a r a  berkembang, banyak dijumpai pasien batu buli-buli
sedangkan di negara majulebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih
bagian atas. Hal ini karenaadanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien
sehari-hari. Di Amerika Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit
ini, sedangkan di seluruh dunia, rata-rata terdapat 1-12% penduduk yang
menderita batu saluran kemih. Penyakit ini merupakan salah satu dari tiga
penyakit terbanyak di bidang urologi disampinginfeksi saluran kemih dan
pembesaran prostat benigna.

Di Indonesia penyakit batu saluran kemih masih menempati


p o r s i terbesar dari jumlah pasien di klinik urologi. Insidensi dan prevalensi yang
pastidari penyakit ini di Indonesia belum dapat ditetapkan secara pasti. Dari
datadalam negeri yang pernah dipublikasi didapatkan peningkatan jumlah
penderita  b a t u ginjal yang mendapat tindakan di RSUPN-Cipto
Mangunkusumo daritahun ke tahun mulai 182 pasien pada tahun
1 9 9 7 m e n j a d i 8 4 7 p a s i e n p a d a tahun 2002, peningkatan ini sebagian
besar disebabkan mulai tersedianya alat  pemecah batu ginjal non-invasif ESWL
( Extracorporeal shock wave lithotripsy)yang secara total mencakup 86% dari
seluruh tindakan (ESWL, PCNL, danoperasi terbuka).

Kekambuhan pembentukan batu merupakan masalah yang


seringmuncul pada semua jenis batu dan oleh karena itu menjadi
bagian penting  p e r a w a t a n medis pada pasien dengan
batu saluran k e m i h . D e n g a n  perkembangan teknologi modern
kedokteran terdapat banyak pilihan tindakan yangt e r s e d i a u n t u k p a s i e n ,
n a m u n p i l i h a n i n i d a p a t j u g a t e r b a t a s k a r e n a a d a n y a variabilitas
dalam ketersediaan sarana di masing-masing rumah sakit maupun daerah.

Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya


dengangangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih,
dehidrasid a n k e a d a a n k e a d a a n l a i n y a n g m a s i h b e l u m t e r u n g k a p
(idiopatik). Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya batusaluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor
itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan
faktor ekstrinsik yaitu pengaruhyang berasal dari lingkungan di sekitarnya.

Berdasarkan letaknya, batu saluran kemih terdiri dari batu ginjal, batuu r e t e r ,
batu buli-buli dan batu uretra. Batu saluran kemih pada
u m u m n y a mengandung unsur: kalsium oksalat atau kalsium fosfat, asam urat,
magnesium-a m o n i u m - f o s f a t ( M A P ) , x a n t h y n , d a n s i s t i n , s i l i k a t d a n
senyawa lainnya.S e m u a tipe batu saluran kemih memiliki
p o t e n s i u n t u k m e m b e n t u k b a t u staghorn, namun pada 75% kasus,
komposisinya terdiri dari matriks struvit-karbonat-apatit atau disebut juga
batu struvit atau batu triple phosphate , b a t u fosfat, batu infeksi, atau batu urease.

Batu perkemihan dapat timbul dari berbagai tingkat dari system perkemihan (ginjal,
ureter, kandung kemih ). tetapi yang paling sering ditemukan adalah di dalamginjal
( Barbara, 1996 ).Batu ginjala adalah istilah umum batu ginjal disembarang tempat.
Batu ini terdiri atas garam kalsium, asam urat, oksalat, sistin, xantin, dan struvit
( Patofisiologi Kedokteran, 2000 ). Nefrolitiasis adalah adanya timbunan zat padat yang
membatu pada ginjal,mengandung komponen kristal, dan matriks organik ( soeparman,
2001 )
1.2. TUJUAN PENULISAN

Mengetahui mengenai definisi nefrolitiasis, anatomi dan fisiologi ginjal, etiologi


nefrolitiasis, patofisiologi nefrolitiasis dan gambaran radiologik Nefrolitiasis.
1.3. MANFAAT PENULISAN
Penulisan ini diharapkan dapat dijadikan tambahan literature khususnya bagi penulis
mengenai gambaran radiologi pada nefrolitiasis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI

Batu perkemihan dapat timbul dari berbagai tingkat dari system perkemihan (ginjal,
ureter, kandung kemih ). tetapi yang paling sering ditemukan adalah di dalamginjal
( Barbara, 1996 ).Batu ginjala adalah istilah umum batu ginjal disembarang tempat.
Batu ini terdiri atas garam kalsium, asam urat, oksalat, sistin, xantin, dan struvit
( Patofisiologi Kedokteran, 2000 ). Nefrolitiasis adalah adanya timbunan zat padat yang
membatu pada ginjal,mengandung komponen kristal, dan matriks organik ( soeparman,
2001 )

2.2. ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL


Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperitoneal
bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke
medial. Pada sisi ini terdapat hilus ginjal yaitu tempat struktur-struktur pembuluh darah,
system limfatik, system saraf dan ureter menuju dan meninggalkan ginjal. (2)
Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian yaitu korteks dan medulla ginjal. Di
dalam kortek terdapat berjuta-juta nefron sedangkan didalam medula banyak terdapat
duktuli ginjal. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri atas tubulus
kontortus proksimal, tubulus kontortus distal dan duktus kolegentes. (2)
Darah yang membawa sisa-sisa hasil metabolisme tubuh difiltrasi (disaring) didalam
glomeruli kemudian di tubuli ginjal, beberapa zat yang masih diperlukan tubuh
mengalami reabsorbsi dan zat-zat hasil sisa metabolisme mengalami sekresi bersama air
membentuk urine. Setiap hari tidak kurang 180 liter cairan tubuh difiltrasi di glomerulus
dan menghasilkan urine 1-2 liter. Urine yang terbentuk didalam nefron disalurkan
melalui piramida ke system pelvikalises ginjal untuk kemudian disalurkan ke dalam
ureter. (2)
Sistem pelvikalises ginjal terdiri atas kaliks minor, infundibulum, kaliks mayor dan
pielum/pelvis renalis. Mukosa system pelvikalises terdiri atas epitel transisional dan
dindingnya terdiri atas otot polos yang mampu berkontraksi untuk mengalirkan urine
sampai ke ureter. (2)
Selain membuang sisa-sisa metabolisme tubuh melalui urine, ginjal berfungsi juga
dalam 1.) mengontrol sekresi hormone-hormon aldosteron dan ADH (anti diuretic
hormone) dalam mengatuir jumlah cairan tubuh, 2.) mengatur metabolisme ion kalsium
dan vitamin D, 3.) menghasilkan beberapa hormone, antara lain eritropoetin yang
berperan dalam pembentukan sel darah merah, renin yang berperan dalam mengatur
tekanan darah, serta hormone prostaglandin.(2)

2.3. ETIOLOGI

2.3 Epidemiologi dan etiologi Penyakit Batu Saluran Kemih


2.3.1 Distribusi dan Frekuensi

Berdasarkan data dari Urologic Disease in America pada tahun 2000,


insidens rate tertinggi kelompok umur berdasarkan letak batu yaitu saluran
kemih atas adalah pada kelompok umur 55-64 tahun 11,2 per-100.000
populasi, tertinggi kedua adalah kelompok umur 65-74 tahun 10,7 per-
100.000 populasi. Insidens rate tertinggi jenis kelamin berdasarkan letak
batu yaitu saluran kemih atas adalah pada jenis kelamin laki-laki 74 per-
100.000 populasi, sedangkan pada perempuan 51 per-100.000 populasi.
Insidens rate tertinggi kelompok umur berdasarkan letak batu yaitu saluran
kemih bawah adalah pada kelompok umur 75-84 tahun 18 per-100.000
populasi, tertinggi kedua adalah kelompok umur 65-74 tahun 11 per-
100.000 populasi. Insidens rate tertinggi jenis kelamin berdasarkan letak
batu yaitu saluran kemih bawah adalah jenis kelamin laki-laki 4,6 per-
100.000 populasi sedangkan pada perempuan 0,7 per-100.000 populasi.4
Analisis jenis batu berdasarkan jenis kelamin di Amerika Serikat pada
tahun 2005, jenis kelamin laki-laki dengan batu kalsium 75%, batu asam
urat 23,1%, batu struvit 5%, dan batu cysteine 0,5%, sedangkan pada
perempuan jenis batu kalsium 86,2%, batu asam urat 11,3%, batu struvit
1,3%, dan batu cysteine 1,3%. Analisis jenis batu berdasarkan jenis kelamin
di Australia Selatan pada tahun 2005 yaitu pada jenis kelamin laki-laki jenis
batu kalsium oksalat 73%, batu asam urat 79%, sedangkan pada perempuan
jenis batu struvit 58%. Analisis jenis batu berdasarkan kelompok umur,
jenis batu kalsium oksalat 50-60 tahun, batu asam urat 60-65 tahun dan batu
struvit 20-55 tahun.

Penelitian yang dilakukan oleh Hardjoeno dkk pada tahun 2002-2004 di


RS dr.Wahidin Sudirohusodo Makasar berdasarkan jenis kelamin proporsi
tertinggi adalah jenis kelamin laki-laki 79,9 % sedangkan wanita 20,1%.12
Di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2007 jumlah pasien rawat inap
BSK 113 orang, berdasarkan kelompok umur proporsi tertinggi adalah
kelompok umur 46-60 tahun 39,8%, berdasarkan jenis kelamin proporsi
tertinggi adalah jenis kelamin laki-laki 80,5%, dan berdasarkan jenis batu
proporsi yang tertinggi adalah jenis batu kalsium oksalat 100%, struvite
96,5%, dan Cystine 66,4% .27
2.3.2 Determinan
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya BSK pada seseorang. Faktor-faktor tersebut adalah faktor
intrinsik, yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor
ekstrinsik, yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan disekitarnya.3
a. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri.
Termasuk faktor intrinsik adalah umur, jenis kelamin, keturunan, riwayat
keluarga.

a.1 Umur
Umur terbanyak penderita BSK di negara-negara Barat adalah 20-
50 tahun, sedangkan di Indonesia terdapat pada golongan umur 30-60
tahun. Penyebab pastinya belum diketahui, kemungkinan disebabkan
karena adanya perbedaan faktor sosial ekonomi, budaya, dan diet.2
Berdasarkan penelitian Latvan, dkk (2005) di RS.Sedney Australia,
proporsi BSK 69% pada kelompok umur 20-49 tahun. Menurut
Basuki (2011), penyakit BSK paling sering didapatkan pada usia 30-
50 tahun.3
a.2 Jenis kelamin
Kejadian BSK berbeda antara laki-laki dan wanita. Jumlah pasien
laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien
perempuan. Tingginya kejadian BSK pada laki-laki disebabkan oleh
anatomis saluran kemih pada laki-laki yang lebih panjang
dibandingkan perempuan, secara alamiah didalam air kemih laki-laki
kadar kalsium lebih tinggi dibandingkan perempuan, dan pada air
kemih perempuan kadar sitrat (inhibitor) lebih tinggi, laki-laki
memiliki hormon testosterone yang dapat meningkatkan produksi
oksalat endogen di hati, serta adanya hormon estrogen pada
perempuan yang mampu mencegah agregasi garam kalsium. 3 Insiden
BSK di Australia pada tahun 2005 pada laki-laki 100-300 per 100.000
populasi sedangkan pada perempuan 50-100 per 100.000 populasi.7
a.3 Heriditer/ Keturunan
Faktor keturunan dianggap mempunyai peranan dalam terjadinya
penyakit BSK. Walaupun demikian, bagaimana peranan faktor
keturunan tersebut sampai sekarang belum diketahui secara jelas.
Berdasarkan penelitian Latvan, dkk (2005) di RS. Sedney Australia
berdasarkan keturunan proporsi BSK pada laki-laki 16,8% dan pada
perempuan 22,7%.7
b. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar
individu seperti geografi, iklim, serta gaya hidup seseorang.

b.1 Geografi
Prevalensi BSK banyak diderita oleh masyarakat yang tinggal di
daerah pegunungan. Hal tersebut disebabkan oleh sumber air bersih
yang dikonsumsi oleh masyarakat dimana sumber air bersih tersebut
banyak mengandung mineral seperti phospor, kalsium, magnesium,
dan sebagainya. Letak geografi menyebabkan perbedaan insiden
BSK di suatu tempat dengan tempat lainnya. Faktor geografi
mewakili salah satu aspek lingkungan dan sosial budaya seperti
kebiasaan makanannya, temperatur, dan kelembaban udara yang
dapat menjadi predoposisi kejadian BSK.

b.2 Faktor Iklim dan Cuaca


Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh langsung, namun
kejadiannya banyak ditemukan di daerah yang bersuhu tinggi.
Temperatur yang tinggi akan meningkatkan jumlah keringat dan
meningkatkan konsentrasi air kemih. Konsentrasi air kemih yang
meningkat dapat menyebabkan pembentukan kristal air kemih. Pada
orang yang mempunyai kadar asam urat tinggi akan lebih berisiko
menderita penyakit BSK.

b.3 Jumlah Air yang di Minum


Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian BSK adalah
jumlah air yang diminum dan kandungan mineral yang terdapat
dalam air minum tersebut. Bila jumlah air yang diminum sedikit
maka akan meningkatkan konsentrasi air kemih, sehingga
mempermudah pembentukan BSK.

b.4 Diet/Pola makan


Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya
BSK. Misalnya saja diet tinggi purine, kebutuhan akan protein
dalam tubuh normalnya adalah 600 mg/kg BB, dan apabila
berlebihan maka akan meningkatkan risiko terbentuknya BSK. Hal
tersebut diakibatkan, protein yang tinggi terutama protein hewani
dapat menurunkan kadar sitrat air kemih, akibatnya kadar asam urat
dalam darah akan naik, konsumsi protein hewani yang tinggi juga
dapat meningkatkan kadar kolesterol dan memicu terjadinya
hipertensi.

b.5 Jenis Pekerjaan


Kejadian BSK lebih banyak terjadi pada orang-orang yang
banyak duduk dalam melakukan pekerjaannya.

b.6 Kebiasaan Menahan Buang Air Kemih


Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulakan statis
air kemih yang dapat berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih
(ISK). ISK yang disebabkan oleh kuman pemecah urea dapat
menyebabkan terbentuknya jenis batu struvit.

2.1. PATOFISIOLOGI

Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus darah,
jaringanyang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal bervariasi, kira-kira tiga
perempatdari batu adalah kalsium, fosfat, asam urin dan cistien.peningkatan konsentrasi
larutanakibat dari intake yang rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organic akibat
infeksisaluran kemih atau urin ststis sehingga membuat tempat untuk pembentukan
batu. Ditambahdengan adanya infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh produksi
ammonium yangberakibat presipitasi kalsium dan magnesium pospat.
Penyebab pasti pembentukan BSK belum diketahui, oleh karena banyak faktor yang
dilibatkannya, sampai sekarang banyak teori dan faktor yang berpengaruh terhadap
pembentukan BSK yaitu : 2,24,25
a. Teori Fisiko Kimiawi
Prinsip dari teori ini adalah terbentuknya BSK karena adanya proses kimia,
fisika maupun gabungan fisiko kimiawi. Dari hal tersebut diketahui bahwa
terjadinya batu sangat dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pembentuk batu di
saluran kemih. Berdasarkan faktor fisiko kimiawi dikenal teori pembentukan
batu, yaitu:
a.1 Teori Supersaturasi
Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu merupakan
dasar terpenting dan merupakan syarat terjadinya pengendapan. Apabila
kelarutan suatu produk tinggi dibandingkan titik endapannya maka terjadi
supersaturasi sehingga menimbulkan terbentuknya kristal dan pada akhirnya
akan terbentuk batu.
Supersaturasi dan kristalisasi dapat terjadi apabila ada penambahan suatu
bahan yang dapat mengkristal di dalam air dengan pH dan suhu tertentu yang
suatu saat akan terjadi kejenuhan dan terbentuklah kristal. Tingkat saturasi
dalam air kemih tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah bahan pembentuk BSK
yang larut, tetapi juga oleh kekuatan ion, pembentukan kompleks dan pH air
kemih.
a.2 Teori Matrik
Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan
mitokondria sel tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal batu oksalat
maupun kalsium fosfat akan menempel pada anyaman tersebut dan berada di
sela-sela anyaman sehingga terbentuk batu. Benang seperti laba-laba terdiri
dari protein 65%, heksana 10%, heksosamin 2-5% sisanya air. Pada benang
menempel kristal batu yang seiring waktu batu akan semakin membesar.
Matriks tersebut merupakan bahan yang merangsang timbulnya batu.
a.3 Teori Tidak Adanya Inhibitor
Dikenal 2 jenis inhibitor yaitu organik dan anorganik. Pada inhibitor
organik terdapat bahan yang sering terdapat dalam proses penghambat
terjadinya batu yaitu asam sitrat, nefrokalsin, dan tamma-horsefall glikoprotein
sedangkan yang jarang terdapat adalah gliko-samin glikans dan uropontin.
Pada inhibitor anorganik terdapat bahan pirofosfat dan Zinc. Inhibitor yang
paling kuat adalah sitrat, karena sitrat akan bereaksi dengan kalsium
membentuk kalsium sitrat yang dapat larut dalam air. Inhibitor mencegah
terbentuknya kristal kalsium oksalat dan mencegah perlengketan kristal
kalsium oksalat pada membaran tubulus. Sitrat terdapat pada hampir semua
buah-buahan tetapi kadar tertinggi pada jeruk. Hal tersebut yang dapat
menjelaskan mengapa pada sebagian individu terjadi pembentukan BSK,
sedangkan pada individu lain tidak, meskipun sama-sama terjadi
supersanturasi.

a.4 Teori Epitaksi


Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain
yang berbeda sehingga akan cepat membesar dan menjadi batu campuran.
Keadaan ini disebut nukleasi heterogen dan merupakan kasus yang paling
sering yaitu kristal kalsium oksalat yang menempel pada kristal asam urat
yang ada.
a.5 Teori Kombinasi
Banyak ahli berpendapat bahwa BSK terbentuk berdasarkan campuran dari
beberapa teori yang ada.
a.6 Teori Infeksi
Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi karena adanya infeksi dari
kuman tertentu. Pengaruh infeksi pada pembentukan BSK adalah teori
terbentuknya batu survit dipengaruhi oleh pH air kemih > 7 dan terjadinya
reaksi sintesis ammonium dengan molekul magnesium dan fosfat sehingga
terbentuk magnesium ammonium fosfat (batu survit) misalnya saja pada
bakteri pemecah urea yang menghasilkan urease. Bakteri yang menghasilkan
urease yaitu Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas,
dan Staphiloccocus.
Teori pengaruh infeksi lainnya adalah teori nano bakteria dimana penyebab
pembentukan BSK adalah bakteri berukuran kecil dengan diameter 50-200
nanometer yang hidup dalam darah, ginjal dan air kemih. Bakteri ini tergolong
gram negatif dan sensitif terhadap tetrasiklin. Dimana dinding pada bakteri
tersebut dapat mengeras membentuk cangkang kalsium kristal karbonat apatit
dan membentuk inti batu, kemudian kristal kalsium oksalat akan menempel
yang lama kelamaan akan membesar. Dilaporkan bahwa 90% penderita BSK
mengandung nano bakteria.
b. Teori Vaskuler 2,18,20
Pada penderita BSK sering didapat penyakit hipertensi dan kadar kolesterol
darah yang tinggi, maka Stoller mengajukan teori vaskuler untuk terjadinya BSK,
yaitu :
b.1 Hipertensi
Pada penderita hipertensi 83% mempunyai perkapuran ginjal sedangkan
pada orang yang tidak hipertensi yang mempunyai perkapuran ginjal sebanyak
52%. Hal ini disebabkan aliran darah pada papilla ginjal berbelok 180˚ dan
aliran darah berubah dari aliran laminer menjadi turbulensi. Pada penderita
hipertensi aliran turbelen tersebut berakibat terjadinya pengendapan ion-ion
kalsium papilla (Ranall’s plaque) disebut juga perkapuran ginjal yang dapat
berubah menjadi batu.
b.2 Kolesterol
Adanya kadar kolesterol yang tinggi dalam darah akan disekresi melalui
glomerulus ginjal dan tercampur didalam air kemih. Adanya butiran kolesterol
tersebut akan merangsang agregasi dengan kristal kalsium oksalat dan kalsium
fosfat sehingga terbentuk batu yang bermanifestasi klinis (teori epitaksi).
Menurut Hardjoeno (2006), diduga dua proses yang terlibat dalam BSK
yakni supersaturasi dan nukleasi. Supersaturasi terjadi jika substansi yang
menyusun batu terdapat dalam jumlah yang besar dalam urine, yaitu ketika
volume urine dan kimia urine yang menekan pembentukan menurun. Pada
proses nukleasi, natrium hidrogen urat, asam urat dan kristal hidroksipatit
membentuk inti. Ion kalsium dan oksalat
kemudian merekat (adhesi) di inti untuk membentuk campuran batu.
Proses ini dinamakan nukleasi heterogen. Analisis batu yang memadai akan
membantu memahami mekanisme patogenesis BSK dan merupakan tahap
awal dalam penilaian dan awal terapi pada penderita BSK.12

2.3 Klasifikasi Batu Saluran Kemih


Komposisi kimia yang terkandung dalam batu ginjal dan saluran kemih dapat
diketahui dengan menggunakan analisis kimia khusus untuk mengetahui adanya
kalsium, magnesium, amonium, karbonat, fosfat, asam urat oksalat, dan sistin.
a. Batu kalsium 3,26
Kalsium adalah jenis batu yang paling banyak menyebabkan BSK yaitu sekitar
70%-80% dari seluruh kasus BSK. Batu ini kadang-kadang di jumpai dalam bentuk
murni atau juga bisa dalam bentuk campuran, misalnya dengan batu kalsium oksalat,
batu kalsium fosfat atau campuran dari kedua unsur tersebut. Terbentuknya batu
tersebut diperkirakan terkait dengan kadar kalsium yang tinggi di dalam urine atau
darah dan akibat dari dehidrasi. Batu kalsium terdiri dari dua tipe yang berbeda,
yaitu:
a.1 Whewellite (monohidrat) yaitu , batu berbentuk padat, warna cokat/ hitam
dengan konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air kemih.
a.2 Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (dehidrat) yaitu batu
berwarna kuning, mudah hancur daripada whewellite.

b. Batu asam urat3


Lebih kurang 5-10% penderita BSK dengan komposisi asam urat. Pasien
biasanya berusia > 60 tahun. Batu asam urat dibentuk hanya oleh asam urat.
Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang lebih
besar menderita penyakit BSK, karena keadaan tersebut dapat meningkatkan
ekskresi asam urat sehingga pH air kemih menjadi rendah. Ukuran batu asam urat
bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar sehingga membentuk
staghorn (tanduk rusa). Batu asam urat ini adalah tipe batu yang dapat dipecah
dengan obat-obatan. Sebanyak 90% akan berhasil dengan terapi kemolisis.

c. Batu struvit (magnesium-amonium fosfat) 3,18,26


Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan
oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan
kuman pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan
merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak.
Kuman yang termasuk pemecah urea di antaranya adalah : Proteus spp, Klebsiella,
Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus. Ditemukan sekitar 15-
20% pada penderita BSK
Batu struvit lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Infeksi saluran
kemih terjadi karena tingginya konsentrasi ammonium dan pH air kemih >7. Pada
batu struvit volume air kemih yang banyak sangat penting untuk membilas bakteri
dan menurunkan supersaturasi dari fosfat.

d. Batu Sistin 18,26


Batu Sistin terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan ginjal.
Merupakan batu yang paling jarang dijumpai dengan frekuensi kejadian 1-2%.
Reabsorbsi asam amino, sistin, arginin, lysin dan ornithine berkurang, pembentukan
batu terjadi saat bayi. Disebabkan faktor keturunan dan pH urine yang asam. Selain
karena urine yang sangat jenuh, pembentukan batu dapat juga terjadi pada individu
yang memiliki riwayat batu sebelumnya atau pada individu yang statis karena
imobilitas. Memerlukan pengobatan seumur hidup, diet mungkin menyebabkan
pembentukan batu, pengenceran air kemih yang rendah dan asupan protein hewani yang
tinggi menaikkan ekskresi sistin dalam air kemih.

2.4 Gejala – Gejala Batu Saluran Kemih


Manisfestasi klinik adanya batu dalam saluran kemih bergantung pada adanya
obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi obstruksi
yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala
ginjal serta ureter proksimal. Infeksi biasanya disertai gejala demam, menggigil, dan
dysuria. Namun, beberapa batu jika ada gejala tetapi hanya sedikit dan secara perlahan
akan merusak unit fungsional (nefron) ginjal, dan gejala lainnya adalah nyeri yang luar
biasa ( kolik).28
Gejala klinis yang dapat dirasakan yaitu : 3,28,29
a. Rasa Nyeri
Lokasi nyeri tergantung dari letak batu. Rasa nyeri yang berulang (kolik)
tergantung dari lokasi batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan
diseluruh area kostovertebratal, tidak jarang disertai mual dan muntah, maka pasien
tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu yang berada di ureter dapat
menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan
genitalia. Pasien sering ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang
keluar, dan biasanya air kemih disertai dengan darah, maka pasien tersebut
mengalami kolik ureter.

b. Demam
Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah sehingga
menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal. Gejala ini disertai
jantung berdebar, tekanan darah rendah, dan pelebaran pembuluh darah di kulit.
c. Infeksi
BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat
obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di saluran kemih
karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan
Staphiloccocus.

d. Hematuria dan kristaluria


Terdapatnya sel darah merah bersama dengan air kemih (hematuria) dan air
kemih yang berpasir (kristaluria) dapat membantu diagnosis adanya penyakit BSK.

e. Mual dan muntah


Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali menyebabkan
mual dan muntah.

2.5 Diagnosis
Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan jasmani untuk
menegakkandiagnosis, penyakit batu perlu ditunjang dengan
pemeriksaan radiologik, laboratorium dan penunjang lain untuk
m e n e n t u k a n k e m u n g k i n a n a d a n y a obstruksi saluran kemih, infeksi dan
gangguan faal ginjal. Secara radiologik, b a t u d a p a t r a d i o o p a k a t a u
radiolusen. Sifat radioopak ini berbeda untuk berbagai jenis
batu sehingga dari sifat ini dapat diduga jenis batu
y a n g dihadapi.
Batu kalsium akan memberikan bayangan opak, batu
m a g n e s i u m amonium fosfat akan memberikan bayangan semiopak,
sedangkan batu asamu r a t murni akan memberikan bayangan
r a d i o l u s e n . B a t u s t a g h o r n d a p a t diidentifikasi dengan foto polos
abdomen karena komposisinya yang berupa m a g n e s i u m a m m o n i u m s u l f a t
a t a u c a m p u r a n a n t a r a k a l s i u m o k s a l a t d a n kalsium fosfat sehingga akan
nampak bayangan radioopak.5
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang
dapat menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal,dan
menentukan sebab terjadinya batu.Pemeriksaan renogram berguna untuk
menentukan faal kedua ginjal secara terpisah pada batu ginjal bilateral atau bila
kedua ureter tersumbat total.Cara ini dipakai untuk memastikan ginjal yang masih
mempunyai sisa faal yangc u k u p s e b a g a i d a s a r u n t u k m e l a k u k a n t i n d a k
b e d a h p a d a g i n j a l y a n g s a k i t . Pemeriksaan ultrasonografi dapat untuk melihat
semua jenis batu, menentukanruang dan lumen saluran kemih, serta dapat digunakan
untuk menentukan posisi batu selama tindakan pembedahan untuk mencegah
tertingggalnya batu.
2.6 Diagnosis Banding
Kolik ginjal dan ureter dapat disertai dengan akibat yang lebih lanjut,misalnya
distensi usus dan pionefrosis dengan demam. Oleh karena itu, jika d i c u r i g a i
terjadi kolik ureter maupun ginjal, khususnya yang kanan,
perludipertimbangkan kemungkinan kolik saluran cerna, kandung
empedu, atauapendisitis akut. Selain itu pada perempuan perlu juga
d i p e r t i m b a n g k a n adneksitis.6
Bila terjadi hematuria, perlu dipertimbangkan kemungkinan keganasanapalagi bila
hematuria terjadi tanpa nyeri. Selain itu, perlu juga diingat bahwa  batu
saluran kemih yang bertahun-tahun dapat menyebabkan terjadinya
tumor yang umumnya karsinoma epidermoid, akibat rangsangan dan
inflamasi. Pada batu ginjal dengan hidronefrosis, perlu dipertimbangkan
kemungkinan tumor ginjal mulai dari jenis ginjal polikistik hingga tumor Grawitz

2.7 Pemeriksaan Penunjang


2.7.1 Foto Polos Abdomen
Foto polos abdomen merupakan pemeriksaan yang pertama dilakukan bila
ada keluhan nyeri abdomen atau nyeri di sekitar area urogenital. Manfaat dari
pemeriksaan ini adalah untuk melihat gambaran secara keseluruhan di rongga
abdomen dan pelvis.
Setiap pemeriksaan traktus urinarius sebaiknya dibuat terlebih dahulu foto
polos abdomen. Pada foto ini dapat menunjukkan bayangan, besar, bentuk dan
posisi kedua ginjal. Dapat pula dilihat kalsifikasi dalam kista dan tumor, batu
radioopak dan perkapuran dalam ginjal. Harus diperhatikan batas muskulus
psoas kanan dan kiri. Serta Batu radioopak di daerah ureter dan buli-buli.
Interpretasi terhadap kalsifikasi pada saluran ginjal harus dilakukan dengan
hati-hati karena flebolit pada kelenjar mesenterika dan vena pelvis yang berada
di atasnya sering disalah artikan sebagai batu ureter. Film yang diambil saat
inspirasi dan ekspirasi akan mengubah posisi ginjal dan sering kali dapat
mengkonfirmasi bahwa daerah yang mengalami kalsifikasi pada abdomen
tersebut adalah batu.

Normal

Foto Polos Abdomen:


 Distribusi gas di usus Normal.
 Kontur Hepar dan lien tidak membesar.
 Kontur ren D/S Normal.
 Psoas Shadow simetris.
 Tulang baik.
 Tidak tampak adanya bayangan batu radioopak sepanjang tractus
urinarius.

2.7.2 Pielografi Intra Vena (PIV)


Pemeriksaan piolegrafi intravena dilakukan dengan menyuntikkan bahan
kontras secara intravena dan dilakukan pengambilan gambar radiologis secara
serial yang disesuaikan dengan saat zat kontras mengisi ginjal, berlanjut ke
ureter, dan ke kandung kemih. Indikasi pemeriksaan PIV adalah untuk
mendeteksi lokasi obstruksi misalnya pada batu ginjal, konfirmasi penyakit
ginjal polikistik, atau adanya kelainan anatomis yang tidak terdeteksi oleh
teknik pemeriksaan lain. Pemeriksaam PIV memerlukan persiapan yaitu :
a. 2 hari sebelum foto PIV penderita hanya makan bubur kecap.
b. Minum air putih yang banyak.
c. Jam 24.00 WIB minum obat pencahar/laksans untuk membersihkan kolon
dari feses yang menutupi daerah ginjal.
d. Selanjutnya puasa sampai dilakukan foto.
e. Dilarang banyak bicara untuk mengurangi udara (gas) dalam lambung dan
usus.
Untuk bayi dan anak diberikan minum yang mengandung karbonat,
tujuannya untuk mengembangkan lambung dengan gas. Usus akan berpindah,
sehingga bayangan kedua ginjal dapat dilihat melalui lambung yang terisi gas.
Sebelum pasien disuntikkan urofin 60% harus dilakukan terlebih dahulu uji
kepekaan. Jika pasien alergi terhadap kontras maka pemeriksaan pielografi
intravena dibatalkan.
Dosis urografin 60 mg % untuk orang dewasa adalah 20 ml. Kalau perlu
diberikan dosis rangkap yaitu 40 ml. Tujuh menit setelah penyuntikan dibuat
film bucky anteroposterior abdomen. Foto berikutnya diulangi pada 15 menit,
30 menit dan 1 jam. Sebaiknya segera setelah pasien disuntik kontras, kedua
ureter dibendung, baru dibuat foto 7 menit. Kemudian bendunag dibuka,
langsung dibuat foto di mana diharapkan kedua ureter terisi. Dilanjutkan dengan
foto 1 dan 2 jam, malahan foto 6, 12 dan 24 jam.
Menurut Meschan, digunakan film bucky antero-posterior abdomen setelah
penyuntikan, ulangi pemotretan film antero-porterior abdomen dengan jarak
waktu setelah disuntik kontras intravena, masing-masing 4 menit, 8 menit, 25
menit, foto terlambat jika konsentrasi dan eksresi sangat kurang pada 1-8 jam.
Foto terakhir biasanya film berdiri. Pada pasien hipertensi, film harus dibuat
setelah penyuntikan 30 detik sampai 1 menit, dan tiap-tiap menit setelah itu,
untuk 5 menit pertama.
Beberapa ahli menyatakan bahwa PIV masih merupakan pencitraan yang
terbaik untuk memberikan gambaran secara vertikal mengenai struktur anatomi
dari saluran kemih. Akan tetapi kurang disukai karena adanya risiko alergi
terhadap zat kontras.
Syarat-syarat seseorang boleh melakukan IVP yakni,
 Tidak memiliki riwayat alergi.
 Fungsi ginjalnya baik. Cara untuk mengetahuinya yakni dengan mengukur
kadar BUN atau kreatininnya (<2). Karena kontras itu bersifat nefrotoksik
dan dikeluarkan lewat ginjal, jadi apabila ginjal rusak atau tidak berfungsi,
akan sangat berbahaya bagi pasien.
Indikasi dilakukannya pemeriksaan IVP yakni untuk melihat anatomi dan fungsi
dari traktus urinarius yang terdiri dari ginjal, ureter, dan bladder, yang meliputi
 Kelainan kongenital.
 Radang atau infeksi.
 Massa atau tumor.
 Trauma.

Pada pielografi normal akan diperoleh gambaran bentuk ginjal seperti


kacang. Kutub (pool) atas ginjal kiri setinggi Th.11, bagian bawah, batas bawah
setinggi korpus vertebra L3. Ginjal kanan letaknya kira-kira 2 cm lebih rendah
daripada yang kiri. Pada pernafasan, kedua ginjal bergerak dan pergerakan ini
dapat dilihat dengan fluoroskopi. Arah sumbu ke bawah dan lateral sejajar
dengan muskuli psoas kanan dan kiri. Dengan adanya lemak perirenal, ginjal
mendapat lebih jelas terlihat. Hal ini terutama dapat dilihat pada orang gemuk.
Pelvis renalis kemudian dilanjutkan dengan kalik mayor, biasanya Dari kalik
mayor dilanjutkan dengan kalik minor. Jumlahnya bervariasi antara 6-14.
Kedua ureter berjalan lurus dari pelvis renis ke daerah pertengahan sakrum dan
berputar ke belakang lateral dalam suatu arkus, turunke bawah dan masuk ke
dalam dan depan untuk memasuki trigonum buli-buli.
Tiga tempat penyempitan ureter yang normal, yaitu pada
sambungan pelvis dan ureter dengan buli-buli, dan ada persilangan pembuluh
darah iliaka.

IPV menit ke 5
Pada menit ke-5, organ yang dinilai yaitu perginjalan, yang meliputi
nefrogram dan sistem pyelocalices (SPC). Nefrogram yaitu bayangan dari ginjal
kanan dan kiri yang terisi kontras. Warnanya semiopaque, jadi putihnya sedang-
sedang saja.
Pada menit ke-5, contoh penyakit yang bisa diketahui yaitu penyakit-
penyakit yang ada di ren, misalnya pyelonefritis, nefrolitiasis, hidronefrosis,
massa/tumor renal, dll.

Menit ke 15
Penilaian ureter:
1. Jumlah ureter.
Terkadang, ureter bisa hanya nampak 1 aja, itu mungkin di sebabkan
kontraksi ureter saat pengambilan foto, jadi tidak nampak ketika difoto.
2. Posisi ureter.
3. Kaliber ureter.
Maksudnya diameternya, normal < 0.5 cm.
4. Ada tidaknya batu, baik lusen maupun opaque.
Kemudian nyatakan bentuk, jumlah, ukuran, dan letak batu.
Contoh penyakit pada menit ke 15 diantaranya: hidroureter,
ureterolithiasis, ureteritis.
Menit ke 45

Menit ke 45 : Menilai buli-buli.


 Apakah dinding buli reguler? adakah additional shadow (divertikel)
ataupun filling defect (masa tumor) dan indentasi prostat.
gambaran dinding yang menebal ireguler dicurigai adanya sistitis kronis.
Contoh penyakit pada menit ke 45 yaitu cystitis, pembesaran prostat,
massa vesikolithiasis

Post miksi
POST MIKSI
Kita harus menilai apakah setelah pasien berkemih kontras di buli
minimal? Seandainya terdapat sisa yang banyak kita dapat mengasumsikan
apakah terdapat sumbatan di distal buli ataupun otot kandung kencing yang
lemah. Normalnya yaitu sisa 1/3 dari buli-buli penuh

2.7.3 Urografi Retrograde


Indikasi urografi retrograde adalah untuk melihat anatomi traktus
urinarius bagian atas dan lesi-lesinya. Hal ini dikerjakan apabila pielografi
intravena tidak berhasil menyajikan anatomi dan lesi-lesi traktus
urinarius bagian atas. Keistimewaan urografi retrigrad berguna melihat fistel.
Urografi retrograd memerlukan prosedur sistoskopi. Kateter dimasukkan
oleh ahli urologi. Kerjasama antara ahli urologi dan radiologi diperlukan karena
waktu memasukkan kotras, posisi pasien dapat dipantau (dimonitor) dengan
fluoroskopi atau televisi. Udara dalam kateter dikeluarkan, kemudian 25 %
bahas kontras yang mengandung iodium disuntikkan dengan dosis 5-10 ml
dibawah pengawasan fluoroskopi. Harus dicegah pengisian yang
berlebihan karena risiko ekstravasasi ke dalam sinusrenalis atau intravasasi ke
dalam kumpulan saluran-saluran (collecting duct). Ekstravasasi kontras dapat
menutupi bagian-bagian yang halus dekat papilla. Rutin dibuat proyeksi frontal
dan oblik. Kemudian kateter diangkat pada akhir pemeriksaan, lalu dibuat foto
polos abdomen. Jika ada obstruksi dibuat lagi foto 15 menit kemudian.
Komplikasi dapat berupa sepsis, perforasi ureter, ekstravasasi
bahankontras, reaksi bahan kontras, hematuri dan anuri berhubung dengan
edema pada sambungan ureter dan vesika.

2.7.4 Ultrasonografi (USG)


Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging diagnostik
( pencitraan diagnostik) untuk pemeriksaan alat alat dalam tubuh manusia,
diman kita dapat mempelajari bentuk, ukuran anatomis, gerakan serta hubungan
dengan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan ini bersifat non-invasif, tidak
menimbulkan rasa sakit pada penderita, dapat dilakukan dengan cepat, aman
dan data yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik yang tinggi. Tidak ada
kontra indikasinya, karena pemeriksaan ini sama sekali tidak akan
memperburuk penyakit penderita. Dalam 20 tahun terakhir ini, diagnostik
ultrasonik berkembang dengan pesatnya, sehingga saat ini USG mempunyai
peranan penting untuk meentukan kelainan berbagai organ tubuh.
Ultrasonografi (USG) merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat
dilakukan secara bed-side dan relatif tidak mahal. Pada ginjal pemeriksaan ini
cukup efektif dan akurat dalam mendeteksi adanya abses renal,
pyohidronefrosis, atau adanya batu saluran kemih. Selain itu USG juga cukup
baik dalam menilai parenkim ginjal, ketebalan korteks ginjal, serta mendeteksi
hidronefrosis.
Sonogram ginjal normal :
Ukuran ginjal normal dewasa : Ginjal kanan : 8– 14 cm (rata-rata 10,74
cm), Ginjal kiri : 7–12 cm (rata-rata 11.10 cm), Diameter antero-posterior 4 cm
dan diameter melintang rata-rata 5 cm. Ukuran panjang ginjal normal secara
USG lebih kecil bila dibandingkan dengan yang terlihat secara radiografi.
Ginjal normal memperlihatkan sonodensitas kortek yang lebih rendah
(hipoekoik) dibandingkan dengan sonodensitas hati,limpa dan sinus renalis.
Tebal kortek kira-kira 1/3 – 1/2 sinus renalis dengan batas rata atau
bergelombang pada ginjal yang lobulated. Sedangkan sinus renalis yang terletak
ditengah ginjal memberikan sonodensitas yang tinggi (hiperekoik) disebabkan
karena komposisinya yang terdiri atas lemak dan jaringan parenkim ginjal.
Didalam sinus renalis terdapat garis-garis anekoik, yaitu irisan kalises yang bila
diikuti akan bergabung pada daerah anekoik besar, yaitu pelvis renals.
Usg ginjal normal

2.7.5 Computed Tomography Scan (CT-Scan)


Pemeriksaan CT scan pada kasus infeksi saluran kemih bermanfaat untuk
mendeteksi adanya pielonefritis akut. Dengan CT scan kontras, pielonefritis
akut akan tampak sebagai daerah yang underperfusion. Adapun keunggulan CT
adalah memberikan resolusi anatomi yang lebih baik, sehingga membantu untuk
kasus sulit. CT scan juga bermanfaat pada kasus abses renal atau pionefrosis.
Kekurangan dari CT adalah efek radiasi pada tubuh. Diperkirakan pada orang
dewasa pemeriksaan CT abdomen tunggal memberikan efek radiasi setara
dengan 500 kali pemeriksaan foto polos toraks.

Normal

2.7.6 Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Pemeriksaan MRI manfaat utamanya pada ginjal adalah untuk mendeteksi
adanya massa ginjal. Keuntungan dari pemeriksaan MRI adalah memberikan
gambaran multiplanar, secara jelas memberikan gambaran antara jaringan
normal dengan jaringan yang patologis serta tidak ada efek radiasi.
Normal

2.8 Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran
k e m i h secepatnya harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan
p e n y u l i t y a n g l e b i h  berat. Indikasi untuk melakukan tindakan atau terapi
pada batu saluran kemiha d a l a h j i k a b a t u t e l a h m e n i m b u l k a n o b s t r u k s i ,
i n f e k s i , a t a u h a r u s d i a m b i l karena suatu indikasi sosial. Obstruksi karena
batu saluran kemih yang telah menimbulkan hidroureter atau hidronefrosis dan batu
yang sudah menimbulkaninfeksi saluran kemih, harus segera dikeluarkan.
Kadang kala batu saluran kemih tidak menimbulkan penyulit
sepertidiatas, namun diderita oleh seorang yang karena pekerjaannya
(misalkan batuyang diderit a oleh seorang pilot pesawat terbang) memiliki
resiko tinggi dapatmenimbulkan sumbatan saluran kemih pada saat yang
bersangkutan sedangm e n j a l a n k a n p r o f e s i n y a d a l a m h a l i n i b a t u h a r u s
d i k e l u a r k a n d a r i s a l u r a n kemih.
Pilihan terapi antara lain:
1 . T e r a p i K o n s e r v a t i f Sebagian besar batu
ureter mempunyai diameter <5 mm. S e p e r t i disebutkan
sebelumnya, batu ureter <5 mm bisa keluar spontan. Terapi b e r t u j u a n
untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan
pemberian diuretikum, berupa :
b.Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari. α - b l o c k e r
d . N S A I D Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di
samping ukuran batusyarat lain untuk observasi adalah berat ringannya
keluhan pasien, adat i d a k n y a i n f e k s i d a n o b s t r u k s i . A d a n y a
kolik berulang atau I S K   menyebabkan observasi bukan
merupakan pilihan. Begitu juga dengan adanya obstruksi, apalagi pada
pasien-pasien tertentu (misalnya ginjal tunggal, ginjal trasplan dan
penurunan fungsi ginjal ) tidak ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien seperti
ini harus segera dilakukan intervensi
2 . E S W L ( Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Berbagai tipe mesin ESWL bisa didapatkan saat ini.
W a l a u  prinsip kerjanya semua sama, terdapat perbedaan yang nyata antara
mesingenerasi lama dan baru, dalam terapi batu ureter. Pada generasi baru
titik fokusnya lebih sempit dan sudah dilengkapi dengan flouroskopi,
sehinggamemudahkan dalam pengaturan target/posisi tembak untuk batu
ureter.H a l i n i y a n g t i d a k t e r d a p a t p a d a m e s i n g e n e r a s i
l a m a , s e h i n g g a pemanfaatannya untuk terapi batu ureter sangat
terbatas. M e s k i p u n demikian mesin generasi baru ini juga punya
kelemahan yaitu kekuatantembaknya tidak sekuat yang lama, sehingga untuk batu
yang keras perlu beberapa kali tindakan.
Dengan ESWL sebagian besar pasien tidak perlu dibius, hanyadiber i
obat penangkal nyeri. Pasien akan berbaring di suatu alat dan
akandikenakan gelombang kejut untuk memecahkan batunya Bahkan
padaESWL generasi terakhir pasien bisa dioperasi dari ruangan terpisah. Jadi, begitu
lokasi ginjal sudah ditemukan, dokter hanya menekan tombol dan ESWL di
ruang operasi akan bergerak. Posisi pasien sendiri bisa telentangatau telungkup
sesuai posisi batu ginjal. Batu ginjal yang sudah pecaha k a n k e l u a r
b e r s a m a a i r s e n i . B i a s a n y a p a s i e n t i d a k p e r l u d i r a w a t d a n dapat
langsung pulang.E S W L d i t e m u k a n d i J e r m a n d a n d i k e m b a n g k a n d i
P e r a n c i s . Pada Tahun 1971, Haeusler dan Kiefer memulai uji coba secara
in-vitro. 15

 
Penghancuran batu ginjal menggunakan gelombang kejut. Tahun
1974,secara resmi pemerintah Jerman memulai proyek penelitian dan
aplikasiE S W L . K e m u d i a n p a d a a w a l t a h u n 1 9 8 0 , p a s i e n p e r t a m a
batu ginjalditerapi dengan ESWL di kota Munich menggunakan
mesin D o r n i e r   Lithotripter HMI. Kemudian berbagai penelitian lanjutan
dilakukan secarai n t e n s i f d e n g a n i n - v i v o m a u p u n i n - v i t r o . B a r u l a h
m u l a i t a h u n 1 9 8 3 , ESWL secara resmi diterapkan di Rumah Sakit di
Jerman. Di Indonesia,sejarah ESWL dimulai tahun 1987 oleh Prof.Djoko
Raharjo di RumahS a k i t P e r t a m i n a , J a k a r t a . S e k a r a n g , a l a t g e n e r a s i
t e r b a r u P e r a n c i s i n i sudah dimiliki beberapa rumah sakit besar di
Indonesia seperti RumahSakit Advent Bandung dan Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo.Pembangkit (generator) gelombang kejut dalam ESWL ada
tiga jenis yaitu elektrohidrolik, piezoelektrik dan elektromagnetik.
Masing-masing generator mempunyai cara kerja yang berbeda, tapi sama-
samam e n g g u n a k a n a i r a t a u g e l a t i n s e b a g a i medium untuk
merambatkangelombang kejut. Air dan gelatin mempunyai
sifat akustik p a l i n g mendekati sifat akustik tubuh sehingga tidak akan
menimbulkan rasa sakit pada saat gelombang kejut masuk tubuh. E S W L
merupakan alat pemecah batu ginjal
d e n g a n menggunakan gelombang kejut antara 15-22 kilowatt. Meskipun
hampir semua jenis dan ukuran batu ginjal dapat dipecahkan oleh ESWL,
masihharus ditinjau efektivitas dan efisiensi dari alat ini. ESWL hanya
sesuaiuntuk menghancurkan batu ginjal dengan ukuran kurang dari 3 cm
sertat e r l e t a k di ginjal atau saluran kemih antara ginjal dan
kandung kemih ( k e c u a l i y a n g t e r h a l a n g o l e h t u l a n g p a n g g u l ) .
Hal laim yang p e r l u diperhatikan adalah jenis batu apakah bisa
dipecahkan oleh ESWL atau tidak. Batu yang keras (misalnya kalsium oksalat
monohidrat) sulit pecah d a n p e r l u b e b e r a p a k a l i t i n d a k a n . E S W L t i d a k
b o l e h d i g u n a k a n o l e h penderita darah tinggi, kencing manis, gangguan
pembekuan darah dan f u n g s i g i n j a l , w a n i t a h a m i l d a n a n a k - a n a k ,
s e r t a b e r a t b a d a n b e r l e b i h (obesitas). Penggunaan ESWL untuk terapi
batu ureter distal pada wanita d a n anak-anak juga harus
d i p e r t i m b a n g k a n d e n g a n s e r i u s . S e b a b a d a kemungkinan terjadi
kerusakan pada ovarium. Meskipun belum ada datayang valid, untuk
wanita di bawah 40 tahun sebaiknya diinformasikan sejelas-jelasnya
3. Endourologi
Tindakan Endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu,
dank e m u d i a n m e n g e l u a r k a n n y a d a r i s a l u r a n k e m i h m e l a l u i
a l a t y a n g dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu
dimasukkanmelalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit
( p e r k u t a n ) . P r o s e s  pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan
memakai energihidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.
Beberapa tindakan endourologi antara lain:
a.PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy ) yaitu mengeluarkan
batuyang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan
alate n d o s k o p i k e s i s t e m k a l i s e s m e l a l u i i n s i s i p a d a
k u l i t . B a t u kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih
d a h u l u m e n j a d i fragmen-fragmen kecil.
PNL yang berkembang sejak dekade 1980-an
s e c a r a teoritis dapat digunakan sebagai terapi semua batu
u r e t e r . T a p i dalam prakteknya sebagian besar telah diambil alih oleh URS
danE S W L . M e s k i p u n d e m i k i a n u n t u k b a t u u r e t e r p r o k s i m a l
y a n g  besar dan melekat masih ada tempat untuk PNL. Prinsip dari PNLa d a l a h
membuat akses ke kalik atau pielum secara
p e r k u t a n . Kemudian melalui akses tersebut kita masukkan nefroskop
rigid a t a u f l e k s i b e l , a t a u u r e t e r o s k o p , u n t u k s e l a n j u t n y a b a t u
u r e t e r   diambil secara utuh atau dipecah dulu.
Keuntungan dari PNL, bila batu kelihatan, hampir pasti d a p a t
diambil atau dihancurkan; fragmen dapat diambil semuakarena
ureter bisa dilihat dengan jelas. Prosesnya berlangsungc e p a t
dan dengan segera dapat diketahui berhasil atau
t i d a k . Kelemahannya adalah PNL perlu keterampilan khusus bagi
ahliu r o l o g i . Sebagian besar pusat pendidikan
l e b i h b a n y a k   menekankan pada URS dan ESWL dibanding PNL.
b.Litotripsi (untuk memecah batu buli-buli atau batu uretra
d e n g a n memasukkan alat pemecah batu/litotriptor ke dalam buli-buli),
c.ureteroskopi atau uretero-renoskopi. Keterbatasan
URS adalahtidak bisa untuk ekstraksi langsung batu
u r e t e r y a n g b e s a r , sehingga perlu alat pemecah batu seperti yang
disebutkan di atas.P i l i h a n untuk menggunakan jenis
pemecah batu tertentu,tergantung pada pengalaman
m a s i n g - m a s i n g o p e r a t o r d a n ketersediaan alat tersebut.
d.ekstraksi Dormia (mengeluarkan batu ureter dengan
menjaringnyamelalui alat keranjang Dormia).Pengembangan ureteroskopi sejak
tahun 1980 an telah mengubahs e c a r a d r a m a t i s t e r a p i b a t u u r e t e r .
Kombinasi ureteroskopi d e n g a n  pemecah batu ultrasound,
EHL, laser dan pneumatik telah sukses dalammemec ah batu ureter.
Juga batu ureter dapat diekst raksi langsung dengantuntunan URS.
Dikembangkannya semirigid URS dan fleksibel URS telahmenambah cakupan
penggunaan URS untuk terapi batu ureter.

4. Bedah Terbuka
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadaiu n t u k
tindakan-tindakan endourologi, laparoskopi, maupun
ESWL,  p e n g a m b i l a n batu masih dilakukan melalui
pembedahan terbuka.P e m b e d a h a n terbuka itu antara
lain adalah: pielolitotomi atau nefrolitotomi
untuk mengambil batu pada saluran ginjal,
d a n ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien harus
menjalanitindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah
tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah sangat
tipis,a t a u mengalami pengkerutan akibat batu
saluran kemih y a n g menimbulkan obstruksi atau infeksi yang
menahun.
Beberapa variasi operasi terbuka untuk batu ureter
mungkinm a s i h dilakukan. Tergantung pada
anatomi dan posisi b a t u , ureterolitotomi bisa dilakukan lewat
insisi pada flank, dorsal atau anterior.Meskipun demikian dewasa ini operasi
terbuka pada batu ureter kuranglebih tinggal 1 -2 persen saja, terutama
pada penderita-penderita dengankelainan anatomi atau ukuran batu ureter
yang besar.
5 . P e m a s a n g a n S t e n t Meskipun bukan pilihan terapi
utama, pemasangan  stent ureter terkadang memegang peranan penting
sebagai tindakan tambahan dalam   p e n a n g a n a n b a t u u r e t e r . M i s a l n y a
p a d a p e n d e r i t a s e p s i s y a n g d i s e r t a i tanda-tanda obstruksi, pemakaian,
stent sangat perlu. Juga pada batu ureter yang melekat (impacted).
Setelah batu dikeluarkan dari sal uran kemih, tindakan
s e l a n j u t n y a yang tidak kalah pentingnya adalah upaya menghindari timbulnya
kekambuhan.A n g k a k e k a m b u h a n b a t u s a l u r a n k e m i h r a t a - r a t a 7 %
p e r t a h u n a t a u k u r a n g lebih 50% dalam 10 tahun.
2.9 Komplikasi
Dibedakan komplikasi akut dan komplikasi jangka
p a n j a n g . Komplikasi akut yang sangat diperhatikan oleh
p e n d e r i t a a d a l a h k e m a t i a n , kehilangan ginjal, kebutuhan transfusi dan
tambahan intervensi sekunder yangtidak direncanakan. Data kematian,
kehilangan ginjal dan kebutuhan transfusi  pada tindakan batu ureter memiliki
risiko sangat rendah. Komplikasi akut dapatd i b a g i menjadi yang
s i g n i f i k a n d a n k u r a n g s i g n i f i k a n . Y a n g t e r m a s u k   komplikasi
signifikan adalah avulsi ureter, trauma organ pencernaan, sepsis,trauma
vaskuler, hidro atau pneumotorak, emboli paru dan urinoma. Sedangyang
termasuk kurang signifikan perforasi ureter, hematom perirenal, ileus,
stein strasse, infeksi luka operasi, ISK dan migrasi stent 

Komplikasi jangka panjang adalah striktur ureter. Striktur tidak hanyadisebabkan


oleh intervensi, tetapi juga dipicu oleh reaksi inflamasi dari
batu,terutama yang melekat. Angka kejadian striktur kemungkinan lebih
besar dariyang ditemukan karena secara klinis tidak tampak dan sebagian besar
penderitatidak dilakukan evaluasi radiografi (IVP) pasca operasi.

Obstruksi adalah komplikasi dari batu ginjal yang dapat menyebabkanterjadinya


hidronefrosis dan kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrosisyang berakhir
dengan kegagalan faal ginjal yang terkena. Komplikasi lainnya dapat
terjadi saat penanganan batu dilakukan. Infeksi, termasuk
didalamnyaadalah pielonefritis dan sepsis yang dapat terjadi melalui pembedahan
terbukam a u p u n n o n i n v a s i f s e p e r t i E S W L . B i a s a n y a i n f e k s i t e r j a d i
s e s a a t s e t e l a h dilakukannya PNL, atau pada beberapa saat setelah
dilakukannya ESWL saat pecahan batu lewat dan obstruksi terjadi. Cidera
pada organ-organ terdekats e p e r t i l i e n , h e p a r , k o l o n d a n p a r u s e r t a
perforasi pelvis renalis juga d a p a t terjadi saat dilakukan PNL,
visualisasi yang adekuat, penanganan yang hati- h a t i , i r i g a s i s e r t a
d r a i n a s e y a n g c u k u p d a p a t m e n u r u n k a n r e s i k o t e r j a d i n y a komplikasi
ini.
Pada batu ginjal nonstaghorn, komplikasi berupa kehilangan
darah,demam, dan terapi nyeri yang diperlukan selama dan sesudah
prosedur lebihsedikit dan berbeda secara bermakna pada ESWL
dibandingkan dengan PNL.Demikian pula ESWL dapat dilakukan dengan rawat
jalan atau perawatan yanglebih singkat dibandingkan PNL.
Komplikasi akut meliputi transfusi, kematian, dan
k o m p l i k a s i keseluruhan. Dari meta-analisis, kebutuhan transfusi pada PNL dan
kombinasiterapi sama (< 20%). Kebutuhan transfusi pada ESWL sangat
rendah kecuali pada hematom perirenal yang besar. Kebutuh an transfusi
pada operasi terbukamencapai 25-50%. Mortalitas akibat tindakan jarang,
namun dapat dijumpai, k h u s u s n y a pada pasien dengan
k o m o r b i d i t a s a t a u m e n g a l a m i s e p s i s d a n komplikasi akut lainnya.
Dari data yang ada di pusat urologi di Indonesia, risikokematian pada operasi
terbuka kurang dari 1%.
Komplikasi ESWL meliputi kolik renal (10,1%), demam
( 8 , 5 % ) , urosepsis (1,1%) dan steinstrasse (1,1%). Hematom ginjal terjadi akibat
trauma parietal dan viseral. Hasil studi pada hewan tidak menunjukkan adanya
kelainanl a n j u t y a n g b e r a r t i . D a l a m e v a l u a s i j a n g k a p e n d e k p a d a
anak pasca ESWL,dijumpai adanya perubahan fungsi tubular
y a n g b e r s i f a t s e m e n t a r a y a n g kembali normal setelah 15 hari. Belum
ada data mengenai efek jangka panjang  pasca ESWL pada anak.
Komplikasi pasca PNL meliputi demam (46,8%) dan hematuria
yangm e m e r l u k a n t r a n s f u s i ( 2 1 % ) . K o n v e r s i k e o p e r a s i t e r b u k a
p a d a 4 , 8 % k a s u s akibat perdarahan intraoperatif, dan 6,4% mengalami
ekstravasasi urin. Padas a t u k a s u s d i l a p o r k a n t e r j a d i h i d r o t h o r a k s
p a s c a P N L . K o m p l i k a s i o p e r a s i terbuka meliputi leakage urin (9%),
infeksi luka (6,1%), demam (24,1%), dan  perdarahan pascaoperasi
(1,2%). Pedoman penatalaksanaan batu ginjal pada anak adalah dengan
ESWL monoterapi, PNL, atau operasi terbuka.

2.10 Prognosis
Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak   batu,
dan adanya infeksi serta obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin  b u r u k
prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi
d a p a t mempermudah terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan
adanyai n f e k s i k a r e n a f a k t o r o b s t r u k s i a k a n d a p a t m e n y e b a b k a n
p e n u r u n a n f u n g s i ginjal.
Pada pasien dengan batu yang ditangani dengan ESWL,
6 0 % dinyatakan bebas dari batu, sisanya masih memerlukan perawatan ulang
karenam a s i h a d a s i s a f r a g m e n b a t u d a l a m s a l u r a n k e m i h n y a .
P a d a p a s i e n y a n g ditangani dengan PNL, 80% dinyatakan bebas dari batu,
namun hasil yang baik ditentukan pula oleh pengalaman operator.
Daftar Pustaka

Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 4th ed. US: Saunders; 2006.
Scanlon VC, Sanders T. Essential of anatomy and physiology. 5th ed. US: FADavis Company; 2007.
Van de Graaf KM. Human anatomy. 6th ed. US: The McGraw-HillCompanies; 2001.
Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II.EGC: Jakarta.
http://medicastore.com/penyakit/90/Batu_Saluran_Kemih.html.akses tanggal 9 April 2013.
Purnomo, Basuki 2007. Dasar-dasar Urologi. edisi kedua. Sagung seto: Jakarta.
Soeparman, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Hlmn 378. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
Sjamsuhidayat. De jong, wim. Buku ajar ilmu Bedah. Hlmn 1024-1034. EGC: Jakarta.9.
http://www.emedicine.com/med/topic1599.htm/nefrolitiasis.akses tanggal 9 April 2013.
Glenn, James F. 1991. Urologic Surgery Ed.4. Philadelphia : Lippincott-Raven Publisher.
Oswari, Jonatan; Adrianto, Petrus. 1995. Buku Ajar bedah, EGC: Jakarta.
Rasyad, Syahriar, dkk. 1998. Radiologi Diagnostik, Ed.4, Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
Shires, Schwartz. Intisari prinsip – prinsip ilmu bedah. ed-6. EGC : Jakarta. 588-589.
http://www.aku.edu/akuh/health_awarness/pdf/Stones-in-the-Urinary-Tract.pdf.akses tanggal 9 April 2013.

Anda mungkin juga menyukai