Nefrolitiasis
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti
Program Pendidikan Klinik Stase Ilmu Radiologi
Di RSUD Wonosari
disusun oleh:
Andrianto Aliong
08711159
Radian Ashar Pambudi
08711218
Pembimbing:
dr. Fx.Siswahyudi, Sp.Rad
KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU RADIOLOGI
RSUD WONOSARI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2013
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullah hi Wabarokatuh
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala anugerah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tinjuan pustaka berjudul Nefrolitiasis ini tepat
pada waktunya.
Tinjauan pustaka ini kami susun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Radiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Indonesia.
Dalam penulisan tinjauan pustaka ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan
petunjuk-petunjuk, serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak guna terselesainya
penelitian ini. Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1.
dr. Fx. Siswahyudi, M.Sc, Sp. Rad selaku Kepala S.M.F. Ilmu Radiologi
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, atas segala
bantuan dan dukungan yang diberikan, baik secara moral maupun material yang
diberikan demi terlaksananya penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tinjauan pustaka ini masih banyak
terdapat kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun kami harapkan demi
kesempurnaan laporan penelitian ini.
Semoga tulisan ini dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam masalah kesehatan
dan memberikan manfaat bagi masyarakat.
Waalamualaikumsalam Warahmatullah hi Wabarokatuh
Wonosari, April 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak jaman Babilonia danzaman
Mesir kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah diketemukan batu
padak a n d u n g
menyerang
kemih
seorang
penduduk
mumi.
diseluruh
Penyakit
dunia
dan
ini
tidak
dapat
terkecuali
p e n d u d u k d i I n d o n e s i a . An g k a k e j a d i a n p e n y a k i t i n i t i d a k
sama
di
berbagai
n e g a r a berkembang,
belahan
banyak
bumi.
dijumpai
Di
pasien
batu
negarabuli-buli
negeri
penderita b a t u
yang
ginjal
pernah
ya n g
dipublikasi
mendapat
didapatkan
tindakan
peningkatan
di
jumlah
RSUPN-Cipto
pembentukan
batu
merupakan
masalah
yang
seringmuncul pada semua jenis batu dan oleh karena itu menjadi
bagian penting p e r a w a t a n
medis
pada
pasien
dengan
batu
saluran
batu
saluran
kemih
diduga
ada
hubungannya
Secara
epidemiologis
terdapat
beberapa
faktor
yang
buli-buli
dan
batu
uretra.
Batu
saluran
kemih
pada
l a i n n ya . S e m u a
tipe
batu
saluran
kemih
memiliki
Selain membuang sisa-sisa metabolisme tubuh melalui urine, ginjal berfungsi juga
dalam 1.) mengontrol sekresi hormone-hormon aldosteron dan ADH (anti diuretic
hormone) dalam mengatuir jumlah cairan tubuh, 2.) mengatur metabolisme ion kalsium
dan vitamin D, 3.) menghasilkan beberapa hormone, antara lain eritropoetin yang
berperan dalam pembentukan sel darah merah, renin yang berperan dalam mengatur
tekanan darah, serta hormone prostaglandin.(2)
2.3. ETIOLOGI
2.3 Epidemiologi dan etiologi Penyakit Batu Saluran Kemih
2.3.1 Distribusi dan Frekuensi
Berdasarkan data dari Urologic Disease in America pada tahun 2000,
insidens rate tertinggi kelompok umur berdasarkan letak batu yaitu saluran
kemih atas adalah pada kelompok umur 55-64 tahun 11,2 per-100.000
populasi, tertinggi kedua adalah kelompok umur 65-74 tahun 10,7 per100.000 populasi. Insidens rate tertinggi jenis kelamin berdasarkan letak
batu yaitu saluran kemih atas adalah pada jenis kelamin laki-laki 74 per100.000 populasi, sedangkan pada perempuan 51 per-100.000 populasi.
Insidens rate tertinggi kelompok umur berdasarkan letak batu yaitu saluran
kemih bawah adalah pada kelompok umur 75-84 tahun 18 per-100.000
populasi, tertinggi kedua adalah kelompok umur 65-74 tahun 11 per100.000 populasi. Insidens rate tertinggi jenis kelamin berdasarkan letak
batu yaitu saluran kemih bawah adalah jenis kelamin laki-laki 4,6 per100.000 populasi sedangkan pada perempuan 0,7 per-100.000 populasi.4
Analisis jenis batu berdasarkan jenis kelamin di Amerika Serikat pada
tahun 2005, jenis kelamin laki-laki dengan batu kalsium 75%, batu asam
urat 23,1%, batu struvit 5%, dan batu cysteine 0,5%, sedangkan pada
perempuan jenis batu kalsium 86,2%, batu asam urat 11,3%, batu struvit
1,3%, dan batu cysteine 1,3%. Analisis jenis batu berdasarkan jenis kelamin
di Australia Selatan pada tahun 2005 yaitu pada jenis kelamin laki-laki jenis
batu kalsium oksalat 73%, batu asam urat 79%, sedangkan pada perempuan
jenis batu struvit 58%. Analisis jenis batu berdasarkan kelompok umur,
jenis batu kalsium oksalat 50-60 tahun, batu asam urat 60-65 tahun dan batu
struvit 20-55 tahun.
a.1 Umur
Umur terbanyak penderita BSK di negara-negara Barat adalah 2050 tahun, sedangkan di Indonesia terdapat pada golongan umur 30-60
tahun. Penyebab pastinya belum diketahui, kemungkinan disebabkan
karena adanya perbedaan faktor sosial ekonomi, budaya, dan diet.2
Berdasarkan penelitian Latvan, dkk (2005) di RS.Sedney Australia,
proporsi BSK 69% pada kelompok umur 20-49 tahun. Menurut
Basuki (2011), penyakit BSK paling sering didapatkan pada usia 3050 tahun.3
a.2 Jenis kelamin
Kejadian BSK berbeda antara laki-laki dan wanita. Jumlah pasien
laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien
perempuan. Tingginya kejadian BSK pada laki-laki disebabkan oleh
anatomis saluran kemih pada laki-laki yang lebih panjang
dibandingkan perempuan, secara alamiah didalam air kemih laki-laki
kadar kalsium lebih tinggi dibandingkan perempuan, dan pada air
kemih perempuan kadar sitrat (inhibitor) lebih tinggi, laki-laki
memiliki hormon testosterone yang dapat meningkatkan produksi
oksalat endogen di hati, serta adanya hormon estrogen pada
perempuan yang mampu mencegah agregasi garam kalsium. 3 Insiden
BSK di Australia pada tahun 2005 pada laki-laki 100-300 per 100.000
populasi sedangkan pada perempuan 50-100 per 100.000 populasi.7
a.3 Heriditer/ Keturunan
Faktor keturunan dianggap mempunyai peranan dalam terjadinya
penyakit BSK. Walaupun demikian, bagaimana peranan faktor
keturunan tersebut sampai sekarang belum diketahui secara jelas.
Berdasarkan penelitian Latvan, dkk (2005) di RS. Sedney Australia
berdasarkan keturunan proporsi BSK pada laki-laki 16,8% dan pada
perempuan 22,7%.7
b. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar
individu seperti geografi, iklim, serta gaya hidup seseorang.
b.1 Geografi
pada
supersanturasi.
a.4 Teori Epitaksi
individu
lain
tidak,
meskipun
sama-sama
terjadi
Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain
yang berbeda sehingga akan cepat membesar dan menjadi batu campuran.
Keadaan ini disebut nukleasi heterogen dan merupakan kasus yang paling
sering yaitu kristal kalsium oksalat yang menempel pada kristal asam urat
yang ada.
a.5 Teori Kombinasi
Banyak ahli berpendapat bahwa BSK terbentuk berdasarkan campuran dari
beberapa teori yang ada.
a.6 Teori Infeksi
Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi karena adanya infeksi dari
kuman tertentu. Pengaruh infeksi pada pembentukan BSK adalah teori
terbentuknya batu survit dipengaruhi oleh pH air kemih > 7 dan terjadinya
reaksi sintesis ammonium dengan molekul magnesium dan fosfat sehingga
terbentuk magnesium ammonium fosfat (batu survit) misalnya saja pada
bakteri pemecah urea yang menghasilkan urease. Bakteri yang menghasilkan
urease yaitu Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas,
dan Staphiloccocus.
Teori pengaruh infeksi lainnya adalah teori nano bakteria dimana penyebab
pembentukan BSK adalah bakteri berukuran kecil dengan diameter 50-200
nanometer yang hidup dalam darah, ginjal dan air kemih. Bakteri ini tergolong
gram negatif dan sensitif terhadap tetrasiklin. Dimana dinding pada bakteri
tersebut dapat mengeras membentuk cangkang kalsium kristal karbonat apatit
dan membentuk inti batu, kemudian kristal kalsium oksalat akan menempel
yang lama kelamaan akan membesar. Dilaporkan bahwa 90% penderita BSK
mengandung nano bakteria.
b. Teori Vaskuler 2,18,20
Pada penderita BSK sering didapat penyakit hipertensi dan kadar kolesterol
darah yang tinggi, maka Stoller mengajukan teori vaskuler untuk terjadinya BSK,
yaitu :
b.1 Hipertensi
Pada penderita hipertensi 83% mempunyai perkapuran ginjal sedangkan
pada orang yang tidak hipertensi yang mempunyai perkapuran ginjal sebanyak
52%. Hal ini disebabkan aliran darah pada papilla ginjal berbelok 180 dan
aliran darah berubah dari aliran laminer menjadi turbulensi. Pada penderita
a.2 Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (dehidrat) yaitu batu
berwarna kuning, mudah hancur daripada whewellite.
b. Batu asam urat3
Lebih kurang 5-10% penderita BSK dengan komposisi asam urat. Pasien
biasanya berusia > 60 tahun. Batu asam urat dibentuk hanya oleh asam urat.
Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang lebih
besar menderita penyakit BSK, karena keadaan tersebut dapat meningkatkan
ekskresi asam urat sehingga pH air kemih menjadi rendah. Ukuran batu asam urat
bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar sehingga membentuk
staghorn (tanduk rusa). Batu asam urat ini adalah tipe batu yang dapat dipecah
dengan obat-obatan. Sebanyak 90% akan berhasil dengan terapi kemolisis.
c. Batu struvit (magnesium-amonium fosfat) 3,18,26
Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan
oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan
kuman pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan
merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak.
Kuman yang termasuk pemecah urea di antaranya adalah : Proteus spp, Klebsiella,
Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus. Ditemukan sekitar 1520% pada penderita BSK
Batu struvit lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Infeksi saluran
kemih terjadi karena tingginya konsentrasi ammonium dan pH air kemih >7. Pada
batu struvit volume air kemih yang banyak sangat penting untuk membilas bakteri
dan menurunkan supersaturasi dari fosfat.
d. Batu Sistin 18,26
Batu Sistin terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan ginjal.
Merupakan batu yang paling jarang dijumpai dengan frekuensi kejadian 1-2%.
Reabsorbsi asam amino, sistin, arginin, lysin dan ornithine berkurang, pembentukan
batu terjadi saat bayi. Disebabkan faktor keturunan dan pH urine yang asam. Selain
karena urine yang sangat jenuh, pembentukan batu dapat juga terjadi pada individu
yang memiliki riwayat batu sebelumnya atau pada individu yang statis karena
imobilitas. Memerlukan pengobatan seumur hidup, diet mungkin menyebabkan
pembentukan batu, pengenceran air kemih yang rendah dan asupan protein hewani yang
tinggi menaikkan ekskresi sistin dalam air kemih.
2.4 Gejala Gejala Batu Saluran Kemih
Manisfestasi klinik adanya batu dalam saluran kemih bergantung pada adanya
obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi obstruksi
yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala
ginjal serta ureter proksimal. Infeksi biasanya disertai gejala demam, menggigil, dan
dysuria. Namun, beberapa batu jika ada gejala tetapi hanya sedikit dan secara perlahan
akan merusak unit fungsional (nefron) ginjal, dan gejala lainnya adalah nyeri yang luar
biasa ( kolik).28
Gejala klinis yang dapat dirasakan yaitu : 3,28,29
a. Rasa Nyeri
Lokasi nyeri tergantung dari letak batu. Rasa nyeri yang berulang (kolik)
tergantung dari lokasi batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan
diseluruh area kostovertebratal, tidak jarang disertai mual dan muntah, maka pasien
tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu yang berada di ureter dapat
menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan
genitalia. Pasien sering ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang
keluar, dan biasanya air kemih disertai dengan darah, maka pasien tersebut
mengalami kolik ureter.
b. Demam
Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah sehingga
menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal. Gejala ini disertai
jantung berdebar, tekanan darah rendah, dan pelebaran pembuluh darah di kulit.
c. Infeksi
BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat
obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di saluran kemih
karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan
Staphiloccocus.
pemeriksaan
menegakkandiagnosis,
melalui
anamnesis
p e n ya k i t
batu
dan
perlu
jasmani
ditunjang
untuk
dengan
sehingga
dari
sifat
ini
dapat
diduga
jenis
batu
opak,
batu
y a n g dihadapi.
Batu
kalsium
m a g n e s i u m amonium
akan
memberikan
fosfat
akan
murni
bayangan
memberikan
akan
bayangan
memberikan
semiopak,
bayangan
renogram
berguna
untuk
menentukan faal kedua ginjal secara terpisah pada batu ginjal bilateral atau bila
kedua ureter tersumbat total.Cara ini dipakai untuk memastikan ginjal yang masih
mempunyai sisa faal yangc u k u p s e b a g a i d a s a r u n t u k m e l a k u k a n t i n d a k
b e d a h p a d a g i n j a l ya n g s a k i t . Pemeriksaan ultrasonografi dapat untuk melihat
semua jenis batu, menentukanruang dan lumen saluran kemih, serta dapat digunakan
untuk menentukan posisi batu selama tindakan pembedahan untuk mencegah
tertingggalnya batu.
kolik
ureter
maupun
ginjal,
k h u s u s n ya
yang
kanan,
kemih
tumor yang
yang
umumnya
bertahun-tahun
karsinoma
dapat
epidermoid,
menyebabkan
akibat
terjadinya
rangsangan
dan
Normal
Kelainan kongenital.
Radang atau infeksi.
Massa atau tumor.
Trauma.
Pada pielografi normal akan diperoleh gambaran bentuk ginjal seperti
kacang. Kutub (pool) atas ginjal kiri setinggi Th.11, bagian bawah, batas bawah
setinggi korpus vertebra L3. Ginjal kanan letaknya kira-kira 2 cm lebih rendah
daripada yang kiri. Pada pernafasan, kedua ginjal bergerak dan pergerakan ini
dapat dilihat dengan fluoroskopi. Arah sumbu ke bawah dan lateral sejajar
dengan muskuli psoas kanan dan kiri. Dengan adanya lemak perirenal, ginjal
mendapat lebih jelas terlihat. Hal ini terutama dapat dilihat pada orang gemuk.
Pelvis renalis kemudian dilanjutkan dengan kalik mayor, biasanya Dari kalik
mayor dilanjutkan dengan kalik minor. Jumlahnya bervariasi antara 6-14.
Kedua ureter berjalan lurus dari pelvis renis ke daerah pertengahan sakrum dan
berputar ke belakang lateral dalam suatu arkus, turunke bawah dan masuk ke
dalam dan depan untuk memasuki trigonum buli-buli.
Tiga tempat penyempitan ureter yang normal, yaitu pada
sambungan pelvis dan ureter dengan buli-buli, dan ada persilangan pembuluh
darah iliaka.
IPV menit ke 5
Pada menit ke-5, organ yang dinilai yaitu perginjalan, yang meliputi
nefrogram dan sistem pyelocalices (SPC). Nefrogram yaitu bayangan dari ginjal
kanan dan kiri yang terisi kontras. Warnanya semiopaque, jadi putihnya sedangsedang saja.
Pada menit ke-5, contoh penyakit yang bisa diketahui yaitu penyakitpenyakit yang ada di ren, misalnya pyelonefritis, nefrolitiasis, hidronefrosis,
massa/tumor renal, dll.
Menit ke 15
Penilaian ureter:
1. Jumlah ureter.
Menit ke 45
Post miksi
POST MIKSI
Kita harus menilai apakah setelah pasien berkemih kontras di buli
minimal? Seandainya terdapat sisa yang banyak kita dapat mengasumsikan
apakah terdapat sumbatan di distal buli ataupun otot kandung kencing yang
lemah. Normalnya yaitu sisa 1/3 dari buli-buli penuh
2.7.3 Urografi Retrograde
Indikasi urografi retrograde adalah untuk melihat anatomi traktus
urinarius bagian atas dan lesi-lesinya. Hal ini dikerjakan apabila pielografi
intravena tidak berhasil menyajikan anatomi dan lesi-lesi traktus
urinarius bagian atas. Keistimewaan urografi retrigrad berguna melihat fistel.
Urografi retrograd memerlukan prosedur sistoskopi. Kateter dimasukkan
oleh ahli urologi. Kerjasama antara ahli urologi dan radiologi diperlukan karena
waktu memasukkan kotras, posisi pasien dapat dipantau (dimonitor) dengan
fluoroskopi atau televisi. Udara dalam kateter dikeluarkan, kemudian 25 %
bahas kontras yang mengandung iodium disuntikkan dengan dosis 5-10 ml
dibawah
pengawasan
fluoroskopi.
Harus
Komplikasi
dapat
berupa
sepsis,
perforasi
ureter,
ekstravasasi
efektif
dan
akurat
dalam
mendeteksi
adanya
abses
renal,
pyohidronefrosis, atau adanya batu saluran kemih. Selain itu USG juga cukup
baik dalam menilai parenkim ginjal, ketebalan korteks ginjal, serta mendeteksi
hidronefrosis.
Sonogram ginjal normal :
Ukuran ginjal normal dewasa : Ginjal kanan : 8 14 cm (rata-rata 10,74
cm), Ginjal kiri : 712 cm (rata-rata 11.10 cm), Diameter antero-posterior 4 cm
dan diameter melintang rata-rata 5 cm. Ukuran panjang ginjal normal secara
USG lebih kecil bila dibandingkan dengan yang terlihat secara radiografi.
Ginjal normal memperlihatkan sonodensitas kortek yang lebih rendah
(hipoekoik) dibandingkan dengan sonodensitas hati,limpa dan sinus renalis.
Tebal kortek kira-kira 1/3 1/2 sinus renalis dengan batas rata atau
bergelombang pada ginjal yang lobulated. Sedangkan sinus renalis yang terletak
ditengah ginjal memberikan sonodensitas yang tinggi (hiperekoik) disebabkan
karena komposisinya yang terdiri atas lemak dan jaringan parenkim ginjal.
Didalam sinus renalis terdapat garis-garis anekoik, yaitu irisan kalises yang bila
diikuti akan bergabung pada daerah anekoik besar, yaitu pelvis renals.
Normal
Normal
2.8 Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran
k e m i h secepatnya
harus
dikeluarkan
agar
tidak
menimbulkan
kala
batu
saluran
kemih
tidak
menimbulkan
penyulit
K o n s e r v a t i f
mempunyai
diameter
Sebagian
<5
mm.
besar
batu
S e p e r t i disebutkan
mengurangi
n ye r i ,
memperlancar
aliran
urin
dengan
berulang
atau
I S K menyebabkan
observasi
bukan
penurunan fungsi ginjal ) tidak ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien seperti
ini harus segera dilakukan intervensi
Berbagai
S
tipe
mesin
(
ESWL
Extracorporeal
bisa
Shockwave
didapatkan
Lithotripsy)
saat
ini.
titik fokusnya
lebih
sempit
dan
sudah
dilengkapi
dengan
flouroskopi,
kelemahan yaitu kekuatantembaknya tidak sekuat yang lama, sehingga untuk batu
yang keras perlu beberapa kali tindakan.
Dengan ESWL sebagian besar pasien tidak perlu dibius, hanyadiber i
obat
penangkal
nyeri.
Pasien
akan
berbaring
di
suatu
alat
dan
dilakukan secarai n t e n s i f d e n g a n i n - v i v o m a u p u n i n - v i t r o . B a r u l a h
m u l a i t a h u n 1 9 8 3 , ESWL secara resmi diterapkan di Rumah Sakit di
yaitu
elektrohidrolik,
piezoelektrik
dan
elektromagnetik.
medium untuk
akustik
alat
pemecah
batu
ginjal
di
ginjal
atau
saluran
kemih
antara
ginjal
dan
kandung kemih ( k e c u a l i y a n g t e r h a l a n g o l e h t u l a n g p a n g g u l ) .
Hal
laim
yang
dipecahkan oleh ESWL atau tidak. Batu yang keras (misalnya kalsium oksalat
monohidrat) sulit pecah d a n p e r l u b e b e r a p a k a l i t i n d a k a n . E S W L t i d a k
b o l e h d i g u n a k a n o l e h penderita darah tinggi, kencing manis, gangguan
pembekuan darah dan f u n g s i g i n j a l , w a n i t a h a m i l d a n a n a k - a n a k ,
s e r t a b e r a t b a d a n b e r l e b i h (obesitas). Penggunaan ESWL untuk terapi
batu
ureter
distal
pada
wanita d a n
anak-anak
juga
harus
d i p e r t i m b a n g k a n d e n g a n s e r i u s . S e b a b a d a kemungkinan terjadi
kerusakan pada ovarium. Meskipun belum ada datayang valid, untuk
wanita di bawah 40 tahun sebaiknya diinformasikan sejelas-jelasnya
3. Endourologi
Tindakan
Endourologi
adalah
tindakan
invasif
minimal
untuk
berada
di
dalam
saluran
ginjal
dengan
cara
memasukkan
alate n d o s k o p i k e s i s t e m k a l i s e s m e l a l u i i n s i s i p a d a
k u l i t . B a t u kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih
d a h u l u m e n j a d i fragmen-fragmen kecil.
PNL
yang
s e c a r a teoritis
berkembang
sejak
dekade
1980-an
terapi semua
batu
u r e t e r . Tap i dalam prakteknya sebagian besar telah diambil alih oleh URS
danE S W L . M e s k i p u n d e m i k i a n u n t u k b a t u u r e t e r p r o k s i m a l
y a n g besar dan melekat masih ada tempat untuk PNL. Prinsip dari PNLa d a l a h
membuat
akses
ke
kalik
atau
pielum
secara
dengan
segera
dapat
diketahui
berhasil
atau
Sebagian
besar
pusat
pendidikan
adalahtidak
atau
bisa
uretero-renoskopi.
untuk
ekstraksi
Keterbatasan
langsung
batu
di
atas.P i l i h a n
untuk
menggunakan
jenis
Dormia
(mengeluarkan
batu
ureter
dengan
ureteroskopi
d e n g a n pemecah
batu
ultrasound,
endourologi,
ESWL, p e n g a m b i l a n
pembedahan
lain
masih
pielolitotomi
mengambil
d a n ureterolitotomi
untuk
batu
batu
di
terbuka
atau
pada
ureter.
maupun
dilakukan
terbuka.P e m b e d a h a n
adalah:
untuk
batu
laparoskopi,
melalui
itu
antara
nefrolitotomi
saluran
Tidak
jarang
ginjal,
pasien
harus
mengalami
kemih
pengkerutan
akibat
batu
menahun.
Beberapa
variasi
mungkinm a s i h
anatomi
dan
operasi
terbuka
dilakukan.
posisi
untuk
batu
Tergantung
ureter
pada
insisi pada flank, dorsal atau anterior.Meskipun demikian dewasa ini operasi
terbuka pada batu ureter kuranglebih tinggal 1 -2 persen saja, terutama
pada penderita-penderita dengankelainan anatomi atau ukuran batu ureter
yang besar.
5 . P e m a s a n g a n
batu
dikeluarkan
dari
sal uran
kemih,
tindakan
kekambuhan.A n g k a k e k a m b u h a n b a t u s a l u r a n k e m i h r a t a - r a t a 7 %
p e r t a h u n a t a u k u r a n g lebih 50% dalam 10 tahun.
2.9 Komplikasi
Dibedakan
komplikasi
p a n j a n g . Komplikasi
akut
akut
dan
yang
komplikasi
sangat
jangka
diperhatikan
oleh
menjadi
yang
s i g n i f i k a n d a n k u r a n g s i g n i f i k a n . Y a n g t e r m a s u k komplikasi
signifikan adalah avulsi ureter, trauma organ pencernaan, sepsis,trauma
vaskuler, hidro atau pneumotorak, emboli paru dan urinoma. Sedangyang
termasuk kurang signifikan perforasi ureter, hematom perirenal, ileus,
stein strasse, infeksi luka operasi, ISK dan migrasi stent
Komplikasi jangka panjang adalah striktur ureter. Striktur tidak hanyadisebabkan
oleh
intervensi,
tetapi
juga
dipicu
oleh
reaksi
inflamasi
dari
saat
penanganan
batu
dilakukan.
Infeksi,
termasuk
didalamnya adalah pielonefritis dan sepsis yang dapat terjadi melalui pembedahan
terbukam a u p u n n o n i n v a s i f s e p e r t i E S W L . B i a s a n ya i n f e k s i t e r j a d i
s e s a a t s e t e l a h dilakukannya PNL, atau pada beberapa saat setelah
dilakukannya ESWL saat pecahan batu lewat dan obstruksi terjadi. Cidera
pada organ-organ terdekats e p e r t i l i e n , h e p a r, k o l o n d a n p a r u s e r t a
perforasi
pelvis
renalis
juga
Pada
batu
ginjal
nonstaghorn,
komplikasi
berupa
kehilangan
lebihsedikit
dan
berbeda
secara
bermakna
pada
ESWL
akut
meliputi
transfusi,
kematian,
dan
dapat
dijumpai, k h u s u s n y a
pada
pasien
dengan
ESWL
meliputi
kolik
renal
(10,1%),
demam
pasca
PNL
meliputi
demam
(46,8%)
dan
hematuria
yangm e m e r l u k a n t r a n s f u s i ( 2 1 % ) . K o n v e r s i k e o p e r a s i t e r b u k a
p a d a 4 , 8 % k a s u s akibat perdarahan intraoperatif, dan 6,4% mengalami
ekstravasasi urin. Padas a t u k a s u s d i l a p o r k a n t e r j a d i h i d r o t h o r a k s
p a s c a P N L . K o m p l i k a s i o p e r a s i terbuka meliputi leakage urin (9%),
infeksi luka (6,1%), demam (24,1%), dan perdarahan pascaoperasi
(1,2%). Pedoman penatalaksanaan batu ginjal pada anak adalah dengan
ESWL monoterapi, PNL, atau operasi terbuka.
2.10 Prognosis
Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu,
dan adanya infeksi serta obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin b u r u k
p r o g n o s i s n ya .
Letak
batu
ya n g
dapat
menyebabkan
obstruksi
Daftar Pustaka
Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 4th ed. US: Saunders; 2006.
Scanlon VC, Sanders T. Essential of anatomy and physiology. 5th ed. US: FADavis Company; 2007.
Van de Graaf KM. Human anatomy. 6th ed. US: The McGraw-HillCompanies; 2001.
Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II.EGC: Jakarta.
http://medicastore.com/penyakit/90/Batu_Saluran_Kemih.html.akses tanggal 9 April 2013.
Purnomo, Basuki 2007. Dasar-dasar Urologi. edisi kedua. Sagung seto: Jakarta.
Soeparman, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Hlmn 378. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
Sjamsuhidayat. De jong, wim. Buku ajar ilmu Bedah. Hlmn 1024-1034. EGC: Jakarta.9.
http://www.emedicine.com/med/topic1599.htm/nefrolitiasis.akses tanggal 9 April 2013.
Glenn, James F. 1991. Urologic Surgery Ed.4. Philadelphia : Lippincott-Raven Publisher.
Oswari, Jonatan; Adrianto, Petrus. 1995. Buku Ajar bedah, EGC: Jakarta.
Rasyad, Syahriar, dkk. 1998. Radiologi Diagnostik, Ed.4, Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
Shires, Schwartz. Intisari prinsip prinsip ilmu bedah. ed-6. EGC : Jakarta. 588-589.
http://www.aku.edu/akuh/health_awarness/pdf/Stones-in-the-Urinary-Tract.pdf.akses tanggal 9 April 2013.