Anda di halaman 1dari 67

A.

Latar Belakang
Saat ini angka kejadian batu saluran kemih mengalami peningkatan yang
dapat mempengaruhi 10-12% populasi di negara maju dengan insiden tertinggi
terjadi di usia 20-40 tahun. Setiap individu memiliki risiko sekitar 5-10%
terkena Batu Saluran Kemih (BSK) sepanjang hidupnya. Angka kekambuhan
penyakit BSK sekitar 50% setelah 5 tahun dan 80-90% setelah 10 tahun.
Berdasarkan data Riskesdas 2013 prevalensi penyakit batu ginjal 0,6% yang
ditentukan berdasarkan informasi pernah didiagnosis oleh dokter saja sehingga
angka kejadia BSK sesungguhnya belum diketahui tetapi diperkirakan terdapat
170.000 kasus per tahunnya. Prevalensi tertinggi penyakit nephrolithiasis di
Indonesia, yaitu di Yogyakarta (1,2%), diikuti Aceh (0,9%), Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan Sulawesi Tengah masing-masing (0,8%) (Nisa, Peristiwa, &
Widhi, 2020).
Penyakit batu saluran kemih merupakan tiga penyakit terbanyak di
bidang urologi setelah infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat benigna.
Berdasarkan lokasinya, batu saluran kemih ini dapat dibagi menjadi empat,
yaitu batu ginjal (nephrolithiasis), batu ureter (ureterolithiasis), batu kandung
kemih (vesikolithiasis), dan batu uretra (urethrolithiasis). Anatomi uruter itu
sendiri memiliki tiga lokasi penyempitan yang memungkinkan terhentinya
batu, yaitu perbatasan antara pelvis renalis dengan ureter, persilangan ureter
dengan arteri iliaka dalam rongga pelvis, dan pada perbatasan ureter dengan
kandung kemih (Hidayah, Nugroho, & Widianto, 2013).

B. Pengertian
Urolithiasis berasal dari bahasa Yunani Ouron, “urin” dan Lithos,
“batu”. Urolithiasis secara umum mencakup nefrolithiasis (batu ginjal),
ureterolithiasis (batu ureter) dan cystolithiasis (batu kandung kemih).
Dengan kata lain, batu saluran kemih adalah adanya gumpalan (konkresi)
padat yang terbentuk di saluran kemih. Batu dengan ukuran lebih kecil yang
mungkin terbentuk,bisa lewat di sepanjang saluran kemih, dan bisa dikeluarkan
selama berkemih (mikturisi), menyebabkan beberapa atau bahkan tidak ada
gejala, tetapi batu dengan ukuran yang lebih besar akan menimbulkan gejala
klinis ketika telah menyumbat saluran kemih atau telah mengandung patogen-
patogen yang menimbulkan infeksi yang menetap meskipun telah diberi terapi
antimikroba. Urolithiasis adalah penyakit yang sangat umum, dimana
merupakan masalah kesehatan ke-6. Data epidemiologi mengungkapkan bahwa
adanya peningkatan prevalensi batu saluran kemih bagian atas di negara negara
berkembang (Mega, 2017).

C. Etiologi
Menurut Zamzami, Z. (2018), terdapat beberapa faktor yang mendorong
pembentukan Batu Saluran Kencing (BSK), yaitu :
1. Peningkatan kadar klistaloid pembentuk batu dalam urin
2. pH urin abnormal rendah atau tinggi
3. Berkurangnya zat-zat pelindung dalam urin
4. Penyumbatan saluran kencing dengan statis urin
5. Retensi partikel urin
6. Supersaturasi urin
7. Kekurangan inhibitor kristalisasi urin

D. Faktor Risiko
Secara epidemiologis terdapat beberapa beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor itu
meliputi faktor intrinsik, yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan
faktor ekstrinsik, yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya.
Faktor intrinsik itu antara lain adalah :
1. Herediter (keturunan) : Penyakit ini diduga diturunkan dari orangtuanya
2. Umur : Pada umumnya batu terbentuk pada yang orang orang yang lebih
tua. Dimana penyakit BSK masih tetap jarang terjadi pada anak-anak
3. Jenis kelamin: Ada penelitian yang mengatakan bahwa prevalensi
terjadinya BSK pada wanita dan pria adalah sama tapi ada juga penelitian
yang mengatakan bahwa pada pria resiko nya lebih besar
Beberapa faktor ekstrinsik di antaranya adalah :
1. Geografi : Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu
saluran kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal
sebagai daerah stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di Afrika
Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih
2. Iklim dan temperatur : Ada beberapa penulis yang mengemukakan bahwa
ada dampak perubahan iklim terhadap penyakit BSK
3. Asupan air : Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium
pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih .
Selain itu jenis cairan yang diminum dapat memperbaiki masukan cairan
yang kurang. Jus apel dan jus anggur juga dihubungkan dengan
peningkatan risiko pembentukan batu, sedangkan kopi, teh, dan bir dapat
mengurangi risiko kejadian batu ginjal
4. Diet : Diet banyak purin,oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya
penyakit batu saluran kemih. Perubahan gaya hidup dan pilihan asupan
makanan adalah penyebab memungkinkan terjadinya peningkatan
insidensi dan prevalensi BSK
5. Pekerjaan : Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaanya
banyak duduk atau kurang aktivitas atau sedentary life
(Mega, 2017)

E. Tanda dan Gejala


Menurut Hidayah, Nugroho, dan Widianto (2013), tanda dan gejala
ureterolithiasis, yaitu :
1. Nyeri pinggang
2. Nyeri kolik
3. Mual
4. Muntah
5. Dysuria
6. Hematuria, yaitu adanya darah atau sel eritrosit dalam urin

F. Patofisiologi
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama
pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urin(stasis urin),
yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan kronis
pada pelvikalises (stenosis uretero-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika
seperti pada hiperplasia prostat benigna, striktura, dan buli-buli neurogenik
merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu.
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik
maupun anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap
berada dalam keadaan metasable (tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada
keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal.
Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu
(nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-
bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya
cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup mampu
menghambat saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel
saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain
diendapkan pada agregat itu sehingga mebentuk batu yang cukup besar untuk
menyumbat saluran kemih.
Kondisi metastable dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di
dalam urine, konsentrasi solut di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran
kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak
sebagai batu. Batu yang paling umum adalah batu struvite (magnesium
amonium fosfat), kalsium oksalat,urat, sistin, dan silika (Mega, 2017).
G. PATHWAY
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan batu ureter dapat berupa tindakan konservatif
(observasi/menunggu) karena batu ureter ukuran diameter sampai 5 mm dapat
melewati ketiga tempat penyempitan tersebut. Bila tindakan konservatif
tersebut gagal, perlu intervensi seperti ESWL, URS + disintegrasi batu atau
ureterolithotomy. Pada penatalaksanaan batu ginjal dan batu ureter selain
tindakan diatas kadang-kadang diperlukan pemasangan suatu alat Double J
Strent atas indikasi tertentu seperti batu ginjal multiple, batu cetak ginjal, batu
ginjal dengan gangguan fungsi ginjal atau single kidney. Pada penatalaksanaan
batu ureter pemakaian Double J Strent dilakukan pada gangguan fungsi ginjal,
single kidney atau disertai fibrosis ureter (Zamzami, 2018).

I. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Zamzami, Z. (2018), pemeriksaan penunjang untuk
mendukung penegakkan diagnosis batu saluran kencing adalah pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan radiologi, dan pemeriksaan kedokteran nuklir.
Pemeriksaan laboratorium meliputi :
1. Pemeriksaan urinalisis
2. Pemeriksaan darah rutin
3. Pemeriksaan kimia darah

Pemeriksaan radiologi untuk penegakkan diagnosis batu saluran kencing


adalah :
1. BNO-IVP
2. Ultrasonografi ginjal ureter
3. Buli dan prostat
4. Computerized Tomography (CT) scan

Pemeriksaan kedokteran nuklir adalah pemeriksaan renografi dan laju


filtrasi glomerulus (Glomerular Fitration Rate = GFR).

J. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Pengkajian
Melakukan pengkajian head to toe secara prioritas, terdiri dari kepala,
leher, dada, abdomen, genetalia, integument, hingga ekstremitas. Kajia
juga riwayat operasi sebelumnya dan riwayat alergi yang dimiliki
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah pernyataan respon aktual atau risiko
dan potensial pasien terhadap masalah kesehatan bagi perawat yang sudah
mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya (Padila, 2017).
Apabila ditemukan beberapa diagnosis keperawatan maka perlu
menentukan diagnosis mana yang menjadi prioritas. Masalah keperawatan
yang mungkin muncul menurut Hermand & Kamitsuru (2018), yaitu :
a. Pre Operasi
“ Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis” (Domain 12,
kelas 1, kode diagnosis 00132)
b. Intra Operasi
“Risiko cedera berhubungan dengan pembedahan” (Domain 11,
kelas 2, kode diagnosis 00035)

“Resiko perdarahan berhubungan dengan pembedahan” (Domain 11,


kelas 2, kode diagnosis 00206)
c. Post Operasi
“ Risiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi “ (Domain 11,
kelas 1, kode diagnosis 00004)
3. Perencanaan dan implementasi
Perencanaan keperawatan adalah proses penyusunan berbagai
intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan,
atau mengurangi masalah-masalah klien (Widagdo & Siti, 2016).
Implementasi adalah pelaksanaan intervensi, mencakup tindakan mandiri
dan kolaboratif. Pada tahap ini, perawat melaksanakan intervensi yang
telah dicatat dalam rencana keperawatan (Priyoto, 2015).

No DX NOC NIC
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
keperawatan 1 x 20 menit diharapkan (1400) :
nyeri pasien berkurang dengan kriteria
hasil : 1. Lakukan
NOC: Tingkat nyeri (2102)
pengkajian nyeri
Indikator Awal Tujuan
komprehensif
Nyeri yang
2 4 yang yang
dilaporkan
Ekspresi nyeri meliputi lokasi,
2 5
wajah karakteristik,

Skala : durasi, frekuensi,

1 : Berat kualitas,

2 : Cukup Berat intensitas, dan

3 : Sedang faktor pencetus

4 : Ringan 2. Ajarkan metode


nonfarmakologi
5 : Tidak ada
untuk menurunkan
nyeri
3. Dukung istirahat
yang cukup
2. Risiko cedera Setelah dilakukan tindakan keperawatan Environmental
1 x 60 menit diharapkan risiko cedera management (6480)
dapat teratasi dengan kriteria hasil : 1. Sediakan lingkungan
NOC: Keparahan Cedera Fisik (1913) yang aman untuk

Indikator Awal Tujuan pasien, agar pasien

Luka gores 4 4 terhindar dari risiko


cidera.
perdarahan 2 4
Skala : 2. Identifikasi
kebutuhan
1 : Berat
keamanan pasien,
2 : Cukup Berat agar mengurangi
3 : Sedang kesalahan dalam
4 : Ringan tindakan
3. pembedahan.
Risiko 5 : Tidak ada
perdarahan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan


1 x 60 menit diharapkan risiko Pencegahan perdarahan
perdarahan dapat teratasi dengan (4010)
kriteria hasil : 1. Memonitor ketat
terjadinya
NOC : Keparahan kehilangan darah (0413) perdarahan pada
Indikator Awal Tujuan pasien
Kehilangan darah 2. Memonitor tanda-
4 4
yang terlihat tanda vital
Kulit dan ortostatik, termasuk
membrane mukosa 2 4 tekanan darah
pucat
Skala :
1 : Berat
2 : Cukup Berat
3 : Sedang
4 : Ringan
5 : Tidak ada
4. Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan pembedahan 1 Kontrol infeksi
x 30 menit diharapkan Risiko Infeksi (6540)
dapat teratasi dengan kriteria hasil : 1. Monitoring ttv, agar
NOC: Keparahan Infeksi (0703) mengetahui
Indikator Awal Tujuan perkembangan
Kemerahan 3 4 tanda-tanda vital
Menggigil 3 4 pasien
Nyeri 3 4 2. Pertahankan
Skala : lingkungan aseptic

1 : Berat selama pemasangan


alat
2 : Cukup Berat
mempertahankan
3 : Sedang
teknik steril, untuk
4 : Ringan mengurangi risiko
5 : Tidak ada infeksi.
3. Monitor tanda dan
gejala infeksi, agar
mengetahui dan
dapat cepat
menangani apabila
terjadi tanda-tanda
infeksi.

(Bulechek, dkk & Moorhead, dkk, 2016)


4. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahapan menilai tindakan keperawatan
yang telah dilakukan untuk mengukur hasil dari proses keperawatan
(Wilkinson, 2007 dalam Priyoto, 2015).
Evaluasi yang diharapkan, yaitu :
a. Diagnosis keperawatan 1
- Nyeri hilang
- Ekspresi wajah tidak menunjukan nyeri
- Pasien dapat mengontrol nyeri
b. Diagnosis keperawatan 2
Pasien tidak mengalami cedera saat pembedahan
c. Diagnosis keperawatan 3
- Pasien tidak mengalami syok
- Membrane mukosa baik tidak pucat dan sianosis
d. Diagnosis keperawatan 4
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., dkk. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC) edisi ke-
6. Terjemahan oleh CV. Mocomedia. Yogyakarta : Mocomedia.
Herdman, T. H. & Kamitsuru, S. (2018). NANDA International Nursing.
Diagnoses : definitions and Classification 2018-2020. Jakarta : EGC.
Moorhead, S., dkk (2016). Nursing outcomes classification edisi ke – 5.
Terjemahan oleh CV. Mocomedia. Yogyakarta : Mocomedia.
Padila. (2017). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Priyoto. (2015). Nursing Intervention Classification (NIC) dalam Keperawatan
Gerontik. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayah, I. D., Nugroho, T., & Widianto, A. (2013). Hubungan Lokasi Batu
Ureter dengan Manifestasi Klinis pada Pasien Ureterolithiasis di RSKB
An Nur Yogyakarta. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia.
5(2):97-105. (Online).
Zamzami, Z. (2018). Hubungan Pengetahuan Tentang Gastritis dengan Motivasi
untuk Mencegah Kekambuhan Gastritis. Jurnal Kesehatan Melayu.
1(2):60-66. (Online).
Nisa, U., Peristiwa, R., & Widhi, A. (2020). Pasien Laki-Laki Usia 29 Tahun
dengan Urolithiasis di Klinik Saintifikasi Jamu : Studi Kasus. Jurnal Sains
dan Kesehatan. 2(3):171-173. (Online).
Widagdo, W. & Siti, N. K. (2016). Modul Buku Ajar Cetak Keperawatan
Keluarga dan Komunitas. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Mega, N. D. Y. (2017). Gambaran Pengetahuan Pasien Batu Saluran Kemih

tentang Perilaku Pencegaha Kekambuhan Batu Saluran Kemih di RSUP

Haji Adam Malik Medan. Skripsi. Program Studi Pendidikan Dokter,

Universitas Sumatera Utara, Medan. (Dipublikasikan).


ASUHAN KEPERAWATAN PRE, INTRA, DAN POST OPERASI
PADA TN. A DENGAN URETEROLITOTHOMY
DI RUANG IBS RSU ANANDA PURWOKERTO

DI SUSUN OLEH
HANDRI SAPUTRA

RUMAH SAKIT ANANDA PURWOKERTO


JL.Pemuda No. 30 Purwokerto – Jawa Tengah
Telp : 0281-636417/631435 Fax : 0281-640226
Email : info@rsananda.co.id
2022

ASUHAN KEPERAWATAN PRE, INTRA, DAN POST OPERASI


PADA TN. A DENGAN URETEROLITOTHOMY
DI RUANG IBS RSU ANANDA PURWOKERTO
I. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 63 tahun
Tanggal lahir : 5 Juli 1957
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh harian lepas
Agama : Islam
Alamat : Jingkang, Rt 02/08, Ajibarang
Diagnosa medis : Ureterolithiasis
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
Hubungan : Istri
Umur : 60 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jingkang, Rt 02/08, Ajibarang
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Asal pasien : Rawat Inap

A. PRE OPERASI
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan terasa nyeri dibagian pinggang bagian kanan
tengah.
P : Nyeri karena penyakitnya (Ureterolithiasis)
Q : cenat canut
R : pinggang kanan tengah
S:4
T : Hilang timbul
2. Riwayat Penyakit
Pasien mengatakan sebelumnya belum ada anggota keluarganya yang
mengalami penyakit seperti pasien.
3. Riwayat Operasi/ Anastesi
Pasien mengatakan belum pernah melakukan tindakan operasi.
4. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi.
5. Jenis Operasi
Jenis operasi yang akan dilakukan yaitu “Ureterolitothomy”
6. Tanda-tanda Vital
Suhu : 36,6 °C
Nadi : 92 ×/menit
RR : 22 ×/menit
TD : 151/85 mmHg
SPO2 : 99%
7. Berat Badan
Berat badan pasien 64 kg

RIWAYAT PSIKOSOSIAL/ SPIRITUAL


8. Status Emosional
Pasien mengatakan gelisah dan terlihat kurang tenang
9. Tingkat Kecemasan
Pasien terlihat cemas
10. Skala Cemas
Skala cemas pasien dari 0-5 adalah 2
11. Skala Nyeri Menurut VAS (Visual Analog Scale)
Nyeri Sedang
P : Nyeri karena penyakitnya (Ureterolithiasis)
Q : cenat canut
R : pinggang kanan tengah
S:4
T : Hilang timbul
12. Survei Sekunder
Kepala - Kepala
Bentuk mesochepal, tidak ada lesi, kulit kepala
bersih
- Mata
Simetris, respon pupil isokor, konjungtiva tidak
anemis, tidak ada ganguan penglihatan.
- Hidung
Simetris, tidak ada polip dan sinusitis
- Mulut
Tidak ada gangguan dimulut
Leher Leher pasien simetris, tidak terdapat kaku kuduk, tidak teraba
pembesaran kelenjar thyroid.
Dada - Jantung
Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada lesi
Palpasi : terdapat peningkatan denyut jantung
Perkusi : normal
Auskultasi : reguler
- Paru – paru
Inspeksi : gerakan dada simetris, tidak
menggunakan otot bantu pernapasan
Palpasi : tidak ada pembesaran
Perkusi : sonor
Auskultasi : bunyi normal
- Aksila : tidak ada benjolan

Abdomen Simetris, Bising usus (-), terdapat nyeri tekan pada


quadran perut kanan tengah saat dilakukan palpasi.
Genetalia Laki-laki, terpasang DC
Integument Turgor kulit baik
Ekstremitas Baik, simetris, dan tidak ada cacat. Terpasang IV
cath RL 20 tpm ditangan kiri, kekuatan otot tangan
kanan/kiri : 5/5, kekuatan otot kaki kanan/kiri : 5/5
13. Hasil Data Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan dilakukan tanggal 10 Januari 2022, pukul 10.25
WIB
Pemeriksaan Ket Hasil Satuan Nilai
rujukan
Darah lengkap
Hemoglobin L 13.3 g/dL 10.8-15.6

Leukosit 8.51 10^³/ 4.5-13.5


L 39.2 uL 40-52
Hematokrit
L 4.2 % 3.8-5.8
Eritrosit
Trombosit 256 10^⁶/ 181-521

MCV 33.9 uL 22-34

MCH 31.6 10^³/ 32-36

MCHC 93.1 uL 63-93

RDW 12.6 pg 11-15

MPV 9.4 g/dL 6.5-11.0


L
Hitung jenis fL
L 3 1-3
Eosinofil fL
H 0 0-1
Basofil fL
L 0.0 3-5
Batang
77.2 % 50-70
Segmen
L
13 % 25-40
Limfosit
7 % 2-8
Monosit
13 % 25-40
Limfosit
6 %
Netrofil Limfosit
%
Ratio
%
Kimia Klinik 135-145
H 136
Ratio
Elektrolit
RNT
Natrium 4.7 3.5-5.3
Kalium H 109 100-106
mEq/L
Klorida 43 <1.5
Ureum darah 1.38 mEq/L 10-50
Kreatinin darah 108 mEq/L 70-130
GDS mg/dl
Imunologi Non reaktif mg/dl
HbsAg mg/dl

b. Rontgen
Deskripsi :
- Hepar/ductus biliaris/vesikafellea/pancreas/lien/ginjal kiri/
paraaorta/vesika urinria : tidak tampak kelainan
- Ginjal kanan : bentuk dan ukuran normal, batas
kortikomeduler jelas, tampak penipisan, korteks, pielokaliks,
dan ureter pox melebar, tak nampak batu
- Tak tampak cairan bebas pada intra abdominal
Kesan :
- Tak tampak struktur blind end tube non compressible pada
regio mc. Burney
- Tak tampak fluid collection
- Kemungkinan appendindikcitis kronis dan hydroureter prox
kanan
- Tak tampak batu pada kedua ginjal dan vesika urinaria
c. Rapid antibodi
Negatif

B. INTRA OPERASI
1. Anastesi Dimulai Jam
Anastesi diberikan pada pasien jam 10.55
2. Pembedahan Dimulai Jam
Pembedahan pada pasien dimulai pada jam 11.05
3. Jenis Anastesi
Jenis anastesi yang digunakan “Umum/general anastesi”.
4. Posisi Operasi
Posisi pasien saat dilakukan tindakan operasi, yaitu “Lumbotomy”.

5. Catatan Anastesi
-
6. Pemasangan Alat-alat
Terpasang : ETT dan OPA
7. Tanda-tanda Vital
Suhu : 36 °C
Nadi : 79 ×/menit
RR : 20 ×/menit
TD : 104/67 mmHg
SPO2 : 99%
8. Survey Sekunder
Normal
Keterangan
YA TIDAK
Kepala 

Leher 

Dada 

Abdomen  Dilakukan insisi


pada abdomen
kanan bagian
tengah untuk
kemudian
dilakukan
uteretolitothomy
Genetalia  Terpasang DC

Integumen 

Ekstremitas  Terpasang IV cath


RL 35 tpm di
tangan kiri

9. Balance cairan
a. Total cairan masuk
IV RL 35 tpm = 800 ml
b. Total cairan keluar
 Cairan yang dikeluarkan lewat urine = 1 ml/ BB/kg/jam = 1 x
64 kg = 64 cc. Jumlah total waktu operasi 60 menit.
Jadi, Cairan yang dikeluarkan lewat urine
64:60 = 1,07 ml/ menit
1,07 x 64 = 68,26 (68 ml)
 Perdarahan = 100 ml
c. Balance cairan
 Iwl masuk = (5xBB) /24 jam = 320 ml/24 jam
Selama 60 menit = 13,3 ml
 Iwl keluar = 10 x 68÷24 = 28,3 ml

 Balance cairan = (Cairan masuk+iwl masuk) - (Cairan keluar+ iwl


keluar) = (800 + 13,3) – (168+28,3)
= 813,3 - 196,3
= + 617
C. POST OPERASI
1. Pasien Pindah Ke RR jam 12.05 WIB dan pindah ke Rawat Inap jam,
12.35 WIB.
2. Keadaan Umum
Pasien mengatakan masih lemas saat diukur “Aldrete Score”
3. Tanda-tanda Vital
Suhu : 36,6 °C
Nadi : 98 ×/menit
RR : 20 ×/menit
TD : 120/88 mmHg
SPO2 : 99%
4. Kesadaran
Kesadaran pasien CM/ composmentis
5. Survey Sekunder
Normal
Keterangan
YA TIDAK
Kepala 

Leher 

Dada 

Abdomen  Tampak balutan


luka operasi
ureterolitothomy
Genetalia  Terpasang DC

Integumen 

Ekstremitas  Terpasang IV cath


RL 20 tpm di
tangan kiri

6. Aldrete score
NO PENILAIAN SKOR NILAI
1 GERAKAN
Dapat menggerakan ke 4 ekstremitasnya sendiri atau dengan 2 1
perintah
Dapat menggerakkan ke 2 ekstremitasnya sendiri atau dengan 1
perintah
Tidak dapat menggerakkan ekstremitasnya sendiri atau 0
dengan perintah
2 PERNAPASAN
Bernapas dalam dan kuat serta batuk 2 2
Bernapas berat atau dispnu 1
Apneu atau napas dibantu 0

3 TEKANAN DARAH SKOR


Sama dengan nilai awal + 20% 2 2
Berbeda lebih dari 20-50% dari nilai awal 1
Berbeda lebih dari 50% dari nilai awal 0
4 KESADARAN SKOR
Sadar penuh 2 2
Tidak sadar, ada reaksi terhadap rangsangan 1
Tidak sadar, tidak ada reaksi terhadap 0
Rangsangan
5 WARNA KULIT SKOR
Merah 2 2
Pucat , ikterus, dan lain-lain 1
Sianosis 0
Dapat Di pindah ke ruangan apabila score > 8
9
Nilai Total

I. Analisa Data

Symptom Etiologi Problem


(Pre Operasi) DS Agen cedera Nyeri akut
: biologis (Domain 12, kelas
Pasien mengatakan terasa nyeri dibagian 1, kode diagnosis
pinggang bagian kanan tengah. 00132)
P : Nyeri karena penyakitnya
(Ureterolithiasis)
Q : cenat canut
R : pinggang kanan tengah
S:4
T : Hilang timbul
DO :
Pasien terlihat meringis menahan nyeri sambil
sesekali memegang pinggangnya
(Intra Operasi) Pembedahan Risiko Cedera
DS : - (Domain 11, kelas
DO : 2, kode diagnosis

- Pasien terlihat lemas setelah diberikan 00035)

anestesi
- Banyak alat instrument dan kasa yang
Risiko Perdarahan
digunakan
Pembedahan (Domain 11, kelas
DS : - DO
2, kode diagnosis
:
00206)
- Tampak perdarahan sebanyak
±100 ml
- Pasien tampak pucat
(Post Operasi) Luka post Risiko Infeksi
DS : - operasi (Domain 11, kelas
DO : 1, kode diagnosis

- Terlihat adanya kerusakan jaringan 00004)

(sayatan sedang di abdomen kanan


tengah) pada pasien

II. Diagnosa Keperawatan


1. Pre Operasi
“ Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis” (Domain 12, kelas 1,
kode diagnosis 00132)
2. Intra Operasi
“Risiko cedera berhubungan dengan pembedahan” (Domain 11, kelas 2, kode
diagnosis 00035)

“Resiko perdarahan berhubungan dengan pembedahan” (Domain 11, kelas 2,


kode diagnosis 00206)
3. Post Operasi
“ Risiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi “ (Domain 11, kelas 1,
kode diagnosis 00004)

III. Rencana Keperawatan

No DX NOC NIC
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri
1 x 20 menit diharapkan nyeri pasien (1400) :
berkurang dengan kriteria hasil : 4. Lakukan
NOC: Tingkat nyeri (2102)
pengkajian
Indikator Awal Tujuan
nyeri
Nyeri yang
2 4 komprehensif
dilaporkan
Ekspresi nyeri yang yang
2 5
wajah meliputi lokasi,

Skala : karakteristik,

1 : Berat durasi,

2 : Cukup Berat frekuensi,

3 : Sedang kualitas,

4 : Ringan intensitas, dan


5 : Tidak ada faktor pencetus
5. Ajarkan metode
nonfarmakologi
untuk menurunkan
nyeri
6. Dukung istirahat
yang cukup
2. Risiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 Environmental
cedera x 60 menit diharapkan risiko cedera dapat management (6480)
teratasi dengan kriteria hasil : 3. Sediakan
NOC: Keparahan Cedera Fisik (1913) lingkungan yang

Indikator Awal Tujuan aman untuk pasien,

Luka gores 4 4 agar pasien


terhindar dari risiko
perdarahan 2 4
cidera.
Skala :
4. Identifikasi
1 : Berat
kebutuhan
2 : Cukup Berat keamanan pasien,
3 : Sedang agar mengurangi
4 : Ringan kesalahan dalam

5 : Tidak ada tindakan


pembedahan.

Pencegahan
perdarahan (4010)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1
3. Risiko
x 60 menit diharapkan risiko perdarahan 1. Memonitor ketat
perdarahan
dapat teratasi dengan terjadinya

kriteria hasil : perdarahan pada

NOC : Keparahan kehilangan darah (0413) pasien

Indikator Awal Tujuan 2. Memonitor tanda-


Kehilangan darah tanda vital
4 4
yang terlihat ortostatik,

Kulit dan termasuk tekanan

membrane mukosa 2 4 darah

pucat
Skala :
1 : Berat
2 : Cukup Berat
3 : Sedang
4 : Ringan
5 : Tidak ada
4. Risiko Setelah dilakukan tindakan pembedahan 1 Kontrol infeksi
infeksi x 30 menit diharapkan Risiko Infeksi dapat (6540)
teratasi dengan kriteria hasil : 5. Monitoring ttv,
NOC: Keparahan Infeksi (0703) agar mengetahui
Indikator Awal Tujuan perkembangan
Kemerahan 3 4 tanda-tanda vital
Menggigil 3 4 pasien
Nyeri 3 4 6. Pertahankan
Skala : lingkungan aseptic

1 : Berat selama
pemasangan alat
2 : Cukup Berat
mempertahankan
3 : Sedang
teknik steril, untuk
4 : Ringan mengurangi risiko
5 : Tidak ada infeksi.
7. Monitor tanda
dan gejala
infeksi, agar
mengetahui dan
dapat cepat
menangani
apabila terjadi
tanda-tanda
infeksi.
IV. Implementasi

Jam / Dx Implementasi Respon Pasien Paraf


Tgl
09.20- (Pre operasi)  Melakukan DS: Handri
09.40 Nyeri akut BHSP Pasien mengatakan bahwa
10/1/22 dirinya bernama Tn.A
DO :
Pasien menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan
 Mengecek DS :

tanda- tanda Pasien mengatakan terasa Handri


vital dan nyeri dibagian pinggang
skala nyeri bagian kanan tengah.
P : Nyeri karena
penyakitnya
(Ureterolithiasis)
Q : cenat canut
R : pinggang kanan
tengah
S:4
T : Hilang timbul
DO:
o
Suhu : 36,3 C
Nadi : 83 x/menit
RR : 19 x/menit
 Menanyakan TD : 120/70mmHg
bagaimana SPO2 : 99%
perasaan pasien Handri
DS:
Pasien mengatakan merasa
 Menyarankan cemas
pasien untuk DO:
menerapkan Pasien nampak gelisah
teknik relaksasi DS: Handri
nafas dalam Pasien mengatakan
agar nyeri nyerinya berkurang, lebih
berkurang rileks, dan memasrahkan
kepada Allah SWT
P : Nyeri karena
penyakitnya
(Ureterolithiasis)
Q : cenat canut
R : pinggang kanan
tengah
S:2 Handri

T : Hilang timbul
 Memberikan
DO :
semangat
Pasien mengikuti anjuran
kepada pasien
dengan baik dan nampak
dan mendoakan
lebih siap
kelancaran
DS: -
operasi
DO:
Pasien terlihat ikut berdoa
dengan sungguh-
sungguh
10. 40- (Intra  Mengecek DS: - Handri
11.55 Operasi) kebutuhan DO:
WIB Risiko dan keamanan Alat telah dipersiapkan
Cedera dan pasien sesuai dengan lengkap dan steril
Risiko prosedur
Perdarahan  Mengobservasi
pemberian DS: -

anestesi DO:
Handri
general Pasien nampak tenang

 Mengobservas
i TTV
DS : -
DO:
Suhu : 36,1°C Handri

Nadi : 80 x/menit
RR : 20x/menit

 Mengobservasi TD : 116/74 mmHg

pemasangan ET SpO2 : 99%


dan oksigenasi DS: -
menggunakan DO:
BVM Oksigen terpantau
 Mengobservasi adekuat
pembedahan Handri

 Mengobservasi
perdarahan DS: -
DO:

 Batu ureter telah


dikeluarkan
DS: -
DO:
Handri
Tampak perdarahan
sebanyak 100 cc

12.00 - (Post  Melakukan DS: - Handri


12.35 Operasi) pengecekan DO:
WIB Risiko TTV Suhu : 36 °C Nadi
Infeksi : 81×/menit
RR : 18 ×/menit
TD : 112/88 mmHg
SpO2 : 99%
 Mempertahankan
DS : -
lingkungan
DO: Handri
aseptic
Selalu ingat untuk
membersihkan dan menjaga
lingkungan pasien untuk
 Melakukan
tetap steril
pengecekan
DS : -
tanda dan
DO :
gejala infeksi
tidak terdapat gejala infeksi Handri
pada pasien seperti contoh:
menggigil, demam.
10.45- (Post  Melakukan DS: - Handri
11.05 Operasi) pengecekan DO:
WIB Risiko TTV Suhu : 36 °C
Infeksi Nadi : 81×/menit
RR : 18 ×/menit
TD : 112/88 mmHg SpO2
: 99%
 Mempertahanka DS : -
n lingkungan DO: Handri
aseptic Selalu ingat untuk
membersihkan dan
menjaga lingkungan pasien
untuk tetap steril

 Melakukan DS : -

pengecekan DO :
tanda dan gejala tidak terdapat gejala
infeksi pada pasien seperti Handri
infeksi
contoh: menggigil, demam
V. Evaluasi

Hari/tgl DX Catatan Perkembangan Paraf


Senin, (pre operasi) S : Pasien mengatakan nyerinya berkurang Handri
10 Nyeri akut P : Nyeri karena penyakitnya
Januari
(Ureterolithiasis)
2022
Q : cenat canut
R : pinggang kanan tengah
S:2
T : Hilang timbul
O : Pasien terlihat lebih rileks
A : Masalah teratasi Sebagian
Indikator awal tujuan akhir
Nyeri yang
2 5 4
dilaporkan
Ekspresi nyeri
2 5 5
wajah
P : Intervensi dihentikan
Senin, (Intra Operasi) S:- Handri
10 Risiko cedera O : Nampak adanya akumulasi darah yang
Januari mengumpul karena dilakukan pembedahan
2022 A : Masalah teratasi Sebagian
Indikator awal tujuan akhir
Luka gores 4 4 4
perdarahan 2 4 4
P : Intervensi dihentikan

Senin, Risiko perdarahan S:- Handri


10 O : tampak perdarahan sebanyak 100 cc
Januari A : Masalah teratasi
2022 Indikator awal tujuan akhir
Kehilangan 3 4 4
darah yang
terlihat
Kulit dan 3 4 4
membrane
mukosa pucat

P : Hentikan intervensi
Senin, (Post Operasi) S:- Handri
10 Risiko Infeksi O : terdapat luka bekas pembedahan di area
Januari abdomen bagian kanan tengah (vertikal)
2022 A : Masalah teratasi
Indikator awal tujuan akhir
Kemerahan 3 4 4
Menggigil 3 4 4
Nyeri 3 4 4
P : Hentikan intervensi
LAPORAN PENDAHULUAN
SECTIO CAESAREA

DI SUSUN OLEH
HANDRI SAPUTRA

RUMAH SAKIT ANANDA PURWOKERTO


JL.Pemuda No. 30 Purwokerto – Jawa Tengah
Telp : 0281-636417/631435 Fax : 0281-640226
Email : info@rsananda.co.id
2022
I. KONSEP TEORI
A. DEFINISI
Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015), bedah Sectio Caesarea
(SC) adalah proses persalinan dengan insisi pada jaringan dinding perut
dan dinding uterus untuk mengeluarkan bayi. Terdapat beberapa jenis
prosedur SC, yaitu:
1. Sectio caesarea transperitonealis profunda
Merupakan jenis pembedahan yang paling banyak dilakukan dengan
cara menginsisi di segmen bagian bawah uterus. Beberapa
keuntungan menggunakan jenis pembedahan ini, yaitu perdarahan
luka insisi yang tidak banyak, bahaya peritonitis yang tidak besar,
parut pada uterus umumnya kuat sehingga bahaya rupture uteri tidak
besar dan luka dapat sembuh lebih sempurna.
2. Sectio caesarea klasik atau section caesarea korporal
Pada cectio caesarea klasik ini, dilakukan apabila terdapat halangan
untuk melakukan sectio caesarea transperitonealis profunda. Insisi
memanjang pada segmen atas uterus.
3. Sectio caesarea ekstra peritoneal
Merupakan tindakan pembedahan dengan pembuatan insisi pada
bagian tengah dari korpus uteri sepanjang 10-12 cm dengan ujung
bawah di atas batas plika vasio uterine. Tujuan insisi ini dibuat hanya
jika ada halangan untuk melakukan proses sectio caesarea
transperitonealis profunda, misal karena uterus melekat dengan kuat
pada dinding perut karena riwayat persalinan sectio caesarea
sebelumnya, insisi di segmen bawah uterus mengandung bahaya dari
perdarahan banyak yang berhubungan dengan letaknya plasenta pada
kondisi plasenta previa.
4. Section caesarea hysteroctomi
Merupakan bedah SC yang diikuti dengan pengangkatan rahim. Hal
ini dilakukan dalam kasus-kasus dimana pendarahan sulit tertangani
atau ketika plasenta tidak dapat dipisahkan dari rahim.
B. PATOFISIOLOGI
Adanya beberapa hambatan dalam kehamilan dapat menyebabkan
persalinan harus dilakukan melalui pembedahan atau SC, misalnya
plesenta previa, panggul sempit, riwayat SC sebelumnya, presentasi
janin, dsb. Pada proses operasi, akan dilakukan berbagai tindakan yang
akan menyebabkan pasien mengalami intoleransi aktivitas. Kurangnya
informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan
post operasi juga dapat menimbulkan masalah ansietas pada pasien.
Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan insisi pada
dinding abdomen sehingga mengakibatkan inkntinuitas jaringan ,
pembuluh darah, dan saraf-saraf di daerah insisi yang akan merangsang
pengeluaran histamin prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri.
Setelah semua proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup
dan menimbulkan luka post operasi yang bila tidak dirawat dengan baik
akan menimbulkan masalah resiko infeksi (Nurarif dan Kusuma, 2015).
C. PATHWAY
D. ETIOLOGI
Menurut Fitria (2018), terdapat beberapa etiologi dilakukannya
tindakan SC, yaitu:
1. Riwayat sectio caesarea
Uterus yang memiliki jaringan parut dianggap sebagai kontraindikasi
untuk melahirkan karena dikhawatirkan akan terjadi rupture uteri.
Resiko ruptur uteri meningkat seiring dengan jumlah insisi
sebelumnya, klien dengan jaringan perut melintang yang terbatas
disegmen uterus bawah , kemungknan mengalami robekan jaringan
parut simtomatik pada kehamilan berikutnya. Wanita yang
mengalami ruptur uteri beresiko mengalami kekambuhan, sehingga
tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan persalinan pervaginam
tetapi dengan beresiko ruptur uteri dengan akibat buruk bagi ibu dan
janin, american collage of obstetrician and ginecologistc.
2. Distosia persalinan
Distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu
lambatnya kemajuan persalinan, persalinan abnormal sering terjadi
terdapat disproporsi antara bagian presentasi janin dan jalan lahir,
kelainan persalinan terdiri dari :
3. Ekspulsi (kelainan gaya dorong)
Oleh karena gaya uterus yang kurang kuat, dilatasi servik (disfungsi
uterus) dan kurangnya upaya otot volunter selama persalinan kala
dua.
4. Panggul sempit
5. Kelainan presentasi, posisi janin
6. Kelainan jaringan lemak saluran reproduksi yang menghalangi
turunnya janin.
7. Gawat janin
Keadaan gawat janin bisa mempengaruhi keadaan keadaan janin,jika
penentuan waktu sectio caesarea terlambat, kelainan neurologis
seperti cerebral palsy dapat dihindari dengan waktu yang tepat untuk
sectio caesarea
8. Letak sungsang
Janin dengan presetasi bokong mengalami peningkatan resiko
prolaps tali pusat dan terperangkapnya kepala apabila dilahirkan
pervaginam dibandingkan dengan janin presentasi kepala.
9. CPD (Chepalo Pelvic Disproportion)
CPD adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran
lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami.
10. Pre-Eklamsi
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum
jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, Pre-eklamsi dan eklamsi
merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting
dalam ilmu kebidanan.
11. Ketuban pecah dini (KPD)
KPD adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
dan ditunggu satu jam belum terjadi impart. Sebagian besar KPD
adalah hamil aterm diatas 37 minggu.
12. Bayi Kembar (Gemili)
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar.Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadinya komplikasi tinggi dari
pada kelahiran 1 bayi.Selain itu bayi kembar pun dapat mengalami
sungsang.Sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
13. Kelainan Letak Kepala
a. Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan
dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan
panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati,
kerusakan dasar panggul.
b. Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-
kira 0,27-0,5 %.
c. Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu,
biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka
atau letak belakang kepala
E. MANIFESTASI KLINIK
Persalinan dengan SC, memerlukan perawatan yang lebih
komprehensif yaitu perawatan post operatif dan post partum.
Manifestasi klinis SC menurut Haryono (2019), yaitu :
1. Nyeri akibat adanya luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus terletak di umbilicus
4. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan yang cukup banyak
5. Menahan batuk akibat rasa nyeri yang berlebihan
6. Biasanya terpasang kateter urinarius
7. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
8. Akibat nyeri terbatas untuk melakukan pergerakan
9. Bonding attachment pada anak yang baru lahir
F. KONTRA INDIKASI
Menurut Ainuhikma (2018), terdapat beberapa kontra indikasi dari
prosedur SC, yaitu:
1. Apabila janin sudah dalam keadaan meninggal
2. Ibu mengalami syok
3. Ibu mengalami anemia berat
4. Terdapat kelainan kongenital berat
5. Terdapat infeksi piogenik pada dinding abdomen
G. KOMPLIKASI
Menurut Purwoastuti & Walyani (2015), komplikasi yang
mungkin muncul dari tindakan SC adalah komplikasi pembiusan,
perdarahan pasca operasi SC, syok akibat perdarahan, obstrusi usus,
gangguan pembekuan darah, dan cedera organ abdomen seperti usus,
ureter, kandung kemih, serta pembuluh darah. Pada pasien yang
dilakukan tindakan SC, juga dapat mengalami infeksi sampai terjadinya
sepsis terutama pada kasus dengan ketuban pecah dini. dapat terjadi juga
komplikasi pada bekas luka operasi.
H. TERAPI
Menurut Ainuhikma (2018), terapi yang diterapkan pada pasien
dengan SC, yaitu :
1. Ruang Pemulihan
Dalam ruang pemulihan prosedur yang harus dilakukan yaitu
memantau dengan cermat jumlah perdarahan dari vagina dan palpasi
fundus uteri untuk memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan
baik.
2. Pemberian Cairan Intravena
Perdarahan yang tidak disadari di vagina selama tindakan dan
perdarahan yang tersembunyi didalam uterus atau keduanya, sering
menyebabkan perkiraan kehilangan darah menjadi lebih rendah
daripada sebenarnya. Cairan intravena yang perlu disiapkan untuk
memenuhi kebutuhan klien yaitu larutan Ringer Laktat atau larutan
Kristaloid ditambah Dektrosa 5%. Bila kadar Hb rendah diiberikan
transfusi darah sesuai kebutuhan.
3. Tanda-tanda vital
Setelah pulih dari anestesi, observasi pada klien dilakukan setiap
setengah jam setelah 2 jam pertama dan tiap satu jam selama
minimal 4 jam setelah didapatkan hasil yang stabil. Tanda vital yang
perlu dievaluasi yaitu Tekanan darah, Nadi, Jumlah urin, Jumlah
perdarahan, Status fundus uteri, Suhu tubuh.
4. Analgesik
Pemberian analgesik dapat diberikan paling banyak setiap 3 jam
untuk mengurangi nyeri yang dirasakan. Pemberian analgesik dapat
berupa Meperidin 75-100 mg intramuskuler dan morfin sulfat 10- 15
mg intramuskuler.
5. Pengawasan fungsi vesika urinaria dan usus
Kateter vesika urinaria biasanya dapat dilepas dalam waktu 12 jam
setelah operasi dilakukan. Sedangkan untuk makanan padat dapat
diberikan kurang lebih 8 jam stelah operasi, atau jika klien tidak
mengalami komplikasi.
6. Pemeriksaan laboratorium
Hematrokit secara rutin diukur pada pagi hari stelah pembedahan.
Pemeriksaan dilakukan lebih dini apabila terdapat kehilangan darah
yang banyak selama operasi atau menunjukkan tanda-tanda lain yang
mengarah ke hipovoemik.
7. Menyusui
Menyusui dilakukan pada hari 0 post Sectio Caesarea. Apabila klien
memutuskan untuk tidak menyusui, dapat diberikan bebat untuk
menopang payudara yang bisa mengurangi rasa nyeri pada payudara.
8. Infeksi panggul pasca operasi merupakan penyebab tersering dari
demam dan tetap terjadi pada 20% wanita walaupun telah diberikan
antibiotik profilaksis. Sejumlah uji klinis acak telah membuktikan
bahwa antibiotik dosis tunggal dapat diberikan saat Sectio Caesarea
untuk menurunkan angka infeksi.
9. Mobilisasi
Mobilisasai dilakukan secara bertahap meliputi miring kanan dan kiri
dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi. Hari kedua post operasi
penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk
bernafas dalam. Kemudian posisi tidur telentang dapat
diubahmenjadi posisi setengah duduk. Selanjutnya dengan berturut-
turut selama hari demi hari pasien dianjurkan belajar uduk selama
sehari, belajar
berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ketiga sampai hari kelima pasca
operasi sectio caesarea.
10. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, meghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24-48 jam atau lebih.
II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Melakukan pengkajian head to toe secara prioritas, terdiri dari
kepala, leher, dada, abdomen, genetalia, integument, hingga ekstremitas.
Kaji juga riwayat SC sebelumnya dan riwayat alergi yang dimiliki.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Herdman dan Kamitsuru (2018), diagnosa keperawatan
yang dapat muncul pada pasien dengan tindakan SC, yaitu:
1. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (00146)
2. Risiko cedera berhubungan dengan pembedahan (00035)
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan pembedahan (00206)
4. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi (00004)
C. INTERVENSI

No DX NOC NIC

1. Ansietas Setelah dilakukan tindakan Pengurangan


keperawatan 1 x 10 menit diharapkan Kecemasan (5820)
kecemasan berkurang dengan kriteria 1. Gunakan
hasil : pendekatan yang
NOC: Kontrol Kecemasan (1402) tenang dan
Indikator Awal Tujuan meyakinkan
2. Jelaskan
Mengurangi 4
prosedur yang
penyebab
akan dilakukan
kecemasan
3. Berada di sisi
Menggunaka 4 klien untuk
n strategi meningkatkan
koping yang rasa aman dan
efektif mengurangi rasa
Ket: takut
1 : tidak pernah dilakukan 4. Kaji tanda verbal
2 : jarang dilakukan dan non-verbal
3 : kadang-kadang dilakukan kecemasan
4 : sering dilakukan 5. Instruksikan
5 : dilakukan secara konsisten klien untuk
mengurangi
kecemasan
dengan teknik
relaksasi
2. Risiko Setelah dilakukan tindakan Environmental
cedera keperawatan 1 x 75 menit diharapkan management (6480)
risiko cedera dapat teratasi dengan 1. Sediakan
kriteria hasil : lingkungan yang
NOC: Keparahan Cedera Fisik (1913) aman untuk
Indikator Awal Tujuan pasien, agar
pasien terhindar
Luka gores 4
dari risiko cidera.
Perdarahan 4 2. Identifikasi
Ket :
kebutuhan
1 : berat
keamanan
2 : cukup berat
pasien, agar
3 : sedang
mengurangi
4 : ringan
kesalahan dalam
5 : tidak ada
tindakan
pembedahan.
Risiko Setelah dilakukan tindakan Pencegahan
Perdarahan keperawatan 1 x 75 menit diharapkan perdarahan (4010)
risiko perdarahan dapat teratasi 1. Memonitor
dengan kriteria hasil : ketat terjadinya
Indikator Awal Tujuan perdarahan pada
pasien
Kehilanga 4
2. Memonitor
n darah
tanda-tanda
yang
vital ortostatik,
terlihat
Kulit dan 4 termasuk

membran tekanan darah

Ketmukosa
:
pucat
1 : berat
2 : cukup berat
3 : sedang
4 : ringan
5 : tidak ada

3. Risiko Setelah dilakukan tindakan Kontrol infeksi


Infeksi pembedahan 1 x 20 menit diharapkan (6540)
Risiko Infeksi dapat teratasi dengan 1. Monitoring ttv,
kriteria hasil : NOC: Keparahan Infeksi agar mengetahui
(0703)
Indikator Awal Tujuan perkembangan
tanda-tanda vital
Kemerahan 4 pasien
2. Pertahankan
Menggigil 4
lingkungan
Nyeri 4 aseptic selama
Ket:
pemasangan alat
1 : berat
mempertahankan
2 : cukup berat teknik steril,
3 : sedang untuk
4 : ringan mengurangi
5 : tidak ada risiko infeksi.
3. Monitor tanda
dan gejala
infeksi, agar
mengetahui dan
dapat cepat
menangani
apabila terjadi
tanda-tanda
infeksi.
4. Monitor
kerentanan
terhadap infeksi,
untuk
mengurangi
risiko infeksi
yang terjadi

D. EVALUASI
a. Ansietas dapat teratasi
b. Risiko cedera berhubungan dengan pembedahan dapat teratasi
c. Risiko perdarahan berhubungan dengan pembedahan dapat teratasi
d. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi dapat teratasi
DAFTAR PUSTAKA

Ainuhikma, L. (2018). Laporan kasus asuhan keperawatan post sectio caesarea


dengan fokus studi pengelolaan nyeri akut di rsud djojonegoro kabupaten
temanggung. KTI. Magelang: Poltekkes Semarang Jurusan Keperawatan.

Fitria, R. (2018). Asuhan keperawatan pada ny. M dengan post operatif sectio
caesarea dengan indikasi cephalo pelvik disproportion diruang rawat inap
kebidanan rumah sakit achmad mochtar bukittinggi tahun 2018. KTI.
Padang: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang.

Haryono, R. (2019). Keperawatan medikal bedah 2. Yogjakarta: Pustaka Baru


Press.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2018). Nanda international diagnosis


keperawatan: definisi dan klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC.

Nurarif, A., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan


diagnosa medis & nanda nic-noc. Yogjakarta: MediAction.

Purwoastuti & Walyani. (2015). Ilmu obstetri & ginekologi sosial untuk kebidanan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
ASUHAN KEPERAWATAN PRE, INTRA, DAN POST OPERASI
PADA NY.T DENGAN SECTIO CAESARIA DI RUANG IBS RSU
ANANDA PURWOKERTO

DI SUSUN OLEH
HANDRI SAPUTRA

RUMAH SAKIT ANANDA PURWOKERTO


JL.Pemuda No. 30 Purwokerto – Jawa Tengah
Telp : 0281-636417/631435 Fax : 0281-640226
Email : info@rsananda.co.id
2022
ASUHAN KEPERAWATAN PRE, INTRA, DAN POST OPERASI
PADA NY.T DENGAN SECTIO CAESARIA DI RUANG IBS RSU
ANANDA PURWOKERTO
Tanggal Pengkajian : 7 Februari 2022 Pukul : 08.00

I. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 37 tahun
Tanggal Lahir : 8 Desember 1983
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Perawat
Agama : Islam
Alamat : Bojongsari
Diagnosa Medis : SC + MOW
2. Identitas
Penanggungjawab Nama
: Tn. A
Hubungan : Suami
Umur : 38 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Bojongsari
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Asal Pasien : Ruang VK
A. PRE OPERASI
1. Keluhan Utama : Pasien mengatakan cemas dan gelisah oleh karena
mau menjalani operasi SC yang kedua.
2. Riwayat Penyakit : tidak ada
3. Riwayat Operasi : Pasien mengatakan memiliki riwayat SC pada 10
tahun yang lalu (2011) dengan gemelly (anak ke 3 dan ke 4).
4. Riwayat Alergi : tidak ada
5. Jenis Operasi : SC dan MOW
6. Tanda-tanda vital
Suhu : 36,3oC
Nadi : 83 x/menit
RR : 19 x/menit
TD : mmHg
SPO2 : 99%
DJJ : 135 x/menit
7. Berat Badan : 97 kg
RIWAYAT PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL
8. Status Emosional : Pasien mengatakan cemas dan gelisah
9. Tingkat Kecemasan : Pasien nampak cemas
10. Skala Cemas : Skala cemas pasien dari 0-5 adalah 3
11. Head to Toe Secara Perioritas
a. Kepala
Kepala pasien normal tidak ada kelainan
b. Leher
Leher pasien normal tidak ada kelainan
c. Dada
Dada pasien normal tidak ada kelainan
d. Abdomen
Tampak abdomen membesar oleh karena kehamilan ke-5.
e. Genetalia
Terpasang kateter no. 16
f. Integument
Integument pasien normal, tidak ada lesi ataupun kelainan
g. Ekstremitas
Terpasang IVFD Asering 20 tpm pada ekstremitas atas sebelah
kanan
12. Hasil Data Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan Ket Hasil Satuan Nilai rujukan
Hematologi
Darah rutin
L 10.1 g/dL 11.7-15.5
Hemoglobin
8.0 10^³/uL 2.6-11
Leukosit
31 ^10 ‫ﻬ‬ 25-47
Hematokrit
2.9 ⁶/uL 2.8-5.2
Eritrosit
180 10^³/uL 150-440
Trombosit
26 pg 26-34
MCV
33 g/dL 32-36
MCH
79 fL 80-100
MCHC
Diff Count H ‫ﻬ‬
1 1-2
Eosinofil L
0 ‫ﻬ‬ 0-1
Basofil
74 ‫ﻬ‬ 50-70
Netrofil segmen
19 25-40
Limfosit ‫ﻬ‬
7 2-8
Monosit
5.9
Netrofil #
1.5
Limfosit # Rasio RNT
3.9
Netrofil Limfosit
Rasio menit 3-5
4.30
Pembekuan (CT) menit 2.5
4.00
Perdarahan (BT) Negatif
HbsAg
Golongan darah O
b. Rapid antigen
Hasil rapid antigen negatif
B. INTRA OPERASI
1. Anestesi Dimulai Jam
Anestesi diberikan pada pasien jam 09.30 WIB
2. Pembedahan Dimulai Jam
Pembedahan pada pasien dimulai pada jam 09.35 WIB
3. Jenis Anestesi
Jenis anestesi yang digunakan adalah “spinal” dan dilanjutkan “general
anestesi”
4. Posisi Operasi
Posisi pasien saat dilakukan tindakan operasi yaitu “terlentang”.
5. Catatan Anestesi
Anestesi yang diberikan pada pasien yaitu jenis spinal dan dilanjutkan
dengan general anestesi dengan obat anestesi yang digunakan yaitu:
Nama Obat Anestesi Dosis Rute
Regivel 10 mg Intratekal
Peinlos 800 mg ID
Midazolam 21 mg IV
Ketamin 50 mg IV
Oxytosin 10 iu IV
Methergin 20 mg IV
6. Pemasangan Alat-alat
Terpasang O2 nasal, 3 L/mnt.
7. Tanda-tanda Vital
Suhu : 36,1°C
Nadi : 80 x/menit
RR : 20x/menit
TD : 116/74 mmHg
SpO2 : 99%
8. Head to Toe Secara Prioritas
a. Kepala
Kepala pasien normal tidak ada kelainan
b. Leher
Leher pasien normal tidak ada kelainan
c. Dada
Dada pasien normal tidak ada kelainan
d. Abdomen
Tampak luka operasi SC pfanenstyle dan lahir 1 bayi hidup dengan
jenis kelamin perempuan beserta plasenta, tampak perdarahan
operasi ±400 ml serta di hecting akhir dengan hecting subcuticular.
e. Genetalia
Terpasang DC no. 16
f. Integumen
Integumen pasien normal tidak ada kelainan
g. Ekstremitas
Ekstremitas pasien bagian atas (tangan) sebelah kanan terpasang
IVFD Asering sebanyak 20 tpm.
9. Balance cairan
a. Total cairan masuk
IVFD
Asering: 1500 ml
b. Total cairan keluar
Perdarahan
Perkiraan kehilangan darah 400 ml.
Urine
Cairan dikeluarkan melalui urin= (1 ml x BB)/ jam
= 1 ml x 97 kg/ jam
= 97 ml/ jam
Selama 75 menit = 121,25 ml
c. Balance cairan
 Iwl masuk = (5 × BB) /24 jam= 485 ml /24 jam Selama
75 menit = 25,26 ml
 Iwl keluar = (15 × BB) /24 jam = 1455 ml /24 jam Selama
75 menit = 75,78 ml
 Balance cairan = (cairan masuk + iwl masuk) - (cairan keluar + iwl
keluar) = (1500 + 25,26 ) – (400 + 121,25 + 75,78)
= 1525,26 – 597,03 = +928,23 ml
C. POST OPERASI
1. Pasien pindah ke RR jam 10.45 WIB dan pindah ke ruangan rawat inap
Gerbera jam 11.05 WIB.
2. Keluhan Saat Di RR
Pasien mengatakan masih lemas diukur "Bromage score” dan “Aldrete
Score”
3. Keadaan Umum
Keadaan umum pasien cukup baik/ sedang
4. Tanda-tanda Vital
Suhu : 36 °C
Nadi : 81×/menit
RR : 18 ×/menit
TD : 112/88 mmHg
SpO2 : 99%
5. Kesadaran
Kesadaran pasien CM/ composmentis
6. Head To Toe Secara Prioritas
a. Kepala
Kepala pasien normal tidak ada kelainan
b. Leher
Leher pasien normal tidak ada kelainan
c. Dada
Dada pasien normal tidak ada kelainan
d. Abdomen
Terdapat balutan luka post operasi SC
e. Genetalia
Terpasang DC no. 16 dan 3 buah pembalut
f. Integumen
Integumen pasien normal tidak ada kelainan
g. Ekstremitas
Terpasang IVFD Asering bagian tangan kanan 20 tpm
7. Aldrete score
No Penilaian Skor
5 menit I 5 menit 5 menit 5 menit
II III IV
1. Aktivitas 1 1 1 1
2. Respirasi 2 2 2 2
3. Sirkulasi 1 1 2 2
4. Kesadaran 2 2 2 2
5. Warna kulit 2 2 2 2
Total score 8 8 9 9
8. Bromage Score
Skor
Penilaian
5 menit I 5 menit 5 menit 5 menit
II III IV
Bromage
3 3 3 3
Score
II. Analisa Data
Symptom Etiologi Problem
(Pre Operasi) Krisis Cemas/ Ansietas
DS : situasional (Domain 9, kelas
- Pasien mengatakan gelisah dan 2, kode diagnosis
cemas 00146)
DO :
- Pasien terlihat tidak tenang dan
gelisah saat menunggu
tindakan operasi
(Intra Operasi) Pembedahan Risiko Cedera
DS : - (Domain 11, kelas
DO : 2, kode diagnosis
- Pasien terlihat lemas setelah 00035)
diberikan anestesi
- Banyak alat instrument dan
kasa yang digunakan

DS: - Pembedahan Risiko Perdarahan


DO: (Domain 11, kelas
- Tampak perdarahan sebanyak 2, kode diagnosis
±400 ml 00206)
- Pasien tampak pucat
(Post Operasi) luka post Risiko Infeksi
DS : - operasi (Domain 11, kelas
DO : 1, kode diagnosis
- Terlihat adanya kerusakan 00004)
jaringan (sayatan sedang
di
abdomen bawah) pada pasien
III. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
“Ansietas/cemas berhubungan krisis situasional” (Domain 9, kelas 2, kode
diagnosis 00146)
2. Intra Operasi
“Risiko cedera berhubungan dengan pembedahan” (Domain 11, kelas 2,
kode diagnosis 00035)
“Resiko perdarahan berhubungan dengan pembedahan” (Domain 11, kelas
2, kode diagnosis 00206)
3. Post Operasi
“ Risiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi “ (Domain 11,
kelas 1, kode diagnosis 00004)
IV. Rencana Keperawatan
No DX NOC NIC

1. Ansietas Setelah dilakukan tindakan Pengurangan


keperawatan 1 x 10 menit diharapkan Kecemasan (5820)
kecemasan berkurang dengan kriteria 1. Gunakan
hasil : pendekatan yang
NOC: Kontrol Kecemasan (1402) tenang dan
Indikator Awal Tujuan meyakinkan
2. Jelaskan
Mengurangi 2 4
prosedur yang
penyebab
akan dilakukan
kecemasan
3. Berada di sisi
Menggunaka 2 4
klien untuk
n strategi
meningkatkan
koping yang
rasa aman dan
efektif
mengurangi rasa
Ket:
takut
1 : tidak pernah dilakukan
4. Kaji tanda verbal
2 : jarang dilakukan
dan non-verbal
3 : kadang-kadang dilakukan
kecemasan
4 : sering dilakukan
5. Instruksikan
5 : dilakukan secara konsisten
klien untuk
mengurangi
kecemasan
dengan teknik
relaksasi

2. Risiko Setelah dilakukan tindakan Environmental


cedera keperawatan 1 x 75 menit diharapkan management (6480)
risiko cedera dapat teratasi dengan 1. Sediakan
kriteria hasil : lingkungan yang
NOC: Keparahan Cedera Fisik (1913) aman untuk
Indikator Awal Tujuan pasien, agar
pasien terhindar
Luka gores 4 4
dari risiko cidera.
Perdarahan 2 4 2. Identifikasi
kebutuhan
Ket :
keamanan
1 : berat
pasien, agar
2 : cukup berat
mengurangi
3 : sedang
kesalahan dalam
4 : ringan
tindakan
5 : tidak ada
pembedahan.

Risiko Setelah dilakukan tindakan Pencegahan


Perdarahan keperawatan 1 x 75 menit diharapkan perdarahan (4010)
risiko perdarahan dapat teratasi 1. Memonitor
dengan ketat terjadinya
kriteria hasil : perdarahan pada
Indikator Awal Tujuan
pasien
Kehilangan 3 4 2. Memonitor
darah yang tanda-tanda
terlihat vital ortostatik,
Kulit dan 3 4 termasuk
membran tekanan darah
mukosa
pucat
Ket :
1 : berat
2 : cukup berat
3 : sedang
4 : ringan
5 : tidak ada
3. Risiko Setelah dilakukan tindakan Kontrol infeksi
Infeksi pembedahan 1 x 20 menit diharapkan (6540)
Risiko Infeksi dapat teratasi dengan 1. Monitoring ttv,
kriteria hasil : NOC: Keparahan Infeksi agar mengetahui
(0703) perkembangan
Indikator Awal Tujuan tanda-tanda vital

Kemerahan 3 4 pasien
2. Pertahankan
Menggigil 3 4 lingkungan

Nyeri 3 4 aseptic selama


pemasangan alat
Ket:
mempertahankan
1 : berat
teknik steril,
2 : cukup berat
untuk
3 : sedang
mengurangi
4 : ringan
risiko infeksi.
5 : tidak ada
3. Monitor tanda
dan gejala
infeksi, agar
mengetahui dan
dapat cepat
menangani
apabila terjadi
tanda-tanda
infeksi.
4. Monitor
kerentanan
terhadap infeksi,
untuk
mengurangi
risiko infeksi
yang terjadi

V. Implementasi
Jam/T Dx Implementasi Respon Pasien Paraf
gl
09.20- (Pre  Melakukan BHSP DS: Pasien mengatakan Handri
09.30 Operasi) bahwa dirinya bernama
7/2/22 Ansietas Ny. T
DO : Pasien menjawab
pertanyaan-pertanyaan

 Mengecek tanda- yang diberikan


Handri
tanda vital dan
Suhu : 36,3 C o

DJJ
Nadi : 83 x/menit
RR : 19 x/menit
TD : mmHg
SPO2 : 99%
Handri
 Menanyakan DJJ : 135 x/menit
bagaimana
perasaan pasien DS: Pasien mengatakan
merasa cemas
DO: Pasien nampak
gelisah
 Menanyakan DS: Pasien mengatakan Handri
penyebab cemas karena sudah
kecemasan lama sejak dirinya di
operasi terakhir kali
(2011)
DO: Pasien nampak
gelisah Handri
 Menyarankan
DS: Pasien mengatakan
pasien untuk
lebih rileks dan
menerapkan
memasrahkan kepada
teknik relaksasi
Allah SWT
nafas dalam agar
DO : Pasien mengikuti
lebih rileks
anjuran dengan baik Handri
dan nampak lebih siap
 Memberikan
DS: -
semangat kepada
DO: Pasien terlihat
pasien dan
ikut berdoa dengan
mendoakan
sungguh-sungguh
kelancaran operasi

09.30- (Intra  Mengecek DS: - Handri


10.45 Operasi) kebutuhan dan DO: Alat telah
Risiko keamanan pasien dipersiapkan dengan
Cedera dan sesuai prosedur lengkap dan steril
Risiko Handri
 Memberikan DS: -
Perdarahan
anestesi spinal DO: Pasien nampak
tenang
 Mengobservasi DS: - Handri
TTV DO:
Suhu : 36,1°C
Nadi : 80 x/menit
RR : 20x/menit
TD : 116/74 mmHg
SpO2 : 99% Handri
 Melakukan
pembedahan DS: -
DO:
 Mengeluarkan bayi
dari plasenta, bayi
nangis dengan
spontan.
 Mengeluarkan Handri
 Melakukan
plasenta dari uterus
suction
DS: -
DO: Membersihkan
organ dari darah yang
mengumpul agar Handri
terlihat lebih jelas
 Memberikan
untuk melanjutkan
anestesi general
pembedahan

DS: -
DO: Pasien nampak
lemas dan tertidur
 Melanjutkan DS: - Handri
pembedahan DO: Melanjutkan
dengan prosedur
MOW/ tubektomi

 Memonitor Handri
DS: -
perdarahan
DO: tampak
perdarahan sebanyak
±400 ml

10.45- (Post  Melakukan DS: - Handri


11.05 Operasi) pengecekan TTV DO:
Risiko Suhu : 36 °C
Infeksi Nadi : 81×/menit
RR : 18 ×/menit
TD : 112/88 mmHg
SpO2 : 99%

 Mempertahankan DS : - Handri
lingkungan aseptic DO: Selalu ingat untuk
membersihkan dan
menjaga lingkungan
pasien untuk tetap
steril

 Melakukan DS : - Handri
pengecekan tanda DO : tidak terdapat
dan gejala infeksi gejala infeksi pada
pasien seperti contoh:
menggigil, demam.
 Mengecek DS : pasien merasa Handri
kerentanan lemas dan mengantuk
terhadap kejadian DO : pasien tidak
infeksi terlihat menggigil.
VI. Evaluasi
Hari/ Dx Catatan Perkembangan Paraf
Tgl
Senin (Pre Operasi) S: pasien mengatakan cemas karena akan Handri
7/2/22
Ansietas dioperasi
09.25
O: pasien terlihat cemas dan gelisah
A: masalah teratasi
Indikator Awal Tujuan Akhir

Mengurangi 2 4 4
penyebab
kecemasan
Menggunakan 2 4 4
strategi
koping yang
efektif
P : Intervensi dihentikan
Senin (Intra S: - Handri
7/2/22
Operasi) O: Nampak adanya akumulasi darah yang
10.40
Risiko mengumpul karena dilakukannya pembedahan
cedera A: masalah teratasi
Indikator Awal Tujuan Akhir

Luka gores 4 4 4

Perdarahan 2 4 4

P: Intervensi dihentikan
Risiko S: - Handri
Perdarahan O: tampak perdarahan sebanyak ±400 ml
A: masalah teratasi
Indikator Awal Tujuan

Kehilangan 3 4
darah yang
terlihat
Kulit dan 3 4
membran
mukosa
pucat
P: Hentikan Intervensi
Senin (Post S: - Handri
7/2/22
Operasi) O: Terdapat luka bekas pembedahan di area
11.00
Risiko abdomen bagian bawah (horizontal)
infeksi A: Masalah teratasi
Indikator Awal Tujuan Akhir

Kemerahan 3 4 4

Menggigil 3 4 4

Nyeri 3 4 4

P: Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai