Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH
PADA PASIEN BATU SALURAN KEMIH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh :
Hendryani Fiesta Widya E.0105.20.019

Yuda Abdul Rohman E.0105.20.047

Program Studi Diploma III


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan STIKes Budi Luhur
Cimahi
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA PASIEN
BATU SALURAN KEMIH

A. KONSEP DASAR
1. DEFINISI
Batu saluran kemih adalah adanya batu di traktus urinarius. (ginjal,
ureter, atau kandung kemih, uretra) yang membentuk kristal; kalsium,
oksalat, fosfat, kalsium urat, asam urat dan magnesium.(Brunner & Suddath,
2012).
Urolithiasis mengacu pada batu ( kalkuli ) di saluran kemih. Batu terbentuk
disaluran kemih ketika konsenterasi zat dalam urine seperti kalsium
oksalat,kalsium fosfat,dan asam urat meningkat. ( Brunner & Suddarth edisi 12 )
Penyakit batu sluran kemih sudah dikenal sejak zaman babilonia dan zaman
mesir kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah diketemukan batu kandung kemih
seorang mumi. Penyakit ini dapat menyerang penduduk diseluruh dunia tak
terkecuali penduduk di Indonesia. Di Negara Negara berkembang banyak
dijumpai pasien batu buli buli sedangkan di Negara maju lebih banyak dijumpai
batu saluran kemih,hal ini terjadi karena adanya status gizi dan aktivitas pasien
sehari hari. ( Basuki B. Purnomo )
2. ETIOLOGI
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan
aliran urine,gangguan metabolic,infeksi saluran kemih,dehidrasi,dan keadaan
keadaan lainnya yang msaih belum terungkap ( idiopatik ).
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya
batu saluran kemihpada seseorang. Faktor itu meliputi faktor intrinsic,yaitu yang
berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik,yaitu pengaruh yang berasal
dari lingkungan sekitarnya.
Faktor intrinsic itu antara lain :
1. Hereditair ( keturunan ) : penyakit ini di duga dari orangtuanya
2. Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30 – 50 tahun
3. Jenis kelamin : jumlah pasien laki laki tiga kali lebih banyak dibandingkan
dengan pasien perempuan
Faktor ekstrinsik di antaranya adalah :
1. Geografi : pada beberapa daerah menunjukan angka kejadian batu saluran
kemih yang lebih tinggi daripada di daerah lain sehingga dikenal sebagai
daerah stone belt ( sabuk batu ),sedangkat daerah batu di afrika selatan hamper
tidak dijumpai batu saluran kemih
2. Iklim dan temperature
3. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada
air yang dikonsumsi,dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih
4. Diet : diet banyak purin ,oksalat,dan kalsium mempermudah terjadinya
penyakit batu saluran kemih
5. Pekerjaan : penyakit ini seing dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk atau kurang aktivitas ( sedentary life )
3. PATOFISIOLOGIS
Secara teoritis batu dapatdibentuk di seluruh saluran kemih terutama pada
tempat tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine ( stasis urine ),yaitu
pada sistem kalises ginjal atau buli buli. Adanya kelainan bawaan pada
pelvikalises ( stenosis uretero-pelvis ),diventrikel,obstruksi infravesika kronis
seperti pada hyperplasia prostat benigna,striktura,dan buli buli neurogenic
merupakan keadaan keadaan yang mempermudah pembentukan batu.
Batu terdiri atas Kristal kristalyang tersusun oleh bahan bahan organic maupun
anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal Kristal tersebut tetap berada dalam
keadaan metastable ( tetap terlarut ) di dalam urine jika tidak ada keadaan keadaan
tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi membentuk inti batu ( nukleasi )
yang kemudian akan mengadakan akregasi,dan menarik bahan bahan lain menjadi
Kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar ,agregat Kristal masih
rapuh dan belum cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat
Kristal menempel pada epitel saluran kemih ( membentuk retensi Kristal ), dan
dari sini bahan bahan diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang
cukup besar untuk menyumbat saluran kemih.
Kondisi metastable dipengaruhi oleh suhu,Ph larutan,adanya koloid didalam
urine,konsenterasi solute didalam urine,laju aliran urine,di dalam saluran kemih
yangbertindak sebagai inti batu.
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium oksalat atau
kalsium fosfat,asam urat,magnesium ammonium fosfat,stisin,silikat dan senyawa
lainnya. Data mengenai kandungan komposisi terdapat pada zat yang terdapat
pada batu yang sangat penting untuk usaha kemungkinan timbulnya batu residif.
Jenis jenis batu saluran kemih diantaranya :
a. Batu kalsium
b. Batu struvit
c. Batu asam urat
4. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Brunner & Suddarth (2016) batu saluran kemih dapat menimbulkan
berbagi gejala tergantung pada letak batu, tingkat infeksi dan ada tidaknya
obstruksi saluran kemih. Beberapa gambaran klinis yang dapat muncul pada
pasien batu saluran kemih:
1. Nyeri
Nyeri pada ginjal dapat menimbulkan dua jenis nyeri yaitu nyeri kolik dan
non kolik. Nyeri kolik terjadi karena adanya stagnansi batu pada saluran
kemih sehingga terjadi resistensi dan iritabilitas pada jaringan sekitar.
(Prabowo & Pranata, 2014).
2. Hematuria
Batu yang terperangkap di dalam ureter (kolik ureter) sering mengalami
desakan berkemih (Brunner & Suddarth, 2016).
3. Mual dan muntah
Kondisi ini merupakan efek samping dari kondisi ketidak nyamanan pada
pasien karena nyeri (Brunner & Suddarth, 2016).
4. Demam
Demam terjadi karena adanya kuman yang menyebar ke tempat lain.Tanda
demam (Prabowo & Pranata, 2014).
5. Distensi vesika urinaria
Akumulasi urin yang tinggi melebihi kemampuan vesika urinaria akan
menyebabkan vasodilatasi (Prabowo & Pranata, 2014).
5. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama adalah untuk menyingkirkan batu,menentukan jenis
batu,mencegah penghancuran nefron,mengontrol infeksi,dan mengatasi
obstruksi yang mungkin terjadi.
b. Terapi Frmakologis dan Nutrisi
 Agens analgesic opioid ( untuk mencegah syok dan sinkope ) dan obat
obat anti inflamasi ninsteroid (NSAID)
 Peningkatan asupan cairan untuk membantu pengeluaran batu,kecuali
pasien mengalami muntah ; pasien dengan batu ginjal harus minum
delapan sampai sepuluh gelas air setiap hari atau diresepkan cairan IV
untuk menjaga urine tetap encer
 Untuk batu kalsium : kurangi protein diet dan asupan natrium ; asupan
cairan bebas tidak dibatasi medikasi untuk mengasamkan urine, seperti
ammonium klorida,dan diuretic tiazid jika produksi hormone
meningkat.
 Untuk batu urat : diet rendah purin dan protein terbatas allopurinol (
Zyloprim )
 Untuk batu sistin : diet rendah protein alkalinisasi urine ; peningkatan
cairan
 Untuk batu oksalat : encerkan urine ; pembatasan asupan oksalat (
bayam,coklat,the,kacang )
c. Prosedur Pengangkatan Batu
 Ureteroskopi : batu dipecah dengan menggunakan laser,litotripsi
elektrohidrolik,atau ultra sonografi dan kemudian dikeluarkan
 Nefrostomo Perkutan : metode edurologik
 Kemolisis ( penghancuran batu ) alternative untuk pasien yang
beresiko buruk untuk menjalani terapi lain,menolak metode lain,atau
mengidap batu yang mudah larut
 Pengangkatan secara bedah dilakukan pada hanya 1-2 % pasien
6. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari batu kandung kemih ini dibedakan komplikasi akut
dan komplikasi jangka panjang :
a. Komplikasi akut yang sangat diperhatikan oleh penderita adalah kematian,
kehilangan ginjal, kebutuhan transfusi dan tambahan intervensi sekunder
yang tidak direncanakan. Komplikasi akut dapat dibagi menjadi yang
signifikan dan kurang signifikan. Yang termasuk komplikasi signifikan
adalah avulsi ureter, sepsis, trauma vaskuler, hematuria. Sedang yang
termasuk kurang signifikan perforasi ureter, hematom perirenal,
ileus,stein strasse, infeksi luka operasi, ISK dan migrasistent.
b. Komplikasi jangka panjang adalah Gagal ginjal akut sampai kronis.
Struktur tidak hanya disebabkan oleh intervensi, tetapi juga dipicu oleh
reaksi inflamasi dari batu, terutama yang melekat. Angka kejadian striktur
kemungkinan lebih besar dari yang ditemukan karena secara klinis tidak
tampak dan sebagian besar penderita tidak dilakukan evaluasi radiografi
( IVP ) pasca operasi.
7. PATHWAY

Batu Saluran Kemih

Faktor idiopatik :
Faktor intrinsic : Faktor ekstrinsik :
1. Dehidrasi
1. Heroditer 1. Asupan air
2. ISK
2. Umur 2. Diit
3. Obstruksi
3. Jenis kelamin 3. Pekerjaan
saluran kemih

Defisiensi kadar
magnesium,sifrat,prifosfor,mukoprotein

Mual,muntah Resiko kristalisasi mineral

Penumpukan kristal

Resiko kekurangan
volume cairan Pengendapan batu saluran kemih

Batu merusak dinding


Sumbatan saluran kemih
setempat

Spasme batu saat turun dari


uretra Hematuresis

Nyeri BAK tidak tuntas

Perubahan pola eliminasi


urin
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Secara otomatis ,tidak faktor jenis kelamin dan usia yang signifikan dalam
proses pembentukan batu. Namun, angka kejadian urolgitiasis dilapangan
sering kali terjadi pada laki-laki dan pada masa usia dewasa. Hal ini
dimungkinkan karena polahidup, aktifitas dan geografis. (Prabowo E, dan
Pranata, 2014)
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan yang sering terjadi pada klien batu saluran kemih ialah nyeri
pada saluran kemih yang menjalar, berat ringannya tergantung pada
lokasi dan besarnya batu, dapat terjadi nyeri/kolik renal klien dapat
juga mengalami gangguan gastrointestinal dan perubahan. (Dinda, 2011)
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami penyakit ini sebelumnya.
d. Data Psikososial
Hambatan dalam interaksi social dikarenakan adanya ketidaknyamanan
(nyeri hebat) pada pasien, sehingga focus perhatiannya hanyapada
sakitnya. Isolasi social tidak terjadi karena bukan merupakan penyakit
menular.(Prabowo E, dan Pranata, 2014)
e. Pola Kebutuhan Sehari Hari
1) Penurunan aktifitas selama sakit terjadi bukan karena kelemahan otot,
tetapi dikarenakan gangguan rasanyaman (nyeri). Kegiatan aktifitas
relative dibantu oleh keluarga, misalnya berpakaian, mandi makan,
minum dan lain sebagainya, terlebih jika kolik mendadak terjadi.
(Prabowo E, dan Pranata, 2014)
2) Terjadi mual mutah karena peningkatan tingkat stress pasien akibat
nyeri hebat. Anoreksia sering kali terjadi karena kondisi ph
pencernaan yang asam akibat sekresi HCL berlebihan. Pemenuhan
kebutuhan cairan sebenarnya tidak ada masalah. Namun, klien sering
kali membatasi minum karena takut urinenya semakin banyakdan
memperparah nyeri yang dialami. (Prabowo E,dan Pranata, 2014)
3) Eliminasi alvi tidak mengalami perubahan fungsi maupun pola,
kecuali diikuti oleh penyakit penyerta lainnya. Klien mengalami nyeri saat
kencing (disuria, pada diagnosis uretrolithiasis). Hematuria
(gross/flek), kencing sedikit (oliguaria), disertai vesika
(vesikolithiasis). (Prabowo E, dan Pranata, 2014)
f. Pemeriksaan Fisik
Anamnesa tentang pola eliminasi urine akan memberikan data yang kuat.
Oliguria, disuria, gross hematuria menjadi cirikhas dari urolithiasis. Kaji
TTV, biasanya tidak perubahan yang mencolok pada urolithiasis. Takikardi
akibat nyeri yang hebat, nyeri pada pinggang, distensi vesika pada
palpasi vesika (vesikolithiasis/uretrolithiasis), teraba massa keras/batu
(uretrolthiasis). (Prabowo E, dan Pranata, 2014)
1) Keadaan Umum
Pemeriksaan fisik pasien dengan BSK dapat bervariasi mulai tanpa
kelainan fisik sampai tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak batu
dan penyulit yang ditimbulkan. Terjadi nyeri/kolik renal klien dapat
juga mengalami gangguan gastrointestinal dan perubahan. (Dian, 2011)
2) TTV
Kesadaran compos mentis, penampilan tampak obesitas, tekanan darah
110/80 mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi nafas 20 kali/menit,
suhu 36,2 C, dan Indeks Massa Tubuh (IMT) 29,3 kg/m2. Pada
pemeriksaan palpasi regio flank sinistra didapatkan tanda ballotement (+)
dan pada perkusi nyeri ketok costovertebrae angle sinistra (+)
(Nahdi Tf, 2013)
3) Pemeriksaan Fisik Persistem
a) Sistem persyarafan, tingkat kesadaran, GCS, reflex bicara, compos
mentis. (Nahdi Tf, 2013)
b) Sistem penglihatan, termasuk penglihatan pupil isokor, dengan
reflex cahaya (+). (Nahdi Tf, 2013)
c) Sistem pernafasan, nilai frekuensi nafas, kualitas, suara dan jalan
nafas. Atau tidak mengeluh batuk atau sesak. Tidak ada riwayat
bronchitis, TB, asma, empisema, pneumonia. (Nahdi Tf, 2013)
d) Sistem pendengaran, tidak ditemukan gangguan pada system
pendengaran. (Nahdi Tf, 2013)
e) Sistem pencernaan, Mulut dan tenggorokan: fungsi mengunyah
dan menelan baik, Bising usus normal. (Nahdi Tf, 2013)
f) Sistem abdomen, adanya nyeri tekan abdomen, teraba massa keras
atau batu, nyeri ketok pada pinggang. (Prabowo E, dan Pranata, 2014)
g) Sistem reproduksi: tidak ada masalah/gangguan pada system
reproduksi. (Nahdi Tf, 2013)
h) Sistem kardiovaskuler: tidak ditemukan gangguan pada
system kardiovaskular. (Nahdi Tf, 2013)
i) Sistem integumen, hangat, kemerahan, pucat. (Dian, 2011)
j) Sistem muskuluskletal, mengalami intoleransi aktivitas karena nyeri
yang dirasakan yang melakukan mobilitas fisik tertentu. (Nahdi Tf,
2013)
k) Sistem perkemihan, adanya oliguria, disuria, gross hematuria, menjadi
ciri khas dari urolithiasis, nyeri yang hebat, nyeri ketok pada pinggang,
distensi vesika pada palpasi vesika (vesikolithiasis/urolithiasis, nyeri
yang hebat, nyeri ketok pada pinggang, distensi vesika pada palpasi
vesika (vesikolithiasis/uretrolithiasis), teraba massa keras/batu
(uretrolithiasis). Nilai frekuensi buang air kecil dan jumlahnya,
Gangguan pola berkemih. (Prabowo E, dan Pranata, 2014)
g. Pemeriksaan Diagnostik
a) Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah lengkap,
kimia darah (ureum, kreatinin, asam urat), dan urin lengkap. Hasilnya
ditemukan peningkatan kadar leukosit 11.700/μl (normalnya: 5000-
10.000/μl), kimia darah tidak ditemukan peningkatan kadar ureum,
kreatinin, maupun asam urat, urin lengkap ditemukan warna keruh,
epitel (+), sedimen (+), peningkatan kadar eritrosit 5-7/LPB
(normalnya: 0-1/LPB), leukosit 10-11/LPB (0-5/LPB). (Nahdi Tf, 2013)
b) Radiologi
Pada pemeriksaan radiologi dilakukan rontgen Blass Nier Overzicht
(BNO) dan ultrasonografi (USG) abdomen. Hasilnya pada rontgen
BNO didapatkan tampak bayangan radiopaque pada pielum ginjal
setinggi linea paravertebrae sinistra setinggi lumbal III Ukuran 1,5 x 2
cm, USG didapatkan tampak batu pada ginjal kiri di pole atas-tengah-
bawah berukuran 1 cm x 1,2 cm x 1,8 cm, tampak pelebaran sistem
pelvicokaliseal. (Nahdi Tf, 2013)

2. ANALISA DATA
Menurut PPNI,T.P.(2017)
No Data Etiologi Masalah Masalah
1 ( Tidak Ada ) Batu Saluran Kemih Resiko
Ketidak
seimbangan
Faktor intrinsic : heroditer,umur,jenis cairan
kelamin

Faktor idiopatik :
dehidrasi,ISK,obstruksi saluran kemih

Faktor ekstrinsic : asupan


air,diet,pekerjaan

Defisiensi kadar
magnesium,sifrat,prifosfor,mukoprotein

Mual muntah

Resiko ketidak seimbangan cairan


2 Ds : Batu Saluran Kemih Nyeri akut
1. Mengeluh nyeri
Do :
1. Tampak meringis Faktor intrinsic : heroditer,umur,jenis
2. Bersikap kelamin
protektif
(mis.waspada,po
sisi menghindari Faktor idiopatik :
nyeri) dehidrasi,ISK,obstruksi saluran kemih
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi
meningkat Faktor ekstrinsic : asupan
5. Sulit tidur air,diet,pekerjaan
6. Tekanan darah
meningkat
7. Pola nafas Defisiensi kadar
berubah magnesium,sifrat,prifosfor,mukoprotein
8. Nafsu makan
berubah
9. Proses berfikir Resiko kristalisasi mineral
terganggu
10. Menarik diri
11. Berfokus
pada diri sendiri Penumpukan Kristal
12. diaforesis

Pengendapan batu saluran kemih

Sumbatan saluran kemih

Spasme batu saat turun dari uretra

Nyeri

3 Ds : Batu Saluran Kemih Gangguan


1. urgensi (desakan Perubahan
berkemih) pola
2. sering buang air eliminasi
kecil Faktor intrinsic : heroditer,umur,jenis urin
3. nokturia kelamin
4. mengompol
5. enuresis
Do :
1. distensi kandung Faktor idiopatik :
kemih dehidrasi,ISK,obstruksi saluran kemih
2. berkemih tidak
tuntas
3. volume residu
urine meningkat Faktor ekstrinsic : asupan
air,diet,pekerjaan

Defisiensi kadar
magnesium,sifrat,prifosfor,mukoprotein

Resiko kristalisasi mineral

Penumpukan Kristal

Pengendapan batu saluran kemih

Batu merusak dinding setempat

Hematuresis

BAK tidak tuntas

Perubahan pola eliminasi urin

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko ketidaks eimbangan cairan berhubungan dengan mual muntah
b. Nyeri akut berhubungan dengan spasme batu saat turun dari uretra ditandai
dengam Mengeluh nyeri Tampak meringis,Bersikap protektif
(mis.waspada,posisi menghindari nyeri),Gelisah,Frekuensi nadi
meningkat,Sulit tidur,Tekanan darah meningkat,Pola nafas berubah,Nafsu
makan berubah,Proses berfikir terganggu,Menarik diri,Berfokus pada diri
sendiri,diaforesis
c. Gangguan perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan BAK yang
tidak tuntas ditandai dengan urgensi (desakan berkemih),sering buang air
kecil,nokturia ,mengompol,enuresis,distensi kandung kemih,berkemih tidak
tuntas,volume residu urine meningkat
4. INTERVENSI
No Diagnose keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Resiko ketidakseimbangan Setelah Intervensi Utama Intervensi Utama
cairan berhubungan dengan dilakukan 1. Manajemen cairan 1. Manajemen
mual muntah tindakan cairan
keperawatan Obsevasi Observasi
selama 3 x 24 a. Monitor status a. Untuk
jam maka hidrasi mengetahui
resiko (mis.frekuensi keadaan
ketidakseimba nadi,turgor pasien
ngan cairan kulit,tekanan
dapat teratasi darah)
dengan kriteria
hasil : b.Monitor berat b.Untuk
1. Asupan badan harian mengetahui
cairan ukura BB
meningkat klien
2. Kelembaban
membrane c. Monitor hasil c. Untuk
mukosa pemeriksaan mengetahui
meningkat laboratorium hasil
3. Asupan pemeriksaan
makanan
meningkat Terapeutik Terapeutik
4. Edema a. Catat intake dan a. Untuk
menurun output mengetahui
5. Dehidrasi cairan yang
menurun masuk dan
6. Tekanan keluar
darah
membaik b.Berikan asupan b.Untuk
7. Denyut nadi cairan mempertaha
membaik nkan
8. Membrane keseimbang
mukosa an cairan
membaik yang
9. Mata cekuk adekuat
membaik pada pasien
10. Turgor yang tidak
kulit bisa
membaik mengendalik
11. Berat an cairan
badan dalam
membaik tubuhnya

Kolaborasi Kolaborasi
a. Kolaborasi a. Untuk
pemberian digunakan
diuretic,jika perlu sebagai
pembuang
garam dan
az tubuh
melalui urin

2. Pemantauan
2. Pemantauan cairan cairan
Observasi
Observasi a. Untuk
a. Monitor frekuensi mengetahui
dan kekuatan nadi keadaan
kekuatan
nadi klien

b.Monitor frekuensi b.Untuk


nafas mengetahui
jumlah
frekuensi
nafas pada
klien

c. Monitor tanda c. Untuk


tanda mengetahui
hipovolemia apakah klien
terkena
hipovolemia

d.Identifikasi faktor d.Untuk


resiko mengetahui
ketidakseimbanga faktor apa
n cairan saja yang
menyebabka
n klien
kehilangan
cairan

Terapeutik Terapeutik
a. Dokumentasi a. Untuk
hasil pemantauan menyimpan
hasil dari
pemantauan
cairan

Intervensi Intervensi
Pendukung Pendukung
1. Manajemen 1. Manajemen
elektrolit elektrolit
Observasi Observasi
a. Identifikasi tanda a. Untuk
dan gejala mengetahui
ketidakseimbanga tanda dan
n kadar elektrolit gejala apa
saja yang
menyebabkan
ketidakseimb
angan
elektrolit

b.Untuk
b.Identifikasi mengetahui
kehilangan cairan yang
elektrolit melalui keluar
cairan melalui apa
saja

Terapeutik
Terapeutik a. Untuk
a. Berikan cairan menambah
kebutuhan
cairan klien

b.Untuk
b.Berikan diet yang mencukupi
tepat asupan
nutrisi klien

c. Untuk
c. Pasang akses membantu
intravena menambahka
n cairan yang
masuk
kedalam
tubuh

Edukasi
Edukasi a. Agar klien
a. Jelaskan paham apa
ketidakseimbanga itu keidak
n elektrolit seimbangan
elektrolit

2. Manajemen
2. Manajemen hipovolemia
hipovolemia Observasi
Observasi a. Untuk
a. Periksa tanda dan mengetahui
gejala tanda dan
hipovolemia gejala apa saj
yang dapat
menyebabkan
hipovolemia

b.Untuk
memantau
b.Monitor intake cairan yang
dan output cairan masuk dan
keluar

Terapeutik
a. Untuk
Terapeutik mengetahui
a. Hitung kebutuhan jumlah cairan
cairan yang masuk
kedalam
tubuh

b.Untuk
membantu
b.Berikan asupan menambah
cairan oral cairan dalam
tubuh

Edukasi
a. Agar
Edukasi membantu
a. Anjurkan menambah
memperbanyak cairan dalam
asupan cairan oral tubuh

Kolaborasi
Kolaborasi a. Adalah
a. Kolaborasi cairan yang
pemberian cairan diberikan
isotonis untuk
memenuhi
cairan tubuh

b.Adalah
b.Kolaborasi cairan yang
pemberian diberikan
hipotonis untuk
mengganti
cairan yang
ada di dalam
tubuh
2 Nyeri akut berhubungan Setelah Intervensi Utama Intervensi Utama
dengan spasme batu saat dilakukan 1. Manajemen nyeri 1. Manajemen
turun dari uretra ditandai tindakan nyeri
dengam Mengeluh nyeri keperawatan Observasi Observasi
Tampak meringis,Bersikap selama 3 x 24 a. Identifikasi a. Untuk
protektif jam nyeri akut lokasi,karakteristi mengetahui
(mis.waspada,posisi dapat teratasi k,frekuensi nyeri lokasi,bentuk
menghindari dengan kriteria dan waktu
nyeri),Gelisah,Frekuensi hasil : nyeri
nadi meningkat,Sulit 1. Keluhan
tidur,Tekanan darah nyeri b.Identifikasi skala b.Untuk
meningkat,Pola nafas menurun nyeri mengetahui
berubah,Nafsu makan 2. Meringis berapa skala
berubah,Proses berfikir menurun nyeri yang
terganggu,Menarik 3. Sikap dirasakan
diri,Berfokus pada diri protektif klien
sendiri,diaforesis menurun
4. Gelisah c. Identifikasi faktor c. Untuk
menurun yang mengetahui
5. Menarik diri memperberat dan faktor faktor
menurun memperingan apa saja yang
6. Frekuensi nyeri dapat
nadi memperberat
membaik dan
7. Pola nafas memperingan
membaik nyeri
8. Tekanan
darah Terapeutik Terapeutik
membaik a. Berikan teknik a. Untuk
9. Nafsu nonfarmakologis memebantu
makan untuk mengurangi
membaik mengurangi rasa nyeri
10. Pola rasanyeri yang
tidur dirasakan
membaik
b.Fasilitasi istirahat b.Untuk
dan tidur membantu
pasien dapat
beristirahat
dengan
cukup

Edukasi Edukasi
a. Jelaskan a. Agar klien
penyebab,pemicu mengetahui
nyeri penyebab dan
pemicu dari
nyeri yang di
deritanya

b.Jelaskan strategi b.Agar klien


meredakan nyeri paham
bagaimana
cara
meredakan
nyeri

c. Anjurkan c. Agar klien


memonitornyeri dapat
secara mandiri memonitor
nyerinya
sendiri

Kolaborasi Kolaborasi
a. Kolaborasi a. Obat yang
pemberian diberikan
analgetik,jika untuk
perlu mengurangi
rasa nyeri

Intervensi Intervensi
Pendukung Pendukung
1. Pemantauan nyeri 1. Pemantauan
nyeri
Observasi Observasi
a. Identifikasi faktor a. Untuk
pencetus dan mengetahui
pereda nyeri faktor apa
saja yang
menyebabkan
nyeri dan
meredakan
nyeri

b.Monitor kualitas b.Untuk


nyeri mengetahui
bagaimana
nyeri itu
dirasakan
apakah
seperti
ditusuk
tusuk,disayat
dan lain lain

c. Monitor lokasi c. Untuk


nyeri mengetahui
dimana
lokasi atau
tempat nyeri
tersebut
d.Monitor durasi d.Untuk
dan frekuensi mengetahui
nyeri bagaimana
lamanya
nyeri yang
dirasakan

Terapeutik Terapeutik
a. Dokumentasikan a. Untuk
hasil pemantauan menyimpan
hasil dari
pemantauan

Edukasi Edukasi
a. Jelaskan tujuan a. Agar klien
prosedur mengetahui
pemantauan tujuan dari
prosedur
yang
diberikan

2. Teknik distraksi 2. Teknik distraksi


Observasi Observasi
a. Identifikasi a. Untuk
teknik distraksi mengetahui
yang diinginkan teknik
pengalihan
nyeri apa
yang akan
digunakan

Terapeutik Terapeutik
a. Gunakan teknik a. Untuk
distraksi mengalihkan
rasanya nyeri
yang
dirasakan

Edukasi Edukasi
a. Jelaskan manfaat a. Agar klien
dan jenis distraksi mengetahui
manfaat dari
distraksi dan
jenis jenis
distraksi

b.Anjurkan berlatih b. Agar klien


teknik distraksi terbiasa
dengan
teknik
distraksi
yang
diberikan
3. Terapi relaksasi 3. Terapi relaksasi
Observasi Observasi
a. Identifikasi a. Untuk
teknik relaksasi mengetahui
yang efektif teknik
digunakan relaksasi apa
saja yang
biasa
digunakan

b.Monitor respon b. Untuk


terhadap relaksasi mengetahui
respon klien
terhadap
relaksasi
yang
diberikan

Terapeutik Terapeutik
a. Ciptakan a. Untuk
lingkungan yang menambah
tenang tanpa rasa nyaman
adanya gangguan klien

b.Gunakan nada b. Untuk


suara yang membuat
lembut klien lebih
mengerti apa
yang kita
bicarakan

Edukasi Edukasi
a. Jelaskan a. Untuk
tujuan,manfaat,da mengetahui
n jenis relaksasi tujuan dan
manfaat dari
relaksasi
yang
diberikan

b.Anjurkan b. Untuk
mengambil posisi membuat
yang nyaman klien lebih
nyaman
3 Gangguan perubahan pola Setelah Intervensi Utama Intervensi Utama
eliminasi urin berhubungan dilakukan 1. Manajemen 1. Manajemen
dengan BAK yang tidak tindakan eliminasi urin eliminasi urin
tuntas ditandai dengan keperawatan Observasi Observasi
urgensi (desakan selama 2 x 24 a. Identifikasi tanda a. Untuk
berkemih),sering buang air jam maka dan gejala mengetahui
kecil,nokturia gangguan inkotinensia urin apakah klien
,mengompol,enuresis,diste perubahan pola dan retensi urin mengidap
nsi kandung eliminasi urin inkotinensia
kemih,berkemih tidak dapat teratasi dan retensi
tuntas,volume residu urine dengan kriteria urin
meningkat hasil :
1. Sensasi b.Monitor eliminasi b.Untuk
berkemih urin mengetahui
meningkat jumlah
2. Desakan pengeluaran
berkemih urin
menurun
3. Distensi Terapeutik Teraputik
kandung a. Catat waktu dan a. Untuk
kemih pengeluaran mengetahui
menurun berkemih waktu
4. Berkemih pasien
tidak tuntas berkemih
menurun
5. Volume Edukasi Edukasi
residu urine a. Ajarkan tanda a. Agar klien
menurun dan gejala infeksi mengetahui
6. Frekuensi saluran kemih tanda dan
BAK gejala infeksi
meningkat saluran
kemih

b.Ajarkan tanda b.Agar kelien


berkemih,dan mampu untuk
waktu yang tepat berkemih
untuk berkemih dengan benar

Intervensi Intervensi
Pendukung Pendukung
1. Manajemen cairan 1. Manajemen
cairan
Obsevasi
a. Monitor status Observasi
hidrasi a. Untuk
(mis.frekuensi mengetahui
nadi,turgor keadaan
kulit,tekanan pasie
darah)

b.Monitor berat
badan harian b.Untuk
mengetahui
ukura BB
klien
c. Monitor hasil
pemeriksaan c. Untuk
laboratorium mengetahui
hasil
Terapeutik pemeriksaan
a. Catat intake dan Terapeutik
output a. Untuk
mengetahui
cairan yang
masuk dan
keluar
b.Berikan asupan
cairan b.Untuk
mempertahan
kan
keseimbanga
n cairan yang
adekuat pada
pasien yang
tidak bisa
mengendalik
an cairan
dalam
tubuhnya
Kolaborasi
a. Kolaborasi Kolaborasi
pemberian a. Untuk
diuretic,jika perlu digunakan
sebagai
pembuang
garam dan air
dalam tubuh
melalui urin

2. Pemantauan cairan 2. Pemantauan


cairan
Observasi Observasi
a. Monitor frekuensi a. Untuk
dan kekuatan nadi mengetahui
keadaan
kekuatan
nadi klien
b.Monitor frekuensi
nafas b.Untuk
mengetahui
jumlah
frekuensi
nafas pada
klien
c. Monitor tanda
tanda c. Untuk
hipovolemia mengetahui
apakah klien
terkena
hipovolemia
d.Identifikasi faktor
resiko d.Untuk
ketidakseimbanga mengetahui
n cairan faktor apa
saja yang
menyebabkan
klien
kehilangan
cairan
Terapeutik
a. Dokumentasi Terapeutik
hasil pemantauan a. Untuk
menyimpan
hasil dari
pemantauan
3. Pencegahan infeksi cairan
3. Pencegahan
Observasi infeksi
a. Monitor tanda Observsi
dan gejala infeksi a. Untuk
mengetahui
tanda apa
saja yang
menyebabkan
infeksi
Terapeutik
a. Batasi jumlah Terapeutik
pengeunjung a. Untuk
meminimalka
n terjadinya
infeksi
b.Cuci tangan
sebelum dan b.Untuk
sesudah kontak mencegah
dengan pasien terjadinya
dan lingkungan infeksi
pasien nasokomial

Edukasi
a. Jelaskan tanda Edukasi
dan gejala infeksi a. Agarklien
mengetahui
tanda tanda
infeksi
C. DAFTAR PUSTAKA
1. Pranata, P. E. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan.Yogyakarta: Nuha Medika
2. Prabowo, & Pranata. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan.
Yogyakarta: Nuha Medika
3. Basuki B.Purnomo( 2014 ). Dasar dasar urologi.Malang : Sagung Seto
4. Brunner, & Suddarth. (2016). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
5. PPNI.2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 1 Cetakan III
(Revisi). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
6. PPNI.2019.Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 1 Cetakan II.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
7. PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 1 Cetakan II.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai