Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

BATU GINJAL

Disusun sebagai salah satu penugasan mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I
Program Diploma III Keperawatan
Dengan Dosen Pengampu : Dessi Kusmawati, S.Kep.,Ners

Disusun Oleh :
Siti Mulyani
(19.096)
2B
Kelompok 4

AKADEMI KEPERAWATAN RUMAH SAKIT DUSTIRA


CIMAHI
2020
KONSEP DASAR TEORI

A. Definisi
Nefrolitiasis (batu ginjal) merupakan salah satu penyakit ginjal, dimana
ditemukannya batu yang mengandung komponen kristal dan matriks organik
yang merupakan penyebab terbanyak kelainan saluran kemih. Lokasi batu
ginjal khas dijumpai di kaliks, atau pelvis dan bila keluar akan terhenti dan
menyumbat pada daerah ureter (batu ureter) dan kandung kemih (batu
kandung kemih).
Nefrolitiasis berdasarkan komposisinya terbagi menjadi batu kalsium, batu
struvit, batu asam urat, batu sistin, batu xanthine, batu triamteren, dan batu
silikat.
Pembentukan batu pada ginjal umumnya membutuhkan keadaan
supersaturasi. Namun pada urin normal, ditemukan adanya zat inhibitor
pembentuk batu. Pada kondisi-kondisi tertentu, terdapat zat reaktan yang
dapat menginduksi pembentukan batu. Adanya hambatan aliran urin, kelainan
bawaan pada pelvikalises, hiperplasia prostat benigna, striktura, dan buli
bulineurogenik diduga ikut berperan dalam proses pembentukan batu.
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik
maupun anorganik yang terlarut dalam urin. Kristal-kristal tersebut akan tetap
berada pada posisi metastable (tetap terlarut)dalam urin jika tidak ada
keadaan-keadaan yang menyebabkan presipitasi kristal. Apabila kristal
mengalami presipitasi membentuk inti batu, yang kemudian akan mengadakan
agregasi dan menarik bahan-bahan yang lain sehingga menjadi kristal yang
lebih besar. Kristal akan mengendap pada epitel saluran kemih dan
membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih sehingga
nantinya dapat menimbulkan gejala klinis.
Terdapat beberapa zat yang dikenal mampu menghambat pembentukan
batu. Diantaranya ion magnesium (Mg), sitrat, protein Tamm Horsfall (THP)
atau uromukoid, dan glikosaminoglikan. Ion magnesium ternyata dapat
menghambat batu karena jika berikatan dengan oksalat, akan membentuk
garam oksalat sehingga oksalat yang akan berikatan dengan kalsium menurun.
Demikian pula sitrat jika berikatan dengan ion kalsium (Ca) untuk membentuk
kalsium sitrat, sehingga jumlah kalsium oksalat akan menurun.

B. Etiologi

Batu ginjal merupakan konsisi terdapatnya kristal kalsium dalam ginjal,


kristal tersebut dapat berupa kalsium oksalat, kalsium fosfat maupun kalsium
sitrat. Tidak ada penyebab yang bisa dibuktikan yang sering menjadi
predisposisi adalah infeksi saluran kemih hiperkasiuria, hiperpospaturia,
hipervitaminosis D dan hipertiroidism dan kebanyakan intake kalsium serta
alkali cenderung timbul presipitasi garam kalsium dalam urine.
Faktor intrinsik, meliputi:
1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien
wanita.

Faktor ekstrinsik, meliputi:


1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih
tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt
(sabuk batu)

2. Iklim dan temperatur

3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium
dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.

4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu
saluran kemih.

5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya


banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).
C. Patofisiologi
Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus
darah, jaringan yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal
bervariasi, kira-kira tiga perempat dari batu adalah kalsium, fosfat, asam urin
dan cistien.peningkatan konsentrasi larutan akibat dari intake yang rendah dan
juga peningkatan bahan-bahan organic akibat infeksi saluran kemih atau urin
ststis sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu. Ditambah dengan
adanya infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh produksi ammonium yang
berakibat presipitasi kalsium dan magnesium pospat (Tambayong, 2000).
Teori proses pembentukan batu ginjal ;
1. Teori supersaturasi
Tingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk batu ginjal
mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap
menyebabkan terjadinya agresi kristal kemudian timbul menjadi batu.
2. Teori matriks
Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10%
heksose, 3-5 heksosamin dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan
penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.
3. Teori kurang inhibitor
Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang
melampui daya kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat
pengendapat. Phospat mukopolisakarida dan dipospat merupakan
penghambatan pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka
akan mudah terjadi pengendapan.
4. Teori epistaxi
Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secara- bersama-sama,
salauh satu batu merupakan inti dari batu yang merupakan pembentuk
pada lapisan luarnya.
5. Teori kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.
D. PATHWAY

(Price & Wilson, 2001)


E. Manifestasi Klinis

Gejala yang muncul bervariasi tergantung ukuran pembentukan batu pada


ginjal. Gejala umum yang muncul di antaranya:
1. Adanya nyeri pada punggung atau nyeri kolik yang hebat. Nyeri kolik
ditandai dengan rasa sakit yang hilang timbul di sekitar tulang rusuk dan
pinggang kemudian menjalar ke bagian perut dan daerah paha sebelah
dalam.
2. Adanya nyeri hebat biasa diikuti demam dan menggigil.
3. Kemungkinan adanya rasa mual dan terjadinya muntah dan gangguan
perut.
4. Adanya darah di dalam urin dan adanya gangguan buang air kecil,
penderita juga sering BAK atau malah terjadinya penyumbatan pada
saluran kemih. Jika ini terjadi maka resiko terjadinya infeksi saluran
kemih menjadi lebih besar.
Itulah beberapa tanda dan gejala penyakit batu ginjal. Tetapi Sebagian kasus
malah tidak memperlihatkan gejala apapun, terutama pada batu yang masih kecil,
begitu juga sebaliknya adanya gangguan berkemih belum tentu ada batu ginjal,
karena bisa saja disebabkan pembesaran prostat atau penyempitan saluran kemih.
Diagnosa pasti ada atau tidaknya batu ginjal bisa diketahui melalui pemeriksaan
analisis air kemih rutin (urinalis) dan dengan pemeriksaan rontgen daerah perut
dan abdomen (Santosa, 2005).

F. Pemeriksaan Diagnostik

Selain dari keluhan khas yang didapatkan pada penderita nefrolitiasis, ada
beberapa hal yang harus dievaluasi untuk menegakkan diagnosis, yaitu:
1. Evaluasi skrining yang terdiri dari sejarah rinci medis dan makanan, kimia
darah, dan urin pada pasien.
2. Foto Rontgen Abdomen yang digunakan untuk melihat adanya
kemungkinan batu radio-opak.
3. Pielografi Intra Vena yang bertujuan melihat keadaan anatomi dan fungsi
ginjal. Pemeriksaan ini dapat terlihat batu yang bersifat radiolusen.
4. Ultrasonografi (USG) dapat melihat semua jenis batu.
5. CT Urografi tanpa kontras adalah standar baku untuk melihat adanya batu
di traktus urinarius.

G. penatalaksanaan Medis
Perjalanan penyakit batu ginjal yang asimptomatik dengan ukuran kecil
masih belum jelas dan risiko progresi penyakit masih belum jelas. Hingga saat
ini, masih belum ada konsensus mengenai durasi follow-up, waktu dan tipe
intervensi. Pilihan tata laksana batu ginjal adalah kemolisis atau pengangkatan
batu secara aktif.
Tujuan utama tatalaksana pada pasien nefrolitiasis adalah mengatasi nyeri,
menghilangkan batu yang sudah ada, dan mencegah terjadinya pembentukan
batu yang berulang.
1. Konservatif (Observasi)
Terapi konservatif terdiri dari peningkatan asupan minum dan pemberian
diuretik; pemberian nifedipin atau agen alfa-blocker, seperti tamsulosin;
manajemen rasa nyeri pasien, khusunya pada kolik, dapat dilakukan
dengan pemberian simpatolitik, atau antiprostaglandin, analgesik;
pemantauan berkala setiap 1-14 hari sekali selama 6 minggu untuk menilai
posisi batu dan derajat hidronefrosis.
2. Farmakologi
Pelarutan batu dengan tata laksana farmakologis merupakan pilihan terapi
hanya untuk batu asam urat, tetapi informasi mengenai komposisi batu
perlu dalam menentukan pilihan terapi.
3. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Alat ini ditemukan pertama kali pada tahun 1980 oleh Caussy. Bekerja
dengan menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan di luar tubuh
untuk menghancurkan batu di dalam tubuh. Batu akan dipecah menjadi
bagian-bagian yang kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran
kemih.
ESWL dianggap sebagai pengobatan cukup berhasil untuk batu ginjal
berukuran menengah dan untuk batu ginjal berukuran lebih dari 20-30 mm
pada pasien yang lebih memilih ESWL, asalkan mereka menerima
perawatan berpotensi lebih.
4. PCNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy)
Merupakan salah satu tindakan endourologi untuk mengeluarkan batu
yang berada di saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke
dalam kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau
dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil. Asosiasi
EropaPedoman Urologi tentang urolithiasis merekomendasikan PNL
sebagai pengobatan utama untuk batu ginjal berukuran >20mm, sementara
ESWL lebih disukai sebagai lini kedua pengobatan, karena ESWL sering
membutuhkan beberapa perawatan, dan memiliki risiko obstruksi ureter,
serta kebutuhan adanya prosedur tambahan. Ini adalah alasan utama untuk
merekomendasikan bahwa PNL adalah baris pertama untuk mengobati
pasien nefrolitiasis.
5. Bedah terbuka
Untuk pelayanan kesehatan yang belum memiliki fasilitas PNL dan
ESWL, tindakan yang dapat dilakukan melalui bedah terbuka.
Pembedahan terbuka itu antara lain pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk
mengambil batu pada saluran ginjal.
6. Terapi Ekspulsif Medikamentosa (TEM)
Terapi dengan mengunakan medikamentosa ini ditujukan pada kasus
dengan batu yang ukuranya masih kurang dari 5mm, dapat juga diberikan
pada pasien yang belum memiliki indikasi pengeluaran batu secara aktif.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Keluahan utama
Adanya nyeri pada punggung atau nyeri kolik yang hebat. Klien
mengeluh nyeri hebat biasa diikuti demam dan menggigil. Kemungkinan
adanya rasa mual dan terjadinya muntah serta gangguan perut. Adanya
darah di dalam urin serta gangguan buang air kecil, penderita juga sering
BAK .

2. Riwayat penyakit sekarang


Klien mengatakan merasa nyeri pada punggung bawah dan
terkadang menjalar kedepan hingga pangkal paha. Perut klien juga terasa
mengeras. Skala nyeri 6 (kuat), nyeri dirasakan sejak masuk rumah sakit
sampai saat pengkajian dan klien mengatakan rasa nyeri meningkat.
Terdapat mual dan muntah namun tidak sering. Klien mengatakan kurang
minum air putih dan sering menahan kencing. Selama 2 minggu nyeri
terus terasa dan merasa kesulitan BAK.

3. Riwaya kesehatan masa lalu


Klien pernah mengalami batu ginjal 5 tahun yang lalu. Klien masih
memiliki kebiasaan menahan kencing dan sangat kurang dalam
mengonsumsi air putih. Jenis pekerjaan klien juga mempengaruhi
kebiasaan klien yaitu mengonsumsi kopi 2 sampai 3 gelas setiap hari.

4. Pengkajian Fisik
a. Kesadaran umum : Prasien terlihat lemas
b. Kesadaran : Composmentis
c. Kepala dan rambut
Kaji bentuk kepala, warna rambut, bau, distribusi merata atau
tidak, ada lesi atau tidak, kulit kepala bersih atau tidak.
d. Wajah
Kaji warna kulit, struktur wajah dan ada lesi atau tidak.
e. Mata
Kaji kesimetrisan posisi mata kanan dan kiri, konjungtiva merah
muda, skelera putih, pupil dan isokor, dan respon cahaya.
f. Hidung
Kaji kesimetrisan, tidak ada pembengkakan dan berfungsi dengan
baik.
g. Telinga
Kaji kesimetrisan kiri dan kanan, tidak ada serumen, dan ketajaman
pendengaran.
h. Mulut
Kaji rongga mulut, mukosa, palatum dan tonsil.
i. Leher
Kaji kesimetrisan posisi trachea, denyut nadi.
j. Pemeriksaan thoraks/dada
Kaji dengan inspeksi, palpasi, perkusi, auskultrasi..
k. Pemeriksaan abdomen
Kaji dengan inspeksi, palpasi, perkusi, auskultrasi.
l. Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah
Kaji kebersihan, kehangatan, warna, tugor, kelembaban, kelainan
pada kulit, apakah ada gerakan tangan antara dekstra dan sinistra
seimbang atau tidak, kekuatan otot, dan ada nyeri tekan atau tidak.
m. Tanda – tanda vital

N Pemeriksaan Hasil Normal Keterangan


o
1 TD 120/ 90 120 – 140 / 80 – Normal
mmHg 90 mmHg
2 HR 120X/mnt 60 – 100x/ mnt Tidak normal
3 RR 28x/mnit 16 – 24x/mnt Tidak normal
4 Suhu 38,7 derajat 36,5 – 37,5 Tidak normal
celcius derajat celcius
n. Pemeriksaan labolatorium

No Pemeriksaan Hasil Normal Keterangan


1 Hb 14gr/dl Pr : 12 – Normal
15g/dl
Lk : 14 -18
g/dl
2 Leukosit 15.000/mm3 Pr dan lk : Tidak normal
5.000 –
10.000/mm3
3 Ureum 24mg/dl Pr dan lk : 15 Normal
– 40 mg/dl
4 Kreatinin 2,5mg/dl Pr dan lk : 0,5 Tidak normal
– 1,5 mh/dl

B. Diagnosa
1. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien
tentang penyakit yang dideritanya.
2. Nyeri akut berhubungan dengan terjadinya obstruksi yang disebabkan oleh
terbentuknya batu ginjal yang menyumbat ginjal atau ureter.
3. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(disfungsi eliminasi urin) yang ditandai klien ingin buang air kecil, tetapi
urine yang dikeluarkan sedikit dan tidak tuntas.

C. Intervensi Keperawatan

N Dx. Tujuan Intervensi Rasional


o Keperawatan
D.0111 L.12111 I.12383
Defisit Tingkat Edukasi kesehatan
pengetahuan pengetahuan
tentang Observasi
(spesifikasi) Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Mengidentifikasi
berhubungan tindakan kesiapan dan kesiapan dan
dengan keperawatan kemampuan kemampuan
kurangnya selama 3×24 jam menerima menerima
informasi diharapkan: informasi informasi agar
1. Kemampu tidak kaget
an
menjelask Terapeutik
an 1. Sediakan 1. Membantu agar
pengetahu materi dan pendidikan yang
an tentang media diberikan dapat
suatu pendidikan mudah dipahami
topik kesehatan klien
menigkat 2. Berikan 2. Pasien
2. Perilaku kesempatan memahami
sesuai untuk bertanya pengetahuan
dengan yang diperlukan
pengetahu tentang penyakit
an yang di deritanya
3. Pertanyaa Edukasi
n tentang 1. Ajarkan 1. Mengetahui dan
masalah perilaku hidup dapat
yang bersih dan sehat menerapkan
dihadapi PHBS yang
meningkat mampu
meningkatkan
tingkat kesehatan
klien
` D.0077 L.08066 I.08238
Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri
yang Obsevasi
berhubungan Setelah dilakukan 1. Identifikasi
dengan agen asuhan skala nyeri 1. Monitor tingkat
pencedera keperawatan 2. Identikasi nyeri yang
fisiologis selama 3x24 jam, factor yang dirasakan klien
maka diharapkan memperberat 2. Mengidentifikasi
tingkat nyeri dan faktor yang
menurun dengan memperingan mempengaruhi
kriteria hasil : nyeri nyeri dan
1. Keluhan nyeri memonitor
menurun kemajuan atau
2. Meringis penyimpangan
menurun Terapeutik dari sasaran yang
3. Sikap 1. Berikan teknik diharapkan
protektif nofaramkologis
menurun untuk
4. Gelisah mengurangi 1. Membantu
menurun rasa nyeri mengontrol nyeri
5. Kesulitan 2. Fasilititasi sehingga nyeri
tidur menurun istirahat dan berkurang
tidur 2. Monitor fasilitas
istirahat untuk
membatu
meningkatkan
Edukasi kenyamanan
1. Jelaskan klien
strategi
meredakan
nyeri 1. Mengetahui
strategi
meredakan nyeri
yang tepat untuk
klien
1. D.0040 L.04034 I.04152
Gangguan Eliminasi urine Manajemen
eliminasi urin Setelah dilakukan Eliminasi Urin
berhubungan tindakan Observasi
dengan keperawatan 1. Identifikasi 1. Mengidentifikasi
disfungsi selama 1×24 jam tanda dan tanda gejala agar
eliminasi urin diharapkan: gejala retensi dapat
1. Desakan atau memberikan
berkemih inkonentisia asyhan
menurun urine keperawatan
2. Distensi 2. Identifikasi yang tepat
kandung faktor yang 2. Mengidentifikasi
kemih menyebabkan faktor yang
menurun retensi atau mempengaruhi
3. Berkermih inkonentisia gangguan
tidak tuntas urine eliminasi urine
menurun dan memonitor
kemajuan atau
penyimpangan
dari sasaran yang
diharapkan
Teurapeutik
1. Catat waktu-
waktu dan
haluaran 1. Mencatat kapan
berkemih saja klien
2. Batasi asupan berkemih untuk
cairan, jika mengontrol
perlu kemajuan atau
penyimpangan
yang terjadi
2. Membantu
Edukasi mengendalikan
1. Anjurkan pengeluaran
mengurangi urine
minum
menjelang tidur 1. Minum cukup air
untuk memenuhi
Kolaborasi kebutuhan cairan
1. Kolaborasi
pemberian obat
supositoria, jika
perlu 1. Obat diberikan
jika benar-benar
diperlukan oleh
klien

DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Ahmad dan Marco Manza A.P. (2016). “Nefroliatiasis”. (online). yang
direkam pada April 2016. [diakses pada 10 Agustus 2020]; 5(2). Tersedia :
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/10
80/920

IAUI. 2018. Panduan Penatalaksanaan Kinis Batu Saluran Kemih (Edisi


Pertama). Jakarta : Ikatan Ahli Urologi Indonesi (IAUI).
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan (Edisi 1, Cetakan 2). Jakarta Selatan : Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik (Edisi 1, Cetakan 3 revisi). Jakarta Selatan : Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan (Edisi 1, Cetakan 2). Jakarta Selatan : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Uswatun Hasanah. (2016). Mengenal Penyakit Batu Ginjal. Jurnal Keluarga


Sehat Sejahtera (online). [diakses pada 9 Agustus 2020; 14(2). Tersedia:
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jkss/article/view/4698

Anda mungkin juga menyukai