Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BATU GINJAL

Disusun Oleh :

1. Nando Kurniawan (18121061)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN BHAKTI MULIA SUKOHARJO

TAHUN AJARAN 2019/2020


BATU GINJAL

A. DEFINISI
Batu ginjal atau nefrolitiasis adalah suatu keadaan dimana terdapat satu atau lebih batu
di dalam pelvis atau kaliks dari ginjal dan merupakan penyebab terbanyak kelainan di saluran
kemih (http://ejournal.unsrat.ac.id).
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut
dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit dan
sistin).
Nefrolitiasis merujuk pada batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk di dalam saluran
saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi ekskresi di
dalam urine (Nursalam, 2011).
Mary Baradero (2009) mendefinisikan nefrolitiasis adalah batu ginjal yang ditemukan
didalam ginjal, yang merupakan pengkristalan mineral yang mengelilingi zat organik,
misalnya nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli terdiri atas garam
kalsium (oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.
Pendapat lain menjelaskan batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan
terdapatnya batu kalkuli di ginjal (Arif Muttaqin, 2011).
Batu ginjal adalah terbentuknya batu dalam ginjal (pelvis atau kaliks) dan mengalir
bersama urine (Susan Martin, 2007).
Berdasarkan definisi di atas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa batu ginjal atau bisa
disebut nefrolitiasis adalah suatu penyakit yang terjadi pada saluran perkemihan karena terjadi
pembentukan batu di dalam ginjal, yang terbanyak pada bagian pelvis ginjal yang
menyebabkan gangguan pada saluran dan proses perkemihan.

B. ETIOLOGI
Menurut Kartika S. W. (2013) ada beberapa faktor yang menyebabkan terbentuknya
batu pada ginjal, yaitu :
1. Faktor dari dalam (intrinsik), seperti keturunan, usia (lebih banyak pada usia 30-50 tahun,
dan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan.
2. Faktor dari luar (ekstrinsik), seperti geografi, cuaca dan suhu, asupan air (bila jumlah air
dan kadar mineral kalsium pada air yang diminum kurang), diet banyak purin, oksalat (teh,
kopi, minuman soda, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam), kalsium (daging, susu,
kaldu, ikan asin, dan jeroan), dan pekerjaan (kurang bergerak).
Berapa penyebab lain adalah :
1. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti
pembentukan batu saluran kencing.
2. Stasis obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu saluran
kencing.
3. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat sedangkan
asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum meningkatkan insiden
batu saluran kemih.
4. Idiopatik (Arif Muttaqin, 2011

C. TANDA DAN GEJALA


Gejala yang muncul bervariasi tergantung ukuran pembentukan batu pada ginjal.
Gejala umum yang muncul diantaranya:
1. Adanya nyeri pada punggung atau nyeri kolik yang hebat. Nyeri kolik ditandai dengan
rasa sakit yang hilang timbul di sekitar tulang rusuk dan pinggang kemudian menjalar ke
bagian perut dan daerah paha sebelah dalam.
2. Karena nyeri hebat biasa di ikuti demam dan menggigil.
3. Kemungkinan adanya rasa mual dan terjadi nya muntah. Dan gangguan perut.
4. Adanya darah di dalam urin. Dan adanya gangguan buang air kecil penderita juga sering
BAK. Atau malah terjadinya penyumbatan pada saluran kemih. Jika ini terjadi maka
resiko terjadinya infeksi saluran kemih menjadi lebih besar.

D. PATOFISIOLOGI
batu terbentuk di traktus urinarius ketika konsertrasi substansi tertentu seperti Ca
oksalat,kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat
defisiensi substansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal pencegah kristalisasi dalam
urin. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup PH urine dan status
cairan pasien.
Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan
tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi (peilonefritis &
cystitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus
menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala namun secara fungsional
perlahan-lahan merusak unit fungsional ginjal dan nyeri luar biasa dan tak nyaman
Batu yang terjebak di ureter, menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa.
Pasien sering merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit yang keluar dan biasanya
mengandung darah akibat aksi abrasif batu. Umumnya batu diameter < 0,5-1 cm keluar
spontan. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di seluruh area
kostovertebral dan muncul mual dan muntah, maka pasien sedang mengalami kolik renal.
Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi.
F. KOMPLIKASI
Menurut (Nursalam, 2011:67) komplikasi yang disebabkan dari batu nefrolitiasis

adalah:

1. Sumbatan: akibat pecahan batu

2. Infeksi: akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.

3. Kerusakan fungsi ginjal: akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan

pengangkatan batu ginjal

4. Hidronefrosis (Susan Martin, 2007).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini berbeda
untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari jenis apa yang
ditemukan. Radiolusen umumnya adalah jenis batu asam urat murni.
Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga
adanya batu ginjal bila diambil foto dua arah. Pada keadaan tertentu terkadang batu terletak
di depan bayangan tulang, sehingga dapat luput dari penglihatan. Oleh karena itu foto polos
sering perlu ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto
dengan bantuan kontras akan menyebabkan defek pengisian (filling defect) di tempat batu
berada. Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi
sehingga kontras ini tidak muncul. Dalam hal ini perludilakukan pielografi retrograd.
Ultrasonografi (USG) dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan
IVP, yaitu pada keadaan-keadaan; alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun
dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat untuk melihat semua jenis
batu, selain itu dapat ditentukan ruang/ lumen saluran kemih. Pemeriksaan ini juga dipakai
unutk menentukan batu selama tindakan pembedahan untuk mencegah tertinggalnya batu
2. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang dapat
menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan
penyebab batu.
H. PENATALAKSANAN:
1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Meningkatkan asupan cairan bertujuan untuk meningkatkan aliran urine dan membantu
mendorong batu. Asupan cairan dalam jumlah yang besar pada orang-orang yang
rentan mengalami batu ginjal dapat mencegah pembentukan batu. Minum air putih
sebanyak-banyaknya atau sekurang-kurangnya dua liter setiap hari, agar garam-garam
yang ada di kantung kemih tidak keruh dan mengkristal.
b. Modifikasi makanan, dapat mengurangi kadar bahan pembentuk batu, bila kandungan
batu sudah teridentifikasi.
c. Batasi konsumsi makanan yang banyak mengandung zat kalsium oksalat dan asam
urat.
d. Mengubah pH urine sedemikian untuk meningkatkan pemecahan batu.
2. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi medis dan simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu yang
dapat dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin G. Terapi
simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum
yang lebih/banyak sekitar 2000 cc/hari dan pemberian diuretik bendofluezida 5 – 10
mg/hr.
b. Terapi mekanik (Litotripsi)
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk
membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut
nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adalah
ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) adalah tindakan memecahkan
batu ginjal dari luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejut.
c. Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat gelombang
kejut). Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode utama. Namun
demikian saat ini bedah dilakukan hanya pada 1-2% pasien. Intervensi bedah
diindikasikan jika batu tersebut tidak berespon terhadap bentuk penanganan lain. Ini
juga dilakukan untuk mengoreksi setiap abnormalitas anatomik dalam ginjal untuk
memperbaiki drainase urin. Jenis pembedahan yang dilakukan antara lain:
1) Pielolititomi : jika batu berada di piala ginjal
2) Nefrolithotomi/nefrektomi : jika batu terletak didalam ginjal
3) Ureterolitotomi : jika batu berada dalam ureter
4) Sistolitotomi : jika batu berada di kandung kemih

I. FOKUS PENGKAJIAN
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu
tinggi. Keterbatasan aktivitas/mobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya.
2. Sirkulasi
Tanda : peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal). Kulit hangat dan kemerahan,
pucat.
3. Eliminasi
Gejala : riwayat adanya/ISK kronis ; obstruksi sebelumnya (kalkulus). Penurunan
haluaran urine, kandung kemih penuh. Rasa terbakar, dorongan berkemih. Diare,
Tanda : oliguria, hematuria, piuria. Perubahan pola berkemih.
4. Makanan/cairan
Gejala : mual/muntah, nyeri tekan abdomen. Diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan /atau
fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup.
Tanda : distensi abdominal ; penurunan/tak adanya bising usus. Muntah.
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala : episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi batu.
Contoh pada panggul di region sudut kostovertebral ; dapat menyebar ke punggung,
abdomen, dan turun kelipat paha/genetalia. Nyeri dangkal kostan menunjukkan ada pelvis
atau kalkulus ginjal.
Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan
lain.
Tanda : melindungi ;perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area pada palpasi.
6. Keamanan
Gejala : penggunaan alcohol, demam, menggigil.
J. FOKUS INTERVENSI
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya atau pasase batu ginjal dan atau
insisi bedah
Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil : Rasa nyeri teratasi, menunjukkan fostur rileks.
Intervensi :
a) Kaji dan dokumentasikan tipe, intensitas, lokasi dan durasi nyeri.
Rasional : Laporan mengenai nyeri yang hebat mengindikasikan terjadi sumbatan
kalkulus/batu atau obstruksi aliran urine.
b) Laporan mengenai pengurangan nyeri yang mendadak.
Rasional : Mengindiksikan bahwa batu telah berpindah ke saluran yang sempit.
c) Laporan mengenai nyeri yang menyerupai nyeri yang berupa kolik renal.
Rasional : Kolik mengindikasikan pergerakan kalkulus.
d) Beri pemanas eksternal atau kompres hangat pada pinggul yang nyeri.
Rasional : Meningkatkan kenyamanan dan rileks
e) Ajarkan teknik relaksasi/distraksi
Rasional : mengurangi ketegangan dan kecemasan karena nyeri.
f) Berikan obat anti nyeri/analgesik
Rasional : Untuk menghilangkan rasa nyeri
2. Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu,
iritasi ginjal, atau ureter, obstruksi mekanik atau infalamsi
Tujuan : Perubahan eliminasi urine teratasi
Kriteria hasil : Haematuria tidak ada, Piuria tidak terjadi, rasa terbakar tidak ada,
dorongan ingin berkemih terus berkurang.
Intervensi :
a) Awasi pengeluaran atau pengeluaran urine.
Rasional : Evaluasi fungsi ginjal dengan memperhatikan tanda-tanda komplikasi
misalnya infeksi, atau perdarahan.
b) Tentukan pola berkemih pasien dan perhatikan variasi.
Rasional : Kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi
kebutuhan berkemih segera.

c) Dorong meningkatkan pemasukan cairan.


Rasional : Segera membilas bakteri, darah, dan debris dan dapat membantu lewatnya
batu.
d) Awasi pemeriksaan laboratorium.
Rasional : Peninggian BUN, kreatinin, dan elektrolit mengindikasikan disfungsi
ginjal.
3. Resiko ketidaksimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah
efek sekunder dari nyeri kolik
Tujuan : Asupan klien terpenuhi.
Kriteria hasil : Klien mempertahankan status asupan nutrisi yang adekuat,
pernyataan kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Intervensi :
a) Kaji nutrisi klien, turgor kulit, berat badan dan derajat penurunan berat badan, integritas
mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah dan diare.
Rasional : Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan
intervensi.
b) Fasilitasi klien memperoleh diet biasa yang disukai klien (sesuai indikasi) atau dengan
makan sedikit tapi sering.
Rasional : Memperhitungkan keinginan individu dapat memperbaiki nutrisi.
c) Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan, serta sebelum dan
sesudah intervensi/pemeriksaan oral.
Rasional : Menurunkan rasa tak enak Karena sisa makanan atau bau obat yang dapat
merangsang pusat muntah.
d) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan jenis diet yang tepat.
Rasional : Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi yang adekuat untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan kalori sehubungan dengan status
hipermetabolik.
e) Kolaborasi untuk pemberian anti muntah
Rasional : Meningkatkan rasa nyaman gastrointestinal dan meningkatkan kemauan
asupan nutrisi dan cairan perora
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. 2009. Dasar-dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC.


Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.
Baradero, Mary et al. 2008. Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : EGC.
Grace, Pierce. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta : Erlangga.
Mutaqqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam. 2011. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika.
Purnomo, Basuki. 2011. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto
Syaifuddin, 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Tarwoto. 2009. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Tucker, Susan Martin. 2007. Standar Perawatan Pasien Perencanaan kolaboratif & Intervensi
Keperawatan. Jakarta : EGC.
Wijayaningsih, Kartika Sari. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta : Trans Info Medika.

Anda mungkin juga menyukai