Di Susun Oleh :
ZUHROTUNNISA
A. PENGERTIAN
D. PATHWAY
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
H. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi uretral.
2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan situasi kandung kemih oleh
batu,iritasi ginjal atau uretral.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual / muntah.
4. Ansietas b.d prosedur pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, K. 2012. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Kkonsep Proses dan Praktik edisi
VII Volume I. Jakarta: EGC.
Brunner & Suddarth. 2014. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi Delapan Volume
Dua. Jakarta: EGC.
Nahdi TF. Jurnal Medula, Volume. 1 Nomor. 4 / Oktober 201.
Purnomo, B.B. 2011. Pedoman Diagnosis & Terapi Smf Urologi LAB Ilmu Bedah. Malang:
Universitas Kedokteran Brawijaya.
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. 2016. Patofisiologi: Konsep Klinis. Proses-proses
Penyakit. Jakarta: EGC.
Sandy Wahap, Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol. 11 No. 2 / Oktober 2012.
Sjamsuhidajat, R.; Dahlan, Murnizat; Jusi, Djang. Gawat Abdomen. Dalam Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi 2. Editor: Sjamsuhidajat, R, dan De Jong, Wim. Jakarta: EGC, 2013.
Hal 181-192.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2014. Keperawatan Medikal Bedah 2, Edisi 8.
Jakarta: EGC.
Stoller, ML; Bolton, DM. 2010. Urinary Stone Disease In: Tanagho EA, Mc Aninch Smith’s
General Urology, 15 Edition. New York : Mc Grow-Hill Companie.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA TN. D DENGAN BATU URETER
DI RUANG SUPARDJO RUSTAM ATAS
RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
Di Susun Oleh :
ZUHROTUNNISA
1
A. Biodata Pasien
Nama : Ny. D
Tempat/Tanggal Lahir : Bumiayu, 11 Juli 1986
Umur : 33 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMK
Suku : Jawa
Pekerjaan : Maeketing
Tanggal Masuk RS : Senin, 03 Juni 2019
Sumber Informasi : Pasien dan keluarga
Status Perkawinan : Menikah
Lama Bekerja :-
Alamat : Jatisawit, Bumiayu
Keluarga terdekat yang dapat dihubungi (orang tua, wali, suami, istri dan lain-lain):
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMP
Alamat : Jatisawit, Bumiayu.
B. RIWAYAT KESEHATAN :
a. KELUHAN UTAMA :
Pasien mengetakan nyeri di pinggang.
2
c. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Pasien mengatakan merasakan sakit pinggang sudah di rasa sejak 3 tahun yang
lalu.Pasien mengatakan pola hidupnya kurang bagus karena jarang olahraga, sering
duduk, dan kurang minum air putih. Sejak 6 hari yang lalu pasien mengatakan nyeri
pinggang dan BAK tidak lancar, kemudian berobat ke RS Bumiayu dan di USG
dengan hasil ada batu di saluran kencing kanan dan di rujuk ke RSMS untuk dilakukan
tindakan pemecahan batu di saluran kencingnya.
Genogram :
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Tinggal Serumah
: Garis Pernikahan
: Garis Keturunan
C. DATA PENGKAJIAN
1. ASPEK BIOLOGIS
3
04-06-2019
Data Subyektif Pasien mengatakan nyeri karena ada batu di saluran kencing seperti
Tanggal ditusuk-tusuk di pinggang dengan skala nyeri 6 nyeri terasa ketika duduk.
04-06-2019 Pasien mengatakan takut akan dilakukan tindakan operasi (URS) karena
baru pertama kali.
Data Obyektif Pasien terlihat meringis kesakitan. Pasein terlihat terbaring lemas dibed
Tanggal dan berkeringat.
04-06-2019
3. Pengobatan
a. Infuse NaCl 0,9% 20 tpm
b. Inj. Cefazolin 2x1gr
c. Inj. Paracetamol 3x1 gr
d. Inj. Ranitidine 2x1 25 mg.
e. PO harnal 1x400 mg.
4
E. ANALISA DATA
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Susunlah Prioritas Masalah Keperawatan Sesuai
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis.
5
E. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. D
Ruang : Supardjo Rustam Atas
Umur : 33 th
Tanggal Pengkajian : 04-06-2019
6
mekanik. 3x24 jam, diharapkan meliputi fekuensi,
DS : perubahan eliminasi urine konsistensi, bau,
- Pasien mengatakan dapat teratasi, dengan volume dan warna.
sebelum di lakukan kriteria hasil : - Rasang reflek kandung
tindakan operasi 1. Sangat terganggu kemih dengan
BAK sedikit dan 2. Banyak terganggu menerapkan kompres
tidak lancar. 3. Cukup terganggu dingin pada perut.
- Pasien mengatakan 4. Sedikit terganggu - Instruksi pasien dan
nyeri saat berkemih. 5. Tidak terganggu keluarga untuk
DO : mencatat pola dan
- Distensi abdomen jumlah urine output.
bagian bawah. - Instruksikan pasien
- Hasil USG untuk minum minimal
ureterolitiasis 1500 ml.
kanan sebelum
dilakukan operasi.
- Setelah dilakukan
tindakan operasi
URS pasien
terpasang DC.
- Urine terlihat
merah
7
F. IMPLEMENTASI dari masalah utama
Hari / Paraf
Tindakan Keperawatan
Tanggal / Respon Pasien Perawat
(ONEC)
Waktu
Selasa NIC : Manajemen nyeri. .
04-06-2019 - Monitor TTV. Pasien mengatakan nyeri karena
DX 1 - Lakukan pengkajian nyeri ada pembentukan batu di saluran NISA
secara komprehensif. kencing, nyeri seperti ditusuk-
- Sediakan informasi tusuk di pinggang dengan skala
tentang nyeri, penyebab, nyeri 6, nyeri ketika duduk.
proses antisipasi - Pasien memahami penyebab
ketidaknyamanan. nyeri dan dapat mengetahui
- Ajarkan teknik non cara mengontrol nyeri dengan
farmakologi : teknik teknik relaksasi nafas dalam.
relaksasi nafas dalam.
- Kolaborasi dengan dokter
terkait pemberian
analgetik.
Selasa, NIC :
04-06-2019 - Monitor eliminasi urine - Sebelum di operasi pasien
DX 3 meliputi fekuensi, mengatakan BAK sedikit dan NISA
konsistensi, bau, volume dan tidak lancar.
warna. - Sebelum di operasi distensi
- Rasang reflek kandung kemih abdomen bagian bawah.
dengan menerapkan kompres - Pasien di lakukan tindakan
dingin pada perut. operasi URS.
- Instruksi pasien dan keluarga - Setelah operasi BAK berwarna
untuk mencatat pola dan merah.
jumlah urine output.
- Instruksikan pasien untuk
minum minimal 1500 ml. .
8
Rabu, NIC : Manajemen nyeri.
05-06-2019 - Monitor TTV. - Pasien mengatakan nyeri NISA
DX 1 - Lakukan pengkajian nyeri karena ada pembentukan batu
secara komprehensif. di saluran kencing, nyeri
- Sediakan informasi seperti ditusuk-tusuk di
tentang nyeri, penyebab, pinggang dengan skala nyeri 6,
proses antisipasi nyeri ketika duduk.
ketidaknyamanan. - Pasien memahami penyebab
- Ajarkan teknik non nyeri dan dapat mengetahui
farmakologi : teknik cara mengontrol nyeri dengan
relaksasi nafas dalam. teknik relaksasi nafas dalam.
- Kolaborasi dengan dokter
terkait pemberian
analgetik.
Rabu, NIC :
05-06-2019 - Monitor eliminasi urine - Sebelum di operasi pasien
DX 3 meliputi fekuensi, mengatakan BAK sedikit dan
konsistensi, bau, volume dan tidak lancar.
warna. - Sebelum di operasi distensi
- Rasang reflek kandung kemih abdomen bagian bawah.
dengan menerapkan kompres - Pasien di lakukan tindakan
dingin pada perut. operasi URS.
- Instruksi pasien dan keluarga - Setelah operasi BAK berwarna NISA
untuk mencatat pola dan merah.
jumlah urine output.
- Instruksikan pasien untuk
minum minimal 1500 ml.
Kolaborasi dengan dokter
urologi.
Kamis,
06-06-2019 NIC : Manajemen nyeri. - TD : 120/80 mmHg.
DX 1 - Monitor TTV. - RR : 20 x/menit. NISA
- Lakukan pengkajian nyeri - N : 80 x/menit.
secara komprehensif. - S : 36oC.
9
- Sediakan informasi - Pasien mengatakan nyeri
tentang nyeri, penyebab, karena ada pembentukan batu
proses antisipasi di saluran kencing, nyeri
ketidaknyamanan. seperti ditusuk-tusuk di
- Ajarkan teknik non pinggang dengan skala nyeri 6,
farmakologi : teknik nyeri ketika duduk.
relaksasi nafas dalam. - Pasien memahami penyebab
- Kolaborasi dengan dokter nyeri dan dapat mengetahui
terkait pemberian cara mengontrol nyeri dengan
analgetik. teknik relaksasi nafas dalam.
Kamis, NIC :
06-06-2019 - Kaji tingkat kecemasan - TD : 120/80 mmHg.
DX 2 klien - RR : 20 x/menit.
- Motivasi klien untuk - N : 80 x/menit. NISA
o
mengungkapkan kecemasan - S : 36 C.
yang dirasakan. - Pasien mengatakan sudah tidak
- Mengajarkan dan melatih cemas karena BAK nya sudah
teknik relaksasi napas jernih.
dalam untuk mengurangi
kecemasan.
Kamis, NIC :
06-06-2019 - Monitor eliminasi urine - Sebelum di operasi pasien
DX 3 meliputi fekuensi, mengatakan BAK sedikit dan
konsistensi, bau, volume dan tidak lancar.
warna. - Sebelum di operasi distensi
- Rasang reflek kandung kemih abdomen bagian bawah.
dengan menerapkan kompres - Pasien di lakukan tindakan NISA
dingin pada perut. operasi URS.
- Instruksi pasien dan keluarga - Setelah operasi BAK berwarna
untuk mencatat pola dan merah.
jumlah urine output.
- Instruksikan pasien untuk
minum minimal 1500 ml.
Kolaborasi dengan dokter
urologi.
10
G. EVALUASI / CACATAN PERKEMBANGAN
Hari /
Paraf
Tanggal / Proses Evaluasi (SOAP)
Perawat
Waktu
Selasa S:
04-06-2019 - Pasien mengatakan takut mau di operasi karena baru
pertama kali.
DX 2 O:
- Pasien terlihat berkeringat.
A : Masalah ansietas masih berlangsung.
Masih Berlangsung / Teratasi sebagian / Teratasi *
P: Lanjutkan intervensi
- Kaji tingkat kecemasan klien
- Motivasi klien untuk mengungkapkan kecemasan
NISA
yang dirasakan.
- Mengajarkan dan melatih teknik relaksasi napas
dalam untuk mengurangi kecemasan.
Selasa,
S:
- Pasien mengatakan sebelum di operasi BAK tidak
lancar.
4-06-2019 - Pasien mengatakan setelah di operasi BAK
DX 3 berwarna merah.
O:
- BAK terlihat merah.
P: Lanjutkan intervensi
- Monitor eliminasi urine meliputi fekuensi,
konsistensi, bau, volume dan warna.
- Rasang reflek kandung kemih dengan menerapkan
kompres dingin pada perut. .
- Instruksikan pasien untuk minum minimal 1500 ml.
11
A : Masalah ansietas masih berlangsung.
Masih Berlangsung / Teratasi sebagian / Teratasi *
Indikator Awal Target Akhir
Ungkapan cemas
4 1 2
berkurang NISA
Gelisah berkurang 4 1 2
P: Lanjutkan intervensi
- Kaji tingkat kecemasan klien
- Motivasi klien untuk mengungkapkan kecemasan
yang dirasakan.
- Mengajarkan dan melatih teknik relaksasi napas
dalam untuk mengurangi kecemasan.
S:
Rabu, - Pasien mengatakan nyeri saat berkemih sudah
05-06-2019 berkurang
- Pasien mengatakan setelah di operasi BAK
DX 2
berwarna kemerahan.
O: NISA
- BAK terlihat kemerahan.
P: Lanjutkan intervensi
- Monitor eliminasi urine meliputi fekuensi,
konsistensi, bau, volume dan warna.
- Rasang reflek kandung kemih dengan menerapkan
kompres dingin pada perut.
- Instruksi pasien dan keluarga untuk mencatat pola
dan jumlah urine output.
- Instruksikan pasien untuk minum minimal 1500 ml.
- Kolaborasi pemberian terapi analgesic.
S:
Rabu,
- Pasien mengatakan sudah tidak khawatir karena BAK
05-06-2019 berwarna.
12
DX 3 O:
- Pasien terlihat santai.
P: Hentikan intervensi
S: NISA
- Pasien mengatakan nyeri saat berkurang.
Kamis,
- Pasien mengatakan BAK sudah berwarna jernih
09-06-2016 O:
DX 2 - BAK terlihat jernih.
A : Masalah perubahan eliminasi urine masih teratasi
P: Hentikan intervensi
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN BENIGNA PROSTATE HIPERPLASIA (BPH)
DIRUANG SUPARDJO RUSTAM ATAS
RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
Disusun Oleh :
ZUHROTUNNISA
B. KLASIFIKASI
(2005) dibedakan menjadi 4 tingkat yang dinilai berdasarkan pemeriksaan
Keparahan Penyakit Kekhasan tanda dan gejala
Ringan ─ Asimtomiatik
─ Kecepatan urinary puncak <10 Ml/s
─ Volume urine residual setelah pengosongan
>25-50 ml
─ Peningkatan BUN dan kreatinin serum
Sedang Semua tanda diatas ditambah obstruktif
penghilangan gejala dan iritatif penghilangan gejala
tanda dari destrusor yang tidak stabil
Parah Semua tanda diatas ditambah satu atau dua kebih
komplikasi BPH
Sumber : ISO farmakoterapi 2 halaman 146
Derajat berat BPH menurut Sjamsuhidajat & de Jong fisik dengan colok dubur dan pemeriksaan
volume urine/atau residu urine yang ada dikandung kemih setelah pasien berkemih dengan
menggunakan kateter.
Derajat berat hipertofi prostat
Derajat Colok dubur Sisa volume urine
I Penonjolan prostat, batas atas dapat diraba <50 ml
II Penonjolan prostat jelas, batas dapat dicapai 50-100 ml
III Batas atas prostat tidak dapat diraba >100 ml
IV Batas atas prostat tidak dapat diraba Retensi urine total
C. ETIOLOGI
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti etiologi/penyebab
terjadinya BPH, namun beberapa hipotesisi menyebutkan bahwa BPH erat kaitanya
dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses menua. Terdapat
perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila
perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologik anatomi
yang ada pada pria usia 50 tahun, dan angka kejadiannya sekitar 50%, untuk usia 80
tahun angka kejadianya sekitar 80%, dan usia 90 tahun sekiatr 100% (Purnomo, 2011)
Etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa hipotesa yang diduga menjadi
penyebab timbulnya Benigna Prosat, teori penyebab BPH menurut Purnomo (2011)
meliputi, Teori Dehidrotestosteron (DHT), teori hormon (ketidakseimbangan antara
estrogen dan testosteron), factor interaksi stroma dan epitel-epitel, teori berkurangnya
kematian sel (apoptosis), teori sel stem.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut sebagai
Syndroma Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu
1. Gejala Obstruktif yaitu :
a. Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan
mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan
waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi
adanya tekanan dalam uretra prostatika.
b. Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena
ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika
sampai berakhirnya miksi.
Testosteron menurun
Estrogen meningkat
BPH
Frekuensi BAK sering
Retensi pada leher buli-buli dan prostat meningkat (nokturia)
Kesulitan berkemih
Nyeri akut
Tekanan ureter ke ginjal
Prosedur
pemindahan
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan colok dubur atau DRE (Digital Rectal Examina-tion) merupakan
pemeriksaan yang penting pada pasien BPH untuk memperkirakan adanya
pembesaran prostat, konsistensi prostat, dan adanya nodul yang merupakan salah
satu tanda dari keganasan prostat.
b. Urinalisis, dapat mengungkap adanya leukosituria dan hematuria.
c. Pemeriksaan fungsi ginjal, berguna sebagai petunjuk perlu tidaknya melakukan
pemeriksaan pencitraan pada saluran kemih bagian atas
d. Kultur urine, dapat menunjukkan Staphylococcus aureus, Proteus, Klebsiella,
pseudomonas, atau Escherichia coli.
e. Uroflometri, merupakan pemeriksaan untuk mencatat pancaran urin selama miksi
secara elektronik. Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui adanya obstruksi
saluran kemih bagian bawah yang tidak invasif.
f. IVP dengan film pasca berkemih : Menunjukkan pelambatan pengosongan
kandung kemih, membedakan derajat obstruksi kandung kemih dan adanya
pembesaran prostat, divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal otot
kandung kemih.
g. Sistouretrografi berkemih : digunakan sebagai ganti IVP untuk memvisualisasi
kandung kemih dan uretra.
h. Sistouretroskopi : Untuk menggambarkan derajat pembesaran prostat dan
perubahan dinding kandung kemih.
i. Ultrasound transrektal : Mengukur ukuran prostate dan jumlah residu urine, dalam
hal ini residu urine menjadi patokan yaitu dibagi menjadi beberapa derajat antara
lain :
1. Derajat I, sisa urine < 50 ml.
2. Derajat II, sisa urine 50-150 ml.
3. Derajat III, sisa urine > 150 ml.
4. Derajat IV, retensi urine total.
j. USG ( Ultrasonografi ), digunakan untuk memeriksa konsistensi, volume dan
besar prostat juga keadaan buli-buli termasuk residual urine.
H. KOMPLIKASI
a. Urinary traktus infection
b. Hematuria
c. Impotensi
d. Inkontinensia urin
e. Gagal ginjal
I. PENATALAKSANAAN
a. Observasi
Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Pasien dianjurkan untuk
mengurangi minum setelah makan malam yang ditujukan agar tidak terjadi
nokturia, menghindari obat-obat dekongestan (parasimpatolitik), mengurangi
minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol agar tidak terlalu sering
miksi. Pasien dianjurkan untuk menghindari mengangkat barang yang berat agar
perdarahan dapat dicegah. Ajurkan pasien agar sering mengosongkan kandung
kemih (jangan menahan kencing terlalu lama) untuk menghindari distensi
kandung kemih dan hipertrofi kandung kemih. Secara periodik pasien dianjurkan
untuk melakukan control keluhan, pemeriksaan laboratorium, sisa kencing dan
pemeriksaan colok dubur (Purnomo, 2011). Pemeriksaan derajat obstruksi prostat
menurut Purnomo (2011) dapat diperkirakan dengan mengukur residual urin dan
pancaran urin:
─ Residual urin, yaitu jumlah sisa urin setelah miksi. Sisa urin dapat diukur
dengan cara melakukan kateterisasi setelah miksi atau ditentukan dengan
pemeriksaan USG setelah miksi.
─ Pancaran urin (flow rate), dapat dihitung dengan cara menghitung jumlah urin
dibagi dengan lamanya miksi berlangsung (ml/detik) atau dengan alat
urofometri yang menyajikan gambaran grafik pancaran urin.
b. Terapi medikamentosa
Menurut Baradero dkk (2007) tujuan dari obat-obat yang diberikan pada penderita
BPH adalah :
─ Mengurangi pembesaran prostat dan membuat otot-otot berelaksasi untuk
mengurangi tekanan pada uretra
─ Mengurangi resistensi leher buli-buli dengan obat-obatan golongan alfa
blocker (penghambat alfa adrenergenik)
─ Mengurangi volum prostat dengan menentuan kadar hormone testosterone/
dehidrotestosteron (DHT).
.
c. Terapi bedah
Pembedahan adalah tindakan pilihan, keputusan untuk dilakukan pembedahan
didasarkan pada beratnya obstruksi, adanya ISK, retensio urin berulang, hematuri,
tanda penurunan fungsi ginjal, ada batu saluran kemih dan perubahan fisiologi pada
prostat. Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung pada beratnya
gejala dan komplikasi. Menurut Smeltzer dan Bare (2002) intervensi bedah yang dapat
dilakukan meliputi : pembedahan terbuka dan pembedahan endourologi.
1) Pembedahan terbuka, beberapa teknik operasi prostatektomi terbuka yang biasa
digunakan adalah :
a) Prostatektomi suprapubik
Adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen. Insisi
dibuat dikedalam kandung kemih, dan kelenjar prostat diangat dari atas. Teknik
demikian dapat digunakan untuk kelenjar dengan segala ukuran, dan komplikasi
yang mungkin terjadi ialah pasien akan kehilangan darah yang cukup banyak
dibanding dengan metode lain, kerugian lain yang dapat terjadi adalah insisi
abdomen akan disertai bahaya dari semua prosedur bedah abdomen mayor.
b) Prostatektomi perineal
Adalah suatu tindakan dengan mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam
perineum. Teknik ini lebih praktis dan sangat berguan untuk biopsy terbuka. Pada
periode pasca operasi luka bedah mudah terkontaminasi karena insisi dilakukan
dekat dengan rectum. Komplikasi yang mungkin terjadi dari tindakan ini adalah
inkontinensia, impotensi dan cedera rectal.
c) Prostatektomi retropubik
Adalah tindakan lain yang dapat dilakukan, dengan cara insisi abdomen rendah
mendekati kelenjar prostat, yaitu antara arkus pubis dan kandung kemih tanpa
memasuki kandung kemih. Teknik ini sangat tepat untuk kelenjar prostat yang
terletak tinggi dalam pubis. Meskipun jumlah darah yang hilang lebih dapat
dikontrol dan letak pembedahan lebih mudah dilihat, akan tetapi infeksi dapat
terjadi diruang retropubik.
2) Pembedahan endourologi, pembedahan endourologi transurethral dapat dilakukan dengan
memakai tenaga elektrik diantaranya:
a) Transurethral Prostatic Resection (TURP)
Merupakan tindakan operasi yang paling banyak dilakukan, reseksi kelenjar prostat
dilakukan dengan transuretra menggunakan cairan irigan (pembilas) agar daerah yang
akan dioperasi tidak tertutup darah. Indikasi TURP ialah gejala-gejala sedang sampai
berat, volume prostat kurang dari 90 gr.Tindakan ini dilaksanakan apabila pembesaran
prostat terjadi dalam lobus medial yang langsung mengelilingi uretra. Setelah TURP
yang memakai kateter threeway. Irigasi kandung kemih secara terus menerus
dilaksanakan untuk mencegah pembekuan darah. Manfaat pembedahan TURP antara
lain tidak meninggalkan atau bekas sayatan serta waktu operasi dan waktu tinggal
dirumah sakit lebih singkat.Komplikasi TURP adalah rasa tidak enak pada kandung
kemih, spasme kandung kemih yang terus menerus, adanya perdarahan, infeksi,
fertilitas (Baradero dkk, 2007).
b) Transurethral Incision of the Prostate (TUIP)
Adalah prosedur lain dalam menangani BPH. Tindakan ini dilakukan apabila volume
prostat tidak terlalu besar atau prostat fibrotic. Indikasi dari penggunan TUIP adalah
keluhan sedang atau berat, dengan volume prostat normal/kecil (30 gram atau kurang).
Teknik yang dilakukan adalah dengan memasukan instrument kedalam uretra. Satu
atau dua buah insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat untuk mengurangi tekanan
prostat pada uretra dan mengurangi konstriksi uretral. Komplikasi dari TUIP adalah
pasien bisa mengalami ejakulasi retrograde (0-37%) (Smeltzer dan Bare, 2002).
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Basuki B Purnomo, 2000, Dasar-Dasar Urologi, Perpustakaan Nasional RI, Katalog Dalam
Terbitan (KTD), Jakarta.
Guyton, Arthur C, 2012, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Editor, Irawati. S, Edisi : 9, EGC ;
Jakarta.
Kumpulan Kuliah, 2010, Modul Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Perkemihan, Cirebon.
Schwartz, dkk, 2000, Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Editor : G. Tom Shires dkk, EGC ;
Jakarta.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G, 2002, Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2, Alih Bahasa
Kuncara, H.Y, dkk, EGC, Jakarta.
Jong, Wim de, dan Syamsuhidayat R, 2010, Buku Ajar Ilmu Bedah, Editor : R.
Syamsuhidajat, Wim De Jong, Edisi revisi : EGC ; Jakarta.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA TN. S DENGAN BENIGNA PROSTATE HYPERPLASIA (BPH)
DI RUANG SUPADJO RUSTAM ATAS
RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
Di Susun Oleh :
ZUHROTUNNISA
1
A. Biodata Pasien
Nama : Tn. S
Tempat/Tanggal Lahir : Banyumas, 29 Desember 1943
Umur : 76 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD
Suku : Jawa
Pekerjaan : Tukang Becak
Tanggal Masuk RS : 13 Mei 2019
Sumber Informasi : Pasien dan keluarga
Status Perkawinan : Menikah
Lama Bekerja :-
Alamat : Tanjung, Purwokerto
Keluarga terdekat yang dapat dihubungi (orang tua, wali, suami, istri dan lain-lain):
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SD
Alamat : Tanjung, Purwokerto
B. RIWAYAT KESEHATAN :
a. KELUHAN UTAMA :
Pasien mengetakan BAK berwarna kemerahan setelah 2 hari operasi.
2
c. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Pasien mengatakan pada tanggal 22 Desember 2015 pernah op hernia di
RSMS, setelah pulang pasien tidak bisa BAK selama 5 hari kemudian di bawa ke
IGD RSMS lagi pada tanggal 2 Januari 2016. Pasien mengatakan sudah 10 tahun yang
lalu merasakan BAK sedikit sedikit tapi sering, bahkan harus mengejan saat berkemih
sampai terasa nyeri saat berkemih. Pasien mengatakan sering mengkonsumsi air teh
dari pada air putih.
Genogram :
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Tinggal Serumah
: Garis Pernikahan
: Garis Keturunan
C. DATA PENGKAJIAN
1. ASPEK BIOLOGIS
Data Subyek Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan hanya makan beberapa sendok
saja. Pasien mengatakan mual dan ketika makannan masuk langsung
Tanggal muntah. Pasien mengatakan BAB sehari sekali. Pasien mengatakan BAK
masih kemerahan.
14 – 05 - 2019
3
Data Obyektif Distensi pada abdomen bagian bawah.
Pasien terpasang infuse naCl 0,9% di kaki kiri.
Tanggal Pasien terpasang DC 3 tube dan irigasi dengan NaCl 0.9%
BAK kemerahan.
14 – 05 - 2019 TD : 140/90 mmHg
RR : 20x/menit
N : 90 x/menit
S : 36oC
Data Subyektif Pasien mengatakan nyeri karena terpasang DC nyeri seperti tersayat di
Tanggal genital dengan skala nyeri 5, nyeri dirasakan ketika BAK. Pasien
14 – 05 - 2019 mengatakan istrinya selalu membantu aktivitas pasien selama sakit seperti
makan, seka, dll. Pasien juga mengtakan semakin tua sering sakit tidak
seperti waktu muda.
Data Obyektif Pasien terlihat meringis kesakitan ketika BAK.
Tanggal
14 – 05 - 2019
1. Laboratorium :
NO PEMERIKSAAN NILAI PEMERIKSAAN INTERPR
TANGGAL JENIS NORMAL HASIL ETASI
HASIL
1 13-5-2019 Hematokrit 40-52 36 Low
Eritosit 4,4-5,9 4,1 Low
Eosinofil 2-4 12,2 High
Batang 3-5 0,4 Low
Limfosit 25-40 20,7 Low
Kreatinin darah 0,70-1,30 1,60 High
PAPTT 26,4-37,5 47,8 High
HbsAg Non Reaktif Non Reaktif Normal
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. EKG : Normal Sinus Rhytm
4
b. USG :
Lesi solid hiperkoik soliter pada lobus kanan hepar (ukuran± 0,87 x 1,05 cm),
cenderung hemangioma
Peningkatan ekogenisitas korteks kedua ginjal (sesuai Brenbridge 1), cenderung
proses kronis kedua ginjal
Gambaran Cystitis
Pembesaran prostat ringan (volume transabdominal ± 29,40 ml).
3. Pengobatan
a. Infuse NaCl 0,9% 20 tpm
b. Inj. Ketorolac 2x30 ml
c. Inj. Asam trabexamat 2x500 mg
d. Inj. Furosemid 2x20 mg
e. Inj. Ranitidine 2x1 50 mg
f. Inj. Ondansntron 1x8 mg.
E. ANALISA DATA
DO :
- Pasien terlihat muntah setelah
makan.
- Porsi makan tidak habis
DS: Nyeri akut Agen cedera
- Pasien mengatakan nyeri karena fisik
5
terpasang kateter seperti di sayat- (kateterisasi)
sayat di alat kelamin dengan skala
nyeri 5, nyeri saat berkemih.
DO :
- Pasien terlihat meringis kesakitan
saat berkemih.
- TD : 140/90 mmHg.
- RR : 20x/menit.
- N : 90 x/menit.
- S : 360C.
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Susunlah Prioritas Masalah Keperawatan Sesuai
1. Perubahan pola eliminasi urin (miksi) b.d obstruksi mekanin (tindakan TURP)
6
E. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. S
Ruang : SUPARDJO RUSTAM
Umur : 76 th
Tanggal Pengkajian : 14 - 05 - 2019
7
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan 3. Setelah dilakukan tindakan dalam waktu NIC :
tubuh b.d mual muntah. 2x24 jam masalah perubahan nutrisi kurang - Monitor mual muntah
DS: dari kebuutuhan tubuh dapat teratasi, dengan - Kaji kemampuan pasien untuk
- Pasien mengatakan mual ketika kriteria hasil : mendapatkan nutrisi yang
makan. dibutuhkan.
- Pasien mengatakan tidak nafsu Anjurkan makan sedikit tapi sering
makan. - Anjurkan minum air hangat
- Pasien mengatakan hanya makan - Berikan terapi :
beberapa sendok langsung muntah. Inj. Ondansentron 1x8 mg.
- Kolaborasi dengan ahli gizi terkait
DO : program terapi.
- Pasien terlihat muntah setelah makan.
- Porsi makan tidak habis
3. Nyeri akut b.d agen cedera fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam NIC : Manajemen nyeri.
(kateterisasi). waktu 2x24 jam, diharapkan nyeri akut dapat - Monitor TTV.
DS: teratasi, dengan kriteria hasil : - Lakukan pengkajian nyeri secara
- Pasien mengatakan nyeri karena komprehensif.
terpasang kateter seperti di sayat- . - Ajarkan teknik non farmakologi :
sayat di alat kelamin dengan skala teknik relaksasi nafas dalam.
nyeri 5, nyeri saat berkemih. - Berikan terapi :
Inj. Ketorolac 2x30 ml
DO : Inj. Ranitidine 1x50mg
- Pasien terlihat meringis kesakitan saat Inj ceftraixon 2x1gram.
berkemih. - Kolaborasi dengan dokter terkait
pemberian analgetik.
8
F. IMPLEMENTASI dari masalah utama
Hari / Paraf
Tindakan Keperawatan
Tanggal / Respon Pasien Perawat
(ONEC)
Waktu
Selasa , NIC :
14-05-2019 - Monitor eliminasi urine - Pasien mengatakan bak NISA
DX 1 meliputi fekuensi, berwarna kemerahan setelah
konsistensi, bau, volume hari kedua operasi.
dan warna. - Distensi abdomen bagian
- Rasang reflek kandung bawah.
kemih dengan
menerapkan kompres
dingin pada perut.
- Instruksi pasien dan
keluarga untuk mencatat
pola dan jumlah urine
output.
- Instruksikan pasien untuk
minum minimal 1500 ml.
- Berikan terapi irigasi
- Berikan terapi Inj.
Furosemid 2x 20 mg
- Berikan terapi Inj asam
tranexamat 3x500 mg.
Selasa , NIC :
14-05-2019 - Monitor mual muntah - Pasien mengatakan mual dan NISA
DX 2 - Kaji kemampuan pasien muntah ketika makan.
untuk mendapatkan nutrisi - Pasien mengatakan tidak nafsu
yang dibutuhkan. makan.
Anjurkan makan sedikit tapi - Pasien mengatakan hanya
sering makan beberapa sendok saja.
- Anjurkan minum air hangat - Pasien mengatakan ketika
- Berikan terapi : mual minum air hangat.
Inj. Ondansentron 1x8 mg.
- Kolaborasi dengan ahli gizi
terkait program terapi.
9
farmakologi : teknik - Pasien mengatakan nyeri
relaksasi nafas dalam. karena terpasang slang seperti
- Kolaborasi dengan dokter di sayat-sayat di genital
terkait pemberian dengan skala nyeri 5 nyeri
analgetik : terasa ketika BAK.
Inj. Ketorolac 2x30 ml - Pasien terlihat mempraktekan
Inj. Ranitidine 1x50mg nafas dalam.
Inj ceftraixon 2x1gram.
Rabu , NIC :
15-05-2019 - Monitor eliminasi urine - Pasien mengatakan bak sudah
DX 1 meliputi fekuensi, bening.
konsistensi, bau, volume - Pasien mengatakan banyak NISA
dan warna. minum air putih
- Rasang reflek kandung
kemih dengan
menerapkan kompres
dingin pada perut.
- Instruksi pasien dan
keluarga untuk mencatat
pola dan jumlah urine
output.
- Instruksikan pasien untuk
minum minimal 1500 ml.
- Berikan terapi irigasi
- Berikan terapi Inj.
Furosemid 2x 20 mg
- Berikan terapi Inj asam
tranexamat 3x500 mg.
10
NIC : Manajemen nyeri. - TD : 130/90 mmHg.
Rabu , - Monitor TTV. - RR : 20 x/menit.
15-05-2019 - Lakukan pengkajian nyeri - N : 83 x/menit. NISA
DX 3 secara komprehensif. - S : 36oC.
- Ajarkan teknik non - Pasien mengatakan nyeri
farmakologi : teknik berkurang dengan skala nyeri 2
relaksasi nafas dalam. nyeri terasa ketika BAK.
- Kolaborasi dengan dokter - Pasien terlihat mempraktekan
terkait pemberian nafas dalam.
analgetik :
Inj. Ketorolac 2x30 ml
Inj. Ranitidine 1x50mg
Inj ceftraixon 2x1gram.
Hari /
Paraf
Tanggal / Proses Evaluasi (SOAP)
Perawat
Waktu
Selasa , S:
14-05-2019 - Pasien mengatakan tidak nafsu makan
DX 2 - Pasien mengtakan mual dan muntah ketika makan
nasi.
- Pasien mengtakan kalau makan bubur tidak mual.
O:
- Pasien terlihat muntah setelah makan.
- Psien terlihat minum air hangat.
A : Masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
masih berlangsung.
P: Lanjutkan intervensi
NISA
- Monitor mual muntah
- Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan.
Anjurkan makan sedikit tapi sering
- Anjurkan minum air hangat
- Berikan terapi :
Inj. Ondansentron 1x8 mg.
11
S:
Selasa , - Pasien mengatakan nyeri saat bak karena terpasang
14-05-2019 kateter di bagian genital seperti tersayat-sayat dengan
DX 3 skala nyeri 3 nyeri saat BAK.
O:
- Pasien terlihat melakukan nafas dalam ketika BAK.
A : Masalah perubahan nyeri akut berlangsung
P: Lanjutkan intervensi
- Ajarkan teknik non farmakologi : teknik relaksasi
nafas dalam.
- Kolaborasi dengan dokter terkait pemberian
analgetik :
Inj. Ketorolac 2x30 ml NISA
Inj. Ranitidine 1x50mg
Inj ceftraixon 2x1gram.
Rabu , S:
15-05-2019 - Pasien mengatakan nafsu makan mulai bertambah.
DX 2 - Pasien mengatakan sudah tidak muntah namun
terkadang masih mual.
- Pasien mengatakan sering makan sedikit-sedikit.
O:
- Pasien terlihat sudah tidak mual.
- Psien terlihat minum air hangat.
A : Masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
masih berlangsung.
Masih Berlangsung / Teratasi sebagian / Teratasi *
P: Lanjutkan intervensi
- Monitor mual muntah NISA
- Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan.
Anjurkan makan sedikit tapi sering
- Anjurkan minum air hangat
- Berikan terapi :
Inj. Ondansentron 1x8 mg.
12
Rabu , S:
15-05-2019 - Pasien mengatakan nyeri sudah tidak terasa.
DX 3 O:
- Pasien terlihat mampu mengontrol nyeri.
A : Masalah perubahan nyeri akut berlangsung
P: hentikan intervensi
NISA
13