Anda di halaman 1dari 6

MODUL DIVISI GINJAL HIPERTENSI

MATERI
BATU SALURAN KEMIH
Diberikan Pada
Program Studi Ilmu Penyakit Dalam
Tahap 2
Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi

Program Studi Ilmu Penyakit Dalam


Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi
Manado 2019
1. Pengertian
Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras seperti
batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas (ginjal dan ureter)
dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang dapat menyebabkan nyeri,
perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal
(batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Batu ini terbentuk
dari pengendapan garam kalsium, magnesium, asam urat, atau sistein.
Batu saluran kemih adalah batu di traktus urinarius mencakup ginjal, ureter, vesika urinaria.
Faktor risiko batu saluran kemih adalah:
 Volume urin yang rendah
 Hiperkalsiuria, hiperoksalaturia
 Faktor diet: asupan cairan kurang, sering konsumsi soda, jus apel, jus jeruk baik asupan
tinggi natrium klorida, rendah kalsium, tinggi protein
 Riwayat batu saluran kemih sebelumnya
 Renal tubular asidosis tipe 1

BSK dapat berukuran dari sekecil pasir hingga sebesar buah anggur.Batu yang
berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan gejala dan biasanya dapat keluar bersama
dengan urine ketika berkemih. Batu yang berada di saluran kemih atas (ginjal dan ureter)
menimbulkan kolik dan jika batu berada di saluran kemih bagian bawah (kandung
kemih dan uretra) dapat menghambat buang air kecil. Batu yang menyumbat ureter,
pelvis renalis maupun tubulus renalis dapat menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis
(nyeri kolik yang hebat di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang yang menjalar ke
perut juga daerah kemaluan dan paha sebelah dalam). Hal ini disebabkan karena adanya
respon ureter terhadap batu tersebut, dimana ureter akan berkontraksi yang dapat
menimbulkan rasa nyeri kram yang hebat.

2. Klasifikasi Batu Saluran Kemih


Komposisi kimia yang terkandung dalam batu ginjal dan saluran kemih dapat diketahui
dengan menggunakan analisis kimia khusus untuk mengetahui adanya kalsium, magnesium,
amonium, karbonat, fosfat, asam urat oksalat, dan sistin.
 Batu kalsium
Kalsium adalah jenis batu yang paling banyak menyebabkan BSK yaitu sekitar 70%-
80% dari seluruh kasus BSK. Batu ini kadang-kadang di jumpai dalam bentuk murni atau
juga bisa dalam bentuk campuran, misalnya dengan batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat
atau campuran dari kedua unsur tersebut. Terbentuknya batu tersebut diperkirakan terkait
dengan kadar kalsium yang tinggi di dalam urine atau darah dan akibat dari dehidrasi. Batu
kalsium terdiri dari dua tipe yang berbeda, yaitu:
o Whewellite (monohidrat) yaitu batu berbentuk padat, warna coklat/ hitam dengan
konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air kemih.
o Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (dehidrat) yaitu batu
berwarna kuning, mudah hancur daripada whewellite.

 .Batu asam urat

Lebih kurang 5-10% penderita BSK dengan komposisi asam urat. Pasien biasanya
berusia > 60 tahun. Batu asam urat dibentuk hanya oleh asam urat. Kegemukan, peminum
alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang lebih besar menderita penyakit BSK,
karena keadaan tersebut dapat meningkatkan ekskresi asam urat sehingga pH air kemih
menjadi rendah. Ukuran batu asam urat bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai ukuran
besar sehingga membentuk staghorn (tanduk rusa). Batu asam urat ini adalah tipe batu
yang dapat dipecah dengan obat-obatan. Sebanyak 90% akan berhasil dengan terapi kemolisis.

 Batu struvit (magnesium-amo nium fosfat)

Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya
infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan kuman pemecah urea atau
urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi
bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman yang termasuk pemecah
urea di antaranya adalah : Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan
Staphiloccocus. Ditemukan sekitar 15-20% pada penderita BSKBatu struvit lebih sering terjadi
pada wanita daripada laki-laki. Infeksi saluran kemih terjadi karena tingginya konsentrasi
ammonium dan pH air kemih >7. Pada batu struvit volume air kemih yang banyak
sangat penting untuk membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari fosfat.
3. Anamnesis

Manisfestasi klinik adanya batu dalam saluran kemih bergantung pada adanya obstruksi,
infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi obstruksi yang dapat
mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta
ureter proksimal. Infeksi biasanya disertai gejala demam, menggigil, dan dysuria. Namun,
beberapa batu jika ada gejala tetapi hanya sedikit dan secara perlahan akan merusak unit
fungsional (nefron) ginjal, dan gejala lainnya adalah nyeri yang luar biasa ( kolik).

4. Pemeriksaan Fisik
Nyeri ketok sudut kostovertebra, nyeri tekan perut bagian bawah, terdapat tanda balotement

5. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis BSK dapat dilakukan dengan beberapa tindakan radiologis yaitu:
 Sinar X abdomenUntuk melihat batu di daerah ginjal, ureter dan kandung kemih.
Dimana dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batu dan dapat membedakan
klasifikasi batu yaitu dengan densitas tinggi biasanya menunjukan jenis batu
kalsium oksalat dan kalsium fosfat, sedangkan dengan densitas rendah
menunjukan jenis batu struvit, sistin dan campuran. Pemeriksaan ini tidak
dapat membedakan batu di dalam ginjal maupun batu diluar ginjal.
 Intravenous Pyelogram (IVP) Pemeriksaan ini bertujuan menilai anatomi dan fungsi
ginjal. Jika IVP belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat
adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi
retrograd.
 Ultrasonografi (USG) USG dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batudan
adanya obstruksi. Pemeriksaan dengan ultrasonografi diperlukan pada wanita
hamil dan pasien yang alergi terhadap kontras radiologi. Keterbatasn pemeriksaan
ini adalah kesulitan untuk menunjukan batu ureter, dan tidak dapat
membedakan klasifikasi batu.
 Computed Tomographic (CT) scan. Pemindaian CT akan menghasilkan gambar yang
lebih jelas tentang ukuran dan lokasi batu.

Pemeriksaan laboratorium: Hematuria

6. Diagnosis Banding
 Nefrokalsinosis
 Lokasi batu: batu ginjal, batu ureter, batu vesika
7. Penatalaksanaan

Tujuan dasar penatalaksanaan medis BSK adalah untuk menghilangkan batu,


menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan
mengurangi obstruksi yang terjadi. Batu dapat dikeluarkan dengan cara
medikamentosa, pengobatan medik selektif dengan pemberian obat-obatan, tanpa operasi,
dan pembedahan terbuka.

 Medikamentosa. Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil
yaitu dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa
intervensi medis.3 Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan diet makanan
tertentu yang dapat merupakan bahan utama pembentuk batu ( misalnya kalsium)
yang efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang
telah ada. Setiap pasien BSK harus minum paling sedikit 8 gelas air sehari.
 Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan Analgesia dapat diberikan
untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu dapat keluar sendiri secara
spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin hidroklorida atau obat
anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat diberikan
tergantung pada intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi
spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada
pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah batu dikeluarkan, BSK dapat
dianalisis untuk mengetahui komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan untuk
mencegah atau menghambat pembentukan batu berikutnya.
 ESWL(Extracorporeal Shockwave Lithotripsy) Merupakan tindakan non-invasif dan
tanpa pembiusan, pada tindakan ini digunakan gelombang kejut eksternal yang
dialirkan melalui tubuh untuk memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah batu yang
diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu
ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL dapat mengurangi keharusan melakukan
prosedur invasif dan terbukti dapat menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.
 Endourologi. Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan BSK yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya
dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih.
Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit
(perkutan).
 Tindakan Operasi. Penanganan BSK, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk
mengeluarkan batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah
dilakukan jika batu tidak merespon terhadap bentuk penanganan lainnya. Ada
beberapa jenis tindakan pembedahan, nama dari tindakan pembedahan tersebut
tergantung dari lokasi dimana batu berada
8. Komplikasi
Abses, gagal ginjal, fistula saluran kemih, stenosis urethra, perforasi urethra, urosepsis,
renal loss karena obstruksi kronis

9. Prognosis
Batu saluran kemih adalah penyakit seumur hidup. Rata-rata kekambuhan pada pertama
kali batu terbentuk adalah 50% dalam 5 tahun dan 80% dalam 10 tahun. Pasien yang
memiliki risiko tinggi kambuh adalah yang tidak patuh pada pengobatan, tidak modifikasi
gaya hidup atau ada penyakit lain yang mendasari. Fragmen batu yang tersisa pada
pembedahan biasanya keluar dengan sendirinya jika ukuran batu tersebut < 4 mm.

REFERENSI
1. Infeksi saluran kemih. In: Sudoyo A. Setiyahadi B, Alwi I, Simabrata M Setiadi editors.
Buku ajar ilmu penyakit dalam 5th ed, Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu
penyakit dalam FK UI 2009:2009-15
2. Nephrolithiasis. In: Fauci A. Kasper D. Longo D. Braunwald E. Hauser S. Jameson J.
Loscalzo J. editors. Harrison’s Principle of internal medicine 20 th ed United States of
America; The McGrawhill Companies 2011.
3. Nephrolithiasis. Dalam: Acosta. Jose. Sabiston Textbook of Surgery 18th edition. Saunders
2008.
4. Staller ML. Urinary stone disease. In: Tanagho EA. McAninch JW. Eds. Smith’s General
Urology 16th edition New York, NY:McGraw-Hill 2004:256-291.

Anda mungkin juga menyukai