Anda di halaman 1dari 5

MODUL DIVISI GINJAL HIPERTENSI

MATERI
GANGGUAN KALSIUM
Diberikan Pada
Program Studi Ilmu Penyakit Dalam
Tahap 2
Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi

Program Studi Ilmu Penyakit Dalam


Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi
Manado 2019
1. PENGERTIAN

Kadar kalsium ion normal adalah 4.75-5.2 mg/dl atau 1-1.3 mmol/L. Nilai normal kalsium total
serum : 8.2-10.2 mg/dl. Hipokalsemia jika kadar kalsium total plasma < 8.2 mg/dl. Gejala
hipokalsemia belum timbul bila kadar kalsiumion > 3.2 mg/dl atau> 0.8 mmol/L atau kalsium
total sebesar>8-8.5 mg/dl. Gejala hipokalsemia akan timbul jika kadar kalsium ion <2.8 mg/dl
atau <0.7 mmol/L atau kadar kalsium total ≤ 7 mg/dl. Hiperkalsemia jika kadar kalsium total
plasma > 10.2 mg/dl. Kalsium aktif terdapat dalam bentuk kalsium terionisasi. Pemeriksaan
serum kalsium merupakan kaslisum total dapat tetap normal dengan penurunan kalsium
terionisasi seperti pada alkalosis (menyebabkan banyak kalsium yang terikat dengan albumin,
sehingga pemeriksaan paling akurat dengan memeriksa kalsium terionisasi secara langsung.

2. PENDEKATAN DIAGNOSIS
A. HIPOKALSEMIA

Anamnesis

Pasien dengan hipokalsemia dapat simptomatik jika penurunan kadar kalsium plasma ringan dan
sudah kronik. Sedaknakn jika penurunan kalsium sedang-berat dapat menimbulkan keluhan-
keluhan seperti kebas, kramotot, parestesia umunya di jari kaki, jari-jari tangan, dan region
circumoral, peningkatan reflex, yang disebabkan karena meningkatnya iritabilitas
neuromuscular. Jika sudah berat dapat terjadi tetani dan kejang. Pada anamnesis juga perlu
ditanyakan factor risiko seperti pada tabel 2

Pemeriksaan Fisik

 Tanda Trousseau’s : Spasnme karpal karena iskemia. Cara : dengan mengembangkan


manset pada lengan atas 20 mmHg lebih tinggi dari tekanan sitolik selama 3 menit.
 Tanda Chvostek’s : kontraksi unilateral dari wajah dan otot kelopak mata karena iritasi
saraf fasial dengan memperkusi wajah tepat didepan teling. Cara : mengetukkan ringan
saraf wajah di daerah anterior telinga
 Hipokalemsia berat : spasme carpopedal, bronkospasme, laringosspasme, kejang.

Pemeriksaan Penunjang

 Kadar kalsium serum total mungkin¸8.5 mg/dl


 Kadar albumin serum : penurunan kadar albumin serum 1.0 d/dl terjadi penurunan 0.8-
1.0 mg/dl kadar kalsium total
 Kadar forfor, magnesium serum
 Kadar hormone paratiroid (PTH)
 EKG : interval QT memanjang, Torsades de pointes
B. HIPERKALSEMIA
Anamnesis

Hiperkalsemia ringan (kadar kalsium 11-11,5 mg/dl) umumnya asimptomik dan terdektesi saat
pemeriksaan kalsium rutin. Beberapa pasien mengeluhkan keluhan neuropsikiatrik seperti
kesulitan konsentrasi, perubahan kepribadian, atau depresi, Keluhan lain dapat berupa ulkus
peptikum atau nefrolitiasi. Hiperkalsemia berat (kadar kalsium > 12-13 mg/dl) jika terjadi secara
mendadak atau akut, dapat menyebabkan letargi, stupor, koma. Keluhan lain seperti mual, nafsu
makan menurun, konstipasi, pankreatitis, polyuria, polidipsi perlu ditanyakan. Keluhan nyeri
pada tulang atau danya fraktur patologis dapat mengarahkan kehiperparatiroid ismekronik. Pada
anamnesis juga perlu ditanyakan faktor risiko seperti pada tabel 2

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik tidak ada yang spesifik untuk hiperkalsemia, penemuan dapat tergantung
etiologic penyebab. Pada pasien dengan keganasan dapat ditemukan adanya perubahan kulit,
limfadenopati, hepatosplenomehlali. Pada pemeriksaan dapat ditemukan hipertensi dan
bradikardia, akan tetapi tidak spesifik. Pemeriksaan sendi di temukan nyeri pada palpasi,
kelemahan otot, hiperrefleksia, fasikulasi otot lidah dapat di temukan. Tanda-tanda dehirdrasi
juga perlu diperhatikan. Tingkat kesadaran pasien mungkin menurun menjadi letargi atau stupor.
Jika kadar kalsium 13-15 mg/dl dikenal dengan istilah krisis hiperkalsemia yang ditandai dengan
polyuria, dehidrasi, dan perubahan status mental.

Pemeriksaan Penunjang.

 Kadar kalsium serum total:>10.5 mg/dl


 Kalsium terionisasi:>5.5 mg/dl
 Hormon paratiroid
 Fungsi ginjal : kreatinin dan ureum
 Rontgen tulang : osteoporosis.
 EKG : Pemendekan segmen ST dan Interval QT, bradikardia, blok AV

3. DIAGNOSIS BANDING
 Hipokalsemia : Hydrofluoric Acid Burns, hiperkalemia, hipermagnesemia,
hypernatremia, Hyperosmolar Hyperglycemic Nonketotic Coma, hipoparatiroidisme,
hiperfosfatemia.
 Hiperkalsemia : hiperparatiroidisme, keganasan, sarcoidosis, intoksikasi obat seperti
litium, teofilin.

4. TATALAKSANA
A. HIPOKALSEMIA
1. Pengobatan penyakit dasar
2. Penggantian kalsium tergantung dari tingkat keparahan penyakit, progresifitas, dan
komplikasi yang timbul.
3. Peningkatan asupan diet kalsium : 1000-1500 mg/hari pada orang dewasa.
4. Antasida hidroksia lumunium : mengurangi kadar fosfor sebelum mengatasi
hipokalsemia
5. Hipokalsemia akut (simptomatik)
a. Kalsium glukonat 10% 10 ml ( 90 mg atau 2.2 mmol) diencerkan dengan 50 ml
Dekstrosa 5 % atau 0.9 Na Cl secara intravena selama 5 menit.
b. Dilanjutkan pemberian secara infus 10 ampul kalsium glukonat (atau 900 mg kalsium
dalam 1 liter Dekstrosa 5% atau 0.9 Nacl) dalam 24 jam.
c. Jika ada hypomagnesemia dengan fungsi ginjal normal larutan magnesium sulfat 10%
sebesar 2 gram selama 10 menit, dilanjutkan dengan 1 gram dalam 100 cc cairan per
1 jam.
6. Hipokalsemia kronik :
a. Tujuan : meningkatkan kadar kalsium sampai batas bawah normal, menghindari
terjadinya hiper kalsiuria yang dapat mencetuskan batu ginjal.
b. Suplemen kalsium 1.000-1500 mg/hari dalam dosis terbagi. Kalsium karbonat; 250
mg kalsium elemental dalam 650 mg tablet.
c. Vitamin D2 atau D3 25.000-100.00 U/hari
d. Kalsitriol (1,25(OH)2D) 0.23-2 gram/hari
7. Jika albumin serum menurun : penurunan albumin serum 1.0 gram/dl (dari nilai normal
4.1 gram/dl), koreksi konsentrasi kalsium dengan menambahkan 0.8 mg/ dl dari kadar
kalsium total
Koreksi konsentrasi kalsium = kalsium hasil pemeriksaan (mg/dl) +[0.8 x (4-
albumin (gr/dl)]
B. HIPERKALSEMIA
1. Pengobatan penyebab dasar
2. Diet rendah kalsium
3. Hiperkalsemia ringan (asimtomatik) : tidak memerlukan koreksi cepat
4. Hiperkalsemia yang bergejala (simtomatik)
 Hidraso karena hiperkalsemia berhubungan dengan dehidrasi : 4-8 liter cairan
isotonic secara intravena dalam 24 jam pertama, dengan target urin 100-150 ml per
jam. Jika ada penyakit komorbid (gagal jantung kongestif) dapat ditambahkan loop
diuretic untuk meningkatkan ekskresi natrium dan kalsium setelah status volume
menjadi normal.
 Penghabata resorbsi tulang : pada keganasan atau hiperparatiroidisme berat

Pemberian bifosfonat harus memperhatikan fungsi ginjal

 Untuk mencegah kekambuhan dapat diberikan bifosfonat secara infus IV


 Glukokortikoid : pada kasus hiperkalsemia karena peningkatan 1,25 (OH) 2 D.
Hidrokortison 100-300 mg/hari secara IV atau prednisone 40-6- mg/hari per oral
selama 3-7 hari.
 Obat yang menurunkan 1,25 (OH)2D : ketokonazol, klirikuin, hidroksiklorokuin
 Dialisis

5. KOMPLIKASI

Hipokalsemia dapat terjadi kejang dan laringospasme. Hiperkalsemia dapat meningkatkan resiko
terjadinya batu ginjal, dehidrasi, gagal ginjal, resiko patah tulang dan osteoporosis.

6. PROGNOSIS

Pada hipokalsemia dapat meninggalkan kelainan neurologis seperti kejang dan tetani. Kematian
sangat jarang karena hipokalsemia. Hiperkalsemia yang berhubungan dengan keganasan
mempunyai prognosis lebih buruk, harapan hidup dalam 1 tahun sekitar 10-30%. Dalam suatu
studi, 50% pasien meninggal dalam 1 bulan setelah dimulainya terapi, dan 75% meninggal dalam
3 bulan. Hiperkalsemia yang berhubungan dengan hiperparatiroidisme mempunyai prognosis
baik jika diterapi.

REFERENSI
1. Aminoff M. Fluid and Electrolyte Disturbance: Fauci A. Kasper D, Longa D, Braunwald
E, Hauser S Jameson J editors. Harrison Principles of internal medicine 18 th edition
New York: McGraw-Hill Medical publishing division 2012
2. Siregar P. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Dalam: Alwi L, Setiadi S,
Setiyohadi B, Simadibrata M, Sudoyo AW. Buku ajar ilmu penyakit dalam Jilid 1 edisi V.
Jakarta: interna Publishing 2009 hal 189-196.

Anda mungkin juga menyukai