Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Ketoasidosis Diabetikum (KAD) adalah suatu keadaan dimana
terdapat defisiensi insulin absolute atau relative dan peningkatan hormon
kontra legulator (glukagon, katekolamin, kortisol dan hormon
pertumbuhan), yang menyebabkan keadaan hiperglikemi (Brunner and
Suddart, 2002).
Ketoasidosis Diabetik adalah suatu keadaan darurat akibat
gangguan metabolic diabetes mellitus berat yang disifati oleh adanya trias
hiperglikemi, asidosis, dan ketonemi (Adam, 2001).
Ketoasidisis Diabetikum (KAD) merupakan salah satu kompliasi
akut DM akibat defisiensi hormone insulin yang tidak dikenal dan bila
tidak mendapat pengobatan segera akan menyebabkan kematian (Arif
Mansjoer, 2001).

B. Etiologi
Ketoasidosis diabetikum di dasarkan oleh adanya insulin atau tidak
cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang dapat disebabkan oleh :
1. Insulin diberikan dengan dosis yang kurang.
2. Keadaan sakit atau infeksi pada DM, contohnya : pneumonia,
kolestisitis, iskemia usus dan apendisitis. Keadaan sakit dan infeksi
akan menyertai resistensi insulin. Sebagai respon terhadap stres
fisik (atau emosional), terjadi peningkatan hormon – hormon
”stres” yaitu glukagon, epinefrin, norepinefrin, kotrisol dan
hormon pertumbuhan. Hormon – hormon ini akan meningkatkan
produksi glukosa oleh hati dan mengganggu penggunaan glukosa
dalam jaringan otot serta lemak dengan cara melawan kerja insulin.
Jika kadar insulin tidak meningkatkan dalam keadaan sakit atau
infeksi, maka hipergikemia yang terjadi dapat berlanjut menjadi
ketoasidosis diabetik.
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis
dan tidak diobati.(Brunner and Suddart, 2002)

C. Patofisiologi dan Pathway


Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau
tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan
gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Ada tiga
gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis yaitu dehidrasi,
kehilangan elektrolit dan asidosis.
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki
sel akan berkurang pula. Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi
tidak terkendali. Kedua faktor ini akan mengakibatkan hipergikemia.
Dalam upaya untuk mnghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam
tubuh, ginjal akan mengekresikan glukosa bersama – sama air dan
elektrolit (seperti natrium, dan kalium). Diurisis osmotik yang ditandai
oleh urinasi berlebihan (poliuri) ini kan menyebabkan dehidrasi dan
kehilangan elekrolit. Penderita ketoasidosis yang berat dapat kehilangan
kira – kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga 500 mEg natrium, kalium
serta klorida selam periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak
(lipolisis) menjadi asam – asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak
bebas akan diubah menjadi benda keton oleh hati. Pada ketoasidosis
diabetik terajdi produksi benda keton yang berlebihan sebagai akibat dari
kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan
tersebut. Benda keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi
darah, benda keton akan menimbulkan asidosis metabolik. (Brunner and
Suddart, 2002)
D. Tanda dan Gejala
 Poliuria
 Polidipsi
 Penglihatan kabur
 Lemah
 Sakit kepala
 Hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg
atau > pada saat berdiri)
 Anoreksia, Mual, Muntah
 Nyeri abdomen
 Hiperventilasi
 Perubahan status mental (sadar, letargik, koma)
 Kadar gula darah tinggi (> 200 mg/dl)
 Terdapat keton di urin
 Nafas berbau keton
 Bisa terjadi ileus sekunder akibat hilangnya K+ karena diuresis
osmotic
 Kulit kering
 Keringat dingin
 Pernapasan kussmaul ( cepat, dalam ) karena asidosis metabolik

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Analisa darah
 Kadar glukosa darah bervariasi tiap individu
 pH rendah (6,8 -7,3)
 PCO2 turun (10 – 30 mmHg)
 HCO3 turun (<15 mEg/L)
 Keton serum positif, BUN naik
 Kreatinin naik
 Ht dan Hb naik
 Leukositosis
 Osmolalitas serum meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
mOsm/l
2. Elektrolit dalam darah
 Kalium dan Natrium dapat rendah atau tinggi sesuai jumlah
cairan yang hilang (dehidrasi).
 Fosfor lebih sering menurun
3. Urinalisa
 Leukosit dalam urin
 Glukosa dalam urin

F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan
 Pertahankan jalan nafas
 Pada syok berat berikan oksigen 100% dengan masker
 Jika syok berikan larutan isotonik (normal saline 0,9%)
20cc/kgBB
 Bila terdapat penuruna kesadaran perlu pemasangan naso
gastrik tube untuk menghindari aspirasi lambung.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
 Penilaian klinis awal : pemeriksaan fisik (BB, TD, tanda
sidosis, GCS, derajat dehidrasi), dan konfirmasi biokimia
(analisa darah dan urinalisa), (Dunger DB, 2004).
 Pemantauan status volume cairan : pemeriksaan TTV
(termasuk memantau perubahan ortostatik pada tekanan
darah dan frekuensi jantung), pengkajian paru, dan
pemantauan asupan serta haluan cairan.
 Pemantauan kalium(Brunner and Suddart, 2002)
3. Penatalaksanaan Medis
 Elekrtolit :
Kadar potasium mulai menurun saat diberikan insulin, oleh
karena itu pemberian potasium dimulai saat dimulainya
pemberian insulin, terkecuali pada penderita dengan kadar
potasium > 6,0 mEg/L, mereka yang anuri dan penderita
gagal ginjal kronik yang biasanya sudah disertai poatsium
serum yang tinggi. Potasium diiberikan dengan dosis 10 –
30 mEg/jam, semakin rendah kadar potasium serum
semakin besar dosis yang diberikan sambil memantau kadar
dalam serum. Kadar potasium serum harus dipertahankan
>3,5 mEg/L.
Pemberian sodium bikarbonat diberikan saat pH <7,0,
kadar bikarbonat <5,0 mEg/L, hiperkalemia berat >6,5
mEg/L. Pemberian bikarbonat dosis 100 – 250 mEg dalam
100 – 250 ml 0,45%NaCl, diberikan antara 30 – 60 menit.
Pemberian bikarbonat harus disertai dengan pemantauan
pH arteri, dan dihentikan apabila pH >7,1.
(Adam JMF, 2002)
 Rehidrasi : NaCl 0,9% atau NaCl 0,45% tergantung dari
ada tidaknya hipotensi dan tinggi rendahnya kadar natrium.
Pada umumnya diperlukan 1 – 2 liter dalam jam pertama,
bila kadar glukosa <200 mg% maka perlu diberikan larutan
ynag mengandung glukosa (dektrosa 5% atau 10%).
 Insulin : baru diberikan pada jam kedua. Sepuluh unit
diberikan bolus intravena, disusul dengan infus larutan
insulin regular dengan laju 2 – 5 U/jam. Sebaiknya larutan
%U insulin dalam 50 ml NaCl 0,9%, bermuara dalam
larutan untuk rehidrasi dan dapat diatur laju tetesnya secara
terpisah. Bila kadar glukosa turun sampai 200 mg/dl atau
kurang, laju insulin dikurangi menjadi 1 – 2 U/ jam dan
larutan rehidrasi diganti dengan glukosa 5%. Pada waktu
pasien dapat makan lagi, diberikan sejumlah kalori sesuai
kebutuhan dalam beberapa porsi. Insulin regular diberikan
subkutan 3 kali sehari secara bertahap sesuai kadar glukosa
darah.
 Pemberian antibiotika yang adekuat.
 Pemberian oksigen : bila PO2 <80 mmhg.
 Heparin : bila ada DIC atau bila hiperosmolar berat
(>380 mOsm/L). (Arif Mansjoer, 2001)

G. Komplikasi
1. ARDS (adult respiratory distress syndrome)
Patogenesis terjadinya hal ini belum jelas, kemungkinan akibat
rehidrasi yang berlebihan, gagal jantung kiri atau perubahan
permeabilitas kapiler paru.
2. DIC (disseminated intravascular coagulation)
3. Edema otak
Adanya kesadaran menurun disertai dengan kejang yang terjadi
terus menerus akan beresiko terjadinya edema otak.
4. Gagal ginjal akut
Dehidrasi berat dengan syok dapat mengakibatkan gagal ginjal
akut.
5. Hipoglikemia dan hiperkalemia
Terjadi akibat pemberian insulin dan cairan yang berlebiahan dan
tanpa pengontrolan.
H. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian KAD pada KGD didasarkan pada prinsip – prinsip skala
prioritas : Airway (A), Breating (B), Circulation (C), dan pengkajian
esensial yang lain.
1. Anamnesa
2. Keluhan utama
3. Datang dengan atau tanpa keluhan Poliuria, Polidipsi, Polifagi;
lemas, luka sukar sembuh atau adanya koma/penurunan kesadaran
dengan sebab tidak diketahui. Pada lansia dapat terjadi nepropati,
neurophati atau retinophati, serta penyakit pembuluh darah.
4. Riwayat penyakit sekarang
Berapa berat keluhan yang dirasakan
5. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit DM yang tertanggulangi maupun tidak terdiagnosis.
Penyakit hipertensi dan pankreatitis kronik.
6. Riwayat penyakit keluarga
DM dan penyakit jantung pada anggota keluarga.
7. Riwayat psikososial spiritual
 Persepsi klien tentang penyakitnya
 Apakah penyakit tersebut menggangu jiwanya
8. Pengkajian pola fungsional
 Aktivitas / istirahat
S : lemah, lelah, kejang otot, gangguan istirahat tidur
O : Takhikardi, tachipneu saat istirahat / aktifitas, koma,
penurunan kekuatan otot.
 Sirkulasi
S : Riwayat hipertensi, penyembuhan luka yang lambat
O : Takhikardi, hipertensi, penurunan nadi, disritmia, kulit
kering
 Eliminasi
S : Poliuri, nokturia, nyeri BAK, diare
O : Oliguri/ anuri, urin keruh, bising usus turun
 Makanan/ cairan
S : Anoreksia, mual, muntah, haus
O : Kulit kering, turgor turun, distensi abdomen, muntah
 Respirasi
S : Batuk dengan atau tanpa sputum
O : Takhikardi, nafas kusmaul, nafas bau aseton
 Neurosensori
S : Pusing, nyeri kepala, mati rasa, kelemahan otot,
paratesia, gangguan penglihatan
O : Disorientasi, letargi, stupor, koma, gangguan memori,
kejang
9. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum
Penurunan BB, nyeri abdomen, status gizi turun,
 Sistem pernafasan
Nafas kusmaul, takhipneu, nafas bau aseton, vesikuler pada
lapang paru.
 Sistem integument
Turgor kulit turun, kulit kering, mukosa bibir kering.
 Sistem kardiovaskuler
Hipertensi
 Sistem gastrointestinal
Nyeri abdomen, mual muntah, anoreksia
 Sistem neurologi
Sakit kepala, kesadaran menurun
 Sistem penglihatan
Penglihatan kabur
B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
akibat hiperglikema, pengeluaran cairan berlebihan: diare,
muntah, pembatasan intake akibat mual, kacau mental.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kompensasi
asidosis metabolik.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan
peningkatan kadar glukosa.
4. Ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan ketidak cukupan insulin, penurunan masukan oral,
status hipermetabolisme.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan
informasi.

C. Intervensi keperawatan

DIAGNOSA TUJUAN DAN


NO INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1 Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
v Fluid balance Fluid management
Definisi : Penurunan cairan
v Hydration · Pertahankan catatan intake dan
intravaskuler, interstisial,
v Nutritional Status : Food output yang akurat
dan/atau intrasellular. Ini
and Fluid Intake · Monitor status hidrasi (
mengarah ke dehidrasi,
Kriteria Hasil : kelembaban membran mukosa, nadi
kehilangan cairan dengan
v Mempertahankan urine adekuat, tekanan darah ortostatik ),
pengeluaran sodium
output sesuai dengan jika diperlukan
Batasan Karakteristik :
usia dan BB, BJ urine · Monitor vital sign
– Kelemahan
normal, HT normal · Monitor masukan makanan /
– Haus
v Tekanan darah, nadi, cairan dan hitung intake kalori
– Penurunan turgor kulit/lidah
suhu tubuh dalam batas harian
– Membran mukosa/kulit kering
normal · Kolaborasikan pemberian cairan
– Peningkatan denyut nadi,
v Tidak ada tanda tanda IV
penurunan tekanan darah,
dehidrasi, Elastisitas
· Monitor status nutrisi
penurunan volume/tekanan nadi
turgor kulit baik,
· Berikan cairan IV pada suhu
– Pengisian vena menurun
membran mukosa ruangan
– Perubahan status mental
lembab, tidak ada rasa · Dorong masukan oral
– Konsentrasi urine meningkat
haus yang berlebihan · Berikan penggantian nesogatrik
– Temperatur tubuh meningkat
sesuai output
– Hematokrit meninggi
· Dorong keluarga untuk
– Kehilangan berat badan
membantu pasien makan
seketika (kecuali pada third
· Tawarkan snack ( jus buah, buah
spacing)
segar )
Faktor-faktor yang
· Kolaborasi dokter jika tanda
berhubungan:
– Kehilangan volume cairan cairan berlebih muncul meburuk
secara aktif · Atur kemungkinan tranfusi
– Kegagalan mekanisme · Persiapan untuk tranfusi
pengaturan
2 Pola Nafas tidak efektif NOC : NIC :
Definisi : Pertukaran udara v Respiratory status :
inspirasi dan/atau ekspirasi tidak Ventilation Airway Management
adekuat v Respiratory status :
Batasan karakteristik : Airway patency
· Buka jalan nafas, guanakan
– Penurunan tekananv Vital sign Status
teknik chin lift atau jaw thrust bila
inspirasi/ekspirasi Kriteria Hasil : perlu
– Penurunan pertukaran udara v Mendemonstrasikan · Posisikan pasien untuk
per menit batuk efektif dan suara
memaksimalkan ventilasi
– Menggunakan otot pernafasan nafas yang bersih, tidak
· Identifikasi pasien perlunya
tambahan ada sianosis dan
pemasangan alat jalan nafas buatan
– Nasal flaring dyspneu (mampu
· Pasang mayo bila perlu
– Dyspnea mengeluarkan sputum, · Lakukan fisioterapi dada jika
– Orthopnea mampu bernafas perlu
– Perubahan penyimpangan dada dengan mudah, tidak
· Keluarkan sekret dengan batuk
– Nafas pendek ada pursed lips)
atau suction
– Assumption of 3-point position v Menunjukkan jalan nafas
· Auskultasi suara nafas, catat
– Pernafasan pursed-lip yang paten (klien tidak
adanya suara tambahan
– Tahap ekspirasi berlangsung merasa tercekik, irama · Lakukan suction pada mayo
sangat lama nafas, frekuensi
· Berikan bronkodilator bila perlu
– Peningkatan diameter anterior- pernafasan dalam
· Berikan pelembab udara Kassa
posterior rentang normal, tidak
basah NaCl Lembab
– Pernafasan rata-rata/minimal ada suara nafas
· Atur intake untuk cairan
§ Bayi : < 25 atau > 60 abnormal) mengoptimalkan keseimbangan.
§ Usia 1-4 : < 20 atau > 30 v Tanda Tanda vital dalam · Monitor respirasi dan status O2
§ Usia 5-14 : < 14 atau > 25 rentang normal
Terapi oksigen
§ Usia > 14 : < 11 atau > 24 (tekanan darah, nadi,
v Bersihkan mulut, hidung dan secret
– Kedalaman pernafasan pernafasan)
trakea
§ Dewasa volume tidalnya 500 ml
v Pertahankan jalan nafas yang paten
saat istirahat v Atur peralatan oksigenasi
§ Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg v Monitor aliran oksigen
– Timing rasio
v Pertahankan posisi pasien
– Penurunan kapasitas vital
v Onservasi adanya tanda tanda
Faktor yang berhubungan :
hipoventilasi
– Hiperventilasi
v Monitor adanya kecemasan pasien
– Deformitas tulang terhadap oksigenasi
– Kelainan bentuk dinding
Vital sign Monitoring
dada
– Penurunan energi/kelelahan
– Perusakan/pelemahan  Monitor TD, nadi, suhu,
muskulo-skeletal dan RR
– Obesitas  Catat adanya fluktuasi
– Posisi tubuh tekanan darah
– Kelelahan otot pernafasan  Monitor VS saat pasien
– Hipoventilasi sindrom berbaring, duduk, atau
– Nyeri berdiri
– Kecemasan  Auskultasi TD pada kedua
– Disfungsi Neuromuskuler lengan dan bandingkan
– Kerusakan persepsi/kognitif  Monitor TD, nadi, RR,
– Perlukaan pada jaringan sebelum, selama, dan
syaraf tulang belakang setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
– Imaturitas Neurologis  Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
3 Resiko Infeksi NOC : NIC :
v Immune Status Infection Control (Kontrol
Definisi : Peningkatan resiko
v Knowledge : Infection infeksi)
masuknya organisme patogen
control · Bersihkan lingkungan setelah
Faktor-faktor resiko :
v Risk control dipakai pasien lain
– Prosedur Infasif
Kriteria Hasil : · Pertahankan teknik isolasi
– Ketidakcukupan pengetahuan
v Klien bebas dari tanda · Batasi pengunjung bila perlu
untuk menghindari paparan
dan gejala infeksi · Instruksikan pada pengunjung
patogen
v Menunjukkan untuk mencuci tangan saat
– Trauma
kemampuan untuk berkunjung dan setelah berkunjung
– Kerusakan jaringan dan
mencegah timbulnya meninggalkan pasien
peningkatan paparan lingkungan
infeksi · Gunakan sabun antimikrobia
– Ruptur membran amnion
v Jumlah leukosit dalam untuk cuci tangan
– Agen farmasi
batas normal · Cuci tangan setiap sebelum dan
(imunosupresan)
v Menunjukkan perilaku sesudah tindakan kperawtan
– Malnutrisi
hidup sehat · Gunakan baju, sarung tangan
– Peningkatan paparan
sebagai alat pelindung
lingkungan patogen
· Pertahankan lingkungan aseptik
– Imonusupresi
selama pemasangan alat
– Ketidakadekuatan imum
· Ganti letak IV perifer dan line
buatan
central dan dressing sesuai dengan
– Tidak adekuat pertahanan
petunjuk umum
sekunder (penurunan Hb,
· Gunakan kateter intermiten untuk
Leukopenia, penekanan respon
menurunkan infeksi kandung
inflamasi)
kencing
– Tidak adekuat pertahanan
· Tingktkan intake nutrisi
tubuh primer (kulit tidak utuh,
· Berikan terapi antibiotik bila
trauma jaringan, penurunan
perlu
kerja silia, cairan tubuh statis,
Infection Protection (proteksi
perubahan sekresi pH,
terhadap infeksi)
perubahan peristaltik)
· Monitor tanda dan gejala infeksi
– Penyakit kronik
sistemik dan lokal
· Monitor hitung granulosit, WBC
· Monitor kerentanan terhadap
infeksi
· Batasi pengunjung
· Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
· Partahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
· Pertahankan teknik isolasi k/p
· Berikan perawatan kuliat pada
area epidema
· Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan, panas,
drainase
· Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
· Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
· Dorong masukan cairan
· Dorong istirahat
· Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
· Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
· Ajarkan cara menghindari infeksi
· Laporkan kecurigaan infeksi
· Laporkan kultur positif
4 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :
kurang dari kebutuhan tubuh v Nutritional Status : food Nutrition Management
Definisi : Intake nutrisi tidak and Fluid Intake § Kaji adanya alergi makanan
cukup untuk keperluan
v Nutritional Status §: Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
metabolisme tubuh. nutrient Intake menentukan jumlah kalori dan
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : nutrisi yang dibutuhkan pasien.
– Berat badan 20 % atau lebih div Adanya peningkatan § Anjurkan pasien untuk meningkatkan
bawah ideal berat badan sesuai intake Fe
– Dilaporkan adanya intake dengan tujuan § Anjurkan pasien untuk meningkatkan
makanan yang kurang dari RDA v Berat badan ideal sesuai protein dan vitamin C
(Recomended Daily Allowance) dengan tinggi badan § Berikan substansi gula
– Membran mukosa dan v Mampumengidentifikasi § Yakinkan diet yang dimakan
konjungtiva pucat kebutuhan nutrisi mengandung tinggi serat untuk
– Kelemahan otot yang
v Tidk ada tanda tanda mencegah konstipasi
digunakan untuk malnutrisi § Berikan makanan yang terpilih (
menelan/mengunyah v Menunjukkan sudah dikonsultasikan dengan ahli
– Luka, inflamasi pada rongga peningkatan fungsi gizi)
mulut pengecapan dari
§ Ajarkan pasien bagaimana membuat
– Mudah merasa kenyang, sesaat menelan catatan makanan harian.
setelah mengunyah makanan v Tidak terjadi penurunan § Monitor jumlah nutrisi dan
– Dilaporkan atau fakta adanya berat badan yang kandungan kalori
kekurangan makanan berarti § Berikan informasi tentang kebutuhan
– Dilaporkan adanya perubahan nutrisi
sensasi rasa § Kaji kemampuan pasien untuk
– Perasaan ketidakmampuan mendapatkan nutrisi yang
untuk mengunyah makanan dibutuhkan
– Miskonsepsi Nutrition Monitoring
– Kehilangan BB dengan § BB pasien dalam batas normal
makanan cukup § Monitor adanya penurunan berat
– Keengganan untuk makan badan
– Kram pada abdomen § Monitor tipe dan jumlah aktivitas
– Tonus otot jelek yang biasa dilakukan
– Nyeri abdominal dengan atau § Monitor interaksi anak atau orangtua
tanpa patologi selama makan
– Kurang berminat terhadap § Monitor lingkungan selama makan
makanan § Jadwalkan pengobatan dan tindakan
– Pembuluh darah kapiler mulai tidak selama jam makan
rapuh § Monitor kulit kering dan perubahan
– Diare dan atau steatorrhea pigmentasi
– Kehilangan rambut yang cukup § Monitor turgor kulit
banyak (rontok) § Monitor kekeringan, rambut kusam,
– Suara usus hiperaktif dan mudah patah
– Kurangnya informasi, § Monitor mual dan muntah
misinformasi § Monitor kadar albumin, total protein,
Faktor-faktor yang berhubungan Hb, dan kadar Ht
: § Monitor makanan kesukaan
Ketidakmampuan pemasukan § Monitor pertumbuhan dan
atau mencerna makanan atau perkembangan
mengabsorpsi zat-zat gizi § Monitor pucat, kemerahan, dan
berhubungan dengan faktor kekeringan jaringan konjungtiva
biologis, psikologis atau § Monitor kalori dan intake nuntrisi
ekonomi. § Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oral.
§ Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet
5 Kurang pengetahuan NOC : NIC :
Definisi : v Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
Tidak adanya atau kurangnya process 1. Berikan penilaian tentang tingkat
informasi kognitif sehubungan v Kowledge : health pengetahuan pasien tentang proses
dengan topic spesifik. Behavior penyakit yang spesifik
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit
memverbalisasikan adanya
v Pasien dan keluarga dan bagaimana hal ini berhubungan
masalah, ketidakakuratan menyatakan dengan anatomi dan fisiologi,
mengikuti instruksi, perilaku pemahaman tentang dengan cara yang tepat.
tidak sesuai. penyakit, kondisi,
3. Gambarkan tanda dan gejala yang
Faktor yang berhubungan : prognosis dan program biasa muncul pada penyakit,
keterbatasan kognitif, pengobatan dengan cara yang tepat
interpretasi terhadap informasi v Pasien dan keluarga 4. Gambarkan proses penyakit,
yang salah, kurangnya keinginan mampu melaksanakan dengan cara yang tepat
untuk mencari informasi, tidak prosedur yang
5. Identifikasi kemungkinan
mengetahui sumber-sumber dijelaskan secara benar penyebab, dengna cara yang tepat
informasi. v Pasien dan keluarga 6. Sediakan informasi pada pasien
mampu menjelaskan tentang kondisi, dengan cara yang
kembali apa yang tepat
dijelaskan perawat/tim 7. Hindari jaminan yang kosong
kesehatan lainnya. 8. Sediakan bagi keluarga atau SO
informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara yang
tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau agensi
di komunitas lokal, dengan cara
yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai tanda
dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan,
dengan cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3.


EGC: Jakarta.

Arif, mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Media


Aesculpius.: Jakarta.

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Medikal Keperawatan Vol.3. EGC:
Jakarta

Doengoes, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

Price, Sylvia. 1990. Patofisiologi dan Konsep Dasar Penyakit . EGC: Jakarta
LAPORAN PENDAHULUAN

KETOASIDOSIS DIABETIKUM

Disusun oleh:

Rica Nabila

16103

AKADEMI KEPERAWATAN KERIS HUSADA

TAHUN AJARAN 2018/2019

Anda mungkin juga menyukai