Oleh
Ayu Septia Malinda, S.Kep
131913143004
Oleh:
Oleh:
Arina Qona’ah, S.Kep., Ns., M.Kep Senja Setiaka S.Kep., Ns., M.Kep
NIP. 198611242018032001 NIP. 197404231997031002
Mengetahui,
Kepala ruang HCU Pandan II
Soemiati, S.Kep., Ns
NIP. 196806141993032009
TINJAUAN TEORI KASUS
1. Definisi KAD
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi kekacauan
metabolic yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis, ketosis, terutama
disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif. KAD merupakan
komplikasi akut metabolic diabetes melitus yang paling serius mengancam
nyawa yang dapat terjadi pada diabetes melitus tipe 1 dan 2 (Gotera, 2010).
KAD adalah keadaan yang ditandai dengan asidosis met abolik akibat
pembentukan keton yang berlebihan (American Diabetes Association,
2004). Ketoasidosis diabetikum merupakan trias dari hiperglikemia, asidosis,
dan ketosis yang terlihat terutama pada pasien dengan diabetes tipe-1.
(Samijean Nordmark, 2008
2. Etiologi KAD
Terdapat sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM
untuk pertamakalinya. Pada pasien KAD yang sudah diketahui DM
sebelumnya, 80% dapat dikenali adanya faktor pencetus, sementara 20%
lainnya tidak diketahui faktor pencetusnya. Faktor pencetus tersering dari
KAD adalah infeksi, dan diperkirakan sebagai pencetus lebih dari 50% kasus
KAD. Pada infeksi akan terjadi peningkatan sekresi kortisol dan glukagon
sehingga terjadi peningkatan kadar gula darah yang bermakna. Faktor lainnya
adalah cerebrovascular accident, alcohol abuse, pankreatitis, infark jantung,
trauma, pheochromocytoma, obat, DM tipe 1 yang baru diketahui dan
diskontinuitas (kepatuhan) atau terapi insulin inadekuat.
Kepatuhan akan pemakaian insulin dipengaruhi oleh umur, etnis dan
faktor komorbid penderita. Faktor lain yang juga diketahui sebagai pencetus
KAD adalah trauma, kehamilan, pembedahan, dan stres psikologis. Infeksi
yang diketahui paling sering mencetuskan KAD adalah infeksi saluran kemih
dan pneumonia. Pneumonia atau penyakit paru lainnya dapat mempengaruhi
oksigenasi dan mencetuskan gagal napas, sehingga harus selalu diperhatikan
sebagai keadaan yang serius dan akan menurunkan kompensasi respiratorik
dari asidosis metabolik. Infeksi lain dapat berupa infeksi ringan seperti skin
lesion atau infeksi tenggorokan. Obat-obatan yang mempengaruhi
metabolisme karbohidrat seperti kortikosteroid, thiazid, pentamidine, dan
obat simpatomimetik (seperti dobutamin dan terbutalin), dapat mencetuskan
KAD. Obat-obat lain yang diketahui dapat mencetuskan KAD diantaranya
beta bloker, obat antipsikotik, dan fenitoin, Pada pasien usia muda dengan
DM tipe 1, masalah psikologis yang disertai kelainan makan memberikan
kontribusi pada 20% KAD berulang.
Faktor yang memunculkan kelalaian penggunaan insulin pada pasien
muda diantaranya ketakutan untuk peningkatan berat badan dengan perbaikan
kontrol metabolik, ketakutan terjadinya hipoglikemia, dan stres akibat
penyakit kronik. Namun demikian, seringkali faktor pencetus KAD tidak
ditemukan dan ini dapat mencapai 20-30% dari semua kasus KAD, akan
tetapi hal ini tidak mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat KAD itu
sendiri.
Beberapa penyebab terjadinya KAD menurut Samijean Nordmark (2008)
yaitu sebagai berikut:
1. Infeksi: pneumonia, infeksi traktus urinarius, dan sepsis diketahui bahwa
jumlah sel darah putih mungkin meningkat tanpa indikasi yang mendasari
infeksi.
2. Ketidakpatuhan: karena ketidakpatuhan dalam dosis
3. Pengobatan: onset baru diabetes atau dosis insulin tidak adekuat
4. Kardiovaskuler : infark miokardium
5. Penyebab lain: hipertiroidisme, pankreatitis, kehamilan, pengobatan
kortikosteroid and adrenergik.
6. Penatalaksanaan KAD
Rumus lain yang dapat dipakai untuk menentukan derajat dehidrasi adalah
dengan menghitung osmolalitas serum total dan corrected serum sodium
concentration.
(mg/dl)/18 + BUN/2
Terapi insulin harus segera dimulai sesaat setelah diagnosis KAD dan
rehidrasi yang memadai. Sumber lain menyebutkan pemberian insulin dimulai
setelah diagnosis KAD ditegakkan dan pemberian cairan telah dimulai.
Pemakaian insulin akan menurunkan kadar hormon glukagon, sehingga menekan
produksi benda keton di hati, pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak,
pelepasan asam amino dari jaringan otot dan meningkatkan utilisasi glukosa oleh
jaringan. Pemberian insulin dengan infus intravena dosis rendah adalah terapi
pilihan pada KAD yang disebutkan oleh beberapa literatur, sedangkan ADA
menganjurkan insulin intravena tidak diberikan pada KAD derajat ringan.
Jika tidak terdapat hipokalemia (K < 3,3 mEq/l), dapat diberikan insulin
regular 0,15 u/kg BB, diikuti dengan infus kontinu 0,1 u/kgBB/jam (5-7 u/jam).
Jika kadar kalium < 3,3 mEq/l, maka harus dikoreksi dahulu untuk mencegah
perburukan hipokalemia yang akan dapat mengakibatkan aritmia jantung. Insulin
dosis rendah biasanya menurunkan gula darah dengan kecepatan 50-75 mg/dl/jam,
sama seperti pemberian insulin dosis lebih tinggi. Jika gula darah tidak menurun
sebesar 50 mg/dl dari nilai awal pada jam pertama, periksa status hidrasi pasien.
Jika status hidrasi mencukupi, infus insulin dapat dinaikkan 2 kali lipat setiap jam
sampai tercapai penurunan gula darah konstan antara 50-75 mg/dl/jam. Ketika
kadar gula darah mencapai 250 mg/dl, turunkan infus insulin menjadi 0,05-0,1
u/kgBB/jam (3- 6 u/jam), dan tambahkan infus dextrose 5- 10%.
Setelah itu kecepatan pemberian insulin atau konsentrasi dextrose harus
disesuaikan untuk memelihara nilai glukosa sampai keadaan asidosis membaik.
Pada kondisi klinik pemberian insulin intravena tidak dapat diberikan, maka
insulin diberikan dengan dosis 0,3 iu (0,4-0,6 iu)/kgBB yang terbagi menjadi
setengah dosis secara intravena dan setengahnya lagi secara subkutan atau
intramuskular, selanjutnya diberikan insulin secara intramuskular atau subkutan
0,1 iu/kgBB/jam, selanjutnya protokol penatalaksanaannya sama seperti
pemberian drip intravena.
Pada KAD ringan, insulin regular dapat diberikan secara subkutan atau
intramuskular setiap jam dengan efektifitas yang sama dengan pemberian
intravena pada kadar gula darah yang rendah dan keton bodies yang rendah.
Efektiftas pemberian insulin dengan intramuskular dan subkutan adalah sama,
namun injeksi subkutan lebih mudah dan kurang menyakitkan pasien. Pasien
dengan KAD ringan harus mendapatkan “priming dose” insulin regular 0,4-0,6
u/kgBB, setengah dosis sebagai bolus dan setengah dosis dengan subkutan atau
injeksi intramuskular. Selanjutnya diberikan insulin subkutan atau intramuskular
0,1 u/kgBB/jam.
Regulasi
Kadar Gula Regulasi Cepat
Cepat Subkutan
Darah Sebelum Intravena (Rumus
(Maintenance)
Regulasi Cepat Minus Sat2)
Rumus Kali 2
200-300 1 x (@ 4 unit/jam) 3 x 4 unit
300-400 2 x (@ 4 unit/jam) 3 x 6 unit
400-500 3 x (@ 4 unit/jam) 3 x 8 unit
500-600 4 x (@ 4 unit/jam) 3 x 10 unit
600-700 5 x (@ 4 unit/jam) 3 x 12 unit
3. Natrium
Meningkatkan Menyebabkan
glukosuria Ketonuria Ketonemia
diuresis osmotik
Ketoasidosis
MK: Risiko Kehilangan air dan elektrolit seperti
ketidakseimbangan sodium, potassium, kalsium,
elektrolit (D.0037) magnesium, fosfat dan klorida Asidosis metabolik
Hiperventilasi
MK: Hipovolemia (pernapasan
(D.0023) kussmaul)
3. Intervensi
Diagnosis Keperawatan Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)
(SDKI)
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan 1. Posisikan semi fowler
b.d kompensasi asidosis tindakan keperawatan 2. Berikan terapi
metabolik d.d pernapasan selama 3x24 jam pola oksigen
kusmaul (D.0005) napas efektif dengan 3. Monitor pola napas
kriteria hasil : 4. Anjurkan asupan
Penggunaan otot yang cukup
bantu napas 5. Auskultasi bunyi
menurun napas
Frekuensi napas 6. Jelaskan prosedur
membaik pemantauan
Tidak ada suara
napas tambahan
Ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan 1. Identifikasi
glukosa darah b.d tindakan keperawatan kemungkinan
disfungsi pankreas d.d selama 3x24 jam penyebab
kadar glukooosa dalam kestabilan kadar glukosa hiperglikemia
darah tinggi (D.0207) darah meningkat dengan 2. Monitor tanda dan
kriteria hasil (L.03022): gejala hiperglikemia
Kadar glukosa 3. Anjurkan
dalam darah menghindari
<200 olahraga saat kadar
Perilaku dalam glukosa darah lebih
poa hidup sehat dari 250
meningkat 4. Anjurkan monitor
glukosa darah secara
mandiri
5. Anjurkan kepatuhan
diet dan olahraga
6. Kolaborasi
pemberian obat
antidiabetes
Hipovolemia b.d Setelah dilakukan Manajemen Hipovelemia
kegagalan mekanisme keperawatan selama 3x24 (I. 03116)
regulasi d.d turgor kulit jam status cairan 1. Periksa tanda dan
menurun (D.0023) membaik dengan kriteria gejala hipovolemia
hasil : (L.03021) (Frekuensi nadi
Turgor kulit meningkat, nadi
membaik teraba lemah, TD
Membran mukosa menurun, turgor kulit
membaik menurun, membrane
Frekuensi nadi mukosa kering,
60-100x/menit volume urine