Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS PADA LANSIA

Disusun Oleh:
SINDRA
PO.62.20.1.17.346

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
KELAS REGULER IV
TAHUN 2021
A. Pengertian
Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula
darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai
akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh
gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar
pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin.
(kemenkes.go.id)
Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit dengan keadaan abnormal yang
ditunjukkan dengan tingginya kadar glukosa dalam darah. DM merupakan kondisi
kronis yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi glukosa darah disertai dengan
munculnya gejala utama yang khas yaitu urine yang berasa manis dalam jumlah yang
besar.
Diabetes melitus (DM)merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau keduanya. (Perkeni, 2019)
Diabetes Mellitus (DM) pada lansia terjadi karena timbulnya resistensi insulin
pada usia lanjut yang disebabkan oleh banyak faktor. DM pada lansia umumnya
bersifat asimptomatik, Inilah yang menyebabkan diagnosis DM pada lansia seringkali
agak terlambat. (ejurnalmalahayati.ac.id)

B. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu
memasukkanglukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin
adalah suatu zat atauhormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila insulin
tidak ada maka glukosatidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada
di pembuluh darah yangartinya kadar glukosa di dalam darah meningkat.
Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin
normaltetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang
sehinggaglukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi
meningkat.
Peningkatan diabetes risiko diabetes seiringdengan umur, khususnya pada usia
lebih dari 40 tahun, disebabkan karena padausia tersebut mulai terjadi peningkatan
intoleransi glukosa. Adanya proses  penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan
sel B pankreas dalam memproduksi insulin. :elain itu pada individu yang berusia lebih
tua terdapat penurunan aktifitas mitokondria di sel1sel otot sebesar 35%. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30% dan memicu
terjadinya resistensi insulin.
C. Tanda dan Gejala
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada lansia
umumnya tidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan
ambangginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur,
atau bahkan inkontinensia urin. Serasaan haus pada pasien DM lansia kurang
dirasakan,akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu
tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut. Sebaliknya yang sering
mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada
pembuluh darah dan saraf.
Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga
gambaran klinisnya ber'ariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi
yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena
katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan
luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah
1. Katarak
2. Gloukoma
3. Retinopati
4. Neuropati perifer
5. Neuropati viseral
6. Penyakit ginjal
7. Hipertensi

D. Pemeriksaan Penunjang
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Gukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa 140mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma yang diambil 2 jam kemudian setelah mengkonsumsi
karbohidrat (2 jam (pp) post prandial) >200 mg/dl
E. Penatalaksanaan medis
Agar kadar glukosa darah pada lansia dapat terkontrol perlu dilakukan pemeriksaan
glukosa darah secara rutin, dan pula pemberian terapi secara farmakologis yaitu :
1. Obat hiperglikemik Oral atau OHO. Berdasarkan cara kerjanya dibagi menjadi
empat golongan, yaitu pemicu sekresi insulin, atau insulinse secretagogue =
sulfonylurea danglinid, penambahan sensitivitas terhadap insulin = metformin,
tiazolidindin, absorbsi glukosa = penghambat glukosidae alfa.
2. Insulin : pemberian insulin diperlukan pada keadaan: Penurunan berat badan
yang cepat, hiperglikemi berat yang disertai ketosis diabetik, hiperglikemia
hiperosmolar non ketotik, hiperglikemia dengan asidosis lakta, gagal dengan
kombinasi OHO dosis hampir maksimal, stress berat seperti infeksi sistemik,
operasi besar, IMA atau Infark Miokard Akut, stroke, kehamilan dengan
Diabetes Mellitus gestasional yang telah terkendali dengan perencanaan
makan, gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat, kontraindikasi dan
ataualergi terhadap OHO.
F. Terapi obat dengan implikasi keperawatannya
1. Obat hipoglikemik oral
a) Golongan sulfonilurea/sulfonyl ureas obat ini paling banyak digunakan
dan dapat dikombinasikan dengan obat golongan lain, yaitu biguanid,
inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat golongan ini mempunyai efek
utama meningkatkan produksi insulin oleh sel - sel beta pankreas, karena
itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe II dengan berat badan
yang berlebihan. Obat-obat yang beredar dari kelompok ini adalah
1) Glibenklamida (5mg/tablet). 
2) Glibenklamida micronized (5mg/tablet).
3) Glikasida (90 mg/tablet).
4) Glikuidon (40 mg/tablet).
b) Golongan Biguanid / Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki
ambilanglukosa dari jaringan (glukosa perifer). Dianjurkan sebagai obat
tunggal pada pasien dengan kelebihan berat badan.
c) Golongan inhibitor alfa Glukosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran
pencernaan,sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan.
Bermanfaat untuk pasiendengan kadar gula puasa yang masih normal.

2. Insulin
a) Indikasi insulin
Pada DM tipe & yang tergantung pada insulin biasanya digunakan Human
Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml injeksi), yang beredar
adalah Actrapid. Injeksi insulin juga diberikan kepada penderita DM tipe
II yang kehilangan berat badan secara drastis. Yang tidak berhasil dengan
penggunaan obat -obatan anti DM dengan dosis maksimal, atau
mengalami kontraindikasi dengan obat-obatan tersebut, bila mengalami
ketoasidosis, hiperosmolar, dan asidosislaktat, stress berat karena infeksi
sistemik, pasien operasi berat, wanita hamildengan gejala DM gestasional
yang tidak dapat dikontrol dengan pengendalian diet.
b) Jenis Insulin
1) Insulin kerja cepat Jenis-jenisnya adalah regular insulin, cristalin
zink, dan semilente. 
2) Insulin kerja sedang Jenis-jenisnya adalah NPH (Netral Protamine
hagerdon)
3) Insulin kerja lambat Jenis-jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc
Insulin)
Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Data Subyektif
a. Identitas
DM pada pasien usia lanjut umumnya terjadi pada usia > 60 tahun dan umumnya
adalah DM tipe II ( non insulin dependen ) atau tipe DMTTI.
b. Keluhan utama
DM pada usia lanjut mungkin cukup sukar karena sering tidak khas dan asimtomatik
( contohnya ; kelemahan, kelelahan, BB menurun, terjadi infeksi minor, kebingungan
akut, atau depresi ).
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya pasien datang ke RS dengan keluhan gangguan penglihatan karena
katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot ( neuropati perifer ) dan
luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
e. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin
jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang
dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
f. Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari
1. Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
2. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas,
ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
3. Integritas Ego
Stress, ansietas
4. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
5. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
6. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia, gangguan
penglihatan.
7. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
8. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
9. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
2. Data obyektif
Pemeriksaan fisik pada Lansia
a. Sistem integumen
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan pucat dan terdapat
bintik – bintik hitam akibat menurunnya aliran darah kekulit dan menurunnya sel – sel
yang memproduksi pigmen, kuku pada jari tengah dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
Pada orang berusia 60 tahun rambut wajah meningkat, rambut menipis / botak dan
warna rambut kelabu, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
b. Sistem Muskuler
Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang pengecilan otot karena
menurunnya serabut otot. Pada otot polos tidak begitu berpengaruh.
c. Sistem pendengaran
Presbiakusis ( menurunnya pendengaran pada lansia ) membran timpani menjadi
altrofi menyebabkan austosklerosis, penumpukan serumen sehingga mengeras karena
meningkatnya keratin.
d. Sistem Penglihatan
Karena berbentuk speris, sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon
terhadap sinar, lensa menjadi keruh, meningkatnya ambang penglihatan ( daya
adaptasi terhadap kegegelapan lebih lambat, susah melihat gelap ). Hilangnya daya
akomodasi, menurunnya lapang pandang karena berkurangnya luas pandangan.
Menurunnya daya membedakan warna hijau atau biru pada skala.
e. Sistem Pernafasan
Otot – otot penafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktivitas
sillia, paru kurang elastis, alveoli kurang melebar biasanya dan jumlah berkurang.
Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg. Karbon oksida pada arteri tidak
berganti – kemampuan batuk berkurang.
f. Sistem Kardiovaskuler
Katub jantung menebal dan menjadi kaku. Kemampuan jantung memompa darah
menurun 1 % pertahun. Kehilangan obstisitas pembuluh darah, tekanan darah
meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
g. Sistem Gastointestinal
Kehilangan gigi, indra pengecap menurun, esofagus melebar, rasa lapar menurun,
asam lambung menurun waktu pengosongan lambung, peristaltik lemah sehingga
sering terjadi konstipasi, hati makin mengecil.
h. Sistem Perkemihan
Ginjal mengecil, nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %,
laju filtrasi glumesulus menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang sehingga
kurang mampu memekatkan urine, Dj urin menurun, proteinuria bertambah, ambang
ginjal terhadap glukosa meningkat, kapasitas kandung kemih menurun ( zoome )
karena otot – otot yang lemah, frekwensi berkemih meningkat, kandung kemih sulit
dikosongkan, pada orang terjadi peningkatan retensi urin dan pembesaran prostat (75
% usia diatas 60 tahun).
i. Sistem Reproduksi
Selaput lendir vagina menurun / kering, menciutnya ovarium dan uterus, atrofi payu
darah testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur
– angsur, dorongan sek menetap sampai usia diatas 70 tahun asal kondisi kesehatan
baik.
j. Sistem Endokrin
Produksi semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah,
berkurangnya ACTH, TSH, FSH, dan LH, menurunnya aktivitas tiroid sehingga laju
metabolisme tubuh ( BMR ) menurun, menurunnya produk aldusteran, menurunnya
sekresi, hormon godad, progesteron, estrogen, testosteron.
k. Sistem Sensori
Reaksi menjadi lambat kurang sensitif terhadap sentuhan (berat otak menurun sekitar
10 – 20 % )
B. Analisa data

NO DATA SUBJEKTIF DAN DATA OBJEKTIF MASALAH


. KEPERAWATAN
1. DS : Ketidakstabilan Kadar
- Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit Glukosa Darah
gula sudah sejak lama ± 6 tahun yang lalu.
- Pasien mengeluh tidak enak badan dan lemes
- Pasien mengeluh sering pipis (Polidipsi)
- Pasien mengeluh sering merasa kesemutan

DO :
- GDS: 450 mg/dl
- BB : 40 kg
- TB : 150 cm
- IMT : 17,8 Kg/m2 (Underweight)
- Pasien nampak menggunakan obat Metformin
2. DS : Risiko Perfusi Miokard
- Pasien mengatakan mempunyai riwayat tekanan Tidak Efektif
darah tinggi sudah sejak lama ± 5 tahun yang
lalu.
DO :
- Tekanan darah: 170/100 mmHg
- Pasien nampak menggunakan obat Amlodiphine
3. DS : Gangguan Rasa Nyaman
- Pasien mengeluh tidak enak badan dan lemes
- Pasien mengeluh sendi-sendinya kaku saat
digerakkan
- Pasien mengeluh sering merasa kesemutan
DO :
- Tekanan darah: 170/100 mmHg
4. DS : Defisit Nutrisi
- Pasien mengeluh tidak enak badan dan lemes
- Pasien mengeluh sendi-sendinya kaku saat
digerakkan
- Pasien mengeluh sering merasa kesemutan
DO :
- BB : 40 kg
- TB : 150 cm
- IMT : 17,8 Kg/m2 (Underweight)
5. DS : Ketidakpatuhan
- Pasien mengatakan obat yang biasa diberikan
adalah metformin dan amlodiphine
- Pasien mengaku sering lupa untuk minum obat
karena tidak ada yang mengingatkan
DO :
- Tekanan darah: 170/100 mmHg
- GDS: 450 mg/dl
6. DS : Ansietas
- Pasien mengaku sering lupa untuk minum obat
karena tidak ada yang mengingatkan
- Pasien juga sering merasa sedih karena selama
ini 2 bulan terakhir, anaknya tidak pernah
menjenguknya dirumah
DO :
- BB : 40 kg
- TB : 150 cm
- IMT : 17,8 Kg/m2 (Underweight) = Anoreksia
7. DS : Risiko Perfusi Perifer
- Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit Tidak Efektif
gula sudah sejak lama ± 6 tahun yang lalu.
- Pasien mengeluh sering merasa kesemutan
- Pasien mengeluh sendi-sendinya kaku saat
digerakkan
DO :
- GDS: 450 mg/dl
- Tekanan darah: 170/100 mmHg
- Pasien nampak menggunakan obat Metformin

C. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah b.d. Hiperglikemi (Disfungsi Pankreas)
d.d. GDS: 450 mg/dl dan klien mengeluh sering pipis (Polidipsi)
b. Ansietas b.d. Disfungsi Sistem Keluarga d.d. Pasien juga sering merasa sedih
karena selama ini 2 bulan terakhir, anaknya tidak pernah menjenguknya dirumah
c. Ketidakpatuhan b.d. Disabilitas b.d. Pasien mengaku sering lupa untuk minum
obat karena tidak ada yang mengingatkan
d. Risiko Perfusi Miokard Tidak Efektif b.d. Hipertensi d.d. Tekanan darah:
170/100 mmHg dan klien mengkonsumsi obat Amlodiphine
e. Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d. Hiperglikemi d.d. GDS: 450 mg/dl dan
klien mengkonsumsi obat Metformin
D. Intervensi
N Diagnosa Intervensi Rasional
O
1 Ketidakstabilan 1. Identifikasi 1. Mengetahui penyebab
Kadar Glukosa kemungkinan penyebab hiperglikemia
Darah hiperglikemia 2. Mengetahui jumlah
2. Monitor kadar glukosa kadar glukosa darah
darah 3. Mengetahui ada atau
3. Monitor tanda dan tidaknya tanda dan
gejala hiperglikemia gejala hiperglikemia
4. Konsultasi dengan 4. Agar klien dapat
medis jika tanda dan mengatasi dan dapat
gejala hiperglikemia diberikan perawatan
tetap ada atau 5. Mengetahui kadar
memburuk glukosa darah
5. Anjurkan monitor kadar 6. Agar kadar glukosa
glukosa darah secara darah selalu terkontrol
mandiri 7. Mengontrol kadar
6. Ajarkan pengelolaan glukosa darah agar
diabetes tetap normal
7. Kolaborasi pemberian
insulin
2 Ansietas 1. Identifikasi 1. Mengetahui hal yang
ketidakmampuan menggau secara
berkonsentrasi atau kognitif
gejala lain yang 2. Membuat klien merasa
mengganggu kognitif nyaman
2. Ciptakan lingkungan 3. Agar klien mengerti
yang tenang dan nyaman dan tujuan dari
3. Jelaskan tujuan dan diberikan terapi
manfaat terapi relaksasi relaksasi
4. Anjurkan mengambil 4. Membuat klien
posisi nyaman mereasa nyaman
3 Ketidakpatuhan 1. Identifikasi kepatuhan 1. Mengetahui tingkat
menjalani program kepatuhan program
pengobatan pengobatan
2. Libatkan keluarga untuk 2. Agar keluarga dapat
mendukung program terlibat dan
pengobatan yang mendukung program
dijalani pengobatan klien
3. Informasikan program 3. Agar klien dan
pengobatan yang harus keluarga mengerti
dijalani program ppengobatan
4. Anjurkan keluarga yang dijalani
mendampingi dan 4. Agar keluarga dapat
merawat pasien selama terlibat dan
menjalani program mendukung program
pengobatan pengobatan klien

4 Risiko Perfusi 1. Identifikasi tanda/gejala 1. Mengetahui terdapat


Miokard Tidak penurunan curah jantung atau tidaknya
Efektif 2. Monitor tekanan darah tanda/gejala penurunan
3. Anjurkan beraktifitas curah jantung
fisik sesuai toleransi 2. Agar tekanan darah
4. Kolaborasi pemberian dapat terkontrol
antiaritmia, jika perlu 3. Membuat klien dapat
beraktifitas namun
terkontrol sesuai
toleransinya
4. Menghindari
terjadinya aritmia
5 Risiko Perfusi 1. Identifikasi faktor resiko 1. Mengetahui faktor dari
Perifer Tidak gangguan sirkulasi gangguan sirkulasi
Efektif 2. Hindari pemasangan 2. Menjaga keselamatan
turniquet dan klien
pengukuran tekanan 3. Agar tekanan darah
darah pada ekstremitas dapat terkontrol
dengan keterbatasan
perfusi
3. Anjurkan meminum
obat penurun tekanan
darah secara rutin

E. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan, dimana
perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan.
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
Tujuan implementasi yaitu melakukan membantu atau mengarahkan kinerja
aktifitas kehidupan sehari-hari, memberikan arahan keperawatan untuk mencapai
tujuan yang berpusat pada klien dan mencatat serta melakukan pertukaran informasi
yang relevan dengan perawatan kesehatan yang berkelanjutan dari klien.
F. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi didefenisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan
antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon prilaku
klien yang tampil. Penilaian  dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam
melaksanakan rencana tindakan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Tujuan umum :
1. Menjamin asuhan keperawatan secara optimal
2. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
Tujuan khusus :
1. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan
2. Menyatakan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum
3. Meneruskan rencana tindakan keperawatan
4. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan
5. Dapat menentukan penyebab apabila tujuan asuhan keperawatan belum tercapai.
Manfaat Evaluasi Dalam Keperawatan :
1. Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien
2. Untuk menilai efektifitas, efisiensi dan produktifitas asuhan keperawatan yang
diberikan
3. Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan
4. Sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun siklus baru dalam proses
keperawatan
5. Menunjang tanggung gugat dan tanggung jawab dalam pelaksanaan keperawatan
Daftar Pustaka

American Diabetes Association. 2018. “Standards of Medical Care in Diabetes 2018”. Vol.
41. USA : ADA
https://www.academia.edu/7898230/LAPORAN_PENDAHULUAN_DM_GERONTIK
(diaksesd pada 28 maret 2021)
http://www.p2ptm.kemkes.go.id/informasi-p2ptm/penyakit-diabetes-melitus (diaksesd pada
28 maret 2021)

PERKENI. 2019. Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.


PERKENI. Jakarta.
PPNI (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjXrPXBoNPvAhVGX
SsKHXK0C2IQFjAEegQIAxAD&url=http%3A%2F%2Fejurnalmalahayati.ac.id
%2Findex.php%2Fpengabdianfarmasi%2Farticle%2Fdownload
%2F1230%2Fpdf&usg=AOvVaw3N8zZ10wd_2xCzeORqHiWy (diaksesd pada 28
maret 2021)

Anda mungkin juga menyukai