Anda di halaman 1dari 7

ARTIKEL TENTANG OLAH RAGA

SEBAGAI BAGIAN PENTING DARI MANAJEMEN DIABETES MELLITUS

DISUSUN OLEH:

GUSNADI

PO.62.20.1.17.327

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES PALANGKA RAYA JURUSAN
KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
REGULER IV T.A. 2020
ARTIKEL OLAHRAGA SEBAGAI BAGIAN PENTING DARI
MANAJEMEN DM

Diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) merupakan penyakit metabolik dengan


kecenderungan yang semakin memburuk. Indonesia berada di urutan no.7 dunia
penderita DMT2 dengan 10 juta jiwa tahun 2015 dan akan meningkat menjadi
21.3 juta jiwa pada tahun 2030. Diperkirakan setiap 6 detik terdapat 1 orang
meninggal dunia karena DMT2.
Pengendalian kadar gula darah sangatlah penting pada pasien DMT2
untuk mencegah komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler. Terapi
farmakologik saja dirasa tidak cukup dalam mengendalikan kadar gula darah
pasien DMT2. Asupan makanan berlebih, kurannya aktivitas fisik dan obesitas
berpengaruh besar dalam pengendalian kadar gula darah. Sebesar 55% pasien DM
dengan obesitass dan 80% dengan kegemukan. Manajemen penurunan berat badan
merupakan komponen utama yang efektif dalam pengendalian kadar gula darah pada
pasien DMT2. Aktivitas fisik umumnya dikaitkan diartikan sebagai gerak tubuh yang
ditimbulkan oleh otot-otot skeletal dan mengakibatkan pengeluaran energi (Gibney,
2009). Dalam hal ini olahraga adalah bagian yang penting dari manajemen diabetes
mellitus.
Olahraga merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes melitus.
Kegiatan sehari-hari atau aktivitas sehari-hari bukan termasuk dalam olahraga
meskipun dianjurkan untuk selalu aktif setiap hari. Manfaat olahraga bagi diabetesi
antara lain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan
memperbaiki sensitivitas insulin, meningkatkan penurunan kadar glukosa darah
sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah, mencegah kegemukan, ikut
beperan mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik, gangguan lipid
darah, peningkatan tekanan darah, akan mengurangi risiko penyakit jantung koroner
(PJK) dan meningkatkan kualitas hidup diabetisi dengan meningkatnya kemampuan
kerja dan juga memberikan keuntungan secara psikologis. Kegiatan sehari-hari
seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap
dilakukan.
Peran olahraga teratur pada pengaturan kadar glukosa darah pada DM tipe 1
masih kontroversial. Perbedaannya dengan tipe 2 adalah DM tipe 1 mempunyai kadar
insulin darah yang rendah akibat kurang atau tidak adanya produksi insulin oleh
pankreas. DM tipe 1 mudah mengalami hipoglikemia selama dan segera sesudah
berolahraga sebab hepar gagal untuk melepaskan glukosa sesuai dengan laju
kebutuhan. Meskipun didapatkan bahwa olahraga tidak begitu besar mempengaruhi
pada pengaturan kadar glukosa darah diabetisi tipe 1 akan tetapi didapatkan
keuntungan lain. Seperti diketahui risiko penyakit jantung, gangguan pembuluh
darah perifer dan saraf pada DM tipe 1 lebih tinggi. Dengan berolahraga diharapkan
akan mengurangi risiko tersebut.
Pada DM tipe 2, olahraga berperan utama dalam pengaturan kadar glukosa darah.
Produksi insulin umumnya tidak terganggu terutama pada awal menderita penyakit
ini.masalah utama pada DM tipe 2 adalah kurangnya respons reseptor terhadap
insulin (resistensi insulin). Pada saat berolahraga resistensi insulin bekurang,
sebaiknya sensitivitas insulin meningkat, hal ini menyebabkan kebutuhan insulin
pada diabetes tipe 2 akan berkurang. Respons ini hanya terjadi setiap kali
berolahraga, tidak merupakan efek yang menetap atau berlangsung lama, oleh karena
itu olahraga harus dilakukan terus  –   menerus dan teratur. Olahraga pada DM tipe
2 selain bermanfaat sebagai  pengaturan kadar glukosa darah juga bermanfaat untuk
menurunkan BB da lemak tubuh.
Prinsip olah raga pada DM sama saja dengan prinsip olahraga secara umum, yaitu,
dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45
menit, dengan total 150 menit perminggu. Jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari
berturut-turut. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum
berolahraga. Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dL pasien harus mengkonsumsi
karbohidrat terlebih dahulu dan bila >250 mg/dL dianjurkan untuk menunda
olahraga.
Olahraga yang dianjurkan berupa olahraga yang bersifat aerobik dengan intensitas
sedang (50- 70% denyut jantung maksimal). Jenis olah raga yang harus
diberikan adalah latihan yang harus berkesinambungan, dilakukan terus menerus
tanpa berhenti. Contoh : bila dipilih jogging 30 menit, maka selama 30 menit
pengidap melakukan jogging tanpa istirahat. Latihan olah raga harus dipilih yang
berirama, yaitu otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur. Contoh : latihan
ritmis adalah jalan kaki, jogging, berenang, bersepeda, mendayung. Latihan olah raga
yang dilakukan selang seling antara gerak cepat dan lambat. Misalnya, jalan cepat
diselingi jalan lambat, jogging diselingi jalan. Dengan kegiatan yang bergantian
pengidap dapat bernafas dengan lega tanpa menghentikan latihan sama sekali.
Latihan yang dilakukan harus berangsur-angsur dari sedikit ke latihan yang lebih
berat, secara bertahap. Jadi beban latihan olah raga dinaikan sedikit demi
sedikit sesuai dengan pencapaian latihan sebelumnya. Latihan daya tahan tubuh
memperbaiki system kardiovaskuler. Oleh karena itu sebelum ikut program latihan
olah raga, terhadap pengidap harus dilakukan pemeriksaan kardiovaskuler.
Untuk menentukan intensitas latihan dapat digunakan  Maximun Heart Rate 
(MHR) yaitu 222 - umur pasien. Setelah denyut MHR didapatkan,dapat ditentukan
Target Heart Rate (THR). Misalnya intensitas latihan yang diprogramkan bagi
diabetesi beusia 50 tahun sebesar 60% - 70% maka THR = 60% x (220-5-= 102.
Sedangkan THR 7-% adalah: 70% (220-50)- 119. Dengan demikian bila diabetesi
akan berolahraga denyut nadi sebaiknya berada diantara 102-119 kali/menit.
Langkah olahraga yang benar pertama-tama meliputi Pemanasan atau Warming
Up tujuannya agar Mengurangi kemungkinan terjadinya cedera akibat
berolahraga. Lama pemanasan cukup 5-10 menit. Kemudian melakukan Latihan Inti
atau Conditioning. Pada tahap ini denyut nadi di usahakan mencapai target tekanan
darah normal agar latihan benar-benar bermanfaat. Bila target normal tidak tercapai
maka latihan tidak bermanfaat, bila melebihi normal akan menimbulkan resiko yang
tidak diinginkan.
Selanjutnya melakukan Pendinginan atau Cooling-Down tujuannya untuk
mencegah terjadinya penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri
pada otot, pusing, sesudah berolah raga. Lama pendinginan kurang lebih 5-10
menit hingga denyut nadi mendekati denyut nadi istirahat. Yang terakhir melakukan
Peregangan atau Stretching Untuk melemaskan dan melenturkan otot-otot yang
masih teregang.
Pada penderita DM tanpa kontraindikasi (contoh: osteoartritis, hipertensi yang
tidak terkontrol, retinopati, nefropati) dianjurkan juga melakukan resistance training
(latihan beban) 2-3 kali/perminggu sesuai dengan petunjuk dokter. Olahraga
sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Intensitas olahraga
pada penyandang DM yang relatif sehat bisa ditingkatkan, sedangkan pada
penyandang DM yang disertai komplikasi intesitas latihan perlu dikurangi dan
disesuaikan dengan masing-masing individu.
Resiko berolahraga dan cara mencegahnya bagi klien diabetes yaitu, olahraga
dapat memperburuk kadar gula darah. Hal ini dapat terjadi jika dilakukannya
olahraga berat, latihan beban, dan olahraga kontak (tinju,yudo). Cara mencegahnya
sebaiknya olahraga yang dilakukan adalah jenis olahraga yang ringan, seperti
jogging, bersepeda. Hipoglikemia akibat olahraga dapat terjadi.
Cara mencegahnya jangan lupa monitor kadar gula darah dan siapkan makanan
kecil (permen). Dan hindarilah pemberian insulin dibagian tubuh yang aktif
(berikan insulin di abdomen atau perut), juga kurangi dosis insulin sebelum
berolahraga. Tanda-tanda hipoglikemia adalah wajah pucat, penurunan kesadaran.
Untuk menghindari hipoglikemia adalah sediakan makanan kecil seperti permen, roti
(sediaan karbohidrat). Resiko gangguan pada kaki. Sebaiknya pasien menggunakan
sepatu yang sesuai dan usahakan agar kaki selalu bersih serta kering. Hal ini
mencegah kaki klien dari luka pada saat olahraga. Dapat mengalami Komplikasi
jantung. Cara mnecegahnya sebelum melakukan program olahraga, periksa
kesehatan pasien terlebih dahulu, seperti pemeriksaan tekanan darah dan nadi.
Lakukan program olahraga individu secara berkelompok dan hindari olahraga yang
berat. Dapat mengalami cedera otot dan tulang. Selalu lakukan pemanasan
dan pendinginan, intensitas latihan ditingkatkan bertahap, serta hindari latihan
yang berlebihan.
Kunci utama manajemen diabetes melitus terletak pada tiga titik yang saling
berkaitan: pengendalian berat badan, olahraga, dan makan sehat. Bentuk
pengendalian ini dilakukan dengan menurunkan berat badan sedikit (5-7% dari total
berat) disertai dengan 30 olahraga, sambil makan bergizi secukupnya yang
sehat. Dengan demikian olahraga merupakan langkah penting bagi pendertia
diabetes melitus untuk meningkatkan kualitas hidupnya agar semakin membaik
dan mencegah timbulnya komplikasi baru atau memperparah keadaan komplikasi
diabetes dengan melakukan olahraga secara rutin.
DAFTAR PUSTAKA

FKUI. 2015. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Badan penerbit FKUI :


Jakarta

PERKENI. 2015. Konsensus  Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe


2 di  Indonesia. Jakarta: PERKENI http://pbperkeni.or.id/doc/konsensus.pdf (di
download pada tanggal 16 Agustus 2020)

Isfaizah. 2017. Metode Diet Dalam Pengendalian Kadar Gula Darah. http://e-
prosiding.unw.ac.id/index.php/snk/article/view/39 (diakes pada tanggal 16 Agustus
2020)

Anda mungkin juga menyukai