Anda di halaman 1dari 19

TUGAS JURNAL

EKSPLORASI PENGALAMAN KELUARGA DALAM PERAWATAN PASIEN


SKIZOFRENIA DI KALIMANTAN BARAT

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Oleh :
GUSNADI
P1337420921198

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
TAHUN 2022
1. Faktor yang mendukung kesehatan jiwa:
Cara perawatan yang diberikan oleh partisipan dalam penelitian ini adalah harus
pelan tidak boleh kasar yang berarti pemberian perawatan haruslah dengan
kelembutan. Makna yang dapat kita simpulkan dari kata tersebut adalah selama kita
merawat pasien dengan skizofrenia di rumah haruslah sabar dengan cara pelan-pelan
tidak boleh kasar karena, jika kita melakukan kekasaran kemungkinan besar yang
Sakan terjadi adalah penderita akan lebih kasar lagi kepada kita sebagai keluarganya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada beberapa partisipan didapatkan
bahwa partisipan mengetahui beberapa peran yang harus dilakukan keluarga dalam
merawat penderita, yaitu: menjaga penderita dengan baik, memberikan perhatian
lebih dan memberi dukungan kepada penderita, namun ada satu hal yang sangat
dipahami oleh keluarga adalah peran keluarga dalam menjaga kepatuhan minum obat
bagi penderita. Keluarga harus selalu mengontrol dan memberikan obat sesuai resep
yang sudah diberikan oleh pihak RSJ. Keluarga juga harus memahami bahwa minum
obat dalam waktu jangka panjang sangat dibutuhkan oleh penderita guna
mencegah kekambuhan. Pemberian aktivitas merupakan sesuatu yang sangat
penting untuk penderita, karena melalui aktivitas tersebut penderita dapat
berolahraga, pikiran bisa teralihkan ke hal yang lebih baik dan yang paling
dihindari adalah agar penderita tidak melamun. Pemberian aktivitas ini harus
dilakukan secara rutin kepada penderita, sehingga dituntut ketelatenan untuk
keluarga dalam memberikan dan mengarahkan aktivitas yang harus dilakukan
oleh penderita dalam sehari-hari.

2. Faktor yang menghambat kesehatan jiwa


Pada hasil penelitian, faktor yang menghambat yaitu jika cara kita merawat pasien
dengan cara yang kasar. Jika kita melakukan kekasaran kemungkinan besar yang
akan terjadi adalah penderita akan lebih kasar lagi kepada kita sebagai keluarganya.
Serta faktor yang menghambat kesehatan jiwa yaitu tidak patuh minum obat. Apabila
pasien tidak minum obat maka kesembuhan pasien akan terhambat. Serta sakit
skizofernia yang dialami oleh pasien akan kambuh kembali
EKSPLORASI PENGALAMAN KELUARGA DALAM
PERAWATAN PASIEN SKIZOFRENIA DI KALIMANTAN BARAT

(EXPLORATION OF FAMILY EXPERIENCE IN THE TREATMENT


OF SCHIZOPHRENIC PATIENTS IN WEST KALIMANTAN)

Fathur Mahali*, Djoko Priyono**, Ichsan Budiharto***

* Mahasiswa Prodi Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas


Tanjungpura, Pontianak mahalifathur15@gmail.com **Dosen Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, Pontianak djokopri07@gmail.com
***RSUD Dr. Soedarso, Pontianak Ichsanbudiharto@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Gangguan jiwa jenis skizofrenia merupakan penyakit jiwa


kronik yang berarti bisa pulih tetapi sangat berisiko tinggi untuk kambuh. Peran
keluarga sebagai caregiver sangat diperlukan karena keluarga memiliki
tanggungjawab dalam menangani dan memberikan perawatan secara langsung
kepada pasien skizofrenia dalam segala situasi.
Metode : Penelitian kualitatif deskriptif menggunakan metode wawancara in-
depth interview dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian dilakukan dengan 5
partisipan yang berperan sebagai caregiver bagi penderita skizofrenia di Kota
Singkawang. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Pernyataan
partisipan dicatat dengan menggunakan perekam suara, dan kemudian
ditranskipkan, dikodekan, ditafsirkan, dan dikategorikan, sehingga dapat
membentuk tema.
Hasil : Terdapat empat tema, yang pertama yaitu kasih sayang keluarga sebagai
kunci perawatan yang efektif yang terdiri dari 3 kategori yaitu kelembutan,
kontrol obat dan ketelatenan, tema yang kedua adalah upaya pencegahan
kekambuhan dengan pengenalan gejala awal skizofrenia yang terdiri dari 2
kategori yaitu gejala positif dan gejala negatif, tema yang ketiga adalah beban
psikologis yang dialami keluarga yang terdiri dari 2 kategori yaitu perasaan dan
tindakan dan tema yang keempat adalah koping keluarga terhadap stigma sosial.
Kesimpulan : Pengalaman keluarga sangat berarti dalam meningkatkan kualitas
hidup pasien skizofrenia dan untuk mengurangi resiko terjadinya kekambuhan.
Kasih sayang yang diberikan keluarga dalam merawat penderita ternyata
memberikan dampak yang sangat baik bagi penderita, karena dengan kasih sayang
itu dapat membuat penderita merasa lebih baik.
Kata kunci : skizofrenia, pengalaman keluarga, perawatan
ABSTRACT

Background: Schizophrenic type of mental disorder is a chronic mental illness


which means it can recover but has a very high risk for recurrence. The role of
the family as a caregiver is very necessary because the family has the
responsibility in handling and providing care directly to patients with
schizophrenia in all situations.
Method: Descriptive qualitative research used in-depth interview method with a
phenomenological approach. The study was conducted with 5 participants who
acted as caregivers for schizophrenics in Singkawang City. Sample taking used
purposive sampling. Participant statements are recorded using a voice recorder,
and then transcribed, coded, interpreted, and categorized, so they can form a
theme.
Results: There are four themes, the first is family affection as the key for effective
treatment which consists of 3 categories, namely softness, drug control and
patience, the second theme is prevention of recurrence by recognizing the initial
symptoms of schizophrenia which consists of 2 categories namely positive
symptoms and negative symptoms, the third theme is the psychological burden
experienced by the family which consists of 2 categories, namely feelings and
actions and the fourth theme is family coping with social stigma.
Conclusion: Family experience is very meaningful to improve the quality of life
for schizophrenic patients and to reduce the risk of recurrence. The affection
given by the family in treating the schizophrenics turns out to have a very good
impact on the sufferers, because with affection it can make schizophrenics feel
better.
Keywords: schizophrenia, family experience, treatment
PENDAHULUAN membuktikan bahwa banyaknya
masyarakat di Kalimantan Barat yang
Angka kekambuhan skizofrenia mengalami gangguan jiwa. Gangguan
yang terjadi berdasarkan hasil studi jiwa yang paling umum di jumpai
pendahuluan yang dilakukan di Rumah adalah dengan diagnosa skizofrenia².
Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Kalimantan Gangguan jiwa jenis skizofrenia
Barat didapatkan persentase ini merupakan penyakit jiwa kronik
kekambuhan yang terjadi pada tahun yang berarti bisa pulih tetapi sangat
2018 adalah sebesar 71,16 % dengan berisiko tinggi untuk kambuh kembali.
jumlah pasien yang disebut sebagai Kekambuhan yang terjadi pada pasien
pasien lama atau pasien yang sering dapat memberikan dampak buruk bagi
mengalami kekambuhan sebanyak beberapa pihak. Dampak buruk
1.034 orang, sedangkan pasien kekambuhan bagi keluarga yaitu
skizofrenia yang mendapatkan rawat menambah beban keluarga dari segi
inap di tahun 2018 adalah sebanyak biaya perawatan dan beban mental
1453 orang¹. karena anggapan negatif masyarakat
Pihak RSJ yang dipimpin oleh Pak kepada pasien, pasien sulit diterima
Suni selaku Direktur RSJ mengatakan oleh lingkungan atau masyarakat
bahwa umumnya pasien yang sekitar. RSJ juga akan terbebani
mendapatkan perawatan di RSJ adalah karena bertambahnya pasien yang
yang mengalami gangguan jiwa berat². dirawat 4,5.
Riskesdas (2017) mengatakan Keluarga yang menjadi caregiver
prevalensi gangguan jiwa sekitar 1% memiliki tanggung jawab penting
dari jumlah penduduk³. Hasil dalam proses perawatan di rumah
pengamatan ini didukung dengan sakit, persiapan pulang, dan perawatan
pernyataan dari Direktur RSJ di rumah (continum of care). Peran
Kalimantan Barat yang mengatakan keluarga sebagai caregiver sangat
bahwa : “Jika dilihat jumlah dari penting dalam menangani dan
penduduk Kalbar adalah sekitar 5 juta mencegah kekambuhan karena mereka
jiwa, dilihat dari indikator hasil riset bertanggung jawab memberikan
menyatakan bahwa ada sekitar 5.000 perawatan secara langsung kepada
penderita gangguan jiwa di Kalbar. pasien skizofrenia dalam segala situasi
5.000 penderita yang teridentifikasi (continuum of care)6,7,8.
gangguan jiwa ini, ada 10% yang Orang dengan skizofrenia tidak
memang perlu pengangan segera bisa menjalankan kehidupan sehari-
karena masuk pada gangguan jiwa hari secara mandiri karena mengalami
berat”². keterbatasan beraktivitas, berperilaku
Pihak RSJ mengatakan ada sekitar menyimpang, dan membutuhkan
2.000 masyarakat Kalbar yang sering bantuan hampir diseluruh kegiatan
berkunjung ke RSJ Kalbar, termasuk dalam hidupnya sehingga sangat
dengan pasien lama yang sudah datang memerlukan dukungan keluarga
berkali-kali. Catatan rekam medik di sebagai caregiver. Peran keluarga
RSJ sudah mencapai 6.000-an, hal ini sebagai caregiver sangat diperlukan
dalam menangani dan mencegah gejala pemahaman caregiver terkait
kekambuhan karena mereka perawatan pasien gangguan jiwa.
bertanggung jawab memberikan Anggota keluarga yang berperan
perawatan secara langsung kepada sebagai caregiver, tentunya
pasien skizofrenia dalam segala situasi mempunyai peran yang sangat sentral
(continuum of care) 9,10. agar dapat merawat pasien skizofrenia
Keluarga yang berperan sebagai di rumah dengan baik. Menurut
caregiver juga merupakan individu beberapa penelitian ditemukan
yang paling dekat dengan pasien beberapa faktor caregiver yang
skizofrenia, sehingga dapat berhubungan dengan kekambuhan
mengetahui kondisi pasien secara pasien skizofrenia antara lain faktor
keseluruhan dan dapat memberikan pengetahuan dan dukungan (support),
gambaran serta uraian terkait kondisi kualitas hidup dan peristiwa hidup
pasien sebelum dan sesudah yang penuh stress selama merawat
mengalami kekambuhan. Keluarga pasien 13,14.
juga berperan terhadap pengobatan dan
kesembuhan pasien gangguan jiwa. METODE
Jika tidak ada dukungan keluarga,
maka penderita tidak dapat berperan Metode penelitian yang digunakan
sesuai harapan lingkungannya, adalah metode penelitian kualitatif
sehingga apabila pasien dinyatakan dengan pendekatan fenomenologi.
sembuh dan kembali ke lingkungannya Partisipan dalam penelitian ini adalah
terutama keluarga akan kembali keluarga yang memberikan perawatan
dirawat dengan alasan perilakunya kepada penderita skziofrenia di rumah.
tidak diterima keluarga dan Partisipan dalam penelitian ini
lingkungannya. Semua itulah yang didapatkan sebanyak 5 orang. Teknik
menyebabkan perlunya edukasi kepada pengambilan sampel dalam penelitian
pihak keluarga terkait perawatan pada ini adalah teknik purposive sampling.
penderita skizofrenia agar terhindar Purposive sampling merupakan
dari resiko kekambuhan11,12. pemilihan partisipan berdasarkan
Keluarga juga berperan dalam maksud dan tujuan penelitian oleh
pengelolaan lingkungan sosial bagi peneliti. Teknik pengambilan data
pasien skizofrenia, karena lingkungan yang digunakan pada penelitian
sosial yang baik dan nyaman adalah kualitatif ini dimulai dengan
lingkungan yang sangat diperlukan menentukan kriteria inklusi, kemudian
oleh pasien yang telah dinyatakan sampel diseleksi dan ditetapkan.
pulih karena skizofrenia dengan Kriteria dalam penelitian ini anggota
harapan dapat kembali bersosialisasi keluarga yang memberikan perawatan
dan beraktivitas dengan baik seperti pada penderita di rumah. Pengumpulan
dulu. Namun yang menjadi data pada penelitian ini dengan
permasalahan saat ini adalah melakukan in depth interview dengan
kurangnya pengetahuan dan 5 partisipan. Wawancara yang
dilakukan pada partisipan dengan
tujuan untuk menganalisis dan P1 :” …yaa… harus pelan tidak boleh
mengeksplorasi pengalaman keluarga kasar”
dalam memberikan perawatan pada “…letakkan di tangannya setelah itu
penderita skziofrenia di rumah. suruh minum udah di masukkan ke
Analisa data yang digunakan dalam mulut, diperiksa lagi siapa tau ada di
penelitian ini terdiri dari 3 langkah bawah lidah tidak ditelan”
yang pertama yaitu abstraksi data “…beri dia aktivitas yang pastinya
adalah proses merangkum untuk itu membantu dirumah seperti menyapu,
maka perlu dicatat secara teliti dan mengepel, atau kegiatan lain yang bisa
rinci hasil dari wawancara (membuat mengalihkan penyakitnya”
transkip wawancara). Mengabstraksi
data berarti merangkum, memilih hal- P2 :”…biase sih memang harus nak
hal pokok, memfokuskan pada hal-hal pelan giye be ii, ndak boleh di bentak-
yang penting, pemberian coding, bentak ye harus nak pelan geye
mencari tema dan pola data yang merawatnye maklom lah urang
diperoleh. Kedua, interprestasi data gangguan jiwa giye harusnye, harus
yang merupakan penyajian data pelan, kasar die dah daan bise inyan
dengan menggunakan metode sekali geye”
deskriptif, yaitu menggambarkan “…biase saye barek ke tangannye
tema-tema yang sudah didapat dengan barok saye suruh pinum, tapi saye
bentuk tulisan. Ketiga, penarikan ndak jauh dari sie ade saye ngeliat
kesimpulan adalah dari data yang giye, biase kan… biase katenye
diperoleh, kemudian dikategorikan, perawat kan katenye pasien kan jak
dicari tema dan polanya kemudian rasenak aneh geye be biase ndak di
ditarik kesimpulannya telannye taroknye bawah lidah kan
barok di bilangnye udah di telan, jadi
HASIL saye bilang buka lidah di bukanye…
oo udah ditelan geye”
Penelitian ini dilaksanakan pada
“…ade sih, saye suruh tah eee…
bulan Mei sampai dengan Juli 2019.
maklomlah iii kite di sitok kan jak
Penelitian dilakukan pada 5 partisipan
daan kerje, kerje jak di pulau iee,
yang merupakan keluarga yang
kerjaan jak di pulau semue-semuenye.
memberikan perawatan kepada
Jadi saye suruh biasenye nyapu, ngape
penderita skziofrenia di rumah.
geye be nyapu bekemas-kemas geye
Penderita skziofrenia merupakan
lah bantu-bantu giye, paling giye lah
pasien rawat jalan di Rumah Sakit
nyuruh-nyuruh giye, tapi be pun die
Jiwa Provinsi Kalimantan Barat. Data
betol be maok die, tapi pun dah daan
diperoleh dari hasil wawancara sebagai
betol daan tedudok melamun geye jadi
berikut;
pun dah kite suruh sekali dua kali die
daan maok begerak udah biarkan ajak
Kasih Sayang Keluarga Sebagai
geye”
Kunci Perawatan yang Efektif
P3 :” …eee….kita harus sabar dengan
die, misalkan apa.. kalau kita keras
sama die die bakalan lebih keras “…suruh kerja apa gitu ye, misalnya
agek” nyapu lah gitu, cuci piring kalau lagi
‘…di kasihkan jak lah tiap habis die mood nya bagus maok die”
makan, terus ditanya udah makan obat Tema ini disusun berdasarkan
ke belum” adanya sub kategori kelembutan,
“…kakak kasik kegiatan cuci piring, kontrol obat dan ketelatenan keluarga
nyapu, ngepel” dalam memberikan perawatan pada
P4 :”...ya biasa sih eee.. tidak boleh penderita skizofrenia di rumah.
kasar pelan-pelan memberitahu dia Pernyataan partisipan di atas mengenai
dan harus memberikan memberikan cara memberikan perawatan pada
masukan yang bermanfaat untuk dia” penderita skizofrenia di rumah
“…cara memberikan obat kepada haruslah dengan kelembutan, dengan
mereka yaitu pertama-tama obat artian harus pelan tidak boleh kasar.
dibuka dari plastiknya setelah itu Selain itu keluarga juga harus
memberikan ke tangannya setelah itu melakukan pengontrolan dalam
menyuruh dia minum, untuk pemberian obat dengan maksud
memastikan obat itu udah ditelan atau keluarga dapat memastikan penderita
belum disuruh buka mulut naekkan skizofrenia memang benar-benar
keluarkan lidahnya dan di angkat naik meminum obat tersebut di waktu yang
lidah jadi dibawah itu kadang ada tepat, serta ketelatenan keluarga dalam
yang menyembunyikan di bawah lidah mengarahkan dan memberikan
akhirnya obat itu tidak ditelan” aktivitas kepada penderita skziofrenia
“…berusaha untuk mengurangi beban agar penderita dapat berolahraga dan
fikirannya yang digunakan misalnya mendapatkan pengalihan perhatian
itu mengalihkan perhatiannya, sehingga penderita tidak melamun.
biasanya dibawa nonton tv atau
menyapu dan mengepel menyiram Upaya Pencegahan Kekambuhan
bunga” dengan Pengenalan Gejala Awal
P5 :”…itu kan kadang die kan mau Skizofrenia
lawan gitu ya misalnya kita juga ya
gimana ya namanya juga orang gitu P1 :”…biasenye eee…pandangan ma-
kadang juga suara kita agak keras ta tajam, susah disuruh, tidak menurut
juga kan kita dari pertama kan kita kalau disuruh”
ngomong sama dia misalnya kan P2 :”…geyelah die dah mule
gimana gimana gitu banding- melamun, pun dah melamun die kite
bandingkan sama orang gitu ya, saat tegurek ee daan maok bunyi aaa dah
kita ngomong gitu kadang di dengar mulai dah die ye, makan pun kurang
tapi kadang ndak bisa di tanggapi” kadang sehari be ndak makan sama
“…iyelah ketangannya gitu biasa, sekali, pun jak sehat tetap teratur die
pernah juga dulu kan sering ndak mau pagi tetap makan siang makan malam
makan obat kita masukkan ke ape, pun daan makan ngopiii tolen
mulutnya juga pernah” sehari hari empat lima kali enak kali
ngopi”
P3 :”…menyendiri di kamar ndak orang dipukul apa itu tidak” ”
maok keluar-keluar, di suruh ndak kadang kite pun agak kasar dikit dari
maok habis itu moodnye ndak stabil segi komunikasi tapi kalau istilahnye
suke nak marah kalau disuruh suke secara tindakan tidak ada yang kasar”
nak bantah, terus di ajak ngomong P5 :”…perasaan saya sih ya gimana
kadang ndak nyambung” lah ya namanya anak kita, kita juga
P4 :”...ooh, mengenali... jadi kalau merasa sedih”
seperti mereka ni kadang kalau Tema ini memiliki sub kategori
kambuh itu bingung kalau di kasih tau yang tergabung dalam sebuah
misalnye sapu di ruang tamu tapi tidak pernyataan yang diberikan oleh
didulikan kadang ditempat lain yang partisipan yaitu perasaan dan tindakan.
disapu bingung, kadang senyum Pernyataan pasrtisipan di atas
sendiri tertawa sendiri eee.. sulit untuk menggambarkan beban psikologi yang
mandi itu dia kalau mudah kambuh” dialami oleh partisipan. Partisipan
P5 :”…kadang mau pukul orang, mengatakan bahwa perasaan yang
…lalu dia tidak mau minum obatnya” dialami partisipan berubah-ubah
Tema ini memiliki sub kategori kadang sedih, dan kasian terkadang
yang tergabung dalam sebuah juga emosi dan jengkel. Selain itu
pernyataan yang diberikan oleh partisipan juga mengatakan bahwa
partisipan yaitu gejala positif dan partisipan kadang juga agak kasar
gejala negatif dari kekambuhan kepada penderita namun dalam segi
skziofrenia. Pernyataan partisipan di komunikasi bahkan pernah merasa
atas merupakan pengetahuan keluarga sudah tidak mampu lagi untuk
dalam mengenali dan mengetahui menjaganya.
gejala awal dari kekambuhan yang
terjadi pada penderita skziofrenia. Koping Keluarga Terhadap Stigma
Sosial
Beban Psikologis yang Dialami
Keluarga P1 :”…misalnya keluargamu ada
seperti itu di olok-olok gimana
P1 :”…ya harus sabar eee”, “Iya perasaanmu, malu ndak. Akhirnya dia
kalau misalnya dia apa…agak bingung tidak ada melakukan seperti itu lagi”
kadang kita juga terpengaruh kadang P3 :” …kembali lagi kan udah
juga agak emosi” takdirnya kan dia seperti itu yaa
P2 :”…rase sedih ade juak rase geram terima sajalah”
ade juak rase giye kan namenye kite” P4 :” ...perasaan kami sebagai
P3 :”…sedih ade gak pas die agek keluarga ya memberikan pengertian
kambuh, jengkel ade gak rase ndak kepada orang yang mengolok-olok die
mampu ape buat jagenye” bahwa terjadi seperti itu bukan
P4 :”...cuma kadang kita agak emosi kemauan mereka kepada siapapun itu
juga rasanya tapi walaupun emosi tapi bisa terjadi, nah jadi tolong jangan di
bukan sekasar yang biasa dilakukan olok-olok dia misalnya kalau anda
mengalami apa yang dia alami
bagaimana perasaan anda jika di hina lebih dan memberi dukungan kepada
oleh masyarakat, menerima penderita, namun ada satu hal yang
akhirnya..” sangat dipahami oleh keluarga adalah
Tema ini tidak memiliki sub peran keluarga dalam menjaga
kategori. Pernyataan yang di atas kepatuhan minum obat bagi penderita.
merupakan cara keluarga dalam Keluarga harus selalu mengontrol dan
menerapkan koping terhadap stigma memberikan obat sesuai resep yang
sosial yang diberikan masyarakat sudah diberikan oleh pihak RSJ.
kepada penderita. Keluarga juga harus memahami bahwa
minum obat dalam waktu jangka
PEMBAHASAN panjang sangat dibutuhkan oleh
penderita guna mencegah
Kasih Sayang Keluarga Sebagai kekambuhan.
Kunci Perawatan yang Efektif Penelitian lain juga dilakukan oleh
Emsley, Chiliza, Asmal dan Harvey
Cara perawatan yang diberikan (2013) mengatakan bahwa angka
oleh partisipan dalam penelitian ini kekambuhan akan sangat tinggi jika
adalah harus pelan tidak boleh kasar pemberian obat tidak dilakukan
yang berarti pemberian perawatan dengan rutin atau bahkan dihentikan.
haruslah dengan kelembutan. Makna Selain itu pemberian obat dengan
yang dapat kita simpulkan dari kata jangka waktu yang lama sebelum
tersebut adalah selama kita merawat penghentian tidak mengurangi resiko
pasien dengan skizofrenia di rumah kambuh6. Penelitian Kaunang, Kanine
haruslah sabar dengan cara pelan-pelan dan Kallo (2015) juga mengatakan
tidak boleh kasar karena, jika kita bahwa pada penderita skizofrenia yang
melakukan kekasaran kemungkinan sudah keluar dari rumah sakit, tugas
besar yang akan terjadi adalah perawat digantikan oleh keluarga.
penderita akan lebih kasar lagi kepada Keluarga yang harus selalu mengawasi
kita sebagai keluarganya. Penelitian dan memastikan penderita minum obat
yang dilakukan oleh Fadil dan Mitra dengan teratur serta membawa
(2013) mendapatkan hasil tentang cara penderita untuk selalu kontrol ke
pemberian perawatan yang dilakukan poliklinik. Dampak yang akan terjadi
oleh keluarga direkomendasikan untuk jika penderita tidak rutin minum obat
tidak menghadapi penderita dengan adalah kekambuhan16.
kasar karena bisa menyebabkan Penelitian yang dilakukan Dewi,
kondisi penderita semakin buruk15. Pratiwi & Dewi (2016) mendapatkan
Berdasarkan hasil penelitian yang hasil bahwa keluarga merupakan
dilakukan pada beberapa partisipan pemberi perawatan utama atau care-
didapatkan bahwa partisipan giver untuk mengambil keputusan
mengetahui beberapa peran yang harus terhadap pengobatan dengan
dilakukan keluarga dalam merawat membawa pasien berobat ke Rumah
penderita, yaitu: menjaga penderita Sakit ataupun ke puskesmas terdekat
dengan baik, memberikan perhatian sebagai upaya penyembuhan sehingga
dapat mengurangi resiko kekambuhan melakukan aktivitas ini akan membuat
pada penderita17. penderita merasa telah meningkatkan
Berdasarkan hasil penelitian dan harga diri mereka dan membantu
observasi yang dilakukan, partisipan mereka merasa bahwa mereka dapat
mengatakan bahwa partisipan selalu menyumbangkan sesuatu kepada
mempersiapkan dan selalu mengawasi keluarga atau masyarakat7.
penderita saat minum obat agar Upaya Pencegahan Kekambuhan
penderita tepat waktu minumnya, dengan Pengenalan Gejala Awal
selain itu juga partisipan mengatakan Skizofrenia
bahwa partisipan selalu memberikan
aktivitas ringan seperti menyapu, cuci Kekambuhan merupakan sesuatu
piring dan lain-lain kepada penderita yang sangat erat dengan penyakit
agar penderita bisa menjadi lebih baik. skizofrenia. Seorang penderita dengan
Pemberian aktivitas merupakan skzifrenia yang sudah dikatakan pulih
sesuatu yang sangat penting untuk akan berisiko tinggi untuk mengalami
penderita, karena melalui aktivitas kekambuhan. Kekambuhan yang
tersebut penderita dapat berolahraga, terjadi disebabkan oleh banyak hal
pikiran bisa teralihkan ke hal yang seperti dukungan keluarga, kepatuhan
lebih baik dan yang paling dihindari dalam minum obat serta lingkungan.
adalah agar penderita tidak melamun. Berdasarkan hasil penelitan
Pemberian aktivitas ini harus didapatkan bahwa kekambuhan
dilakukan secara rutin kepada merupakan memburuknya keadaan
penderita, sehingga dituntut penderita dari. Penderita yang
ketelatenan untuk keluarga dalam mengalami kekambuhan akan
memberikan dan mengarahkan mununjukkan tingkah yang sama
aktivitas yang harus dilakukan oleh seperti tingkah yang aneh seperti
penderita dalam sehari-hari. Hal ini sebelumnya atau bahkan bisa
selaras dengan penelitian yang menunjukkan tingkah yang lebih parah
dilakukan oleh Hastuti dan Rohmat dari sebelumnya. Partisipan
(2018) yang mendapatkan hasil bahwa mengatakan bahwa sebagian besar
pemberian aktivitas memang sangat kekambuhan dapat terjadi karena
diperlukan bagi penderita skizofrenia penderita tidak mengkonsumsi obat
dalam pemberian keperawatan dengan yang telah diberikan oleh pihak
tujuan untuk meningkatkan Rumah Sakit Jiwa. Saat penderita
kemandirian penderita agar tidak mengalami kekambuhan keluarga
selalu bergantung dengan orang lain18. masih belum terlalu memahami
Penelitian lain yang dilakukan tentang cara penanganannya, keluarga
oleh Saria, Outwater, dan Malima hanya mengetahui cara penangannya
(2014) mengatakan bahwa penderita dengan diberikan obat dan langsung
skizofrenia harus diberi aktivitas atau dibawa ke RSJ kembali. Hal ini
pekerjaan agar penderita terlihat sibuk disebabkan karena pengalaman masih
dan tidak memikirkan penyakit mental belum mumpuni sehingga
yang dideritanya, selain itu dengan menyebabkan keluarga kebingungan
jika dihadapkan dalam kondisi seperti tingkat pengetahuan keluarga tentang
itu. skizofrenia, maka semakin berkurang
Keluarga yang menjadi caregiver frekuensi kekambuhan yang akan
bagi penderita harus mampu terjadi, begitu juga sebaliknya semakin
mengenali jika terjadi kekambuhan rendah tingkat pengetahuan keluarga
pada penderita, karena dengan maka semakin tinggi frekuensi
keluarga bisa mengenali kekambuhan kekambuhan yang akan terjadi21.
pada penderita, keluarga bisa Penelitian yang dilakukan oleh
menentukan tindakan selanjutnya yang Agustina dan Handayani (2017)
harus dilakukan. Hal ini sesuai dengan tentang Kemampuan Keluarga Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Azwar Merawat Pasien Skizofrenia dengan
(2011), mengatakan bahwa informasi Halusinasi mendapatkan hasil bahwa
atau pengetahuan berpengaruh besar pengetahuan tentang perawatan
dalam perawatan sehingga bisa skizofrenia memiliki hubungan dengan
memunculkan opini dan kepercayaan frekuensi terjadinya kekambuhan pada
pada keluarga, karena informasi yang penderita skizofrenia22.
didapat akan mempermudah seseorang
untuk mempersepsikannya sehingga Beban Psikologis yang Dialami
dapat dinilai secara langsung dari isi Keluarga
informasi tersebut hingga terwujud
dalam suatu tindakan19. Partisipan mengatakan merasa
Penelitian yang dilakukan oleh sedih dan kasian selama merawat
Hayani, Elita, & Hasanah (2012) merawat penderita, perasaan sedih ini
mengatakan bahwa pengetahuan disebabkan karena melihat keadaan
tentunya sangat berperan penting, penderita yang sangat
karena dengan memiliki pengetahuan memprihatinkan. Kondisi penderita
yang baik mengenai skizofrenia, yang mengalami skziofrenia terlihat
keluarga bisa memutuskan sikap apa bermacam-macam, ada yang
yang dapat dilakukan untuk mengatasi mengalami defisit perawatan diri
masalah kesehatan yang diderita oleh sehingga terlihat sedikit kotor dan bau,
penderita skizofrenia, selain itu ada yang suka berteriak-teriak dan
pengetahuan keluarga dalam bahkan ada yang mengeluarkan
mengenali kekambuhan pada pasien ekspresi ketakutan.
skizofrenia juga akan bisa Perasaan sedih yang dialami
meningkatkan kemampuan keluarga partisipan tersebut kadang harus
dalam merawat penderita sehingga dimiliki oleh keluarga selaku
kemampuan kambuh dapat dicegah20. caregiver, karena dengan adanya
Pengetahuan tentang perawatan perasaan sedih atau empati terhadap
skizofrenia ini menjadi salah satu keadaan penderita akan mendorong
faktor yang dapat menyebabkan partisipan untuk memberikan
kekambuhan. Penelitian yang perawatan dengan sabar. Selain itu
dilakukan oleh Yaqin (2015) dengan adanya empati dari keluarga
mengatakan bahwa semakin tinggi dapat memberikan motivasi tersendiri
kepada keluarga untuk bisa penderita skizofrenia tidak dipungkiri
memberikan perawatan dengan sebaik akan mengalami rasa bosan dan jenuh
mungkin, namun selain dari perasaan atau bahkan merasa emosi, marah-
sedih kadang juga timbul sifat jengkel, marah, kesal dan jengkel karena
emosi dan marah-marah dalam tingkah atau respon yang diberikan
memberikan perawatan kepada oleh penderita susah untuk dikontrol
penderita. Perasaan tersebut muncul dan diarahkan17. Selain itu penelitian
karena tingkah penderita yang kadang yang dilakukan oleh Kartika, Wiarsih
sulit untuk diarahkan, biasanya & Permatasari (2015) dengan judul
penderita melakukan perlawanan penelitian “Pengalaman Keluarga
sehingga membuat keluarga menjadi dalam Merawat Penderita Sakit
emosi. Kronis” mendapatkan hasil bahwa
Kondisi psikologis keluarga juga kondisi psikologis keluarga yang
sangat menentukan penderita akan menjadi caregiver akan mengalami
sembuh atau bahkan mengalami perubahan, kadang akan merasa sedih,
kekambuhan. Penelitian yang takut, emosi dan bahkan marah serta
dilakukan oleh Khaira dan Zulfitra respons psikologis lain adalah
(2017) mendapatkan hasil bahwa perasaan menerima sebagai hasil dari
kondisi psikologis keluarga yang respons adaptasi24.
buruk akan menyebabkan kondisi Penelitian yang dilakukan oleh
penderita akan semakin cepat Fadli dan Mitra (2013) mengatakan
mengalami kekambuhan, semua ini bahwa pasien skizofrenia yang tinggal
disebabkan karena disaat ekspresi dalam lingkungan keluarga dengan
emosi keluarga yang tinggi akan ekspresi emosi yang kuat (highly
memberikan tekanan kepada penderita expressed emotion) atau gaya afektif
sehingga membuat kondisi kesehatan negatif secara signifikan lebih sering
akan memburuk23. mengalami kekambuhan dibandingkan
Perawatan pada penderita dengan yang tinggal dalam lingkungan
skizofrenia diperlukan waktu yang keluarga dengan ekspresi emosi yang
sangat lama, sehingga tidak menutup rendah (low expressed emotion) atau
kemungkinan keluarga yang berperan gaya afektif yang normal. Keluarga
sebagai caregiver akan merasa bosan memperlihatkan emosi yang
dan jenuh, sementara itu partisipan diekspresikan secara berlebih,
juga pernah emosi atau marah-marah misalnya klien sering diomeli atau
serta rasa jengkel atau kesal terhadap dikekang dengan aturan yang
pasien dikarenakan selama perawatan berlebihan, kemungkinan pasien untuk
pasien tidak kooperatif selama kambuh akan semakin besar15.
menjalani perawatan yang dilakukan Kondisi psikologis keluarga juga
oleh keluarga. akan memberikan pengaruh terhadap
Hal ini selaras dengan penelitian kualitas perawatan yang diberikan
yang dilakukan oleh Dewi, Pratiwi & keluarga kepada penderita, karena
Dewi (2016) yang mendapatkan hasil disaat kondisi psikologis keluarga
bahwa keluarga yang merawat dalam keadaan yang stabil maka
kualitas pelayanan yang akan skizofrenia saja, namun bahkan ke
diberikan juga akan optimal, begitu seluruh anggota keluarga sehingga
juga sebaliknya jika kondisi psikologis yang ditakutkan anggota keluarga yang
keluarga dalam keadaan yang buruk menjadi caregiver akan mengalami
maka akan menurunkan kualitas tekanan dan bisa mengalami stress
perawatan kepada penderita, sehingga karena stigma sosial.
akan meningkatkan resiko Stigma sosial yang buruk akan
kekambuhan pada penderita menyebabkan keluarga menjadi malu
skizofrenia. karena keberadaan anggota keluarga
Keluarga yang memberikan yang mengalami skziofrenia. Perasaan
perawatan kepada penderita malu yang dialami oleh keluarga
skziofrenia akan memiliki ketahanan sebagai caregiver akan menyebabkan
psikis terhadap suatu kondisi yang kemunduran perawatan bagi penderita
sama. Hal ini selaras dengan penelitian skzifrenia, oleh karena itu penelitian
yang dilakukan oleh Summerville and yang dilakukan oleh Nasriati (2017)
Atherley (2012) dalam jurnalnya mengatakan bahwa keluarga harus
berjudul Hope for family caregivers memiliki koping yang baik terhadap
caring for family members with keadaan yang dialami, karena jika
schizophrenia: Adiscussion keluarga mengalami koping yang baik
mendapatkan hasil bahwa anggota maka hal tersebut akan meningkatkan
keluarga yang merawat penderita kualitas pelayanan pada penderita
skziofrenia yang tidak kunjung pulih skizofrenia. Namun, jika koping
akan memiliki ketahanan karena keluarga buruk terhadap stigma yang
adanya harapan yang kuat dalam diri berlaku maka akan menyebabkan
mereka untuk kesembuhan penderita hambatan bagi keluarga dalam
sehingga keluarga selalu melakukan memberikan perawatan kepada
apa yang memang menjadi cara penderita skziofrenia di rumah seperti
mengatasi skziofrenia melalui edukasi keterlambatan dalam pengobatan26.
yang diberikan oleh tenaga Berdasarkan hasil penelitian yang
kesehatan .
25
dilakukan pada semua partisipan
didapatkan bahwa sebagian besar
Koping Keluarga Terhadap Stigma awalnya partisipan selaku pihak
Sosial keluarga merasa malu karena
mempunyai keluarga yang mengalami
Stigma sosial merupakan skziofrenia, sehingga berpengaruh
lingkungan yang sangat berpengaruh dalam proses perawatan yang
terhadap kesembuhan penderita selain diberikan keluarga. Namun, semua itu
dari dukungan keluarga. Stigma sosial tidak berlangsung lama seperti yang
ini bahkan menjadi salah satu faktor disebutkan oleh partisipan 5 bahwa
yang dapat menyebabkan terjadinya beliau awalnya malu karena
kekambuhan dikarenakan stigma sosial mempunyai anak dengan skizofrenia,
yang negatif. Stigma sosial ini bukan semakin lama beliau tidak merasa
hanya berdampak ke penderita malu lagi karena beliau mengetahui
bahwa banyak orang diluar sana yang lingkungan sekitar keluarga sudah
mengalami skziofrenia, bahkan ada mengetahui serta memahami mengenai
tetangga partisipan yang anaknya juga penyakit yang diderita pasien sehingga
mengalami skizofrenia, dikarenakan lingkungan merasa dapat menerima hal
mereka mengalami kondisi dan peran tersebut. Selama merawat keluarga
yang sama sebagai caregiver, maka mengalami perubahan pada spiritual
mereka saling berbagi informasi terkait mereka, pada dasarnya beban fisik
cara perawatan penderita skziofrenia. maupun emosional dapat dirasakan
Penelitian yang dilakukan oleh oleh setiap caregiver, namun karena
Wijanarko dan Ediati (2016) yang sikap penerimaan diri yang keyakinan
mendapatkan hasil bahwa masalah kesembuhan yang dimiliki oleh
yang akan ditemui pihak keluarga keluarga dapat mengatasi setiap proses
dalam merawat pasien skzifrenia kehidupan selama merawat penderita
adalah respon masyarakat. Keluarga skziofrenia.
akan merasa malu karena memiliki Hal ini selaras dengan penelitian
anggota keluarga yang mengalami yang dilakukan oleh Maghfiroh dan
skziofrenia, sehingga memungkinkan Khamida (2015) yang mendapatkan
keluarga untuk mengalami kondisi hasil bahwa jika penderita mampu
psikologis yang buruk. Hal ini berarti berinteraksi secara baik maka akan
keluarga harus menerima penderita bermanfaat bagi diri sendiri ataupun
sebagai anggota keluarganya sehingga orang lain. Interaksi sosial
keluarga bisa menciptakan lingkungan bermasyarakat bagi penderita dapat
yang baik bagi penderita27. membantu dalam meningkatkan
Pengaruh lingkungan atau stigma hubungan sosial di lingkungan sekitar
sosial selaras dengan penelitian yang rumah sehingga bisa memunculkan
dilakukan oleh Setsuko (2012) yang stigma yang positif bagi penderita29.
menyebutkan bahwa stigma yang
diperoleh keluarga dengan skizofrenia SIMPULAN DAN SARAN
adalah adanya penolakan terhadap
masyarakat sekitar, lingkungan sekitar Berdasarkan hasil penelitian yang
menganggap pasien skizofrenia itu dilakukan didapatkan 4 tema yang
berbahaya sehingga mereka memilih menjadi titik perhatian peneliti, yaitu
untuk menghindarinya, bahkan tidak kasih sayang keluarga sebagai kunci
ingin berada dalam satu lingkungan perawatan yang efektif yang terdiri
dengan keluarga yang memiliki dari 3 kategori yaitu kelembutan,
anggota keluarga yang menderita kontrol obat dan ketelatenan, tema
skizofrenia28. yang kedua adalah upaya pencegahan
Berdasarkan hasil penelitian yang kekambuhan dengan pengenalan gejala
dilakukan partisipan mengaku bahwa awal skizofrenia yang terdiri dari 2
lingkungan sekitar sudah cukup kategori yaitu gejala positif dan gejala
kooperatif, sehingga mereka merasa negatif, tema yang ketiga adalah beban
diterima dan tidak dikucilkan, hal psikologis yang dialami keluarga yang
tersebut dapat terjadi karena terdiri dari 2 kategori yaitu perasaan
dan tindakan dan tema yang keempat kepada penderita dengan baik dan
adalah koping keluarga terhadap benar di rumah, sehingga resiko
stigma sosial. Pengalaman keluarga kekambuhan bisa dicegah, untuk
sangat berarti dalam meningkatkan menjaga kondisi kesehatan penderita
kualitas hidup pasien skizofrenia dan diharapkan perawat, puskesmas dan
untuk mengurangi resiko terjadinya keluarga untuk selalu mengawasi dan
kekambuhan. Kasih sayang yang memberikan perawatan kepada
diberikan keluarga dalam merawat penderita skizofrenia.
penderita ternyata memberikan
dampak yang sangat baik bagi DAFTAR PUSTAKA
penderita, karena dengan kasih sayang
itu dapat membuat penderita merasa 1. DINKES. Profil Kesehatan
lebih baik. Provinsi Kalimantan Barat Tahun
Penelitian selanjutnya diharapkan 2016. Pontianak: Dinas Kesehatan.
perlu melakukan penelitian lebih lanjut 2016
baik penelitian kualitatif maupun 2. Melano, R. K. Pasien Sakit Jiwa di
kuantitatif dengan tujuan untuk Kalimantan Barat Capai 5 Ribu
menggali secara lebih mendalam Orang. Singkawang: Tribun
tentang pengalaman keluarga. Peneliti Pontianak. 2018.
selanjutnya diharapkan dapat 3. Riset Kesehatan Dasar. Hasil
melakukan penelitian dengan Utama Riskesdas 2018.
menggunakan metode FGD (Forum Kementerian Kesehatan Badan
Group Discussion) agar partisipan bisa Penelitian dan Pengembangan
lebih enak dalam sharing Kesehatan. 2018.
pengalamannya dalam merawat 4. Taufik, Y. Hubungan Dukungan
anggota keluarga yang mengalami Keluarga dengan Tingkat
skziofrenia. Peneliti yang Kekambuhan pada Pasien
menggunakan penelitian kualitatif Skizofrenia di Poliklinik Rumah
dengan metode in-depth interview Sakit Jiwa Grhasia DIY. Jurnal
diharapkan agar lebih sering melatih Keperawatan Yogyakarta. 2014.
diri untuk melakukan wawancara, 5. Haque, A. A., Kamal, A. K., Laila,
sehingga dapat mengurangi kekakuan Z. D., Laila, L., Ahmed, H. U., &
pada saat pengambilan data dan dapat Khan, N. M. Factor Associated
menggali infomasi lebih banyak dan with Relaps of Schizophrenia. Bang
lebih dalam lagi. J Psychiatry. 2017, 59-63.
Pemberian informasi dan edukasi 6. Emsley, R., Chiliza, B., Asmal, L.,
kepada keluarga tentang bagaimana & Harvey, B. H. The Nature of
cara merawat anggota yang mengalami Relaps in Schizophrenia. BMC
skziofrenia di rumah merupakan Psychiatry. 2013, 1-8.
sesuatu yang wajib dilakukan oleh 7. Sariah, A. E., Outwater, A. H., &
perawat atau tenaga kesehatan lainnya Malima, K. I. Risk and Protective
terutama keperawatan jiwa, agar Factors for Relaps Among
keluarga dapat memberikan perawatan Individuals with Schizophrenia: A
Qualitative Study in Dar es Salaam, Skizofrenia. Jurnal Kesehatan
Tanzania. BMC Psychiatry. 2014, Masyarakat Nasional. 2013, 466-
1-12. 470.
8. Ulia, A. Analisis Faktor-faktor yang 16. Kaunang, I., Kanine, E., & Kallo,
Berhubungan dengan Kekambuhan V. Hubungan Kepatuhan Minum
Klien Skizofrenia di Wilayah Kerja Obat dengan Prevalensi
Puskesmas Kumun Debai Kota Kekambuhan pada Pasien
Sungai Penuh Jambi. Jurnal Skizofrenia Yang Berobat Jalan di
Universitas Andalas. 2016. Ruang Poliklinik Jiwa Rumah Sakit
9. Gitasari, N., & Savira, S. I. Prof Dr. V. L. Ratumbuysang
Pengalaman Family Caregiver Manado. Ejournal Keperawatan.
Orang Dengan Skizofrenia . 2015, 1-7.
Character. 2015, 1-8. 17. Dewi, E. P., Pratiwi, A., & Dewi, E.
10. Ayudia, L., & Nawangsih, E. Studi Pengalaman Keluarga Dalam
Deskriptif Kualitas Hidup pada Merawat Pasien Skizofrenia Tak
Caregiver Pasien Orang dengan Terorganisir Di Rumah Sakit Jiwa
Skizofrenia di RSUD Soreang. Daerah Surakarta. Publikasi Ilmiah.
Prosiding Psikologi. 2017, 468- 2016, 1-13.
474. 18. Hastuti, R. Y., & Rohmat, B.
11. Farkhah, L., Suryani, & Hernawati, Pengaruh Pelaksanaan Jadwal
T. Faktor Caregiver dan Harian Perawatan Diri Terhadap
Kekambuhan Klien Skizofrenia. Tingkat Kemandirian Merawat Diri
JKP. 2017, 37-4 Pada Pasien Skizofrenia Di Rsjd
12. Sari, F. S. Dukungan Keluarga Dr. Rm Soedjarwadi Provinsi Jawa
Dengan Kekambuhan Pada Pasien Tengah. GASTER. 2018, 177-190.
Skizofrenia. Jurnal Pembangunan 19. Azwar, S. Penyusunan Skala
Negeri. 2017, 1-18. Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
13. Rafiah, I., & Sutharangsee, W. Pelajar, 2011.
Review: Burden on Family 20. Hayani, L., Elita, V., & Hasanah,
Caregivers Caring for Patients with O. Gambaran Pengetahuan
Schizophrenia and Its Related Keluarga Tentang Cara Merawat
Factors. Nurse Media Journal of Pasien Halusinasi Di Rumah. Prodi
Nursing. 2011, 29-41. Keperawatan Universitas Riau.
14. Felicia, G. Self-Assessment of 2012, 1-6.
Functional Ability in 21. Yaqin, T. F., Widodo, A., &
Schizophrenia: Milestone
Zulaicha, E. Hubungan
Achievement and Its Relationship to
Accuracy of Self-Evaluation. Pengetahuan Keluarga Tentang
Psychiatry Reseacrh, doi: Tanda Dan Gejalskizofrenia
10.1016/j.psychres.2013.02.035 Paranoid Dengan Upaya Mencegah
15. Fadli, S. M., & Mitra. Pengetahuan Kekambuhan Pasien Di Rsjd
dan Ekspresi Emosi Keluarga serta Surakarta. 2015, 1-17.
Frekuensi Kekambuhan Penderita
22. Agustina, N. W., & Handayani, S. 26. Nasriati, R. Stigma Dan Dukungan
Kemampuan Keluarga Dalam Keluarga Dalam Merawat Orang
Merawat Pasien Skizofrenia Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
Dengan Gejala Halusinasi . Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan.
URECOL. 2017, 439-444. 2017, 56-65.
23. Khaira, N., & Zulfitra, D. Pengaruh 27. Wijanarko, A., & Ediati, A.
Dukungan Keluarga Terhadap
Penerimaan Diri Pada Orangtua
Kekambuhan Pasien Gangguan
Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Yang Memiliki Anak Skizofrenia .
Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur. Jurnal Empati. 2016, 424-429
2017, 42-56. 28. Setsuko, H. Family Caregivers of
24. Kartika, A. W., Wiarsih, W., & People with Schizophrenia in East
Permatasari, H. Pengalaman Asian Countries,Schizophrenia in
Keluarga Dalam Merawat Penderita the 21st Century. InTech. 2012.
Sakit Kronis. Jurnal Keperawatan
29. Maghfiroh, L., & Khamida. Peran
Indonesia. 2015, 51-58.
Keluarga Dalam Peningkatan
25. Summervile, C. a. Hope For Family
Kemampuan Interaksi Sosial
Caregivers Caring For Family
Bermasyarakat Klien Skizofrenia
Members With Schizophrenia: A
Pasca Perawatan Di Rumah Sakit.
Discussion, 2012.
Jurnal Ilmiah Kesehatan. 2015,
104-113

Anda mungkin juga menyukai