Anda di halaman 1dari 3

NAMA: GUSNADI

NIM: P1337420921198
ASAL INSTITUSI: POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
PRODI: PROFESI NERS
TUGAS: PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA PERTEMUAN II

MASYARAKAT RUMAH SAKIT DAN KEBUDAYAAN


Menurut UU Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
BAB I Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan Rumah Sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat. Sedangkan Masyarakat adalah sekumpulan manusia saling
“bergaul”, atau dengan istilah ilmiah, saling “berinteraksi”. Dari pengertian diatas
dapat disimpulkan masyarakat rumah sakit adalah sekumpulan manusia yang
saling berinteraksi didalam lingkungan rumah sakit.
Kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil yang harus
didapatkannya dengan belajar dan semua itu tersusun dalam kehidupan
masyarakat. Kebudayaan rumah sakit merupakan hasil belajar atau nilai yang
tersusun dalam masyarakat rumah sakit.
Kebudayaan dalam keperawatan yaitu fokus memandang perbedaan dan
persamaan antara budaya keperawatan meliputi perspektif sehat, sakit yg
didasarkan pada nilai budaya kemanusiaan, kepercayaan dan tindakan yg
digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan manusia  secara utuh.
Tujuan kebudayaan didalam keperawatan rumah sakit yaitu:
1. Untuk mengidentifikasi, menguji, memahami keperawatan dari aspek
budaya yg spesifik dari pasien dan perawat.
2. Asumsi yang dikembangkan : Perilaku Caring yaitu memahami manusia
dengan sentuhan kasih sayang, empati, human caring  dan tulus ikhlas.
3. Human caring diekpresikan dalam perasaan, ucapan, perbuatan yang
memandang manusia secara utuh dan memanusiakan manusia.
Konsep kebudayaan masyarakat rumah sakit meliputi:
1. Budaya adalah norma, tidakan yg dipelajari yg memberi petunjuk
berfikir, bertindak dalam mengambil keputusan
2. Nilai budaya adalah keinginan yg dipertahankan pada waktu tertentu yg
mela ndasi keputusan
3. Perbedaan budaya dalam asuhan mengacu yg dibutuhkan berupa
menghargai nilai individu, kepercayaan, tindakan, kepekaan lingkungan
4. Etnosentris adalah persepsi yg dimiliki individu menganggap budayanya
yg terbaik
5. Etnis adalah berkaitan ras, klompok budaya, digolongkan menurut ciri,
kebiasaan, kelaziman.
6. Ras adalah perbedaan macam nanusia didasarkan karakteristik fisik,
piqmen, bentuk tubuh, wajah, bulu, ukuran tertentu.
7. Care adalah fenomena yg berhubungan bantuan, bimbingan perilaku pada
individu, klompok untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan
kualitas kehidupan
8. Caring adalah tindakan langsung dalam asuhan perawatan yg
membimbing, membantu, mengantisipasi kebutuhan
9. Cultural care : kemampuan kognitif, afektif, dalam menilai  kepercayaan,
ekpresi yg digunakan dalam membantu pasien
10. Cultural imposition adalah Kecendrungan tenaga kesehatan memaksakan
praktik, nilai diatas budaya dan kepercayaan  pada orang lain 
Seiring berkembangnya jaman, masalah kesehatan di Indonesia menjadi fokus
utama dari berbagai pihak. Hal ini dikarenakan persepsi masyarakat mengenai
kesehatan sudah berubah. Awalnya, masyarakat menganggap bahwa mendatangi
rumah sakit itu hanya untuk keadaan darurat dan jika terkena penyakit yang parah.
Berbeda dengan sekarang, masyarakat saat ini menganggap bahwa rumah sakit
merupakan tempat pertama yang harus didatangi agar penyakit yang diderita dapat
ditangani dengan baik sebelum penyakit tersebut semakin parah.
Menjadi sakit memang tidak diharapkan oleh semua orang apalagi penyakit-
penyakit yang berat dan fatal. Masih banyak masyarakat yang tidak mengerti
bagaimana penyakit itu dapat menyerang seseorang. Ini dapat dilihat dari sikap
mereka terhadap penyakit tersebut. Ada kebiasaan dimana setiap orang sakit
diisolasi dan dibiarkan saja. Kebiasaan ini mungkin dapat mencegah penularan
dari penyakit-penyakit infeksi seperti cacar dan TBC.
Bentuk pengobatan yang di berikan biasanya hanya berdasarkan anggapan
mereka sendiri tentang bagaimana penyakit itu timbul. Kalau mereka menganggap
penyakit itu disebabkan oleh hal-hal yang supernatural atau magis, maka
digunakan pengobatan secara tradisional. Pengobatan modern dipilih bila meraka
duga penyebabnya adalah fator ilmiah. Ini dapat merupakan sumber konflik bagi
tenaga kesehatan, bila ternyata pengobatan yang mereka pilih berlawana
denganpemikiran secara medis. Didalam masyarakat industri modern iatrogenic
disease merupakan problema. Budaya menuntut merawat penderita di rumah sakit,
pada hal rumah sakit itulah tempat ideal bagi penyebaran kuman-kuman yang
telah resisten terhadp anti biotika.
Kebudayaan di Indonesia, beranggapan bahwa menjadi pasien adalah hal
yang tidak mengenakkan karena harus mengeluarkan biaya mahal bahkan
mendapat bantuan pun masih mengeluarkan biaya, karena bantuan yang diberikan
tidak 100% meringankan beban pasien. misalnya kebiasaan Indonesia dengan
naturalistiknya tentang penyakit yang beranggapan dikarenakan magic sehingga
lebih mendahulukan berobat ke dukun.
Orang luar negri yang beranggapan bahwa menjadi pasien yaitu sebagai hal
yang mengenakkan, karena sambil dirawat ia dapat makan teratur, menjadi tempat
rekreasi dan biaya dibayar oleh asuransi, dan persepsi tentang sehat sakit bagi
orang luar negri dapat dikontrol oleh perawat jika ia dirawat dirumah sakit

Anda mungkin juga menyukai