Anda di halaman 1dari 9

Nama : Yoga Deswantono

NIM : PO.62.20.1.16.166
Jurusan : Keperawatan Program Sarjana Terapan
Mata Kuliah : Askep III DM

LOGBOOK 8.1

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS KOMPLIKASI AKUT (HIPOGLIKEMI)

Tujuan :
Pertemuan hari I
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan :
1. Mampu mengidentifikasi kata kunci pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hipoglikemi) secara mandiri
2. Mampu mengidentifikasi masalah keperawatan pada kasus diabetes dengan komplikasi akut
(hipoglikemi) secara mandiri berdasarkan data subyektif dan data obyektif pada kasus
3. Mampu mendiskusikan masalah keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hipoglikemi) yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri untuk mencapai kesepahaman
kelompok
4. Mampu mengidentifikasi faktor penyebab masalah pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi
akut (hipoglikemi)
5. Mampu mendiskusikan faktor penyebab masalah pada kasus diabetes melitus tipe dengan
komplikasi akut (hipoglikemi) yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri untuk mencapai
kesepakatan kelompok
6. Mampu mengidentifikasi materi belajar pada kasus diabetes melitus tipe dengan komplikasi akut
(hipoglikemi) secara mandiri

Kasus 1

Tn.H, 45 tahun. Masuk Rumah Sakit dengan keluhan badan tiba-tiba lemas dan menurut
keluarga tidak bisa diajak bicara, akhirnya dibawa ke RS. Kadar gula darah saat 50 mg/dl.
Menurut keluarga,klien didiganosa menderita DM 1 bulan yang lalu dan mendapatkan obat
Glibenklamid. Menurut keluarga klien taat minum obat, dan makan jumlahnya sedikit karena
takut kadar gulanya naik. Kondisi saat ini, klien lemah dan sudah bisa diajak bicara.

Aktifitas 1
Review modul patofisiologi diabetes melitus dengan komplikasi akut (hipoglikemi)
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada glukosa
untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa
dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan
kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah
ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan
mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah dapat
dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah
menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi
sehingga dapat menghasilkan koma.
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin
yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, ada
tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit dan
asidosis.
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang pula, di
samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua factor ini akan menimbulkan
hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan
mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis
osmotic yang di tandai oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan
kehilangan elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air
dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan
terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor,
takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak
memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada
sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit kepala,vertigo, konfusi,
penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi,
perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan.
Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat,
sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang di deritanya.
Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang, sulit di bangunkan
dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran (Smeltzer. 2001).
Pathway Hipoglikemia

Aktifitas 2
Identifikasi kata kunci dan data tambahan yang diperlukan pada kasus diabetes melitus dengan
komplikasi akut (hipoglikemi) secara mandiri
Identifikasi kata kunci :
1. DM
2. Glibenkamid
3. Gula darah
4. Badan lemas
5. Makan sedikit
6. Kesulitan bicara
Data tambahan :
1. Pola aktivitas
2. Riwayat nutrisi/pola makan
3. Riwayat DM pada keluarga
4. Kebiasaan mengonsumsi alkohol atau makanan minuman lain (Gaya hidup)
5. Kebiasaan merokok
6. Pola istirahat
7. Faktor pencetus stress
8. TB dan BB (IMT)
9. Tingkat pemahaman klien mengenai penyakitnya dan cara penanganannya
10. TTV
11. GCS/penurunan kesadaran

Aktifitas 3
Diskusikan kata kunci dan data tambahan untuk rumusan masalah bersama kelompok
Glibenclamide atau glyburide adalah obat yang digunakan pada pasien diabetes tipe 2 untuk
mengendalikan kadar gula (glukosa) darah yang tinggi.
efek samping yang mungkin saja timbul setelah mengonsumsi glibenclamide adalah:
1. Hipoglikemia atau rendahnya kadar gula darah.
2. Demam, mual, muntah, dan diare.
3. Gangguan fungsi hati.
4. Penurunan jumlah sel darah, baik sel darah merah, putih, maupun trombosit.
5. Bertambahnya selera makan dan berat badan.
Rambiritch, et al. (2014). Glibenclamide in Patients with Poorly Controlled Type 2

Aktiftas 4
Identifikasi masalah keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut (hipoglikemi)
secara mandiri berdasarkan data subyektif dan data obyektif pada kasus
DS :
1. keluhan badan tiba-tiba lemas dan menurut keluarga tidak bisa diajak bicara
2. Menurut keluarga, klien didiganosa menderita DM 1 bulan yang lalu dan
mendapatkan obat Glibenklamid.
3. Menurut keluarga klien taat minum obat, dan makan jumlahnya sedikit karena takut
kadar gulanya naik.

DO :
1. Kadar gula darah saat 50 mg/dl
2. Kondisi saat ini, klien lemah dan sudah bisa diajak bicara

Aktifitas 5
Diskusikan masalah keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut (hipoglikemi)
yang sudah diidentifikasi oleh individu/mandiri untuk mencapai kesepakatan kelompok
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
2. Keletihan
3. Defisit pengetahuan
4. Risiko cidera
5. Risiko defisit nutrisi
6. Intoleransi aktivitas

Aktifitas 4
identifikasi faktor penyebab masalah pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut (hipoglikemi)

Sumber : http://www.kitapastisehat.com/2018/08/laporan-pendahulan-lp-askep-
hipoglikemia-lengkap-download-pdf-doc.html

Aktifitas 5
Identifikasi faktor penyebab masalah dan faktor resiko pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi
akut (hipoglikemi) secara mandiri dengan menggunakan pohon masalah
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:
1. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
2. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita
diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
3. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
4. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.

Penyebab Hipoglikemia yaitu :


1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Saat menyuntikan obat insulin pasien harus tahu dan paham dosis obat yang anda
suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Terkadang pasien tidak dapat
memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang disuntikan
tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Sebaiknya bila menggunakan insulin
suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula darah sendiri.
2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua
kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam
darah harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda
konsumsi kurang maka keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
3. Aktifitas terlalu berat.
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat
anda berolah raga, tubuh akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga
kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik
untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.
4. Minum alkohol tanpa disertai makan.
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah
akan menurun.
5. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi
obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah
mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari
maka saat bangun pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.
6. Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi
suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi
yang sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan
menyebabkan penyerapan insulin menjadi lambat.
7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Pasien
harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau
diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.
8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease (penyakit autoimun yang terjadi akibat
mengonsumsi gluten) dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh usus. Hal ini
menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan glukosa.
Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah menurun
sebelum glukosa yang baru menggantikannya.
9. Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon
ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka
pengendalian kadar gula darah menjadi terganggu.
10. Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.
11. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam
beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum
menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.
12. Bayi dari ibu dengan dibetes melitus (IDM)
13. Kecemasan

Aktifitas 6
Diskusikan faktor penyebab masalah pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hipoglikemi) yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri untuk mencapai kesepakatan kelompok
dengan menggunakan pohon masalah
1. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
2. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan

Aktifitas 7
Identifikasi hal-hal yang perlu dipelajari pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hipoglikemi) secara mandiri
1. Pengertian hipoglikemia
2. penyebab
3. patofisilogo
4. tanda dan gejala
5. penanganan hipoglikemia
6. obat-obat yang digunakan
7. penatalaksanaan hipoglikemia dirumah atau TKP dan di RS
Pertemuan hari II
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan :
1. Mampu menyusun diagnosis keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut v
secara mandiri
2. Mampu mendiskusikan diagnosis keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi
akut (hipoglikemi) yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri untuk mencapai kesepahaman
kelompok
3. Mampu mengidentifikasi materi belajar pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hipoglikemi) secara mandiri

Aktifitas 1
Susunlah diagnosis keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut (hipoglikemi)
secara mandiri
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hipoglikemia ditandai
dengan kadar gula darah 50 mg/dl
2. Keletihan behubungan dengan kondisi fisiologis ditandai dengan klien mengeluh
lemas
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan klien merasa
lemas
4. Risiko defisit nutrisi ditandai dengan faktor risiko faktor psikologis
5. Risiko cidera ditandai dengan faktor risiko kegagalan mekanisme pertahanan tubuh
6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif ditandai dengan
keluarga mengatakan klien taat minum obat,dan makan jumlahnya sedikit karena
takut kadar gula darahnya naik.

Aktifitas 2
Diskusikan diagnosis keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut (hipoglikemi)
yang sudah diidentifikasi oleh individu/mandiri untuk mencapai kesepakatan kelompok
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hipoglikemia ditandai
dengan kadar gula darah 50 mg/dl
2. Keletihan behubungan dengan kondisi fisiologis ditandai dengan klien mengeluh
lemas
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan klien merasa
lemas
4. Risiko defisit nutrisi ditandai dengan faktor risiko faktor psikologis
5. Risiko cidera ditandai dengan faktor risiko kegagalan mekanisme pertahanan tubuh
6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif ditandai dengan
keluarga mengatakan klien taat minum obat,dan makan jumlahnya sedikit karena
takut kadar gula darahnya naik.
Aktifitas 3
Identifikasi materi belajar pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut (hipoglikemi) secara
mandiri
Dari identifikasi pada kasus diatas materi belajar yang didapatkan pada kasusu yaitu mengenai
pengertia hipoglikemia, penyebab hipoglikemia, patofosiologi hipoglikemia, tanda dan gejala,
penanganan serta obat-obatan yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai