Anda di halaman 1dari 29

LOGBOOK MODUL 8

ASUHAN KEPERAWATAN III


DIABETES MELITUS

Nama : Willi Rahmadhani Pratama


Nim : Po.62.20.1.20.145
Prodi : Sarjana Terapan Keperawatan Reguler Vi
Matkul : Askep III DM

Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 1


LOGBOOK 8.1

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS KOMPLIKASI AKUT


(HIPOGLIKEMI)

Tujuan:
Pertemuan hari I
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan:
1. Mampu mengidentifikasi kata kunci pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hipoglikemi) secara mandiri
2. Mampu mengidentifikasi masalah keperawatan pada kasus diabetes dengan komplikasi
akut (hipoglikemi) secara mandiri berdasarkan data subyektif dan data obyektif pada
kasus
3. Mampu mendiskusikan masalah keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan
komplikasi akut (hipoglikemi) yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri untuk
mencapai kesepahaman kelompok
4. Mampu mengidentifikasi faktor penyebab masalah pada kasus diabetes melitus dengan
komplikasi akut (hipoglikemi)
5. Mampu mendiskusikan faktor penyebab masalah pada kasus diabetes melitus tipe
dengan komplikasi akut (hipoglikemi) yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri
untuk mencapai kesepakatan kelompok
6. Mampu mengidentifikasi materi belajar pada kasus diabetes melitus tipe dengan
komplikasi akut (hipoglikemi) secara mandiri

Kasus 1

Tn.H, 45 tahun. Masuk Rumah Sakit dengan keluhan badan tiba-tiba lemas dan
menurut keluarga tidak bisa diajak bicara, akhirnya dibawa ke RS. Kadar gula darah
saat 50 mg/dl. Menurut keluarga, klien didiganosa menderita DM 1 bulan yang lalu dan
mendapatkan obat Glibenklamid. Menurut keluarga klien taat minum obat, dan makan
jumlahnya sedikit karena takut kadar gulanya naik. Kondisi saat ini, klien lemah dan
sudah bisa diajak bicara.

Aktifitas 1
Review modul patofisiologi diabetes melitus dengan komplikasi akut (hipoglikemi)
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada
glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat
memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam
beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung
pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam
system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan
mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah
dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar
glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron
menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah
insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat,
protein, lemak, ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis yaitu
dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis. Apabila jumlah insulin berkurang jumlah
glukosa yang memasuki sel akan berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati
Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 2
menjadi tidak terkendali, kedua factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya
untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan
glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang
di tandai oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan
elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air
dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.
1. Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik
akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti
perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
2. Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak
tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan
fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit
kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara
pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional,
penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping
gejala adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
3. Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat
berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia
yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi,
serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran
(Smeltzer. 2001).
4. Pathway

Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 3


Aktifitas 2
Identifikasi kata kunci dan data tambahan yang diperlukan pada kasus diabetes melitus
dengan komplikasi akut (hipoglikemi) secara mandiri

Identifikasi kata kunci:


1. DM
2. Glibenkamid
3. Gula darah
4. Badan lemas
5. Makan sedikit
6. Kesulitan bicara

Data tambahan:
1. Pola aktivitas
2. Riwayat nutrisi/pola makan
3. Riwayat DM pada keluarga
4. Kebiasaan mengonsumsi alkohol atau makanan minuman lain (Gaya hidup)
5. Kebiasaan merokok
6. Pola istirahat
7. Faktor pencetus stress
8. TB dan BB (IMT)
9. Tingkat pemahaman klien mengenai penyakitnya dan cara penanganannya
10. TTV
11. GCS/penurunan kesadaran

Aktifitas 3
Diskusikan kata kunci dan data tambahan untuk rumusan masalah bersama kelompok

Aktiftas 4
Identifikasi masalah keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hipoglikemi) secara mandiri berdasarkan data subyektif dan data obyektif pada kasus

Data Subjektif:
- Pasien mengeluh badan tiba-tiba lemas dan tidak bisa diajak bicara
- Keluarga pasien mengatakan di diagnosa menederita Diabates Mellitus tipe 1
bulan yang lalu dan mendapat obat glibenklamid
- Keluarga pasien mengatakan pasien taat minum obat dan makan jumlah sedikit
karena kadar gula darahnya naik
Data Objektif:
- GDS 50 mg/dl
- Pasien tampak lemah
- Pasien bisa diajak berbicara
Masalah keperawatan yang muncul berdasarkan DS dan DO:
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
DS:
- Pasien mengeluh badan tiba-tiba lemas dan tidak bisa diajak berbicara
- Kleuarga pasien mengatakan pasien di diagnosa menderita Diabetes
Mellitus 1 bulan yang lalau dan mendapatkan obat glinklamid
- Keluarga pasien mengatakan pasien taat minum obat dan makan
jumlahnya sedikit karena takut kadar gula darahnya naik
DO:

Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 4


- GDS 50 mg/dl
- Pasien tampak lemah
- Pasien sudah bisa diajak berbicara
2. Intoleransi Aktivitas
DS:
- Pasien mengeluh badannya tiba-tiba lamas dan tidak bisa diajak berbicara
DO:
- GDS 50 mg/dl
- Pasien tampak lemah
Masalah keperawatan yang muncul :
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
2. Risiko cedera
3. Intoleransi aktivitas
4. Risiko defisit nutrisi
5. Defisit pengetahuan
6. Defisit perawatan diri

Aktifitas 5
Diskusikan masalah keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hipoglikemi) yang sudah diidentifikasi oleh individu/mandiri untuk mencapai kesepakatan
kelompok

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah


2. Risiko cedera
3. Intoleransi aktivitas
4. Risiko defisit nutrisi
5. Defisit pengetahuan
6. Defisit perawatan diri

Aktifitas 4
identifikasi faktor penyebab masalah pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hipoglikemi)

Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:


1. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
2. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada
penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
3. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
4. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.

Penyebab Hipoglikemia yaitu:


1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak. Saat menyuntikan obat insulin pasien harus
tahu dan paham dosis obat yang anda suntik sesuai dengan kondisi gula darah
saat itu. Terkadang pasien tidak dapat memantau kadar gula darahnya sebelum
disuntik, sehingga dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah
saat itu. Sebaiknya bila menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki
monitor atau alat pemeriksa gula darah sendiri.
2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit. Penderita diabetes sebaiknya
mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali sehari dan obat yang
kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam darah harus seimbang
dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda konsumsi kurang
maka keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
3. Aktifitas terlalu berat. Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang

Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 5


mirip dengan insulin. Saat anda berolah raga, tubuh akan menggunakan glukosa
darah yang banyak sehingga kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu,
olah raga merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa
menggunakan insulin.
4. Minum alkohol tanpa disertai makan. Alkohol menganggu pengeluaran glukosa
dari hati sehingga kadar glukosa darah akan menurun.
5. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari. Pengobatan diabetes
yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi obat diabetes pada
malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah mengkonsumsi
obat misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari maka saat
bangun pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.
6. Penebalan di lokasi suntikan. Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan
suntikan insulin agar merubah lokasi suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan
obat dalam waktu lama pada lokasi yang sama akan menyebabkan penebalan
jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan insulin menjadi lambat.
7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan. Tiap tiap obat insulin sebaiknya
dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Pasien harus mengetahui dan
mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau diminum sehingga
kadar glukosa darah menjadi seimbang.
8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa. Beberapa penyakit
seperti celiac disease (penyakit autoimun yang terjadi akibat mengonsumsi gluten)
dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh usus. Hal ini menyebabkan insulin
lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan glukosa. Insulin yang kadung
beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah menurun sebelum glukosa
yang baru menggantikannya.
9. Gangguan hormonal. Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan
hormon glukagon. Hormon ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah.
Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar gula darah menjadi terganggu.
10. Pemakaian aspirin dosis tinggi. Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila
dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.
11. Riwayat hipoglikemia sebelumnya. Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya
mempunyai efek yang masih terasa dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini
anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin tidak akan mengalami
hipoglikemia lagi.
12. Bayi dari ibu dengan dibetes melitus (IDM)
13. Kecemasan

Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 6


Aktifitas 5
Identifikasi faktor penyebab masalah dan faktor resiko pada kasus diabetes melitus dengan
komplikasi akut (hipoglikemi) secara mandiri dengan menggunakan pohon masalah

Aktifitas 6
Diskusikan faktor penyebab masalah pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hipoglikemi) yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri untuk mencapai kesepakatan
kelompok dengan menggunakan pohon masalah

1. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.


2. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan

Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 7


Aktifitas 7
Identifikasi hal-hal yang perlu dipelajari pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hipoglikemi) secara mandiri

1. Pengertian hipoglikemia
2. penyebab
3. patofisilogi
4. tanda dan gejala
5. penanganan hipoglikemia
6. obat-obat yang digunakan
7. penatalaksanaan hipoglikemia dirumah atau TKP dan di RS

Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 8


Pertemuan hari II
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan:
1. Mampu menyusun diagnosis keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan
komplikasi akut v secara mandiri
2. Mampu mendiskusikan diagnosis keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan
komplikasi akut (hipoglikemi) yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri untuk
mencapai kesepahaman kelompok
3. Mampu mengidentifikasi materi belajar pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi
akut (hipoglikemi) secara mandiri

Aktifitas 1
Susunlah diagnosis keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hipoglikemi) secara mandiri

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hipoglikemia ditandai


dengan kadar gula darah 50 mg/dl
2. Keletihan behubungan dengan kondisi fisiologis ditandai dengan klien mengeluh
lemas
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan klien
merasa lemas
4. Risiko defisit nutrisi ditandai dengan faktor risiko faktor psikologis
5. Risiko cidera ditandai dengan faktor risiko kegagalan mekanisme pertahanan
tubuh
6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif ditandai dengan
keluarga mengatakan klien taat minum obat,dan makan jumlahnya sedikit karena
takut kadar gula darahnya naik.

Aktifitas 2
Diskusikan diagnosis keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hipoglikemi) yang sudah diidentifikasi oleh individu/mandiri untuk mencapai kesepakatan
kelompok
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hipoglikemia ditandai
dengan kadar gula darah 50 mg/dl
2. Keletihan behubungan dengan kondisi fisiologis ditandai dengan klien mengeluh
lemas
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan klien
merasa lemas
4. Risiko defisit nutrisi ditandai dengan faktor risiko faktor psikologis
5. Risiko cidera ditandai dengan faktor risiko kegagalan mekanisme pertahanan
tubuh
6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif ditandai dengan
keluarga mengatakan klien taat minum obat,dan makan jumlahnya sedikit karena
takut kadar gula darahnya naik.

Aktifitas 3
Identifikasi materi belajar pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut (hipoglikemi)
secara mandiri
Dari identifikasi pada kasus diatas materi belajar yang didapatkan pada kasus yaitu
mengenai pengertia hipoglikemia, penyebab hipoglikemia, patofosiologi hipoglikemia,
tanda dan gejala, penanganan serta obat-obatan yang digunakan.

Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 9


Pertemuan hari III
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan:
1. Mampu menyusun rencana keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi
akut (hipoglikemi) secara mandiri, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Mampu membuat tujuan/kritereria hasil perencanaan sesuai dengan diagnosis yang
telah dimunculkan.
b. Mampu mengidentifikasi kebutuhan pengkajian fokus terhadap masalah tersebut
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan untuk pasien/keluarga
terhadap masalah tersebut
d. Mampu mengidentifikasi kebutuhan kolaborasi terhadap masalah tersebut
e. Mampu mengidentifikasi kebutuhan aktifitas lain yang menunjang pemecahan
masalah tersebut
2. Mampu berdiskusi kelompok tentang rencana keperawatan pada kasus diabetes
gestasional yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri
3. Mampu mendemonstrasikan tindakan pengukuran gula darah (rujuk modul nomor...)
4. Mampu menyusun catatan perkembangan pada kasus diabetes melitus dengan
komplikasi akut (hipoglikemi) secara mandiri
5. Mampu mendiskusikan tentang catatan perkembangan pada kasus diabetes melitus
dengan komplikasi akut (hipoglikemi) yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri
untuk mencapai kesepahaman kelompok
6. Mampu membuat dokumentasi keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan
komplikasi akut (hipoglikemi) secara mandiri

Aktifitas 1
Susunlah rencana keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hipoglikemi) secara mandiri

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah Setelah dilakuakn intervensi keperawatan


selama ... x 24 jam maka kestabilan kadar glukosa darah meningkat dengan kriteria
hasil:
a. Kesadaran meningkat
b. Tidak lelah/lesu
c. Klien tidak kesulitan berbicara
d. Kadar glukosa dalam darah membaik
Intervensi:
Observasi
- Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia
- Identifikasi kemungkinan penyebab hipoglikemia
Terapeutik
- Berikan karbohidrat sederhana, jika perlu
- Hubungi layanan medis darurat, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan monitor kadar glukosa darah
- Jelaskan interaksi antara diet, insulin/agen oral dan olahraga
- Ajarkan pengelolaan hipoglikemia (mis. Tanda dan gejala, faktor risiko, dan
pengobatan hipoglikemia)
- Ajarkan perawatan mandiri untuk mencegah hipoglikemia (mis. Mengurangi
insulin/agen oral dan/atau meningkatkan asupan makanan untuk berolahraga)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian dekstrose, jika perlu
2. Intoleransi aktivitas
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama .... x 24 jam maka Tingkat
keletihan menurun dengan kriteria hasil:
a. Verbilisasi kepulihan energi meningkat
b. Tenaga meningkat
c. Klien tidak lesu

Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 10


d. Tidak ada keluhan lelah
Intervensi:
Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
Terpeutik
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
3. Defisit pengetahuan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama .... x 24 jam maka Tingkat
pengetahuan meningkat dengan kriteria hasil:
a. Perilaku sesuai anjuran meningkat
b. Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun
Intervensi:
Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
- Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

Aktifitas 2
Diskusikan rencana keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hipoglikemi) yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri untuk mencapai kesepakatan
kelompok

Aktifitas 3
Susunlah catatan perkembangan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hipoglikemi) secara mandiri
No Diagnosa Evaluasi Paraf
1 Ketidakstabilan kadar S: Klien masih lemah
glukosa darah O: gula darah 50mg/dl
berhubungan dengan A: masalah belum teratasi
hipoglikemia P: lanjutkan intervensi
2 Intoleransi aktiviats S: -
berhubungan dengan O: Klien tampak masih lemah
kelemahan A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
3 Defisit pengetahuan S: Klien telah mengerti apa yang dijelaskan
berhubungan dengan O: Klien nampak memahami apa yang
keterbatasan kognitif dijelaskan
A: Masalah teratasi
P: Intervensi selesai
Aktifitas 4

Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 11


Diskusikan catatan perkembangan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hipoglikemi) yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri untuk mencapai kesepakatan
kelompok

Aktifitas 5
Buatlah dokumentasi keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hipoglikemi) secara mandiri
1. Pengkajian
Identitas Klien Nama : Tn. H
Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 45 thn
Keluhan Utama : badan tiba-tiba lemas dan menurut keluarga tidak bisa diajak
bicara.
Riwayat Keluahan Utama : klien masuk RS karena badan tiba-tiba lemas dan
menurut keluarga tidak bisa diajak bicara,kadar gula darah saat 50 mg/dl. Menurut
keluarga,klien didiganosa menderita DM 1 bulan yang lalu dan mendapatkan obat
Glibenklamid. Menurut keluarga klien taat minum obat, dan makan jumlahnya
sedikit karena takut kadar gulanya naik. Kondisi saat ini, klien lemah dan sudah
bisa diajak bicara.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hipoglikemia
b. Intoleransi aktiviats berhubungan dengan kelemahan
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif
3. Intervensi Keperawatan
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
Setelah dilakuakn intervensi keperawatan selama ... x 24 jam maka kestabilan
kadar glukosa darah meningkat dengan kriteria hasil:
1) Kesadaran meningkat
2) Tidak lelah/lesu
3) Klien tidak kesulitan berbicara
4) Kadar glukosa dalam darah membaik
Intervensi:
Observasi
- Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia
- Identifikasi kemungkinan penyebab hipoglikemia
Terapeutik
- Berikan karbohidrat sederhana, jika perlu
- Hubungi layanan medis darurat, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan monitor kadar glukosa darah
- Jelaskan interaksi antara diet, insulin/agen oral dan olahraga
- Ajarkan pengelolaan hipoglikemia (mis. Tanda dan gejala, faktor risiko, dan
pengobatan hipoglikemia)
- Ajarkan perawatan mandiri untuk mencegah hipoglikemia (mis. Mengurangi
insulin/agen oral dan/atau meningkatkan asupan makanan untuk berolahraga)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian dekstrose, jika perlu
b. Intoleransi aktivitas
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama .... x 24 jam maka Tingkat
keletihan menurun dengan kriteria hasil:
1) Verbilisasi kepulihan energi meningkat
2) Tenaga meningkat
3) Klien tidak lesu
4) Tidak ada keluhan lelah
Intervensi:

Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 12


Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
Terpeutik
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
c. Defisit pengetahuan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama .... x 24 jam maka Tingkat
pengetahuan meningkat dengan kriteria hasil:
1) Perilaku sesuai anjuran meningkat
2) Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun
Intervensi:
Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
- Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi Kesehatan
2. Implementasi dan Evaluasi
No Implementasi Evaluasi
1 - Identifikasi tanda dan gejala S: Klien masih lemah
hipoglikemia O: gula darah 50mg/dl
- Identifikasi kemungkinan A: masalah belum teratasi
penyebab hipoglikemia P: lanjutkan intervensi
- Berikan karbohidrat sederhana,
jika perlu
- Hubungi layanan medis darurat,
jika perlu
- Anjurkan monitor kadar glukosa
darah
- Jelaskan interaksi antara diet,
insulin/agen oral dan olahraga
- Ajarkan pengelolaan
hipoglikemia (mis. Tanda dan
gejala, faktor risiko, dan
pengobatan hipoglikemia)
- Ajarkan perawatan mandiri untuk
mencegah hipoglikemia (mis.
Mengurangi insulin/agen oral
dan/atau meningkatkan asupan
makanan untuk berolahraga)
- Kolaborasi pemberian dekstrose,
jika perlu

2  Identifikasi gangguan fungsi S: -


tubuh yang mengakibatkan O: Klien tampak masih lemah
kelelahan A: Masalah belum teratasi
 Monitor kelelahan fisik dan P: Lanjutkan intervensi
emosional
Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 13
 Lakukan latihan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
 Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
 Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

3  Identifikasi kesiapan dan S: Klien telah mengerti apa yang


kemampuan menerima informasi dijelaskan
 Sediakan materi dan media O: Klien nampak memahami apa yang
pendidikan kesehatan dijelaskan
 Jadwalkan pendidikan kesehatan A: Masalah teratasi
sesuai kesepakatan P: Intervensi selesai
 Berikan kesempatan untuk
bertanya
 Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi Kesehatan

Aktifitas 6
Buatlah resume jurnal reading minimal dari 1 buah artikel terkait kasus diabetes melitus
dengan komplikasi akut (hipoglikemi) dan rencana pendidikan kesehatan lengkap dengan
medianya.
Resume Jurnal

Judul: FAKTOR KEJADIAN HIPOGLIKEMIA PADA PASIEN DIABETES MELLITUS:


SEBUAH STUDI PERCONTOHAN DI RUANG GAWAT DARURAT
Penulis: Abu Bakar, Siti Nur Qomariah, Candra Hadi Santoso, Mono Pratiko Gustomi,
Yuanita Syaful, Lilis Fatmawa
Tahun Terbit: 2019
Sumber: https://www.elsevier.es/es-revista-enfermeria-clinica-35-articulo-factors-incidence-
hypoglycemia-in-diabetes-S1130862120300504

Latar Belakang:
Hipoglikemia dapat menyebabkan gangguan otak dan juga kematian pasien. Pasien
Diabetes Melitus yang datang ke IGD sekitar 66,7% mengalami hipoglikemia. Keadaan ini
memerlukan pencegahan dini agar tidak menambah jumlah penderita
hipoglikemia. Pencegahan yang baik memerlukan faktor-faktor yang pasti menyebabkan
hipoglikemia. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor (pekerjaan, pendidikan,
pengetahuan, jenis kelamin, dan umur) terhadap kejadian hipoglikemia pada pasien diabetes
melitus (DM) di Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Metode:
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross-
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus yang berkunjung ke
IGD. Sampel sebanyak 37 pasien diambil dengan teknik pengambilan sampel
konsekutif. Analisis data dilakukan dengan uji Partial Least Squares-Structural Equation
Modeling (PLS-SEM).
Hasil:
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap kejadian

Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 14


hipoglikemia dengan nilai T=3.844. Ciri-ciri faktor terjadinya hipoglikemia adalah jenis
kelamin, pekerjaan, pengetahuan, pendidikan, dan usia.
Kesimpulan:
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik subjek DM mempunyai hubungan yang bermakna
dengan kejadian hipoglikemia pada pasien di IGD.

Pertemuan hari III

Setelah menyelesaikan modul ini peserta didik diharapkan mampu


A. Memanfaatkan hasil-hasil penelitian dalam mengatasi masalah-masalah pada klien
diabetes melitus dengan komplikasi akut (hipoglikemi) dan pendidikan kesehatan pada
klien diabetes melitus dengan komplikasi akut (hipoglikemi)

B. Mensimulasikan pendidikan kesehatan pada klien diabetes gestasional:


1. Membuat rencana pendidikan kesehatan pada klien diabetes melitus dengan
komplikasi akut (hipoglikemi) untuk pencegahan primer, pencegahan sekunder dan
pencegahan tersier
2. Membuat media pendidikan kesehatan pada klien diabetes melitus dengan
komplikasi akut (hipoglikemi)
3. Mendemonstrasikan pendidikan kesehatan pada klien diabetes melitus dengan
komplikasi akut (hipoglikemi)
4. Mengevaluasi hasil pelaksanaan pendidikan kesehatan pada klien diabetes melitus
dengan komplikasi akut (hipoglikemi)

Aktifitas 1
1. Paparkan hasil journal reading anda tentang klien dengan diabetes melitus dengan
komplikasi akut (hipoglikemi)
Judul: FAKTOR KEJADIAN HIPOGLIKEMIA PADA PASIEN DIABETES MELLITUS:
SEBUAH STUDI PERCONTOHAN DI RUANG GAWAT DARURAT
Penulis: Abu Bakar, Siti Nur Qomariah, Candra Hadi Santoso, Mono Pratiko Gustomi,
Yuanita Syaful, Lilis Fatmawa
Tahun Terbit: 2019
Sumber: https://www.elsevier.es/es-revista-enfermeria-clinica-35-articulo-factors-
incidence-hypoglycemia-in-diabetes-S1130862120300504

Latar Belakang:
Hipoglikemia dapat menyebabkan gangguan otak dan juga kematian pasien. Pasien
Diabetes Melitus yang datang ke IGD sekitar 66,7% mengalami hipoglikemia. Keadaan
ini memerlukan pencegahan dini agar tidak menambah jumlah penderita
hipoglikemia. Pencegahan yang baik memerlukan faktor-faktor yang pasti menyebabkan
hipoglikemia. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor (pekerjaan, pendidikan,
pengetahuan, jenis kelamin, dan umur) terhadap kejadian hipoglikemia pada pasien
diabetes melitus (DM) di Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Metode:
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross-
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus yang berkunjung
ke IGD. Sampel sebanyak 37 pasien diambil dengan teknik pengambilan sampel
konsekutif. Analisis data dilakukan dengan uji Partial Least Squares-Structural Equation
Modeling (PLS-SEM).
Hasil:
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap kejadian
hipoglikemia dengan nilai T=3.844. Ciri-ciri faktor terjadinya hipoglikemia adalah jenis
kelamin, pekerjaan, pengetahuan, pendidikan, dan usia.
Kesimpulan:
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik subjek DM mempunyai hubungan yang bermakna
dengan kejadian hipoglikemia pada pasien di IGD.

Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 15


2. Buatlah SAP Materi pendidikan kesehatan pada klien diabetes melitus dengan komplikasi
akut (hipoglikemi)
Terlampir

3. Buat media yang sesuai dengan pendidikan kesehatan yang saudara berikan
Terlampir

4. Demonstrasikan pendidikan kesehatan pada klien diabetes melitus dengan komplikasi


akut (hipoglikemi)
-
5. Diskusikan hasil pelaksanaan pendidikan kesehatan pada klien diabetes melitus dengan
komplikasi akut (hipoglikemi) dengan kelompok
-

Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 16


Informasi pada bagian ini :
Pernyataan Tanda chek Pernyataan Tanda chek
(√) (√)
Sangat sedikit Tidak relevan dengan
praktik klinik
Sesuai Membosankan
Terlalu banyak Kurang menarik
Terlalu sederhana Sangat menarik
Kurang komplek Terlalu teoritis
Terlalu komplek Teori tepat untuk saya
Relevan dengan praktik Teori tidak cukup
klinik

Pengetahuan yang saya peroleh meningkatkan kemampuan saya untuk memberikan asuhan
keperawatan pada penderita DM (berikan tanda √ pada kotak yang disediakan) :
 Ya, pasti
 Mungkin
 Tidak

Apa saran saudara untuk meningkatkan isi dari bab ini ?


....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
........................................................................................................................

Mahasiswa Dosen

Nama Nama

NIM NIP

Tanda Tanda
Tangan Tangan

Nilai

Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 17


LOGBOOK 8.5

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS KOMPLIKASI NEPHROPATI

Tujuan:
Pertemuan hari I
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan:
1. Mampu mengidentifikasi kata kunci pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi
nephropati secara mandiri
2. Mampu mengidentifikasi masalah keperawatan pada kasus diabetes dengan komplikasi
nephropati secara mandiri berdasarkan data subyektif dan data obyektif pada kasus
3. Mampu mendiskusikan masalah keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan
komplikasi nephropati yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri untuk mencapai
kesepahaman kelompok
4. Mampu mengidentifikasi faktor penyebab masalah pada kasus diabetes melitus dengan
komplikasi nephropati
5. Mampu mendiskusikan faktor penyebab masalah pada kasus diabetes melitus tipe
dengan komplikasi nephropati yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri untuk
mencapai kesepakatan kelompok
6. Mampu mengidentifikasi materi belajar pada kasus diabetes melitus tipe dengan
komplikasi nephropati secara mandiri

Kasus 1
Ny. P, 54 tahun. Seorang Ibu Rumah Tangga. Mengeluh Badan terasa berat karena
bengkak. 3 bulan sebelum masuk Rumah Sakit klien mengeluh sesak. Klien
mengetahui menderita DM sejak 5 tahun yang lalu. Pemeriksaan fisik didapatkan
konjungtiva pucat, terdapat pitting edema pada kesua tungkai. Klien menceritakan
produksi air kencing sedikit. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil Hb = 8
mg/dl; albumin 2,4 mg/dl; ureum = 196 mg/dl dan kreatinin = 5,5 mg/dl. CCT = 8,78
mg/dl.

Aktifitas 1
Review modul patofisiologi diabetes melitus dengan komplikasi nephropati
Nefropati diabetik merupakan sindrom klinis pada pasien diabetes mellitus yang ditandai
dengan albuminuria menetap (>300 mg/24 jam) pada minimal dua kali pemeriksaan dalam
kurun waktu 3 sampai 6 bulan. Nefropati diabetik merupakan penyebab utama gagal ginjal.
Kurang lebih 40% pasien dengan diabetes tipe 1 akan mengalami komplikasi nefropati
diabetik. Pengendalian glukosa darah yang baik dan berkelanjutan baik dengan modifikasi
perilaku maupun penggunaan obat sangat efektif untuk mencegah terjadinya komplikasi
nefropati pada pasien diabetes. Penatalaksaan yang mencapai target terapi secara
berkelanjutan, akan menurunkan insiden nefropati diabetik dan signifikan akan
memperlambat progresifitas gagal ginjal.

PATHWAY

Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 18


Aktifitas 2
Identifikasi kata kunci dan data tambahan yang diperlukan pada kasus diabetes melitus
dengan komplikasi nephropati secara mandiri
Kata Kunci:
1. Usia, 54 tahun.
2. Mengeluh badan terasa berat karena bengkak.
3. 3 bulan sebelum masuk RS klien mengeluh sesak.
4. Klien mengetahui menderita DM sejak 5 tahun yang lalu.
5. Pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva pucat, terdapat pitting edema pada
kedua tungkai.
6. Klien menceritakan produksi air kencing sedikit.
7. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil Hb = 8 mg/dl; albumin 2,4 mg/dl;
ureum = 196 mg/dl dan kreatinin = 5,5 mg/dl. CCT = 8,78 mg/dl.

Data Tambahan:
1. Riwayat kesehatan keluarga.
2. Riwayat Hipertensi.
3. Riwayat Kolesterol Tinggi.
4. Riwayat pengobatan.
5. IMT.
6. Gaya hidup (pola makan, aktivitas fisik, riwayat merokok).
7. Pola Eliminasi Urine (Intake dan Output)
8. Pemeriksaan KGD.
9. Pemeriksaan tanda – tanda vital.
10. Pemeriksaan Laboratorium :
a. Tes LFG (Laju Filtrasi Glomerulus), untuk mengukur fungsi ginjal.

Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 19


b. USG Ginjal atau Foto Rontgen (untuk melihat struktur dan ukuran ginjal) dan
CT scan atau MRI (untuk menilai kondisi sirkulasi darah di ginjal).

Aktiftas 4
Identifikasi masalah keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi
nephropati secara mandiri berdasarkan data subyektif dan data obyektif pada kasus
1. Hipervolemia
DS :
- Ny. P mengeluh Badan terasa berat karena bengkak
- 3 bulan sebelum masuk Rumah Sakit klien mengeluh sesak
- Klien mengetahui menderita DM sejak 5 tahun yang lalu
- Klien menceritakan produksi air kencing sedikit
DO:
- Terdapat pitting edema pada kedua tungkai
- Hb = 8 mg/dl
- albumin 2,4 mg/dl
- ureum = 196 mg/dl
- kreatinin = 5,5 mg/dl
- CCT = 8,78 mg/dl
2. Perfusi Perifer Tidak Efektif
DS:
- Ny. P mengeluh Badan terasa berat karena bengkak
- Klien mengetahui menderita DM sejak 5 tahun yang lalu
DO:
- Terdapat pitting edema pada kedua tungkai
- Konjungtiva pucat
- Hb = 8 mg/dl

Aktifitas 4
identifikasi faktor penyebab masalah pada kasus diabetes melitus dengan nephropati
1. Hipervolemia terjadi akibat gangguan keseimbangan elektrolit, terdapat edema
pada tungkai klien, dan juga produksi urine yang sedikit.
2. Perfusi Perifer Tidak Efektif terjadi akibat, penurunan sirkulasi darah pada level
kapiler yang mengganggu metabolism tubuh, klien mengeluh badan terasa berat
karena bengkak, konjungtiva pucat, dan terdapat edema pada tungkai.

Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 20


Aktifitas 5
Identifikasi faktor penyebab masalah dan faktor resiko pada diabetes melitus dengan
komplikasi nephropati secara mandiri dengan menggunakan pohon masalah

Fak. Resiko: usia, riw. Keluarga,


obesitas, kurang aktivitas fisik,
pola makan tidak sehat,
merokok, alkohol

Resistensi insulin

Diabetes melitus

Defisiensi insulin

Peningkatan asupan cairan Hiperglikemia

Polidipsi Efeksibilitas darah merah

Kelebihan asupan cairan Pelepasan O2

Peningkatan volume cairan Hipoksia perifer


tubuh

Gangguan mekanisme Perfusi perifer tidak efektif


regulasi

Hipervolemia

Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 21


Aktifitas 7
Identifikasi hal-hal yang perlu dipelajari pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi
nephropati secara mandiri
1. Pengertian diabetes melitus dengan komplikasi neprophati
2. Tanda dan gejala diabetes melitus dengan komplikasi neprophati
3. Penyebab diabetes melitus dengan komplikasi neprophati
4. Penatalaksanaan diabetes melitus dengan komplikasi neprophat

Pertemuan hari II
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan:
1. Mampu menyusun diagnosis keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan
komplikasi nephropati secara mandiri
2. Mampu mendiskusikan diagnosis keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan
nephropati yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri untuk mencapai
kesepahaman kelompok
3. Mampu mengidentifikasi materi belajar pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi
nephropati secara mandiri

Aktifitas 1
Susunlah diagnosis keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi nephropati
secara mandiri
1. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi d.d Ny. P mengeluh Badan
terasa berat karena bengkak, klien mengeluh sesak, Klien mengetahui menderita
DM sejak 5 tahun yang lalu, Klien menceritakan produksi air kencing sedikit,
Terdapat pitting edema pada kedua tungkai, albumin 2,4 mg/dl, ureum = 196
mg/dl, kreatinin = 5,5 mg/dl, dan CCT = 8,78 mg/dl.

2. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin d.d Ny. P
mengeluh Badan terasa berat karena bengkak, Klien mengetahui, Pemeriksaan
fisik didapatkan konjungtiva pucat, dan Terdapat pitting edema pada kedua
tungkai.

Aktifitas 3
Identifikasi materi belajar pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi nephropati secara
mandiri
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan komplikasi Nefropati Diabetik : Diagnosa.

Pertemuan hari III


Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan:
1. Mampu menyusun rencana keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi
nephropati secara mandiri, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Mampu membuat tujuan/kritereria hasil perencanaan sesuai dengan diagnosis yang
telah dimunculkan.
b. Mampu mengidentifikasi kebutuhan pengkajian fokus terhadap masalah tersebut
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan untuk pasien/keluarga
terhadap masalah tersebut
d. Mampu mengidentifikasi kebutuhan kolaborasi terhadap masalah tersebut
e. Mampu mengidentifikasi kebutuhan aktifitas lain yang menunjang pemecahan
masalah tersebut

Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 22


2. Mampu berdiskusi kelompok tentang rencana keperawatan pada kasus diabetes melitus
dengan komplikasi nephropati yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri
3. Mampu mendemonstrasikan tindakan pengukuran gula darah (rujuk modul nomor...)
4. Mampu mendemonstrasikan penyuntikan insulin
5. Mampu menyusun catatan perkembangan pada kasus diabetes melitus dengan
komplikasi nephropati secara mandiri
6. Mampu mendiskusikan tentang catatan perkembangan pada kasus diabetes melitus
dengan komplikasi nephropati yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri untuk
mencapai kesepahaman kelompok
7. Mampu membuat dokumentasi keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan
nephropati secara mandiri

Aktifitas 1
Susunlah rencana keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi nephropati
secara mandiri
1. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan status
keseimbangan cairan dapat ditingkatkan dengan kriteria hasil:
a. berat badan stabil
b. tidak ada edema
c. Keseimbangan intake dan ouput dalam 24 jam
Intervensi:
Observasi
- Periksa tanda dan gejala Hipervolemia (mis. ortopnea, adema, JVP/CVP
meningkat, refleks hepatojugularis positif, suara nafas tambahan
- Identifikasi penyebab hypervolemia
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor tanda hemokonsenterasi (mis, kadar natrium, BUN, hematocrit, berat
jenis urin
Terapeutik
- Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
- Batasi asupan cairan dan garam
- Jaga intake yang akurat dan catat output
- Monitor tanda-tanda vital pasien
Edukasi
- Anjurkan melapor jika haluaran urin <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
- Anjurkan melapor jika bb bertambah >1 kg dalam sehari
- Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian diuretic
- Kolaborasi penggantian kehilangan kaliaum akibat diuretic
2. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan perfusi
perifer menjadi efektif dengan kriteria hasil:
a. TTV dalam batas normal
b. Warna kulit normal
c. Suhu kulit hangat
d. Nilai laboratorium dalam batas normal
Intervensi:
Observasi
- Periksa sirkulasi perifer seperti nadi perifer, pengisian kapiler, warna,
suhu
- Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
- Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstermitas

Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 23


Terapeutik
- Lakukan pencegahan infeksi
- Lakukan perawatan kaki dan kuku
Edukasi
- Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur
- Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
- Anjurkan program rehabilitasi vaskular
- Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi misalnya rendah lemak
jenuh, minyak ikan omega 3
- Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan misalnya rasa
sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh dan hilangnya rasa

Aktifitas 3
Susunlah catatan perkembangan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi nephropati
secara mandiri
No Diagnosa Evaluasi Paraf
1 Hipervolemia S:
berhubungan - Ny. P mengatakan sudah tidak mengeluh
dengan Gangguan Badan terasa berat karena bengkak
Mekanisme Regulasi - Klien menceritakan produksi air kencing agak
(D.0022) lebih banyak dari sebelumnya
O:
- Tidak terdapat pitting edema pada kedua
tungkai
- Hb = 9,4 mg/dl
- albumin 3,4 mg/dl
- ureum = 100 mg/dl
- kreatinin = 3,5 mg/dl
- CCT = 6,78 mg/d
A: Masalah Hipervolemia teratasi
P: Intervensi selesai
2 Perfusi Perifer Tidak S: Ny. P sudah tidak mengeluh Badan terasa berat
Efektif berhubungan karena bengkak
dengan Penurunan O: TidakTerdapat pitting edema pada kedua tungkai
Konsentrasi A: Masalah Perfusi perifer tidak efektif teratasi
Hemoglobin P: Intervensi selesai
(D.0009)

Aktifitas 5
Buatlah dokumentasi keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi
nephropati secara mandiri
1. Pengkajian
Identitas Klien
Nama : Ny. P
Jenis Kelamin: Perempuan
Usia : 54 tahun
Keluhan Utama: Badan terasa berat karena bengkak.
Riwayat Penyakit: Menderita DM sejak 5 tahun yang lalu
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipervolemia berhubungan dengan Gangguan Mekanisme Regulasi
b. Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan Penurunan Konsentrasi
Hemoglobin
3. Intervensi Keperawatan
a. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme
Tujuan:
Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 24
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan status
keseimbangan cairan dapat ditingkatkan dengan kriteria hasil:
1) berat badan stabil
2) tidak ada edema
3) Keseimbangan intake dan ouput dalam 24 jam
Intervensi:
Observasi
- Periksa tanda dan gejala Hipervolemia (mis. ortopnea, adema, JVP/CVP
meningkat, refleks hepatojugularis positif, suara nafas tambahan
- Identifikasi penyebab hypervolemia
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor tanda hemokonsenterasi (mis, kadar natrium, BUN, hematocrit, berat
jenis urin
Terapeutik
- Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
- Batasi asupan cairan dan garam
- Jaga intake yang akurat dan catat output
- Monitor tanda-tanda vital pasien
Edukasi
- Anjurkan melapor jika haluaran urin <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
- Anjurkan melapor jika bb bertambah >1 kg dalam sehari
- Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian diuretic
- Kolaborasi penggantian kehilangan kaliaum akibat diuretic
b. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan perfusi
perifer menjadi efektif dengan kriteria hasil:
1) TTV dalam batas normal
2) Warna kulit normal
3) Suhu kulit hangat
4) Nilai laboratorium dalam batas normal
Intervensi:
Observasi
- Periksa sirkulasi perifer seperti nadi perifer, pengisian kapiler, warna,
suhu
- Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
- Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstermitas
Terapeutik
- Lakukan pencegahan infeksi
- Lakukan perawatan kaki dan kuku
Edukasi
- Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur
- Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
- Anjurkan program rehabilitasi vaskular
- Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi misalnya rendah lemak
jenuh, minyak ikan omega 3
- Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan misalnya rasa
sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh dan hilangnya rasa
3. Implementasi dan Evaluasi
No Implementasi Evaluasi
1 - Periksa tanda dan gejala S:
Hipervolemia (mis. ortopnea, - Ny. P mengatakan sudah tidak
adema, JVP/CVP meningkat, mengeluh Badan terasa berat
refleks hepatojugularis positif, karena bengkak

Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 25


suara nafas tambahan - Klien menceritakan produksi air
- Identifikasi penyebab kencing agak lebih banyak dari
hypervolemia sebelumnya
- Monitor intake dan output cairan O:
- Monitor tanda hemokonsenterasi - Tidak terdapat pitting edema
(mis, kadar natrium, BUN, pada kedua tungkai
hematocrit, berat jenis urin - Hb = 9,4 mg/dl
- Timbang berat badan setiap hari - albumin 3,4 mg/dl
pada waktu yang sama - ureum = 100 mg/dl
- Batasi asupan cairan dan garam - kreatinin = 3,5 mg/dl
- Jaga intake yang akurat dan - CCT = 6,78 mg/d
catat output A: Masalah Hipervolemia teratasi
- Monitor tanda-tanda vital pasien P: Intervensi selesai
- Anjurkan melapor jika haluaran
urin <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
- Anjurkan melapor jika bb
bertambah >1 kg dalam sehari
- Ajarkan cara membatasi cairan
- Kolaborasi pemberian diuretic
- Kolaborasi penggantian
kehilangan kaliaum akibat
diuretic

2 - Periksa sirkulasi perifer seperti S: Ny. P sudah tidak mengeluh Badan


nadi perifer, pengisian kapiler, terasa berat karena bengkak
warna, suhu O: TidakTerdapat pitting edema pada
- Identifikasi faktor risiko gangguan kedua tungkai
sirkulasi A: Masalah Perfusi perifer tidak efektif
- Monitor panas, kemerahan, nyeri, teratasi
atau bengkak pada ekstermitas P: Intervensi selesai
- Lakukan pencegahan infeksi
- Lakukan perawatan kaki dan
kuku
- Anjurkan minum obat pengontrol
tekanan darah secara teratur
- Anjurkan melakukan perawatan
kulit yang tepat
- Anjurkan program rehabilitasi
vaskular
- Ajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi misalnya
rendah lemak jenuh, minyak ikan
omega 3
- Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan
misalnya rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat, luka tidak
sembuh dan hilangnya rasa

Aktifitas 6
Buatlah resume jurnal reading minimal dari 1 buah artikel terkait kasus diabetes melitus
dengan komplikasi nephropati dan rencana pendidikan kesehatan lengkap dengan medianya
Resume Jurnal

Judul: HUBUNGAN KADAR HBA1C DENGAN RESIKO NEFROPATI DIABETIKUM PADA

Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 26


PASIEN DM TIPE 2 DI RSUD H. ABDUL MANAP KOTA JAMBI
Penulis: Susan Tarawifa, Samuel Batara Bonar, Imanuel Sitepu
Tahun Terbit: 2020
Sumber: https://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan/article/viewFile/2755/pdf

Latar belakang:
Hiperglikemia kronis pada diabetes mellitus tipe 2 berhubungan dengan disfungsi atau
kegagalan beberapa organ tubuh seperti ginjal (nefropati diabetikum). Pengendalian
hiperglikemia pada penderita DM tipe 2 sangat penting dan tidak boleh diabaikan karena
berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas penderita DM tipe 2 tersebut. HbA1c
merupakan salah satu pemeriksaan status glikemik pada penderita DM tipe 2 dan
pemeriksaan mikroalbuminuria berguna untuk pemantauan dini resiko nefropati diabetikum.
Metode:
Penelitian ini menggunakan metode analitik cross-sectional dengan menggunakan teknik
consecutive sampling sesuai dengan kriteria inklusi. Analisis data dilakukan univariat dan
bivariate menggunakan uji Chi-Square.
Hasil:
Dari hasil 30 subjek penelitian, didapatkan pasien dengan usia 56-65 sebesar 66, jenis
kelamin perempuan sebesar 66,7% perempuan. Hasil kadar HbA1c tidak terkontrol
didapatkan hasil 50% beresiko nefropati diabetikum dan 50% normal. Hasil kadar HbA1c
yang terkontrol didapatkan hasil 62,5% normal dan 37,5% beresiko nefropati diabetikum
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai p-value=0,42 yang berarti tidak adanya hubungan
yang bermakna antara kadar HbA1c dengan resiko nefropati diabetikum pada pasien DM
tipe 2 di RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi.
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan pada pasien DM tipe 2 di
Poli Penyakit Dalam RSUD H. Abdul Manap didapatkan kesimpulan bahwa sebagian besar
responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 22 orang (66,7%) dan berusia di
antara 56-65 tahun sebanyak 20 orang (66,7%). Hasil pemeriksaan kadar HbA1c,
persentase yang tidak terkontrol sebesar 73,3% sedangkan persentase yang terkontrol
sebesar 26,7% dan memiliki nilai kadar HbA1c rerata 8,82% (tidak terkontrol). Pemeriksaan
mikroalbuminaria dilakukan untuk menilai risiko nefropati diabetikum dan didapatkan
persentase yang normal sebesar 53,3% dan persentase yang mikroalbuminuria sebesar
46,7% dan memiliki nilai rerata 81.83 mg/L (mikroalbuminuria). Hasil uji uji statistik
menunjukkan pvalue : 0,426 (> 0,05) yang berarti tidak adanya hubungan yang signifikan
antara variabel kadar HbA1c dengan variabel resiko nefropati diabetikum.

Pertemuan hari III

Setelah menyelesaikan modul ini peserta didik diharapkan mampu


A. Memanfaatkan hasil-hasil penelitian dalam mengatasi masalah-masalah pada klien
diabetes melitus dengan komplikasi nephropati dan pendidikan kesehatan pada klien
diabetes melitus dengan komplikasi nephropati

B. Mensimulasikan pendidikan kesehatan pada klien diabetes melitus dengan komplikasi


nephropati:
1. Membuat rencana pendidikan kesehatan pada klien diabetes melitus dengan
komplikasi nephropati untuk pencegahan primer, pencegahan sekunder dan
pencegahan tersier
2. Membuat media pendidikan kesehatan pada klien diabetes melitus dengan
komplikasi nephropati
3. Mendemonstrasikan pendidikan kesehatan pada klien diabetes melitus dengan
komplikasi nephropati
4. Mengevaluasi hasil pelaksanaan pendidikan kesehatan pada klien diabetes melitus
dengan komplikasi nephropati

Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 27


Aktifitas 1
1. Paparkan hasil journal reading anda tentang klien dengan diabetes melitus dengan
komplikasi nephropati
Judul: HUBUNGAN KADAR HBA1C DENGAN RESIKO NEFROPATI DIABETIKUM
PADA PASIEN DM TIPE 2 DI RSUD H. ABDUL MANAP KOTA JAMBI
Penulis: Susan Tarawifa, Samuel Batara Bonar, Imanuel Sitepu
Tahun Terbit: 2020
Sumber: https://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan/article/viewFile/2755/pdf

Latar belakang:
Hiperglikemia kronis pada diabetes mellitus tipe 2 berhubungan dengan disfungsi atau
kegagalan beberapa organ tubuh seperti ginjal (nefropati diabetikum). Pengendalian
hiperglikemia pada penderita DM tipe 2 sangat penting dan tidak boleh diabaikan karena
berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas penderita DM tipe 2 tersebut. HbA1c
merupakan salah satu pemeriksaan status glikemik pada penderita DM tipe 2 dan
pemeriksaan mikroalbuminuria berguna untuk pemantauan dini resiko nefropati
diabetikum.
Metode:
Penelitian ini menggunakan metode analitik cross-sectional dengan menggunakan teknik
consecutive sampling sesuai dengan kriteria inklusi. Analisis data dilakukan univariat dan
bivariate menggunakan uji Chi-Square.
Hasil:
Dari hasil 30 subjek penelitian, didapatkan pasien dengan usia 56-65 sebesar 66, jenis
kelamin perempuan sebesar 66,7% perempuan. Hasil kadar HbA1c tidak terkontrol
didapatkan hasil 50% beresiko nefropati diabetikum dan 50% normal. Hasil kadar HbA1c
yang terkontrol didapatkan hasil 62,5% normal dan 37,5% beresiko nefropati diabetikum
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai p-value=0,42 yang berarti tidak adanya
hubungan yang bermakna antara kadar HbA1c dengan resiko nefropati diabetikum pada
pasien DM tipe 2 di RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi.
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan pada pasien DM tipe
2 di Poli Penyakit Dalam RSUD H. Abdul Manap didapatkan kesimpulan bahwa
sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 22 orang
(66,7%) dan berusia di antara 56-65 tahun sebanyak 20 orang (66,7%). Hasil
pemeriksaan kadar HbA1c, persentase yang tidak terkontrol sebesar 73,3% sedangkan
persentase yang terkontrol sebesar 26,7% dan memiliki nilai kadar HbA1c rerata 8,82%
(tidak terkontrol). Pemeriksaan mikroalbuminaria dilakukan untuk menilai risiko nefropati
diabetikum dan didapatkan persentase yang normal sebesar 53,3% dan persentase
yang mikroalbuminuria sebesar 46,7% dan memiliki nilai rerata 81.83 mg/L
(mikroalbuminuria). Hasil uji uji statistik menunjukkan pvalue : 0,426 (> 0,05) yang berarti
tidak adanya hubungan yang signifikan antara variabel kadar HbA1c dengan variabel
resiko nefropati diabetikum.

2. Buatlah SAP Materi pendidikan kesehatan pada klien diabetes melitus dengan komplikasi
nephropati
Terlampir

3. Buat media yang sesuai dengan pendidikan kesehatan yang saudara berikan
Terlampir

4. Demonstrasikan pendidikan kesehatan pada klien diabetes melitus dengan nephropati


-

5. Diskusikan hasil pelaksanaan pendidikan kesehatan pada klien diabetes melitus dengan
nephropati dengan kelompok
-

Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 28


Informasi pada bagian ini :
Pernyataan Tanda chek Pernyataan Tanda chek
(√) (√)
Sangat sedikit Tidak relevan dengan
praktik klinik
Sesuai Membosankan
Terlalu banyak Kurang menarik
Terlalu sederhana Sangat menarik
Kurang komplek Terlalu teoritis
Terlalu komplek Teori tepat untuk saya
Relevan dengan praktik Teori tidak cukup
klinik

Pengetahuan yang saya peroleh meningkatkan kemampuan saya untuk memberikan asuhan
keperawatan pada penderita DM (berikan tanda √ pada kotak yang disediakan) :
 Ya, pasti
 Mungkin
 Tidak

Apa saran saudara untuk meningkatkan isi dari bab ini ?


....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
........................................................................................................................

Mahasiswa Dosen

Nama Nama

NIM NIP

Tanda Tanda
Tangan Tangan

Nilai

Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 29

Anda mungkin juga menyukai