Tujuan:
Pertemuan hari I
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan:
1. Mampu mengidentifikasi kata kunci pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hipoglikemi) secara mandiri
2. Mampu mengidentifikasi masalah keperawatan pada kasus diabetes dengan komplikasi
akut (hipoglikemi) secara mandiri berdasarkan data subyektif dan data obyektif pada
kasus
3. Mampu mendiskusikan masalah keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan
komplikasi akut (hipoglikemi) yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri untuk
mencapai kesepahaman kelompok
4. Mampu mengidentifikasi faktor penyebab masalah pada kasus diabetes melitus dengan
komplikasi akut (hipoglikemi)
5. Mampu mendiskusikan faktor penyebab masalah pada kasus diabetes melitus tipe
dengan komplikasi akut (hipoglikemi) yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri
untuk mencapai kesepakatan kelompok
6. Mampu mengidentifikasi materi belajar pada kasus diabetes melitus tipe dengan
komplikasi akut (hipoglikemi) secara mandiri
Kasus 1
Tn.H, 45 tahun. Masuk Rumah Sakit dengan keluhan badan tiba-tiba lemas dan
menurut keluarga tidak bisa diajak bicara, akhirnya dibawa ke RS. Kadar gula darah
saat 50 mg/dl. Menurut keluarga, klien didiganosa menderita DM 1 bulan yang lalu dan
mendapatkan obat Glibenklamid. Menurut keluarga klien taat minum obat, dan makan
jumlahnya sedikit karena takut kadar gulanya naik. Kondisi saat ini, klien lemah dan
sudah bisa diajak bicara.
Aktifitas 1
Review modul patofisiologi diabetes melitus dengan komplikasi akut (hipoglikemi)
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada
glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat
memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam
beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung
pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam
system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan
mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah
dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar
glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron
menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah
insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat,
protein, lemak, ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis yaitu
dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis. Apabila jumlah insulin berkurang jumlah
glukosa yang memasuki sel akan berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati
Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 2
menjadi tidak terkendali, kedua factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya
untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan
glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang
di tandai oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan
elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air
dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.
1. Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik
akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti
perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
2. Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak
tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan
fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit
kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara
pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional,
penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping
gejala adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
3. Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat
berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia
yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi,
serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran
(Smeltzer. 2001).
4. Pathway
Data tambahan:
1. Pola aktivitas
2. Riwayat nutrisi/pola makan
3. Riwayat DM pada keluarga
4. Kebiasaan mengonsumsi alkohol atau makanan minuman lain (Gaya hidup)
5. Kebiasaan merokok
6. Pola istirahat
7. Faktor pencetus stress
8. TB dan BB (IMT)
9. Tingkat pemahaman klien mengenai penyakitnya dan cara penanganannya
10. TTV
11. GCS/penurunan kesadaran
Aktifitas 3
Diskusikan kata kunci dan data tambahan untuk rumusan masalah bersama kelompok
Aktiftas 4
Identifikasi masalah keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hipoglikemi) secara mandiri berdasarkan data subyektif dan data obyektif pada kasus
Data Subjektif:
- Pasien mengeluh badan tiba-tiba lemas dan tidak bisa diajak bicara
- Keluarga pasien mengatakan di diagnosa menederita Diabates Mellitus tipe 1
bulan yang lalu dan mendapat obat glibenklamid
- Keluarga pasien mengatakan pasien taat minum obat dan makan jumlah sedikit
karena kadar gula darahnya naik
Data Objektif:
- GDS 50 mg/dl
- Pasien tampak lemah
- Pasien bisa diajak berbicara
Masalah keperawatan yang muncul berdasarkan DS dan DO:
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
DS:
- Pasien mengeluh badan tiba-tiba lemas dan tidak bisa diajak berbicara
- Kleuarga pasien mengatakan pasien di diagnosa menderita Diabetes
Mellitus 1 bulan yang lalau dan mendapatkan obat glinklamid
- Keluarga pasien mengatakan pasien taat minum obat dan makan
jumlahnya sedikit karena takut kadar gula darahnya naik
DO:
Aktifitas 5
Diskusikan masalah keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hipoglikemi) yang sudah diidentifikasi oleh individu/mandiri untuk mencapai kesepakatan
kelompok
Aktifitas 4
identifikasi faktor penyebab masalah pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hipoglikemi)
Aktifitas 6
Diskusikan faktor penyebab masalah pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hipoglikemi) yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri untuk mencapai kesepakatan
kelompok dengan menggunakan pohon masalah
1. Pengertian hipoglikemia
2. penyebab
3. patofisilogi
4. tanda dan gejala
5. penanganan hipoglikemia
6. obat-obat yang digunakan
7. penatalaksanaan hipoglikemia dirumah atau TKP dan di RS
Aktifitas 1
Susunlah diagnosis keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hipoglikemi) secara mandiri
Aktifitas 2
Diskusikan diagnosis keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hipoglikemi) yang sudah diidentifikasi oleh individu/mandiri untuk mencapai kesepakatan
kelompok
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hipoglikemia ditandai
dengan kadar gula darah 50 mg/dl
2. Keletihan behubungan dengan kondisi fisiologis ditandai dengan klien mengeluh
lemas
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan klien
merasa lemas
4. Risiko defisit nutrisi ditandai dengan faktor risiko faktor psikologis
5. Risiko cidera ditandai dengan faktor risiko kegagalan mekanisme pertahanan
tubuh
6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif ditandai dengan
keluarga mengatakan klien taat minum obat,dan makan jumlahnya sedikit karena
takut kadar gula darahnya naik.
Aktifitas 3
Identifikasi materi belajar pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut (hipoglikemi)
secara mandiri
Dari identifikasi pada kasus diatas materi belajar yang didapatkan pada kasus yaitu
mengenai pengertia hipoglikemia, penyebab hipoglikemia, patofosiologi hipoglikemia,
tanda dan gejala, penanganan serta obat-obatan yang digunakan.
Aktifitas 1
Susunlah rencana keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hipoglikemi) secara mandiri
Aktifitas 2
Diskusikan rencana keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hipoglikemi) yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri untuk mencapai kesepakatan
kelompok
Aktifitas 3
Susunlah catatan perkembangan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hipoglikemi) secara mandiri
No Diagnosa Evaluasi Paraf
1 Ketidakstabilan kadar S: Klien masih lemah
glukosa darah O: gula darah 50mg/dl
berhubungan dengan A: masalah belum teratasi
hipoglikemia P: lanjutkan intervensi
2 Intoleransi aktiviats S: -
berhubungan dengan O: Klien tampak masih lemah
kelemahan A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
3 Defisit pengetahuan S: Klien telah mengerti apa yang dijelaskan
berhubungan dengan O: Klien nampak memahami apa yang
keterbatasan kognitif dijelaskan
A: Masalah teratasi
P: Intervensi selesai
Aktifitas 4
Aktifitas 5
Buatlah dokumentasi keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hipoglikemi) secara mandiri
1. Pengkajian
Identitas Klien Nama : Tn. H
Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 45 thn
Keluhan Utama : badan tiba-tiba lemas dan menurut keluarga tidak bisa diajak
bicara.
Riwayat Keluahan Utama : klien masuk RS karena badan tiba-tiba lemas dan
menurut keluarga tidak bisa diajak bicara,kadar gula darah saat 50 mg/dl. Menurut
keluarga,klien didiganosa menderita DM 1 bulan yang lalu dan mendapatkan obat
Glibenklamid. Menurut keluarga klien taat minum obat, dan makan jumlahnya
sedikit karena takut kadar gulanya naik. Kondisi saat ini, klien lemah dan sudah
bisa diajak bicara.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hipoglikemia
b. Intoleransi aktiviats berhubungan dengan kelemahan
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif
3. Intervensi Keperawatan
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
Setelah dilakuakn intervensi keperawatan selama ... x 24 jam maka kestabilan
kadar glukosa darah meningkat dengan kriteria hasil:
1) Kesadaran meningkat
2) Tidak lelah/lesu
3) Klien tidak kesulitan berbicara
4) Kadar glukosa dalam darah membaik
Intervensi:
Observasi
- Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia
- Identifikasi kemungkinan penyebab hipoglikemia
Terapeutik
- Berikan karbohidrat sederhana, jika perlu
- Hubungi layanan medis darurat, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan monitor kadar glukosa darah
- Jelaskan interaksi antara diet, insulin/agen oral dan olahraga
- Ajarkan pengelolaan hipoglikemia (mis. Tanda dan gejala, faktor risiko, dan
pengobatan hipoglikemia)
- Ajarkan perawatan mandiri untuk mencegah hipoglikemia (mis. Mengurangi
insulin/agen oral dan/atau meningkatkan asupan makanan untuk berolahraga)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian dekstrose, jika perlu
b. Intoleransi aktivitas
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama .... x 24 jam maka Tingkat
keletihan menurun dengan kriteria hasil:
1) Verbilisasi kepulihan energi meningkat
2) Tenaga meningkat
3) Klien tidak lesu
4) Tidak ada keluhan lelah
Intervensi:
Aktifitas 6
Buatlah resume jurnal reading minimal dari 1 buah artikel terkait kasus diabetes melitus
dengan komplikasi akut (hipoglikemi) dan rencana pendidikan kesehatan lengkap dengan
medianya.
Resume Jurnal
Latar Belakang:
Hipoglikemia dapat menyebabkan gangguan otak dan juga kematian pasien. Pasien
Diabetes Melitus yang datang ke IGD sekitar 66,7% mengalami hipoglikemia. Keadaan ini
memerlukan pencegahan dini agar tidak menambah jumlah penderita
hipoglikemia. Pencegahan yang baik memerlukan faktor-faktor yang pasti menyebabkan
hipoglikemia. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor (pekerjaan, pendidikan,
pengetahuan, jenis kelamin, dan umur) terhadap kejadian hipoglikemia pada pasien diabetes
melitus (DM) di Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Metode:
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross-
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus yang berkunjung ke
IGD. Sampel sebanyak 37 pasien diambil dengan teknik pengambilan sampel
konsekutif. Analisis data dilakukan dengan uji Partial Least Squares-Structural Equation
Modeling (PLS-SEM).
Hasil:
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap kejadian
Aktifitas 1
1. Paparkan hasil journal reading anda tentang klien dengan diabetes melitus dengan
komplikasi akut (hipoglikemi)
Judul: FAKTOR KEJADIAN HIPOGLIKEMIA PADA PASIEN DIABETES MELLITUS:
SEBUAH STUDI PERCONTOHAN DI RUANG GAWAT DARURAT
Penulis: Abu Bakar, Siti Nur Qomariah, Candra Hadi Santoso, Mono Pratiko Gustomi,
Yuanita Syaful, Lilis Fatmawa
Tahun Terbit: 2019
Sumber: https://www.elsevier.es/es-revista-enfermeria-clinica-35-articulo-factors-
incidence-hypoglycemia-in-diabetes-S1130862120300504
Latar Belakang:
Hipoglikemia dapat menyebabkan gangguan otak dan juga kematian pasien. Pasien
Diabetes Melitus yang datang ke IGD sekitar 66,7% mengalami hipoglikemia. Keadaan
ini memerlukan pencegahan dini agar tidak menambah jumlah penderita
hipoglikemia. Pencegahan yang baik memerlukan faktor-faktor yang pasti menyebabkan
hipoglikemia. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor (pekerjaan, pendidikan,
pengetahuan, jenis kelamin, dan umur) terhadap kejadian hipoglikemia pada pasien
diabetes melitus (DM) di Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Metode:
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross-
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus yang berkunjung
ke IGD. Sampel sebanyak 37 pasien diambil dengan teknik pengambilan sampel
konsekutif. Analisis data dilakukan dengan uji Partial Least Squares-Structural Equation
Modeling (PLS-SEM).
Hasil:
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap kejadian
hipoglikemia dengan nilai T=3.844. Ciri-ciri faktor terjadinya hipoglikemia adalah jenis
kelamin, pekerjaan, pengetahuan, pendidikan, dan usia.
Kesimpulan:
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik subjek DM mempunyai hubungan yang bermakna
dengan kejadian hipoglikemia pada pasien di IGD.
3. Buat media yang sesuai dengan pendidikan kesehatan yang saudara berikan
Terlampir
Pengetahuan yang saya peroleh meningkatkan kemampuan saya untuk memberikan asuhan
keperawatan pada penderita DM (berikan tanda √ pada kotak yang disediakan) :
Ya, pasti
Mungkin
Tidak
Mahasiswa Dosen
Nama Nama
NIM NIP
Tanda Tanda
Tangan Tangan
Nilai
Tujuan:
Pertemuan hari I
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan:
1. Mampu mengidentifikasi kata kunci pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi
nephropati secara mandiri
2. Mampu mengidentifikasi masalah keperawatan pada kasus diabetes dengan komplikasi
nephropati secara mandiri berdasarkan data subyektif dan data obyektif pada kasus
3. Mampu mendiskusikan masalah keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan
komplikasi nephropati yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri untuk mencapai
kesepahaman kelompok
4. Mampu mengidentifikasi faktor penyebab masalah pada kasus diabetes melitus dengan
komplikasi nephropati
5. Mampu mendiskusikan faktor penyebab masalah pada kasus diabetes melitus tipe
dengan komplikasi nephropati yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri untuk
mencapai kesepakatan kelompok
6. Mampu mengidentifikasi materi belajar pada kasus diabetes melitus tipe dengan
komplikasi nephropati secara mandiri
Kasus 1
Ny. P, 54 tahun. Seorang Ibu Rumah Tangga. Mengeluh Badan terasa berat karena
bengkak. 3 bulan sebelum masuk Rumah Sakit klien mengeluh sesak. Klien
mengetahui menderita DM sejak 5 tahun yang lalu. Pemeriksaan fisik didapatkan
konjungtiva pucat, terdapat pitting edema pada kesua tungkai. Klien menceritakan
produksi air kencing sedikit. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil Hb = 8
mg/dl; albumin 2,4 mg/dl; ureum = 196 mg/dl dan kreatinin = 5,5 mg/dl. CCT = 8,78
mg/dl.
Aktifitas 1
Review modul patofisiologi diabetes melitus dengan komplikasi nephropati
Nefropati diabetik merupakan sindrom klinis pada pasien diabetes mellitus yang ditandai
dengan albuminuria menetap (>300 mg/24 jam) pada minimal dua kali pemeriksaan dalam
kurun waktu 3 sampai 6 bulan. Nefropati diabetik merupakan penyebab utama gagal ginjal.
Kurang lebih 40% pasien dengan diabetes tipe 1 akan mengalami komplikasi nefropati
diabetik. Pengendalian glukosa darah yang baik dan berkelanjutan baik dengan modifikasi
perilaku maupun penggunaan obat sangat efektif untuk mencegah terjadinya komplikasi
nefropati pada pasien diabetes. Penatalaksaan yang mencapai target terapi secara
berkelanjutan, akan menurunkan insiden nefropati diabetik dan signifikan akan
memperlambat progresifitas gagal ginjal.
PATHWAY
Data Tambahan:
1. Riwayat kesehatan keluarga.
2. Riwayat Hipertensi.
3. Riwayat Kolesterol Tinggi.
4. Riwayat pengobatan.
5. IMT.
6. Gaya hidup (pola makan, aktivitas fisik, riwayat merokok).
7. Pola Eliminasi Urine (Intake dan Output)
8. Pemeriksaan KGD.
9. Pemeriksaan tanda – tanda vital.
10. Pemeriksaan Laboratorium :
a. Tes LFG (Laju Filtrasi Glomerulus), untuk mengukur fungsi ginjal.
Aktiftas 4
Identifikasi masalah keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi
nephropati secara mandiri berdasarkan data subyektif dan data obyektif pada kasus
1. Hipervolemia
DS :
- Ny. P mengeluh Badan terasa berat karena bengkak
- 3 bulan sebelum masuk Rumah Sakit klien mengeluh sesak
- Klien mengetahui menderita DM sejak 5 tahun yang lalu
- Klien menceritakan produksi air kencing sedikit
DO:
- Terdapat pitting edema pada kedua tungkai
- Hb = 8 mg/dl
- albumin 2,4 mg/dl
- ureum = 196 mg/dl
- kreatinin = 5,5 mg/dl
- CCT = 8,78 mg/dl
2. Perfusi Perifer Tidak Efektif
DS:
- Ny. P mengeluh Badan terasa berat karena bengkak
- Klien mengetahui menderita DM sejak 5 tahun yang lalu
DO:
- Terdapat pitting edema pada kedua tungkai
- Konjungtiva pucat
- Hb = 8 mg/dl
Aktifitas 4
identifikasi faktor penyebab masalah pada kasus diabetes melitus dengan nephropati
1. Hipervolemia terjadi akibat gangguan keseimbangan elektrolit, terdapat edema
pada tungkai klien, dan juga produksi urine yang sedikit.
2. Perfusi Perifer Tidak Efektif terjadi akibat, penurunan sirkulasi darah pada level
kapiler yang mengganggu metabolism tubuh, klien mengeluh badan terasa berat
karena bengkak, konjungtiva pucat, dan terdapat edema pada tungkai.
Resistensi insulin
Diabetes melitus
Defisiensi insulin
Hipervolemia
Pertemuan hari II
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan:
1. Mampu menyusun diagnosis keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan
komplikasi nephropati secara mandiri
2. Mampu mendiskusikan diagnosis keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan
nephropati yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri untuk mencapai
kesepahaman kelompok
3. Mampu mengidentifikasi materi belajar pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi
nephropati secara mandiri
Aktifitas 1
Susunlah diagnosis keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi nephropati
secara mandiri
1. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi d.d Ny. P mengeluh Badan
terasa berat karena bengkak, klien mengeluh sesak, Klien mengetahui menderita
DM sejak 5 tahun yang lalu, Klien menceritakan produksi air kencing sedikit,
Terdapat pitting edema pada kedua tungkai, albumin 2,4 mg/dl, ureum = 196
mg/dl, kreatinin = 5,5 mg/dl, dan CCT = 8,78 mg/dl.
2. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin d.d Ny. P
mengeluh Badan terasa berat karena bengkak, Klien mengetahui, Pemeriksaan
fisik didapatkan konjungtiva pucat, dan Terdapat pitting edema pada kedua
tungkai.
Aktifitas 3
Identifikasi materi belajar pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi nephropati secara
mandiri
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan komplikasi Nefropati Diabetik : Diagnosa.
Aktifitas 1
Susunlah rencana keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi nephropati
secara mandiri
1. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan status
keseimbangan cairan dapat ditingkatkan dengan kriteria hasil:
a. berat badan stabil
b. tidak ada edema
c. Keseimbangan intake dan ouput dalam 24 jam
Intervensi:
Observasi
- Periksa tanda dan gejala Hipervolemia (mis. ortopnea, adema, JVP/CVP
meningkat, refleks hepatojugularis positif, suara nafas tambahan
- Identifikasi penyebab hypervolemia
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor tanda hemokonsenterasi (mis, kadar natrium, BUN, hematocrit, berat
jenis urin
Terapeutik
- Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
- Batasi asupan cairan dan garam
- Jaga intake yang akurat dan catat output
- Monitor tanda-tanda vital pasien
Edukasi
- Anjurkan melapor jika haluaran urin <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
- Anjurkan melapor jika bb bertambah >1 kg dalam sehari
- Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian diuretic
- Kolaborasi penggantian kehilangan kaliaum akibat diuretic
2. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan perfusi
perifer menjadi efektif dengan kriteria hasil:
a. TTV dalam batas normal
b. Warna kulit normal
c. Suhu kulit hangat
d. Nilai laboratorium dalam batas normal
Intervensi:
Observasi
- Periksa sirkulasi perifer seperti nadi perifer, pengisian kapiler, warna,
suhu
- Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
- Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstermitas
Aktifitas 3
Susunlah catatan perkembangan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi nephropati
secara mandiri
No Diagnosa Evaluasi Paraf
1 Hipervolemia S:
berhubungan - Ny. P mengatakan sudah tidak mengeluh
dengan Gangguan Badan terasa berat karena bengkak
Mekanisme Regulasi - Klien menceritakan produksi air kencing agak
(D.0022) lebih banyak dari sebelumnya
O:
- Tidak terdapat pitting edema pada kedua
tungkai
- Hb = 9,4 mg/dl
- albumin 3,4 mg/dl
- ureum = 100 mg/dl
- kreatinin = 3,5 mg/dl
- CCT = 6,78 mg/d
A: Masalah Hipervolemia teratasi
P: Intervensi selesai
2 Perfusi Perifer Tidak S: Ny. P sudah tidak mengeluh Badan terasa berat
Efektif berhubungan karena bengkak
dengan Penurunan O: TidakTerdapat pitting edema pada kedua tungkai
Konsentrasi A: Masalah Perfusi perifer tidak efektif teratasi
Hemoglobin P: Intervensi selesai
(D.0009)
Aktifitas 5
Buatlah dokumentasi keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi
nephropati secara mandiri
1. Pengkajian
Identitas Klien
Nama : Ny. P
Jenis Kelamin: Perempuan
Usia : 54 tahun
Keluhan Utama: Badan terasa berat karena bengkak.
Riwayat Penyakit: Menderita DM sejak 5 tahun yang lalu
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipervolemia berhubungan dengan Gangguan Mekanisme Regulasi
b. Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan Penurunan Konsentrasi
Hemoglobin
3. Intervensi Keperawatan
a. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme
Tujuan:
Logbook Sarjana Terapan Keperawatan 24
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan status
keseimbangan cairan dapat ditingkatkan dengan kriteria hasil:
1) berat badan stabil
2) tidak ada edema
3) Keseimbangan intake dan ouput dalam 24 jam
Intervensi:
Observasi
- Periksa tanda dan gejala Hipervolemia (mis. ortopnea, adema, JVP/CVP
meningkat, refleks hepatojugularis positif, suara nafas tambahan
- Identifikasi penyebab hypervolemia
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor tanda hemokonsenterasi (mis, kadar natrium, BUN, hematocrit, berat
jenis urin
Terapeutik
- Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
- Batasi asupan cairan dan garam
- Jaga intake yang akurat dan catat output
- Monitor tanda-tanda vital pasien
Edukasi
- Anjurkan melapor jika haluaran urin <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
- Anjurkan melapor jika bb bertambah >1 kg dalam sehari
- Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian diuretic
- Kolaborasi penggantian kehilangan kaliaum akibat diuretic
b. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan perfusi
perifer menjadi efektif dengan kriteria hasil:
1) TTV dalam batas normal
2) Warna kulit normal
3) Suhu kulit hangat
4) Nilai laboratorium dalam batas normal
Intervensi:
Observasi
- Periksa sirkulasi perifer seperti nadi perifer, pengisian kapiler, warna,
suhu
- Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
- Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstermitas
Terapeutik
- Lakukan pencegahan infeksi
- Lakukan perawatan kaki dan kuku
Edukasi
- Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur
- Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
- Anjurkan program rehabilitasi vaskular
- Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi misalnya rendah lemak
jenuh, minyak ikan omega 3
- Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan misalnya rasa
sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh dan hilangnya rasa
3. Implementasi dan Evaluasi
No Implementasi Evaluasi
1 - Periksa tanda dan gejala S:
Hipervolemia (mis. ortopnea, - Ny. P mengatakan sudah tidak
adema, JVP/CVP meningkat, mengeluh Badan terasa berat
refleks hepatojugularis positif, karena bengkak
Aktifitas 6
Buatlah resume jurnal reading minimal dari 1 buah artikel terkait kasus diabetes melitus
dengan komplikasi nephropati dan rencana pendidikan kesehatan lengkap dengan medianya
Resume Jurnal
Latar belakang:
Hiperglikemia kronis pada diabetes mellitus tipe 2 berhubungan dengan disfungsi atau
kegagalan beberapa organ tubuh seperti ginjal (nefropati diabetikum). Pengendalian
hiperglikemia pada penderita DM tipe 2 sangat penting dan tidak boleh diabaikan karena
berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas penderita DM tipe 2 tersebut. HbA1c
merupakan salah satu pemeriksaan status glikemik pada penderita DM tipe 2 dan
pemeriksaan mikroalbuminuria berguna untuk pemantauan dini resiko nefropati diabetikum.
Metode:
Penelitian ini menggunakan metode analitik cross-sectional dengan menggunakan teknik
consecutive sampling sesuai dengan kriteria inklusi. Analisis data dilakukan univariat dan
bivariate menggunakan uji Chi-Square.
Hasil:
Dari hasil 30 subjek penelitian, didapatkan pasien dengan usia 56-65 sebesar 66, jenis
kelamin perempuan sebesar 66,7% perempuan. Hasil kadar HbA1c tidak terkontrol
didapatkan hasil 50% beresiko nefropati diabetikum dan 50% normal. Hasil kadar HbA1c
yang terkontrol didapatkan hasil 62,5% normal dan 37,5% beresiko nefropati diabetikum
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai p-value=0,42 yang berarti tidak adanya hubungan
yang bermakna antara kadar HbA1c dengan resiko nefropati diabetikum pada pasien DM
tipe 2 di RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi.
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan pada pasien DM tipe 2 di
Poli Penyakit Dalam RSUD H. Abdul Manap didapatkan kesimpulan bahwa sebagian besar
responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 22 orang (66,7%) dan berusia di
antara 56-65 tahun sebanyak 20 orang (66,7%). Hasil pemeriksaan kadar HbA1c,
persentase yang tidak terkontrol sebesar 73,3% sedangkan persentase yang terkontrol
sebesar 26,7% dan memiliki nilai kadar HbA1c rerata 8,82% (tidak terkontrol). Pemeriksaan
mikroalbuminaria dilakukan untuk menilai risiko nefropati diabetikum dan didapatkan
persentase yang normal sebesar 53,3% dan persentase yang mikroalbuminuria sebesar
46,7% dan memiliki nilai rerata 81.83 mg/L (mikroalbuminuria). Hasil uji uji statistik
menunjukkan pvalue : 0,426 (> 0,05) yang berarti tidak adanya hubungan yang signifikan
antara variabel kadar HbA1c dengan variabel resiko nefropati diabetikum.
Latar belakang:
Hiperglikemia kronis pada diabetes mellitus tipe 2 berhubungan dengan disfungsi atau
kegagalan beberapa organ tubuh seperti ginjal (nefropati diabetikum). Pengendalian
hiperglikemia pada penderita DM tipe 2 sangat penting dan tidak boleh diabaikan karena
berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas penderita DM tipe 2 tersebut. HbA1c
merupakan salah satu pemeriksaan status glikemik pada penderita DM tipe 2 dan
pemeriksaan mikroalbuminuria berguna untuk pemantauan dini resiko nefropati
diabetikum.
Metode:
Penelitian ini menggunakan metode analitik cross-sectional dengan menggunakan teknik
consecutive sampling sesuai dengan kriteria inklusi. Analisis data dilakukan univariat dan
bivariate menggunakan uji Chi-Square.
Hasil:
Dari hasil 30 subjek penelitian, didapatkan pasien dengan usia 56-65 sebesar 66, jenis
kelamin perempuan sebesar 66,7% perempuan. Hasil kadar HbA1c tidak terkontrol
didapatkan hasil 50% beresiko nefropati diabetikum dan 50% normal. Hasil kadar HbA1c
yang terkontrol didapatkan hasil 62,5% normal dan 37,5% beresiko nefropati diabetikum
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai p-value=0,42 yang berarti tidak adanya
hubungan yang bermakna antara kadar HbA1c dengan resiko nefropati diabetikum pada
pasien DM tipe 2 di RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi.
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan pada pasien DM tipe
2 di Poli Penyakit Dalam RSUD H. Abdul Manap didapatkan kesimpulan bahwa
sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 22 orang
(66,7%) dan berusia di antara 56-65 tahun sebanyak 20 orang (66,7%). Hasil
pemeriksaan kadar HbA1c, persentase yang tidak terkontrol sebesar 73,3% sedangkan
persentase yang terkontrol sebesar 26,7% dan memiliki nilai kadar HbA1c rerata 8,82%
(tidak terkontrol). Pemeriksaan mikroalbuminaria dilakukan untuk menilai risiko nefropati
diabetikum dan didapatkan persentase yang normal sebesar 53,3% dan persentase
yang mikroalbuminuria sebesar 46,7% dan memiliki nilai rerata 81.83 mg/L
(mikroalbuminuria). Hasil uji uji statistik menunjukkan pvalue : 0,426 (> 0,05) yang berarti
tidak adanya hubungan yang signifikan antara variabel kadar HbA1c dengan variabel
resiko nefropati diabetikum.
2. Buatlah SAP Materi pendidikan kesehatan pada klien diabetes melitus dengan komplikasi
nephropati
Terlampir
3. Buat media yang sesuai dengan pendidikan kesehatan yang saudara berikan
Terlampir
5. Diskusikan hasil pelaksanaan pendidikan kesehatan pada klien diabetes melitus dengan
nephropati dengan kelompok
-
Pengetahuan yang saya peroleh meningkatkan kemampuan saya untuk memberikan asuhan
keperawatan pada penderita DM (berikan tanda √ pada kotak yang disediakan) :
Ya, pasti
Mungkin
Tidak
Mahasiswa Dosen
Nama Nama
NIM NIP
Tanda Tanda
Tangan Tangan
Nilai