Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN HIPEREMESIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas MK Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh Kelompok 3 :

1. DENNY KURNIAWAN (NIM PO.62.20.1.20.117)


2. GLORIA NATALINA KORNEDI (NIM PO.62.20.1.20.123)
3. NATALIE NANDA FRADILLA (NIM PO.62.20.1.20.132)

Dosen Pendamping :

Ns. CHRISTINE ADEN, M.Kep, Sp.Mat


NIP 19720414 199502 2 001

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
KELAS REGULER ANGKATAN VI SEMESTER III
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan Makalah pada mata kuliah
Keperawatan Maternitas tepat waktu. Penulisan Makalah berjudul Asuhan Keperawatan
Ibu Hamil dengan Hiperemesis dapat diselesaikan. Kami berharap makalah Asuhan
Keperawatan tentang Ibu Hamil dengan Hiperemesis ini dapat menjadi referensi bagi
pembaca. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan ilmu dan
pengetahuan. Serta isi makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan kerendahan
hati, penulis memohon maaf apabila ada kesalahan penulisan. Kritik yang terbuka dan
membangun sangat penulis nantikan demi kesempurnaan makalah. Demikian kata
pengantar ini penulis sampaikan. Terima kasih atas semua pihak yang membantu
penyusunan dan membaca makalah ini.

Palangka Raya, 16 Agustus 2021

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................
PENDAHULUAN............................................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Tujuan......................................................................................................................
C. Sistematika Penulisan.............................................................................................
BAB II..............................................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................
A. Konsep Dasar Ibu Hamil Dengan Hiperemesis.......................................................
1. Pengertian/definisi hiperemesis........................................................................
2. Penyebab hiperemesis pada ibu hamil.............................................................
3. patofisiologis/proses terjadi hiperemesis pada ibu hamil..................................
4. Tanda dan gejala/ manifestasi klinik.................................................................
5. Pemeriksaan penunjang hiperemesis terhadap ibu hamil................................
6. Terapi medis hiperemesis pada ibu hamil........................................................

B. Asuhan Keperawatan Ibu Hamil Dengan Hiperemesis


1. Pengkajian.........................................................................................................
2. Diagnosis Keperawatan....................................................................................
3. Intervensi Keperawatan....................................................................................
4. Implementasi Keperawatan...............................................................................
5. Evaluasi Keperawatan......................................................................................
BAB III KESIMPULAN....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hiperemesis Gravidarum atau biasa disebut morning sickness merupakan keluhan
mual muntah berlebihan pada wanita hamil yang wajar terjadi pada kehamilan muda
(trimester 1). Disebut morning sickness karena biasanya terjadi pada pagi hari. Hal ini
dapat terjadi sepanjang hari.rata-rata wanita mulai mengalami morning sickness pada
minggu ke 4 atau ke 6 setelah menstruasi terakhir (Safari, 2017).
Hiperemesis Gravidarum pada tahun 2017 terjadi di seluruh dunia dengan angka
kejadian mencapai 12,5% dari seluruh kehamilan. Angka kejadian Hiperemesis
Gravidarum yang terjadi dunia sangat beragam yaitu sebanyak 0,3% dari seluruh
kehamilan di Swedia, sebanyak 0,5% dari seluruh kehamilan di California, sebanyak
0,8% dari seluruh kehamilan di Canada, sebanyak 10,8% dari seluruh kehamilan di
China, sebanyak 0,9% di dari seluruh kehamilan Norwegia, sebanyak 2,2% di dari
seluruh kehamilan Pakistan, sebanyak 1,9% dari seluruh kehamilan di Turki, dan di
Amerika Serikat prevalensi Hiperemesis Gravidarum adalah 0,5-2% dari seluruh
kehamilan (Masruroh, 2017).
Di Indonesia diperoleh data ibu yang mengalami Hiperemesis Gravidarum
mencapai 14,8% dari seluruh kehamilan. Sekitar 50 – 60% kehamilan disertai mual
dan muntah, dari 360 wanita hamil, 20% diantaranya mengalami mual dan muntah di
pagi hari dan sekitar 80% mual dan muntah sepanjang hari. Kondisi ini biasanya
bertahan dan mencapai puncak pada usia kehamilan 9 minggu. Sekitar 18% kasus
mual dan muntah akan berlanjut sampai kelahiran. Di indonesia keluhan mual dan
muntah terjadi pada 60 - 80% primigravida dan 40-60 % multigravida, satu diantara
seribu kehamilan gejalagejala ini menjadi berat. Hasil pengumpulan data tingkat pusat,
Subdirektorat kebidanan 2 dan kandungan, Subdirektorat Kesehatan kelyarga tahun
2016 dari 325 Kabupaten/Kota menunjukkan bahwa sebesar 20,44% ibu hamil dengan
Hiperemesis Gravidarum berat dirujuk dan harus mendapatkan pelayanan kesehatan
lebih lanjut (SDKI, 2017).
Di sumatera utara Hiperemesis Gravidarum terjadi pada sekitar 10-15% dari
seluruh kehamilan. Keluhan mual dan muntah terjadi pada 56-76 % primigravida dan
45- 70 % multigravida dan sekitar 22% kasus mual dan muntah akan berlanjut sampai
kelahiran dan ibu yang mengalami dehidrasi berat sebanyak 7-9% dari wanita hamil di
Sumatera Utara (Suwardi et al, 2018).
Penyebab hiperemesis gravidarum masih belum diketahui secara pasti, meskipun
peningkatan kadar Human Chorionic Gonadotropin (HCG) tampaknya berperan besar.
Penyebab lain adalah peningkatan kadar hormon progesteron serta peningkatan
hormon estrogen. Faktor psikologis juga berperan terhadap terjadinya hiperemesis
gravidarum seperti tekanan pekerjaan, rumah tangga yang retak dan dapat
menyebabkan konflik mental sehingga memperparah mual dan muntah (Runiari,
2010).
Dampak yang terjadi pada hiperemesis gravidarum yaitu dehidrasi yang
menimbulkan konsumsi O2 menurun, gangguan fungsi liver dan terjadi ikterus, terjadi
perdarahan pada parenkim liver sehingga menyebabkan gangguan fungsi umum pada
alat vital sampai dapat menimbulkan kematian (Manuaba, 2010). Hiperemesis
gravidarum juga berdampak pada peningkatan risiko untuk berat bayi lahir rendah,
kelahiran premature, kecil untuk usia kehamilan, dan kematian perinatal (Vikanes et al,
2013).
Penanganan ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum perlu menjalani perawatan
di rumah sakit untuk melakukan proses pengobatan. Pengobatan dilakukan dengan
tujuan untuk menghentikan mual dan muntah, mengganti cairan dan elektrolit yang
hilang akibat muntah berlebihan, serta menambah asupan nutrisi dalam tubuh. Jika
tidak dilakukan pengobatan, maka kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan ibu hamil tidak
terpenuhi sehingga dapat mengganggu kesehatan, aktifitas ibu hamil dan berpengaruh
pada pertumbuhan janin. Pengobatan dilakukan dengan memberikan asuhan
keperawatan (Willy, 2019).
Peran perawat dengan memberikan asuhan keperawatan pada pasien
hiperemesis gravidarum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien dalam
merawat dirinya sendiri dan tidak menempatkan klien pada posisi ketergantungan.,
memberikan informasi dan meningkatkan pengetahuan klien tentang penatalaksanaan
yang diberikan sehingga klien diharapkan dapat mematuhi terapi yang diberikan
(Rahmawati, 2011).

B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian/definisi hiperemesis
2. Mengetahui penyebab hiperemesis pada ibu hamil
3. Mengetahui patofisiologis/proses terjadi hiperemesis pada ibu hamil
4. Mengetahui tanda dan gejala/ manifestasi klinik
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang hiperemesis terhadap ibu hamil
6. Mengetahui terapi medis hiperemesis pada ibu hamil
7. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada ibu hamil dengan hiperemesis

C. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab dan setiap bab terdiri dari sub-sub
pembahasan dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

1. Bab pertama pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang masalah,


rumusan masalah, serta tujuan dan manfaat dalam penulisan karya tulis ini.
2. Bab kedua menguraikan tentang landasan teori dan konsep-konsep yang relevan
dengan permasalahan yang dikaji dan mengemukakan pemecahan masalah yang
pernah dilakukan terkait masalah yang dikaji dalam penulisan karya tulis ini.
3. Bab ketiga adalah bagian akhir, yang berisi bab penutup dari penulisan karya tulis
ini, dalam bab disampikan kesimpulan dari karya yang ditulis sekaligus
dipergunakan guna menjawab permasalahan yang dibahas. Pada bagian ini juga
mengemukakan saran/rekomendasi yang sejalan dengan gagasan/kebijakan yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Ibu Hamil Hiperemesis


1. Pengertian/Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat lebih dari 10
kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan,
penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit, sehingga menganggu aktivitas
sehari-hari dan membahayakan janin dalam kandungan (Kadir et al, 2019).
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang lebih dari 10 kali
dalam 24 jam atau setiap saat pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan
seharihari karena keadaan umumnya menjadi buruk dan dapat terjadi dehidrasi
dan dapat mengganggu kesehatan dan pekerjaan sehari-hari (Septiani, 2018).
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan yang terjadi
pada wanita hamil sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan kadar
elektrolit, penurunan berat badan (lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi,
ketosis, dan kekurangan nutrisi. Hal tersebut mulai terjadi pada minggu keempat
sampai kesepuluh kehamilan dan selanjutnya akan membaik umumnya pada usia
kehamilan 20 minggu, namun pada beberapa kasus dapat terus berlanjut sampai
pada kehamilan tahap berikutnya (Saputri, 2017).
Hiperemesis Gravidarum atau biasa disebut morning sickness merupakan
keluhan mual muntah berlebihan pada wanita hamil yang wajar terjadi pada
kehamilan muda (trimester 1). Disebut morning sickness karena biasanya terjadi
pada pagi hari. Hal ini dapat terjadi sepanjang hari.rata-rata wanita mulai
mengalami morning sickness pada minggu ke 4 atau ke 6 setelah menstruasii
terakhir (Safari, 2017).
Hiperemesis Gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga
menganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan
muntah merupakan gangguan yang paling sering ditemui pada kehamilan
trimester1, kurang lebih 6 minggu setelah haid terakhir selama 10 minggu. Sekitar
60-80% multigravida mengalami mual muntah, namun gejala ini terjadi lebih berat
hanya pada 1 di antara 1000 kehamilan (Wahyuni, 2018).

2. Penyebab Hiperemesis Gravidarum


Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada
bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan
kelainan biokimia. Menurut Saputri (2017), terdapat beberapa faktor predisposisi dan
faktor lain, yaitu :
a. Faktor predisposisi : primigravida, overdistensi rahim (hidramnion, kehamilan
ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa)
b. Faktor organik : masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal, perubahan
metabolik akibat hamil, resistensi yang menurun dari pihak ibu dan alergi.
c. Faktor psikologis : rumah tangga yang retak, hamil yang tidak diinginkan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai
ibu dan kehilangan pekerjaan.
Selain itu menurut (Jusuf CE, 2016) riwayat gestasi juga dapat mempengaruhi
penyebab hiperemesis, dimana ibu hamil yang mengalami mual dan muntah
sekitar 60-80% pada (primigravida), 40-60% pada (multigravida).

3. Patofisiologis/Proses Terjadi Hiperemesis Pada Ibu Hamil

Pathway

Faktor Predisposisi : Kehamilan Faktor Psikologis : Stress, Faktor Organik : Antigen baru
ganda, Molahidatidosa Kurang support sosial janin dan Plasenta, vili khorialis

Motilitas Berlawanan dengan Antigen ibu,


HCG dan Estrogen
Gastrointestinal masuk ke dalam sirkulasi
peredaran darah ibu

Merangsang SSP Merangsang hipotalamus Perubahan metabolik


Aktivasi dan stimulasi CT2

Asam lambung

Hiperemesis Gravidarum Hipertermia

Suhu tubuh
Defisiensi Kontipasi Dehidrasi
Nutrisi

Cadangan lemak Oksidasi lemak Kehilangan cairan Cairan ekstrasel &


Energy Turgor kulit
& KH habis tak sempurna berlebih plasma berkurang

Gangguan Hipovolemia Hemokonsentrasi


Glukosa darah
Ketosis Kelemahan Integritas
& otak habis
Kulit

Suplai O2 tidak
adekuat
Pusing, sakit Asidosis Intoleransi
kepala metabolik Aktivitas

Iskemik

Nyeri Akut Pola Nafas


Tidak Efektif Gangguan Rasa
Nyaman
Ibu Janin

Iritasi pada selaput lendir Perdarahan


esophagus & lambung gastrointestinal

Metabolik Kekurangan
anaerob O2
Nafsu makan
Berat badan Defisit Nutrisi
berkurang

Asam Kematian
laktat
Nyeri Akut

Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada


hamil muda terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Hiperemesis gravidarum
dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk
keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis
dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam
darah. Kekurangan volume cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah
menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.
Natrium dan khlorida air kemih turun. Selain itu juga dapat menyebabkan
hemokonsentrasi sehingga aliran darah berkurang. Kekurangan kalium sebagai
akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi
muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran yang sulit
dipatahkan. Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat
terjadi robekan pada selaput lender esophagus dan lambung (Sindroma Mallory
Weiss) dengan akibat perdarahan gastrointestinal (Khayati, 2013).

4. Tanda dan Gejala/ Manifestasi Klinik


Menurut Syamsuddin et al (2018), manifestasi klinis utama dari Hiperemesis
Gravidarum adalah mual yang berat dan terus menerus. Penderita biasanya
mengalami penurunan berat badan karena tidak bisa makan apapun. Perasaan
pusing, lemas, bahkan bisa sampai pingsan. kulit kering, bibir kering, keringat
dingin dan sebagainya. Gejala Hiperemesis Gravidarum secara klinis dapat dibagi
menjadi 3 meliputi :
1) Tingkat 1 (Ringan) dengan gejala mual muntah terus menerus menyebabkan
penderita lemah, tidak mau makan, berat badan turundan nyeri epigastrium
nadi sekitar 100 kali per menit, tekanan darah menurun, turgor kulit kurang,
lidah kering dan mata cekung.
2) Tingkat 2 (Sedang) dengan gejala mual dan muntah yang hebat
menyebabkan keadaan umum penderita lebih parah, lemah, apatis, turgor
kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor, nadi kecil dan cepat, suhu badan naik
(dehidrasi), ikterus ringan, berat badan turun, mata cekung, tekanan darah
menurun, hemokonsentrasi, oligoria dan konstipasi. Dapat juga terjadi
asetonuria dan dari nafas berbau aseton.
3) Tingkat 3 (Berat) dengan gejala keadaan umum jelek, kesadaran sangat
menurun, somnolen sampai koma, nadi kecil, halus dan cepat, dehidrasi
hebat, suhu badan naik, dan tensi turun sekali, ikterus, komplikasi yang dapat
berakibat fatal terjadi pada sususnan saraf pusat (ensepalopati wernicke)
dengan adanya nigtasmus, diplopia, perubahan mental.

5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Reny (2017), pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada
klien yang mengalami Hiperemesis Gravidarum adalah sebagai berikut :
a. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin
dan adanya gestasi multiple, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi
plasenta.
b. Urinalis : kultur, mendeteksi bakteri, Blood Urea Nitrogen (BUN)
c. Pemeriksaan fungsi hepar : Apartate Aminotransferase (AST), Alanine
Aminotransferase (ALT) bertujuan untuk mengetahui inflamasi yang terjadi
dalam tubuh biasanya menjadi indikasi adanya gangguan (inflamasi) pada hati
dan kadar Lactate Dehydrogenase (LDH) bertujuan untuk mengetahui resiko
penyakit hati.

6. Terapi Medis Hiperemesis Pada Ibu Hamil


Menurut Wahyuni (2018), penatalaksanaan untuk Hiperemesis Gravidarum
dibagi menjadi terapi farmakologis dan terapi non farmakologis, penjelasannya
sebagai berikut :
a. Terapi Farmakologis
1) Pemberian Cairan
Pengganti Resusitasi cairan merupakan prioritas utama, untuk
mencegah mekanisme kompensasi yaitu vasokonstriksi dan gangguan
perfusi uterus. Selama terjadi gngguan hemodinamik, uterus termasuk
organ non vital sehingga 16 pasokan darah kurang. Pada kasus
Hiperemesis Gravidarum, jenis dehidrasi yang terjadi termasuk dalam
dehidrasi karena kehilangan cairan (pure dehydration). Pemberian
glukosa 5% – 10% diharapkan dapat mengganti cairan yanghilang dan
berfungsi sebagai sumber energi, sehingga terjadi perubahan metabolism
lemak dan protein.dapat ditambahkan vitamin C, Vitamin B kompleks,
atau kalium yang diperlukan dalam melancarkan metabolisme.
2) Medikamentosa
Harus diingat untuk tidak memberikan obat-obatan yang bersifat
tetragonik. Obat-obatan yang dapat diberikan diantaranya suplemen
multivitamin, antihistamin, dopamine, antagonis, serotonin antagonis, dan
kortikosteroid. Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 seperti
pyridoxine (vitamin B6). Pemberian pyrixodine cukup efektif dalam
mengatasi keluhan mual dan muntah. Anti histamine yang dianjurkan
adalah doxylamine dan dipendyramine. Pemberian antihistamin bertujuan
untuk menghambat secara langsung kerja histamine pada reseptor H1
dan secara tidak langsung mempengaruhi sistem vestibular, menurunkan
rangsangan dipusat muntah. Selama terjadi mual dan muntah, reseptor
dopamine dilambung berperan dalam menghambat motilitas lambung.
Oleh karena itu diberikan obat dopamine antagonis. Dopamin antagonis
yang dianjurkan diantaranya procholperazine, promethazine, dan
metocloperamide. Prochlorperazine dan promethazine bekerja pada
reseptor D2 untuk menimbulkan efek antiemetic. Sementara itu
metocloperamide bekerja disentral dan di perifer. Obat ini menimbulkan
efek antiemetik dengan cara 17 meningkatkan kekuatan spincter
esophagus bagian bawah dan menurunkan transit time pada saluran
cerna. Pemberian serotin antagonis cukup efektif dalam menurunkan
keluhan mual dan muntah. Obat ini bekerja menurunkan rangsangan
pusat muntah di medulla. Serotin antagonis yang dianjurkan adalah
ondansteron. Ondansteron biasanya diberikan pada pasien Hiperemesis
Gravidarum yang tidak membaik setelah diberikan obat-obatan yang lain.
Sementara itu pemberian kortikosteroid masih controversial karena
dikatakan pemberian pada kehamilan trimester pertama dapat
meningkatkan risiko bayi lahir dengan cacat bawaan.
b. Terapi Non Farmakologis
1) Terapi Nutrisi
Dengan memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan,
dengan tujuan mengurangi faktor psikologis terhadap rasa takut,
mengubah pola makan sehari-hari dengan makan - makanan dengan
jumlah sedikit tetapi sering setiap 2 atau 3 jam, hindari minum air ketika
makan, minumlah air setengah jam sebelum makan setengah jam setelah
makan, minumlah air 8 gelas sehari agar tidak mengalami dehidrasi,
berdirilah pelan-pelan dan tidak berbaring seketika setelah makan.
Pada saat bangun pagi, jangan segera turun dari tempat tidur tetapi
disarankan untuk makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat,
menghindari bau yang menyengat, makan makanan yang dingin karena
makanan dingin memiliki bau yang lebih sedikit daripada makanan panas,
kurangi makanan berminyak dan berlemak.
Jika bau makanan menganggu ketika memasak, cobalah untuk
membuka jendela lebih lebar. Jika 18 mengalami ngidam, jangan ragu
untuk memakan makanan yang sangat diinginkan, usahakan makanan
lebih banyak buah-buahan. Morning sickness akan bertambah buruk jika
kelelahan, dianjurkan untuk meningkatkan waktu istirahat dan luangkan
waktu untuk tidur beberapa saat pada siang hari.
2) Isolasi
Penatalaksanaan terapi lainnya pada ibu hamil dengan Hiperemesis
Gravidarum adalah dengan mengisolasi atau menyendirikan ibu dalam
kamar yang tenang tetapi cerah dan dengan pertukaran udara yang baik.
Tidak diberikan makanan atau minuman selama 24 - 28 jam. Terkadang
dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.
3) Terapi Psikologis
Perlu diyakinkan kepada ibu bahwa penyakit ketidaknyamanan
tersebut dapat dihilangkan, yaitu dengan meminta ibu untuk
menghilangkan rasa takut karena kehamilannya, mengurangi pekerjaan
sehingga dapat menghilangkan masalah dan konflik, yang mungkin saja
menjadi latar belakang penyakit ini.
4) Penghentian Kehamilan
Pada sebagian kecil kasus, keadaan tidak menjadi baik, bahkan
semakin buruk. Usahakan untuk melakukan pemeriksaan medis dan
psikis bila terjadi kondisi demikian. Delirium, kebutaan, takikardi, ikterus,
anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam
keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.
Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh
19 karena itu disatu sisi tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi disisi
lain tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversible pada organ
vital.

B. Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Hiperemesis


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan
data, mengelompokkan, dan menganalisis, sehingga didapatkan masalah dan
kebutuhan untuk perawatan ibu. Tujuan utama pengkajian adalah untuk
memberikan gambaran secara terus-menerus mengenai keadaan kesehatan
ibu yang memungkinkan perawat merencanakan asuhan keperawatan.
Pengkajian keperawatan tersebut, seperti :
1. Identitas Klien
Data ini meliputi: nama klien dan suami, usia, suku bangsa, agama,
pendidikan terakhir, pekerjaan dan penghasilan serta alamat. Usia,
20 tahun dan > 35 tahun lebih berisiko terhadap kejadian
Hiperemesis Gravidarum. Pekerjaan. ibu yang bekerja lebih berisiko
terhadap kejadian Hiperemesis Gravidarum. Pendidikan,
mempunyai pengaruh dalam berperilaku kesehatan (misalnya
pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pada riwayat kesehatan sekarang terdapat keluhan yang
dirasakan oleh ibu sesuai dengan gejala-gejala pada Hiperemesis
Gravidarum, yaitu: mual dan muntah yang terus-menerus, merasa
lemah dan kelelahan, merasa haus dan terasa asam di mulut, serta
kontipasi dan demam. Selanjutnya dapat juga ditemukan berat
badan yang menurun. Turgor kulit yang buruk dan gangguan
elektrolit. Terjadinya oliguria, takikardia, mata cekung, dan ikterus.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu


Kemungkinan ibu pernah mengalami Hiperemesis Gravidarum
sebelumnya, kemungkinan ibu pernah mengalami penyakit yang
berhubungan dengan saluran pencernaan yang menyebabkan mual
muntah.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Kemungkinan adanya riwayat kehamilan ganda pada keluarga.

5. Riwayat Menstruasi
Kemungkinan menarche usia 12-14 tahun, siklus 28-30 hari,
lamanya 5-7 hari, banyaknya 2-3 kali ganti duk/hari, dan
kemungkinan ada keluhan waktu haid seperti nyeri, sakit kepala,
dan muntah.

6. Riwayat Perkawinan
Kemungkinan terjadi pada perkawinan usia muda.

7. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


(a) Hamil muda : ibu pusing, mual dan muntah, serta tidak ada
nafsu makan.
(b) Hamil tua : pemeriksaan umum terhadap ibu mengenai berat
badan, tekanan darah, dan tingkat kesadaran.
8. Riwayat Keluarga Berencana
Penggunaan kontrasepsi hormonal diduga mempengaruhi
terjadinya mual muntah yang dapat mempengaruhi penyerapan
mual dan muntah sehingga dapat memperparah mual dan muntah.

9. Riwayat Psikologi
Riwayat psikologi sangat penting dikaji agar dapat diketahui
keadaan jiwa ibu sehubungan dengan perilaku terhadap kehamilan.
Keadaan jiwa ibu yang labil, mudah marah, cemas, takut akan
kegagalan persalinan, mudah menangis, sedih, serta kekecewaan
dapat memperberat mual dan muntah. Pola pertahanan diri koping
yang digunakan ibu bergantung pada pengalamannya terhadap
kehamilan serta dukungan dari keluarga dan perawat.

10. Riwayat Sosial Ekonomi


Hiperemesis Gravidarum bisa terjadi pada semua golongan
ekonomi, namun pada umumnya terjadi pada tingkat ekonomi
menengah ke bawah. Hal ini diperkirakan dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan yang dimiliki.

11. Pola Fungsi Kesehatan


(a) Makan : Frekuensi, jenis makanan, jumlah, pantangan, dan
makanan kesukaan.
(b) Minum : Frekuensi, banyaknya, jenis minuman, dan minuman
kesukaan.
(c) Istirahat : Siang, malam, dan keluhan
(d) Personal hygienie : Mandi, sikat gigi, ganti baju, ganti celana
dalam dan bra, potong kuku, dan keramas.
(e) Aktivitas: Ditempat dan dirumah
(f) Hubungan Seksual: Frekuensi dan keluhan

12. Pemeriksaan Fisik


- Pemeriksaan umum: kulit dan membran mukosa sering
tampak kering dan turgor menurun, Pasien dapat menjadi
kurus. Vomitus yang iritatif dapat membuat erosi pada bibir
dan wajah, lidah tampak merah, kering dan pecah-pecah.
Faring kering dan merah, dan pernapasan berbau busuk
dengan bau seperti buah-buahan yang khas untuk
ketoasidosis. Takikardia dan hipotensi dapat menunjukkan
dehidrasi hipovolemia. Pada penyakit yang berat dan
berkepanjangan, delirium, sakit kepala, stupor dan koma
dapat terjadi.
- Pemeriksaan abdomen: temuan ini biasanya normal,
meskipun rasa sakit di hepar dapat ditemukan.
- Pemeriksaan pelvis : uterus lunak dan membesarkan sesuai
dengan umurgestasi.

2. Diagnosa Keperawatan (mengacu pada SDKI)


Diagnosa yang mungkin muncul:
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan,
penurunan energi, kecemasan. (SDKI: D.0005, Hal.26)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi,
iskemia, neoplasma). (SDKI: D.0077, Hal.172)
3. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, kekurangan
intake cairan. (SDKI: D.0023, Hal.64)
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan
metabolisme, faktor psikologis (mis. stress, keengganan untuk makan).
(SDKI: D.0019, Hal.56)
5. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan Perubahan status
nutrisi (kelebihan atau kekurangan), kekurangan/kelebihan volume cairan,
penurunan mobilitas, perubahan hormonal, suhu lingkungan yang
ekstrem. (SDKI: D.0129, Hal.282)
6. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit,
ketidakadekuatan sumber daya (mis.dukungan finansial, social dan
pengetahuan), gangguan adaptasi kehamilan. (SDKI: D.0074, Hal.166)
7. Konstipasi berhubungan dengan fisiologis (penurunan motilitas
gastrointestinal, ketidakcukupan asupan serat, ketidakcukupan asupan
cairan, kelemahan otot abdomen), psikologis (depresi), situasional
(ketidakadekuatan toileting). (SDKI: D.0149, Hal.113)
8. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan, peningkatan laju
metabolisme. (SDKI: D.0130, Hal.284)
9. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen, tirah baring, kelemahan, imobilitas. (SDKI:
D.0056, Hal.128)

3. Intervensi keperawatan (mengacu pada SDKI, SIKI, SLKI)

No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


1 Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan (SIKI: I.01011, Hal.186)
efektif keperawatan diharapkan pola Manajemen Jalan Napas
napas membaik.
(SLKI: L.01004, Hal.95) Observasi:
 Monitor pola napas
Kriteria hasil : (frekuensi, kedalaman,
 Ventilasi semenit usaha napas)
meningkat  Monitor bunyi napas
 Kapasitas vital meningkat tambahan (mis. gurgling,
 Diameter thoraks anterior- mengi, wheezing, ronkhi
posterior meningkat kering)
 Tekanan ekspirasi  Monitor sputum (jumlah,
meningkat warna, aroma)
 Tekanan inspirasi Terapeutik:
meningkat  Pertahankan kepatenan
 Penggunaan otot bantu jalan napas dengan head-tilt
napas menurun dan chin-lift (jaw-thrust jika
 Pemanjangan fase curiga trauma servikal)
ekspirasi menurun  Berikan minum hangat
 Pernapasan pursed-lip  Lakukan fisioterapi dada,
menurun jika perlu
 Pernapasan cuping  Lakukan penghisapan
hidung menurun lender kurang dari 15 detik
 Frekuensi napas  Lakukan hiperoksigenasi
membaik sebelum penghisapan
 Kedalaman napas endotrakeal
membaik  Keluarkan sumbatan benda
 Ekskursi dada membaik padat dengan forsep McGill
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
 Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
 Anjurkan teknik batuk efektif
Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

2 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan (SIKI: I.08238, Hal.186)


keperawatan diharapkan Manajemen Nyeri
tingkat nyeri menurun.
(SLKI: L.08066, Hal.145) Observasi:
 Identifikasi lokasi,
Kriteria hasil : karekteristik, durasi,
 Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas,
 Meringis menurun intensitas nyeri

 Gelisah menurun  Identifikasi skala nyeri

 Kesulitan tidur menurun  Identifikasi respons nyeri

 Perasaan depresi non verbal

(tertekan) menurun  Identifikasi faktor yang

 Perasaan takut memperberat dan

mengalami cedera memperingan nyeri

berulang menurun  Identifikasi pengetahuan

 Anoreksia menurun dan keyakinan tentang nyeri

 Perineum terasa tertekan  Identifikasi pengaruh

menurun budaya terhadap respon

 Uterus teraba membulat nyeri

menurun  Identifikasi pengaruh nyeri

 Ketegangan otot menurun pada kualitas hidup


 Monitor keberhasilan terapi
 Muntah menurun
komplementer yang sudah
 Mual menurun
diberikan
 Frekuensi nadi membaik
 Monitor efek samping
 Pola napas membaik
penggunaan analgesik
 Tekanan darah membaik
Terapeutik:
 Nafsu makan membaik
 Berikan teknik non
 Pola tidur membaik
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi:
 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3 Hipovelemia Setelah dilakukan tindakan (SIKI: I.03116, Hal.184)
keperawatan diharapkan Manajemen Hipovolemia
status cairan membaik.
(SLKI: L.03028, Hal.107) Observasi:
 Periksa tanda dan gejala
Kriteria hasil : hipovolemia (mis. frekuensi
 Kekuatan nadi meningkat nadi meningkat, nadi teraba
 Perasaan lemah menurun lemah, tekanan darah
 Keluhan haus menurun menurun, tekanan nadi
 Frekuensi nadi membaik menyempit, turgor kulit
 Tekanan darah membaik menurun, membran mukosa

 Tekanan nadi membaik kering, volume urine

 Membran mukosa membaik menurun, hematocrit


meningkat, haus, lemah)
 Berat badan membaik
 Monitor intake dan output
 Intake cairan membaik
cairan Terapeutik
 Status mental membaik
Terapeutik:
 Suhu tubuh membaik
 Hitung kebutuhan cairan
 Berikan asupan cairan oral
Edukasi:
 Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
 Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis.
NaCl, RL)
 Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (mis.
glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
 Kolaborasi pemberian
cairan koloid (mis. albumin,
Plasmanate)
 Kolaborasi pemberian
produk darah

4 Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan (SIKI: I.03119, Hal.200)


keperawatan diharapkan Manajemen Nutrisi
status nutrisi membaik .
(SLKI: L.03030, Hal.121) Observasi:
 Identifikasi status nutrisi
Kriteria hasil :  Identifikasi alergi dan
 Porsi makanan yang intoleransi makanan
dihabiskan meningkat  Identifikasi makanan yang
 Kekuatan otot menelan disukai
meningkat  Identifikasi kebutuhan kalori
 Serum albumin meningkat dan jenis nutrien
 Verbalisasi keinginan untk  Identifikasi perlunya
meningkatkan nutrisi penggunaan selang
meningkat nasogastric
 Pengetahuan tentang  Monitor asupan makanan
standar asupan nutrisi  Monitor berat badan
yang tepat meningkat  Monitor hasil pemeriksaan
 Berat badan membaik laboratorium
 Indeks Massa Tubuh Terapeutik:
(IMT) membaik  Lakukan oral hygiene
 Frekuensi makan sebelum makan, jika perlu
membaik  Fasilitasi menentukan
 Nafsu makan membaik pedoman diet (mis. piramida
makanan)
 Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
 Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
 Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan,
jika perlu
 Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogastrik
jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi:
 Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
 Anjurkan diet yang
diprogramkan Kolaborasi
Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. pereda nyeri), jika
perlu
 Kolabor asi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu

5 Gangguan Setelah dilakukan tindakan (SIKI: I.11353, Hal.316)


integritas keperawatan diharapkan Perawatan Integritas Kulit
kulit/jaringan integritas kulit dan jaringan
meningkat. Observasi:
(SLKI: L.014125, Hal.33)  Identifikasi penyebab
gangguan integritas kulit
Kriteria hasil : (mis. perubahan sirkulasi,
 Elastisitas meningkat perubahan status nutrisi,
 Hidrasi meningkat penurunan kelembaban,
 Perfusi jaringan suhu lingkungan ekstrem,
meningkat penurunan mobilitas)

 Kerusakan jaringan Terapeutik:


menurun  Ubah posisi tiap 2 jam jika

 Kerusakan lapisan kulit tirah baring


menurun  Lakukan pemijatan pada
 Nyeri menurun area penonjolan tulang, jika
 Perdarahan menurun perlu
 Kemerahan menurun  Bersihkan perineal dengan

 Hematoma menurun air hangat, terutama selama

 Pigmentasi abnormal periode diare

menurun  Gunakan produk berbahan

 Jaringan parut menurun petrolim atau minyak pada


kulit kering
 Nekrosis menurun
 Gunakan produk berbahan
 Suhu kulit membaik
ringan/alami dan hipoalergik
 Sensasi membaik
pada kulit sensitive
 Tekstur membaik
 Hindari produk berbahan
dasar alcohol pada kulit
kering
Edukasi:
 Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. lotion,
serum)
 Anjurkan minum air yang
cukup
 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
 Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem
 Anjurkan menggunakan
tabir surya SPF minimal 30
saat berada di luar rumah
 Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
Kolaborasi:
 -

6 Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan (SIKI: I.08238, Hal.186)


nyaman keperawatan diharapkan Manajemen Nyeri
status kenyamanan
meningkat. Observasi:
(SLKI: L.08064, Hal.110)  Identifikasi lokasi,
karekteristik, durasi,
Kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
 Kesejahteraan fisik intensitas nyeri
meningkat  Identifikasi skala nyeri
 Kesejahteraaan psikologis  Identifikasi respons nyeri
meningkat non verbal
 Dukungan sosial dari  Identifikasi faktor yang
keluarga meningkat memperberat dan
 Dukungan sosial dari memperingan nyeri
teman meningkat  Identifikasi pengetahuan
 Perawatan sesuai dan keyakinan tentang nyeri
keyakinan budaya  Identifikasi pengaruh
meningkat budaya terhadap respon
 Perawatan sesuai nyeri
kebutuhan meningkat  Identifikasi pengaruh nyeri
 Kebebasan melakukan pada kualitas hidup
ibadah meningkat  Monitor keberhasilan terapi
 Rileks meningkat komplementer yang sudah
 Keluhan tidak nyaman diberikan
menurun  Monitor efek samping
 Gelisah menurun penggunaan analgesik
 Kebisingan menurun Terapeutik:

 Keluhan sulit tidur menurun  Berikan teknik non


 Keluhan kedinginan farmakologis untuk
menurun mengurangi rasa nyeri (mis.
 Keluhan kepanasan TENS, hypnosis, akupresur,
menurun terapi music, biofeedback,
 Gatal menurun terapi pijat, aromaterapi,

 Mual menurun teknik imajinasi terbimbing,

 Lelah menurun kompres hangat/dingin,


terapi bermain)
 Merintih menurun
 Kontrol lingkungan yang
 Menangis menurun
memperberat rasa nyeri
 Iritabilitas menurun
(mis. suhu ruangan,
 Percobaan bunuh diri
pencahayaan, kebisingan)
menurun
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Suhu ruangan membaik
 Pertimbangkan jenis dan
 Pola eliminasi membaik
sumber nyeri dalam
 Postur tubuh membaik
pemilihan strategi
 Kewaspadaan membaik
meredakan nyeri
 Pola hidup membaik Edukasi:
 Pola tidur membaik  Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
7 Kontipasi Setelah dilakukan tindakan (SIKI: I.04151, Hal.174)
keperawatan diharapkan Manajemen Eliminasi fekal
eliminasi fekal membaik.
(SLKI: L.04033, Hal.23) Observasi:
 Identifikasi masalah usus
Kriteria hasil : dan penggunaan obat
 Kontrol pengeluaran pencahar
feses meningkat  Identifikasi pengobatan
 Keluhan defekasi lama yang berefek pada kondisi
dan sulit menurun gastrointestinal
 Mengejan saat defekasi  Monitor buang air besar
menurun (mis. warna, frekuensi,
 Distensi abdomen volume)
menurun  Monitor tanda dan gejala
 Konsistensi feses diare, konstipasi, atau
membaik impaksi
 Frekuensi defekasi Terapeutik:
membaik  Berikan air hangat setelah
 Peristaltik usus membaik makan
 Jadwalkan waktu defekasi
bersama pasien
 Sediakan makanan tinggi
serat
Edukasi:
 Jelaskan jenis makanan
yang membantu
meningkatkan peristaltik
usus
 Anjurkan mencatat warna,
frekuensi, konsistensi,
volume feses
 Anjurkan meningkatkan
aktifitas fisik, sesuai
toleransi
 Anjurkan pengurangan
asupan makanan yang
meningkatkan
pembentukam gas
 Anjurkan mengkonsumsi
makanan yang mengandung
tinggi serat
 Anjurkan meningkatkan
asupan cairan, jika tidak ada
kontraindikasi
Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian obat
supositoria anal, jika perlu

8 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan (SIKI: I.15506, Hal.181)


keperawatan diharapkan Manajemen Hipertermia
termoregulasi membaik.
(SLKI: L.14134, Hal.129) Observasi:
 Identifikasi penyebab
Kriteria hasil : hipertermia (mis. dehidrasi,
 Menggigil menurun terpapar lingkungan panas,
 Kulit merah menurun penggunaan incubator)
 Kejang menurun  Monitor suhu tubuh
 Akrosianosis menurun  Monitor kadar elektrolit
 Pucat menurun  Monitor haluaran urine
 Hipoksia menurun  Monitor komplikasi akibat
 Suhu tubuh membaik hipertermia

 Suhu kulit membaik Terapeutik:

 Kadar glukosa darah  Sediakan lingkungan yang


membaik dingin
 Ventilasi membaik  Longgarkan atau lepaskan
 Tekanan darah membaik pakaian
 Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat
berlebih)
 Lakukan pendinginan
eksternal (mis. selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
 Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
9 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan (SIKI: I.04151, Hal.176)
aktivitas keperawatan diharapkan Manajemen Energi
toleransi aktivitas meningkat.
(SLKI: L.05047, Hal.149) Observasi:
 Identifikasi gangguan fungsi
Kriteria hasil : tubuh yang mengakibatkan
 Frekuensi nadi meningkat kelelahan
 Saturasi oksigen  Monitor kelelahan fisik dan
meningkat emosional
 Kemudahan dalam  Monitor pola dan jam tidur
melakukan aktivitas  Monitor lokasi dan
sehari-hari meningkat ketidaknyamanan selama
 Keluhan lelah menurun melakukan aktivitas
 Perasaan lemah menurun Terapeutik:
 Tekanan darah membaik  Sediakan lingkungan
 Frekuensi napas nyaman dan rendah
membaik stimulus (mis. cahaya,

 EKG iskemia membaik suara, kunjungan)


 Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan/atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi:
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi:
 Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien
dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang
dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan
(Nursalam, 2016).
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan klien mampu
melakukan perawatan diri secara mandiri (self care) dengan penyakit yang ia
alami sehingga klien mencapai derajat kesembuhan yang optimal dan efektif.
Sehingga kemandirian pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum dapat
meningkat dengan dilakukan tindakan keperawatan untuk mengurangi
penyebab terjadinya mual muntah yang berlebih dan memberikan rasa
nyaman dan aman pada ibu.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, proses yang
continue yang penting untuk menjamin kualitas dan ketetapan perawatan yang
diberikan dan dilakukan dengan meninjau respon pasien untuk menentukan
keaktifan rencana perawatan dan memenuhi kebutuhan pasien. Beberapa
teknik penulisan dokumentasi asuhan keperawatan dengan SOAP pada
pasien hiperemesis gravidarum antara lain sebagai berikut:
- S:Mengumpulkan data Subjektif
a. Menanyakan biodata pasien
b. Menanyakan riwayat penyakit pasien sebelumnya seperti catatan
perkembangan penyakit, mengetahui suhu, denyut nadi, pernapasan,
tekanan darah, pemeriksaan laboratorium dan laporan pemeriksaan
tambahan.
c. Menanyakan keluhan yang dirasakan oleh pasien
- O: Mengumpulkan data Objektif
Mengumpulkan data hasil observasi melalui pemeriksaan fisik pada
pasien seperti TTV dan lainnya.
o A: Analisis dan Interpretasi
Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan meliputi
diagnosa, antisipasi atau masalah potensial, serta perlu tidaknya
dilakukan tindakan segera.
o P: Perencanaan
Membuat rencana dari tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan
mandiri, kolaborasi, tes diagnosis atau laboratorium serta konseling untuk
tindak lanjut.
BAB III

KESIMPULAN

Hiperemesis gravidarum merupakan ibu hamil yang mengalami mual muntah


yang berlebih, dapat menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari sehingga
membahayakan kesehatan bagi janin dan ibu, bahkan dapat menyebabkan
kematian. Hiperemesis gravidarum merupakan ibu hamil yang mengalami
mual muntah yang berlebih, dapat menimbulkan gangguan aktivitas sehari-
hari sehingga membahayakan kesehatan bagi janin dan ibu, bahkan dapat
menyebabkan kematian.

DAFTAR PUSTAKA
Ogunyemi. (2017). Hyperemesis Gravidarum,http://emedicine.medscape.co
m/article/254751, 2017.

Reny, Y. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas Aplikasi NANDA, NIC, NOC.
Edisi 1. Jakarta : CV. Trans Info Media

SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik (edisi I.). Jakarta: DPP Persatuan Perawat Indonesia.

SDKI. (2017). Survey Demografi Dan Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta : DPP
Persatuan Perawat Indonesia.

Safari, F. R. N. (2017) ‘Hubungan Karakteristik dan Psikologi Ibu Hamil dengan


Hiperemesis Gravidarum di RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran.

Saputri, Nurul U. Indah. (2017). Asuhan Keperawatan Klien Hiperemesis Gravidarum


Dengan Masalah Keperawatan Kekurangan Volume Cairan Di Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar. Akademi Keperawatan Mappa Oudang Program Studi Keperawatan Makassar

Septiani, Melvita. (2018). Asuhan Kebidanan Pada Ny. N Usia 18 Tahun Dengan
Hiperemesis Gravidarum Di Rsud Cimacan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung Prodi Kebidanan Bogor Setiawati, S. E. and

Kemenkes, 2018. Pusat Data dan Informasi. Jakarta: Kemenkes

Riskesdas, 2018.Pusat Data dan Informasi. Jakarta: Kemenkes

Rohmah,2010.Pedoman Penatalaksanaan Hiperemisis Gravidarum. Jakarta:Kemenkes.

Anda mungkin juga menyukai