Disusun Oleh :
Timothy John-112021041
Pembimbing:
dr. Yanti Muliawati, Sp.PD
1
Pendahuluan
Etilogi DM
Etiologi atau penyebab Diabetes Melitus (DM) adalah yaitu genetik atau faktor
keturunan, yang mana penderita Diabetes Melitus yang sudah dewasa lebih dari 50%
berasal dari keluarga yang menderita Diabetes Melitus dengan begitu dapat dikatakan
bahwa Diabetes Melitus cenderung diturunkan, bukan ditularkan. Faktor lainnya yaitu
nutrisi, nutrisi yang berlebihan (overnutrition) merupakan faktor risiko pertama yang
diketahui menyebabkan Diabetes Melitus, semakin lama dan berat obesitas akibat
nutrisi berlebihan, semakin besar kemungkinan terjangkitnya Diabetes Melitus. Sering
mengalami stress dan kecanduan merokok juga merupakan faktor penyebab Diabetes
Melitus.
Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus berdasarkan etiologi menurut Perkeni tahun 2015 adalah
sebagai berikut :
a. Diabetes melitus (DM) tipe 1 Diabetes Melitus yang terjadi karena kerusakan atau
destruksi sel beta di pancreas kerusakan ini berakibat pada keadaan defisiensi insulin
yang terjadi secara absolut. Penyebab dari kerusakan sel beta antara lain autoimun dan
idiopatik.
2
b. Diabetes melitus (DM) tipe 2 Penyebab Diabetes Melitus tipe 2 seperti yang
diketahui adalah resistensi insulin. Insulin dalam jumlah yang cukup 7 tetapi tidak
dapat bekerja secara optimal sehingga menyebabkan kadar gula darah tinggi di dalam
tubuh. Defisiensi insulin juga dapat terjadi secara relatif pada penderita Diabetes
Melitus tipe 2 dan sangat mungkin untuk menjadi defisiensi insulin absolut.
c. Diabetes melitus (DM) tipe lain Penyebab Diabetes Melitus tipe lain sangat
bervariasi. DM tipe ini dapat disebabkan oleh efek genetik fungsi sel beta, efek
genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati pankreas, obat, zat
kimia, infeksi, kelainan imunologi dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan
Diabetes Melitus.
d. Diabetes melitus Gestasional adalah diabetes yang muncul pada saat hamil.
Keadaan ini terjadi karena pembentukan beberapa hormone pada ibu hamil yang
menyebabkan resistensi insulin.
Epidemiologi
Pada 2021, International Diabetes Federation (IDF) mencatat 537 juta orang dewasa
(umur 20 - 79 tahun) atau 1 dari 10 orang hidup dengan diabetes di seluruh dunia.
Diabetes juga menyebabkan 6,7 juta kematian atau 1 tiap 5 detik. Jumlah penderita
diabetes pada 2021 tersebut meningkat pesat dalam sepuluh tahun terakhir. Penderita
diabetes tercatat meroket 167% dibandingkan dengan jumlah penderita diabetes pada
2011 yang mencapai 7,29 juta.Peningkatan jumlah tersebut jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan peningkatan antara 2000 hingga 2011. Dalam periode tersebut,
jumlah penderita diabetes meningkat 29% dari 5,65 juta pada 2000. Pada 2021,
jumlah kematian yang diakibatkan oleh diabetes di Indonesia mencapai 236.711.
Jumlah ini meningkat 58% jika dibandingkan dengan 149.872 pada 2011 lalu.
1. Nutrisi yang tidak seimbang. Pola makan seseorang yang tidak memiliki nutrisi
seimbang cenderung meningkatkan gula darah. Menu makanan yang hanya
didominasi oleh karbohidrat, lemak, dan makanan berkolesterol membuat darah
akan penuh dengan kolesterol. Lain halnya dengan serat dan sayuran yang
membuat nutrisi terserap sempurna.
2. Aktifitas fisik yang tidak seimbang. Ketika jam kerja selama 8 jam hanya
didominasi oleh kegiatan duduk saja, maka otot tubuh tidak akan terlatih dengan
baik. Terlebih lagi peredaran darah akan tersumbat karena darah tidak mengalir
ketika kolesterol dan lemak jahat dalam darah tidak dikeluarkan melalui aktifitas
fisik yang menghasilkan keringat.
3. Mengonsumsi minuman yang disertakan Pemanis Buatan. Kadar glukosa
berlebih dalam darah juga bisa disebabkan oleh pemanis buatan. Mengapa
begitu? Karena pemanis sederhana tidak memerlukan waktu lama untuk diserap
3
oleh tubuh, sedangkan pemanis buatan akan bertahan dalam darah dan merusak
sistem kerja insulin.
4. Cemilan tidak sehat. Apa yang kita konsumsi merupakan pilihan. Jika tidak
pintar dalam memilih cemilan, seperti coklat atau es krim, maka glukosa dalam
darah meningkat. Pilihlah dengan pintar cemilan yang menyehatkan bagi aliran
darah dan tentu saja diri sendiri, seperti buah, sayur ataupun biji-bijian.
Beberapa gejala lain juga bisa menjadi ciri-ciri bahwa seseorang mengalami diabetes,
antara lain:
4
Mulut kering.
Rasa terbakar, kaku, dan nyeri pada kaki.
Gatal-gatal.
Disfungsi ereksi atau impotensi.
Mudah tersinggung.
Mengalami hipoglikemia reaktif, yaitu hipoglikemia yang terjadi beberapa jam
setelah makan akibat produksi insulin yang berlebihan.
Munculnya bercak-bercak hitam di sekitar leher, ketiak, dan selangkangan,
(akantosis nigrikans) sebagai tanda terjadinya resistensi insulin.
Beberapa orang dapat mengalami kondisi prediabetes, yaitu kondisi ketika glukosa
dalam darah di atas normal, namun tidak cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai
diabetes.
1. Hipoglikemia
a) Hipoglikemia merupakan suatu kondisi di mana kadar gula darah (glukosa) d
alam darah lebih rendah dari kisaran standar. Glukosa merupakan sumber ene
rgi utama tubuh manusia. Hipoglikemia sering dikaitkan dengan pengobatan
diabetes, akan tetapi obat lain dan berbagai kondisi – banyak yang jarang terj
adi – dapat menyebabkan gula darah rendah pada orang yang tidak menderita
diabetes. Hipoglikemia membutuhkan perawatan segera. Bagi banyak orang,
gula darah puasa 70 miligram per desiliter (mg/dL), atau 3,9 milimol per liter
(mmol/L), atau di bawahnya harus berfungsi sebagai peringatan untuk hipogl
ikemia. Perawatan melibatkan dengan cepat mengembalikan gula darah man
usia ke dalam kisaran standar baik dengan makanan atau minuman tinggi gul
a atau dengan obat-obatan. Pengobatan jangka panjang memerlukan identifik
asi dan pengobatan penyebab hipoglikemia. Sebagian pasien dengan DM dap
at menujukan tanda dan gejala glukosa darah rendah tetapi pemeriksaan kada
r glukosa darah normal. Di lain pihak, tidak semua pasien DM mengalami tan
da dan gejala hipoglikemia meskipun pada pemeriksaan kadar glukosa darah
nya rendah. Penuruna n kesadaran yang terjadi pada pasien DM harus selalu
dipikirkan kemungkinan disebabkan oleh hipoglikemia. Hipoglikemia paling
sering disebabkan oleh pengunaan sulfonilurea dan insulin. Hipoglikemia aki
bat sulfonilurea dapat berlangsung lama, sehingga harus diawasi sampai selur
uh obat diekskresi dan waktu kerja obat telah habis. Pengawasan glukosa dar
ah pasien harus dilakukan selama 24-72 jam, terutama pada pasien dengan ga
gal ginjal kronik atau yang mendapatkan terapi dengan OHO kerja panjang.
Hipoglikemia pada usia lanjut merupakan suatu hal yang harus dihindari, mengin
gat dampaknya yang fatal atau terjadinya kemunduran mental yang bermakna pad
a pasien. Perbaikan kesadaran pada DM usia lanjut sering lebih lambat dan meme
rlukan pengawasan yang lebih lama. Pasien dengan risiko hipoglikemi harus dipe
riksa mengenai kemungkinan hipoglikemia simtomatik ataupun asimtomatik pada
setiap kesempatan.
b) Tanda dan Gejala:
5
i. Terlihat pucat
ii. Kegoyahan
iii. Berkeringat
iv. Sakit kepala
v. Kelaparan atau mual
vi. Detak jantung tidak teratur atau cepat
vii. Kelelahan
viii. Iritabilitas atau kecemasan
ix. Sulit berkonsentrasi
x. Pusing atau sakit kepala ringan
xi. Kesemutan atau mati rasa pada bibir, lidah atau pipi
xii. Saat hipoglikemia memburuk, tanda dan gejala dapat meliputi:
1. Kebingungan, perilaku yang tidak biasa atau keduanya, seperti ketid
akmampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas rutin
2. Kehilangan koordinasi
3. Bicara cadel
4. Penglihatan kabur atau penglihatan terowongan
5. Mimpi buruk, jika tertidur
6. Hipoglikemia berat dapat menyebabkan:
7. Tidak responsif (kehilangan kesadaran)
8. Kejang
Penyebab: Saat makan tubuh manusia akan memecah makanan menjadi glukosa.
Glukosa merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia , memasuki sel den
gan bantuan insulin – hormon yang diproduksi oleh pankreas Anda. Insulin mem
ungkinkan glukosa memasuki sel dan menyediakan bahan bakar yang dibutuhkan
sel Anda. Glukosa ekstra disimpan di hati dan otot Anda dalam bentuk glikogen.
Ketika manusia belumm makan selama beberapa jam dan kadar gula darah menur
un, tubuh akan berhenti membentuk insulin. Hormon lain dari pankreas yaitu gluk
agon memberi sinyal kepada hati untuk memecah glikogen yang disimpan dan me
6
lepaskan glukosa ke dalam aliran darah tubuh manusia. Proses ini terjadi terutama
di hati, tetapi juga di ginja. Dengan puasa yang berkepanjangan, tubuh dapat mem
ecah simpanan lemak dan menggunakan produk pemecahan lemak sebagai bahan
bakar alternatif.
c) Penyebab yang berkaitan dengan Diabetes Mellitus: Jika seseorang menderita
diabetes, manusia mungkin tidak dapat memproduksi insulin (diabetes tipe 1)
atau mungkin kurang responsif terhadapnya (diabetes tipe 2). Akibatnya, glu
kosa menumpuk di aliran darah dan dapat mencapai tingkat yang sangat ting
gi. Untuk memperbaiki masalah ini, seseorang mungkin menggunakan insuli
n atau obat lain untuk menurunkan kadar gula darah akan tetapi terlalu banya
k insulin atau obat diabetes lainnya dapat menyebabkan kadar gula darah turu
n terlalu banyak, yang mengakibatkan hipoglikemia. Hipoglikemia juga dapa
t terjadi jika mengkonsumsi makanan dalam jumlah lebih sedikit dari biasany
a setelah minum obat diabetes dosis reguler, atau jika berolahraga lebih bany
ak dari biasanya.
d) Penyebab yang tidak berkaitan dengan Diabetes Mellitus:
i. Obat-obatan: Mengambil obat diabetes oral dengan tidak disengaja meru
pakan salah satu kemungkinan penyebab hipoglikemia. Obat lain dapat
menyebabkan hipoglikemia, terutama pada anak-anak atau orang dengan
gagal ginjal. Salah satu contohnya adalah kina (Qualaquin), yang diguna
kan untuk mengobati malaria.
ii. Konsumsi alkohol berlebihan. Minum banyak tanpa makan dapat mence
gah hati melepaskan glukosa dari simpanan glikogennya ke dalam aliran
darah. Hal ini dapat menyebabkan hipoglikemia.
iii. Beberapa penyakit kritis. Penyakit hati yang parah seperti hepatitis parah
atau sirosis, infeksi berat, penyakit ginjal, dan penyakit jantung lanjut da
pat menyebabkan hipoglikemia. Gangguan ginjal juga dapat mencegah t
ubuh Anda mengeluarkan obat dengan benar. Hal ini dapat mempengaru
hi kadar glukosa karena penumpukan obat yang menurunkan kadar gula
darah.
iv. Kelaparan jangka panjang. Hipoglikemia dapat terjadi dengan malnutrisi
dan kelaparan ketika manusia tidak mendapatkan makanan yang cukup,
dan simpanan glikogen yang dibutuhkan tubuh membuat glukosa habis.
Gangguan makan yang disebut anoreksia nervosa merupakan salah satu c
ontoh kondisi yang dapat menyebabkan hipoglikemia dan mengakibatka
n kelaparan jangka panjang.
v. Produksi insulin yang berlebihan. Tumor pankreas yang langka (insulino
ma) dapat menyebabkan produksi insulin berlebihan, yang mengakibatka
n hipoglikemia. Tumor lain juga dapat menyebabkan terlalu banyak prod
uksi zat seperti insulin. Sel-sel pankreas yang tidak biasa yang memprod
uksi insulin dapat mengakibatkan pelepasan insulin yang berlebihan, me
nyebabkan hipoglikemia.
vi. Kekurangan hormon. Gangguan kelenjar adrenal dan tumor hipofisis tert
entu dapat mengakibatkan jumlah hormon tertentu yang mengatur produ
ksi atau metabolisme glukosa tidak mencukupi. Anak-anak dapat mengal
ami hipoglikemia jika mereka memiliki terlalu sedikit hormon pertumbu
han.
Hipoglikemia berat dapat ditemui pada berbagi keadaan, antara lain:
7
a. Kendali glikemik teralu ketat
b. Hipoglikemia berulang
c. Hilangnya respon glukagon terhadap hipoglikemia setelah 5 tahun terdiagnos
is DMT1
d. Attenuation of epinephrine, norepinephrine, growth hormone, cortisol respon
ses
e. Neuropati autonom
f. Tidak menyadari hipoglikemia
g. End Stage Renal Disease (ESRD)
h. Tumor penghasil IGF-2 seperti insulinoma dan NICTH (Non Islet Cell Tumo
rHypoglcemia) berupa karsinoma hepatoseluler, tumor Phylloides, GIST (G
astro Intestinal Stromal Tumor), mesothelioma, hemangioperisitoma, adenok
arsinoma, sarkoma, tumor renal, tumor korteks ginjal dan tumor tiroid.
i. Malnutrisi
j. Konsumsi alkohol tanpa makanan yang tepat
Tatalaksana
8
Gambar 2. Algoritma Tatalaksana Hipoglikemia
9
iii. Pada pasien diabetes disertai dengan gagal jantung, piilihan terapi yang d
isarankan adalah golongan penghambat SGLT-2 atau GLP-1 RA.
e) Pencegahan hipoglikemia
i. Lakukan edukasi tentang tanda dan gejala hipoglikemia, pengangan sem
entara, dan hal lain yang harus dilakukan.
ii. Anjurkan melakukan PDGM, khusunya bagi pengguna insuli atau obat o
ral golongan insulin sekretagog.
iii. Lakukan edukasi tentang obat-obatan atau insulin yang dikonsumsi, tenta
ng: dosis, waktu mengkonsumi, efek samping.
iv. Bagi dokter yang menghadapi pasien DM dengan kejadian hipoglikemia
perlu melakukan:
1. Evaluasi secara menyeluruh tentang status kesehatan pasien
2. Evaluasi program pengobatan yang diberikan dan bila diperlukan me
lakukan program ulang dengan memperhatikan berbagai aspek seper
ti: jadwal makan, kegiatan olah raga, atau adanya penyakit penyerta
yang memerlukan obat lain yang mungkin berpengaruh terhdap gluk
osa darah.
3. Bila diperlukan mengganti obat-obatan yang lebih kecil kemungkina
n menimbulkan hipoglikemia.
2. Ketoasidosis diabetik, atau DKA, adalah keadaan darurat yang mengancam jiwa y
ang disebabkan ketika tidak memiliki cukup insulin dan hati harus memecah lemak m
enjadi keton untuk energi, tetapi terlalu cepat untuk ditangani oleh tubuh. Penumpuka
n keton dapat mengubah kimia darah dan meracuni. Seseorang bisa mengalami koma.
DKA adalah komplikasi paling umum dari diabetes tipe 1 , tetapi juga mungkin terjad
i pada diabetes tipe 2 dan diabetes gestasional. Orang tersebut mungkin tidak:
a) Tidak menyuntikkan insulin yang cukup, atau membutuhkan lebih dari biasa
nya
b) Tidak cukup makan makanan
c) Memiliki reaksi insulin (gula darah rendah) saat mereka sedang tidur
Pemicu DKA yang paling umum adalah sedang sakit atau mengalami infeksi. Beberap
a obat-obatan atau stres berat, seperti serangan jantung, juga dapat menyebabkannya.
DKA dapat terjadi dengan cepat, biasanya dalam waktu kurang dari 24 jam.
Gejala awalnya adalah:
Rasa haus yang ekstrim
Mulut kering
Sering kencing
10
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain:
Infark miokard akut
Edema otak
Kematian < 5%
Tatalaksana KAD :
11
Gambar 3. Tatalaksana KAD
Faktor Pencetus
Krisis hiperglikemia pada diabetes tipe 2 biasanya terjadi karena ada faktor yang
mencetuskannya. Faktor pencetus HHS antara lain infeksi (bronkopneumonia, infeksi
saluran kencing, sepsis), penyakit vaskular akut (penyakit sere-brovaskular, infark
miokard akut, emboli paru), trauma, luka bakar, hematom subdural, kelainan
gastrointestinal (pankreatitis akut, kholesistitis akut, obstruksi intestinal), obatobatan
12
(diuretik, steroid, agen antipsikotik atipikal, glukagon, interferon, agen
simpatomimetik seperti albuterol, dopamin, dobutamin, dan terbutalin). Faktor
predisposisi terjadinya HSS paling umum adalah infeksi pada 40-60% pasien, dan
infeksi yang paling sering adalah bronkopneumonia.
Gejala Klinis
Pasien dengan HHS, umumnya berusia lanjut, sering tidak ada riwayat DM, dan
pasien DM tipe 2 yang dapat pengaturan diet dan atau obat hipoglikemik oral. Sering
juga dijumpai pada penggunaan obat yang dapat meningkatkan gula darah, seperti
diuretik. Keluhan pasien HHS ialah: rasa lemah, gangguan penglihatan, atau kaki
kejang, dapat pula ditemukan keluhan mual dan muntah, namun lebih jarang jika
dibandingkan dengan KAD. Kadang, pasien datang dengan disertai keluhan saraf,
disorientasi, hemiparesis, kejang atau koma.Pada pemeriksaan fisik ditemukan
tanda-tanda dehidrasi berat seperti turgor yang buruk, mukosa pipi yang kering, mata
cekung dan perabaan ektremitas yang dingin serta denyut nadi yang cepat dan
lemah. Dapat pula ditemukan peningkatan suhu tubuh yang tak terlalu tinggi, dapat
pula dijumpai distensi abdomen yang membaik setelah rehidrasi adekuat.
13
Kesimpulan
14
Daftar Pustaka
15
16