Anda di halaman 1dari 24

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Diabetes mellitus disebut juga
penyakit kencing manis karena berhubungan dengan keadaan air seni
penderita yang banyak mengandung glukosa sebagai akibat proses pemakaian
gula di dalam tubuh tidak dapat berlangsung normal dalam memenuhi
kebutuhan energi.
Diabetes Melitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai oleh adanya
hiperglikemia yang disebabkan oleh defisiensi atau penurunan efektifitas
insulin.
Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis metabolisme abnormal yang
mmerlukan pengobatan seumur hidup dengen diet, latihan dan obat-obatan.
Insulin adalah zat atau hormon yang dikeluarkan oleh sel beta di
pankreas. Pankreas merupakan sebuah organ yang berada di belakang
lambung. Hormon insulin ini sangat berperan dalam mengatur kadar gula
darah.
B. Etiologi
1. DM Tipe I
a. Faktor genetik
b. Faktor imunologi
c. Faktor lingkungan
2. DM Tipe II
Belum diketahui diduga karena genetik. Adapun faktor lain :
a. Usia
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik

1
3. DM Gestasional
4. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindroma
lainnya

C. Klasifikasi / Tipe DM
1. Tipe I
Diabetes mellitus tergantung pada insulin (IDDM)
Pankreas tidak bisa menghasilkan insulin secara absolut sehingga seumur
hidup tergantung insulin dari luar dan kebanyakan terjadi pada usia
dibawah 40 tahun.
2. Tipe II
Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
Pankreas masih bisa menghasilkan insulin secara relatif, kebanyakan
terjadi pada usia diatas 40 tahun dan sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan yang berimbas pada gaya hidup.
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindroma
lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional

D. Gejala-Gejala Diabetes Mellitus


Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan
dan tidak disadari oleh penderita. Beberapa gejala penyakit diabetes yaitu
1. Gejala khas DM yaitu sering buang air kecil (Poliuria) sering haus
(Polidipsia) sering lapar (Polifagia) yang diikuti oleh tubuh yang cepat
lelah.
2. Kurang tenaga serta badan cepat menjadi kurus tanpa penyebab yang jelas,
meskipun makannya banyak.
3. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl.
4. Kadar glukosa darah dua jam sesuadah makan lebih dari 200 mg/dl.

2
Gejala lain yang biasanya muncul adalah
1. Adanya rasa kesemutan
2. Sering gatal-gatal
3. Sering keputihan
4. Bila terkena infeksi sulit untuk sembuh
5. Bisul yang hilang timbul
6. Penglihatan kabur
7. Cepat lelah
8. Mudah mengantuk

E. Faktor-faktor Risiko Diabetes Mellitus


Secara singkat faktor risiko atau faktor pencetus diabetes mellitus adalah
1. Faktor keturunan
Penyakit diabetes mellitus kebanyakan adalah penyakit keturunan bukan
penyakit menular. Artinya bila orang tuanya menderita diabetes, anak-
anaknya kemungkinan akan menderita diabetes juga.
2. Usia.
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi yang secara dramatis
turun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah
seseorang memasuki usia rawan setelah usia 45 tahun.
3. Pola makan yang tidak seimbang.
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan resiko
terkena diabetes. Kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak pankreas.
Sedangkan obesitas (Kegemukan) dapat mengakibatkan gangguan kerja
insulin.
4. Kegemukan (Obesitas).
Kegemukan bisa disebabkan oleh kebanyakan makan, dalam hal
karbohidrat, lemak maupun protein tetapi juga karena kurang bergerak.
Kegemukan dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi tubuh merupakan
salah satu risiko untuk menderita penyakit kronis, seperti diabetes
mellitus.

3
5. Kurang olah raga.
6. Hipertensi.
Umumnya tekanan darah diatas 140/90 mmHg mempunyai faktor risiko
terkena diabetes mellitus
7. Mempunyai riwayat melahirkan bayi dengan berat bayi lahir lebih dari
4000 gram.
8. Riwayat diabetes mellitus pada waktu hamil.
9. Kadar lemak darah tidak normal.
Kolestrol HDL 35 mg/dl dan atau trigliserida lebih dari 250 mg/dl
10. Penderita penyakit jantung koroner, TBC dan penyakit hipertiroid.

F. Komplikasi Diabetes Mellitus


Komplikasi diabetes mellitus dapat muncul secara akut dan secara
kronik yaitu timbul beberapa bulan atau beberapa tahun setelah mengidap
mulai dari rambut sampai ujung kaki termasuk semua alat tubuh didalamnya.
Komplikasi tersebut tidak akan muncul jika perawatan diabetes mellitus
dilaksanakan dengan baik, tertib dan teratur.
Diabetes mellitus dapat mempengaruhi bagian-bagian tubuh berikut ini
yaitu
1. Rambut
Penderita diabetes mellitus yang sudah menahun dan tak terawat secara
baik, biasanya rambutnya lebih tipis. Bila akar rambut terserang, rambut
menjadi mudah rontok.
2. Mata
a. Bila kadar glukosa didalam darah mendadak tinggi lensa mata
menjadi cembung dan penglihatan penderita menjadi kabur.
b. Penyakit diabetes mellitus dapat menyebabkan lensa mata menjadi
keruh (Tampak putih) dan penderita mengeluh kabur, lensa yang
keruh ini disebut katarak
c. Komplikasi menahun pada mata yang lain adalah meningkatnya
tekanan bola mata yang disebut glaukoma.

4
3. Gigi dan gusi
Karena jaringan yang mengikat gigi pada rahang mudah rusak, gigi
penderita diabetes mellitus mudah goyah bahkan mudah rusak.
4. Paru
Penderita diabetes mellitus jika batuk umumnya lama sembuhnya karena
pertahanan tubuhnya menurun. Dibandingkan dengan orang normal,
penderita diabetes mellitus lebih mudah menderita TBC paru.
5. Jantung
Penderita diabetes mellitus lebih mudah menderita penyakit jantung
koroner yaitu penyakit jantung yang disebabkan oleh penyempitan
pembuluh darah koroner. Dibandingkan dengan orang normal, penderita
diabetes mellitus dua kali lebih mudah menderita serangan jantung. Selain
itu karena keadaan diabetes mellitus yang kurang baik dan telah
berlangsung lama, daya pompa otot jantung sedemikian lemah dan
penderita diabetes mellitus sesak nafas ketika jalan ataupun naik tangga.
6. Ginjal
Penderita diabetes mellitus mempunyai kecenderungan tujuh belas kali
lebih mudah mengalami gangguan fungsi dibandingkan dengan ginjal
orang normal. Hal ini disebabkan oleh faktor infeksi yang berulang-ulang
yang sering timbul pada diabetes mellitus dan adanya faktor penyempitan
pembuluh darah kapiler di dalam ginjal.
7. Gangren Diabetik
Semua luka atau radang yang terjadi pada daerah dibawah mata kaki harus
segera diobati dan bila perlu dirawat di rumah sakit. Bila terlambat, mudah
timbul gangren diabetik (luka kehitaman karena sebagian jaringannya mati
dan berbau busuk) dan tidak jarang pada akhirnya kaki harus dipotong
(diamputasi).
8. Kulit
Pada umumnya kulit penderita diabetes mellitus kurang sehat atau kuat
dalam hal pertahanannya sehingga mudah terkena infeksi dan penyakit
jamur.

5
Komplikasi akut diabetes mellitus yang paling sering adalah
1. Reaksi hipoglikemia
Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan
glukosa dengan tanda-tanda : rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing
dan sebagainya.
2. Koma diabetik
Koma diabetik timbul karena kadar glukosa didalam darah terlalu tinggi
dan biasanya lebih dari 600 mg/dl.

G. Pencegahan
Penyakit diabetes sebenarnya dapat dicegah dengan cara-cara sebagai
berikut :
1. Menjaga berat badan.
Menjaga berat dan dapat dilakukan melalui :
a. Mencapai dan mempertahankan berat badan ideal
b. Menurunkan berat badan bila kegemukan
2. Melakukan olahraga
Olahraga sebaiknya dilakukan secara teratur, paling tidak 3-4 kali
seminggu selama 30 menit.
3. Mengkonsumsi makanan yang seimbang
Agar makanan seimbang, sebaiknya disesuaikan dengan proses
pertumbuhan, status gizi, umur, kegiatan jasmani dan lain sebagainya.
4. Bagi penderita atau yang mempunyai riwayat keluarga diabetes mellitus
hendaknya berhati-hati terhadap makanan dibawah ini.
a. Yang harus dihindari
Gula murni : gula pasir, gula jawa
Makanan dan minuman yang terbuat dari gula murni : manisan, sirup,
cake, susu kental manis, coklat, es krim dan lain-lain.
b. Yang harus dibatasi
Makanan yang mengandung karbohidrat : nasi, ubi, singkong, roti,
mie, kentang, jagung dan makanan yang diolah dari tepung-tepungan.

6
H. Patofisiologi
Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuak menghasilkan
insulin karena sel-sel beta pankreas telah hancur oleh proses autoimun.
Hiperglikemia-puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh
hati. Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia postprandial (sesudah makan)
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring, akibatnya glukosa tersebut
muncul dalam urine (Glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan
diekskresikan ke dalam urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai
akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan dalam berkemih, pasien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan mengganggu metabolisme protein dan
lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (Polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori.
Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis
(pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan
glukosa baru dari asam-asam amino serta substansi lain) namun pada penderita
defisinesi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut
menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak
yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan
produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebih.
Ketoasidosis diabetik yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda
dan gejala seperti abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas bau aseton dan
bila tidak ditangani akan menimbulkan kematian. Pemberian insulin bersama
dengan cairan dan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala
hiperglikemia serta ketoasidosis.

7
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin
disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi
akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan
pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel
beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka
kadar glukosa akan meningkat. Insulin dengan jumlah yang adekuat untuk
mencegah pemecahan lemak dan produksi badan untuk mencegah pemecahan
lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Akibat intoleransi
glukosa yang berlangsung lambat (Selamanya bertahun-tahun) dan progresif
maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terditeksi. Jika gejalanya
dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-
sembuh, infeksi, pandangan kabur.
Diabetes Gestasional terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes
sebelum kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi
hormon-hormon plasenta. Semua wanita hamil harus menjalani skrining pada
usia kehamilan 24 hingga 27 minggu untuk mendeteksi kemungkinan diabetes.
Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah akan kembali normal.

I. Penatalaksanaan
1. Perencanaan makan (meal Planning)
2. Latihan jasmani
3. Obat

8
Macam-macam insulin
a. RI (Reguler Insulin)
Daya kerjanya pendek (6-8 jam)
b. Monotard (protamin Zink / PZI)
Daya kerjanya panjang (24-36jam)
c. Insulin Nordisk
Daya kerjanya pendek (6-8 jam)

9
J. Patway Keperawatan

DM

Defisiensi insulin berat Neuropati

Sensori Motorik
 ambilan darah  katabolisme protein Peningkatan lipolisis

Kehilangan sensori Atropi


Hiperglikemi  asam amino  Kehilangan asam lemak bebas
nitrogen

Vaskularisasi Perubahan dalam


glukosa Genesis T Gliserol ketogenesis pergerakan

Gangguan Kelemahan
 Ketonimia pembuluh darah
Hiper osmolalitas Diuresis osmotik
Perdarahan
Suplai makanan dalam retina
Vikositas darah  Gangguan Eliminasi kejar 
(Poliuria)
Ketonuria Ketoasidosis Mual
muntah Pandangan
Luka  sembuh kaku
Aliran darah ke otak  Kehilangan hipotonik
Nutrisi kurang dari
kebutuhan Perubahan perilaku
G3 perfusi jaringan cerebral Ganggren
volume cairan 
Asidosis Metabolik Kurang
pengetahuan
Defisit Vol Cairan dan Resiko infeksi
Elektrolit

10
BAB II
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
()

A. Pengertian

B. Batasan karakteristik
1. Mayor
2. Minor

BAB II
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
()

A. Definisi

B. Batasan karakteristik
1. Mayor (Harus terdapat)
2. Minor

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan eliminasi (Poliuria)
2. Resiko infeksi

B. Intervensi dan rasional


1. Gangguan Eliminasi (Poliuria)
Berhubungan dengan
a. Diuresis osmotik (Dari hiperglikemia)
b. Poliuria
Kemungkinan dibuktikan oleh
a. Peningkatan haluan urine
b. Klien sering turun dari tempat tidur untuk berkemih
Kreteria Hasil
Klien dapat berkemih tanpa harus turun dari tempat tidur

Tindakan / Intervensi dan Rasional


a. Dapatkan riwayat pasien / orang terdekat sehubungan dengan
lamanya / intensitas dari gejala seperti muntah, pengeluaran urine
yang sangat berlebihan.
Rasional
Membantu dalam memperkirakan kekurangan volume total. Tanda
dan gejala mungkin sudah ada pada beberapa waktu sebelumnya
(Beberapa jam sampai beberapa hari)
Adanya proses infeksi mengakibatkan demam dan keadaan
hipermetabolik yang meningkatkan kehilangan air tidak kasat mata.
b. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
Rasional

12
Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
Perkiraan berat ringannnya hipovolemaia dapat dibuat ketika tekanan
darah sistolik pasien turun lebih dari 10 mmHg dari posisi berbaring
ke posisi duduk/ berdiri.
Catatan : Neuropati jantung dapat memutuskan refleks-refleks yang
secara normal meningkatkan denyut jantung.
c. Pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul atau pernapasan berbau
keton
Rasional
Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan yang
menghasilkan kompensasi alkalosis respiratoris terhadap keadaan
ketoasidosis. Pernapasan yang berbau aseton berhubungan
pemecahan asam aseto-asetat dan harus berkurang bila ketosis harus
terkoreksi.
d. Frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otrot bantu
pernapasan dan adanya periode apnea dan munculnya sianosis
Rasional
Koreksi hiperglikemi dan asidosis akan menyebabkan pola dan
frekuensi pernapasan mendekati normal. Tetapi peningkatan kerja
pernapasan : penapasan dangkal, pernapasan cepat dan munculnya
sianosis mungkin merupakan indikasi dari kelelahan pernapasan dan
atau mungkin pasien itu kehilangan kemampuannya untuk melakukan
kompensasi pada asidosis.

e. Suhu, warna kulit ataui kelembabannya


Rasional

13
Meskipun demam, menggiggil dan diaforesis merupakan hal umum
terjadi pada proses infeksi, demam dengan kulit yang kemerahan,
kering mungkin sebagai cermin dari dehidrasi.
f. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
Rasional
Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi
yang adekuat
g. Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine
Rasional
Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal
dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
h. Ukur berat badan setiap hari
Rasional
Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang
sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan
pengganti.
i. Pertahankan untuk memberikan cairan sedikit 2500 ml/hr dalam batas
yang dapat ditoleransi jantung jika pemasukan cairan melalui oral
sudah dapat diberikan
Rasional
Mempertahankan hidrasi / volume sirkulasi
j. Tingkatkan lingkungan yang dapat menimbulkan rasa nyaman.
Selimuti pasien dengan selimut tipis.
Rasional
Menghindari pemanasan yang berlebihan terhadap pasien lebih lanjut
akan dapat menimbulkan kehilangan cairan.

k. Kaji adanya perubahan mental/sensori


Rasional

14
Perubahan mental dapat berhubungan dengan glukosa yang tinggi
atau yang rendah (Hiperglikemia atau hipoglikemia), elektrolit yang
abnormal, asidosis, penurunan perfusi serebral dan berkembangnya
hipoksia. Penyebab yang tidak tertangani, gangguan kesadaran dapat
menjadi predisposis (Pencetus) aspirasi pada pasien.
l. Catat hal-hal yang dilaporkan seperti mual, nyeri abdomen, muntah
dan distensi lambung.
Rasional
Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung yang
seringkali akan menimbulkan muntah dan secara potensial akan
menimbulkan cairan atau elektrolit.
m. Observasi adanya perasaan kelelahan yang meningkat edema,
peningatan berat badan, nadi tidak teratur dan adanya distensi pada
vaskuler
Rasional
Pemberian cairan untuk perbaikan yang capat mungkin sangat
berpotensi menimbulkan kelebihan beban cairan dan GJK
n. Kolaborasi
1). Berikan terapi cairan sesuai dengan indikasi
Normal salin atau setengah normal salin dengan atau tanpa
dektrose
Rasional
Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan
cairan dan respon pasien secara individual.
Albumin, plasma atau dektran
Rasional
Plasma ekspander (pengganti) kadang dibutuhkan jika
kekurangan tersebut mengancam atau tekanan darah sudah tidak
dapat kembali normal dengan usaha-usaha rehidrasi yang telah
dilakukan.
2). Pasang / pertahankan kateter urine tetap terpasang

15
Rasional
Memberikan pengukuran yang tepat/akurat terhadap pengukuran
haluaran urine terutama jika neuropati otonom menimbulkan
gangguan kantung kemih (retensi urine / inkontinesia). Dapat
dilepas jika pasien berada alam keadaan stabil untuk menurunkan
risiko terjadinya infeksi.
3). Pantau pemeriksaan laboratorium
Hematokrit
Rasional
Mengkaji tingkat hidrasi dan seringkali meningkat akibat
hemokonsetrasi yang terjadi setelah diuresis osmotik
BUN/Kreatinin
Rasional
Peningkatan nila dapat mencerminkan kerusakan sel karena
dehidrasi atau tanda awitan kegagalan ginjal.
Osmolalitas darah
Rasional
Meningkat sehubungan dengan adanya hiperglikemia dan
dehidrasi
Natrium
Rasional
Mungkin menurun yang dapat mencerminkan perpindahan cairan
dari intrasel (Diuresis Osmotik). Kdar natrium yang tinggi
mencerminkan kehilangan cairan / dehidrasi berat atau reabsorsi
antrium dalam berespons terhadap sekresi aldosteron.

Kalium
Rasional

16
Awalnya akan terjadi hiperglikemia dalam berespons pada
asidosis, namun selanjutnya kalium ini akan hilang melalui urine,
kadar kalium absolut dalam tubuh berkurang. Bila insulin diganti
dan asidosis teratasi, kekurangan kalium serum justru akan
terlihat.
4). Berikan kalium atau elektrolit yang lain melalui IV dan atau
melalui oral sesuai indikasi
Rasional
Kalium harus ditambahkan pada IV (segera urine adekuat) untuk
mencegah hipokalemia. Catatan fosfat dapat diberikan jika cairan
IV mengandung natrium klorida untuk mencegah kelebihan
beban klorida.
5). Berikan bikarbonat jika pH kurang dari 7,0
Rasional
Diberikan dengan hati-hati untuk membantu memperbaiki
asidosis pada adanya hipotensi atau syok.
6). Pasang selang NGT dan lakukan penghisapan sesuai dengan
indikasi
Rasional
Mendekompresi lambung dan dapat menghilangkan muntah.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan
Ketidakcukupan insulin (penurunan ambilan dan penggunaan glukosa oleh
jaringan mengakibatkan metabolime protein / lemak)
Penurunan masukan oral : Anoreksia, mual, lambung penuh
a. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi
Rasional
Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorpsi dan
utilisasinya)
b. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan
dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien

17
Rasional
Mengidentifikasi kekurangan dan penmyimpangan dari kebutuhan
terapeutik
c. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung,
mual muntah makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan
keadaan puasa sesuai indikasi
Rasional
Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
dapat menurunkan motilitas / fungsi lambung (Distensi atau ileus
paralitik) yang akan mempengaruhi pilihan intervensi.
Catatan : kesulitan jangka panjang dengan penurunan pengosongan
lambung dan motilitas usus yang rendah mengisyaratkan adanya
neuropati otonom yang mempengaruhi saluran pencernaan dan
memerlukan pengobatan secara simtomatik.
d. Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (Nutrien) dan
elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya
melalui pemberian cairan melalui oral. Dan selanjutnya terus
mengupayakan pemberian makanan yang lebih padat sesuai dengan
yang dapat ditoleransi.
Rasional
Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan
fungsi gastrointestinal baik.
e. Identifikasi makanan yang disukai / dikehendaki termasuk kebutuhan
etnik / kultural
Rasional
Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam
perencanaan makan, kerja sama ini dapat diupayakan setelah pulang.

f. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai indikasi


Rasional

18
Meningkatkan rasa keterlibatannya : memberikan informasi pada
keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien. Catatan :
Berbagai metode bermanfaat untuk perencanaan diet meliputi
pergantian daftar menu, sistem perhitungan kalori, indeks glikemik
atau seleksi awal menu.
g. Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat
kesadaran, kulit lembab / dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka
rangsang, cemas, sakit kepala, pusing, sempoyongan
Rasional
Karena metabolisme mulai terjadi (Gula darah akan berkurang dan
sementara tetap diberikan insulin maka hipoglikemia dapat terjadi.
Jika pasien dalam keadaan koma, hipoglikemia mungkin terjadi tanpa
memperlihatkan perubahan tingkat kesadaran. Ini secara potensial
dapat mengancam kehidupan yang harus dikaji dan ditangani secara
cepat melalui tindakan protokol yang direncanakan.
Catatan : DM tipe I yang telah berlangsung lama mungkin tidak akan
menunjukkan tanda-tanda hipoglikemia seperti biasanya karena
respon normal terhadap gula darah yang rendah mungkin dikurangi.
h. Kolaborasi
1). Lakukan pemeriksan gula darah dengan menggunakan ‘Finger
Stick”
Rasional
Analisa ditempat tidur terhadap gula darah lebih akurat
(Menunjukkan keadaan saat dilakukan pemeriksaan) dari pada
memantau gula dalam urine (Reduksi Urine) yang tidak cukup
akurat utuk mendeteksi fluktuatif kadar gula darah dan dapat
dipengaruhi oleh ambang ginjal pasien secara individual atau
adanya retensi urine / gagal ginjal.
Catatan : beberapa penelitian telah menemukan bahwa glukosa
urine 20% berhubungan dengan gula darah antara 140-360 mg/dl

19
2). Pantau pemeriksan laboratorium, seperti gula darah, aseton, pH
dan HCO3
Rasional
Gula darah akan menurun perlahan dengan pengganti cairan dan
terapi insulin terkontrol. Dengan pemberian insulin dosis optimal,
glukosa kemudian dapat masuk ke dalam sel dan digunakan
untuk sumber kalori. Ketika hal ini terjadi, kadar aseton akan
menurun dan asidosis dapat dikoreksi.
3). Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode IV
secara intermiten atau secara kontinu. Seperti bolus IV diikuti
dengan tetesan yang kontinu melalui alat pompa kira-kira 5-10
UI/Jam sampai glukosa darah mencapai 250 mg/dl
Rasional
Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan
cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.
Pemberian melalui IV merupakan rute pilihan utama karena
absorsi dari jaringan subcutan mungkin tidak menentu / sangat
lambat. Banyak orang percaya / berpendapat bahwa metode
kontinu ini merupakan cara yang optimal untuk mempermudah
transisi pada metabolisme karbohidrat dan menurunkan insiden
hipoglikemia.
4). Berikan larutan glukosa misalnya dektrose dan setengah samin
normal
Rasional
Larutan glukosa ditambahkan setelah insulin dan cairan
membawa gula darah kira-kira 250 mg/dl. Dengan metabolisme
karbohidrat mendekati normal, perawatan harus diberikan untuk
menghindari terjadinya hipoglikemia.

5). Lakukan konsultasi dengan ahli diet


Rasional

20
Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pasien : menjawab pertanyaan dan
dapat pula membantu pasien atau orang terdekat dalam
mengembangkan perencanaan makan.
6). Berikan obat metaklopramid (reglan), tetracyklin)
Rasional
Dapat bermanfaat dalam mengatasi gejala yang berhubungan
dengan neuropati otonom yang mempengaruhi saluran cerna yang
selanjutnya meningkatkan pemasukan melalui oral dan absorpsi
zat makan (Nutrien)
3. Resiko infeksi
Faktor risiko
a. Kadar glokosa tinggi, penurunan leukosit, perubahan pada sirkulasi
b. Infeksi pernafasan yang ada sebelumnya atau ISK
Kreteria Hasil
a. Mengeidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan risiko
infeksi
b. Mendemonstrasikan teknik, perunahan gaya hidup utuk mencegah
terjadinya infeksi.
Tindakan / intervensi dan rasional
a. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan yaitu demam,
kemerahan, adanya pus pada luka, sputum purulen, urine warna keruh
atau berkabut.
Rasional
Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah
mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi
nosokomial.
b. Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang
baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasiennya sendiri.
Rasional
Mencegah timbulnya infeksi silang (Infeksi Nosokomial)

21
c. Pertahankan tehnik aseptik pada prosedur invasif. Mis pemasangan
infus, kateter folley dsb. Pemberian obat intravena dan memberikan
perawatan pemeliharaan. Lakukan pengobatan melalui IV sesuai
indikasi.
Rasional
Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadikan media
terbaik yang pertumbuhan kuman.
d. Pasang kateter / lakukan perawatan perineal dengan baik. Ajarkan
pasien wanita untuk membersihkan daerah perinealnya dari depan ke
arah belakang setelah eliminasi.
Rasional
Mengurangi risiko terjadinya infeksi kemih. Pasien koma mungkin
memiliki risiko yang khusus jika terjadi retensi urine pada saat awal
dirawat. Cacatan : pasien DM wanita lansia merupakan kelompok
utama yang laing berisiko terjadi infeksi saluran kemih / vagina.
e. Berikan perawatan kulit dengan teratur dengan teratur dan sungguh-
sungguh, masage daerah yang tertekan, jaga kulit tetap kering, linen
kering dan tetap kencang
Rasional
Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien
peningkatan risiko terjadinya kerusakan pada kulit / iritasi kulit dan
infeksi.
f. Auskultasi bunyi nafas
Rasional
Ronki mengindikasikan adanya akumulasi sekret yang mungkin
berhubungan dengan pnemonia / bronkitis (mungkin sebagai pencetus
dari DKA). Edema paru (Bunyi krekels) mungkin sebagai akibat dari
pemberian cairan yang terlalu cepat / berlebihan atau GJK
g. Lakukan perubahan posisi dan anjurkan untuk batuk efektif / napas
dalam jika pasien sadar dan kooperatif. Lakukan penghisapan lendir

22
pada jalan napas dengan menggunakan teknik steril sesuai
keperluannya.
Rasional
Membantu dalam memventilasikan semua daerah paru dan
memobilisasi sekret. Mencegah agar sekret tidak statis dengan
terjadinya peningkatan terhadap risiko infeksi.
h. Kolaborasi
Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitivitas sesuai dengan indikasi
Berikan obat antibiotik yang sesuai
Rasional
Untuk mengidentifikasi organisme dapat memilih / memberikan
terapi antibiotik yang terbaik.
Penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.

BAB IV
KASUS

23
24

Anda mungkin juga menyukai