OLEH
5. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, jika terdapat insulin asupan glukosa/produksi
glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan disimpan sebagai glikogen
dalam sel-sel hari dan sel-sel otot. Proses glikogenesis ini mencegah
hiperglikemia. Jika terdapat deficit insulin, akan terjadi 4 perubahan
metabolic yang menimbulkan hipoglikemia: transportasi glukosa yang
melintasi membrane sel berkurang, glikogenesis berkurang dan tetapi terdapat
kelebihan glukosa dalam darah, glikolisis meningkat sehingga dengan
glikogen berkurang dan glukosa hati dicurahkan ke dalam darah secara terus
menerus melebihi kebutuhan dab glukogenesis meningkat dan lebih banyak
lagi glukosa hati yang ke dalam darah dari adsam amino dan lemak.
Pada DM tipe 1 terjadi ketidakmampuan menghasilkan insulin karena sel-
sel beta telah dihancurkan oleh autoimun.Akibatnya produksi glukosa tidak
terukur oleh hari.Maka terjadi hiperglikemia. Jika konnsentrasi glukosa dalam
darah tinggi, ginjal tidak dapat menyerab semua glukosa, akibatnya muncul di
urin (glukosuria), ketika glukosa berlebihan dieksresikan dalam urin disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit (dieresis osmotic) akibatnya kehlangan
cairan berlebihan pasien akan mengalami peninngkatan berkemih (poliuri)
dab rasa haus (polidipsi). Defisiensi urin juga mengganggu metabolism
protein dan lemak yang menyebabkan penurunan BB.Pasien juga
mengalammi peningkatan selera makan (polifagia) akibat penurunan
simpanan kalori, gejala lainnya kelelahan dan kelemahan.
Pada tipe 2 terdapat 2 masalah utama yang berhubungan dengan insulin
yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Resistensi ini disertai
dengan penurununan reaksi insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan. Pada gangguan sekresi insulin berlebihan
pada glukosa akan mempertahankan pada tingkat Normal atau sedikit
meningkat. Namun jika sel beta tidak mampu menyimbangi peningkatan
kebutuhan insulin maka kadar glukosa meningkat akibat intoleransi glukosa
yang berlangsung lambat dan prograsif sehingga DM tipe 2 berjalan tanpa
terdeteksi, gejalanya kelemahan, iritabilitas, poliuri, polifagi, luka pada kulit
yang lama sembuh, pandangan kabur (jika glukosa sangat tinggi) (Nabil,
2012).
5. Pathway
DM Tipe 2
DM Tipe 1
Defisiensi Insulin
Hipoksia Perifer
Kurang pengetahuan Pengobatan dan kontrol tidak teratur Paratesia, Sensibilitas,
mengenai penyakit nyeri, suhu
Glukosa tidak stabil Nyeri Akut
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut (D.0077)
2) Defisit Nutrisi (D.0019)
3) Intoleransi Aktivitas (D.0056)
4) Gangguan Pola Tidur (D. 0055)
5) Defisit Pengetahuan (D. 0111)
6) Resiko Ketidakseimbangan Kadar Glukosa Darah (D.0038)
7) Resiko Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0015)
8) Resiko Ketidakseimbangan Cairan (D.0036)
9) Resiko Infeksi (D.0142)
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi (SIKI)
(SDKI) Kriteria Hasil
(SLKI)
Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukan Menejemen Nyeri
tindakan (I. 08238)
Definisi: keperawatan
Pengalaman sensorik atau selama 30 menit 1. Observasi
emosional yang berkaitan diharapkan nyeri lokasi,
dengan kerusakan jaringan kronis dapat karakteristik,
aktual atau fungsional, teratasi dengan durasi, frekuensi,
dengan onset mendadak atau kriteriaa hasil: kualitas, intensitas
lambat dan berintensitas Tingkat Nyeri nyeri
ringan hingga berat yang (L.08066) Identifikasi skala
berlangsung lebih dari 3 1. Keluhan nyeri
bulan. nyeri Identifikasi respon
menurun nyeri non verbal
Penyebab : (5) Identifikasi faktor
1. Kondisi muskuloskletal 2. Meringis yang memperberat
kronis menurun dan memperingan
2. Kerusakan sisitem saraf (5) nyeri
3. Penekanan saraf 3. Sikap Identifikasi
4. Infiltrasi tumor prootektif pengetahuan dan
5. Ketidakseimbangan menurun keyakinan tentang
neurotransmitter, (5) nyeri
neuromodulator dan 4. Gelisah Identifikasi
reseptor menurun pengaruh budaya
6. Gangguan imunitas (5) terhadap respon
7. Gangguan fungsi 5. Kesulitan nyeri
metabolic tidur Identifikasi
8. Riwayat posisi kerja menurun pengaruh nyeri
statis (5) pada kualitas hidup
9. Peningkatan indeks 6. Frekuensi Monitor
massa tubuh nadi keberhasilan terapi
10. Kondisi pasca trauma membaik komplementer yang
11. Tekanan emosional (5) sudah diberikan
12. Riwayat penganiayaan Monitor efek
13. Riwayat samping
penyalahgunaan obat/ penggunaan
zat analgetik
2. Terapeutik
Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
musik,
biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
Fasilitasi istirahat
dan tidur
Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
3. Edukasi
Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Anjurkan
memonitor nyri
secara mandiri
Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
4. Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu
Defisit Nutrisi (D.0019) Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
tindakan (I. 03119)
Definisi: keperawatan 1. Observasi
Asupan nutrisi tidak cukup selama 3x24 jam, Identifikasi status
untuk memenuhi kebutuhan diharapkan status nutrisi
metabolisme nutrisi terpenuhi Identifikasi alergi
dengan kriteria dan intoleransi
Penyebab: hasil Status makanan
1. Ketidakmampuan Nutrisi (L.03030) Identifikasi
menelan makanan 1. Porsi makanan yang
2. Ketidakmampuan makan disukai
mencerna makanan yang di Identifikasi
3. Ketidakmampuan habiskan kebutuhan kalori
mengabsorbsi nutrien meningkat dan jenis nutrient
4. Peningkatan (5) Identifikasi
kebutuhan 2. Berat perlunya
metabolisme badan penggunaan selang
5. Faktor ekonomi (mis. membaik nasogastrik
finansial tidak (5) Monitor asupan
mencukupi) 3. Indeks makanan
6. Faktor psikologis masa Monitor berat
(mis. stres, Tubuh badan
keengganan untuk membaik Monitor hasil
makan (5) pemeriksaan
4. Frekuensi laboratorium
makan 2. Terapeutik
meningkat Lakukan oral
(5) hygiene sebelum
5. Napsu makan, jika perlu
makan Fasilitasi
meningkat menentukan
5) pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
Berikan makan
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
Berikan suplemen
makanan, jika perlu
Hentikan
pemberian makan
melalui selang
nasigastrik jika
asupan oral dapat
ditoleransi
3. Edukasi
Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang
diprogramkan
4. Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik),
jika perlu
Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu
3. Edukasi
Anjurkan berhenti
merokok
Anjurkan berolahraga
rutin
Anjurkan mengecek air
mandi untuk
menghindari kulit
terbakar
Anjurkan menggunakan
obat penurun tekanan
darah, antikoagulan, dan
penurun kolesterol, jika
perlu
Anjurkan minum obat
pengontrol tekakan
darah secara teratur
Anjurkan menghindari
penggunaan obat
penyekat beta
Ajurkan melahkukan
perawatan kulit yang
tepat(mis. Melembabkan
kulit kering pada kaki)
Anjurkan program
rehabilitasi vaskuler
Anjurkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi( mis. Rendah
lemak jenuh, minyak
ikan, omega3)
Informasikan tanda dan
gejala darurat yang
harus dilaporkan( mis.
Rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat,
luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
4. Implementasi Keperawatan
Impementasi merupakan tahap pengelolaan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses kepweawatan
dengan cara melakukanidentifikasi sejauh mana tujuan dan keriteria hasil dari
rencana keperawatan yang di buat pada tahap perencaaan tercapai atau tidak
DAFTAR PUSTAKA