Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SKIRINING PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR

EPIDEMIOLOGI KLINIK

Tugas ini disusun untuk memenuhi Mata Kuliah


Epidemiologi Klinik
Dosen Pengampu : Heri Puspito, S.Kep, Ns., M.K.M

Disusun Oleh :
1. Nurul Alnadira Arfan 2011604010
2. Difta Rianto 2011604011
3. Cindy Aisyah Feronika 2011604012
4. M.Ali Gangga Dirgantara 2011604013
5. Izzat Maulana 2011604014
6. Silvia Septiyana 2011604015
7. Lisa Apriliani 2011604016
8. Pini Mutmainah 2011604017
9. Apriadi Jonli 2011604018

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
PROGRAM SARJANA TERAPAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal.
Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik
secara absolut maupun relatif.Ada tiga ciri pada penderita diabetes melitus yaitu Polipagi
(banyak makan), Polidipsi (banyak minum) dan Poliuri (banyak kencing). Ada 2 tipe diabetes
melitus yaitu diabetes tipe I/diabetes juvenile yaitu akibat produksi insulin yang tidak ada
akibat dari kelainan genetik yang terjadi sejak usia muda sedangkanDiabetes tipe II yaitu
terjadi resistensi insulin, dimana ada produksi insulin yang optimal namun tidak seluruhnya
berfunsi dengan normal. Umumnya DM tipe II akan dimulai dengan obat-obatan oral, tapi
bila sudah mencapai titik resistensi insulin tinggi dan obat oral tidak membantu fungsi insulin
maka diberikan insulin sintetis. Penatalaksanaan diabetes mellitus terdiri dari beberapa terapi,
yaitu terapi non farmakologis dan terapi farmakologis, yang salah satunya dengan terapi
insulin.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian diabetes melitus
2. Penyebab terjadinya diabetes melitus
3. Tipe-tipe diabetes melitus
4. Bagaimana cara pengobatan diabetes melitus
5. Tinjauan keislaman tentang penyakit diabetes melitus
6. Etiologi, patologi,fisiologi dari diabetes melitus
7. Skrinning/pemeriksaan pada diabetes melitus
8. Analisis sensitivitas dan spesifikasi pada kasus III
9. Pencegahan diabetes melitus
10. Komplikasi pada diabetes melitus

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui apa yang dimaksud dengan diabetes melitus
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya diabetes melitus
3. Untuk mengetahui tipe-tipe diabetes melitus
4. Untuk mengetahui bagaimana cara pengobatan diabetes melitus
5. Untuk mengetahui tinjauan keislaman tentang penyakit diabetes melitus
6. Untuk mengetahui etiologi, patologi,fisiologi dari diabetes melitus
7. Untuk mengetahui bagaimana skrinning/pemeriksaan pada diabetes melitus
8. Untuk mengetahui analisis sensitivitas dan spesifikasi pada kasus III
9. Untuk mengetahui pencegahan diabetes melitus
10. Untuk mengetahui komplikasi pada diabetes melitus

D. Tempat dan waktu


Yogyakarta,1 November 2021
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.Diabetes melitus
merupakan penyakit tidak menular.Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala
yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar
gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
B. Penyebab terjadinya diabetes melitus
Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan tidak
disadari oleh penderita, beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian
1) Banyak Kencing (Poliuria)
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak kencing.
Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita,
terutama pada waktu malam hari.
2) Banyak minum (polidipsia)
Rasa haus amat sering dialami penderita karena banyaknya cairan yang keluar melalui
kencing.Keadaan ini justru sering disalahtafsirkan. Dikiranya sebab rasa haus ialah
udara yang panas atau beban kerja yang berat.Untuk menghilangkan rasa haus itu
penderita banyak minum.
3) Banyak makan (polifagia)
Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita Diabetes Melitus karena
pasien mengalami keseimbangan kalori negatif, sehingga timbul rasa lapar yang
sangat besar. Untuk menghilangkan rasa lapar itu penderita banyak makan.
4) Penurunan berat badan dan rasa lemah
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relatif singkat harus menimbulkan
kecurigaan. Rasa lemah yang hebat yang menyebabkan penurunan prestasi dan
lapangan olahraga juga mencolok. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak
dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan
tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan
lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot
sehingga menjadi kurus.
C. Tipe Tipe Diabetes Melitus
a. Diabetes Melitus Tipe I (Insulin Dependent Diabetes Melitus, IDDM) Defisiensi
insulin karena tidak terdapatnya sel-sel langerhans, biasanya berhubungan dengan
tipe HLA spesifik, keadaan defisiensi insulin ini biasanya dikatakan absolut
karena ketergantungan yang sepenuhnya pada insulin-eksogen.Penderita IDDM
cenderung memiliki keadaan intoleransi glukosa yang lebih berat dan tidak stabil.
IDDM lebih kas/cenderung terjadi pada semua usia, umumnya usia muda.
b. Diabetes Melitus Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus, NIDDM)
Karena suplai insulin berkurang atau tidak cukup efektif sebagaimana mestinya
tingkat gula darah naik lebih lamban.Tidak banyak protein dan lemak yang
dihancurkan, hingga produksi keton pun tidak banyak, dan rendahnya resiko
terkena ketoasidosis koma. Kebanyakan yang menderita diabetes tipe 2 adalah
wanita dari pada pria, mungkin karena diabetes munculnya di usia yang lebih
lanjut dan wanita umumnya hidup lebih lama
c. Diabetes Melitus Sekunder (diabetes yang berhubungan dengan keadaan atau
sindrom tertentu) Diabetes yang terjadi karena akibat kerusakan pada pankreas
yang menyebabkan sebagian besar kelenjar rusak
d. Diabetes Melitus yang berhubungan dengan Malnutrisi Masih terdapat dua
kategori lain yaitu abnormalitas metabolisme glukosa yaitu:
1) Kerusakan Toleransi Glukosa (KTG) Konsentrasi glukosa antara normal dan
Diabetes Melitus dapat menjadi normal atau tetap tidak bertambah, bahkan
dapat melebihi nilai konsentrasi tersebut.
2) Diabetes Melitus Gestasional (DMG) Diabetes yang terjadi pada saat
kehamilan adalah intoleransi glukosa yang mulai timbul atau menular
diketahui selama keadaan hamil, karena terjadi peningkatan sekresi berbagai
hormon di sertai pengaruh metabolik terhadap glukosa
D. Bagaimana cara pengobatan diabetes melitus
a) Lakukan lebih banyak aktivitas fisik
Ada banyak manfaat berolahraga secara teratur. Latihan olahraga dapat membantu
meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin, yang membantu menjaga kadar
gula darah dalam kisaran normal. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan pada
pria yang diikuti selama 10 tahun, untuk setiap 500 kkal yang dibakar per minggu
melalui latihan, ada penurunan 6% risiko relatif untuk pengembangan diabetes.
Penelitian itu juga mencatat manfaat yang lebih besar pada pria yang lebih gemuk.
b) Dapatkan banyak serat dalam makanan.
Makanan berserat tidak hanya mengurangi risiko diabetes dengan meningkatkan
kontrol gula darah tetapi juga menurunkan risiko penyakit jantung dan menjaga
berat badan ideal dengan membantu kita merasa kenyang. Makanan tinggi serat
antara lain buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan dan umbi-umbian.
Salah satu makanan tinggi serat yang terbukti dapat mengendalikan diabetes
adalah dedak padi atau bekatul.
c) Makanlah kacang-kacangan dan biji-bijian.
Meskipun tidak jelas mengapa, biji-bijian dapat mengurangi risiko diabetes dan
membantu menjaga kadar gula darah. Dalam sebuah studi pada lebih dari 83.000
perempuan, konsumsi kacang-kacangan dan selai kacang tampaknya
menunjukkan beberapa efek perlindungan terhadap pengembangan diabetes.
Wanita yang mengkonsumsi lebih dari lima porsi satu-ons kacang per minggu
menurunkan risiko terkena diabetes dibandingkan wanita yang tidak
mengkonsumsi kacang sama sekali.
d) Turunkan berat badan
Sekitar 80% penderita diabetes kegemukan dan kelebihan berat badan. Jika ada
kelebihan berat badan, pencegahan diabetes dapat bergantung pada penurunan
berat badan. Setiap kilogram penurunan berat badan dapat meningkatkan
kesehatan seseorang. Dalam sebuah penelitian, orang dewasa yang kegemukan
mengurangi risiko diabetes mereka sebesar 16 persen untuk setiap kilogram berat
badan yang hilang. Juga, mereka yang kehilangan sejumlah berat setidaknya 5
sampai 10 persen berat badan awal dan berolahraga secara teratur mengurangi
risiko diabetes hampir 60 persen dalam tiga tahun.
e) Perbanyak minum produk susu rendah lemak
Data mengenai produk susu rendah lemak tampaknya berbeda-beda, tergantung
apakah seseorang gemuk atau tidak. Pada penderita obesitas, semakin banyak susu
rendah lemak yang dikonsumsi, semakin rendah risiko sindrom metabolik. Secara
khusus, mereka yang mengkonsumsi lebih dari 35 porsi produk susu tersebut
seminggu memiliki risiko jauh lebih rendah dibandingkan mereka yang
mengkonsumsi kurang dari 10 porsi seminggu. Menariknya, hubungan ini tidak
begitu kuat pada orang yang ramping.
E. Tinjauan keislaman tentang penyakit diabetes melitus
Setelah kita melihat proses sebagian kecil penyakit penyakit gula (diabetes melitus),
Konsep pemilihan dan pengaturan jenis dan pola makanan yang diatur dalam Al-
Qur`an seperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya bahwa makanan yang
diperbolehkan untuk manusia adalah makanan yang halal dan baik [Al Qur`an surah
Al-Baqarah (2):168 dan 172, Al-Ma`idah (5):4 dan Al-A‟raf (7):157]. “Hai sekalian
manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah
kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagimu.” [Al-Baqarah (2):168]. “Hai orang-orang yang beriman,
makanlah di antara rezki yang baik baik yang Kami berikan kepadamu dan
bersyukurlah kepada Allah, jika benar benar kepada-Nya kamu menyembah.” [Al-
Baqarah (2):168]. Kata-kata baik (tayyiban) dalam arti luas adalah jenis dan pola
konsumsi makanan yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Disamping itu, ayat-ayat
diatas juga meemberikan sinyal bahwa makanan yang dikonsumsi sangat berpengaruh
besar terhadap kesehatan fisik dan jiwa. Hal ini juga pernah dijelaskan oleh Hamka
dalam tafsir Al Azharnya dalam menerangkan makna ayat-ayat pengaturan makanan
dalam Al-Qur`an, bahwa makanan sangat berpengaruh terhadap kesehatan, sikap
hidup, jiwa, kehalusan atau kekasaran budi seseorang.
F. Etiologi, Patofisiologi dari Diabetes Melitus
1. Etiologi
Etiologi/penyebab Diabetes Melitus tergantung dari tiap-tiap tipenya terdiri dari:
a. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus, (IDDMP) IDDM adalah penyakit
hiperglikemia akibat ketidakabsolutan insulin, pengidap penyakit itu harus
mendapat insulin pengganti. IDDM disebabkan oleh destruksi auto imun, sel-sel
beta pulau langherhans dan terdapat kecenderungan pengaruh genetik.Diabetes
tipe I biasanya dijumpai pada orang yang tidak gemuk berusia kurang dari 30
tahun.
b. Tipe II Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) NIDDM disebabkan
oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah
turunnya kemampuan insulin untuk merangkum pengambilan glukosa oleh
gangguan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.Sel beta tidak
mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya. Kefosis resisten lebih
sering pada orang dewasa, tapi dapat juga terjadi pada semua umur, kebanyakan
penderita kelebihan berat badan, ada kecenderungan familial, mungkin perlu
insulin pada saat hiperglikemik selama stress.
2. Patofisiologi
Pancreas yang disebut kelenjar ludah perut, adalah kelenjar penghasil insulin
yang terletak di belakang lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang
berbentuk seperti pulau pada peta, karena itu disebut pulau-pulau Langerhans
yang berisi sel beta yang mengeluarkan hormone insulin yang sangt berperan
dalam mengatur kadar glukosa darah (Tarwanto, 2012).
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak
kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk
kemudian di dalam sel glukosa tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga.Bila
isulin tidak ada, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel
dengan akibat kadar glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalams el dengan
akibat kadar glukosa dalam darah meningkat. Keadaan inilah yang terjadi pada
diabetes mellitus tipe 1. Pada keadaan diabetes mellitus tipe 2, jumlah insulin bisa
normal, bahkan lebih banyak, tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin di
permukaan sel kurang.
Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke
dalam sel. Pada keadaan DM tipe 2, jumlah lubang kuncinya kurang, sehingga
meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya
(reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit, sehingga sel
kekurangan bahan bakar (glukosa) dan kadar glukosa dalam darah meningkat.
Dengan demikian keadaan ini sama dengan keadaan DM tipe 1, bdanya adalah
pada DM tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi, kadar insulin juga tinggi atau
normal. Pada DM tipe 2 juga bisa ditemukan jumlah insulin cukup atau lebih
tetapi kualitasnya kurang baik, sehingga gagal membawa glukosa masuk ke dalam
sel. Di samping penyebab di atas, DM juga bisa terjadi akibat gangguan transport
glukosa di dalam sel sehingga gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk
metabolism energy.
G. Skrinning / Pemeriksaan pada diabetes melitus
Untuk pemeriksaan penyaring (screening) terhadap diabetes melitus dapat
dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa, 2 jam postprandial (setelahmakan)
atau sewaktu, atau kadar HbA1c. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan yang
sama dimana apabila sudah ada gejala dan tanda klinis maka cukup 1x kelainan tetapi
apabila tiada tanda klinis maka perlu sediktnya 2 x kelainan. Apabila hasilnya masih
meragukan maka dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah 2 jam setelah
pembebanan dengan minum larutan 75 gram glukosa.
HbA1c yang merupakan komponen utama dan terbanyak dari hemoglobin
glikat menggambarkan kadar glukosa selama masa 2-3 bulan sebelumnya sesuai masa
paruh eritrosit, dianjurkan untuk diperiksa setiap 3 bulan sekali pada diabetes melitus
yang stabil. Pemeriksaan HbA1c telah dibakukan (standardisasi) dan diharmonisasi.
Oleh karena itu selain untuk memantau pengobatan diabetes melitus, sekarang juga
diajukan untuk penyaring dan diagnosis diebetes melitus. Akan tetapi hasil
pemeriksaan kadar HbA1c dipengaruhi oleh perubahan eritrosit, dan Hb serta varian
Hb sehingga pada keadaan-keadaan dengan kelainan tersebut hasilnya dapat salah.
Parameter terbaru adalah albumin glikat (AG) yang menggambarkan kadar glukosa
sesuai masa paruh albumin yang jauh lebih pendek daripada eritrosit. Dengan
demikian dokter dapat memantau pengobatan dengan lebih cepat..Selain itu parameter
AG jugamenunjukkan beberapa kelebihan dibandingkan HbA1c, misalnya lebih tepat
mencerminkan kontrol glikemik, juga retinopati pada pasien DM tipe 2, dan
perubahan glukosa postprandial serta penyebab semua mortalitas pada pasien
hemodialisis.. Akan ketapi parameter ini juga dipengaruhi oleh perubahan kadar
albumin sehingga harus dipertimbangkan bila ada perubahan kadar albumin yang
nyata.
BAB III
ANALISIS KASUS
Kasus III
Hipotesis skrining bertingkat dua asumsikan prevalensi dari penyakit Diabetes Melitus adalah
5% dari populasi sebesar 10.000 orang. Mula-mula kita melakukan skrining dengan
menggunakan pemeriksaan urin yang mempunyai sensitifitas 70% dan spesifisitas 80%.

Diagnosis Total
+ -
Pemeriksaan I + 350 1900 1900
Urin - 150 7600 7750
Total 500 9500 10000

Pemeriksaan selanjutnya menggunakan gula darah, suatu pemeriksaan yang lebih spesifik
dari pemeriksaan urin, misalnya gula darah memiliki sensitifitas 90% dan spesifisitas 90%.
Pemeriksaan kedua kali ini dilakukan pada orang yang ditemukan positif dari skrining
pertama. Hasil pemeriksaan ke-II adalah sebagai berikut :
Diagnosis Diabetes Total
+ -
Pemeriksaan II + 315 190 505
Gula Darah 35 1710 1745
Total 350 1900 2250

Hitung prosentase Net sensitivitas gabungan memaai kedua pemeriksaan tersebut


Hitung prosentase Net spesifisitas gabungan memakai kedua pemeriksaan tersebut
A. Analisa dan Jawaban Kasus
1. Hitung prosentase Net sensitivitas gabungan memaai kedua pemeriksaan tersebut
a 350
a) 𝑥 100% = 𝑥 100% = 0,7 atau 70%
a+c 350+50

a 315
b) 𝑥 100% = 𝑥 100% = 0,9 atau 90%
a+c 315+35
2. Hitung prosentase Net spesifisitas gabungan memakai kedua pemeriksaan tersebut
d 7600
a) 𝑥 100% = 𝑥 100% = 0,8 𝑎𝑡𝑎𝑢 80%
b+c 1900+7600

d 1710
b) 𝑥 100% = 𝑥 100 % = 0,9 𝑎𝑡𝑎𝑢 90%
b+d 190+1710

KESIMPULAN

Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwasanya, diabetes melitus adalah penyakit
metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena
adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan
gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun
relative. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan yang sama dimana apabila sudah ada
gejala dan tanda klinis maka cukup 1x kelainan tetapi apabila tiada tanda klinis maka perlu
sediktnya 2 x kelainan. Apabila hasilnya masih meragukan maka dilakukan pemeriksaan
kadar glukosa darah 2 jam setelah pembebanan dengan minum larutan 75 gram glukosa.

Anda mungkin juga menyukai