Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

P UMUR
60 TAHUN YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN DEFISIT NUTRISI
DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELITUS DI RUANG RAWAT INAP
AL-WARDAH D4 RSU LIRBOYO KOTA KEDIRI

Dosen Pembimbing : Norma Risnasari, S.Kep. Ns., M.Kes

Disusun oleh :
Restu sulistiah (2025050006)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN SAINS
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
TAHUN 2022
A. KONSEP MEDIS
1. DEFINISI
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya
hiperglikemia yang dikarenakan organ pankreas tidak mampu memproduksi
insulin atau kurangnya sensitivitas insulin pada sel target tersebut. Abnormalitas
yang di temukan pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ada pada
penderita penyakit diabetes melitus dikarenakan aktivitas insulin pada target sel
kurang (Kerner and Bruckel, 2018).
Diabetes melitus merupakan kelainan yang terjadi karena meningkatnya kadar
gula darah atau hiperglikemia. Diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang
terjadi karena peningkatan kadar gula dalam darah yang terjadi karena adanya
kelainan sekresi insulin sehingga memperlambat kerja insulin (Hasdinah dan
Suprapto, 2018).
2. ETIOLOGI
a. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) (Smeltzer, 2014)
1. Faktor genetik, penderita tidak mewarisi diabetes tipe I itu
sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan
genetik kearah terjadinya diabetes tipe I.
2. Faktor imunologi, merupakan respon abnormal dimana
antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-
olah sebagai jaringan asing.
3. Faktor lingkungan, faktor eksternal yang dapat memicu
destruksi sel β pankreas.
b. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti peneyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
DMTTI penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat yang ditandai
dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin.
3. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pasien DM dibagi menjadi dua macam yaitu gejala kronik dan
gejala akut serta munculnya ulkus diabetic, yaitu :
1) Gejala akut yang timbul pada pasien DM berupa :
a. Pasien akan banyak mengkonsumsi makanan
b. Pasien akan banyak mengkonsumsi minum
c. Pasien akan lebih sering buang air kecil
Apabila gejala tersebut tidak segera ditangani maka akan timbul gejala lain
seperti menurunnya nafsu makan pasien dan berat badan akan turun, mudah
merasa lelah, pada keadaan tertentu pasien akan koma.
2) Gejala kronis yang muncul antara lain :
a. Pasien biasanya akan mengeluh kesemutan
b. Kulit pasien akan terasa panas
c. Kulit pasien terasa tebal
d. Mengalami kram
e. Cepat mengantuk
f. Pandangan pasien kabur
g. Gigi mudah goyang dan sering lepas
h. Pada wanita hamil kemungkinan terburuknya dalah keguguran dan
prematuritas.
3) Luka diabetic
Luka diabetic atau sering biasa disebut ulkus diabetik luka yang disebabkan
karena pulsasi pada bagian arteri distal.
4. PATOFISIOLOGI
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami
metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20%-
40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Melitus semua proses tersebut
terganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa dalam sel macet
dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa
tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia (Price &
Wilson, 2015).
Penyakit diabetes melitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon
insulin, akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi
glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal
tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah
adalah 180mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa
menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah (Price & Wilson,
2015)
5. PATHWAY
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan diabetes dititikberatkan pada 4 pilar penatalaksanaan diabetes,
yaitu edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis.
1. Edukasi
Tim kesehatan mendampingi pasien dalam perubahan perilaku sehat yang
memerlukan partisipasi efektif dari klien dan keluarga klien. Tujuan utama
dari pemberian edukasi pada pasien DM dan juga pada keluarga adalah
harapan diamana pasien dan keluarga akan mengerti bagaimana cara
penanganan yang tepat dilakukan pada pasien DM. Edukasi pada pasien bisa
dilakukan meliputi pemantauan kadar gula darah, perawatan luka, (Suzanna,
2014).
2. Terapi Gizi Medis
Pasien DM harus mampu memenuhi prinsip 3J pada dietnya, meliputi (jumlah
makanan yang dikonsumsi, jadwal diet yang ketat dan juga jenis makanan apa
yang dianjurkan dan pantangan makannya) (Rendy, 2012).
3. Olahraga
Olahragasecara teratur 3-4x dalam seminggu kurang lebih 30 menit (Suzanna,
2014).
4. Intervensi farmakologis
Berupa pemberian obat Hipoglikemik oral (sulfonilurea, biguanid/metformin,
inhibitor alfa glukosidase dan insulin) (Ernawati, 2013).Dengan penanganan
yang benar baik pencegahan dan perawatannya, diharapkan gangren dapat
dilakukan pengobatannya secara benar agar pasien DM bisa berkurang.

Penatalaksanaan gangren sebagai berikut :


1. Kontrol kadar gula darah
Pengendalian gula darah dan berbagai upaya sangat penting dilakukan untuk
memperbaiki keadaan umum penderita dengan nutrisi yang memadai.
2. Penanganan ulkus/gangren
Tindakan yang dilakukan untuk penanganan ulkus/gangren ini, antara lain :
bedah minor seperti insisi, pengaliran abses, debridemen, dan nekrotomi
dengan tujuan untuk mengeluarkan semua jaringan nekrosis untuk
mengeliminasi infeksi, sehingga diharapkan dapat mempercepat penyembuhan
luka.
B. KEBUTUHAN DASAR MANUSIA NUTRISI
1. DEFINISI
Nutrisi adalah elemen yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh.
Kebutuhan energi didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti: karbohidrat, protein,
lemak, air, vitamin, dan mineral. Makanan terkadang dideskripsikan berdasarkan
kepadatan nutrisi mereka, yaitu proporsi nutrisi yang penting berdasarkan jumlah
kilokalori. Makanan dengan kepadatan nutrisi yang rendah, seperti alkohol atau
gula, adalah makanan yang tinggi kilokalori tetapi rendah nutrisi.  
Nutrisi adalah salah satu komponen penting yang menunjang kelangsungan
proses tumbuh kembang. Selama masa tumbuh kembang, anak sangat
membutuhkan zat gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan
air. Apabila kebutuhan tersebut kurang terpenuhi, maka proses tumbuh kembang
selanjutnya dapat terhambat.
2. ETIOLOGI
Etologi dari kebutuhan nutrisi penyakit saluran pencernaan, satus kesehatan
menurun,gaya hidup dan kebiasaan,kebutuhan metabolisme untuk kebutuhan.
3. TANDA DAN GEJALA
a. Mudah Lelah
Merasa tidak memiliki tenaga sepanjang hari bisa menjadi tanda kurangnya
asupan nutrisi tertentu dalam tubuh, seperti zat besi atau kalori. Terlalu sedikit
asupan mineral dapat menyebabkan tubuh kekurangan sel darah merah atau
anemia.
b. Rambut Rontok
Banyak nutrisi yang dibutuhkan untuk menjaga pertumbuhan rambut tetap
normal dan sehat. Kurangnya asupan kalori, protein, biotin, zat besi dan nutrisi
lain adalah penyebab umum kerontokan rambut.
Kuku Bergerigi atau Seperti Sendok
Kuku dapat menjadi tipis dan rapuh atau melengkung seperti sendok terutama
pada jari telunjuk atau jari ketiga. Hal ini bisa terjadi karena kekurangan zat
besi, protein, kalsium,
c. Gangguan Gigi
Tanda asupan gizi tidak seimbang adalah timbulnya masalah pada mulut.
Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan pendarahan, dan gangguan pada
gusi karena iritasi.

d. Daya Tahan Tubuh Menurun


Memiliki asupan nutrisi yang buruk dapat menyebabkan sistem kekebalan
tubuh mengalami penurunan sehingga kemampuan untuk berperang dengan
virus, bakteri atau penyakit lainnya juga menurun
4. PATOFISIOLOGI
Dalam sistem pencernaan, terjadi proses pencernaan untuk
menyediakan nutrisi tubuh. Proses tersebut meliputi ingesti, digesti, absorbsi,
metabolisme, dan eksresi. (Asmadi.2008; 74).
a.Ingesti
Ingesti adalah proses masuknya makanan dan cairan dari lingkungan ke dalam
tubuh melalui proses menealn baik melalui koordinasi gerakan volunter dan
involunter. Tahap pertama pada proses ingesti ini adalah koordinasi otot
lengan dan tangan membawa makanan ke mulut. Makanan di mulut terjadi
proses mengunyah yaitu proses penyederhanaan ukuran makanan yang
melibatkan gigi, kontrol volunter otot mulut, gusi, dan lidah. Proses
mengunyah ini dilakukan secara sadar dan diatur oleh sistem saraf pusat.
Proses mengunyah ini dilakukan untuk memudahkan makanan masuk ke
dalam esofagus dan tidak mengiritasinya. Dalamproses mengunyah ini, terjadi
pencampuran makanan dengan saliva. Bercampurnya saliva ini bukan hanya
menyebabkan terjadi pemecahan ukuran makanan di mulut, melainkan juga
terjadi proses digesti. Hal tersebt disebabkan terdapatnya kandungan enzim
ptialin dalam saliva, yang dapat mengubah amilum menjadi maltosa. Saliva
juga membuat proses menelan lebih mudah sebab mengandung banyak air
yang berfungsi sebagai pelumas. Tahap selanjutnya makanan dikunyah adalah
proses menelan. Menelan merupakan bergeraknya makanan dari mulut ke
esofagus menuju ke lambung. Proses menaln ini terjadi secara refleks akibat
penekanan pada bagian faring. (Asmadi.2008; 75).
1. Digesti
Digesti merupakan rangkaian kegiatan fisik dan kimia pada makanan yang
dibaea ke dalam lambung dan usus halus. Pada proses digesti ini terjadi
penyederhanaan ukuran makanan sampai dapat diabsorbsi oleh intestinal.
Organ  pencernaan yang berperan pada proses ini diantaranya adalah mulut,
faring, esofagus, lambung, usus halus, dan kolon.

2. Absorbsi
Absorbsi merupakan proses nutrien diserap usus melalui saluran darah dan
getah bening menuju ke hepar. Proses absorbsi ini tidak merata di tiap bagian
saluran pencernaan. Misalnya, di lambung hanya terjadi proses absorbsi
alkohol,  pada usus halus terjadi proses absorbsi yang paling utama yaitu 90%
dari nutrien yang sudah dicerna dan sedikit absorbsi air. Secara spesifik,
absorbsi yang dilakukan pada usus halus adalah sebagai berikut: pada usus
halus bagian atas mengabsorbsi vitamin yang larut dalam air, asam lemak, dan
gliserol, natrium, kalsium, Fe, serta klorida. Usus halus bagian tengah
mengabsorbsi monosakarida, asam amino, dan zat lainnya. Sedangkan usus
halus bagian bawah mengabsorbsi garam empedu dan vitamin B12. Absorbsi
air paling banyak dilakukan di kolon.
3. Metabolisme
Metabolisme adalah proses akhir penggunaan makanan dalam tubuh yang
meliputi semua perubahan kimia yang dialami zat makanan sejak diserap oleh
tubuh hingga dikeluarkan oleh tubuh sebagai sampah. Proses metabolisme
terjadi  berbeda  –  beda berdasarkan jenis nutrien. (Asmadi.2008; 78).
Metabolisme zat nutrisi terdiri atas tiga proses utama, yaitu:
 Katabolisme glikogen menjadi glukosa, karbon dioksida, dan air
(glikogenolisis).
 Anabolisme glukosa menjadi glikogen yang akan disimpan (glikogenesis).
 Katabolisme asam amino dan gliserol menjadi glukosa untuk energi
(glukoneogenesis). Glukosa yang merupakan hasil akhir digesti karbohidrat
akan mengalami  proses oksidasi dan menghasilkan kalori, energi, dan zat
buangan seperti karbondioksida. Bila glukosa ini tidak dipakai sebagai sumber
energi, maka glukosa akan mengalami proses glikogenesis dan menghasilkan
glikogen yang kemudian disimpan di hepar dan otot. Bila sewaktu – waktu
glukosa kurang, maka glikogen diubah kembali menjadi glukosa (glikolisis).
Protein oleh tubuh digunakan untuk aktivitas dalam tubuh, sistem imun dan
normalisasi pertumbuhan, memproduksi enxim, memelihara sel, perbaikan
jaringan, dan menjadi keseimbangan cairan tubuh. Bila kekurangan protein,
maka dapat menyebabkan terjadinya edema, asites, dan gangguan
pertumbuhan.
Jenis Metabolisme:
 Metabolisme Karbohidrat
Metabolisme karbohidrat yang berbentuk monosakarida dan disakarida diserap
melalui mukosa usus. Setelah proses penyerapan (di dalam pembuluh darah),
semua berbentuk monosakarida. Bersama – sama dengan darah, karbohidrat
ini di bawa ke hati. Monosakarida (fruktosa, galaktosa, serta glukosa) yang
masuk bersama – sama darah dibawa ke hati. Di hati, ketiga monosakarida ini
diubah menjadi glukosa dan dialirkan melalui pembuluh darah ke otot untuk
dibakar, membentuk glikogen melalui proses glikoneogenesis.
 Metabolisme Lemak
Lemak diserap dalam bentuk gliserol asam lemak. Gliserol larut dalam air
sehingga dapat diserap secara pasif, lagsung memasuki pembuluh darah dan
dibawa ke hati. Melalui beberapa proses kimiawi, gliserol diubah menjadi
glikogen, selanjutnya mengikuti metabolisme hidrat arang sampai
menghasilkan tenaga. Jadi, gliserol diubah menjadi tenaga melewati proses
yang dilakukan oleh karbohidrat. Asam lemak yang telah membentuk emulsi
setelah melewati dinding usus halus memasuki pembuluh limpa.
Bersama – sama dengan getah bening emulsi, lemak dibawa ke dalam darah.
Pertemuan  pembuluh darah bening dengan pembuluh darah terjadi pada vena
porta. Bersama – sama dengan darah, sebagian emulsi asam lemak dibawa ke
hati dan dibentuk menjadi trigliserida yang akan dialirkan kembali ke dalam
pembuluh darah. Trigliserida yang dialirkan kembali ke dalam pembuluh
darah tersebut adalah lipoprotein.
 Metabolisme Protein
Pada umumnya protein diserap dalam bentuk asam amino dan bersama – sama
dengan darah di bawah ke hati, kemudian dibersihkan dari toksin. Proses
masuknya asam amino dapat dikatakan tidak bersifat dinamis dan selalu
diperbarui. Asam amino yang masuk tidak sebanding dengan jumlah asam
amino yang diperlukan untuk menutupi kekurangan amino yang dipakai oleh
tubuh.
4. Ekskresi
Ekskresi yaitu proses pembuangan zat – zat sisa metabolisme dalam tubuh
untuk menjaga homeostatis. Caranya melalui defekasi, miksi, diaforesis,
ekspirasi. Defekasi ialah mengekskresi sisa metabolisme berupa fese melalui
saluran cerna. Miksi membuang sisa metabolisme dalam bentuk urin yang
dikeluarkan oleh urogenitalia. Diaforesis merupakan mengeluarkan air dan
karbondioksida.

5. PATHWAY
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan terhadap masalah kebutuhan nutrisi dapat meliputi
pengkajian khusus masalah nutrisi dan pengkajian fisik secara umum yang
berhubungan dengan kebutuhan nutrisi:
a. Identitas
Melakukan pengkajian yang meliputi nama pasien, jenis kelamin, umur, status
perkawinan, pekerjaan, alamat, pendidikan terakhir, tanggal masuk, nomer
register, diagnosa medis, dan lain-lain.
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan tentang pola makanan,
tipe makanan yang dihindari ataupun diabaikan, makanan yang lebih disukai,
yang dapat digunakan untuk membantu merencanakan jenis makanan untuk
sekarang dan rencana makanan untuk masa selanjutnya.
 Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien saat dilakukan pengkajian
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien bercerita tentang riwayat penyakit, perjalanan dari rumah ke rumah
sakit
 Riwayat Penyakit Dahulu
Data yang diperoleh dari pasien, apakah pasien mempunyai penyakit di masa
lalu maupun sekarang
 Riwayat Penyakit Keluarga
Data yang diperoleh dari pasien maupun keluarga pasien, apakah keluarga ada
yang memiliki riwayat penyakit menurun maupun menular.
c. Tingkat Aktifitas sehari-hari Pola Istirahat /Tidur
 Waktu tidur
Waktu tidur yang dialami pasien pada saat sebelum sakit dan dilakukan di
rumah, waktu tidur yang diperlukan oleh pasien untuk dapat tidur selama di
rumah sakit
 waktu bangun
waktu yang diperlukan untuk mencapai dari suatu proses NERM ke posisi
yang rileks, waktu bangun dapat dikaji pada saat pasien sebelum sakit dan
pada saat pasien sudah di rumah sakit
 masalah tidur
apa saja masalah-masalah tidur yang dialami oleh pasien pada saat sebelum
sakit dan pada saat sudah masuk di rumah sakit
 hal-hal yang mempermudah tidur
hal-hal yang dapat membuat pasien mudah untuk dapat tidur secara nyenyak
 hal-hal yang mempermudah pasien terbangun
hal-hal yang menyangkut masalah tidur yang menyebabkan pasien secara
mudah terbangun
d. Pola Eliminasi
 Buang Air Kecil
Berapa kali dalam sehari, adakah kelainan, berapa banyak, dibantu atau secara
mandiri
 Buang Air Besar
Kerutinan dalam eliminasi alvi setiap harinya, bagaimanakah bentuk dari BAB
pasien (encer, keras, atau lunak)
 Kesulitan BAK / BAB
Kesulitan-kesulitan yang biasanya terjadi pada pasien yang kebutuhan
nutrisinya kurang, diet nutrisi yang tidak adekuat
 Upaya mengatasi BAK / BAB
Usaha pasien untuk mengatasi masalah yang terjadi pada pola eliminasi
e. Pola Makan dan Minum
 Jumlah dan jenis makanan
Seberapa besar pasien mengkonsumsi makanan dan apa saja makanan yang di
konsumsi
 Waktu pemberian makanan
Rentang waktu yang diperlukan pasien untuk dapat mengkonsumsi makanan
yang di berikan
 jumlah dan jenis cairan
berapakah jumlah dan apasajakah cairan yang bisa dikonsumsi oleh pasien
yang setiap harinya di rumah maupun dirumah sakit
 waktu pemberian cairan
waktu yang di butuhkan pasien untuk mendapatkan asupan cairan
 masalah makan dan minum
masalah-masalah yang dialami pasien saat akan ataupun setelah
mengkonsumsi makanan maupun minuman
 Kebersihan Diri / Personal Hygiene
pemeliharaan badan
kebiasaan pasien dalam pemeliharaan badan setiap harinya mulai dari mandi,
keramas, membersihkan kuku dan lain-lain
 pemeliharaan gigi dan mulut
rutinitas membersihkan gigi, berapa kali pasien menggosok gigi dalam sehari
 pola kegiatan lain
kegiatan yang biasa dilakukan oleh pasien dalam pemeliharaan badan
f. Data Psikososial
 pola komunikasi
pola komunikasi pasien dengan keluarga atau orang lain, orang yang paling
dekat dengan pasien
 dampak di rawat di Rumah Sakit
dampak yang ditimbulkan dari perawatan di Rumah Sakit
g. Data Spiritual
 ketaatan dalam beribadah
 keyakinan terhadap sehat dan sakit
 keyakinan terhadap penyembuhan

PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Composmentis, somnolen, koma, delirum
b. Kesadaran
c. Tanda-tanda vital
Ukuran dari beberapa criteria mulai dari tekanan darah, nadi, respirasi, dan
suhu
d. Pemeriksaan Kepala
Pada kepala yang dapat kita lihatadalah bentuk kepala, kesimetrisan,
penyebaran rambut, adakah lesi, warna, keadaan rambut
e. Pemeriksaan Wajah Inspeksi :
adakah sianosis, bentuk dan struktur wajah
f. Pemeriksaan Mata
Pada pemeriksaan mata yang dapat dikaji adalah kelengkapan dan
kesimetrisan
g. Pemeriksaan Hidung
Bagaimana kebersihan hidung, apakah ada pernafasan cuping hidung, keadaan
membrane mukosa dari hidung
h. Pemeriksaan Telinga Inspeksi :
Keadaan telinga, adakah serumen, adakah lesi infeksi yang akut atau kronis
i. Pemeriksaan Leher Inspeksi :
adakah kelainan pada kulit leher
Palpasi :
palapasi trachea, posisi trachea (miring, lurus, atau bengkok), adakah
pembesaran kelenjar tiroid, adakah pembendungan vena  jugularis
j. Pemeriksaan Integumen
Bagaimanakah keadaan turgor kulit, adakah lesi, kelainan pada kulit, tekstur,
warna kulit
k. Pemeriksaan Thorax
Inspeksi dada, bagaimana bentuk dada, bunyi normal
l. Pemeriksaan Jantung Inspeksi dan Palpasi
mendeteksi letak jantung, apakah ada pembesaran  jantung
Perkusi :
mendiagnosa batas-batas diafragma dan abdomen
Auskultasi :
bunyi jantung I dan II
m. Pemeriksaan Abdomen Inspeksi
bagaimana bentuk abdomen (simetris, adakah luka, apakah ada  pembesaran
abdomen)
Auskultasi :
mendengarkan suara peristaltic usus 5-35 dalam 1 menit
Perkusi :
apakah ada kelainan pada suara abdomen, hati (pekak), lambung (timpani)
Palpasi : adanya nyeri tekanan atau nyeri lepas saat dilakukan palpasi
n. Pemeriksaan Genetalia Inspeksi :
keadaan rambut pubis, kebersihan vagina atau penis, warna dari kulit disekitar
genetalia
Palpasi :
adakah benjolan, adakah nyeri saat di palpasi
o. Pemeriksaan Anus
Lubang anus, peripelium, dan kelainan pada anus
p. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Kesimetrisan otot, pemeriksaan abdomen, kekuatan otot, kelainan pada anus
q. Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran atau meninggal ringan, syaraf otak, fungsi motorik, fungsi
sensorik
r. Pemeriksaan Status Mental
Tingkat kesadaran emosi, orientasi, proses berfikir, persepsi dan bahasa, dan
motivasi
s. Pemeriksaan Tubuh Secara Umum
Kebersihan, normal, postur
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan dalam penelitian ini menggunakan diagnosa
keperawatan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) yang didapatkan setelah
dilakukan analisa masalah sebagai hasil dari pengkajian kemudian dicari etiologi
permasalahan sebagai penyebab timbulnya masalah keperawatan tersebut.
Perumusan diagnosa keperawatan disesuaikan dengan sifat masalah keperawatan
yang ada, apakah bersifat aktual, potensial maupun resiko. Diagnosa keperawatan
yang mungkin muncul pada pasien Dyspepsia adalah :
a. Defisit nutrisi b.d. ketidakmampuan mencerna makanan
b. Hipovolemia b.d kekurangan intake cairan
c. Perfusi perifer tidak efektif b.d hiperglikemia
d. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi
3. LUARAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi

1. Defisit nutrisi b.d. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi


ketidakmampuan keperawatan 2x24 jam, status Observasi :
mencerna makanan nutrisi membaik. Dengan 1. Identifikasi status
kriteria hasil : nutrisi
1. Porsi makanan yang 2. Identifikasi alergi
dihabiskan meningkat dan intoleransi
2. Kekuatan otot makanan
pengunyah meningkat 3. Identifikasi
3. Kekuatan otot menelan makanan yang
meningkat disukai
4. Berat badan membaik 4. Identifikasi
5. Indeks masa tubuh kebutuhan kalori
membaik dan jenis nutrien
5. Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastrik
6. Monitor asupan
makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral
hygiene sebelum
makan, jika perlu
2. Fasilitasi
menentukan
pedoman diet (mis
piramida makanan)
3. Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
4. Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
5. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian
makan melalui
selang nasogastrik
jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan (mis
pereda nyeri,
antimetik) jika perlu
2. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu
2. Hipovolemia b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemia
kekurangan intake cairan keperawatan selama 2x24 Observasi
jam keseimbangan cairan 1. Periksa tanda dan
meningkat. Dengan kriteria gejala hipovolemia
hasil : (mis frekuensi nadi
1. Asupan cairan meningkat, nadi
meningkat teraba lemah,
2. Keluaran urin tekanan darh
meningkat menurun, tekanan
3. Kelembapan darah menyempit,
membran mukosa turgor kkulit
meningkat menurun, membran
4. Edema menurun mukosa kering,
5. Dehidrasi menurun volume urin
6. Tekanan darah menurun,
membaik hematokrit
7. Denyut nadi radial meningkat, haus,
membaik lemah)
8. Tekanan arteri rata- 2. Monitor intake dan
rata membaik output cairan
9. Membran mukosa Terapeutik
membaik 1. Hitung kebutuhan
10. Mata cekung cairan
membaik 2. Berikan posisi
11. Turgor kulit membaik modified
trendelenburg
3. Berikan asupan
cairan oral
Edukasi
1. Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
2. Anjurkan
menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian cairan IV
isotonis (mis NaCl,
RL)
2. Kolaborasi
pemberian cairan IV
hipotonis (mis
glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
3. Kolaborasi
pemberian cairan
koloid (mis
albumin,
plasmanate)
4. Kolaborasi
pemberian produk
darah
3. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan PERAWATAN
SIRKULASI
efektif b.d hiperglikemia keperawatan selama 2x 24
jam maka perfusi perifer Observasi
meningkat dengan kriteria 1. periksa sirkulasi
hasil : perifer(mis. Nadi
perifer, edema,
1. Denyut nadi perifer pengisian kalpiler,
meningkat warna, suhu, angkle
brachial index)
2. Warna kulit pucar
menurun 2. Identifikasi faktor
resiko gangguan
3. Pengisian kapiler sirkulasi (mis.
cukup membaik Diabetes, perokok,
orang tua, hipertensi
4. Akral cukup membaik dan kadar kolesterol
tinggi)
5. Turgur kulit cukup
membaik 3. Monitor panas,
kemerahan, nyeri,
atau bengkak pada
ekstremitas

Terapeutik

1. Hindari
pemasangan
infus atau
pengambilan
darah di area
keterbatasan
perfusi
2. Hindari
pengukuran
tekanan darah
pada
ekstremitas
pada
keterbatasan
perfusi
3. Hindari
penekanan dan
pemasangan
torniquet pada
area yang cidera
4. Lakukan
pencegahan
infeksi
5. Lakukan
perawatan kaki
dan kuku
6. Lakukan hidrasi

Edukasi

3. Anjurkan
berhenti
merokok
4. Anjurkan
berolahraga
rutin
5. Anjurkan
mengecek air
mandi untuk
menghindari
kulit terbakar
6. Anjurkan
menggunakan
obat penurun
tekanan darah,
antikoagulan,
dan penurun
kolesterol, jika
perlu
7. Anjurkan
minum obat
pengontrol
tekakan darah
secara teratur
8. Anjurkan
menghindari
penggunaan
obat penyekat
beta
9. Ajurkan
melahkukan
perawatan kulit
yang tepat(mis.
Melembabkan
kulit kering
pada kaki)
10. Anjurkan
program
rehabilitasi
vaskuler
11. Anjurkan
program diet
untuk
memperbaiki
sirkulasi( mis.
Rendah lemak
jenuh, minyak
ikan, omega3)
12. Informasikan
tanda dan gejala
darurat yang
harus
dilaporkan( mis.
Rasa sakit yang
tidak hilang saat
istirahat, luka
tidak sembuh,
hilangnya rasa)

4. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri


pencedera fisiologi (mis. keperawatan selama 2x 24 Observasi :
Inflamasi, iskemia, jam nyeri akut menurun, 1. Identifikasi lokasi,
neoplasma) dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi,
1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas,
2. Meringis cukup intensitas nyeri
menurun 2. Indentifikasi skala
3. Sikap protektif menurun nyeri
4. Gelisah sedang 3. Indentifikasi respon
5. Kesulitan tidur menurun nyeri non verbal
6. ketegangan otot cukup 4. Identifikasi faktor
menurun yang memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
6. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping
penggunakan
analgetik

Terapeutik
1. Berikan tektik teknik
non farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis,
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma
terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat atau dingin,
terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitas istirahat dan
tidur
4. Pertimbangan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfamakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
4. IMPLEMENTASI
Implementasi ialah suatu tindakan yang dilakukan setelah tahapan Intervensi guna
memodifikasi faktor yang mempengaruhi masalah Kesehatan klien agar tujuan
yang diharapkan tercapai (Nursalam, 2019).
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan.Implementasi lebih
ditujukkan pada upaya perawatan dalam meningkatkan kenyamanan, upaya
pemberian informasi yang akurat, upaya mempertahankan kesejahteraan, upaya
tindakan peredaan nyeri farmakologis, dan pemberian terapi non-farmakologis.
5. EVALUASI
Evaluasi merupakan tindakan yang digunakan untuk melengkapi proses
keperawatan. Evaluasi bertujuan untuk menentukan apakah tujuan intervensi
dapat dicapai secara efektif (Nursalam, 2009).Kriteria keberhasilan yang dicapai
adalah: Pasien diarapkan bisa memahami tentang apa itu penyakit Diabetes
Melitus dan bagaimana juga tanda dan gejala. Pasien juga diharapkan dapat
melakukan pencegahaan secara mandiri, keluarga pasien diharapkann dapat atau
bisa membantu pasien dalam melakukan pencegahan dan pengobatan, serta pasien
diharapkan mampu memahami apa saja komplikasi yang bisa terjadi pada Kasus
Diabetes Melitus.
DAFTAR PUSTAKA

Angelina, B, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 5 Vol.2. Jakarta:
Perpustakaan RI Data Katalog dalam Terbitan (KDT)
Rendi, M.C. dan Margareth T.H. (2015). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Dan Penyakit
Dalam. Yogjakarta: Nuha Medika
Rukmini dkk,. (2015). Potret Penderita Diabetes Melitus di Indonesia. Surabaya: Airlangga
University Press
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN
Price, & Wilson. (2015). Patifisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.Vol.2. (ECG,
Ed.). Jakarta.
Smeltzer, S. C. (2017). Buku ajar keperawatan medical-bedah Brunner & Suddarth, vol:3.
Jakarta: ECG.
ADA. (2020). Introduction : Standards of medical care in diabetes-2021. Diabetes
Care, 44, 1–2. https://doi.org/10.2337/dc21-Sint
ADA. (2021). Facilitating behavior change and well-being to improve health
outcomes : Standards of medical care in diabetes-2021.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai