Anda di halaman 1dari 42

DIABTES MILITUS DAN HEPATITIS

RESUME

Diajukan sebagai salah satu Tugas Keperawatan Medikal Bedah I Program Studi Diploma III
Keperawatan

Dosen : Vina Vitniawati, M.Kep

Oleh
SITI NURAENI
NIM : 191FK01124
2B D3 KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2020

1
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis,
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.

(Price, S.A., 1995, hal: 1111)

Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai


kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis
dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer, Aa, 1999, hal: 580).

Diabetes Melitus(DM) adalah masalah yang mengancam hidup (kasus darurat)


yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. (Doenges, 2000, hal: 726).

B. Klasifikasi Diabetes Melitus

1. Diabetes Melitus Tipe I (Insulin Dependent Diabetes Melitus, IDDM)


Defisiensi insulin karena tidak terdapatnya sel-sel langerhans, biasanya
berhubungan dengan tipe HLA spesifik, keadaan defisiensi insulin ini biasanya
dikatakan absolut karena ketergantungan yang sepenuhnya pada insulin-eksogen.
Penderita IDDM cenderung memiliki keadaan intoleransi glukosa yang lebih berat
dan tidak stabil. IDDM lebih kas/cenderung terjadi pada semua usia, umumnya
usia muda.
2. Diabetes Melitus Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus, NIDDM)
Karena suplai insulin berkurang atau tidak cukup efektif sebagaimana mestinya
tingkat gula darah naik lebih lamban. Tidak banyak protein dan lemak yang
dihancurkan, hingga produksi keton pun tidak banyak, dan rendahnya resiko
terkena ketoasidosis koma. Kebanyakan yang menderita diabetes tipe 2 adalah
wanita dari pada pria, mungkin karena diabetes munculnya di usia yang lebih
lanjut dan wanita umumnya hidup lebih lama (Bilous, R.W., 1999, hal: 12)
3. Diabetes Melitus Sekunder (diabetes yang berhubungan dengan keadaan atau
sindrom tertentu)
Diabetes yang terjadi karena akibat kerusakan pada pankreas yang menyebabkan
sebagian besar kelenjar rusak (Bilous, RW., 1999, hal: 14)

2
4. Diabetes Melitus yang berhubungan dengan Malnutrisi
Masih terdapat dua kategori lain yaitu abnormalitas metabolisme glukosa yaitu:
a. Kerusakan Toleransi Glukosa (KTG)
Konsentrasi glukosa antara normal dan Diabetes Melitus dapat menjadi
normal atau tetap tidak bertambah, bahkan dapat melebihi nilai konsentrasi
tersebut.

b. Diabetes Melitus Gestasional (DMG)


Diabetes yang terjadi pada saat kehamilan adalah intoleransi glukosa yang
mulai timbul atau menular diketahui selama keadaan hamil, karena terjadi
peningkatan sekresi berbagai hormon di sertai pengaruh metabolik
terhadap glukosa (Price dan Wilson, 1995, hal: 1112).

C. Etiologi
Corwin (2000, hal: 543) menyatakan etiologi/penyebab Diabetes Melitus
tergantung dari tiap-tiap tipenya.
1) Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus, IDDM
IDDM adalah penyakit hiperglikemia akibat ketidakabsolutan insulin, pengidap
penyakit itu harus mendapat insulin pengganti. IDDM disebabkan oleh destruksi
auto imun, sel-sel beta pulau langherhans dan terdapat kecenderungan pengaruh
genetik. Diabetes tipe I biasanya dijumpai pada orang yang tidak gemuk berusia
kurang dari 30 tahun.
2) Tipe II Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)
NIDDM disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangkum
pengambilan glukosa oleh gangguan perifer dan untuk menghambat produksi
glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini
sepenuhnya. Kefosis resisten lebih sering pada orang dewasa, tapi dapat juga
terjadi pada semua umur, kebanyakan penderita kelebihan berat badan, ada
kecenderungan familial, mungkin perlu insulin pada saat hiperglikemik selama
stress (Long, BC, hal: 6).
3) Diabetes Melitus Sekunder (diabetes yang berhubungan dengan keadaan atau
sindrom tertentu)
Hiperglikemik terjadi karena penganut lain seperti: kerusakan pankreas, obat-
obatan kimia, kelainan insulin, sindrom genetik tertentu (Long, BC, hal : 6)

3
D. Patofisiologi
Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar
glukosa yang normal, atau toleransi glukosa sesudah makan karbohidrat, jika
hiperglikemianya parah dan melebihi ambang ginjal, maka timbul glukosoria.
Glukosoria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan
mengeluarkan kemih (poliura) harus terstimulasi, akibatnya pasien akan minum dalam
jumlah banyaj karena glukosa hilang bersama kemih, maka pasien mengalami
keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin
besar (polifagra) timbul sebagai akibat kehilangan kalori (Price and Wilson, 1995,
hal: 1114).
E. Tanda dan Gejala
Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan tidak
disadari oleh penderita, beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian
adalah:
1. Keluhan Klasik
a. Banyak Kencing (Poliuria)
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak
kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat
mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.

b. Banyak Minum (polidipsia)


Rasa haus amat sering dialami penderita karena banyaknya cairan yang keluar
melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalahtafsirkan. Dikiranya sebab
rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk
menghilangkan rasa haus itu penderita banyak minum.

c. Banyak makan (polifagia)


Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita Diabetes Melitus
karena pasien mengalami keseimbangan kalori negatif, sehingga timbul rasa
lapar yang sangat besar. Untuk menghilangkan rasa lapar itu penderita banyak
makan.

d. Penurunan Berat Badan dan Rasa Lemah

4
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relatif singkat harus
menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah yang hebat yang menyebabkan
penurunan prestasi dan lapangan olahraga juga mencolok. Hal ini disebabkan
glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan
bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber
tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya
penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.

F. Penatalaksanaan
Soegondo S, dkk (2004, hal: 257) menyatakan penatalaksanaan diabetes sering
dikaitkan dengan perencanaan makan, latihan jasmani dan obat-obatan penurun gula
darah.
1. Perencanaan Makan
a. Makan makanan yang beraneka ragam yang bisa menjamin terpenuhinya
kecakupan sumber zat teaga, zat pembangun dan zat pengatur.
1. Sumber Zat Tenaga
Sumber zat tenaga antara lain : beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,
kentang, sagu, roti dan mi.

Makanan sumber zat tenaga sangat penting menunjang aktivitas sehari-


hari.

2. Sumber Zat Pembangun


a. Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan nabati adalah
kacang-kacangan, tempe, tahu.
b. Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari hewani adalah
telur, ikan, ayam, daging dan susu.
Zat pembangun berperan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
kecerdasan seseorang.

3. Sumber Zat Pengatur


Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-
buahan makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral yang
sangat berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.

b. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi

5
Kebutuhan energi penyandang diabetes tergantung pada umur, jenis kelamin,
berat badan, tinggi badan dan kegiatan fisik, keadaan penyakit dan
pengobatannya. Energi yang dibutuhkan dinyatakan dengan satuan kalori.
Susunan makanan yang baik untuk penyandang diabetes mengandung jumlah
kalor yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing orang. komposisi
makanan tersebut adalah :

a. 10 – 15% protein
b. 20 – 25% lemak
c. 60 – 70% karbohidrat
c. Makanlah makanan sumber karbohidrat, sebagian dan kebutuhan energi
(pilihlah karbohidrat komplek dan serat, batasi karbohidrat sederhana)
1. Karbohidrat komplek atau tepung-tepungan
Makanan sumber karbohidrat kompleks adalah padi-padian (beras, jagung,
gandum), umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang), sagu.

2. Karbohidrat sederhana
Makanan sumber, karbohidrat sederhana adalah gula, sirup, cakes, dan
selai, karbohidrat sederhana juga terdapat pada buah, sayuran dan susu
bagi penderita diabetes anjuran konsumsi tidak lebih dari 5% total kalori
(3 – 4 sendok) makan sehari.

3. Serat
Serat adalah bagian karbohidrat yang tak dapat dicerna. Serat banyak
terdapat pada buah-buahan, sayuran, padi-padian dan produk sereal.
Makanan cukup serat memberi keuntungan pada penderita diabetes karena
serat :

a. Perasaan kenyang dan puas yang membantu mengendalikan nafsu


makan dan penurunan berat badan.
b. Makanan tinggi serat biasanya rendah kalori.
c. Membantu buang air besar secara teratur.
d. Memperlambat penyerapan glukosa darah sehingga mempunyai pada
penurunan glukosa darah.
e. Menurunkan kadar lemak darah.

6
d. Batasi konsumsi lemak, minyak dan santan sampai seperempat kecukupan
energi.
Penyandang diabetes mempunyai resiko tinggi untuk mendapatkan penyakit
jantung dan pembuluh darah, oleh karena itu lemak dan kolesterol dalam
makanan perlu dibatasi.

Untuk itu makanan jangan terlalu banyak yang digoreng, bila ingin mungkin
tidak lebih dari satu lauk saja yang digoreng pada setiap kali makan untuk
mereka-mereka yang tidak gemuk, selebihnya dapat dimasak dengan sedikit
minyak misalnya seperti dipanggang, dikukus, direbus dan dibakar. Kurangi
mengkonsumsi makanan tinggi kolesterol seperti otak, kuning telur, ginjal,
hati, daging berlemak, keju dan mentega.

e. Gunakan garam yang beryodium (gunakan garam secukupnya saja)


Penyandang diabetes yang mempunyai tekanan darah tinggi (hipertensi)
sehingga perlu berhati-hati pada asupan natrium. Anjuran asupan natrium
untuk penyandang diabetes sama dengan untuk penduduk biasa yaitu  3.000
mg/hari yaitu kira-kira 6 – 7 garam (1 sendok teh) yang digunakan.

f. Makanlah makanan sumber zat besi (Fe)


Untuk menghindari terjadi anemia yang banyak diderita oleh semua orang
penyandang diabetes maka perlu mengkonsumsi cukup zat besi. Bahan
makanan sumber zat besi antara lain sayuran berwarna hijau dan kacang-
kacangan.

g. Biasakan makan pagi


Pada penyandang diabetes terutama yang menggunakan obat penurun glukosa
darah ataupun suntikan insulin tidak makan pagi akan sangat beresiko karena
bisa menyebabkan hipoglikemia (penurunan kadar gula darah).

h. Hindari minuman beralkohol


Kebiasaan minum minuman beralkohol dapat mengakibatkan terhambatnya
proses penyerapan zat gizi, dan hilangnya zat gizi yang penting bagi tubuh.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

7
NO DATA ETIOLOGI MASALAH Paraf
1 2 3 4
1 DS : Klien mengeluh Adanya pembatasan Gangguan rasa
sering merasa nyeri gerak (imobilitas) nyaman nyeri
pada daerah luka
DO : Neuropati
- kulit terlihat kering
dan terdapat ulkus kulit Sensori

Hip dan anastesi

trauma yang tidak


terasa

ulserasi

nyeri

2 DS: Adanya pembatasan Gangguan pola


Klien merasa lemas dan gerak (imobilitas) aktivitas
nyeri pada bagian kaki
DO : Neuropati
Klien bedrest dan
dalam beraktivitas motorik
dibantu oleh keluarga
atau perawat atropi otot

Perubahan sikap tubuh

8
3 Ds : Hipermetabolisme Gangguan
Klien lemas dan sering Pemenuhan
merasa lapar Penurunan pemakayan nutrisi
glukosa
Do :
Klien diet rendah kalori Hiperglikemi
dan gula
Hypokalemi

Shock

Gangguan pemenuhan
nutrisi

4 DS : Klien mengeluh Adanya pembatasan Resiko


nyeri pada daerah luka gerak (imobilitas) terjadinya
DO : infeksi
- Terdapat luka Dm Aktivitas terganggu
pada bagian kaki kiri
- Luka tampak lembab Intoleransi aktivitas
dan kotor
Luka DM

Lembab dan kotor

Mediator kuman

Infeksi

9
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan luka yang belum diobati serta
pembalut belum diganti dan masih basah.
2. Gangguan pola aktivitas sehubungan dengan poses perubahan sikap tubuh
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d gangguan keseimbangan
insulin
4. Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan tida adekuatnya sistem imun tubuh.

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


Nama : Tn. T
Umur : 60 Th
Ruang : Flamboyan
NO DIAGNOSA TANGGAL TANGGAL TT/NAMA
KEPERAWATAN DITEMUKAN TERATASI PERAWAT
1 2 3 4 5
1 Gangguan rasa nyaman 17-09-2015 19-09-2015
nyeri b.d trauma yg tida
terasa menyebabkan luka
ulkus
DS : Klien mengeluh
sering merasa nyeri pada
daerah luka
DO :
Kulit terlihat kering dan
terdapat ulkus kulit
2 Gangguan pola aktivitas 17-09-2015 19-09-2015
b.d luka ulkus DM
DS:
Klien merasa lemas dan
nyeri pada bagian kaki
DO :
Klien bedrest dan dalam
beraktivitas dibantu oleh

10
keluarga atau perawat

3 Gangguan pemenuhan 17-09-2015 19-09-2015


nutrisi b.d diet rendah
kalori dan gula
Ds :
Klien lemas dan sering
merasa lapar

Do :
Klien diet rendah kalori
dan gula

4 Resiko terjadinya infeksi 17-09-2015 19-09-2015


b.d tida adekuatnya
sistem imun tubuh
DS : Klien mengeluh
nyeri pada daerah luka
DO :
- Terdapat luka Dm
pada bagian kaki kiri
- Luka tampak lembab
dan kotor

11
II. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. T
Umur : 60 Th
Ruang : Flamboyan
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
PERENCANAAN TT/NAMA
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN
INTERVENSI RASIONAL PERAWAT
1 2 3 4 5 6
1 Gangguan rasa nyaman nyeri b.d Rasa nyaman nyeri  Atur posisi tidur dan  Dengan mengatur
trauma yg tida terasa terpenuhi kriteria : kurangi pergerakan. posisi tidur klien, luka
menyebabkan luka ulkus Jangka Pendek  Ajarkan tehnik bekas operasi tidak
DS : Klien mengeluh sering Setelah dilakukan distraksi dan relaksasi terganggu
merasa nyeri pada daerah luka tindakan keperawatan  Kolaborasi pemberian  Dengan tehnik
DO : 2x24 jam Klien merasa analgetik distraksi dan relaksasi
Kulit terlihat kering dan terdapat nyeri berkurang dan dapat menurunkan
ulkus kulit merasa tenang tinggat nyeri
Jangka Panjang  Dangan pemberian
- Klien tidak merasa obat analgetik dapat
nyeri dan skala nyeri 0 mengurangi rasa nyeri
2 Gangguan pola aktivitas b.d luka Aktivitas klien kembali  Kaji tingkat aktivitas  Dapat mengetahui
ulkus DM seperti biasanya dengan klien sejauh mana

12
DS: kriteria :  Anjurkan keluarga kemampuan klien
Klien merasa lemas dan nyeri JANGKA PENDEK : untuk membantu kien dalam beraktivitas
pada bagian kaki Segera setelah dilakukan dalam memenuhi ADL  ADL klien terpenuhi
DO : tindakan keperawatan  Bantu klien dalam  Agar kebutuhan
Klien bedrest dan dalam 2x24 jam klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari tetap
beraktivitas dibantu oleh keluarga memenuhi ADL.  Dekatkan alat-alat terpenuhi dan untuk
atau perawat yang dibutuhkan oleh mencegah aktivitas
JANGKA PANJANG : klien atau beban yang
Aktivitas klien kembali  Anjurkan kien untuk terlalu berat
normal melakukan latihan  Dapat meringankan
aktif atau pasif klein dalam
memenuhi ADL nya
 Latihan aktif atau
pasifdapat mencegah
terjadinya kontraktur
otot dan kekakuan
sendi
3 Gangguan pemenuhan nutrisi b.d Gangguan pemenuhan  Kaji pola masuk diet dan  Untuk mengatur
diet rendah kalori dan gula nutrisi dapat teratasi nutrisi jumlah kalori yang
Ds : dengan kriteria:  Anjurkan pasien untuk masuk
Klien lemas dan sering merasa JANGKA PENDEK : makan sesuai dengan  Untuk empertahankan

13
lapar Segar setelah di lakukan yang sudah di anjurkan gula darah agar tida
tindakan keperawatan  Kolaborasi pemberian melebihi batas normal
Do : 2x24 jam klien tida insulin sebelum mkan  Agar kadar gula dalam
Klien diet rendah kalori dan gula merasa lemas dan dapat  Kolaborasi dengan ahli darah tetap stabil dan
mencerna jumlah gizi dalam pemberian tida melebihi batas
kalori/nutrien yang tepat menu klien normal
 Untuk mengatur
JANGKA PANJANG : asupan kalori dan gula
-BB stabi dan nilai lab klien
normal

4 Resiko terjadinya infeksi b.d tida Resiko terjadinya infeksi Mengganti balutan  Untuk mencegah
adekuatnya sistem imun tubuh dapat teratasi dengan  Bersihkan luka dengan kontaminasi pada luka
DS : Klien mengeluh nyeri pada kriteria : memperhatikan septic sehingga mengurangi
daerah luka JANGKA PENDEK : dan antiseptic resiko infeksi
DO : Segera setelah dilakukan  Membersihkan luka  Membunuh dan
- Terdapat luka Dm pada bagian tindakan dengan betadine memberihkan dari
kaki kiri keperawatan2x24 jam kuman dan ikro
- Luka tampak lembab dan kotor  tanda-tanda infeksi organisme penyebab
berkurang infeksi
 Luka kering dan terlihat

14
pertumbuhan jaringan
baru
JANGKA PANJANG :
Tida ada tanda-tanda
infeksi

15
III. IMPLEMENTASI
Nama : Tn. T
Umur : 60 Th
Ruang : Flamboyan
NO TANGGAL JAM TINDAKAN EVALUASI TT/
DX PERAWAT
1 2 3 4 5 6
1 19-09-2015 09.00  Mengatur posisi Klien tenang dan
WIB tidur dan kurangi merasa nyaman
pergerakan. S : Klien mengatakan
 Mengajarkan nyeri pada daerah lika.
tehnik distraksi O :Klien tampak
dan relaksasi kesakitan dan gelisah.
 Kolaborasi A : Gangguan rasa
pemberian nyaman sehubungan
analgetik dengan luka ulkus
DM.
P : Rasa nyeri dapat
teratasi dengna kriteria
- Atur posisi tidur
- Kurangi aktivitas
- Kolaborasi pemberian
analgetik

I : Sesuaikan dengan
rencana.
E : Klien tidak
merasakan sakit.
R : Intervensi
dihentikan.
2 19-09-2015 09.30  Mengkaji tingkat Kekurangan pola
WIB aktivitas klien aktivitas dapat terpenuhi

16
 Menganjurkan S : Klien merasa lemas
keluarga untuk dan nyeri pada
membantu kien bagian kaki
dalam memenuhi O : klien nampak sering
ADL beristirahat di tempat
 Membantu klien tidur.
dalam memenuhi A : Gangguan pola
kebutuhan aktivitas.
 Mendekatkan P : ganguan pola
alat-alat yang aktivitas dapat
dibutuhkan oleh teratasi.
klien I : Sesuaikan dengan

 Menganjurkan rencana.

kien untuk E : klien dapat

melakukan melakukan ADL

latihan aktif atau R : lanjutkan intervensi.


pasif
3 19-09-2015 10.00  Mengkaji pola Gangguan pemenuhan
WIB masuk diet dan nutrisi dapat terpenuhi
nutrisi S : klien mengatakan
 Menganjurkan mual, muntah dan
pasien untuk makan nyeri saat perut di
sesuai dengan yang isi.
sudah di anjurkan O : klien nampak sering
 Kolaborasi mual dan muntah.
pemberian insulin A : kekurangan cairan
sebelum mkan dan elektrolit.

 Kolaborasi dengan P : kekurangan cairan


ahli gizi dalam dapat teratasi.

pemberian menu I : Sesuaikan dengan


klien rencana.
E : mual dan muntah

17
berkurang
R : lanjutkan intervensi.
4 Mengganti balutan Infeksi tidak terjadi den
 Membersihkan luka dapat kering
luka dengan S : Klien mengatakan
memperhatikan gatal dan panas
septic dan pada daerah luka
antiseptic serta belum
 Membersihkan terobati.
luka dengan O : Balutan belum
betadine diganti dan tampak
kotor.
A : Potensial terjadinya
infeksi.
P : Infeksi tidak terjadi :
mengalami balutan
dan membersihkan
luka dengan
antiseptic.
I : Sesuaikan dengan
rencana.
E : Luka kering dan
bersih
R : lanjutkan intervensi

18
IV. EVALUASI
Nama : Tn. T
Umur : 60 Th
Ruang : Flamboyan
CATATAN PERKEMBANG
NO. HARI/TANGGAL PERKEMBANGAN TT/NAMA
DX PERAWAT
1 2 3 4
1 19-09-2015 Klien tenang dan merasa nyaman
S : Klien mengatakan nyeri pada
daerah lika.
O :Klien tampak kesakitan dan
gelisah.
A : Gangguan rasa nyaman
sehubungan dengan luka ulkus
DM.
P : Rasa nyeri dapat teratasi dengna
kriteria
- Atur posisi tidur
- Kurangi aktivitas
- Kolaborasi pemberian analgetik

I : Sesuaikan dengan rencana.


E : Klien tidak merasakan sakit.
R : Intervensi dihentikan.

19
2 19-09-2015 Kekurangan pola aktivitas dapat
terpenuhi
S : Klien merasa lemas dan nyeri pada
bagian kaki
O : klien nampak sering beristirahat di
tempat tidur.
A : Gangguan pola aktivitas.
P : ganguan pola aktivitas dapat
teratasi.
I : Sesuaikan dengan rencana.
E : klien dapat melakukan ADL
R : lanjutkan intervensi.
3 19-09-2015 Gangguan pemenuhan nutrisi dapat
terpenuhi
S : klien mengatakan mual, muntah
dan nyeri saat perut di isi.
O : klien nampak sering mual dan
muntah.
A : kekurangan cairan dan elektrolit.
P : kekurangan cairan dapat teratasi.
I : Sesuaikan dengan rencana.
E : mual dan muntah berkurang
R : lanjutkan intervensi.
4 Infeksi tidak terjadi den luka dapat
kering
S : Klien mengatakan gatal dan panas
pada daerah luka serta belum
terobati.
O : Balutan belum diganti dan tampak
kotor.
A : Potensial terjadinya infeksi.
P : Infeksi tidak terjadi : mengalami

20
balutan dan membersihkan luka
dengan antiseptic.
I : Sesuaikan dengan rencana.
E : Luka kering dan bersih
R : lanjutkan intervensi

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Hepatitis adalah inflamasi hepar yang disebabkan oleh salah satu dari lima
agen virus yang berbeda, hepatitis dapat ringan dan dapat disembuhkan sampai
kronis dan vatal (Carpenito L. J, 1996 page 1332). Hepatitis adalah keadaan
radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat, atau alkohol (Dr.
Jan Tambayong,2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan.page 145) Kesimpulan
hepatitis adalah inflamasi sebagai reaksi yang disebabkan agen virus, obat, atau
alkohol.

2. Epidemiologi
Kita mengenal beberapa macam hepatitis viral akut, dari hepatitis A sampai
dengan hepatitis C. berhubungan dengan cepatnya perkembangan teknologi
kedokteran terutama dibidang molekuler, dapat dipastikan bahwa akibat hepatitis
akan segera bertambah. Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
penting bukan hanya di amerika tetapi di seluruh dunia. Lebih dari 60.000 kasus
dilaporkan ke pusat pengawasan kesehatan di amerika dan setiap tahun jumlahnya
secara bertahap.
Walaupun mortilitas dari hepatitis virus relative rendah,morbiditas dan
kerugian ekonomi yang besar dihubungkan dengan penyakit ini (pince,1995) 60-
90% dari kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan.
Keadaan kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali kasus yang ringan
dan kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang
kurang lebih 50% orang dewasa di amerika telah memiliki antibody terhadap

21
virus hepatitis A, banyak orang tidak dapat mengingat kembali episode atau
kejadian sebelumnya yang memperlihatkan gejala hepatitis (brunner,dkk, 2002)
3. Etiologi
Penyebab dari hepatitis yaitu (Sylvia A. Price.2006.Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit. page 485-488) :
 Virus

Type A Type B Type C Type D Type E Type G


Metode Fekal-oral Parenteral Parenteral, Parenteral Fekal- Tranfusi
transmi melalui orang seksual, jarang perinatal, oral darah,
si lain perinatal seksual, memerlukan jarum
orang ke koinfeksi suntik
orang, dengan type B
perinatal
Kepara Tak ikterik Parah Menyebar Peningkatan Sama Tidak
han dan asimto- luas, dapat insiden kronis dengan D menyebab
matik berkembang dan gagal hepar kan
sampai kronis akut hepatitis
fulminan
ataupun
hepatitis
kronik.
Sumber Darah, feces, Darah, saliva, Terutama Melalui darah Darah, Darah
virus saliva semen, melalui darah feces,
sekresi saliva
vagina

 Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.
 Obat-obatan

22
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik
dan hepatitis akut.

4. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh reaksi
toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia serta infeksi virus melalui
cairan tubuh seperti darah, saliva, semen dan cairan vagina. Setelah virus hepatitis
sampai di tubuh melalui peredaran darah akan menyerang hati dan akan
menyebabkan peradangan atau inflamasi pada hepar sehingga menyebabkan
kerusakan hati di lobulus dan generasi sel, nekrosis parenkim hati dan
menyebabkan penurunan fungsi sel hati sehingga mempengaruhi kekebalan tubuh,
adanya reaksi antara antigen antibodi menimbulkan respon imun seperti demam
sehingga timbul hipertermi, respon imun yang timbul kemudian mendukung
respon peradangan.
Perangsangan komponen dan lisis sel serta serangan antibody langsung
terhadap antigen-antigen virus menyebabkan degenerasi sel-sel yang terinfeksi
sehingga hati menjadi edematosa (hepatomegali). Terjadinya hepatomegali
menimbulkan keluhan seperti nyeri abdomen pada kuadran kanan atas, nyeri pada
epigastrium, nyeri di hulu hati sehingga menimbulkan perubahan kenyamanan dan
perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan, pemenuhan nutrisi yang
tidak adekuat dan disertai dengan hipermetabolik sehingga akan menimbulkan
keletihan.
Akibat lain dari hepatomegali yaitu muncul blokir drainase hepar yang
menyebabkan stasis empedu dan empedu tetap menkonjugasikan bilirubin, tetapi
bilirubin tidak dapat mencapai usus halus sehingga mengakibatkan terjadinya
penurunan ekskresi urobilinogen di tinja sehingga tinja berwarna gelap. Bilirubin
terkonjugasi tersebut akan masuk kealiran darah sehingga terjadi kelebihan
bilirubin dalam darah yang akan menyebabkan terjadinya ikterus pada sclera
mata, kulit dan membran mukosa lainnya sehingga menimbulkan kerusakan
integritas jaringan. Pada kulit biasanya menyebabkan terjadinya pruritus yang
akan menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit sebagian besar dari

23
bilirubin terkonjugasi tersebut akan diekresikan melalui ginjal sehinga warana
urin menjadi berwarna sangat gelap.

5. Klasifikasi
Adapun 6 jenis hepatitis viral yaitu (Sylvia A. Price.2006.Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit. Page 485) :
1. Hepatitis A

Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan


gejala, sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu,
rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, mata kuning dan
hilangnya nafsu makan. Gejala hilang sama sekali setelah 6-12
minggu. Orang yang terinfeksi hepatitis A akan kebal terhadap
penyakit tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis
A tidak berlanjut ke hepatitis kronik.
Masa inkubasi 30 hari. Penularan melalui makanan atau minuman
yang terkontaminasi feces pasien, misalnya makan buah-buahan,
sayur yang tidak dimasak atau makan kerang yang setengah matang.
Minum dengaN es batu yang prosesnya terkontaminasi.
Saat ini sudah ada vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4
minggu setelah suntikan pertama, untuk kekebalan yang panjang
diperlukan suntikan vaksin beberapa kali. Pecandu narkotika dan
hubungan seks anal, termasuk homoseks merupakan risiko tinggi
tertular hepatitis A.
2. Hepatitis B

Gejala mirip hepatitis A, mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan,


mual, muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah serta demam.
Penularan dapat melalui jarum suntik atau pisau yang terkontaminasi,
transfusi darah dan gigitan manusia. Pengobatan dengan interferon
alfa-2b dan lamivudine, serta imunoglobulin yang mengandung
antibodi terhadap hepatitis-B yang diberikan 14 hari setelah paparan.
Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia sejak
beberapa tahun yang lalu. Yang merupakan risiko tertular hepatitis B

24
adalah pecandu narkotika, orang yang mempunyai banyak pasangan
seksual. Mengenai hepatitis C akan kita bahas pada kesempatan lain.
3. Hepatitis C

Hepatitis C mencakup sekitar 20% dari semua kasus hepatitis viral


dan paling sering ditularkan melalui yang ditransfusi dari donor
asimtomatik, berbagi jarum dengan pengguna obat intra vena dan
cairan tubuh atau didapat dari tato.
4. Hepatitis D

Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik,
yang tidak lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus
hepatitis B. Penularan melalui hubungan seksual, jarum suntik dan
transfusi darah. Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul
sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif.
5. Hepatitis E

Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu makan
dan sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri ( self-limited ),
keculai bila terjadi pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat
mematikan. Penularan melalui air yang terkontaminasi feces.
6. Hepatitis F

Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum
sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.
7. Hepatitis G

Gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B


atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik.
Penularan melalui transfusi darah jarum. Hepatitis B , dapat terjadi tanpa
gejala. Namun dapat juga terjadi artalgia dan ruam pada kulit.

6. Tanda dan gejala


 Gejala Hepatitis A
Pada minggu pertama, individu yang dijangkiti akan mengalami
sakit seperti kuning, keletihan, demam, hilang selera makan,

25
muntah-muntah, pusing dan kencing yang berwarna hitam pekat.
Demam yang terjadi adalah demam yang terus menerus, tidak
seperti demam yang lainnya yaitupada demam berdarah, tbc,
thypus, dll.
 Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B yang akut
adalah demam, sakit perut dan kuning (terutama pada area mata
yang putih/sklera). Namun bagi penderita hepatitis B kronik akan
cenderung tidak tampak tanda-tanda tersebut, sehingga penularan
kepada orang lain
menjadi lebih beresiko.
 Penderita Hepatitis C sering kali orang yang menderita Hepatitis C
tidak menunjukkan gejala, walaupun infeksi telah terjadi bertahun-
tahun lamanya. Namun beberapa gejala yang samar diantaranya
adalah ; Lelah, Hilang selera makan, Sakit perut, Urin menjadi
gelap. Pada beberapa kasus dapat ditemukan peningkatan enzyme
hati pada pemeriksaan urine, namun demikian pada penderita
Hepatitis C justru terkadang enzyme hati fluktuasi bahkan normal.

7. Pemeriksaan penunjang/diagnostik
Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan menurut Marilynn E. Doenges.2000.
Rencana Asuhan Keperawatan.page 535-536 :
1. Laboratorium
a. Tes fungsi hati seperti :
 AST (SGOT)/ ALT (SGPT) : awalnya meningkat dapat
meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak
menurun.
 Alkali Fospatase : agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat
)
 Bilirubin serum : di atas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml
prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan
nekrosis seluler).

26
b. Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan
hidup SDM (gangguan enzim hati).
c. Leukemia : trombositopenia mungkin ada (splenomegali).
d. Feses : warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).
e. Albumin serum menurun.
f. Anti-HAVIgM : positif pada tipe A.
g. HbsAG : dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A).
h. Urinalisa : peninggian kadar bilirubin, protein/hematuria dapat
terjadi.
i. Tes ekskresi BSP : kadar darah meningkat
2. Radiologi
a. Foto polos abdomen : menunjukkan densitas kalsifikasi pada kandung
empedu, pankreas, hati juga dapat menimbulkan splenomegali.
b. Skan hati : membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim.
3. Pemeriksaan Tambahan
Biopsi hati : menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis

8. Diagnosis
pada stadium pra ikterik, hepatitis dapat dikacaukan dengan penyakit infeksi akut
lain seperti appendiksitis akut/gastroenteritis akut

9. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Istirahat sesuai kebutuhan
b. Pendidikan mengenai menghindari pemakaian alkohol/obat lain
c. Pendidikan mengenai cara penularan kepada mitra sehubungan dan
anggota keluarga
2. Penatalaksanaan Medis
a. Memberikan Gamma Globulin murni yang spesifik terhadap
HAV/HBV pada keluarga pasien hepatitis yang dapat memberikan
imunitas pasif terhadap infeksi, imunitas ini bersifat sementara.

27
b. Tersedia vaksin untuk HBV, karena sifat virus yang sangat menular
dan berpotensi menyebabkan kematian, maka sangat dianjurkan bahwa
semua individu yang termasuk kelompok berisiko tinggi, termasuk
pekerja kesehatan atau orang-orang yang terpajan ke produk darah,
divaksinasi. Yang juga dianjurkan untuk divaksinasi adalah orang-
orang yang beresiko terinfeksi virus termasuk homosek atau heterosek
yang aktif secara seksual, pecandu obat bius dan bayi.
c. Medikametosa
 Kortikosteroid tidak diberikan bila mempercepat penurunan
bilirubin darah, kortikosreroid dapat digunakan pada kolestasis.
 Yang berkepanjangan, dimana transaminase serum sudah kembali
normal tetapi bilirubin masih tinggi.
 Berikan obat-obat yang bersifat melindungi hati.
 Antibiotik jika diperlukan.
 Antiemetik jika diperlukan.
d. Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecenderungan pendarahan.

10. Komplikasi
 Edema serebral, gagal ginjal, gangguan elektrolit, gangguan
pernafasan, hipoglikemi, hipotensi dan sepsis
 Sindroma Guilain Baire
 Hepatitis kronik persisten
 Hepatitis agresif
 Perkembangan karsinoma hepato seluler

11. Prognosis
Menurut Dienstag J.L (2008), 95-99% dari pasien hepatitis yang akut,
sembuh secara total. Namun prognosis penyakit hepatitis memburuk pada
pasien yang mempunyai penyakit lain. Bagi pasien yang telah didiagnosa
menderita penyakit hepatitis yang kronis, prognosisnya baik jika pasien
mendapat terapi yang baik sehingga dapat memperbaiki kondisi pasien.
Perubahan dari fase akut ke fase kronik sangat bergantung pada umur

28
pasien dan cara terinfeksi. Prognosis memburuk pada pasien-pasien yang
menderita sirosis hati. Karsinoma hepar merupakan komplikasi tersering
bagi infeksi VHB yang kronik.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
1. Identitas
Di dalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, status perkawinan, agama, pekerjaan, tanggal masuk
RS
2. Identitas Penanggung Jawab
Pada idenitas penanggung jawab berisi nama, umur, pendidikan,
pekerjaan, serta hubungan dengan pasien
3. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama
Pada pasien hepatitis biasanya mengeluh nyeri, perut
kembung,diare dan nafsu makan menurun.
 Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit hepatitis,
apakah tidak pernah, apakah menderita penyakit lain.
 Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien hepatitis adalah nyeri pada
perut bagian atas, perut kembung, nafsu makan menurun dan
diare.
 Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita
hepatitis atau sakit lain
 Genogram
Adalah gambar bagan riwayat keturunan atau struktur anggota
keluarga dari atas hingga ke bawah yang didasarkan atas tiga
generasi sebelum pasien. Berikan keterangan manakah symbol

29
pria, wanita, keterangan tinggal serumah, yang sudah meninggal
dunia serta pasien yang sakit.
4. Pengkajian 11 Pola Gordon
Pola Kesehatan Fungsional Pola Gordon
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
 Apakah kondisi sekarang menyebabkan perubahan
persepsi terhadap kesehatan?
 Bagaimana pemeliharaan kesehatan klien setelah
mengalami gangguan ini?
b. Nutrisi/ metabolic
 Bagaimana asupan nutrisi klien sejak terkena gangguan?
 Apakah klien mau memakan makanannya?
c. Pola eliminasi
 Bagaimana pola BAB klien sejak gangguan mulai terasa?
 Apa konstipasi zatau diare?
 Bagaimana pola BAK klien?
 Apakah kencing lancar, tidak bisa kencing, sakit
d. Pola aktivitas dan latihan
Meliputi kmampuan ADL sepertii makan minum, mandi,
toileting, mobilisasi di tempat tidur, kemampuan berpindah,
serta ambulasi ROM apakah pasien melakukannya secara
mandiri atau dengan bantuan orang lain atau bantuan alat.
Adapaun skor yang dapat diberikan berkaitan dengan pola
akivitas dan latihan seperti: 0: mandiri, 1: alat bantu, 2:
dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total.
e. Pola tidur dan istirahat
 Bagaimana pola tidur klien, apakah mengalami
perubahan?
 Bagaimana istirahanya, dapatkah klien beristirahat dengan
tenang?
f. Pola kognitif-perseptual

30
 Bagaimana perasaan klien terhadap panca indranya?
 Apakah klien menggunakan alat bantu?
g. Pola persepsi diri/konsep diri
 Bagaimana perasaan klien tentang kondisinya saat ini?
h. Pola seksual dan reproduksi
 Apakah klien mengalami gangguan pada alat
reproduksinya?
 Apakah klien mengalami gangguan saat melakukan
hubungan seksual? (jika sudah menikah)
i. Pola peran-hubungan
 Apakah setelah sakit, peran klien di keluarga berubah?
 Bagaimana hubungan klien dengan orang sekitar setelah
sakit?
j. Pola manajemen koping stress
 Apakah klien merasa depresi dengan keadaannya saat ini?
k. Pola keyakinan-nilai
 Apakah klien selalu rajin sembahyang?
 Apakah hal tersebut dipengaruhi oleh gangguan ini?
2. Diagnose keperawatan
Analisa data
No Data Interpretasi Masalah keperawatan

31
1 DS : Peradangan pada sel-sel Kekurangan volume
1. Pasien hati cairan
mengatakan
lemas Hati membesar,
2. Pasien mendesak dan
terjadi demam
mengeluh
pusing
Mual

DO:
1. Penurunan Kekurangan volume
turgor kulit cairan
2. Mukosa
mulut kering
3. Kulit kering

32
2 DS : Peradangan pada sel-sel hati Ketidakseimbangan
1. Pasien nutrisi kurang dari
mengeluh kebutuhan tubuh
nafsu
Peradangan meluas,
makannya nekrosis dan regenerasi
menurun sel-sel hati

2. Pasien
mengeluh
jika makan
nyeri di
uluhati

Kegagalan hati untuk


DO : melakukan detoksifikasi dan
1. Makanan gangguan metabolism zat gizi

yang di Anoreksia, mual muntah


berikan
Pelepasan toksin oleh hati
kepada yang rusak
Ketidakseimbangan
pasien nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
tampak masih
banyak
tersisa
2. Pasien
tampak
lemas
3. Pasien
tampak
setelah di
berikan
makanan
merasa mual

33
3 Nyeri akut
DS :
1. Pasien
mengeluh Hati membesar,
nyeri di mendesak dan terjadi
demam
bagian perut
kanan
2. P = pasien Perut kuadran kanan atas
terasa nyeri, tidak
mengeluh nyaman
nyeri timbul
jika perut Nyeri akut
kuadran atas
di sentuh
Q = seperti
tertusuk-
tusuk
R = terjadi di
perut bagian
atas
S = dengan
skala 7 dari
10
T = setiap
saat

DO :
1. Pasien
tampak
meringis
2. Nadi
meningkat
3. Respirasi

34
meningkat

Peradangan pada sel-sel hati

Diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan hepatitis


1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif ditandai dengan penurunan turgor kulit, membrane
mukosa kering dan kulit kering
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan factor biologis dan ketidakmampuan
untuk mencerna makanan di tandai dengan nyeri abdomen dan
ketidakmampuan memakan makanan
3) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis ditandai
dengan melaporkan nyeri secara verbal, perubahan selera
makan dan gangguan tidur.

3. Rencana asuhan keperawatan


No Diagnose Tujuan dan kriteria Intervensi (NIC) Rasional
keperawatan hasil (NOC)
1 Kekurangan Setelah diberikan NIC Label : Fluid
volume cairan asuhan keperawatan Management
berhubungan selama 1 x 20 1. Pertahankan  1. Mewaspadai
dengan menit, record atau adanya intake dan
kehilangan diharapkan pasien pendataan mengenai output cairan yang
cairan aktif tidak mengalami intake dan output tidak seimbang.
ditandai dengan kekurangan volume cairan.

35
penurunan cairan. Dengan 2. Status hidrasi yang
turgor kulit, kriteria hasil: 2. Monitor status menurun dapat
membrane hidrasi pasien menimbulkan
mukosa kering NOC Label : Fluid (misalnya, dehidrasi.
dan kulit kering Balance kelembaban
1. Turgor kulit membran mukosa),
pasien normal secara tepat
(apabila dicubit,
akan kembali 3. Mewaspadai
dalam waktu adanya retensi
kurang dari 2 cairan yang
detik). 3. Monitor hasil mungkin dialami
2. Membran laboratorium yang pasien.
mukosa pasein relevan mengenai
tetap lembab. adanya retensi
3. Adanya cairan (misalnya,
keseimbangan peningkatan
intake dan output osmolalitas urine).
cairan dalam 4. Mengetahui
rentang 24 jam. 4. Monitor vital keadaan umum
signs pasien secara pasien
tepat.

5. Berikan terapi 5. Pemberian terapi


intravena secara intravena
tepat membantu
memenuhi
kebutuhan cairan
pasien.
6. Berikan cairan
secara tepat. 6. Selain dengan
  pemberian terapi

36
intravena,
pemberian cairan
juga dilakukan
secara oral agar
dapat memenuhi
kebutuhan cairan
tubuh dengan
cepat
2 Ketidakseimban NOC : Nutritional NIC : Nutrition
gan nutrisi Status Management
kurang dari Setelah dilakukan 1. Kaji riwayat intake 1. Untuk mengetahui
kebutuhan asuhan keperawatan makanan. status nutrisi klien.
tubuh selama …x 20
berhubungan menit klien
dengan factor menunjukkan 2. Kaji perubahan 2. Untuk mengetahui
biologis dan keseimbangan nafsu makan dan penyebab
ketidakmampua nutrisi dengan akibatnya. penurunan nafsu
n untuk kriteria hasil : makan.
mencerna 1. Intake nutrisi
makanan di (kalori, 3. Untuk mengetahui
tandai dengan karbohidrat, 3. Kaji tinggi badan, berat badan ideal
nyeri abdomen protein dan berat badan dan klien.
dan sebagainya) bandingkan dengan
ketidakmampua klien baik nilai normal. 4. Untuk
n memakan 2. Klien menyesuaikan pola
makanan melaporkan 4. Atur pola makan makan fan pola
adanya nafsu sesuai dengan pola hidup klien.
makan hidup pasien dengan
3. Makanan yang tepat. 5. Perlu bantuan
diberikan dalam perencanaan
dihabiskan oleh 5. Kolaborasi dengan diet yang
klien ahli nutrisi untuk memenuhi

37
4. Kenaikan berat jumlah kalori dan kebutuhan nutrisi
badan yang tipe nutrisi yang klien.
normal dibutuhkan untuk
pemenuhan nutrisi. 6. Untuk
menyeimbangkan
intake nutrisi yang
6. Monitor intake adekuat.
nutrisi klien.
7. Agar nutrisi klien
tetap terjaga
walaupun dengan
7. Anjurkan klien menghabiskan
untuk makan sedikit sedikit energy
tetapi sering.

8. Untuk memberikan
pengetahuan
kepada klien.
8. Edukasi klien
pentingnya
pemenuhan nutrisi.
3 Nyeri akut Noc label: Nic label:
berhubungan Pain level Analgesic
dengan agens Setelah diberikan administration
cedera biologis askep selama ....x 1. Catat keluhan nyeri, 1. Nyeri tidak selalu
ditandai dengan 20 menit lokasi, lamanya, ada tapi bila ada
melaporkan diharapkan pasien intensitas dan harus
nyeri secara dapat mentoleransi kerakteristik nyeri dibandingkan
verbal, nyerinya dengan gejala
perubahan Dengan kriteria: nyeri pasien
selera makan 1. Pasien sebelumnya
dan gangguan melaporkan nyeri dimana dapat

38
tidur. berkurang secara membantu
verbal diagnose etiologi
2. Pasien tampak perdarahan dan
rileks dan tenang terjadinya
kompilkasi
2. Membantu dalam
2. Kaji ulang factor membuat diagnosa
yang meningkatkan dan kebutuhan
atau menurunkan terapi
nyeri

3. Dapat menurunkan
3. Diskusikan dan nyeri yang
ajarkan tindakan dirasakan pasien
alternatif penghilang
rasa nyeri tanpa
menggunakan obat

4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan interpensi yang direncanakan
sebelumnya

5. Evaluasi
No
Diagnosa
. Evaluasi
Keperawatan
Dx
1. Kekurangan volume S : pasien mengatakan konsentrasi bab pasien sudah tidak lembek lagi
cairan berhubungan O : bab pasien terlihat tidaklembek lagi
dengan kehilangan A : Intervensi tercapai
cairan aktif ditandai P : pertahankan intervensi (nic lebel fluid management no 1 )
dengan penurunan

39
turgor kulit,
membrane mukosa
kering dan kulit
kering

2. Ketidakseimbangan S : pasien mengatakan sudah bisa makanan seperti bubur


nutrisi kurang dari O : makanan pasien tampak tidak tersisa lagi
kebutuhan tubuh A : Intervensi tercapai
berhubungan dengan P: pertahankan intervensi.( nic lebel nutrition management no 4)
factor biologis dan
ketidakmampuan
untuk mencerna
makanan di tandai
dengan nyeri
abdomen dan
ketidakmampuan
memakan makanan

3. Nyeri akut S : pasien mengatakan rasa sakit di perut bagian kanan atas sudah berkura
berhubungan dengan O : pasien sudah tidak terlihat meringis
agens cedera A : intervensi tercapai
biologis ditandai P: lanjutkan intervensi (nic lebel analgesic administration no 3)
dengan melaporkan
nyeri secara verbal,
perubahan selera
makan dan gangguan
tidur.

40
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Buku 1. Jakarta :


Salemba Medika.
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Volume 2.
(edisi Delapan). Jakarta : EGC.

Carpenito, L.J. (1999). Rencana Asuhan& Dokumentasi Keperawatan. (Edisi


dua). Jakarta : EGC.

Dienstag, J. L., 2008. Acute Viral Hepatitis. Dalam: Harrison’s Principles of


Internal Medicine Volume II 17th Edition. The Mc Graw Hill
Company,1932-1948.

Doenges, Marlynn E, Mary Frances Moorhouse., dan Alice C. Geissler. 1999.


Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI

NANDA. 2010. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009 - 2011.


Jakarta : EGC

41
NANDA. 2012. Diagnose keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta :EGC

Tambayong, Jan.(2000). Patifisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

42

Anda mungkin juga menyukai