Anda di halaman 1dari 15

ASKEP GERONTIK DIABETES MELITUS

OLEH : KELOMPOK 9

1. KRISTIN NATALIA
2. LUSI L ARASATI
3. LULU ROYAHIN
4. NOVITA AYU
5. OKTAVIANI HEPY
6. RIA MURDANI
7. SITI HARDIANTI
8. ZAHRA AMALIA

INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA

FAKULTAS KEPERAWATAN T.A 2019/2020


KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Berkat limpahan dan rahmat-Nya
penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini .

Dalam penyusunan tugas dan materi, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan Dosen, sehingga kendala-
kendala yang penulis hadapi teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu yang kami
sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi. Makalah ini
disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa.
Penyusun sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu kepada dosen pembimbing penyusun meminta masukannya
demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Deli tua, Oktober 2019

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-
tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin
rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan,
pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring
meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ. Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomik-
fisiologik dan dapat timbul pula penyakit-penyakit pada sistem endokrin
khususnya penyakit diabetes mellitus. Perubahan tersebut pada umumnya
berpengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya
akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan
berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010). Usia harapan hidup
lansia di Indonesia semakin meningkat karena pengaruh status kesehatan, status
gizi, tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan dan sosial ekonomi yang semakin
meningkat sehingga populasi lansia pun meningkat.

Penyakit DM sering terjadi pada kaum lanjut usia. Diantara individu yang
berusia >65 tahun, 8,6 % menderita DM tipe II. Angka ini mencakup 15 %
populasi pada panti lansia (Steele, 2008). Laporan statistik dari International
Diabetik Federation menyebutkan, bahwa sudah ada sekitar 230 juta orang pasien
DM. Angka ini terus bertambah hingga 3 % atau sekitar 7 juta orang tiap
tahunnya. Dengan demikian, jumlah pasien DM diperkirakan akan mencapai 350
juta orang pada tahun 2025 dan setengah dari angka tersebut berada di Asia,
terutama India, Cina, Pakistan, dan Indonesia (Tandra, 2007).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu DM?
2. Etiologi DM?
3. Patofisiologi DM?
4. Klasifikasi DM?
5. Manifestasi klinis DM?
6. Penatalaksanaan DM?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi

Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi


defisiensi insulinatau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa
darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria) atau merupakan
sindroma klinis yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak dan proteinsehubungan dengan kurangnya
sekresi insulin secara absolut / relatif dan atau adanya gangguan fungsi insulin.
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Mansjoer, 2000).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth,
2002).
Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan multifaktorial yang
dicirikan dengan hiperglikemia dan hipoglikemia. ( Mary,2009)

B. Epidemiologi

Diabetes terutama prevalen diantara kaum lanjut usia. Diantara individu yang
berusia lebih dari 65 tahun, 8,6% menderita diabetes tipe II. Angka ini mencakup
15% populasi pada panti lansia.

C. Etiologi

Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena


mengkonsumsi kalori berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan
penurunan laju metabolisme basal. Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi
terjadinya diabetes mellitus. Penyebab diabetes mellitus pada lansia secara umum
dapat digolongkan ke dalam dua besar:
1. Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap,
penurunan fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin
tidak berfungsi dengan baik).
2. Gaya hidup(life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga,
minumalkohol, dll.) Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga
dapat menjadi penyebab terjadinya diabetes mellitus.
Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat
menutupi tanda dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari
bantuan medis. Keletihan, perlu bangun pada malam hari untuk buang air kecil,
dan infeksi yang sering merupakan indikator diabetes yang mungkin tidak
diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya karena mereka percaya bahwa
hal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu sendiri.

D. Klasifikasi

Berdasarkan tipe, Diabetes Melitus terbagi atas :


a. DM Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)
- Disebut juga Juvenile Diabetes, berkembang pada masa kanak-kanak
dan sebelum usia 30 tahun.
- Memerlukan therapi insulin karena pankreas tidak dapat memproduksi
insulin atau produksinya sangat sedikit.
b. DM Tipe II : Non Insulin Independent Diabetes Melitus (NIDDM)
-Biasanya terjadi di atas usia 35 tahun ke atas.
-Terjadi resistensi terhadap kerja insulin normal karena interaksi
insulin dengan reseptor. Insulin pada sel kurang efektif sehingga
glukosa tidak dapat masuk sel dan berkurangnya produksi insulin
relatif.

E. Manifestasi Klinis

DM Tipe I :
a. Poliuria, polidipsia terjadi akibat konsentrasi glukosa dalam darah cukup
tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring
keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin, ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan yang disebut
diuresis osmotik.
b. Polifagia : akibat menurunnya simpanan kalori dan defisiensi insulin
mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan
berat badan.
c. Kelelahan dan kelemahan.
d. Nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton, perubahan
kesadaran, koma bahkan kematian yaitu akibat dari ketoasidosis, yang
merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh bila
jumlahnya berlebihan.
DM Tipe II :
1. Kelelahan
2. Iritabilitas
3. Poliuria
4. Polidipsia
5. Luka pada kulit yang lama sembuh
6. Luka pada kulit yang lama sembuh
7. Pandangan kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi sekali).

F. Patofisiologi

Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu


memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin
adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila
insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan
tetap berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah
meningkat.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan
predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun
dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap
insulin itu sendiri.
Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin
normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang
kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam
darah menjadi meningkat.

G. Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan


aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes
adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :

1. Diet
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein, 75%
Karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan
rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga
meningkatkan aktivitas reseptor insulin.
2. Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Pemeriksaan
sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien lansia secara
fisik mampu mengikuti program latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat
aktivitas klien yang terbaru dan pilihan gaya hidup dapat membantu menentukan
jenis latihan yang mungkin paling berhasil. Berjalan atau berenang, dua aktivitas
dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sangat baik untuk para
pemula. Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung
meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah,
meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi,
serta membantu menurunkan berat badan.
3. Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa secara
rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia juga harus dipantau untuk
mengetahui terjadinya obesitas yang dapat meningkatkan resiko DM pada lansia.
4. Terapi (jika diperlukan)
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan efektif
hanya untuk penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat dilakukan untuk
mepertahankan kadar glukosa darah dalam parameter yang telah ditentukan untuk
membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan.
5. Pendidikan
1. Diet yang harus dikomsumsi
2. Latihan
3. Penggunaan insulin

H. Pemeriksaan Diagnostik

1. Glukosa darah sewaktu


2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan:
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

I. Komplikasi Diabetes Melitus

Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis.


Yang termasuk dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis
(DKA), dan hyperglycemic hyperosmolar nonketocic coma (HHNC). Yang
termasuk dalam komplikasi kronis adalah retinopati diabetic, nefropati diabetic,
neuropati, dislipidemia, dan hipertensi.
Komplikasi akut
- Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin yang
berat pada jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut termasuk
sangat sensitive terhadap kekurangan insulin. DKA dapat dicetuskan oleh infeksi (
penyakit)
Komplikasi kronis:
1. Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina.
Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran darah
retina. Respon terhadap iskemik retina ini adalah pembentukan pembuluh darah
baru, tetapi pembuluh darah tersebut sangat rapuh sehingga mudah pecah dan
dapat mengakibatkan perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa mengakibatkan
ablasio retina atau berulang yang mengakibatkan kebutaan permanen.
2. Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis
yang nodular yang tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-
Wilson. Glomeruloskleriosis nodular dikaitkan dengan proteinuria, edema dan
hipertensi. Lesi sindrom Kommelstiel-Wilson ditemukan hanya pada DM.
3. Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati diabetic
yang paling sering ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.
4. Displidemia
Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.
5. Hipertensi
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal,
mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi bisa
menjadi hipertensi esensial. Hipertensi harus secepat mungkin diketahuin dan
ditangani karena bisa memperberat retinopati, nepropati, dan penyakit
makrovaskular.
6. Kaki diabetic
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati,
iskemia, dan sepsis. Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilanggnya sensori pada
kaki mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler
dan makrovaskuler dapat mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati,
iskemia, dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan amputasi.
7. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60
mg/dl, yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik
oral. Penyebab hipoglikemia pada pasien sedang menerima pengobatan insulin
eksogen atau hipoglikemik oral.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan Keluarga


Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
2. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat
terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau
tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
3. Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
4. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
5. Integritas Ego
Stress, ansietas
6. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
7. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
8. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,
gangguan penglihatan.
9. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
10. Pernapasan\
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
11. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

B. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan nutrisi
b. Kekurangan volume cairan
c. Gangguan integritas kulit
d. Kelelahan
C. Perencanaan Keperawatan

NO DIAGNOSA NOC NIC


1 Gangguan Setelah diberikan 1. Timbang berat badan sesuai
nutrisi asuhan keperawatan indikasi.
diharapkan kebutuhan 2. Tentukan program diet, pola
makan, dan bandingkan
nutrisi pasien dapat
dengan makanan yang dapat
terpenuhi. Dengan dihabiskan klien.
Kriteria Hasil : 3. Berikan makanan cair yang
1. Pasien dapat mengandung nutrisi dan
mencerna jumlah elektrolit Selanjutnya
kalori atau nutrien memberikan makanan yang
yang tepat lebih padat
4. Identifikasi makanan yang
2. Berat badan stabil
disukai.
atau penambahan ke
5. Libatkan keluarga dalam
arah rentang biasanya
perencanaan makan.
6. Observasi tanda hipoglikemia
(perubahan tingkat kesadaran,
kulit lembap atau dingin,
denyut nadi cepat, lapar,
peka rangsang, cemas, sakit
kepala. pusing).
7. Lakukan pemeriksaan gula
darah dengan finger stick.
8. Berikan pengobatan insulin
secara teratur melalui iv
Konsultasi dengan ahli gizi
2 Kekurangan Setelah diberikan -Kaji riwayat klien sehubungan
volume cairan asuhan keperawatan dengan lamanya atau intensitas
diharapkan kebutuhan dari gejala seperti muntah dan
pengeluaran urine yang
cairan atau hidrasi
berlebihan.
pasien terpenuhi -Pantau tanda – tanda vital, catat
Dengan kriteria Hasil : adanya perubahan tekanan darah
Pasien menunjukkan ortostatik.
hidrasi yang adekuat -Pantau pola napas seperti
dibuktikan oleh tanda adanya pernapasan Kussmaul
vital stabil, nadi perifer atau pernapasan yang berbau
keton.
dapat diraba, turgor
-Pantau frekuensi dan kualitas
kulit dan pengisian pernapasan, penggunaan otot
kapiler baik, haluaran bantu napas, adanya periode
urin tepat secara apnea dan sianosi.
individu dan kadar -Pantau suhu, warna kulit, atau
elektrolit dalam batas kelembapannya.
-Kaji nadi perifer, pengisian
normal. kapiler, turgor kulit, dan
membrane mukosa.
-Ukur berat badan setiap hari.
-Tingkatkan lingkungan yang
menimbulkan rasa nyaman.
Selimuti klien dengan kain yang
tipis.
-Observasi mual, nyeri
abdomen, muntah, dan distensi
lambung.
3 Gangguan Setelah diberikan -Inspeksi kulit terhadap
integritas kulit asuhan keperawatan perubahan warna, turgor,
diharapkan tidakterjadi vaskuler, perhatikan kemerahan
- Ubah posisi setiap 2 jam beri
komplikasi.
bantalan pada tonjolan tulang.
Dengan Kriteria Hasil : - Pertahankan alas kering dan
- menunjukan bebas lipatan
peningkatan integritas - Beri perawatan kulit seperti
kulit penggunaan lotion
-Menghindari cidera - Anjurkan pasien untuk
kulit menjaga agar kuku tetap pendek

4 Kelelahan setelah diberikan - Diskusikan kebutuhan akan


asuhan keperawatan aktivitas. Buat jadwal
diharapkan kelelahan perencanaan dan identifikasi
aktivitas yang menimbulkan
dapat teratasi.
kelelahan.
Kriteria hasil klien - Diskusikan penyebab keletihan
dapat: seperti nyeri sendi, penurunan
- Mengidentifikasikan efisiensi tidur, peningkatan
pola keletihan setiap upaya yang diperlukan untuk
hari. ADL.
-Mengidentifikasi tanda - Bantu mengidentivikasi pola
energi dan buat rentang
dan gejala peningkatan
keletihan. Skala 0-10 (0=tidak
aktivitas penyakit yang lelah, 10= sangat kelelahan)
mempengaruhi - Berikan aktivitas alternatif
toleransi aktivitas. dengan periode istirahat yang
-Menunjukkan cukup/ tanpa diganggu.
perbaikan kemampuan - Pantau nadi , frekuensi nafas,
untuk berpartisipasi serta tekanan darah sebelum dan
seudah melakukan aktivitas.
dalam aktivitas yang
- Tingkatkan partisipasi klien
diinginkan. dalam melakukan aktivitas
sehari-hari sesuai kebutuhan.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi


defisiensi insulinatau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa
darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria).
Penyebab diabetes mellitus pada lansia secara umum dapat digolongkan ke
dalam dua besar:
1. Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap,
penurunan fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga
insulin tidak berfungsi dengan baik).
2. Gaya hidup(life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga,
minumalkohol, dll.) Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga
dapat menjadi penyebab terjadinya diabetes mellitus.
Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat
menutupi tanda dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari
bantuan medis. Keletihan, perlu bangun pada malam hari untuk buang air kecil,
dan infeksi yang sering merupakan indikator diabetes yang mungkin tidak
diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya karena mereka percaya bahwa
hal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu sendiri.

B. SARAN

1. Semoga dengan dibuatnya asuhan keperawatan ini, mahasiswa dapat


mempergunakannya dalam menambah wawasan tentang asuhan
keperawatan pada gerontik.
2. Bagi mahasiswa diharapkan untuk memperdalam pengetahuan dalam
menerapkan asuhan keperawatan gerontik secara efektif dan efisien baik
teoritis maupun di dalam kasus.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I
Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.
Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia
Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Kushariyadi.2010.Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia.Jakarta :
Salemba Medika
Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek
Maryunani, Jakarta:EGC, 1997.
Mary Baradero, Mary Wilfrid dan Yakobus Siswandi. 2009. Klien Gangguan
Endokrin: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono,
Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.

Anda mungkin juga menyukai