Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELLITUS

DISUSUN OLEH :

INDAH FITRIANI

19.013

Program DIII Keperawatan

Akademi Keperawatan Berkala Widya Husada

2022
Konsep ICU
1. Peran tugas, dan tanggung jawab Perawat ICU
a. Mengkaji kondisi pasien dan melaksanaan rencana perawatan pasien
b. Mengobati luka dan memberikan semangat kepada pasien
c. Membantu dokter dalam melakukan prosedur
d. Mengkaji tanda-tanda vital pasien
e. Memastikan bahwa ventilator, monitor dan peralatan medis dapat berfungsi
dengan benar
f. Pemberikan cairan intravena dan obat-obatan
g. Melaksanakan tes diagnostic
h. Kolaborasi dengan sesame anggota tim perawatan kritis
i. Sebagai advokat pasien
j. Memberikan pendidikan dan dukungan bagi keluarga pasien
k. Mengidentifikasi kebutuhan pasien berdasarkan umur pasien dan membuat
rencana perawatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut
l. Memberikan perawatan post-mortem
m. Melakukan prosedur terapeutik atau diagnostic yang disetujui berdasarkan status
klinis pasien
n. Mengevaluasi tanda-tanda vital pasien dan data laboratorium untuk menentukan
intervensi
o. Memberikan transfuse darah, memonitoring pasien terkait tanda - tanda dan gejala
yang berkaitan dengan reaksi dari tranfusi tersebut
p. Memberikan obat intravena, dengan suntikan, oral, melalui tabung lambung atau
dengan metode lain

2. Anggota Tim Asuhan Keperawatan ICU


ICU memiliki staf khusus yang mengelola tempat tersebut, diantaranya yaitu dokter,
perawat terlatih atau berpengalaman dalam “intensive care” yang mampu memberikan
pelayanan 24 jam, dokter ahli atau berpengalaman.

3. Prinsip tindakan keperawatan selama di ruang ICU


Pasien ICU membutuhkan tunjangan hidup khusus yang harus dilakukan oleh sebuah
tim, termasuk diantaranya dokter yang mempunyai dasar pengetahuan , keterampilan
teknis, komitmen waktu dan secara fisik selalu berada di tempat untuk melakukan
perawatan titrasi dan berkelanjutan.

4. Perawatan pasien di ruang ICU


a. Pasien yang butuh monitoring
Pasien yang baru saja menjalani operasi atau mengalami cedera serius
membutuhkan pemantauan intensif karena kondisinya cenderung tidak stabil.
Pengamatan yang cermat dibutuhkan karena berhubungan dengan keselamatan
pasien.
b. Pasien dengan masalah pernapasan
Infeksi maupun pembengkakan paru, maupun kelainan sistem pernapasan lainnya,
bisa menyebabkan pasien susah bernapas. Pada kondisi ini, pasien bisa
ditempatkan di ruang ICU yang dilengkapi alat bantu pernapasan yakni ventilator.
c. Pasien dengan masalah jantung
Pasien dengan masalah jantung juga butuh pemantauan yang intensif. Pada
kondisi serangan jantung maupun gagal jantung, waktu sangat kritis sehingga
pasien butuh ruang perawatan yang memudahkan pertolongan sesegera mungkin
A. Konsep Penyakit Diabetes Mellitus
1. Pengertian
Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan
karakteristik gula darah melebihi nilai normal. Diabetes adalah suatu penyakit dimana
tubuh penderita tidak bisa secara otomatis mengendalikan tingkat gula dalam darah. Pada
tubuh yang sehat pancreas melepas hormone insulin yang bertugas mengangkut gula
melalui darah ke otot-otot dan jaringan lain untuk memasok energi. Penderita diabetes
tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh tidak mampu
menggunakan insulin secara efektif, sehingga terjadilah kelebihan gula didalam darah.
Kelebihan gula yang kronis di dalam darah ini menjadi racun bagi tubuh (Wirnasari,
2019).
Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis, metabolik yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah (atau gula darah), yang mengarah dari waktu ke waktu
untuk kerusakan serius pada jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, dan saraf (WHO,
2016).

2. Etiologi
Wirnasari (2019), terdapat etiologi proses terjadinya diabetes mellitus menurut
tipenya diantaranya :
a. Diabetes Mellitus tipe 1
Diabetes Tipe 1 ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pancreas. Kombinasi
factor genetic, imuniologi dan mungkin pula lingkungan (misalnya, infeksi virus)
diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta. Factor-faktor genetic penderita
diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri : tetapi mewarisi satu
presdiposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe 1.
Kecenderungan genetic ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA (human leucocyte antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab antigen transplantasi dan proses imun lainnya. 95% pasien
berkulit putih dengan diabetes tipe 1 memperlihatkan tipe HLA yang spesifik (DR
3 atau DR 4). Risiko terjadinya diabetes tipe 1 meningkat tiga hingga lima kali
lipat individu yang memiliki salah satu dari kedua tipe HLA ini. Risiko tersebut
meningkat sampai 10 kali pada individu yng memiliki tipe HLA DR3 maupun
DR4 (jika dibandingkan dengan populasi umum). Faktor lingkungan, penyelidikan
juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan factor-faktor eksternal yang dapat
memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh, hasil penyelidikan yang menyatakan
bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
b. Diabetes Mellitus tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Factor genetic diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat
factor-faktor risiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes
tipe II, factor tersebut sebagai berikut :
1. Usia (resistensi insulin cenderung menigkat pada usia diatas 65 tahun)
2. Obesitas
3. Riwayat keluarga
4. Kelompok etnik

3. Tanda dan Gejala


Secara umum dalam ( Brunner & Suddart, 2014) manifestasi DM adalah :
a. Poliuria
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui
daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana
gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak
kencing.
b. Polidipsia
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum
c. Polifagia
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi
(lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun
klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada
pembuluh darah.
d. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan cairan
dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan
menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan
secara otomatis.
e. Keletihan dan kelemahan perubahan pandangan secara mendadak, senasi
kesemutan atau kebas ditangan dan kaki, kulit kering, lesi kult atau luka yang
lambat sembuh serta infeksi berulang
f. Awitan diabetes tipe I dapat disertai dengan penurunan berat badan mendadak,
mual, muntah, dan nyeri lambung.
g. Awitan diabetes tipe II disebabkan intoleransi glukosa yang progresif serta
berlangsung perlahan dan mengakibatkan komplikasi jangka apabila diabetes
tidak teratasi.

4. Patofisiologi
a. DM Tipe 1 (DMT 1=Diabetes Mellitus Tergantung Insulin )
DMT 1 merupakan DM yang tergantung insulin. Pada DMT 1 kelainan terletak
pada sel beta yang bisa idiopatik atau imunologik. Pankreas tidak mampu
mensintesis dan mensekresi insulin dalam kuantitas dan atau kualitas yang cukup,
bahkan kadang-kadang tidak ada sekresi insulin sama sekali. Jadi pada kasus ini
terdapat kekurangan insulin secara absolut. Pada DMT 1 biasanya reseptor insulin
di jaringan perifer kuantitas dan kualitasnya cukup atau normal ( jumlah reseptor
insulin DMT 1 antara30.000- 35.000 ) jumlah reseptor insulin pada orang normal
± 35.000. sedang pada DM dengan obesitas ± 20.000 reseptor insulin. DMT1,
biasanya terdiagnosa sejak usia kanak-kanak. Pada DMT 1 tubuh penderita hanya
sedikit menghasilkan insulin atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan insulin,
oleh karena itu untuk bertahan hidup penderita harus mendapat suntikan insulin
setiap harinya. DMT 1 tanpa pengaturan harian, pada kondisi darurat dapat terjadi.
(Brunner & Suddart, 2016).
b. DM Tipe 2 (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin=DMT 2).
DMT 2 adalah DM tidak tergantung insulin. Pada tipe ini, pada awalnya kelainan
terletak pada jaringan perifer (resistensi insulin) dan kemudian disusul dengan
disfungsi selbeta pankreas (defeksekresi insulin), yaitu sebagai berikut : Sekresi
insulin oleh pankreas mungkin cukup atau kurang,sehingga glukosa yang sudah
diabsorbsi masuk ke dalam darah tetapi jumlah insulin yang efektif belum
memadai, jumlah reseptor di jaringan perifer kurang (antara 20.000-30.000) pada
obesitas jumlah reseptor bahkan hanya 20.000, kadang-kadang jumlah reseptor
cukup, tetapi 23 kualitas reseptor jelek, sehingga kerja insulin tidak efektif
(insulin binding atau afinitas atau sensitifitas insulin terganggu), terdapat kelainan
di pasca reseptor sehingga proses glikolisisi intraselluler terganggu, adanya
kelainan campuran diantara nomor 1,2,3 dan 4. DM tipe 2 ini biasanya terjadi di
usia dewasa. Kebanyakan orang tidak menyadari telah menderita dibetes tipe 2,
walaupun keadaannya sudah menjadi sangat serius. Diabetes tipe 2 sudah menjadi
umum di Indonesia, dan angkanya terus bertambah akibat gaya hidup yang tidak
sehat, kegemukan dan malas berolahraga (Brunner & Suddart, 2016).

5. Komplikasi
Menurut (Laurentia, 2015) komplikasi yang timbul pada diabetus melitus adalah :
a. Penderita diabetes memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit jantung,
stroke, aterosklerosis, dan tekanan darah tinggi.
b. Kerusakan saraf atau neuropati. Kadar gula darah yang berlebihan dapat merusak
saraf dan pembuluh darah halus. Kondisi ini bisa menyebabkan munculnya
sensasi kesemutan atau perih yang biasa berawal dari ujung jari tangan dan kaki,
lalu menyebar ke bagian tubuh lain. Neuropati pada sistem pencernaan dapat
memicu mual, muntah, diare, atau konstipasi.
c. Kerusakan mata, salah satunya dibagian retina. Retinopati muncul saat terjadi
masalah pada pembuluh darah di retina yang dapat mengakibatkan kebutaan jika
dibiarkan. Glaukoma dan katarak juga termasuk komplikasi yang mungkin terjadi
pada penderita diabetes.
d. Gangren adalah rusak dan membusuknya jaringan, daerah yang terkena gangren
biasanya bagian ujung-ujung kaki atau tangan. Gangren kaki diabetik luka pada
kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi
dipembuluh darah sedang atau besar ditungkai, luka gangren merupakan salah
satu komplikasi kronik DM.

6. Penatalaksanaan Medis
a. Obat Hipoglikemik Oral
1) Golongaan Sulfonilurea / sulfonyl ureas Obat ini paling banyak digunakan dan
dapat dikombinasikan dengan obat golongan lain, yaitu biguanid inhibitor alfa
glukosidase atau insulin. Obat golongan ini mempunyai efek utama
meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel beta pankreas, karena itu menjadi
pilihan utama para penderita DM tipe 2 dengan berat badan berlebihan
2) Golongan Biguanad /metformin Obat ini mempunyai efek utama mengurangi
glukosa hati, memperbaiki pengambilan glukosa dari jaringan (glukosa
perifer) dianjurkan sebagai obat tinggal pada pasien kelebihan berat badan.
3) Golongan Inhibitor Alfa Glikosidase Mempunyai efek utama menghambat
penyerapan gula di saluran pencernaan sehingga dapat menurunkan kadar gula
sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa yang masih
normal.
b. Insulin
1) Indikasi insulin Pada DM tipe 1 yang Human Monocommponent Insulin (40
UI dan 100 UI/ml injeksi) yang beredar adalah actrapid Injeksi insulin dapat
diberikan kepada penderita DM tipe11 yang kehilangan berat badan secara
drastis. Yang tidak berhasil dengan penggunaan obat-obatan anti DM dengan
dosis maksimal atau mengalami kontra indikasi dengan obat-obatan tersebut.
Bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar asidosis laktat, stress berat karena
infeksi sistemik, pasien operasi berat , wanita hamil dengan gejala DM yang
tidak dapat dikontrol dengan pengendalian diet.
2) Jenis insulin
a) Insulin kerja cepat jenisnya adalah reguler insulin, cristalin zink, dan
semilente
b) Insulin kerja sedang Jenisnya adalah NPH (Netral Protamine Hagerdon)
c) Insulin kerja lambat Jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin)

7. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Wirnasari (2019) penatalaksanaan pasien diabetes mellitus dikenal 4 pilar
penting dalam mengontrol perjalanan penyakit dan komplikasi. Empat pilar tersebut
adalah edukasi, terapi nutrisi, aktifitas fisik dan farmakologi.
a. Edukasi
Edukasi yang diberikan adalah pemahaman tentang perjalanan penyakit,
pentingnya pengendalian penyakit, komplikasi yang timbul dan resikonya,
pentingnya intervensi obat dan pemantauan glukosa darah, cara mengatasi
hipoglikemia, perlunya latihan fisik yang teratur, dan cara mempergunakan
fasilitas kesehatan. Mendidik pasien bertujuan agar pasien dapat mengontrol gula
darah, mengurangi komplikasi dan meningkatkan kemampuan merawat diri
sendiri.
b. Terapi gizi
Perencanaan makan yang baik merupakan bagian penting dari penatalaksanaan
diabetes secara total. Diet seimbang akan mengurangi beban kerja insulin dengan
meniadakan pekerjaan insulin mengubah gula menjadi glikogen. Keberhasilan
terapi ini melibatkan dokter, perawat, ahli gizi, pasien itu sendiri dan keluarganya.
c. Intervensi gizi
Intervensi gizi yang bertujuan untuk menurunkan berat badan, perbaikan kadar
glukosa dan lemak darah pada pasien yang gemuk dengan Diabetes Mellitus tipe
II mempunyai resiko yang lebih besar dari pada mereka yang hanya kegemukan
metode sehat untuk mengendalikan berat badan, yaitu : makanlah lebih sedikit
kalori mengurangi makanan setiap 500 kalori setiap hari, akan menurunkan berat
badan satu pon satu pekan, atau lebih kurang 2 kg dalan sebulan.
d. Aktivitas fisik
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan
Diabetes Mellitus tipe II.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, usia (DM Tipe 1 usia < 30 tahun. DM Tipe 2 usia > 30 tahun,
cenderung meningkat pada usia > 65 tahun), kelompok etnik di Amerika
Serikat golongan Hispanik serta penduduk asli Amerika tertentu memiliki
kemungkinan yang lebih besar, jenis kelamin, status, agama, alamat, tanggal :
MRS, diagnosa masuk. Pendidikan dan pekerjaan, orang dengan pendapatan
tinggi cenderung mempunyai pola hidup dan pola makan yang salah.
Cenderung untuk mengkonsumsi makananyang banyak mengandung gula dan
lemak yang berlebihan. Penyakit ini biasanya banyak dialami oleh orang yang
pekerjaannya dengan aktifitas fisik yang sedikit.
b. Keluhan Utama
1) Kondisi Hiperglikemi
Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak BAK, dehidrasi, suhu
tubuh meningkat, sakit kepala.
2) Kondisi Hipoglikemi
Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit kepala,
susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di
daerah bibir, pelo, perubahan emosional, penurunan kesadaran.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Dominan muncul adalah sering kencing, sering lapar dan haus, berat badan
berlebih. Biasanya penderita belum tahu kalau itu penyakit DM, baru tahu
setelah memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.
d. Riwayat Penyakit Terdahulu
DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan penerimaan
insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat–obatan seperti glukokortikoid,
furosemid, thiazid, beta bloker, kontrasepsi yang mengandung estrogen,
hipertensi, dan obesitas.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Menurun menurut silsilah karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya
tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik.
f. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit.
Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai
penyakit tersebut mengganggu aktivitas pasien.
2) Pola aktivitas dan latihan
Kaji keluhan saat beraktivitas. Biasanya terjadi perubahan aktivitas
sehubungan dengan gangguan fungsi tubuh. Kemudian pada klien
ditemukan adanya masalah dalam bergerak, kram otot tonus otot menurun,
kelemahan dan keletihan.
3) Pola nutrisi dan metabolic
Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien (pagi, siang
dan malam). Kemudian tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah
ada mual muntah, pantangan atau alergi.
4) Pola eliminasi
Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristiknya.
Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi. Serta
tanyakan adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah
penggunaan alat bantu untuk miksi dan defekasi.
5) Pola istirahat dan tidur
Tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien. Dan bagaimana
perasaan klien setelah bangun tidur, apakah merasa segar atau tidak.
6) Pola kognitif persepsi
Kaji status mental klien, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan
klien dalam memahami sesuatu, tingkat ansietas klien berdasarkan
ekspresi wajah, nada bicara klien, dan identifikasi penyebab kecemasan
klien.
7) Pola sensori visual
Kaji penglihatan dan pendengaran klien.
8) Pola toleransi dan koping terhadap stress
Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS (financial atau
perawatan diri). Kemudian kaji keadaan emosi klien sehari – hari dan
bagaimana klien mengatasi kecemasannya (mekanisme koping klien).
Tanyakan pakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress atau klien
sering berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat, apakah pasien
merasakan kecemasan yang berlebihan dan tanyakan apakah sedang
mengalami stress yang berkepanjangan.
9) Persepsi diri/konsep diri
Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri,
apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya.
Kemudian tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa
cemas, depresi atau takut, apakah ada hal yang menjadi pikirannya.
10) Pola seksual dan reproduksi
Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya,
kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait dengan
menopause, apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam
pemenuhan kebutuhan seks.
11) Pola nilai dan keyakinan
Tanyakan agama klien dan apakah ada pantanganpantangan dalam
beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya.

2. Diagnosa
Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi klien dengan diabetus
mellitus dengan menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
dalam Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2017 (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017):
a. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (D.0027)
b. Perfusi perifer tidak efektif b.d hiperglikemia (D.0009)
c. Gangguan integritas kulit/ jaringan b.d nekrosis luka (D.0129)
d. Risiko infeksi b.d hiperglikemia (D.0142)

3. Intervensi Keperawatan
Berikut adalah uraian tujuan dan kriteria hasil untuk intervensi bagi klien dengan
diabetus mellitus dengan menggunakan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). (Tim Pokja SIKI DPP
PPNI, 2018; Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019) :
a. Management hiperglikemi
b. Perawatan sirkulasi
c. Perawatan luka
d. Pencegahan infeksi

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan
yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu
klien untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respons
yang ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan (Ali 2016).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa
jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari 51 tindakan. Penilaian proses
menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan dan evaluasi (Ali 2016). Evaluasi
merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu
masalah.
DAFTAR PUSTAKA

Ali. (2016). Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC.


Brunner & Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : Penerbit
Buku Kedoketran EGC
Brunner & Suddarth. (2015). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : Penerbit
Buku Kedoketran EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Wirnasari, A. Tumanggor. (2019). Hubungan Self Care dengan Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Melitus di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Skripsi. Program Studi
Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan.
World Health Organization. (2016). Global Report on Diabetes: Executive Summary
(No. WHO/NMH/NVI/16.3).

Anda mungkin juga menyukai