Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Semoga
shalawat serta salam selalu dilimpahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW
beserta sahabat dan keluarganya, serta pengikutnya hingga akhir zaman. Amin.

Alhamdulillah penulis telah berhasil menyelesaikan makalah Keperawatan tentang “


Memahami Nilai – nilai Etik Keerawatan”. Makalah ini disusun agar dapat menambah
informasi kepada para pembaca tentang memahami nilai – nilai etik keperawatan Penulis
menyampaikan terima kasih kepada Bapak ( Ady purmoto ) telah memberikan bimbingan dan
arahan dalam menyusun makalah ini.

Semoga makalah ini memberi wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan, namun penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
diperlukan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membutuhkan dan mendapat ridho
Allah. Amin.

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata pengantar ………………………………………………….…………………………… i
Daftar Isi ……………………………………………………….……………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN ………..………..………………….……………………….……. 1
BAB II ETIKA, MORAL ,DAN NILAI-NILAI DALAM KEPERAWATAN……….... 2
2.1 Etika …………………………………………………………………………………….. 2

2.1.1 Pengeritan Etika ……………………………………………………................ 2

2.1.2 Tipe-tipe Etika ………………………………………………………………... 3

2.1.3 Teori Etika ………………………………………………………………….… 4

2.1.4 Prinsip Etika ………………………………………………………………….. 4

2.2 Moral ………………………………………………………………………………….... 9

2.2.1 Pengertian Moral …………………………………………………………….. 9

2.2.2 Konsep Moral ………………………………………………………………... 9

2.3 Nilai – nilai ……………………………………..…………………………………….... 11

2.3.1 Pengertian Nilai …………………….……………………………………...... 11

2.3.2 Nilai Esensial dalam Profesi ……………………………………………….... 11

2.3.3 Pengembangan dan Transmisi …………………………………………….… 12

2.3.4 Klarifikasi Nilai-nilai …………………………………………………….…. 13

2.4 Kode Etik Keperawatan …………………………………………………………….… 14

2.4.1 Pengeritan …………………………………………………………………... 14

2.4.2 Fungsi ……………………………………………………………………..... 14

2.4.3 Kode Etik Keperawatan Indonesia ………………………………………..... 15

2.5 Perilaku Etik Nasional ……………………………………………………………….. 16

2.5.1 Pendekatan Berdasarkan Prinsip ………………………………………….... 17

2.5.2 Pendekatan Berdasarkan Asuhan …………………………………………... 18

2.6 Pelaksanaan Etik dan Moral dalam Pelayanan Klinis Keperawatan …………..... 19
BAB III PENUTUP …….…...…………………………………………………….……..... 21
ii
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………...………….……….. 21

3.2 Saran …………………………………………………………………...……….……… 21

Daftar Pustaka ……………………………………………….…………………….……... 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dalam segala bidang
serta meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengaruh pula terhadap meningkatnya
tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Hal
ini merupakan tantangan bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan profesionalisme
selama memberi pelayanan yang berkualitas. Kualitas pelayanan yang tinggi memerlukan
landasan komitmen yang kuat dengan basis pada etika dan moral yang tinggi.

Sikap etis profesional yang kokoh dari setiap perawat akan tercermin dalam setiap
langkahnya, termasuk penampilan diri serta keputusan yang diambil dalam merespon situasi
yang muncul. Oleh karena itu pemahaman yang mendalam tentang etika dan moral serta
penerapannya menjadi bagian yang sangat penting dan mendasar dalam memberikan asuhan
keperawatan dimana nilai-nilai pasien selalu menjadi pertimbangan dan dihormati.

1
BAB II

ETIKA, MORAL DAN NILAI-NILAI DALAM KEPERAWATAN

2.1 ETIKA
2.1.1 Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa yunani yaitu Ethos yang menurut Araskar dan David
(1978) berarti “kebiasaan”, “model perilaku”, atau standar yang diharapkan dan criteria
tertentu untuk suatu tindakan. Penggunaan istilah etika sekarang ini banyak diartikan
sebagai motif atau dorongan yang mempengaruhi perilaku.(Dra.Hj. Mimin Emi
Suhaemi.2002. 7).
Etika adalah kode prilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi
kelompok tertentu. Etika juga merupakan peraturan dan prinsip bagi perbuatan yang
benar. Etika berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang tidak baik dan dengan
kewajiban moral. Etika berhubungan dengan peraturan untuk perbuatan atau tidakan
yang mempunyai prinsip benar dan salah, serta prinsip moralitas karena etika
mempunyai tanggung jawab moral, menyimpang dari kode etik berarti tidak memiliki
prilaku yang baik dan tidak memiliki moral yang baik.
Etika bisa diartikan juga sebagai, yang berhubungan dengan pertimbangan
keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada undang-undang atau
peraturan yang menegaskan hal yang harus dilakukan. Etika berbagai profesi digariskan
dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan hak manusia ( yang memiliki sikap
menerima) dan kepercayaan dari profesi.
Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral kedalam
situasi nyata dan berfokus pada prinsip-prinsip dan konsep yang membimbing manusia
berpikir dan bertindak dalam kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai yang
dianutnya. Banyak pihak yang menggunakan istilah etik untuk mengambarkan etika
suatu profesi dalam hubungannya dengan kode etik profesional seperti Kode Etik PPNI.
Profesi menyusun kode etik berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi individu
yang dilayani. Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang
membina profesi tertentu baik secara nasional maupun internasional. Kode etik
menerapkan konsep etis karena profesi bertanggung jawab pada manusia dan menghargai
kepercayaan serta nilai individu.

2
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan istilah yang
digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa yang
seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain.

2.1.2 Tipe-Tipe Etik


  Bioetik
Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam
etik, menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetik difokuskan pada
pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi,
pengobatan, politik, hukum, dan theology.
Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etik pada moralitas
treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada
lingkup yang lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin
membantu atau bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan takut
dan nyeri, yang meliputi semua tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan
biologi. Isu dalam bioetik antara lain : peningkatan mutu genetik, etika lingkungan,
pemberian pelayanan kesehatan
Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang menyangkut
perawatan kesehatan modern, aplikasi teori etik dan prinsip etik terhadap masalah-
masalah pelayanan kesehatan
  Clinical Ethics/Etik Klinik
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada
masalah etik selama pemberian pelayanan pada klien. Contoh clinical ethics : adanya
persetujuan atau penolakan, dan bagaimana seseorang sebaiknya merespon permintaan
medis yang kurang bermanfaat (sia-sia).
  Nursing Ethics/Etik Perawatan
Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan
dikembangkan dalam tindakan keperawatan serta dianalisis untuk mendapatkan
keputusan etik.

3
2.1.3 Teori Etik
  Utilitarian
Utilitarian berasal dari bahasa latin yaitu utilis yang berarti “bermanfaat”.
Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu
harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai
keseluruhan. Dalam rangka pemikiran utilitarianisme, kriteria untuk menentukan baik
buruknya suatu perbuatan adalah “the greatest happiness of the greatest number”,
kebahagiaan terbesar dari jumlah orang yang terbesar.
Kebenaran atau kesalahan dari tindakan tergantung dari konsekwensi atau akibat
tindakan Contoh : Mempertahankan kehamilan yang beresiko tinggi dapat menyebabkan
hal yang tidak menyenangkan, nyeri atau penderitaan pada semua hal yang terlibat, tetapi
pada dasarnya hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayinya.
  Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata deon yang  berasal dari Yunani yang
artinya kewajiban. Sudah jelas kelihatan bahwa teori deontologi menekankan pada
pelaksanaan kewajiban. Suatu perbuatan akan baik jika didasari atas pelaksanaan
kewajiban, jadi selama melakukan kewajiban berarti sudah melakukan kebaikan.
Deontologi tidak terpasak pada konsekuensi perbuatan, dengan kata lain deontologi
melaksanakan terlebih dahulu tanpa memikirkan akibatnya. Berbeda dengan utilitarisme
yang mempertimbangkan hasilnya lalu dilakukan perbuatannya.

Pendekatan deontologi berarti juga aturan atau prinsip. Prinsip-prinsip tersebut antara
lain autonomy, informed consent, alokasi sumber-sumber, dan euthanasia.

2.1.4 Prinsip-Prinsip Etik


  Otonomi (Autonomy)
Autonomy berarti mengatur dirinya sendiri, prinsip moral ini sebagai dasar
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dengan cara menghargai pasien, bahwa
pasien adalah seorang yang mampu menentukan sesuatu bagi dirinya. Perawat harus
melibatkan pasien dalam membuat keputusan tentang asuhan keperawatan yang
diberikan pada pasien.
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis
dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang

4
harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap
seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara
rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai
hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
Aplikasi prinsip moral otonomi dalam asuhan keperawatan ini contohnya adalah
seorang perawat apabila akan menyuntik harus memberitahu untuk apa obat tersebut,
prinsip otonomi ini dilanggar ketika seorang perawat tidak menjelaskan suatu tindakan
keperawatan yang akan dilakukannya, tidak menawarkan pilihan misalnya
memungkinkan suntikan atau injeksi bisa dilakukan di pantat kanan atau kiri dan
sebagainya. Perawat dalam hal ini telah bertindak sewenang-wenang pada orang yang
lemah.
  Berbuat Baik (Beneficience)
Prinsip beneficience ini oleh Chiun dan Jacobs (1997) didefinisikan dengan kata
lain doing good yaitu melakukan yang terbaik . Beneficience adalah melakukan yang
terbaik dan tidak merugikan orang lain , tidak membahayakan pasien . Apabila
membahayakan, tetapi menurut pasien hal itu yang terbaik maka perawat harus
menghargai keputusan pasien tersebut, sehingga keputusan yang diambil perawatpun
yang terbaik bagi pasien dan keluarga. Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu
yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang
lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini
dengan otonomi.
Beberapa contoh prinsip tersebut dalam aplikasi praktik keperawatan adalah,
seorang pasien mengalami perdarahan setelah melahirkan, menurut program terapi
pasien tersebut harus diberikan tranfusi darah, tetapi pasien mempunyai kepercayaan
bahwa pemberian tranfusi bertentangan dengan keyakinanya, dengan demikian perawat
mengambil tindakan yang terbaik dalam rangka penerapan prinsip moral ini yaitu tidak
memberikan tranfusi setelah pasien memberikan pernyataan tertulis tentang penolakanya.
Perawat tidak memberikan tranfusi, padahal hal tersebut membahayakan pasien, dalam
hal ini perawat berusaha berbuat yang terbaik dan menghargai pasien.
  Keadilan (Justice)
Setiap individu harus mendapatkan tindakan yang sama, merupakan prinsip dari
justice (Perry and Potter, 1998 ; 326). Justice adalah keadilan, prinsip justice ini adalah

5
dasar dari tindakan keperawatan bagi seorang perawat untuk berlaku adil pada setiap
pasien, artinya setiap pasien berhak mendapatkan tindakan yang sama. Prinsip keadilan
dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung
prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek
profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar
praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
Tindakan yang sama tidak selalu identik, maksudnya setiap pasien diberikan
konstribusi yang relatif sama untuk kebaikan kehidupannya. Prinsip Justice dilihat dari
alokasi sumber-sumber yang tersedia, tidak berarti harus sama dalam jumlah dan jenis,
tetapi dapat diartikan bahwa setiap individu mempunyai kesempatan yang sama dalam
mendapatkannya sesuai dengan kebutuhan pasien. (Sitorus, 2000).
Sebagai contoh dari penerapan tindakan justice ini adalah dalam keperawatan di
ruang penyakit bedah, sebelum operasi pasien harus mendapatkan penjelasan tentang
persiapan pembedahan baik pasien di ruang VIP maupun kelas III, apabila perawat hanya
memberikan kesempatan salah satunya maka melanggar prinsip justice ini.
  Tidak Merugikan (Nonmaleficience) atau avoid killing
Prinsip avoiding killing menekankan perawat untuk menghargai kehidupan
manusia (pasien), tidak membunuh atau mengakhiri kehidupan. Thomhson ( 2000 : 113)
menjelasakan tentang masalah avoiding killing sama dengan Euthanasia yang kata lainya
tindak menentukan hidup atau mati yaitu istilah yang digunakan pada dua kondisi yaitu
hidup dengan baik atau meninggal.
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
klien. kewajiban perawat untuk tidak dengan sengaja menimbulkan kerugian atau cidera.
Prinsip : Jangan membunuh, menghilangkan nyawa orang lain, jangan menyebabkab
nyeri atau penderitaan pada orang lain, jangan membuat orang lain berdaya dan melukai
perasaaan orang lain.
Ketika menghadapi pasien dengan kondisi gawat maka seorang perawat harus
mempertahankan kehidupan pasien dengan berbagai cara. Tetapi menurut Chiun dan
Jacobs (1997 : 40) perawat harus menerapkan etika atau prinsip moral terhadap pasien
pada kondisi tertentu misalnya pada pasien koma yang lama yaitu prinsip avoiding
killing, Pasien dan keluarga mempunyai hak-hak menentukan hidup atau mati. Sehingga
perawat dalam mengambil keputusan masalah etik ini harus melihat prinsip moral yang
lain yaitu beneficience, nonmaleficience dan otonomy yaitu melakukan yang terbaik,
tidak membahayakan dan menghargai pilihan pasien serta keluarga untuk hidup atau

6
mati. Mati disini bukan berarti membunuh pasien tetapi menghentikan perawatan dan
pengobatan dengan melihat kondisi pasien dengan pertimbangan beberapa prinsip moral
diatas.
  Kejujuran (Veracity)
Veracity menurut Chiun dan Jacobs (1997) sama dengan truth telling yaitu
berkata benar atau mengatakan yang sebenarnya. Veracity merupakan suatu kuajiban
untuk mengatakan yang sebenarnya atau untuk tidak membohongi orang lain atau pasien
(Sitorus, 2000).
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan
untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi
akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan
materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun
demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran
seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya
hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi,
mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya.
Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
Perawat dalam bekerja selalu berkomunikasi dengan pasien, kadang pasien
menanyakan berbagai hal tentang penyakitnya, tentang hasil pemeriksaan laboratorium,
hasil pemeriksaan fisik seperti, “berapa tekanan darah saya suster?”, bagaimana hasil
laboratorium saya suster?’ dan sebagainya. Hal-hal seperti itu harusnya dijawab perawat
dengan bener sebab berkata benar atau jujur adalah pangkal tolak dari terbinanya
hubungan saling percaya antar individu dimanapun berada.
Namun demikian untuk menjawab pertanyaan secara jujur diatas perlu juga
dipikirkan apakah jawaban perawat membahayakan pasien atau tidak, apabila
memungkinkan maka harus dijawab dengan jawaban yang jelas dan benar, misalnya
pasien menanyakan hasil pemeriksaan tekanan darah maka harus dijawab misalnya,
120/80 mmHg, hasil laboratorium Hb 13 Mg% dan sebagainya.
Prinsip ini dilanggar ketika kondisi pasien memungkinkan untuk menerima
jawaban yang sebenarnya tetapi perawat menjawab tidak benar misalnya dengan jawaban

7
; hasil ukur tekanan darahnya baik, laboratoriumnya baik, kondisi bapak atau ibu baik-
baik saja, padahal nilai hasil ukur tersebut baik buruknya relatif bagi pasien.
  Menepati Janji (Fidelity)
Sebuah profesi mempunyai sumpah dan janji, saat seorang menjadi perawat
berarti siap memikul sumpah dan janji. Hudak dan Gallo (1997 : 108), menjelaskan
bahwa membuat suatu janji atau sumpah merupakan prinsip dari fidelity atau kesetiaan.
Dengan demikian fidelity bisa diartikan dengan setia pada sumpah dan janji. Chiun dan
Jacobs (1997 : 40) menuliskan tentang fidelity sama dengan keeping promises, yaitu
perawat selama bekerja mempunyai niat yang baik untuk memegang sumpah dan setia
pada janji.
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan
perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat
adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan
meminimalkan penderitaan.
Prinsip fidelity menjelaskan kewajiban perawat untuk tetap setia pada
komitmennya, yaitu kewajiban memperatankan hubungan saling percaya antara perawat
dan pasien yang meliputi menepati janji dan menyimpan rahasia serta caring (Sitorus,
2000 : 3). Prinsip fidelity ini dilanggar ketika seorang perawat tidak bisa menyimpan
rahasia pasien kecuali dibutuhkan, misalnya sebagai bukti di pengadilan, dibutuhkan
untuk menegakan kebenaran seperti penyidikan dan sebagainya.
Penerapan prinsip fidelity dalam praktik keperawatan misalnya, seorang perawat
tidak menceritakan penyakit pasien pada orang yang tidak berkepentingan, atau media
lain baik diagnosa medisnya (Carsinoma, Diabetes Militus) maupun diagnosa
keperawatanya (Gangguan pertukaran gas, Defisit nutrisi). Selain contoh tersebut yang
merupakan rahasia pasien adalah pemeriksaan hasil laboratorium, kondisi ketika mau
meninggal dan sebagainya.
  Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya
boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh
informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi

8
tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang
klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.

  Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional
dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

2.2 MORAL
2.2.1 Pengertian Moral

Secara umum, etika dan moral adalah sama, tetapi etik memiliki terminologi
yang sedikit berbeda dengan moral. Bila istilah etik mengarahkan terminologinya untuk
penyelidikan filosofis atau kajian tentang masalah atau dilema tertentu, sedangkan moral
biasanya merujuk pada standar personal tentang benar atau salah. Hal ini sangat penting
untuk mengenal antara etika dalam agama, hukum, adat dan praktek professional. Moral
mendeskripsikan perilaku aktual, kebiasaan dan kepercayaan sekelompok orang atau
kelompok tertentu. Sedangkan etik digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau
cara hidup, sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang
mempengaruhi perilaku profesional. Cara hidup moral perawat telah dideskripsikan
sebagai etik perawatan. Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standard
dan prinsip-prinsip yang menjadi panutan dalam berperilaku serta membuat keputusan
untuk melindungi hak-hak manusia.

2.2.2 Konsep moral dalam praktik keperawatan


Praktik keperawatan, termasuk etika keperawatan, mempunyai berbagai dasar
penting seperti advokasi, akuntabilitas, loyalitas, kepedulian, rasa haru dan menghormati
martabat manusia. Tetapi yang lazim di gunakan dan menjadi bahan kajian di praktik
keperawatan adalah : advokasi, akuntabilitas, dan loyalitas.
         Advokasi
Advokasi menurut ANA (1985) “melindungi klien atau masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan
melanggar etika yang dilakukan oleh siapapun”. Pada dasarnya peran perawat dalam
advokasi adalah; “memberi informasi dan member bantuan” kepada pasien atas
keputusan apapun yang dibuat pasien. Member informasi bererti menyediakan

9
penjelasan atau informasi sesuai yang dibutuhkan pasien. Memberikan bantuan
mempunyai dua peran yaitu:
a. Peran aksi : perawat memberikan keyakinan kepada pasien bahwa mereka
mempunyai hak dan tanggungjawab dalam menentukan pilihan atau
keputusan sendiri dan tidak tertekan dengan pengaruh orang lain.
b. Peran non aksi : pihak advokad seharusnya menahan diri untuk tidak
mempengaruhi keputusan pasien (Kohnke, 1982; lih Megan, 1991)
         Akuntabilitas
Yaitu dapat mempertanggungjawabkan suatu tindakan yang dilakukan dan dapat
menerima konsekwenasi dari tindakan tersebut (Kozier, Erb, (1991). Menurut Fry (1990)
akuntabilitas mempunyai dua komponen yaitu tanggung jawab dan tanggung gugat. Ini
berarti bahwa tindakan yang dilakukan perawat dilihat dari praktik keperawatan, kode
etik dan undang-undang dapat dibenarkan atau absah. Akuntabilitas juga dapat
dipandang dalam sistim hirarki dari tingkat Individu, institusi/professional dan tingkat
social.
a. Individu direflesikan dalam proses pembuatan keputusan etika perawat,
kompetensi dan integritas.
b. Institusi direfleksikan dalam pernyataan falsafah dan tujuan bidang
keperawatan atau audit keperawatan.
c. Professional direfleksikan dalam standar praktik keperawatan.
d. Social direfleksikan dalam undang-undang yang mengatur praktik
keperawatan
         Loyalitas
Loyalitas merupakan suatu konsep dari berbagai segi yaitu simpati, peduli, dan
hubungan timbal balik terhadap pihak yang secara professional berhubungan dengan
perawat. Hubungan professional dipertahankan dengan cara menyusun tujuan bersama,
menepati janji, menentukan masalah dan prioritas, serta mengupayakan pencapaian
keputusan bersama (Jameto, 1984; Fry, 1991; lih Creasia, 1991).
Loyalitas merupakan elemen pembentuk kombinasi manusia yang
mempertahankan dan memperkuat anggota masyarakat keperawatan dalam mencapai
tujuan. Loyalitas juga dapat mengancam asuhan keperawatan bila terjadi konflik antara
teman sejawat. Argument dari Creasia 1991 untuk memepertahankan loyalitas adalah :

10
a. Masalah pasien tidak boleh didiskusikan dengan pasien lain dan perawat harus
bijaksana bila informasi dari pasien harus di diskusikan secara professional
b. Perawat harus menghindari pembicaraan yang tidak bermanfaat (celotehan)
dan berbagai persoalan, yang berkaitan dengan pasien, rumah sakit atau
pekerja rumah sakit, harus didiskusikan dengan umum (terbuka dengan
masyarakat)
c. Perawat harus menghargai dan memberikan bantuan kepada teman sejawat
d. Pandangan masyarakat terhadap profesi keperawatan ditentukan oleh kelakuan
anggota profesi (perawat).

2.3 NILAI-NILAI
2.3.1 Pengertian Nilai

Nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap


suatu standar atau pegangan yang mengarah pada sikap/perilaku seseorang. Nilai
menggambarkan cita-cita dan harapan- harapan ideal dalam praktik keperawatan. Sistem
nilai dalam suatu organisasi adalah rentang nilai-nilai yang dianggap penting dan sering
diartikan sebagai perilaku personal

2.3.2 Nilai-Nilai Esensial Dalam Profesi


Pada tahun 1985, “The American Association Colleges of Nursing”
melaksanakan suatu proyek termasuk didalamnya mengidentifikasi nilai-nilai esensial
dalam praktek keperawatan profesional. Perkumpulan ini mengidentifikasikan 7 nilai-
nilai esensial dalam kehidupan profesional, yaitu:
1.      Aesthetics (keindahan): Kualitas obyek suatu peristiwa atau kejadian,
seseorang memberikan kepuasan termasuk penghargaan, kreatifitas, imajinasi,
sensitifitas dan kepedulian. Estetika secara sederhana adalah ilmu yang
membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa
merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang
mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap
sentimen dan rasa. Keperawatan sebagai salah satu konsep ilmu pelayanan jasa
diharapkan mempunyai standar estetika dalam pelayanannya. Konsep nilai estetika
mungkin berada dalam ranah aktualisasi diri dalam penerapannya. (Moslow). jadi dengan
kata lain, untuk menerapkan konsep estetika dalam keperawatan, dibutuhkan seseorang

11
yang sudah mempunyai pemikiran dan kualitas sebagai orang yang sudah dalam tahapan
aktualisasi diri.
2.      Altruism (mengutamakan orang lain): Kesediaan memperhatikan
kesejahteraan orang lain termasuk keperawatan, komitmen, arahan, kedermawanan atau
kemurahan hati serta ketekunan.
3.      Equality (kesetaraan) : Memiliki hak atau status yang sama termasuk
penerimaan dengan sikap asertif, kejujuran, harga diri dan toleransi .
4.      Freedom (Kebebasan ) : memiliki kapasitas untuk memilih kegiatan termasuk
percaya diri, harapan, disiplin serta kebebasan dalam pengarahan diri sendiri.
5.      Human dignity (Martabat manusia) : Berhubungan dengan penghargaan yang
lekat terhadap martabat manusia sebagai individu termasuk didalamnya kemanusiaan,
kebaikan, pertimbangan dan penghargaan penuh terhadap kepercayaan.
6.      Justice (Keadilan) : Menjunjung tinggi moral dan prinsip-prinsip legal
termasuk objektifitas, moralitas, integritas, dorongan dan keadilan serta kewajaran.
7.      Truth (Kebenaran) : Menerima kenyataan dan realita, termasuk akontabilitas,
kejujuran, keunikan dan reflektifitas yang rasional.

2.3.3 Pengembangan Dan Transmisi Nilai-Nilai

Individu tidak lahir dengan membawa nilai-nilai (values). Nilai-nilai ini diperoleh
dan berkembang melalui informasi, lingkungan keluarga, serta budaya sepanjang
perjalanan hidupnya. Mereka belajar dari keseharian dan menentukan tentang nilai-nilai
mana yang benar dan mana yang salah. Untuk memahami perbedaan nilai-nilai
kehidupan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi dimana mereka tumbuh dan
berkembang. Nilai-nilai tersebut diambil dengan berbagai cara antara lain:

1.      Model atau contoh, dimana individu belajar tentang nilai-nilai yang baik atau
buruk melalui observasi perilaku keluarga, sahabat, teman sejawat dan masyarakat
lingkungannya dimana dia bergaul
2.      Moralitas diperoleh dari keluarga, ajaran agama, sekolah, dan institusi
tempatnya bekerja dan memberikan ruang dan waktu atau kesempatan kepada individu
untuk mempertimbangkan nilai-nilai yang berbeda
3.      Sesuka hati adalah proses dimana adaptasi nilai-nilai ini kurang terarah dan
sangat tergantung kepada nilai-nilai yang ada di dalam diri seseorang dan memilih serta
mengembangkan sistem nilai-nilai tersebut menurut kemauan mereka sendiri. Hal ini

12
lebih sering disebabkan karena kurangnya pendekatan, atau tidak adanya bimbingan atau
pembinaan sehingga dapat menimbulkan kebingungan, dan konflik internal bagi individu
tersebut
4.      Penghargaan dan Sanksi; Perlakuan yang biasa diterima seperti: mendapatkan
penghargaan bila menunjukkan perilaku yang baik, dan sebaliknya akan mendapat sanksi
atau hukuman bila menunjukkan perilaku yang tidak baik
5.      Tanggung jawab untuk memilih; adanya dorongan internal untuk menggali
nilai-nilai tertentu dan mempertimbangkan konsekuensinya untuk diadaptasi. Disamping
itu, adanya dukungan dan bimbingan dari seseorang yang akan menyempurnakan
perkembangan sistem nilai dirinya sendiri.

2.3.4 Klarifikasi Nilai-Nilai (Values)

Klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu proses dimana seseorang dapat mengerti


sistem nilai-nilai yang melekat pada dirinya sendiri. Hal ini merupakan proses yang
memungkinkan seseorang menemukan sistem perilakunya sendiri melalui perasaan dan
analisis yang dipilihnya dan muncul alternatif-alternatif, apakah pilihan–pilihan ini yang
sudah dianalisis secara rasional atau merupakan hasil dari suatu kondisi sebelumnya
(Steele&Harmon, 1983). Klarifikasi nilai-nilai mempunyai manfaat yang sangat besar
didalam aplikasi keperawatan dan kebidanan. Ada tiga fase dalam klarifikasi nilai-nilai
individu yang perlu dipahami oleh perawat dan bidan.

  Pilihan:
1)      Kebebasan memilih kepercayaan serta menghargai keunikan bagi setiap
individu
2)      Perbedaan dalam kenyataan hidup selalu ada perbedaan-perbedaan, asuhan
yang diberikan bukan hanya karena martabat seseorang tetapi hendaknya perlakuan yang
diberikan mempertimbangkan sebagaimana kita ingin diperlakukan.
3)      Keyakinan bahwa penghormatan terhadap martabat seseorang akan
merupakan konsekuensi terbaik bagi semua masyarakat.

  Penghargaan:
1)      Merasa bangga dan bahagia dengan pilihannya sendiri (anda akan merasa
senang bila mengetahui bahwa asuhan yang anda berikan dihargai pasen atau klien serta

13
sejawat) atau supervisor memberikan pujian atas keterampilan hubungan interpersonal
yang dilakukan
2)      Dapat mempertahankan nilai-nilai tersebut bila ada seseorang yang tidak
bersedia memperhatikan martabat manusia sebagaimana mestinya.
  Tindakan:
1)      nilai-nilai tersebut kedalam kehidupan atau pekerjaan sehari-hari
2)      Upayakan selalu konsisten untuk menghargai martabat manusia dalam
kehidupan pribadi dan profesional, sehingga timbul rasa sensitif atas tindakan yang
dilakukan. Semakin disadari nilai-nilai profesional maka semakin timbul nilai-nilai moral
yang dilakukan serta selalu konsisten untuk mempertahankannya. Bila dibicarakan
dengan sejawat atau pasen dan ternyata tidak sejalan, maka seseorang merasa terjadi
sesuatu yang kontradiktif dengan prinsip-prinsip yang dianutnya yaitu; penghargaan
terhadap martabat manusia yang tidak terakomodasi dan sangat mungkin kita tidak lagi
merasa nyaman. Oleh karena itu, klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu proses dimana
kita perlu meningkatkan serta konsisten bahwa keputusan yang diambil secara khusus
dalam kehidupan ini untuk menghormati martabat manusia. Hal ini merupakan nilai-nilai
positif yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari dan dalam masyarakat luas.

2.4 KODE ETIK KEPERAWATAN INDONESIA


2.4.1 Pengertian
Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai
pedoman perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Aturan yang
berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat
adalah kode etik perawat nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang
teguh terhadap kode etik sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan.

2.4.2 Fungsi Kode Etik Perawat

Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan bagi status
profesional dengan cara sebagai berikut:
1.      Kode etik perawat menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat
diharuskan memahami dan menerima kepercayaan dan tanggungjawab yang diberikan
kepada perawat oleh masyarakat.

14
2.      Kode etik menjadi pedoman bagi perawat untuk berperilaku dan menjalin
hubungan keprofesian sebagai landasan dalam penerapan praktek etikal.
3.      Kode etik perawat menetapkan hubungan-hubungan profesional yang harus
dipatuhi yaitu hubungan perawat dengan pasien/klien sebagai advokator, perawat dengan
tenaga profesional kesehatan lain sebagai teman sejawat, dengan profesi keperawatan
sebagai seorang kontributor dan dengan masyarakat sebagai perwakilan dari asuhan
kesehatan.
4.      Kode etik perawat memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi.

2.4.3 Kode etik keperawatan Indonesia :


  Perawat dan Klien
1)      Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan
martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan,
kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta
kedudukan sosial.
2)      Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan
hidup beragama klien.
3)      Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan
asuhan keperawatan.
4)      Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang dikehendaki sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
  Perawat dan praktek
1)      Perawat memlihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan
melalui belajar terus-menerus.
2)      Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi
disertai kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan serta ketrampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
3)      Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat
dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan
konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain.
4)      Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan
selalu menunjukkan perilaku profesional.

15
  Perawat dan masyarakat
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai
dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan
masyarakat.
  Perawat dan teman sejawat
1)      Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat
maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana
lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara
keseluruhan.
2)      Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.
  Perawat dan Profesi
1)      Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan
pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan
keperawatan.
2)      Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi
keperawatan.
3)      Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan
memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang
bermutu tinggi.

2.5 PERILAKU ETIK PROFESIONAL

Perawat memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan yang


berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis dalam praktek asuhan profesional.
Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai dari pendidikan perawat, dan berlanjut pada
diskusi formal maupun informal dengan sejawat atau teman. Perilaku yang etis mencapai
puncaknya bila perawat mencoba dan mencontoh perilaku pengambilan keputusan yang
etis untuk membantu memecahkan masalah etika.
Kadang-kadang perawat dihadapkan pada situasi yang memerlukan keputusan
untuk mengambil tindakan. Perawat memberi asuhan kepada klien, keluarga dan
masyarakat; menerima tanggung jawab untuk membuat keadaan lingkungan fisik, sosia
dan spiritual yang memungkinkan untuk penyembuhan dan menekankan pencegahan
penyakit; serta meningkatkan kesehatan dengan penyuluhan kesehatan.

16
Pelayanan profesional berdasarkan pada kebutuhan manusia, yang tidak
membedakan kebangsaan, warna kulit, politik, status sosial dan lain-lain. Keperawatan
adalah pelayanan vital terhadap manusia yang menggunakan manusia juga, yaitu
perawat. Pelayanan ini berdasarkan kepercayaan bahwa perawat akan berbuat hal yang
benar, hal yang diperlukan, dan hal yang menguntungkan pasien dan kesehatannya. Oleh
karena manusia dalam interaksi bertingkah laku berbeda-beda maka diperlukan pedoman
untuk mengarahkan bagaimana harus bertindak.
Dalam hal ini, perawat seringkali menggunakan dua pendekatan: yaitu
pendekatan berdasarkan prinsip dan pendekatan berdasarkan asuhan keperawatan.

2.5.1 Pendekatan Berdasarkan Prinsip


Pendekatan berdasarkan prinsip, sering dilakukan dalam bioetika untuk
menawarkan bimbingan untuk tindakan khusus. Beauchamp Childress (1994)
menyatakan empat pendekatan prinsip dalam etika biomedik antara lain;
a.       Sebaiknya mengarah langsung untuk bertindak sebagai penghargaan terhadap
kapasitas otonomi setiap orang
b.      Menghindarkan berbuat suatu kesalahan
c.       Bersedia dengan murah hati memberikan sesuatu yang bermanfaat dengan
segala konsekuensinya
d.      Keadilan menjelaskan tentang manfaat dan resiko yang dihadapi.
Dilema etik muncul ketika ketaatan terhadap prinsip menimbulkan penyebab konflik
dalam bertindak. Contoh; seorang ibu yang memerlukan biaya untuk pengobatan
progresif bagi bayinya yang lahir tanpa otak dan secara medis dinyatakan tidak akan
pernah menikmati kehidupan bahagia yang paling sederhana sekalipun. Di sini terlihat
adanya kebutuhan untuk tetap menghargai otonomi si ibu akan pilihan pengobatan
bayinya, tetapi dilain pihak masyarakat berpendapat akan lebih adil bila pengobatan
diberikan kepada bayi yang masih memungkinkan mempunyai harapan hidup yang
besar. Hal ini tentu sangat mengecewakan karena tidak ada satu metoda pun yang mudah
dan aman untuk menetapkan prinsip-prinsip mana yang lebih penting, bila terjadi konflik
diantara kedua prinsip yang berlawanan. Umumnya, pendekatan berdasarkan prinsip
dalam bioetik, hasilnya terkadang lebih membingungkan. Hal ini dapat mengurangi
perhatian perawat terhadap sesuatu yang penting dalam etika.

17
2.5.2 Pendekatan Berdasarkan Asuhan
Ketidakpuasan yang timbul dalam pendekatan berdasarkan prinsip dalam bioetik
mengarahkan banyak perawat untuk memandang “care” atau asuhan sebagai fondasi dan
kewajiban moral. Hubungan perawat dengan pasien merupakan pusat pendekatan
berdasarkan asuhan, dimana memberikan langsung perhatian khusus kepada pasien,
sebagaimana dilakukan sepanjang kehidupannya sebagai perawat. Perspektif asuhan
memberikan arah dengan cara bagaimana perawat dapat membagi waktu untuk dapat
duduk bersama dengan pasien atau sejawat, merupakan suatu kewajaran yang dapat
membahagiakan bila diterapkan berdasarkan etika. Karakteristik perspektif dari asuhan
meliputi :
a.       Berpusat pada hubungan interpersonal dalam asuhan.
b.      Meningkatkan penghormatan dan penghargaan terhadap martabat klien atau
pasien sebagai manusia.
c.       Mau mendengarkan dan mengolah saran-saran dari orang lain sebagai dasar
yang mengarah pada tanggung-jawab professional.
d.      Mengingat kembali arti tanggung-jawab moral yang meliputi kebajikan
seperti: kebaikan, kepedulian, empati, perasaan kasih-sayang, dan menerima kenyataan.
(Taylor,1993).

Asuhan juga memiliki tradisi memberikan komitmen utamanya terhadap pasien


dan belakangan ini mengklaim bahwa advokasi terhadap pasien merupakan salah satu
peran yang sudah dilegimitasi sebagai peran dalam memberikan asuhan keperawatan.
Advokasi adalah memberikan saran dalam upaya melindungi dan mendukung hak-hak
pasien. Hal tersebut merupakan suatu kewajiban moral bagi perawat, dalam menemukan
kepastian tentang dua sistem pendekatan etika yang dilakukan yaitu pendekatan
berdasarkan prinsip dan asuhan. Perawat yang memiliki komitmen tinggi dalam
mempraktekkan keperawatan profesional dan tradisi tersebut perlu mengingat hal-hal
sebagai berikut:

1.      Pastikan bahwa loyalitas staf atau kolega agar tetap memegang teguh
komitmen utamanya terhadap pasien.
2.      berikan prioritas utama terhadap pasien dan masyarakat pada umumnya.

18
Kepedulian mengevaluasi terhadap kemungkinan adanya klaim otonomi dalam
kesembuhan pasien. Bila menghargai otonomi, perawat harus memberikan informasi
yang akurat, menghormati dan mendukung hak pasien dalam mengambil keputusan.

2.6 PELAKSANAAN ETIK DAN MORAL DALAM PELAYANAN KLINIS


KEPERAWATAN

Aplikasi dalam praktek klinis bagi perawat diperlukan untuk menempatkan nilai-
nilai dan perilaku kesehatan pada posisinya. Perawat bisa menjadi sangat frustrasi bila
membimbing atau memberikan konsultasi kepada pasien yang mempunyai nilai-nilai dan
perilaku kesehatan yang sangat rendah. Hal ini disebabkan karena pasien kurang
memperhatikan status kesehatannya. Pertama-tama yang dilakukan oleh perawat adalah
berusaha membantu pasien untuk mengidentifikasi nilai-nilai dasar kehidupannya
sendiri.

Sebagai ilustrasi dapat dicontohkan kasus sebagai berikut: Seorang pengusaha


yang sangat sukses dan mempunyai akses di luar dan dalam negeri sehingga dia menjadi
sibuk sekali dalam mengelola usahanya. Akibat kesibukannya dia sering lupa makan
sehingga terjadi perdarahan lambung yang menyebabkan dia perlu dirawat di rumah
sakit. Selain itu dia juga perokok berat sebelumnya. Ketika kondisinya telah mulai pulih
perawat berusaha mengadakan pendekatan untuk mempersiapkannya untuk pulang.
Namun perawat menjadi kecewa, karena pembicaraan akhirnya mengarah pada
keberhasilan serta kesuksesannya dalam bisnis. Kendati demikian upaya tersebut harus
selalu dilakukan dan kali ini perawat menyusun list pertanyaan dan mengajukannya
kepada pasen tersebut. Pertanyaannya, “Apakah tiga hal yang paling penting dalam
kehidupan bapak dari daftar dibawah ini ?” Pasien diminta untuk memilih atas
pertanyaan berikut:

1.      Bersenang-senang dalam kesendirian (berpikir, mendengarkan musik atau


membaca).
2.      Meluangkan waktu bersama keluarga.
3.      Melakukan aktifitas seperti: mendaki gunung, main bola atau berenang.
4.      Menonton televisi.
5.      Membantu dengan sukarela untuk kepentingan orang lain.
6.      Menggunakan waktunya untuk bekerja.
Langkah berikutnya adalah mengajaknya untuk mendiskusikan prioritas yang dibuat

19
berdasarkan nilai-nilai yang dianutnya, dengan mengikuti klarifikasi nilai-nilai sebagai
berikut:
o   Memilih: Setelah menggali aspek-aspek berdampak terhadap kesehatan pasien,
misalnya stress yang berkepanjangan dapat mengganggu kesehatan dan mengganggu
aktifitasnya, maka sarankan kepadanya memilih secara bebas nilai-nilai kunci yang
dianutnya. Bila dia memilih masalah kesehatannya, maka hal ini menunjukkan tanda
positif.
o   Penghargaan: Berikan dukungan untuk memperkuat keinginan pasen dan
promosikan nilai-nilai tersebut dan bila memungkinkan dapatkan dukungan dari
keluarganya. Contoh: istri dan anak anda pasti akan merasa senang bila anda
memutuskan untuk berhenti merokok serta mengurangi kegiatan bisnis anda, karena dia
sangat menghargai kesehatan anda.
o   Tindakan: Berikan bantuan kepada pasien untuk merencanakan kebiasaan baru
yang konsisten setelah memahami nilai-nilai pilihannya. Minta kepada pasen untuk
memikirkan suatu cara bagaimana nilai tersebut dapat masuk dalam kehidupan sehari-
hari. Kata-kata yang perlu diucapkan perawat/bidan kepada pasennya: “Bila anda pulang,
anda akan menemukan cara kehidupan yang berbeda, dan anda menyatakan ingin mulai
menggunakan waktu demi kesehatan anda”.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dalam upaya mendorong profesi keperawatan agar dapat diterima dan dihargai oleh
pasien, masyarakat atau profesi lain, maka kita harus memanfaatkan nilai-nilai dalam
menerapkan etika dan moral disertai komitmen yang kuat dalam mengemban peran
profesionalnya. Dengan demikian perawat yang menerima tanggung jawab, dapat
melaksanakan asuhan keperawatan secara etis profesional. Sikap etis profesional berarti
bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi
jaminan bagi keselamatan pasien, penghormatan terhadap hak-hak pasien, akan berdampak
terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan.

3.2 SARAN
Sebagai seorang calon perawat, hendaknya dapat memahami konsep dari etika
keperawatan agar dapat mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari pelaksanaan
praktik keperawatan nantinya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, E, dkk. 2010. Etika Keperawatan. Jakarta: TIM

Nisya, R. 2013. Prinsip-prinsip Dasar Keperawatan. Jakarta: Dunia Cerdas

Suhaemi, M. 2010. Etika Keperawatan Aplikasi pada Praktik. Jakarta: EGC

Wulan,K. 2011. Pengantar Etika Keperawatan. Jakarta: PT Prestasi Pustaka Raya

Hendrik. 2013. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta:EGC

22

Anda mungkin juga menyukai