Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan Mata Kuliah Kerja Praktek
Pada Program Stase Keterampilan Dasar Dalam Keperawatan
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Muhamad Riza
162210052
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
apabila tidak segera ditangani makan akan menyebabkan kerusakan pada sel beta
pankreas. Ketika kadar gula dalam darah meningkat, pankreas akan mengelurkan
hormon yang dinamakan insulin sehingga memungkinkan sel tubuh akan akan menyerap
glukosa tersebut sebagi energi. Hiperglikemia pada pasien dm terjadi karena
menurunnya penyerapan glukosa oleh sel yang di ikuti dengan meningkatnya
pengeluran glukosa dalam hati. Pengeluaran glukosa dalam hati akan meningkat karena
adanya proses yang menghasilkan glukogenolisis dan glukoneogenesis tanpa hambatan
karena insulin tidak diproduksi (Sherwood, 2011).
3
4. Pathway
4
Tanda dan gejala pasien DM dibagi menjadi dua macam yaitu gejala kronik
dan gejala akut serta munculnya ulkus diabetic, yaitu :
1) Gejala akut yang timbul pada pasien DM berupa :
a. Pasien akan banyak mengkonsumsi makanan
b. Pasien akan banyak mengkonsumsi minum
c. Pasien akan lebih sering buang air kecil
Apabila gejala tersebut tidak segera ditangani maka akan timbul gejala
lain seperti menurunnya nafsu makan pasien dan berat badan akan
turun, mudah merasa lelah, pada keadaan tertentu pasien akan koma.
2) Gejala kronis yang muncul antara lain :
d. Olahraga
6
e. Intervensi farmakologis
Berupa pemberian obat Hipoglikemik oral (sulfonilurea, biguanid/metformin,
inhibitor alfa glukosidase dan insulin) (Ernawati, 2013).
Dengan penanganan yang benar baik pencegahan dan perawatannya,
diharapkan gangren dapat dilakukan pengobatannya secara benar agar pasien
DM bisa berkurang. Penatalaksanaan gangren sebagai berikut :
a. Kontrol kadar gula darah
Pengendalian gula darah dan berbagai upaya sangat penting dilakukan untuk
memperbaiki keadaan umum penderita dengan nutrisi yang memadai.
b. Penanganan ulkus/gangren
Tindakan yang dilakukan untuk penanganan ulkus/gangren ini, antara lain :
bedah minor seperti insisi, pengaliran abses, debridemen, dan nekrotomi
dengan tujuan untuk mengeluarkan semua jaringan nekrosis untuk
mengeliminasi infeksi, sehingga diharapkan dapat mempercepat
penyembuhan luka.
c. Memperbaiki sirkulasi darah
1) Memperbaiki status rheologi, merupakan tindakan memberikan obat
antiagregasi trombosit hipolipidemik yang bertujuan untuk memperbaiki
jaringan yang terserang.
sewaktu, kadar glukosa darah puasa, kemudian dilanjutkan dengan Tes Toleransi
Glukosa Oral standar. Untuk kelompok resiko tinggi DM, seperti usia dewasa tua,
tua tanpa faktor resiko pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun
(Yunita, 2015).
Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat
terganggu (TGT), glukosa darah puasa terganggu (GDPT). Pertama Glukosa darah
puasa terganggu (GDPT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa antara 100-125
mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2 jam <140 mg/dl. Kedua Toleransi
glukosa terganggu (TGT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma 2 jam setelah TTGO
antara 140- 199 mg/dl Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan
2. Intervensi Keperawatan
Intervensi dan kriteria hasil menurut Tim Pokja SIKI PPNI dan Tim Pokja SLKI
(2018), diantaranya yaitu:
a. Intoleransi aktivitas.
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah teratasi dengan kriteria hasil:
1) Perasaan lemah menurun.
2) Keluhan lelah menurun.
3) Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat.
4) Kekuatan otot meningkat
Intervensi:
1) Observasi.
Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan.
Rasional: Mengetahui gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
sehingga dapat ditentukan asuhan keperawatan yang sesuai.
2) Terapeutik.
Latihan rentang gerak aktif maupun pasif.
Rasional: Latihan gerak akan membuat pasien terbiasa dan menghindari
kekakuan sendi dan otot.
3) Edukasi.
Anjurkan tirah baring.
Rasional: Membantu menghilangkan rasa letih dan lemah pada pasien.
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap. Rasional: Mencegah
terjadinya kelelahan pada pasien.
4) Kolaborasi.
Kolaborasi dengan tim medis terkait terapi farmakologi Rasional:
Membantu pasien mengatasi kelemahan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah teratasi dengan kriteria hasil:
1) Kadar glukosa dalam darah membaik.
2) Kadar glukosa dalam urin membaik.
Intervensi:
a. Observasi
Monitor kadar glukosa darah.
Rasional: Untuk memantau kadar gula darah pasien. Monitor tanda dan
gejala hiperglikemia.
Rasional: Mengetahui perkembangan pasien melalui tanda dan gejala.
b. Terapeutik.
Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau
memburuk.
Rasional: Membantu mengatasi hiperglikemia.
c. Edukasi.
Ajarkan pengelolaan diabetes.
Rasional: Memberikan informasi kepada pasien tentang pengelolaan diabetes.
d. Kolaborasi.
Kolaborasi dengan tim medis mengenai terapi farmakologi.
Rasional: Membantu menyeimbangkan/mengontrol kadar gula darah.
c. Nyeri akut.
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah teratasi dengan kriteria hasil:
1) Keluhan nyeri menurun.
2) Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat.
Intervensi:
1)Observasi.
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
Rasional: Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda
perkembangan /resolusi komplikasi.
2) Terapeutik.
Fasilitasi istirahat dan tidur.
Rasional: Menghindari stress dan memberikan pemenuhan istirahat tidur.
1
0
3)Edukasi.
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
Rasional: Meningkatkan relaksasi dan perasaan sehat.
4)Kolaborasi.
Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional: Memberikan penurunan nyeri/tidak nyaman.
3. Implementasi Keperawatan.
berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi
setiap selesai