Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

a) Konsep Diabetes Mellitus Tipe II

1. Pengertian Diabetes Melitus Tipe II

Diabetes mellitus tipe 2 sering disebut dengan Non Insulin Dependen Diab

etes Mellitus (NIDDM) yang artinya penderitanya tidak bergantung pada i

nsulin. Pada pasien DM tipe 2 mempunyai karakter gangguan sekresi insul

in atau resisten terhadap insulin. Pada kondisi normal insulin mengikat ke

reseptor khusus permukaan sel sehingga timbul reaksi metabolisme gluko

sa. Pada DM tipe 2 ini reaksi intraseluler berkurang, membuat insulin kura

ng efektif dalam merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan. Jaringan

mengalami kekurangan glukosa sehingga hati melakukan pelepasan gluko

sa. Kadar glukosa dalam darah semakin tinggi. Untuk mengatasinya insuli

n dikeluarkan, namun apabila sel beta pankreas tidak mampu mengimbang

i permintaan insulin maka kadar glukosa akan semakin meningkat dan me


(Pranata & Munawaroh, 2020)
nimbulkan DM tipe 2 .

2. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut (Pranata & Munawaroh, 2020) tanda gejala diabetes mellitus tipe

II yaitu

a. Peningkatan rasa haus

Kompensasi dari banyaknya pengeluaran urin, tubuh akan kekurangan


cairan sehingga otak memberikan respon untuk rasa haus.

b. Sering berkemih

Pada kondisi hiperglikemia kadar glukosa dalam darah tinggi. Tubuh

melakukan kompensasi denga n mengeluarkan kadar glukosa tersebut

melalui pembuangan urin. Seseorang yang mengalami DM akan sering

berkemih terutama pada malam hari.

c. Sering merasa lapar

Pasien DM akan sering merasa lapar karena glukosa tidak dapat masuk

ke dalam jaringan sehingga sel mengalami kekurangan nutrisi. Akibatn

ya jaringan mengirimkan sinyal untuk penambahan glukosa dan otak

merespons sebagai respons lapar untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.

d. Penurunan berat badan

Penurunan berat badan terjadi sebagai kompensasi dari jaringan yang k

ekurangan nutrisi. Walaupun penderita diabetes makan cukup glukosa

namun karena kerusakan sel langerhans yang tidak dapat memproduksi

insulin maka glukosa tersebut tidak dapat masuk jaringan. Respon yan

g muncul dari kondisi tersebut adalah dengan melakukan pembongkara

n glukosa yang tersimpan melalui proses glikogenolisis di hati. Jika bel

um mencukupi maka akan melakukan pembongkaran lemak. Hal terse

but membua penderita mengalami penurunan berat badan.

e. Fatigue

Fatigue atau kelemahan merupakan kondisi yang dialami pasie karena

glukosa yang tidak masuk ke dalam sel.


f. Pandangan kabur

Pandangan kabur dapat terjadi karena kelebihan kadar glukosa dapat m

erusak sel saraf yang berada pada retina sehingga penglihatan menjadi

kabur.

3. Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe II

Menurut (Perkeni, 2021) faktor risiko diabetes mellitus tipe 2 meliputi

a. Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi antara lain ras dan etnik, Ri

wayat keluarga dengan diabetes mellitus tipe 2, umur, riwayat melahir

kan bayi dengan berat badan lahir bayi >4000 gram dan riwayat melahi

rkan bayi dengan berat badan lahir bayi <2500 gram.

b. Faktor risiko yang bisa dimodifikasi antara lain berat badan lebih, kura

ng aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia, dan diet tak sehat (unhealth

y diet).

c. Faktor lain yang terkait antara lain pasien sindrom metabolic yang me

miliki riwayat TGT atau GDPT sebelumnya dan pasien yang memiliki

riwayat penyakit kardiovaskuler seperti stroke, PJK atau PAD.

4. Komplikasi Risiko Diabetes Melitus Tipe II

a) Komplikasi akut (Maryunani, 2020)

- Hiperglikemia

Hiperglikemia akibat saat glukosa tidak dapat diangkut ke dalam

sel karena kurangnya insulin. Tanpa tersedianya KH untuk bahan


bakar sel, hati mengubah simpanan glikogennya kembali ke

glukosa (glikogenolisis) dan meningkatkan biosintesis glukosa

(glukoneogenesis). Namun, respon ini memperberat situasi dengan

meningkatnya kadar glukosa darah bahkan lebih tinggi lagi.

- Ketoasidosis

Asidosis metaboli berkembang dari pengaruh asam akibat

ketonasetaoasetat dan hidrokisibutirat beta. Kondisi ini disebut

ketoasidosis diabetic.

- Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah ciri umum dari DM tipe 1 dan juga dijumpai

dalam klien DM tipe 2 yang diobati insulin atau obat oral. Kurang

hati-hati atau kesalahan sengaja dalam dosis insulin sering

menyebabkan hipoglikemia.

b) Komplikasi kronis (Maryunani, 2020)

Komplikasi kronik biasanya terjadi 10-15 tahun setelah awitan diabete

s melitus, Komplikasinya mencakup berikut

a. Penyakit makrovaskular (pembuluh darah besar): penyakit arteri

coroner, penyakit sebrovaskular, penyakit pembuluh perifer,

cenderung terjadi pada usia lebih awal, lebih luas dan berat pada

orang dengan DM.

b. Penyakit mikrovaskular (pembuluh darah kecil): Mikroanginopati

merujuk pada perubahan yang terjadi di retina, ginjal dan kapiler

perifer pada DM.


c. Penyakit neuropatik: komplikasi paling sering dari DM. memengar

uhi saraf sesori motorik dan otonom serta berperan memunculkan s

ejumlah masalah, seperti impotensi dan ulkus kaki.

5. Patofisiologi

Diabetes mellitus tipe II Terdapat dua masalah utama pada diabetes mellit

us tipe II yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya

insulin akan berkaitan pada reseptor kurang dan meskipun kadar insulin tin

ggi dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat masuk kedalam sel sehingg

a sel akan kekurangan glukosa. Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai r

esistensi insulin. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbent

uknya glukosa dalam darah yang berlebihan maka harus terdapat peningka

tan jumlah insulin yang disekresikan. Namun demikian jika sel-sel beta tid

ak mampu mengimbanginya maka kadar glukosa akan meningkat dan terja


(Brunner & Suddarth, 2015)
dilah DM tipe II

6. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang digunakan untuk mendiagnosis dan memanta

u DM mencakup glukosa darah puasa, pemeriksaan toleransi glukosa oral,

dan hemoglobin terglikolisasi. Pemeriksaan lain yang dapat digunakan ada

lah pemeriksaan glukosa, keton, dan albumin dalam urine. Meski tidak

seakurat pemeriksaan darah, analisis urine untuk apakah ada peningkatan

glukosa dan keton mengindikasi hiperglikemia. Pemeriksaan albumin

dalam urine digunakan untuk mendeteksi awitan awal kerusakan ginjal.


Kadar kolestrol dan trigliserida serum, jika meningkat, maka

mengindikasikan peningkatan risiko kerusakan kardiovaskuler


(LeMone et al., 2015)
.

7. Penatalaksanaan
Terdapat 4 pilar penatalaksanaan menurut Perkeni (2021) yaitu

a) Edukasi

Kesehatan Pendekatan yang digunakan yaitu tingkat dasar (penyakit, p

atofisiologi, batas normal kadar glukosa, terapi dasar, komplikasi, mon

itoring diabetes mellitus dan penggunaan terapi insulin secara mandiri)

dan tingkat lanjut (perawatan mata, perawatan kaki, dan penanganan fa

ktor resiko).

b) Perencanaan Diit

Perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal m

akan, jenis dan jumlah kandungan kalori.

c) Latihan fisik

Setiap diabetisi melakukan kegiatan fisik teratur sebanyak 3-4 kali sem

inggu minimal selama 30 menit, dengan total 150 menit perminggu.

d) Obat

Terapi farmakologi diberikan bersama dengan pengaturan makan dan l

atihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk su

ntikan.

8. Pathway Masalah Pada Pasien Dm


Gambar 1 Pathway Diabetes Melitus
Sumber : Brunner & Suddarth (2016), Sawitri E, Hasanah N &
Santosa J (2015), SDKI (2017)
b) Konsep Senam Kaki Diabetes

1. Pengertian

Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pa

sien diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan mem

bantu melancarkan peredaran darah bagian kaki ,


(Nopriani et al., 2021).

Senam kaki menjadi salah satu senam alami dan praktis dilakukan

oleh penderita diabetes melitus dengan tujuan untuk meningkatkan perfusi


ke perifer serta sebagai pencegah komplikasi terutama pada daerah kaki
(Megawati et al., 2020)
.

2. Tujuan
Tujuan senam kaki menurut (Ernawati, 2013) meliputi

a. Memperbaiki sirkulasi darah

b. Memperkuat otot-otot kecil

c. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki

d. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha

e. Mengatasi keterbatasan gerak sendi

3. Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi dan kontraindikasi menurut (Ernawati, 2013) meliputi:

a. Indikasi

Senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita Diabetes

melitus dengan tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya diberikan sejak

pasien didiagnosa menderita Diabetes Melitus sebagai tindakan

pencegahan dini.

b. Kontraindikasi

1) Klien mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dipsnu atau ny

eri dada.

2) Orang yang depresi, khawatir atau cemas.


4. Teknik Senam Kaki
a. Persiapan
1) Persiapan alat: handscoon, kertas koran dua lembar dan kursi yang

ada sandaran punggung

2) Persiapan klien: kontrak waktu, tempat dan tujuan tindakan

3) Persiapan lingkungan: jaga privasi dan kenyamanan klien

b. Prosedur

1) Perawat mencuci tangan dan memakai sarung tangan bersih

2) Pasien duduk tegak tidak boleh bersandar dengan kaki menyentuh l

antai

3) Tumit letakkan di lantai, jari-jari kedua kaki diluruskan keatas lalu

dibengkokkan kebawah seperti cakar ayam sebanyak sepuluh kali

4) Salah satu tumit diletakkan di lantai, angkat telapak kaki ke atas. K

emudian sebaliknya pada kaki yang lainnya, jari-jari kaki diletakka


n di lantai dan tumit kaki diangkatkan ke atas. Gerakan ini dilakuka

n secara bersamaan pada kaki kanan dan kiri bergantian dan diulan

gi sepuluh kali

5) Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas

dan lakukan gerakan memutar pada pergelangan kaki sebanyak sep

uluh kali

6) Jari-jari kaki diletakkan di lantai. Tumit diangkat dan buat gerakan

memutar pada pergelangan kaki sebanyak sepuluh kali


7) Angkat salah satu lutut kaki dan diluruskan. Putar kaki pada pergel

angan kaki, lakukan gerakan seperti menulis di udara dengan kaki

dari angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian

8) Letakkan selembar koran di lantai. Jadikan koran tersebut menjadi

bola dengan kedua kaki. Selanjutnya buka bola itu membuat lemba

ran seperti semula menggunakan kedua kaki. Cara ini dilakukan ha

nya sekali saja

c) Konsep Kadar Gula Darah

1. Pengertian

Kadar gula darah merupakan gula dalam darah yang berasal dari karbohidr

at dalam makanan dan dapat disimpan di hati dan otot rangka dalam bentu
k glikogen. Kadar gula darah merupakan jumlah glukosa yang beredar di d

alam darah. Kadar tersebut dipengaruhi oleh berbagai enzim, hormon terpe

nting adalah hormon insulin. Faktor yang mempengaruhi pelepasan insulin

adalah glukosa, manosa & makanan berupa stimulasi saraf vagus (Goldma

n et al., 2021). Pemantauan kadar gula darah dibutuhkan untuk

menegakkan diagnosa pada penyakit diabetes mellitus. Kadar glukosa

darah dapat diperiksa saat pasien puasa atau pasien datang untuk periksa,

dengan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu >200 mg/dl dan
(Perkeni, 2021)
hasil kadar glukosa darah saat puasa >126 mg/dl .

2. Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Cara pemeriksaan kadar gula darah menurut


(Pranata & Munawaroh, 2020)
antara lain

a. Pemeriksaan glukosa darah puasa

b. Glukosa darah sewaktu

c. Glukosa kapiler

d. HBA1C

e. Fructosamine

f. Tes urine

g. Questionnaire an initial screen

3. Nilai Normal Kadar Gula Darah

Tabel 1. Nilai Normal Kadar Gula Darah


Pemeriksaan Baik Sedang Buruk

Gula Darah Puasa (mg/dl) 70-99 100-125 ≥126

Gula Darah Sewaktu (mg/dl) 70-139 140-199 ≥200

Sumber: (Perkeni, 2021)

4. Cara Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Cara pemeriksaan yang dilakukan adalah dimulai dengan pemeriksaan tek

anan darah pasien menggunakan tensi manual, kemudian dilakukan pemeri

ksaan gula darah sewaktu (GDS). Cara menggunakan alat glucometer yait

u, dengan mengambil sampel darah dengan lancet yang dimasukkan ke dal

am lancet pen. Kemudian tempelkan sampel darah secukupnya pada strip t

es gula darah yang terpasang pada glukometer. Ketika strip dimasukan dal

am glukometer, glukosa dalam darah akan bereaksi dengan enzim yang ter

dapat pada strip. Reaksi tersebut dapat menciptakan arus listrik yang terhu

bung ke glukometer. Intensitas arus listrik tersebut setara dengan kadar glu

kosa dalam darah sehingga hasilnya bisa diketahui


(Firmansyah M. Dimas et al., 2022)

5. Manfaat Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Menurut Soegondo, dkk (2014) Hasil pemeriksaan kadar gula darah

digunakan untuk menilai manfaat pengobatan dan sebagai acuan

penyesuaian diit, olahraga, dan obat-obatan untuk mencapai kadar gula


darah senormal mungkin agar terhindar dari hiperglikemia atau

hipoglikemia.

d) Konsep Asuhan Keperawata

Menurut Suddarth, (2014) pengkajian diabetes mellitus, meliputi :

1. Pengkajian

Mengenai nama, umur, jenis kelamin, alamat tempat tinggal, status perkaw

inan, pekerjaan, tanggal MRS, No RM, dan diagnosis medis.

a. Keluhan utama

1. Nutrisi: peningkatan nafsu makan, mual, muntah, penurunan atau peni

ngkatan berat badan, banyak minum, dan haus

2. Eliminasi: perubahan pola berkemih dan diare

3. Neurosensori: nyeri kepala, parathesia, kesemutan pada ekstremitas, da

n penglihatan kabur

4. Integumen: gatal pada kulit, gatal pada sekitar alat kelamin, dan luka g

anggren

5. Muskuloskeletal: kelemahan dan keletihan

6. Fungsi seksual: ketidakmampuan ereksi, regiditas, penurunan libido, d

an kesulitan orgasme pada wanita.

b. Riwayat penyakit sekarang

Adanya gatal pada kulit disertai luka tidak sembuh-sembuh, terjadinya kes

emutan pada ekstremitas, menurunnya berat badan, meningkatnya nafsu m

akan, sering haus, sering kencing, dan menurunnya ketajaman penglihatan


c. Riwayat penyakit dahulu

Sebelumnya pernah mengalami penyakit diabetes mellitus dan mengalami

luka pada kaki

d. Riwayat penyakit keluarga

Penyakit keturunan yang menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misaln

ya hipertensi dan jantung

e. Riwayat psikososial

Informasi mengenai perilaku, perasaan, dan emosi yang dialami penderita

dan tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita

f. Pola fungsi kesehatan

1) Pola persepsi

Persepsi pengetahuan dan penatalaksanaan penderita terhadap penyakit

nya

2) Pola nutrisi

Penderita mengeluh ingin selalu makan tetapi berat badannya turun kar

ena glukosa tidak dapat ditarik kedalam sel dan terjadi penurunan mass

a sel

3) Pola eliminasi

Eliminasi BAB pada penderita tidak ada perubahan yang signifikan na

mun untuk eliminasi BAK umumnya mengeluarkan urin yang banyak

baik frekuensi maupun

4) Pola istirahat dan tidur


Muncul perasaan yang tidak nyaman efek dari gangguan yang berdam

pak pada gangguan tidur (insomnia)

5) Pola aktivitas

Gejala yang ditimbulkan yaitu keletihan dan sering mengantuk pada pa

gi hari

6) Nilai dan keyakinan

Gambaran penderita tentang penyakitnya menurut agama dan kepercay

aan, kecemasan akan kesembuhan, tujuan dan harapan terhadap penya

kitnya

7) Pemeriksaaan fisik

a) Status kesehatan umum

Keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat bad

an, dan tanda-tanda vital

b) Pemeriksaan head to toe

(1) Kepala: wajah dan kulit kepala bentuk muka, ekspresi wajah ge

lisah dan pucat, rambut bersih/tidak dan rontok/tidak ada/tidaknya

nyeri tekan

(2) Mata: mata kiri dan kanan simetris/tidak, mata cekung/tidak, ko

njungtiva anemis/tidak, sklera ikterik/tidak, ada/tidak secret, gerak

an bola mata normal/tidak, ada benjolan/tidak, nyeri tekan atau tida

k, dan fungsi penglihatan menurun/tidak

(3) Hidung: ada/tidak polip, ada/tidak sekret, ada/tidak radang, ada/

tidak benjolan, dan fungsi penghidu baik/buruk


(4) Telinga: pendengaran baik/menurun, ada/tidak benjolan pada d

aun telinga, dan ada/tidak memakai alat bantu pendengaran

(5) Mulut: gigi bersih/kotor, ada/tidak karies gigi, lidah bersih/koto

r, dan bibir kering/lembab

(6) Leher: ada/tidak pembesaran kelenjar tiroid dan ada/tidak nyeri

tekan

(7) Paru-paru:

Inspeksi: pada paru-paru didapatkan data tulang iga simetris/tidak,

payudara normal/tidak, RR normal atau tidak, pola nafas regular/ti

dak, bunyi vesikuler/tidak, ada/tidak sesak napas.

Palpasi: vokal fremitus anteria kiri dan kanan simetris atau tidak, a

da/tidak nyeri tekan.

Auskultasi: suara napas vesikuler/tidak, ada/tidak ronchi maupun w

heezing.

Perkusi: suara paru-paru sonor/tidak

Abdomen: abdomen simetris/tidak dan ada/tidak luka

Auskultasi: peristaltik 25x/menit. Palpasi ada/tidak nyeri, dan kuad

ran kiri atas. Perkusi: suara hipertimpani.

(8) Genetalia: terpasang kateter atau tidak

(9) Muskuloskeletal:

Ekstremitas atas: simetris/tidak, ada/tidak odema/lesi, ada/tidak ny

eri tekan

Ekstremitas bawah: simetris/tidak, ada/tidak kelainan,


ada/tidak luka

(10) Integumen: warna kulit, turgor kulit baik/kering, ada lesi/tidak

dan ada/tidak nyeri

8) Pemeriksaan penunjang kadar glukosa

a) Gula darah sewaktu >200 mg/dl

b) Gula darah puasa atau nuchter >140 mg/dl

c) Gula 2 jam PP (post prandial) >200 mg/dl

d) Aseton plasma jika hasil (+) mencolok

e) Asam lemak bebas adanya peningkatan lipid dan kolestrol

f) Osmolaritas

2. Analisa Data

Setelah dilakukan pengumpulan data kemudian dianalisa untuk

menentukan masalah kesehatan dan memberikan asuhan keperawatan


(Bakri, 2017)
dengan cara analisa data sebagai berikut

a. Validasi data

b. Membuat kesimpulan dengan hasil kesenjangan yang sudah

ditemukan.

c. Data dibagi menjadi data obyektif dan subyektif.

3. Diagnosa Keperawatan

Penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan yang

dialami baik berlangsung aktual maupun potensial. Bertujuan untuk

mengidentifikasi respons klien, keluarga dan komunitas terhadap situasi


(PPNI, 2017)
yang berkaitan dengan kesehatan .
a. Perfusi perifer tidak efektif (PPNI, D.0009)

1) Definisi

Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat

mengganggu metabolisme tubuh.

2) Penyebab

a. Hiperglikemia

b. Penurunan konsentrasi hemoglobin

c. Peningkatan tekanan darah

d. Kekurangan volume cairan

e. Penurunan aliran arteri dan vena

f. Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat (mis.

merokok, gaya hidup monoton, trauma, obesitas, asupan garam,

imobilitas)

g. Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit

(mis.diabetes mellitus dan hyperlipidemia,)

h. Kurang aktivitas fisi

3) Gejala dan tanda mayor

a. Subjektif: tidak tersedia

b. Objektif:

1. Pengisian kapiler >3 detik

2. Nadi perifer menurun atau tidak teraba

3. Akral teraba dingin

4. Warna kulit pucat


5. Turgor kulit menurun

4) Gejala dan tanda minor

a. Subjektif

1. Parastesia

2. Nyeri ekstremitas (klaudikasi intermitten)

b. Objektif

1. Edema

2. Penyembuhan luka lambat

3. Indeks ankle brachial <0,90

4. Bruit femoral

5) Kondisi klinis terkait

a) Tromboflebitis

b) Diabetes mellitus

c) Anemia

d) Gagal jantung kongestif

e) Kelainan jantung kongenital

b. Ketidakstabilan kadar glukosa darah (PPNI, D.0027)

1) Definisi

Variasi kadar glukosa darah naik/turun dari rentang normal.

2) Penyebab

a. Hiperglikemia

1. Disfungsi pankreas

2. Resistensi insulin
3. Gangguan toleransi glukosa darah

4. Gangguang glukosa darah puasa

b. Hipoglikemia

1. Penggunaan insulin atau obat glikemik oral

2. Hyperinsulinemia (mis. insulinoma)

3. Endokrinopati (mis. kerusakan adrenal atau pituitary)

4. Disfungsi hati

5. Disfungsi ginjal kronis

6. Efek agen farmakologis

7. Tindakan pembedahan neoplasma

8. Gangguan metabolic bawaan (mis. gangguan

penyimpanan lisosomal, galaktosemia, gangguan

penyimpanan glikogen)

3) Gejala dan tanda mayor

a. Subjektif

Hipoglikemia: Mengantuk dan pusing

Hiperglikemia: Lelah atau lesu

b. Objektif

Hipoglikemia: gangguan koordinasi dan kadar glukosa dalam

darah atau urin rendah

Hiperglikemia: kadar glukosa dalam darah atau urin tinggi

4) Gejala dan tanda minor

a. Subjektif
Hipoglikemia: palpitasi dan mengeluh lapar

Hiperglikemia: mulut kering dan haus meningkat

b. Objektif

Hipoglikemia: gemetar, kesadaran menurun, perilaku aneh,

sulit bicara, dan berkeringat

Hiperglikemia: jumlah urin meningkat

5) Kondisi klinis terkait

a. Diabetes mellitus

b. Ketoasidosis

c. Hipoglikemia

d. Hiperglikemia

e. Diabetes gestasional

f. Penggunaan kortikosteroid

c. Risiko perfusi perifer tidak efektif (PPNI, D.0015)

1) Definisi

Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah pada level kapiler

yang dapat mengganggu metabolisme tubuh.

2) Faktor Risiko

a. Hiperglikemia

b. Gaya hidup kurang gerak

c. Hipertensi

d. Merokok
e. Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat (mis.

merokok, gaya hiduo kurang gerak, obesitas, imobilitas)

3) Kondisi klinis terkait

a. Arterosklerosis

b. Aneurisma

c. Beurger’s disease

d. Varises

e. Diabetes mellitus

4. Perencanaan

Intervensi keperawatan adalah treatment yang dilakukan oleh perawat

yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai

luaran yang diharapkan SIKI, (2018). Menurut SIKI (2018) dan SLKI

(2019), perencanaan keperawatan pada penderita diabetes mellitus antara

lain
Tabel 2 Rencana Keperawatan

Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan


Keperawata
Perfusi perifer Setelah dilakukan Perawatan sirkulasi
tidak efektif tindakan keperawatan
selama 3x24 jam (SIKI. I.02079 Hal 345)
(SDKI. D.0009 diharapkan perfusi Observasi:
Hal 37) perifer meningkat - Periksa sirkulasi perifer
dengan kriteria hasil: (mis. nadi perifer,
edema, pengisian
(SLKI. L.02011 Hal kapiler, warna, suhu,
84) ankle brachial index)
- Denyut nadi perifer - Identifikasi factor risiko
meningkat gangguan sirkulasi
- Penyembuhan luka (mis. diabetes, perokok,
meningkat orang tua, hipertensi,
- Warna kulit pucat dan kadar kolesterol
menurun tinggi)
- Edema perifer Terapeutik
menurun - Hindari pengukuran
- Kelemahan otot tekanan darah pada
menurun ekstremitas dan/atau
- Pengisian kapiler pengambilan darah di
membaik area keterbatasan perfusi
- Akral membaik - Hindari penekanan dan
- Turgor kulit pemasangan turniket
membaik pada area edema
- Lakukan pencegahan
Infeksi
- Lakukan perawatan kaki
dan kuku
Edukasi
- Anjurkan berhenti
merokok
- Anjurkan berolahraga
rutin
- Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat (mis.
melembabkan kulit
kering pada kaki)
Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan
Keperawata
Ketidakstabilan Setelah dilakukan Manajemen hiperglikemi
kadar glukosa tindakan keperawatan
darah selama 3x24 jam (SIKI. I.03115 Hal 180)
diharapkan kestabilan Observasi:
(SDKI. D.0027 kadar glukosa darah - Identifikasi situasi yang
Hal 71) meningkat dengan menyebabkan kebutuhan
kriteria hasil: insulin meningkat
- Monitor kadar glukosa
(SLKI. L.03022 Hal 43) darah
- Koordinasi dan - Monitor tanda dan
kesadaran gejala hiperglikemia
meningkat (mis. polyuria,
- Mengantuk polydipsia, polifagia,
menurun kelemahan, malaise,
- Lelah atau lesu pandangan kabur, dan
menurun sakit kepala)
- Keluhan lapar Terapeutik
menurun - Berikan asupan cairan
- Kadar glukosa oral
dalam darah - Konsultasi dengan
membaik medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia
tetap ada atau
memburuk
- Fasilitasi ambulasi jika
ada hipotensi ortostatik
Edukasi
- Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar
glukosa darah >250
mg/dl
- Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara
mandiri
- Anjurkam kepatuhan
terhadap diit dan
olahraga
- Ajarkan pengelolaan
diabetes (mis.
penggunaan insulin,
obat oral)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
insulin, jika perlu

Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan


Keperawata
Risiko perfusi Setelah dilakukan Edukasi perawatan kaki
perifer tidak tindakan keperawatan
efektif selama 3x24 jam
(SIKI. I.12423 Hal 92)
diharapkan mobilitas
Observasi:
(SDKI. D.0015 fisik meningkat dengan - Identifikasi tingkat
Hal 48) kriteria hasil: pengetahuan dan
keterampilan perawatan
(SLKI. L.05042 Hal kaki
65) Terapeutik
- Pergerakan - Berikan brosur
ekstreitas informasi tingkat risiko
meningkat cedera dan perawatan
- Kekuatan otot kaki
meningkat - Fasilitasi pembuatan
- Rentang gerak rencana penilaian dan
(ROM) meningkat perawatan kaki harian
- Kelemahan fisik Edukasi
menurun - Jelaskan faktor risiko
luka pada kaki
- Jelaskan hubungan
antara neuropati, cedera,
dan penyakit vascular
dari risiko ulserasi dan
amputasi ekstremitas
bawah
- Ajarkan pemeriksaan
seluruh bagian kaki
setiap hari (mis. luka,
kemeraha, bengkak,
hangat, kering, dan
maserasi)
- Ajarkan memotong dan
mengikir kuku secara
lurus dan mencuci kaki
setiap hari dengan air
hangat dan sabun
- Anjurkan mengeringkan
kaki terutama di jari-jari
kaki

5. Implementasi

Menurut (Bakri, 2017) Implementasi keperawatan dimulai setelah rencana

tindakan disusun. Perawat membantu pasien mencapai tujuan yang

diharapkan, oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk

memodifikasi faktor-faktor yang memengaruhi masalah kesehatan pasien.

6. Evaluasi

Menurut (Bakri, 2017) Tahap evalusi dapat dilakukan secara formatif yaitu

evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan dan evaluasi

sumatif adalah evaluasi akhir. Untuk melakukan evaluasi disusun dengan

menggunakan SOAP

a. S: berbagai persoalan yang disampaikan oleh pasien atau k eluarga

setelah dilakukan tindakan keperawatan

b. O: berbagai persoalan yang ditemukan setelah dilakukan tindakan

keperawatan

c. A: Analisa dari hasil yang dicapai dengan mengacu pada tujuan yang

terkait dengan diagnosis

d. P: Perencanaan yang direncanakan kembali setelah mendapat hasil dari

respons pasien atau keluarga pada tahap evaluasi.

7. Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan merupakan suatu dokumen yang berisi tentang


keadaan pasien dari bio-psikososial-spiritual dan seluruh kegiatan atau tind

akan yang dilakukan oleh perawat terhadap pasien sejak pasien datang ke r
(Juniarti et al., 2020)
umah sakit sampai pasien pulang

B. Kerangka Teori

Gambar 2 Kerangka Teori Penelitian


Sumber: Perkeni (2021), Simamora (2020), Nurrahmani (2012)

C. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana Implementasi Senam Kaki Pada Klien Diabetes Mellitus Tipe II Di W

ilayah Kerja Puskesmas Bantul 1?

Anda mungkin juga menyukai