Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

RS DENGAN DIAGNOSA
MEDIS ABSES HEPAR DI RUANGAN CEMPAKA RSUD PROF DR WZ JOHANES
KUPANG

OLEH
NAMA : SRI AFRIANI
NIM : PO5303211211560

MENGETAHUI

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

( ) ( )

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROFESI NERS
2022
KONSEP PENYAKIT ABSES HEPAR
1. Pengertian
Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi bakteri,
parasit, jamur maupun nekbrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang
ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus di dalam parenkim hati
(Aru W Sudoyo, 2018).
2. Penyebab
Abses hati dibagi atas dua secara umum, yaitu abses hati amoeba dan abses hati
pyogenik.
a. Abses hati amoeba
Didapatkan beberapa spesies amoeba yang dapat hidup sebgai parasit non patogen
dalam mulut dan usus, tapi hanya Enteremoeba histolytica yang dapat menyebabkan
penyakit.Hanya sebagian individu yang terinfeksi Enteremoeba histolytica yang
memberi gejala invasif, sehingga di duga ada dua jenis E. Histolytica yaitu starin
patogen dan non patogen. Bervariasinya virulensi strain ini berbeda berdasarkan
kemampuannya menimbulkan lesi pada hepar (Aru W Sudoyo, 2018).
E.histolytica di dlam feces dapat di temukan dalam dua bentuk vegetatif atau
tropozoit dan bentuk kista yang bisa bertahan hidup di luar tuibuh manusia.Kista
dewasa berukuran 10-20 mikron, resisten terhadap suasana kering dan asam. Bentuk
tropozoit akan mati dalam suasana kering dan asam. Trofozoit besar sangat aktif
bergerak, mampu memangsa eritrosit, mengandung protease yaitu hialuronidase dan
mukopolisakaridase yang mampu mengakibatkan destruksi jaringan.
b. Abses hati piogenik
Infeksi terutama disebabkan oleh kuman gram negatif dan penyebab yang
terbanyak adalah E.coli.Selain itu, penyebabnya juga adalah streptococcus faecalis,
Proteus vulgaris, dan Salmonellla Typhi.Dapat pula bakteri anaerob seperti
bakteroides, aerobakteria, akttinomesis, dan streptococcus anaerob.Untuk
penetapannya perlu dilakukan biakan darah, pus, empedu, dan swab secara anaerob
maupun aerob (Aru W Sudoyo, 2018).
3. Tanda dan gejala
Dicurigai adanya AHP apabila ditemukan sindrom klinis klisik berupa nyeri spontan
perut kanan atas, yang di tandai dengan jalan membungkuk kedepan dengan kedua
tangan diletakan di atasnya. Demam/panas tinggi merupakan keluhan yang paling utama,
keluhan lain yaitu nyeri pada kuadran kanan atas abdomen, dan disertai dengan keadaan
syok. Apabila AHP letaknya dekat digfragma, maka akan terjadi iritasi diagfragma
sehingga terjadi nyeri pada bahu sebelah kanan, batuk ataupun terjadi atelektesis, rasa
mual dan muntah, berkurangnya nafsu makan, terjadi penurunan berat badan yang
unintentional.
Abses adalah tahap terakhir dari suatu infeksi jaringan yang diawali dengan proses
yang disebut peradangan.
Awalnya, seperti bakteri mengaktifkan sistem kekebalan tubuh, beberapa kejadian
terjadi:
 Darah mengalir ke daerah meningkat.
 Suhu daerah meningkat karena meningkatnya pasokan darah.
 Wilayah membengkak akibat akumulasi air, darah, dan cairan lainnya.
 Ternyata merah.
 Rasanya sakit, karena iritasi dari pembengkakan dan aktivitas kimia.
 Keempat tanda-panas, bengkak, kemerahan, dan sakit-ciri peradangan
4. Patofisiologi
a. Amoebiasis Hepar
Amebiasis hati penyebab utamanya adalah entamoeba hystolitica. Hanya sebagian
kecil individu yang terinfeksi E.hystolitica yang memberi gejala amebiasis invasif,
sehingga ada dugaan ada 2 jenis E.hystolitica yaitu strain patogen dan non patogen.
Bervariasinya virulensi berbagai strain E.hystolitica ini berbeda berdasarkan
kemampuannya menimbulkan lesi pada hati. Patogenesis amebiasis hati belum dapat
diketahi secara pasti. Ada beberapa mekanisme yang telah dikemukakan antara lain :
faktor virulensi parasit yang menghasilkan toksin, ketidakseimbangan nutrisi, faktor
resistensi parasit, imunodepresi pejamu, berubah-ubahnya antigen permukaan dan
penurunan imunitas cell-mediated. Secara singkat dapat dikemukakan 2 mekanisme:
(Arief Mansjoer, 2001)
 Strain E.hystolitica ada yang patogen dan non patogen.
 Secara genetik E.hystolitica dapat menyebabkan invasi tetapi    tergantung pada
interaksi yang kompleks antara parasit dengan lingkungan saluran cerna terutama
pada flora bakteri.
Mekanisme terjadinya amebiasis hati:
 Penempelan E.hystolitica pada mukus usus.
 Pengerusakan intestinal.
 Lisis sel epitel intestinal serta sel radang. Terjadinya supresi respons imun cell-
mediated yand disebabkan enzim atau toksin parasit, juga dapat karena penyakit 
tuberkulosis, malnutrisi, keganasan dll.
 Penyebaran ameba ke hati. Penyebaran ameba dari usus ke hati sebagian besar 
melalui vena porta. Terjadi fokus akumulasi neutrofil periportal yang disertai
nekrosis  dan infiltrasi granulomatosa. Lesi membesar, bersatu dan granuloma
diganti dengan  jaringan nekrotik. Bagian nekrotik ini dikelilingi kapsul tipis
seperti jaringan fibrosa.
Amebiasis hati ini dapat terjadi berbulan atau tahun setelah terjadinya amebiasis
intestinal dan sekitar 50% amebiasis hati terjadi tanpa didahului riwayat disentri
amebiasis. (Aru W Sudoyo, 2018)
b. Abses hati piogenik
Abses hati piogenik dapat terjadi melalui infeksi yang berasal dari:
 Vena porta yaitu infeksi pelvis atau gastrointestinal, bisa menyebabkan pielflebitis
porta atau emboli septik.
 Saluran empedu merupakan sumber infeksi yang tersering. Kolangitis septik dapat
menyebabkan penyumbatan saluran empedu seperti juga batu empedu, kanker,
striktura saluran empedu ataupun anomali saluran empedu kongenital.
 Infeksi langsung seperti luka penetrasi, fokus septik berdekatan seperti abses
perinefrik
 Septisemia atau bakterimia akibat infeksi di tempat lain.
 Kriptogenik tanpa faktor predisposisi yang jelas, terutama pada organ lanjut usia.
(Aru W Sudoyo, 2018).

6. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Derivat nitroimidazole dapat memberantas tropozoit intestinal/ekstraintestinal atau
kista. Obat ini dapat diberikan secara oral atau intravena.
b. Tindakan aspirasi terapeutik
Dilakukan bila:
 Abses yang dikhawatirkan akan pecah
 Respon terhadap medikamentosa setelah 5 hari tidak ada.
 Abses di lobus kiri karena abses disini mudah pecah ke rongga perikerdium atau
peritoneum.
c. Tindakan pembedahan
Pembedahan dilakukan bila :
 Abses disertai komplikasi infeksi sekunder.
 Abses yang jelas menonjol ke dinding abdomen atau ruang interkostal.
 Bila teraoi medikamentosa dan aspirasi tidak berhasil.
 Ruptur abses ke dalam rongga intra peritoneal/pleural/pericardial.
 Tindakan bisa berupa drainase baik tertutup maupun terbuka, atau tindakan
reseksi misalnya lobektomi.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Untuk mengetahui kelainan hematologi antara lain hemoglobin, leukosit, dan
pemeriksaan faal hati.
b. Foto dada
Dapat ditemukan berupa diafragma kanan, berkurangnya pergerakkan diafragma,
efusi pleura, kolaps paru dan abses paru.
c. Foto polos abdomen
Kelainan dapat berupa hepatomegali, gambaran ileus, gambaran udara bebas diatas
hati.
d. Ultrasonografi
Mendeteksi kelainan traktus bilier dan diafragma.

e. Tomografi
Melihat kelainan di daerah posterior dan superior, tetapi tidak dapat melihat integritas
diafragma.
f. Pemeriksaan serologi
Menunjukkan sensitifitas yang tinggi terhadap kuman
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat, menunjukkan adanya kelemahan, kelelahan, terlalu lemah, latergi,
penurunan massa otot/tonus.
b. Sirkulasi, menunjukkan adanya gagal jantung kronis, kanker, distritmia, bunyi
jantung ekstra, distensi vena abdomen.
c. Eliminasi, Diare, Keringat pada malam hari menunjukkan adanya flatus, distensi
abdomen, penurunan/tidak ada bising usus, feses warna tanah liat, melena, urine
gelap pekat.
d. Makanan/cairan, menunjukkan adanya anoreksia, tidak toleran terhadap
makanan/tidak dapat mencerna, mual/muntah, penurunan berat badan dan
peningkatan cairan, edema, kulit kering, turgor buruk, ikterik.
e. Neurosensori, menunjukkan adanya perubahan mental, halusinasi, koma, bicara tidak
jelas.
f. Nyeri/kenyamanan, menunjukkan adanya nyeri abdomen kuadran kanan atas,
pruritas, sepsi perilaku berhati-hati/distraksi, focus pada diri sendiri.
g. Pernapasan, menunjukkan adanya dispnea, takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas
tambahan, ekspansi paru terbatas, asites, hipoksia.
h. Keamanan, menunjukkan adanya pruritas, demam, ikterik, ekimosis, patekis, angioma
spider, eritema.
i. Seksualitas, menunjukkan adanya gangguan menstruasi, impotent, atrofi testis.
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
b. Hipertermi b.d proses infeksi
c. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien
d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
3. Intervensi keperawatan
SDKI SLKI SIKI
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan SIKI :
agen pencedera intervensi keperawatan Manajemen nyeri I.08238
fisik selama 3x24 jam maka Observasi
tingkat nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
dengan kriteria hasil: durasi,frekuensi, kualitas, dan
 Keluhan nyeri intensitas nyeri
menurun 2. Identifikasi skala nyeri
 Meringis menurun 3. Identifikasi respons nyeri
 Sikap protektif nonverbal
menurun 4. Identifikasi faktor yang
 Gelisah menurun memperberat dan memperingan
 Frekuensi nadi nyeri
membaik Teraupetik
1. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode,
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
Hipertermi b.d Setelah dilakukan SIKI
proses infeksi intervensi keperawatan Manajemen hipertermi I.15506
selama 3x24 jam maka Observasi
termoregulasi membaik 1. Identifkasi penyebab hipertermi
dengan kriteria hasil: (mis. dehidrasi terpapar lingkungan
 Menggigil menurun panas penggunaan incubator)
 Suhu tubuh membaik 2. Monitor suhu tubuh
 Suhu kulit membaik 3. Monitor kadar elektrolit
4. Monitor haluaran urine
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
6. Lakukan pendinginan eksternal
(mis. selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen,aksila)
7. Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
8. Batasi oksigen, jika perlu
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan SIKI
ketidakmampuan intervensi keperawatan Manajemen Nutrisi I.03119
mengabsorpsi selama 3x24 jam maka Observasi
nutrien status nutrisi membaik 1. Identifikasi status nutrisi
dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi adanya alergi atau
 Porsi makanan yang adanya intoleransi makanan
dihabiskan meningkat 3. Identifikasi makanan yang
 Berat badan membaik disukai
 Indeks massa tubuh 4. Monitor asupan makanan
membaik 5. Monitor berat badan
Teraupetik
1. Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
2. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
3. Berikan makanan tinggi protein
dan tinggi kalori
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk saat
makan, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,jika perlu
Intoleransi Setelah dilakukan SIKI
aktivitas b.d intervensi keperawatan Manajemen energi I.05178
kelemahan selama 3x24 jam maka Observasi
toleransi aktivitas 1. Identifkasi gangguan fungsi tubuh
meningkat dengan kriteria yang mengakibatkan kelelahan
hasil: 2. Monitor kelelahan fisik dan
 Frekuensi nadi emosional
meningkat 3. Monitor pola dan jam tidur
 Keluhan lelah 4. Monitor lokasi dan
menurun ketidaknyamanan selama
 Dispnea saat aktivitas melakukan aktivitas
menurun Terapeutik
 Dispnea setelah 1. Sediakan lingkungan nyaman dan
aktivitas menurun rendah stimulus (mis. cahaya,
suara, kunjungan)
2. Lakukan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
4. Fasilitas duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan

4. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah tindakan dari rencana keperawatan yang telah disusun dengan
menggunakan pengetahuan perawat, perawat melakukan dua intervensi yaitu
mandiri/independen dan kolaborasi/interdisipliner (NANDA, 2015).
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan sebagai penialian status pasien dari efektivitas tindakan dan
pencapaian hasil yang diidentifikasi terus pada setiap langkah dalam proses keperawatan,
serta rencana perawatan yang telah dilaksanakan (NANDA, 2015).
DAFTAR PUSTAKA

Aru, W. Sudoyo, dkk.(2018). Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1 Edisi
Empat.Jakarta:  Balai Penerbitan FK-UI.
Bruner dan Suddarth.( 2018 ). BukuAjaran KMB. Edisi 8. Jakarta: EGC.
NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi Edisi 10.Jakarta:
EGC.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
ASUHAN KEPERAWATAN
Analisa Data
Data-data Etiologi Problem

Data Subjektif: Agen pencedera Nyeri akut


fisiologis
pasien mengatakan sulit tidur semalam karena
nyeri pada perut kanan seperti tertusuk dengan
skala 4 yang dirasakan saat perut ditekan
Data Objektif :
Pasien tampak meringis dan gelisah, TD:
150/93 mmHg, RR: 22x/mnt

Data subjektif : - Proses penyakit Termoregulasi tidak


efektif
Data Objektif :
kulit pasien dingin, suhu tubuh: 36ºC (11.00)
pada jam 22.00 suhu tubuh 38,6 ºC cenderung
demam di malam hari sampai menggigil

Data Subjektif: Peningkatan tekanan Nausea


intraabdomen
pasien mengatakan merasa mual dan ingin
muntah tapi tidak bisa muntah
Data Objektif :
pasien terus meludah dan banyak berkeringat

2. Diagnosis keperawatan
 Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
 Termoregulasi tidak efektif b.d proses penyakit
 Nausea b.d peningkatan tekanan intraabdomen
3. Intervensi keperawatan
SDKI SLKI SIKI
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238)
agen pencedera keperawatan selama 1x24 Observasi
fisiologis jam maka tingkat nyeri  Identifikasi lokasi, karakteristik,
menurun dengan kriteria durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
hasil: nyeri dan skala nyeri
Terapeutik
 Keluhan nyeri menurun
 Berikan teknik nonfarmakologis
 Meringis menurun untuk mengurangi rasa nyeri
 Gelisah menurun  Kontrol lingkungan yang
 Kesulitan tidur menurun memperberat rasa nyeri
 Pola napas dan tekanan  Fasilitasi istirahat dan tidur
darah membaik Edukasi
 Jelaskan penyebab,periode,dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredahkan nyeri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk menguragi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik,jika
perlu.
Termoregulasi Setelah dilakukan tindakan Regulasi temperatus (I.14578)
tidak efektif b.d keperawatan selama 1x24 Observasi
proses penyakit jam maka termoregulasi  Monitor suhu sampai stabil ( 36.5ºC
membaik dengan kriteria -37.5ºC)
hasil:  Monitor suhu tubuh anak 2 jam
 Monitor frekuensi pernapasan dan
 Suhu tubuh
nadi
membaik  Monitor warna dan suhu kulit
 Suhu kulit membaik  Monitor dan catat  tanda dan gejala
 Tekanan darah hipotermia dan hipertermia
membaik Terapeutik
 Pasang alat pemantau suhu kontinu
 Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi
yang adekuat
 Gunakan matras penghangat, selimut
hangat dan penghangat ruangan,
untuk menaikkan suhu tubuh
 Sesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien
Edukasi
 Jelaskan cara pencegahan hipotermi
karena terpapar udara dingin
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antipiretik
Nausea b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen mual I.03117
peningkatan keperawatan selama 1x24 Observasi
tekanan jam maka tingkat nausea  Identifikasi pengalaman mual
intraabdomen menurun dengan kriteria  Identifikasi faktor penyebab mual
hasil:  Monitor mual
Terapeutik
 Keluhan mual menurun
 Kendalikan faktor lingkungan
 Perasaan ingin muntah penyebab mual
menurun  Kurangi atau hilangkan keadaan
 Diaforesis menurun penyebab mual
 Jumlah saliva menurun  Berikan makan dalam jumlah kecil
dan menarik
 Berikan makanan dingin, cairan
bening, tidak berbau dan tidak
berwarna, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan istirahat dan tidur yang
cukup
 Anjurkan sering membersihkan
mulut, kecuali jika merangsang
mual
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antiemetik

4. Implementasi dan evaluasi


DX Hari/tgl Jam Implementasi Evaluasi
1 Selasa, 1. Mengidentifikasi lokasi, S: pasien mengatakan nyeri pada
19 04 22 karakteristik, durasi, perut kanan seperti tertusuk
frekuensi, kualitas dan skala dengan skala 4 yang dirasakan
nyeri: nyeri pada perut kanan saat perut ditekan
seperti tertusuk dengan skala O: pasien tampak meringis dan
4 yang dirasakan saat ditekan gelisah, TD: 150/93 mmHg, RR:
2. Memberikan dan 22x/mnt
mengajarkan teknik A: nyeri akut
meredakan nyeri dengan P: intervensi dilanjutkan
napas dalam: menganjurkan
pasien menarik napas pada 3
hitungan menahan pada 2
hitungan dan hembuskan
lewat hidung dalam 3
hitungan
2 Senin, 1. Memonitor suhu tubuh, S: -
13-6-22 frekuensi napas, dan tanda O: kulit pasien dingin, suhu
hipertermi/hipotermi tubuh: 36ºC (11.00) pada jam
2. Menjelaskan cara 13.00 suhu tubuh 39,6 ºC
pencegahan cenderung demam di malam hari
hipertermi/hipotermi: jika sampai menggigil
suhu naik lakukan kompres A: termoregulasi tidak efektif
hangat dan jika suhu turun P: intervensi dilanjutkan
gunakan selimut hangat
3. Menyesuaikan suhu
lingkungan
4. Melayani paracetamol 500
mg/IV
3 Senin, 1. Mengidentifikasi faktor S: pasien mengatakan merasa
penyebab mual: mual mual
19 04 22
dirasakan terus O: pasien terus meludah dan
2. Kurangi atau hilangkan
banyak berkeringat
keadaan penyebab mual:
menganjurkan keluarga A: nausea
untuk mengeluarkan tempat
P: intervensi dilanjutkan
makan dan penyebab bau di
ruangan
3. Anjurkan istirahat dan tidur
yang cukup
1. Analisa Data
Data-data Etiologi Problem

DS: pasien mengatakan sulit tidur, merasa nyeri Agen pencedera Nyeri akut
pada ulu hati seperti tertusuk dengan skala 4 fisiologis
yang dirasakan terus
DO: pasien tampak meringis dan gelisah, TD:
120/54 mmHg, N: 88x/mnt

DS: pasien mengatakan merasa mual dan ingin Efek agen Nausea
muntah, muntah terus dari pagi >4x berair farmakologis
warna putih
DO: pasien terus meludah dan muntahkan
apapun yang di makan

2. Diagnosis keperawatan
 Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
 Nausea b.d efek agen farmakologis
3. Intervensi keperawatan
SDKI SLKI SIKI
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238)
agen pencedera keperawatan selama 1x24 Observasi
fisiologis jam maka tingkat nyeri 1.Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
menurun dengan kriteria frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan skala
hasil: nyeri
 Keluhan nyeri menurun Terapeutik
 Meringis menurun 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
 Gelisah menurun mengurangi rasa nyeri
 Kesulitan tidur menurun 2. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,periode,dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi meredahkan nyeri
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
menguragi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik,jika
perlu.
Nausea b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen mual I.03117
peningkatan keperawatan selama 1x24 Observasi
tekanan jam maka tingkat nausea 1. Identifikasi pengalaman mual
intraabdomen menurun dengan kriteria 2. Identifikasi faktor penyebab mual
hasil: 3. Monitor mual
 Keluhan mual menurun Terapeutik
 Perasaan ingin muntah 1. Kendalikan faktor lingkungan penyebab
menurun mual
 Jumlah saliva menurun 2. Kurangi atau hilangkan keadaan
penyebab mual
3. Berikan makan dalam jumlah kecil dan
menarik
4. Berikan makanan dingin, cairan bening,
tidak berbau dan tidak berwarna, jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
2. Anjurkan sering membersihkan mulut,
kecuali jika merangsang mual
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antiemetic

4. Implementasi dan evaluasi keperawatan


DX Hari/tgl Jam Implementasi Evaluasi
1 Selasa, 1. Mengidentifikasi lokasi, S: pasien mengatakan nyeri pada
19-4-22 karakteristik, durasi, ulu hati seperti tertusuk dengan
frekuensi, kualitas dan skala skala 2 yang dirasakan terus
nyeri: nyeri pada ulu hati O: meringis berkurang tetapi
seperti tertusuk dengan skala masih gelisah
4 yang dirasakan terus A: nyeri akut
2. Memberikan dan P: intervensi dilanjutkan
mengajarkan teknik
meredakan nyeri dengan
napas dalam: menganjurkan
pasien menarik napas pada 3
hitungan menahan pada 2
hitungan dan hembuskan
lewat hidung dalam 3
hitungan
3. Melayani injeksi antrain
1amp/IV
2 Selasa, 1. Mengidentifikasi faktor S: pasien mengatakan mual terus
penyebab mual: pasien dan muntah terus
19-4-22
merasa ingin mual terus O: pasien terus muntah warna
2. Kurangi atau hilangkan
putih berair dan cair, pasien sulit
keadaan penyebab mual:
dengan menganjurkan tidur karena terus muntah
kurangi aroma yang tidak
A: nausea
enak dan makanan yang
dapat merangsang mual P: intervensi dilanjutkan
3. Anjurkan istirahat dan tidur
yang cukup dan makan
sedikit tapi sering
4. Melayani ondansentron
3x4gr/IV
1 Rabu, 1. Mengidentifikasi lokasi, S: pasien mengatakan nyeri pada
karakteristik, durasi, ulu hati seperti tertusuk dengan
20-4-22
frekuensi, kualitas dan skala skala 2 muncul tiba-tiba
nyeri: nyeri pada ulu hati O: pasien tak tampak meringis
seperti tertusuk dengan skala dan gelisah, TD: 124/54 mmHg,
2 muncul tiba-tiba N: 91x/mnt
2. Menganjurkan napas dalam A: nyeri akut
saat merasa nyeri P: intervensi dilanjutkan mandiri
(pasien pulang)
2 Rabu, 1. Mengidentifikasi faktor S: muntah terakhir tadi malam
penyebab mual: muntah dan tidak lagi merasa mual
20-4-22
terakhir tadi malam O: keadaan umum baik
2. Menganjurkan sering makan A: Nausea teratasi
dalam porsi yang sedikit P: intervensi di hentikan (pasien
pulang)
Pathway

 Vena porta
Infeksi kuman Masuk sistem  Sistem biler
Hepar
pencernaan  Sistem arterial
hepatik

Abses Hepar Rongga abses Peradangan/ Kerusakan


dipenuhi cairan inflamasi hepar jaringan

Metabolisme Produksi energi Infeksi Merangsang


nutrisi menurun menurun pengeluaran sintese
zat pirogen oleh
Merangsang leukosit
Intoleransi aktivitas pengeluaran bradikinin,
Intake nutrisi
menurun serotonin dan
prostaglandin Pelepasan pirogen
leukosit dan
pirogen endogen
Defisit nutrisi Impuls
disampaikan ke
Mencapai
Nyeri akut hipotalamus

Peningkatan suhu
tubuh

Hipertermia

Anda mungkin juga menyukai