Dunia ini perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah perempuan yang shalihah. (HR
Muslim)
Lanjut ke konten
Beranda
About
Makalah
ABSTRAK
Makalah ini mengenai Kerjasama Tim Dan Partisipasi dalam Meningkatkan Kinerja
Karyawan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
kerjasama tim dan partisipasi karyawan terhadap kinerja karyawan. Dalam makalah ini
dijelaskan mengenai pengertian Kinerja, batasan dan definisi kinerja serta tujuan dari
evaluasi kinerja, pengertian kerjasama tim, yang meliputi jenis tim, karakteristik tim dan
proses tim serta pengertian partisipasi.
Pembahasan makalah meliputi model efektivitas tim kerja, ciri-ciri tim yang efektif,
manajemen peran serta dan Hubungan antara kepemimpinan dengan manajemen peranserta.
Tim adalah suatu unit yang terdiri atas dua orang atau lebih yang berinteraksi dan
mengoordinasi kerja mereka untuk tujuan tertentu. Sedangkan partisipasi merupakan.
mengambil bagian dalam sebuah aktivitas dapat mengandung pengertian ikut serta tanpa
ikut menentukan bagaimana pelaksanaan aktivitas tersebut tetapi dapat juga berarti ikut
serta dalam menentukan jalannya aktivitas tersebut, dalam artian ikut menentukan
perencanaan dan pelaksanaan aktivitas tersebut.
Hasil dari pembahasan makalah ini menunjukkan bahwa dalam upaya untuk peningkatan
kinerja karyawan maka perlu kerjasama tim dan partisipasi dari karyawan. Untuk
membangun tim yang baik, maka perlu ada ikatan hati antar anggotanya dengan akidah dan
nilai-nilai transendental, sehingga sangat penting membangun visi dan misi bersama dalam
tim. Banyak organisasi gagal karena dikelola secara berlebihan namun kurang dipimpin.
Karena pemimpin merupakan faktor yang penting dalam membangun tim.
BAB I
PENDAHULUAN
Secara umum Evaluasi kinerja menjelaskan mengenai suatu proses umpan balik atas kinerja
yang lalu dan mendorong adanya produktivitas di masa mendatang. Dalam era globalisasi
telah menuntut adanya perubahan yang sangat cepat dan menyebabkan adanya pergeseran
pemikiran yang kompleks di segala bidang. Untuk itu perusahaan harus memiliki keunggulan
kompetitif (competitive advantage) agar dapat memenangkan persaingan, minimal untuk
mempertahankan operasi perusahaan. Salah satu keunggulan kompetitif yang penting bagi
perusahaan adalah karyawan perusahaan. Karyawan perusahaan merupakan penggerak
operasi perusahaan, sehingga jika kinerja karyawan perusahaan baik, maka kinerja
perusahaan juga akan meningkat.
Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis
organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi pada ekonomi (Armstrong dan
Baron, 1998 :15). Dengan demikian, kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil
yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan
bagaimana cara mengerjakannya.
Dengan adanya partisipasi karyawan dalam proses kegiatan organisasi, hal ini akan
meningkatkan kesadaran karyawan akan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya. Dengan adanya partisipasi, karyawan tahu benar mengenai apa yang harus
dikerjakan berkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan.
Masalah kinerja bagi perusahaan adalah masalah yang sangat penting. Tanpa adanya kinerja
yang baik tidak mungkin perusahaan dapat menghasilkan produk yang kompetitif.
Peningkatan kinerja mempunyai implikasi yang positif bagi perusahaan itu sendiri, artinya
perusahaan dapat menghasilkan kuantitas dan kualitas produk yang optimal dengan harga
bersaing. Selain itu juga, mempunyai implikasi yang positif terhadap kualitas kehidupan
karyawan, karena memberikan sumbangan terhadap peningkatan kualitas hidup karyawan.
Kinerja karyawan akan meningkat bila didukung oleh penerapan sistem manajemen kinerja
dan sistem pengembangan karir yang baik dan efektif serta penerapan kerjasama tim dan
partisipasi karyawan. Untuk untuk mengetahui pengaruh Kerjasama Tim dan Partisipasi
dalam meningkatkan kinerja karyawan, makalah ini penulis mengambil tema : Kerjasama
Tim Dan Partisipasi dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat di identifikasikan masalah sebagai
berikut :
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifkasi masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah yang akan diuraikan
dalam makalah ini sebagai berikut :
2. Pengertian Kerjasama Tim, Jenis Tim, Karakteristik Tim, Proses Tim dan Pengertian
Partisipasi Karyawann
3. Pembahasan Kerjasama Tim dan Partisipasi Terhadap Kinerja Karyawan, yang meliputi
: Model Efektifitas Tim Kerja, Ciri-ciri tim yang efektif, manajemen peranserta /partisipasi,
hubungan antara kepemimpinan dengan manajemen peranserta, Manfaat manajemen peran
serta, kiat mengimplementasikan manajemen peran serta, Elemen kriteria unjuk kerja dan
Karakteristik teamwork dan partisipasi efektif dalam meningkatkan kinerja
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kinerja
Kinerja berasal dari pengertian Performance. Kinerja mempunyai makna yang lebih luas,
bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung.
Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis
organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi pada ekonomi (Armstrong dan
Baron, 1998 :15). Dengan demikian, kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil
yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan
bagaimana cara mengerjakannya.
Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi
yang telah ditetapkan. Para atasan atau manajer sering tidak memperhatikan kecuali sudah
amat buruk atau segala sesuatu jadi serba salah. Terlalu sering manajer tidak mengetahui
betapa buruknya kinerja telah merosot sehingga perusahaan / instansi menghadapi krisis yang
serius. Kesan kesan buruk organisasi yang mendalam berakibat dan mengabaikan tanda
tanda peringatan adanya kinerja yang merosot.
Batasan Kinerja :
Banyak terminologi kinerja. Dalam buku- buku teks istilah kinerja lebih banyak menunjuk
pada konteks manajemen personalia. Meskipun akhir-akhir ini makin meluas pada bidang
lain seperti hukum, sosial, politik dan pemerintahan. Namun pembahasan hal-hal yang
terakhir itu, pada akhirnya bermuara pada manusia yang menjalankannya.
1. Kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000 : 67) Kinerja (prestasi kerja) adalah
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
2. Kemudian menurut Ambar Teguh Sulistiyani (2003 : 223) Kinerja seseorang merupakan
kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya.
3. Maluyu S.P. Hasibuan (2001:34) mengemukakan kinerja (prestasi kerja) adalah suatu
hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas tugas yang dibebankan
kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.
4. Menurut John Whitmore (1997 : 104) Kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang
dituntut dari seseorang,kinerja adalah suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum
ketrampikan.
5. Menurut Barry Cushway (2002 : 1998) Kinerja adalah menilai bagaimana seseorang telah
bekerja dibandingkan dengan target yang telah ditentukan.
6. Menurut Veizal Rivai ( 2004 : 309) mengemukakan kinerja adalah : merupakan perilaku
yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh
karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.
7. Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson Terjamahaan Jimmy Sadeli dan Bayu
Prawira (2001 : 78), menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan
atau tidak dilakukan karyawan.
8. John Witmore dalam Coaching for Perfomance (1997 : 104) kinerja adalah pelaksanaan
fungsi-fungsi yang dituntut dari seorang atau suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran
umum keterampilan.
Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak
tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi
yang diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negative
dari suatu kebijakan operasional. Mink (1993 : 76) mengemukakan pendapatnya bahwa
individu yang memiliki kinerja yang tinggi memiliki beberapa karakteristik, yaitu
diantaranya: (a) berorientasi pada prestasi, (b) memiliki percaya diri, (c) berperngendalian
diri, (d) kompetensi.
Ada beberapa unsur yang dapat kita lihat dari kinerja seorang karyawan. Seorang karyawan
dapat dikelompokkan ke dalam tingkatan kinerja tertentu dengan melihat aspek-aspeknya,
seperti: tingkat efektivitas, efisiensi, keamanan dan kepuasan pelanggan/fihak yang dilayani.
Tingkat efektivitas dapat dilihat dari sejauhmana seorang karyawan dapat memanfaatkan
sumber-sumber daya untuk melaksanakan tugas-tugas yang sudah direncanakan, serta
cakupan sasaran yang bisa dilayani. Tingkat efisiensi mengukur seberapa tingkat penggunaan
sumber-sumber daya secara minimal dalam pelaksanaan pekerjaan. Sekaligus pula dapat
diukur besarnya sumber-sumber daya yang terbuang, semakin besar sumber daya yang
terbuang, menunjukkan semakin rendah tingkat efisiensinya.
Mengingat fungsi ideal dari pelaksanaan tugas karyawan dalam unit kerja adalah fungsi
pelayanan, maka unsur penting dalam penilaian kinerja karyawan adalah kepuasan
pelanggan/fihak yang dilayani. Mengukur kepuasan pelanggan, merupakan persoalan yang
cukup pelik. Sehingga tidak jarang, unsur ini sering kali diabaikan dan jarang dilakukan.
Disebut pelik, karena pengukuran kepuasan pelanggan harus memperhatikan validitas
pengukuran, sehingga harus memperhatikan metode dan instrumen yang tepat. Dalam
pelaksanaan pekerjaan yang bersifat profit-oriented, kepuasan pelanggan seringkali
dihubungkan dengan tingkat keuntungan finansial yang diperoleh. Dalam pelaksanaan
pekerjaan yang social-oriented, kepuasan pelanggan banyak dihubungkan dengan tingkat
kunjungan ulang pelanggan. Meskipun kenyataanya tidak selalu demikian, karena pelayanan
yang sifatnya monopolistik dapat meningkatkan keterpaksaan pelanggan untuk datang dan
minta dilayani. Mereka tidak memiliki pilihan.
Evaluasi Kinerja
Evaluasi Kinerja menurut Kreitner dan Kinichi, 2001:300 yang dikutip Prof.Dr.Wibowo,
SE,M.Phil dalam buku Manajemen Kinerja yaitu Evaluasi Kinerja merupakan pendapat yang
bersifat evaluatif atas sifat, perilaku seseorang, atau prestasi sebagai dasar unutk keputusan
dan rencana pengembangan personil. Dan Evaluasi Kinerja adalah suatu proses mengevaluasi
kinerja pekerja, membagi informasi dengan mereka, dan mencari cara memperbaiki
kinerjanya. (Newstrom dan Davis :1997:173); sementara menurut William B. Werther Jr. And
Kieth Davis, memandang Evaluasi Kinerja adalah proses dimana organisasi mengevaluasi
prestasi kinerja. Apabila telah dilaksanakan dengan benar, maka karyawan, pengawas utama
(supervisor), departemen SDM dan pada akhirnya organisasi mendapat manfaat.
Evaluasi kinerja merupakan kegiatan lebih lanjut dari kegiatan pengukuran kinerja dan
pengembangan indikator kinerja; oleh karena itu dalam melakukan evaluasi kinerja harus
berpedoman pada ukuran-ukuran dan indikator yang telah disepakati dan ditetapkan.
Evaluasi kinerja juga merupakan suatu proses umpan balik atas kinerja masa lalu yang
berguna untuk meningkatkan produktivitas dimasa mendatang. Sebagai suatu proses yang
berkelanjutan, evaluasi kinerja menyediakan informasi mengenai kinerja dalam hubungannya
terhadap tujuan dan sasaran.
Evaluasi kinerja berfungsi untuk : (a) mengetahui tingkat keberhasilan dan kegagalan kinerja
suatu organisasi; dan (b) memberikan masukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.
Melalui evaluasi kinerja dapat diketahui apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala
yang dijumpai dalam pelaksanaan misi dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan
pelaksanaan program/kegiatan di masa yang akan datang.
Sehubungan dengan itu, kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk
melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya
dengan hasil seperti yang diharapkan. Jika dikaitkan dengan performance sebagai kata benda
(noun) di mana salah satu entrinya adalah hasil dari sesuatu pekerjaan (thing done),
pengertian performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseoarng atau
kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar
hukum dan tidak bertentangan dengan moral atau etika.
Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, tapi berhubungan dengan
kepuasan kerja dan tingkat imbalan, dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan dan sifat-
sifat individu. Oleh karena itu, menurut model partner-lawyer (Donnelly, Gibson and
Invancevich: 1994), kinerja individu pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor; (a)
harapan mengenai imbalan; (b) dorongan; (c) kemampuan; kebutuhan dan sifat; (d) persepsi
terhadap tugas; (e) imbalan internal dan eksternal; (f) persepsi terhadap tingkat imbalan dan
kepuasan kerja. Dengan demikian, kinerja pada dasarnya ditentukan oleh tiga hal, yaitu: (1)
kemampuan, (2) keinginan dan (3) lingkungan.
Tim adalah suatu unit yang terdiri atas dua orang atau lebih yang berinteraksi dan
mengoordinasi kerja mereka untuk tujuan tertentu. Definisi ini memiliki tiga komponen.
Pertama, dibutuhkan dua orang atau lebih. Kedua, orang orang dalam sebuah tim memiliki
interaksi regular. Ketiga, orang orang dalam sebuah tim memiliki tujuan kinerja yang sama.
KELOMPOK TIM
Memiliki pemimpin yang ditunjuk Berbagi peran kepemimpinan
Tujuan kelompok dan organisasi sama Visi atau tujuan khusus tim
Efektifitas secara tidak langsung diukur Efektifitas secara langsung diukur dengan
oleh pengaruh bisnis menilai kerja kolektif
a. Tim Formal
Tim formal diciptakan oleh organisasi sebagai bagian dari struktur formal organisasi. Dua
jenis tim formal yang paling umum adalah tim vertikal dan tim horizontal.
b. Tim Vertikal
Tim vertikal terdiri dari seorang manajer dan para bawahannya dalam rantai komando formal.
Terkadang tim ini disebut tim fungsional atau tim komando. Setiap tim diciptakan oleh
organisasi untuk mencapai tujuan tujuan tertentu lewat aktifitas dan interaksi bersama para
anggota.
c. Tim Horizontal
Tim horizontal terdiri atas karyawan karyawan dari tingkat hierarkis yang hamper sama,
tetapi dari bidang keahlian yang berbeda. Dua jenis tim horizontal yang paling umum adalah
angkatan tugas dan komite.
2. Komite biasanya berumur panjang dan mungkin merupakan bagian permanen dari
struktur organisasi. Komite memberikan keuntugan yaitu: memungkinkan para anggota
organisasi untuk bertukar informasi, menghasilkan saran saran untuk mengoordinasi unit
unit organisasional yang diwakilkan, mengembangkan berbagai ide dan solusi baru untuk
masalah masalah organisasional yang ada, dan membantu perkembangan berbagai praktik
dan kebijaksanaan organisasional yang baru.
Tim dengan tujuan khusus adalah tim yang diciptakan diluar organisasi formal untuk
mengerjakan proyek kepentingan atau kreatifitas khusus. Tim dengan tujuan khusus masih
merupakan bagian dari organisasi formal dan memiliki struktur laporannya sendiri.
Tim yang dibentuk dalam satu departemen yang sama dan anggotanya adalah karyawan
untuk mendiskusikan cara-cara peningkatan kualitas, efisiensi dll.
Tim pemecahan masalah biasanya terdiri atas 5 sampai 12 karyawan per jam dari departemen
yang sama yang dengan sukarela bertemu untuk mendiskusikan cara cara peningkatan
kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja. Tim pemecahan masalah biasanya merupakan
langkah pertama dalam langkah perusahaan menuju partisipasi karyawan yang lebih besar.
Seiring dengan bertambah dewasanya perusahaan, tim pemecahan masalah berangsur
angsur berkembang menjadi tim dengan kepemimpinan mandiri.
Kepemimpinan mandiri biasanya terdiri dari 5 sampai 20 pekerja dengan lebih dari satu
keterampilan yang menggilir pekerjaan untuk menghasilkan produk atau layanan yang
menyeluruh atau setidaknya satu aspek menyeluruh atau bagian dari sebuah produk atau
layanan. Ide pokoknya adalah bahwa tim tim itu sendiri, dan bukan para manajer atau
supervisor, bertanggung jawab atas pekerjaan mereka, membuat keputusan, mengawasi
kinerja mereka sendiri, dan mengubah perilaku kerja mereka seperti yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalah, mencapai tujuan, dan menyusuaikan diri terhadap kondisi kondisi
yang berubah.
Tim dengan kepemimpinan mandiri merupakan tim permanen yang secara khusus meliputi
elemen elemen berikut ini :
Tim mencakup para karyawan yang memiliki beberapa keterampilan dan fungsi, dan
keterampilan keterampilan yang dikombinasikan sudah cukup untuk mengerjakan
tugas organisasional yang besar.
Tim diberi akses menuju sumber sumber daya seperti informasi, peralatan, mesin
dan persediaan yang dibutuhkan untuk mengerjakan seluruh tugas.
Tim diberi kekuasaan dengan otoritas pembuatan keputusan yang berarti bahwa para
anggota memiliki kebebasan untuk memilih anggota baru, memecahkan masalah,
menghabiskan uang, mengawasi hasil, dan merencanakan masa depan.
Dua jenis tim yang semakin sering digunakan adalah tim virtual/maya dan tim global
1. Tim virtual terdiri atas anggota anggota yang tersebar secara geografis dan
organisasional yang terikat terutama oleh kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi.
Tim virtual sering meliputi para pekerja lepas, anggota organisasi rekanan, pelanggan,
pemasok, konsultan, atau pihak pihak luar lainnya. Salah satu keuntungan utama tim virtual
adalah kemampuan untuk dengan cepat mengumpulkan kelompok orang yang paling tepat
untuk menyelesaikan proyek yang kompleks, memecahkan masalah tertentu, atau
mengekploitasi peluang strategis tertentu.
2. Tim global adalah tim kerja lintas batas yang terbentuk dari anggota anggota dengan
kebangsaan yang berbeda yang aktifitasnya menjangkau banyak Negara. Tim global dapat
dibagi dalam dua kategori yaitu tim interkultiral yang para anggotanya berasl dari berbagai
negara atau budaya yang berbeda dan bertemu dengan berhadapan secara langsung, dan tim
global virtual yang para anggotanya tinggal di lokasi yang terpisah di seluruh penjuru dunia
dan melaksanakan pekerjaan mereka dengan bantuan teknologi elektronik.
a. Ukuran
Secara umum, ketika ukuran tim meningkat, akan lebih sulit bagi setiap anggota untuk dapat
saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Ukuran kelompok mengusulkan hal hal
berikut ini :
1. Tim kecil ( 2 sampai 4 anggota ) menunjukan lebih banyak persetujuan, mengajukan lebih
banyak pertanyaan, dan bertukar lebih banyak opini. Merek cenderung bersikap informaldan
tidak banyak menuntut pemimpin.
2. Tim besar cenderung memiliki lebih banyak perselisihan pendapat dan perbedaan opini.
Karena kurangnya kepuasan dihubungkan dengan tugas yang dispesialisasikan serta
komunikasi yang buruk, para anggota tim memiliki sedikit kesempatan untuk berpatisipasi
dan merasakan keakraban kelompok.
b. Peran Anggota
Dalam tim tim yang sukses syarat kinerja tugas dan kepuasan social dipenuhi oleh
munculnya dua jenis peran yaitu spesialis tugas dan sosioemosional.
Orang orang yang memainkan peran spesialis tugas menghabiskan waktu dan energi untuk
membantu tim meraih tujuannya. Mereka sering memperlihatkan perilaku perilaku berikut :
Memprakarsai ide
Memberikan opini
Mencari informasi
Meringkas
Memberi semangat
Mengurangi Ketegangan
Mengikuti
Berkompromi
b. Kekompakan Tim
Kekompakan tim didefinisikan sebagai sejauh mana para anggota tertarik pada tim dan
termotivasi untuk tinggal didalamnya. Faktor faktor yang menentukan kekompakan tim :
1. Interaksi tim. Hubungan yang lebih baik antara anggota tim dan semakin banyak waktu
yang dihabiskan bersama, semakin kompak tim tersebut.
2. Konsep tujuan yang sama. Anggota tim sepakat dengan tujuan dan menjadikan lebih
kompak
3. ketertarikan pribadi terhadap tim. Para anggota memiliki sikap dan nilai yang serupa
dan senang berkumpul.
c. Norma Tim
Norma tim adalah standar perilaku yang sama sama dimiliki oleh para anggota tim dan
membimbing perilaku mereka. Norma bersifat informal. Norma juga tidak tertulis, seperti
halnya peraturan dan prosedur.
Norma mengidentifikasikan nilai nilai utama, mengklarifikasi harapan harapan peran, dan
memudahkan kelangsungan hidup tim. Norma yang relevan dengan perilaku sehari hari dan
hasil kerja serta kinerja karyawan secara berangsur angsur berkembang. Empat cara
berkembangnya norma tim yang lazim untuk mengendalikan dan mengarahkan perilaku yaitu
:
1. Peristiwa penting. Peristiwa penting dalam sejarah tim membangun teladan yang penting.
2. Keunggulan. Keunggulan berarti bahwa perilaku pertama yang muncul dalam tim sering
kali menentukan teladan untuk harapan harapan tim nantinya.
4. Pernyataan yang eksplisit. Dengan pernyataan yang eksplisit, para pemimpin atau para
anggota tim dapat memprakarsai normanorma dengan mengungkapkannya pada tim.
Istilah partisipasi seringkali digunakan untuk memberi kesan mengambil bagian dalam
sebuah aktivitas. Mengambil bagian dalam sebuah aktivitas dapat mengandung pengertian
ikut serta tanpa ikut menentukan bagaimana pelaksanaan aktivitas tersebut tetapi dapat juga
berarti ikut serta dalam menentukan jalannya aktivitas tersebut, dalam artian ikut menentukan
perencanaan dan pelaksanaan aktivitas tersebut.
Pertama : ikut serta dalam kegiatan tersebut tapi tidak terlibat dalam pengambilan
keputusan,
Kedua : ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut sekaligus terlibat dalam pengambilan
keputusan.
Definisi partisipasi dalam pengertian ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut sekaligus
terlibat dalam pengambilan keputusan, dapat didefinisikan sbb :
1. Menurut Heller, et. al., 1984, partisipasi sebagai sebuah proses dimana individu
mengambil bagian dalam pengambilan keputusan dalam sebuah institusi, program,
dan lingkungan yang mempengaruhi mereka.
2. Menurut Zimmerman dan Rappaport (1988, dalam Duffy and Wong, 1996)
mendefinisikan partisipasi sebagai keterlibatan dalam aktivitas organisasi yang mana
partisipasi individu tersebut tanpa membayar guna mencapai sebuah tujuan umum.
Dasar dari mekanisme ini adalah bahwa manusia dapat, mau, dan akan bekerjasama
untuk memecahkan persoalan-persoalan bersama.
3. Menurut Hadi (1995) mendefinisikan partisipasi sebagai proses dimana masyarakat
turut serta mengambil bagian dalam pengambilan keputusan. Masyarakat yang
dimaksudkan disini adalah masyarakat yang terkena dampak (affected people).
Pendekatan partisipatif mampu menguatkan visi, misi dan strategi sebuah organisasi. Semua
anggota organisasi harus mengetahui visi dan misi serta sepakat dengan strategi yang akan
dijalankan. Hal ini akan mewarnai kerja rutin dan meningkatkan motivasi serta kepuasan
kerja mereka. Cara terbaik untuk memastikan bahwa visi dan misi menjadi milik bersama
adalah melibatkan orang sebanyak mungkin dalam proses perumusannya.
BAB III
Orang bisa mencapai sukses jika didukung dan mendukung orang lain. Intinya, sukses bisa
diraih melalui kerja sama tim. Siapa pun yang telah mencapai sukses pasti menyadari hal ini.
Tetapi, tentu saja tim yang dimaksud di sini bukanlah sembarang tim, tetapi tim yang efektif.
Kerjasama tim seperti kemampuan yang harus terus diasah. Tidak ada artinya karyawan
berkemampuan tinggi tetapi tidak bisa bekerja sama dalam tim. Dua hal tersebut seperti satu
paket.
Efektifitas tim kerja didasarkan pada dua hasil hasil produktif dan kepuasan pribadi.
Kepuasan berkenaan dengan kemampuan tim untuk memenuhi kebutuhan pribadi para
anggotanya dan kemudian mempertahankan keanggotaan serta komitmen mereka. Hasil
produktif berkenaan dengan kualitas dan kuantitas hasil kerja seperti yang didefinisikan oleh
tujuan tujuan tim. Faktor faktor yang mempengaruhi efektifitas tim yaitu konteks
organisasional, struktur, strategi, lingkungan budaya, dan system penghargaan. Karakter tim
yang penting adalah jenis, struktur, dan komposisi tim. Karakteristik karakteristik tim ini
mempengaruhi proses internal tim, yang kemudian mempengaruhi hasil dan kepuasan. Para
pemimpin harus memahami dan mengatur tingkat tingkat perkembangan, kekompakan,
norma norma, dan konflik supaya dapat membangun tim yang efektif.
Jika semua anggota tim mendayung ke arah yang sama, pasti kapal yang didayung akan lebih
cepat sampai ke tempat tujuan, dari pada jika ada anggota tim yang mendayung ke arah yang
berbeda, berlawanan, ataupun tidak mendayung sama sekali karena bingung ke arah mana
harus mendayung. Jadi, pastikan bahwa tim memiliki tujuan dan semua anggota tim Anda
tahu benar tujuan yang hendak dicapai bersama, sehingga mereka yakin ke arah mana harus
mendayung.
Pendayung akan mendayung lebih cepat jika mereka memiliki antusiasme yang tinggi.
Antusiasme tinggi bisa dibangkitkan jika kondisi kerja juga menyenangkan: anggota tim
tidak merasa takut menyatakan pendapat, mereka juga diberi kesempatan untuk menunjukkan
keahlian mereka dengan menjadi diri sendiri, sehingga kontribusi yang mereka berikan juga
bisa optimal.
Jika semua ingin menjadi pemimpin, maka tidak akan ada yang mendayung. Sebaliknya, jika
semua ingin menjadi pendayung, maka akan terjadi kekacauan karena tidak ada yang
memberi komando untuk kesamaan waktu dan arah mendayung. Intinya, setiap anggota tim
harus mempunyai peran dan tanggung jawab masing-masing yang jelas. Tujuannya adalah
agar mereka tahu kontribusi apa yang bisa mereka berikan untuk menunjang tercapainya
tujuan bersama yang telah ditentukan sebelumnya.
Dalam proses meraih tujuan, harus ada komunikasi yang efektif antar-anggota tim.
Strateginya: Jangan berasumsi. Artinya, jika Anda tidak yakin semua anggota tim tahu apa
yang harus menjadi prioritas utama untuk diselesaikan, jangan berasumsi, tanyakan langsung
kepada mereka dan berikan informasi yang mereka perlukan. Jika Anda tidak yakin bahwa
tiap anggota tim tahu bagaimana melakukan ataupun menyelesaikan suatu tugas, jangan
berasumsi mereka tahu, melainkan informasikan atau tujukanlah kepada mereka cara
melakukannya. Komunikasi juga perlu dilakukan secara periodik untuk tujuan monitoring
(misalnya: sudah seberapa jauh tugas diselesaikan) dan correcting (misalnya: apakah ada
kesalahan yang perlu diperbaiki dalam menyelesaikan tugas yang telah ditentukan).
e. Resolusi Konflik.
Peace is not the absence of conflict, but the presence of justice. Ini merupakan pendapat
Martin Luther King. Rasanya hal ini berlaku pula pada pencapaian sebuah tujuan. Dalam
mencapai tujuan mungkin saja ada konflik yang harus dihadapi. Tetapi konflik ini tidak harus
menjadi sumber kehancuran tim. Sebaliknya, konflik ini yang dapat dikelola dengan baik bisa
dijadikan senjata ampuh untuk melihat satu masalah dari berbagai aspek yang berbeda
sehingga bisa diperoleh cara baru, inovasi baru, ataupun perubahan yang memang diperlukan
untuk melaju lebih cepat ke arah tujuan. Jika terjadi konflik, jangan didiamkan ataupun
dihindari. Konflik yang tidak ditangani secara langsung akan menjadi seperti kanker yang
menggerogoti semangat tim. Jadi, konflik yang ada perlu segera dikendalikan.
f. Shared power.
Jika ada anggota tim yang terlalu dominan, sehingga segala sesuatu dilakukan sendiri, atau
sebaliknya, jika ada anggota tim yang terlalu banyak menganggur, maka pasti ada
ketidakberesan dalam tim yang lambat laun akan membuat tim menjadi tidak efektif. Jadi,
tiap anggota tim perlu diberikan kesempatan untuk menjadi pemimpin, menunjukkan
kekuasaannya di bidang yang menjadi keahlian dan tanggung jawab mereka masing-
masing. Sehingga mereka merasa ikut bertanggung jawab untuk kesuksesan tercapainya
tujuan bersama.
g. Keahlian.
Bayangkan sebuah paduan suara dengan anggota memiliki satu jenis suara saja: sopran saja,
tenor saja, alto saja, atau bas saja. Tentu suara yang dihasilkan akan monoton. Bandingkan
dengan paduan suara yang memiliki anggota dengan berbagai jenis suara yang berbeda
(sopran, alto, tenor dan bas). Paduan suara yang dihasilkan pasti akan lebih harmonis.
Demikian pula dengan tim kerja. Tim yang terdiri dari anggota-anggota dengan berbagai
keahlian yang saling menunjang akan lebih mudah bekerja sama mencapai tujuan. Berbagai
keahlian yang berbeda tersebut dapat saling menunjang sehingga pekerjaan menjadi lebih
mudah dan lebih cepat diselesaikan. Anggota tim dengan keahlian yang berbeda juga bisa
saling memperluas perspektif and memperkaya keahlian masing-masing Apresiasi. Tiap
anggota yang telah berhasil melakukan apa yang menjadi tanggung jawabnya dengan baik,
atau telah memberikan kontribusi positif bagi keuntungan tim, pantas mendapat apresiasi.
Tentu saja apresiasi yang diberikan dengan tulus akan lebih terasa dampaknya. Apresiasi bisa
menambah semangat anggota tim yang bersangkutan untuk terus berprestasi. Apresiasi tidak
harus diberikan dalam bentuk uang. Saya sangat menghargai ketulusan Anda membantu
pelanggan memilih produk kita yang paling tepat untuknya, merupakan satu bentuk apresiasi
sederhana berupa kata-kata tulus. Banyak bentuk apresiasi lain yang bisa diberikan,
misalnya: promosi, bonus dalam berbagai bentuk (wisata keluarga yang dengan
menggunakan fasilitas transportasi dan vila perusahaan, beasiswa bagi anak). Sikap dan
pikiran positif. Dengan menggunakan kacamata hitam, dunia yang Anda lihat akan lebih
redup. Dengan menggunakan kacamata kehijauan, dunia pun terlihat bernuansa hijau.
Demikian pula dengan kacamata sikap dan pikiran yang positif, dunia di sekitar Anda akan
terlihat positif. Kesulitan pun akan terlihat lebih mudah diatasi, karena kesulitan bukanlah
masalah yang harus dihindari, tetapi tantangan yang harus ditangani. Sikap dan pikiran yang
positif merupakan modal utama sebuah tim.
h. Evaluasi.
Bagaimana sebuah tim bisa mengetahui sudah sedekat apa mereka dari tujuan, jika mereka
tidak menyediakan waktu sejenak untuk melakukan evaluasi? Evaluasi yang dilakukan secara
periodik selama proses pencapaian tujuan masih berlangsung bisa membantu mendeteksi
lebih dini penyimpangan yang terjadi, sehingga bisa segera diperbaiki. Evaluasi juga bisa
dilakukan tidak sekadar untuk koreksi, tetapi untuk mencari cara yang lebih baik. Evaluasi
bisa dilakukan dalam berbagai cara: observasi, riset pelanggan, riset karyawan, interview,
evaluasi diri, evaluasi keluhan pelanggan yang masuk, atau sekedar polling pendapat pada
saat meeting. Ingin sukses? Jangan lupa membantu anggota tim Anda untuk sukses. Jika
mereka sukses, maka mereka pun akan menjadi tim sukses yang mendukung Anda
Partisipasi akan menaikkan rasa kebersamaan dalam kelompok, yang akibatnya akan
menaikkan kerjasama anggota kelompok di dalam penetapan sasaran.
Partisipasi dapat mengurangi rasa tertekan.
Masalah Partisipasi
Sedangkan menurut (Siegel & Marcaroni, 1989 : 140 dalam Abriani, 1998), masalah yang
berkaitan dengan partisipasi ada 3 hal.
Masalah pertama adalah adanya kemungkinan manajer membentuk budget slack, slack
merupakan perbedaan (selisih) sumber daya yang sebenarnya diperlukan dalam proses yang
efisien, dengan jumlah yang lebih besar yang ditambahkan pada kegiatan tersebut.
Masalah ketiga adalah status dan pengaruh di dalam organisasi mengurangi efektifitas
partisipasi. Hal ini disebabkan biasanya orang yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi
akan mempunyai pengaruh yang lebih besar didalam proses penetapan sasaran.
Dengan adanya partisipasi akan terjadi mekanisme pertukaran informasi, yang dalam hal ini
masing-masing manajer akan memperoleh informasi tentang kerja. Informasi ini
memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang tugas yang akan mereka lakukan.
Tersedianya informasi yang berhubungan dengan tugas akan meningkatkan perencanaan
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Individu yang memiliki informasi yang berhubungan
dengan tugas akan lebih keras dalam berusaha dan jauh lebih bersemangat dalam
mengerjakan tugas dibandingkan individu yang tidak memiliki informasi yang berhubungan
dengan tugas.
Manajemen kinerja adalah proses komunikasi yang dilakukan secara terus menerus dalam
kemitraan antara karyawan dengan atasan langsungnya. Proses komunikasi ini meliputi
kegiatan membangun harapan yang jelas pemahaman mengenai pekerjaan yang akan
dilakukan.
Hubungan antara kepemimpinan dengan manajemen peran serta sangat erat. Hubungan yang
sangat erat ini melibatkan usaha kerja sama antara dua orang atau lebih, untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Keterlibatan secara aktif dari bawahan dengan menggunakan
segala keahlian dan kreativitas mereka dalam memecahkan persoalan-persoalan manajemen
yang penting. Pelaksanaan manajemen peran serta yang berdasarkan shared authority dari
atasan dengan bawahannya tidak berarti atasan melimpahkan semua wewenangnya atau
mengurangi wewenangnya dalam pengambilan keputusan melainkan menyertakan bawahan
membuat keputusan dalam memecahkan persoalan manajeman yang penting.
menggariskan secara tegas dan jelas tugas-tugas dan fungsi-fungsi dari bawahan
melimpahkan wewenang kepada bawahannya terbatas dalam kaitannya untuk
melaksanakan tugas-tugas dan fungsinya
menggariskan dengan jelas tanggung jawab bawahannya atas penguunaan wewenang
yang telah dilimpahkan kepadanya
mendorong bawahan agar menerima pelimpahan wewenang dari atasannya dan
melaksanakan tugas dan tanggung ajawab sebaik-baiknya
Dari uraian diatas seorang atasan melaksanakan manajemen peran serta bila :
wewenang dan kekuasaan diemban bersama dengan anak buahnya dalam proses
pengambilan keputusan
bawahan terlibat secara aktrif dan membantu atasannya yang bertindak sebagai
pemimpin kelompok dalam pengambilan keputusan
bawahan memberikan input yang penting dan berharga dalam pengambilan
keputusannya, sehingga keputusannya merupakan suatu tim manajemen
Untuk dapat menetapkan pendekatan manajemen peran serta ini, para manajer harus:
harus mampu membuat kekuatan masing-masing anak buahnya sebagai modal dan
menghilangkan kelemahannya
harus mampu mengkompromikan harapan-harapan dan kepentingan dari kelompok-
kelompok dan organisasi sedemikian rupa sehingga dapat dipertemukan
untuk meningkatkan mutu keputusan manajemen
mengetahui lebih dulu tentang diri kita sendiri dan organisasi kita
mengadakan diagnosa hambatan dengan cara :
Macam-macam hambatan :
a. Hambatan yang Controlable ialah hubungan dimana kita memiliki wewenang dan
kekuasaan untuk menghilangkannya, seperti :
kurang cukupnya waktu yang dimiliki oleh seorang atasan terhadap bawahannya
kurangnya latihan-latihan yang dilaksanakan atau yang diperoleh bawahan
atasan yang tidak mau mencari dan menyediakan waktu untuk mempraktekkan
manajemen peran serta
c. Hambatan yang kita dapat mempengaruhi sedikit sekali atau menguasai untuk
menghilangkannya. Hambatan-hambatan tersebut berupa :
reputasi organisasi
Hasil-hasil yang dicapai tim berkontribusi positip terhadap rencana bisnis organisasi
Manajer menyemangati/memberi dorongan tim untuk mengusahakan
pembaruan/inovasi dan inisiatip.
Kompetensi tim dan individu dimonitor secara berkala untuk memastikan bahwa tim
mampu mencapai tujuannya.
Anggota tim membagi dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya.
Anggota tim memberikan partisipasi aktip dalam kegiatan tim dan proses komunikasi.
Individu dan tim melakukan tanggung jawab secara individu dan bersama terhadap
tindakannya.
Tim menerima dukungan untuk mengenali dan menyelesaikan permasalahan yang
menghalangi kinerjanya.
Tim adalah sebuah sistem yang unik, yaitu setiap tim bagaikan sistem yang berbeda-beda.
Tim merupakan kumpulan orang yaitu bagaikan komponen dalam satu sistem. Sedangkan
partisipasi (peran serta) karyawan merupakan sebuah proses dimana individu mengambil
bagian dalam pengambilan keputusan dalam sebuah institusi, program, dan lingkungan yang
mempengaruhi mereka. Sehingga dengan peranserta karyawan dalam tim akan dapat
meningkatkan kinerjanya.
Dari penjelasan tentang kerjasama tim dan partisipasi dalam peningkatan kinerja karyawan,
agar tim dapat lebih berhasil hendaklah tiap karyawan dapat memahami hal berikut ini :
Ada sepuluh karakteristik yang diperlukan tim dan partisipasi dalam menghasilkan kinerja
secara luar biasa dan cepat mencapai tujuan yang diharapkan.
Tim efektif sangat dipengaruhi adanya prinsip, tujuan, dan sasaran yang jelas, sehingga
secara sadar anggota tim disatukan oleh kebersamaan misi dan membangun komitmen
bersama. Semua anggota tim mengerti dan menyetujui tujuan serta sasaran tim.
Tim efektif sangat dipengaruhi adanya keterbukaan dan saling mempercayai antar anggota
tim. Semua anggota mendapatkan informasi yang sama dari akses yang sama pula, serta
dapat berkomunikasi dengan lancar dan jelas. Anggota tim bebas untuk mengeluarkan ide-
idenya. Eksperimen dan kreativitas selalu digiatkan, anggota lainnya wajib untuk menolong
anggota bersangkutan, jika memang ide tersebut logis dan berguna.
Tim efektif sangat dipengaruhi adanya dukungna dan kepercayaan antar seluruh anggota tim
dengan baik. Pemimpin tidak akan dapat menyelesaikan program dan kegiatan sendiri.
Dukungan dan kepercayaan anggota tim sangat diperlukan.
Tim efektif sangat dipengaruhi adanya kerjasama, komunikasi dan konflik. Komunikasi
adalah link antar sesama anggota kelompok, sehingga keberadaanya sangat penting.
Kemampuan menggunakan komunikasi yang efektif dengan memanfaatkan sarana
komunikasi yang ada. Harus mampu membuat konflik yang tidak merusak keutuhan tim.
Konflik yang terjadi dapat diselesaikan dengan jalan konsensus, bersifat konstruktif, dan
menerapkan pendekatan menang-menang (win-win approach).
Tim akan efektif mencapai tujuan, ketika anggota selalu mendukung keputusan serta
menjalankan prosedur dan pengawasan yang dibuat bersama-sama. Dalam tim diperlukan
pemahaman peran, tanggung jawab, dan keterbatasan otoritas masing-masing.
Tim yang efektif harus selalu mengevaluasi fungsi dan proses yang sudah dilakukan secara
reguler. Tim efektif mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah dan membuat
keputusan dengan baik.
1. Pengembangan Individu.
Tim akan bekerja efektif jika selalu mengelola peningkatan penghargaan individu. Kegiatan
tim tidak hanya fokus pada hasil tetapi juga pada proses dan isi.
Tim akan efektif jika memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan, baik
dengan para atasan (melobi), dengan tim lain (sosialisasi dan share) serta lingkungan
perusahaan (adaptasi). Kurang kerja sama dengan kelompok lain akan menyebabkan kerja
samanya kurang menggairahkan.
Tim akan efektif jika sesama anggotanya memiliki ikatan hati dengan baik, bahkan secara
sinergi mempunyai tanggung jawab moral untuk saling menasihati dan mencapai
keberhasilan bersama. Dimasa depan, tim memiliki tumpuan utama pada kredibilitas moral
anggotanya.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan makalah tentang Kerjasama Tim dan Partisipasi Terhadap
Kinerja Karyawan, maka pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan
berdasarkan hasil kajian pustaka dan teori yang telah dilakukan di bab terdahulu dalam
laporan ini.
Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
2. Evaluasi kinerja berfungsi untuk : (a) mengetahui tingkat keberhasilan dan kegagalan
kinerja suatu organisasi; dan (b) memberikan masukan untuk mengatasi permasalahan yang
ada. Melalui evaluasi kinerja dapat diketahui apakah pencapaian hasil, kemajuan dan
kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan misi dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan
pelaksanaan program/kegiatan di masa yang akan datang.
3. Tim adalah suatu unit yang terdiri atas dua orang atau lebih yang berinteraksi dan
mengoordinasi kerja mereka untuk tujuan tertentu. Definisi ini memiliki tiga komponen.
Pertama, dibutuhkan dua orang atau lebih. Kedua, orang orang dalam sebuah tim memiliki
interaksi regular. Ketiga, orang orang dalam sebuah tim memiliki tujuan kinerja yang sama.
4. Istilah partisipasi seringkali digunakan untuk memberi kesan mengambil bagian dalam
sebuah aktivitas. Mengambil bagian dalam sebuah aktivitas dapat mengandung pengertian
ikut serta tanpa ikut menentukan bagaimana pelaksanaan aktivitas tersebut tetapi dapat juga
berarti ikut serta dalam menentukan jalannya aktivitas tersebut, dalam artian ikut menentukan
perencanaan dan pelaksanaan aktivitas tersebut.
5. Ada sepuluh karakteristik yang diperlukan tim dan partisipasi dalam menghasilkan kinerja
secara luar biasa dan cepat mencapai tujuan yang diharapkan.
Pengembangan Individu.
6. Kerja sama tim dan partisipasi karyawan yaitu ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut
sekaligus terlibat dalam pengambilan keputusan merupakan kemampuan yang harus terus
diasah dan masih terdapat ruang untuk perbaikan. Tidak ada artinya karyawan berkemampuan
tinggi tetapi tidak bisa bekerja sama dalam tim dan terlibat aktif dalam berpartisipasi di
kegiatan organisasi.
4.2. Saran
Dari pembahasan dan kesimpulan yang telah penulis sampaikan, penulis mencoba
memberikan beberapa saran :
1. Dalam upaya untuk peningkatan kinerja karyawan maka perlu kerjasama tim dan
partisipasi dari karyawan. Untuk membangun tim yang baik, maka perlu ada ikatan hati antar
anggotanya dengan akidah dan nilai-nilai transendental, sehingga sangat penting membangun
visi dan misi bersama dalam tim.
2. Banyak organisasi gagal karena dikelola secara berlebihan namun kurang dipimpin.
Karena pemimpin merupakan faktor yang penting dalam membangun tim. Pemimpin yang
sukses membangun orang dan tim mempunyai ciri-ciri sbb: karisma, kepedulian, komitmen,
kejelasan, komunikator, konsisten, kreatif, kompeten, keberanian dan kenekatan.
3. Makalah ini ini diharapkan dapat dijadikan litelatur akademik dan mendorong dan
memperkaya pustaka tentang matakuliah Evaluasi Kinerja.
DAFTAR PUSTAKA
Yun Iswanto, 2002. Buku Materi Pokok, Manajemen SDM, Jakarta : BPK-Pusat Penerbitan
UT.
B.S. Wibowo, dkk. (2002). Trustco SHOOT : Sharpening, Our Concept and Tools PT.
Syaamil Cipta Media, Jakarta
http://www.google.co.id
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-linda3.pdf.
http://sukardihs.wordpress.com/2008/08/06/kerja-sama-tim-dalam-organisasi/
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/psikologi-sosial/partisipasi-warga-
negara
Terkait
Makalah Dampak Stres dan Tingkat Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawandalam
"Makalah Manajemen SDM"
Pos ini dipublikasikan di Makalah Manajemen SDM. Tandai permalink.
Persamaan Dasar Akuntansi
Pengantar Akuntansi Jurnal Penyesuaian
1. hafiz berkata:
Balas
Tinggalkan Balasan
Pos-pos Terbaru
o Belajar Islam
Komentar Terbaru
o Januari 2011
Kategori
o Makalah Manajemen SDM
o Uncategorized
Meta
o Daftar
o Masuk
o RSS Entri
o RSS Komentar
o WordPress.com
W.I.D.I.A.S.T.U.T.I.
Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.
Ikuti
https://www.scribd.com/document_downloads/direct/136384022?
extension=ppt&ft=1480330701<=1480334311&user_id=326479472&uahk=X
OxXr194zDCJUEK6EMNKSUHuKPg
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
Depok
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penyusun bisa menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan baik. Makalah yang membahas Kolaborasi Tim Kesehatan ini disusun
dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah Kolaborasi Kesehatan Fakultas Farmasi.
Penyusun ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Santi Purna Sari, S.Si., M.Si
serta Ibu Nadia Farhanas Syafhan, M.Si, Apt selaku dosen pengampu mata kuliah ini yang
telah memberikan pengarahan dalam penyusunan makalah ini. Rasa terima kasih juga
penyusun haturkan kepada orang tua yang telah memberikan dukungan material maupun non
material.
Penyusun berharap informasi-informasi yang terdapat dalam makalah ini dapat
berguna bagi pembaca. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan maka penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata maupun informasi
yang kurang berkenan di hati pembaca. Untuk itu, penyusun memohon saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca. Terima kasih.
Februari 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
ISI
A. Definisi Kolaborasi
Guna membentuk suatu team work atau kerjasama tim yang ideal, dibutuhkan
kooperasi dan kolaborasi. Kooperasi (kerjasama) berarti bekerja sama dengan orang lain
untuk mencapai tujuan bersama (tetapi bukan tujuan yang semestinya). Contoh kerjasama
yaitu, misalnya Anda berkeluarga, lalu cara bekerja sama dengan istri Anda dengan
meletakkan pakaian kotor di mesin cuci, turut membantu mencuci piring, dan sebagainya.
Lalu, apa makna kolaborasi? Kolaborasi dalam bahasa inggris collaboration, berasal
dari kata collaborate yang berarti bekerja antara satu dengan yang lain, berkooperasi satu
sama lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, kolaborasi adalah suatu
perbuatan berupa kerjasama dengan teman, musuh dan sebagainya. Menurut Arthur T.
Himmelman, kolaborasi berupa pertukaran informasi, berbagi segala sumber pengetahuan
untuk meningkatkan kapasitas satu dengan yang lain demi tercapainya tujuan bersama.
Kolaborasi adalah kerjasama yang lebih terfokus pada tugas atau misi biasanya terjadi
dalam bisnis, perusahaan atau organisasi lainnya. Misalnya, untuk menampilkan suatu pentas
seni yang luar biasa perlu kolaborasi antara penari, penyanyi, pemusik, dsb. Kolaborasi
adalah proses yang membutuhkan hubungan dan interaksi antara profesional kesehatan
terlepas dari apakah atau tidak mereka menganggap diri mereka sebagai bagian dari tim .
(kolaborasi kesehatan)
Kesimpulannya kerja sama tim tercipta karena adanya kolaborasi dan kooperasi.
Kerja sama tim dapat menjadi salah satu bentuk kolaborasi, tetapi tidak semua kolaborasi
dilakukan dalam teams. Misalnya, dalam perawatan primer dokter keluarga, fisioterapis dan
dokter gigi dapat memberikan perawatan kepada individu namun mereka mungkin tidak
melihat diri mereka sebagai "tim" yang bekerja sama dengan pasien. Dengan kata lain, kerja
sama tim merupakan produk kolaborasi dan kolaborasi adalah proses interaksi dan hubungan
antara profesional kesehatan yang bekerja di lingkungan tim..
Dengan adanya kolaborasi, maka :
Performance Measurement :
Kualitas pelayanan dokter (Physician) meliputi proses pelayanan klinis sampai hasil
pelayanan.
Kualitas pelayanan rumah sakit
Kualitas perencanaan kesehatan
Pengalaman pelayanan pasien (Pengalaman pasien selama mendapat pelayanan
kesehatan)
Biaya pelayanan kesehatan (diperiksa apakah sudah efektif)
Perbedaan kualitas pelayanan di seluruh tempat
Meningkatkan kualitas pelayanan agar merata
Pasien mengerti dan terlibat aktif dalam aktivitas yang mempengaruhi kesehatan
mereka
Membantu pasien memilih pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kemampuan
pasien
Mendukung pelayanan pasien yang lebih baik
Gambar di atas merupakan salah satu contoh konsep model kolaborasi penanganan
kesehatan di masa depan. Pada zaman dulu (sampai sekarang), metode atau model
penanganan kesehatan yang dilaksanakan adalah The Industrial Way (lihat gambar). Disana
digambarkan pasien masuk dan keluar dari industri kesehatan untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan.
Sementara itu, di masa depan, digambarkan bahwa semua serba terbuka dan
masyarakat atau pasienlah yang menentukan sendiri pengobatan yang diinginkan. Yang
dimaksudkan semua serba terbuka adalah informasi mengenai masyarakat, bahkan seorang
bayi yang baru lahir bisa saja memiliki website sendiri, dengan tujuan agar dapat dengan
mudah membagikan informasi tentang riwayat hidupnya, yang nantinya bisa saja berguna
bagi orang lain. Informasi informasi tersebut disebarkan melalui internet. Informasi
informasi tersebut dapat memperkaya pengetahuan untuk tenaga kesehatan sendiri maupun
orang lain.
Selain itu model kolaborasi penanganan kesehatan di masa depan, juga menawarkan
konsep penanganan kesehatan untuk pasien yang bertunangan (Engaged Patients). Dimana
pada konsep ini, kedua orang yang bertunangan dapat saling merawat satu sama lain,
memiliki situs sendiri untuk membagikan cerita dan hubungan mereka.
Di masa depan juga diperkirakan semua kegiatan pengobatan tidak diharuskan untuk
bertatap muka secara langsung. Pasien dapat mengakses situs seorang dokter, untuk membuat
janji dan berkonsultasi dengan dokter mengenai penyakitnya, dan untuk perawatannya,
seorang tenaga kesehatan dapat mem-follow up pasien melalui email, atau media elektronik.
Hal ini memungkinkan pengobatan dilakukan secara meluas, secara global, tanpa harus
adanya suatu gedung yang berguna sebagai wadah untuk mempertemukan pasien dengan
tenaga kesehatan.
Dari contoh model yang telah dijelaskan, terlihat bagaimana baiknya keluaran yang
dihasilkan jika model kolaborasi dijalankan dengan baik. Keluaran yang dihasilkan adalah
pasien mengerti dan memilih perawatan mana yang dikehendaki oleh dirinya secara aktif.
Namun, faktanya hal tersebut belum berjalan di Indonesia. Biasanya, dokter yang
menentukan perawatan yang akan dijalani oleh pasien. Keluaran lain yang diharapkan dari
model kolaborasi tersebut adalah peningkatan kualitas pelayanan kesehatan terhadap pasien.
C. Komponen Kolaborasi
Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja dengan kompak
dalam mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasi yang efektif meliputi
kerjasama, asertifitas, tanggung jawab,komunikasi, otonomi dan koordinasi seperti skema di
bawah ini. Dasar-dasar kompetensi koaborasi :
a.Komunikasi
d.Pengambilan keputusan
e.Manajemen konflik
Komunikasi merupakan pertukaran informasi sehingga dicapai ketepatan informasi,
waktu yang sesuai, dan kemurnian atau kejelasan dari informasi. Meningkatkan mutu
komunikasi diharapkan dapat meningkatkan pemahaman antar individu/tim sehingga
diperoleh kerjasama dan kolaborasi yang baik.
Pada dasar kompetensi yang lain, kualitas respek dapat dilihat lebih ke arah honor dan
harga diri, sedangkan kepercayaan dapat dilihat pada mutu proses dan hasil. Respek dan
kepercayaan dapat disampaikan secara verbal maupu non verbal serta dapat dilihat dan
dirasakan dalam penerapannya sehari-hari. Feed back dipengaruhi oleh persepsi seseorang,
pola hubungan, harga diri, kepercayaan diri, kepercayaan, emosi, lingkungan serta waktu,
feed back juga dapat bersifat negatif maupun positif.
Elemen kepercayaan merupakan respon subyektif seseorang terhadap kehangatan,
keramahan, perilaku , dan lain-lain yang meningkatkan rasa aman sesorang untuk
berbicara. Elemen ini penting ketika percakapan mengarah ke hal-hal yang bukan keahlian
farmasi. Penggunaan feedback dapat membantu kita untuk memastikan maksud dari pesan
yang disampaikan. Kita sebaiknya meminta lawan bicara untuk mengulang apa yang telah dia
pahami dari percakapan itu.
Persepsi tradisional dan alternatif dari kepemimpinan .
Pandangan tradisional Pandangan alternatif
Kepemimpinan berada pada individu Kepemimpinan adalah milik system sosial
Kepemimpinan berbasis hirarki , Kepemimpinan dapat terjadi dimana saja , ' di
terkait dengan posisi semua tingkatan
Konflik ketika percakapan dan menjadi emosional kemudian membuat aman lagi untuk
melanjutkan dialog yang bermakna
Menceritakan dan memunculkan cerita , percakapan , dialog dan ' polylogue '
Mampu untuk mendapatkan sesuatu , sehingga Anda memiliki sesuatu untuk menunjukkan
kolaborasi Anda
Menunjukkan bahwa Anda bersedia untuk belajar dan tidak tahu segalanya
Mampu hidup dengan hasil yang mungkin tidak Anda antisipasi atau selama mereka ingin
meningkatkan perawatan pasien atau hasil
Menjadi tangguh
Manajemen konflik merupakan suatu upaya untuk meminimalisir efek buruk yang
terjadi yang diakibatkan oleh adanya konflik. Menurut Stoner, ada tiga cara dalam mengelola
konflik, yang meliputi:
1. Merangsang konflik yang levelnya kecil pada unit yang prestasi kerjanya rendah.
Yang termasuk dalam cara ini adalah:
a. Meminta bantuan orang luar
b. Menyimpang dari peraturan
c. Meningkatkan kompetisi
d. Memilih manajer yang cocok
2. Menumpas konflik jika levelnya terlalu tinggi
3. Menyelesaikan konflik. Metode penyelesaian konflik yang disampaikan Stoner
adalah:
a. Dominasi dan penguasaan. Hal ini dilakukan dengan cara paksaan,
penghindaran dan penentuan dengan syara terbanyak
b. Kompromi
c. Pemecahan masalah secara menyeluruh
d. Perundingan, yaitu melakukan dialog terus menerus antar kelompok untuk
menemkan suatu penyelsaian maksium yang menguntungkan kedua belah
pihak. Melalui perundingan, dapat ditentukan penyelesaian yang paling
memuaskan.
Gaya perundingan untuk mengelola konflik dapat dilakukan dengan cara:
i. Pencairan, yaitu dengan melakukan dialog untuk mendapat suatu
pengertian
ii. Keterbukaan
iii. Belajar empati
iv. Mencari tujuan bersama
v. Mencari jalan alternatif
vi. Mempelajari dan memberi tanggapan terhadap alternatif yang ada
vii. Mencari penyelesaian berdasarkan alternatif yang ada
viii. Membuka jalan buntu dengan melibatkan pihak ketiga yang objektif
dan berpengalaman
ix. Mengikat diri pada penyelesaian
x. Mengikat seluruh kelompok pada penyelesaian
Cara manajemen konflik yang lain dikemukakan oleh Theo Riyanto, yaitu dengan melakukan
tindakan preventif seperti:
1. Menghindari konflik
2. Mengaburkan konflik
3. Mengatasi konflik dengan cara:
a. Dengan kekuatan (win-lose solution)
b. Dengan perundingan
1. Patient-centered Care
- Mengutamakan kepentingan dan kebutuhan pasien
- Pasien dan keluarganya sebagai pemberi keputusan dalam masalah kesehatannya
2. Mutual respect and trust
- Saling percaya dengan memahami pembagian tugas dan kompetensinya masing-
masing
- Saling menghormati dan menghargai masing-masing profesi
3. Clear communication
- Komunikasi efektif antara tenaga kesehatan
- Rekam medis atau catatan lain yang ditulis dengan lengkap
4. Clarification of roles and scopes of practice
- Memahami lingkup kerja dan tanggung jawab masing-masing sebagai tenaga
kesehatan
- Lingkup pekerjaan dalam kolaborasi kesehatan dijelaskan dalam job description
dan kontrak pegawai
- Pasien juga dilibatkan untuk memahami peranannya dalam mewujudkan
kesehatan
5. Clarification of accountability and responsibility
- Bertanggungjawab dengan perawatan terhadap pasien yang ditanganinya
6. Liability protection for all members of the team
- Setiap anggota tim kesehatan memiliki perlindungan atau jaminan formal untuk
mengakomodasi tugasnya
7. Sufficient human resources and infrastructure
- Mengefektifkan kerja dari tim kolaborasi kesehatan. Untuk itu, pemerintah
membantu menambah jumlah tenaga kesehatan
- Mengaplikasikan teknologi untuk membatu kolaborasi kesehatan
8. Sufficient payment and payment arrangement
- Tim kolaborasi tidak mendasari pekerjaannya sebatas upah yang diterimanya
- Pemerintah membatu secara finasial dan tekns dalam mengembangkan kolaborasi
9. Supportive education system
- Pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan efektivitas kolaborasi kesehatan
10. Research and evaluation
- Evaluasi dengan melihat kenyataan lapangan dari kolaborasi kesehatan untuk
memperbaiki standar kualitas yang ada
Kolaborasi tim kesehatan dapat dibangun diatas kontribusi setiap anggota tim.
Kesadaran untuk berbagi pandangan dan membentuk keputusan kelompok pada akhirnya
pasti lebih baik dibandingkan keputusan masing-masing individu.
Mempetahankan terjadinya kolaborasi dilakukan dengan menjaga komunikasi yang
aktif, kritis tapi tetap terbuka, serta penuh empati.
A. Pendahuluan
Perbedaan asuransi Sosial dengan asuransi komersial dapat dilihat dari 3 sisi, yaitu:
1. Kepesertaan: asuransi sosial bersifat wajib bagi seluruh penduduk, sedangan
asuransi komersial bersifat sukarela.
2. Asuransi sosial bersifat nirlaba atau tidak berorientasi mencari keuntungan (not
for profit), sedangkan asuransi komersial berorientasi mencari keuntungan (for
profit).
3. Asuransi sosial manfaatnya komprehensif (promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif) sesuai dengan kebutuhan medis, sedangkan asuransi komersial
manfaatnya terbatas sesuai dengan premi yang dibayarkan.
B. Prinsip Jaminan Kesehatan Nasional Menurut UU SJSN
Prinsip kegotong royongan. Prinsip ini diwujudkan dalam mekanisme gotong-
royong dari peserta yang mampu kepada peserta yang kurang mampu dalam
bentuk kepesertaan wajib bagi seluruh rakyat; peserta berisiko rendah membantu
yang berisiko tinggi; dan peserta sehat membantu yang sakit. Melalui prinsip
kegotong-royongan ini jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi
keseluruhan rakyat Indonesia.
Prinsip nirlaba. Pengelolaan dana amanat tidak dimaksudkan mencari laba
(nirlaba) bagi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, akan tetapi tujuan utama
penyelenggaraan jaminan sosial adalah untuk memenuhi kepentingan sebesar-
besarnya peserta. Dana amanat, hasil pengembangannya, dan surplus anggaran
akan dimanfaatkan untuk kepentingan peserta.
Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas.
Prinsip manajemen ini diterapkan dan mendasari seluruh kegiatan pengelolaan
dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.
Prinsip portabilitas dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan
meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Prinsip kepesertaan bersifat wajib. Kepesertaan wajib dimaksudkan agar
seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan
bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan
kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan
program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan
dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri, sehingga pada
akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional dapat mencakup seluruh rakyat
Prinsip dana amanat. Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan titipan
kepada badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka
mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk
pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.
C. Aspek Penyelenggaraan JKN
Beberapa pengertian:
Pekerja Bukan Penerima Upah: setiap orang yang bekerja atau berusaha atas
resiko sendiri.
Pemberi Kerja: orang perseorangan, pengusaha, badan hokum atau badan lainnya
yang mempekerjakan tenaga kerja atau penyelenggara Negara yang
mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam
bentuk lainnya.
Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi:
- Istri atau suami yang sah dari peserta
- Anak kandung, anak angkat dan atau anak tiri dari peserta, dengan criteria:
Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan
sendiri
Belum berusia 21 tahun atau belum berusia 25 tahun yang masih
melanjutkan pendidikan formal
- Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan dapat juga mengikutsertakan anggota
keluarga yang lain.
Di dalam Undang SJSN diamanatkan bahwa seluruh penduduk wajib penjadi
peserta jaminan kesehatan termasuk WNA yang tinggal di Indonesia lebih dari enam
bulan. Untuk menjadi peserta harus membayar iuran jaminan kesehatan. Bagi yang
mempunyai upah/gaji, besaran iuran berdasarkan persentase upah/gaji dibayar oleh
pekerja dan Pemberi Kerja. Bagi yang tidak mempunyai gaji/upah besaran iurannya
ditentukan dengan nilai nominal tertentu, sedangkan bagi masyarakat miskin dan
tidak mampu membayar iuran maka iurannya dibayari pemerintah.
D. Syarat dan Lokasi Pendaftaran
Syarat pendaftaran peserta akan diatur dengan peraturan BPJS.
Lokasi pendaftaran dilakukan di kantor BPJS setempat/ terdekat dari domisili
peserta.
E. Prosedur Pendaftaran Peserta
1. Pemerintah mendaftarkan PBI Jaminan Kesehatan sebagai Peserta kepada BPJS
Kesehatan.
2. Pemberi kerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja dapat mendaftarkan diri
sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.
3. Bukan pekerja dan peserta lainnya wajib mendaftarkan diri dan keluarganya
sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.
F. Hak dan Kewajiban Peserta
Hak Peserta:
Memperoleh identitas peserta
Memperoleh manfaat pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan.
Kewajiban Peserta:
Membayar iuran
Melaporkan data kepesertaan kepada BPJS Kesehatan dengan menunjukkan
identitas peserta pada saat pindah domisili dan/atau pindah kerja.
G. Masa Berlaku Kepesertaan
Selama peserta membayar iuran sesuai dengan kelompok peserta.
Bila peserta tidak membayar iuran atau meninggal dunia maka status
kepesertaannya akan hilang.
Ketentuan lebih lanjut akan diatur oleh Peraturan BPJS.
A. Pengertian Filosofi
Filosofi berasal dari bahasa yunani philos (cinta) dan sophia (kebijaksanaan) dan
berarti cinta kebijaksanaan. Filosofi tidak sama artinya dengan kebijaksanaan, atau hanya
studi tentang kebijaksanaan, lebih dari pada itu, ia adalah mencintainya Filosofi adalah studi
mengenai kebijaksanaan, dasar-dasar pengetahuan, dan proses yang digunakan untuk
mengembangkan dan merancang pandangan mengenai suatu kehidupan.
- Care Provider
Sebagai Care provider, seorang dokter harus melakukan pelayanan dan
penanganan yang meliputi pengobatan, pencegahan, perawatan, dan
rehabilitasi yang dilakukan secara menyeluruh, berkelanjutan dan
terintegrasi.
- Decision Maker
Dokter harus berani mengambil keputusan terkait tindakan kesehatan yang
akan dilakukan dalam menangani pasien. Seorang dokter dituntutuntuk
bisa berpikir dan bertindak cepat serta tepat karena dokter harus
bertanggung jawab terhadap nyawa pasien.
- Communicator
Seorang dokter harus mampu menjadi komunikan yang baik karena sering
berinteraksi dengan pasien dengan beragam masalah mengenai penyakit.
- Community Leader
Seorang dokter membantu mengambil keputusan dalan ikhwal
kemasyarakatan, utamanya kesehatan dan kedokteran keluarga.
- Manager
Seorang dokter berkemampuan untuk berkolaborasi dalam kemitraan pada
penanganan kesehatan dan kedokteran keluarga.
2. Kedokteran Gigi
Dokter gigi ialah seseorang yang mempraktikan pencegahan dan perawatan penyakit
atau kelainan gigi dan mulut melalui tindakan tanpa atau dengan pembedahan. Tenaga
kesehatan baik itu dokter, keperawatan, apoteker, dokter gigi maupun kesehatan
masyarakat memiliki filosofi atau landasan hidup pada profesinya sendiri agar pekerjaan
yang mereka lakukan tidak menyimpang dari yang seharusnya.
1. Sejarah singkat Ilmu Kedokteran Gigi
Pada tahun 5000 SM, terdapat naskah Sumeria yang menceritakan bahwa
adanya kerusakan gigi disebabkan oleh ulat. Kemudian Hipocrates dan Aristoteles
menulis tentang cara mengobati gigi yang rusak, cara mencabut gigi dengan
gunting tang, dan cara menggunakan kawat untuk menstabilkan gigi yang longgar.
Pada tahun 1130, ada seorang biarawan yang sering melakukan pencabutan
gigi. Dalam hal ini, tukang cukur sering membantu biarawan tersebut. Selanjutnya
dengan berkembangnya zaman, John Baker, dokter gigi pertama yang terlatih
secara medis, pertama kali melakukan praktik di Amerika, 1760.
Pada tahun 1839 melalui The American Journal of Dental Science, ilmu
kedokteran gigi dipublikasikan. Kemudian pada tahun 1857, H N Wadsworth
mematenkan sikat gigi. Ilmu kedokteran gigi juga mengembangkan bidang
ilmunya melalui penggunaan pemutih gigi dan implan untuk menambah estetika
pada tahun 1990.
Secara umum, lambang tersebut memiliki arti bahwa ular dapat mengganti kulit
dengan kulit yang baru apabila kulit dianalogikan dengan kesembuhan maka pada
kedokteran, diharapkan mendapatkan kesembuhan yang baru. Kemudian dengan
adanya lambang tongkat menunjukkan bahwa dalam pengerjaannya dokter atau
dokter gigi melakukannya secara mandiri.
Filosofi Apoteker
Bowl of hygieia digunakan sebagai lambang farmasi sejak tahun 1796 dan digunakan
oleh bangsa persia untuk menunjukan lambang farmasi atau bagian pengobatan dan
selanjutnya di gunakan oleh organisasi farmasi di seluruh dunia.
Dewi Higieia digambarkan memegang sebuah patera (mangkuk obat) dan di badannya
ada seekor ular yang hendak meminum/memakan obat pada mangkuk tersebut. Beberapa
berpendapat bahwa mangkuk dan ular Higieia melambangkan keselarasan kehidupan dengan
bumi. Ular mungkin melambangkan pasien yang bisa memilih apakah akan mengambil obat
pada mangkuk tersebut atau tidak. Hal tersebut menunjukkan bahwa seseorang
mengendalikan kesehatannya sendiri melalui pilihan yang diambil. Ular Higieia juga
dikaitkan dengan kepercayaan kuno bahwa ular memiliki kemampuan kebijaksanaan dan
penyembuhan. Menurut kepercayaan kuno, ular bisa menyembuhkan dirinya sendiri dan
melakukan kontak dengan para arwah di dunia bawah dan membawa mereka untuk
membantu manusia yang masih hidup, karena itu ular dianggap membawa kebijaksanaan
karena mampu membawa arwah para leluhur yang bijak.
3. Paradigama dan Prinsip Dasar Apoteker
a. Care-Giver
Seorang Farmasi/apoteker merupakan profesional kesehatan yg peduli, dalam
wujud nyata memberi pelayanan kefarmasian kepada pasien dan masyarakat
luas, berinteraksi secara langsung, meliputi pelayanan klinik, analitik, tehnik,
sesuai dengan peraturan yang berlaku
b. Decision Maker
Seorang farmasis merupakan orang yang mampu menentukan keputusan
terkait pekerjaan farmasi, misal penyesuaian dosis, penggantian obat, dan
sebagainya.
c. Communicator
Seorang farmasi/apoteker harus mampu menjadi komunikator yang baik,
sehingga pelayanan kefarmasian dan interaksi kepada pasien, masyarakat, dan
tenaga kesehatan berjalan dengan baik.
d. Manager
Seorang farmasi/apoteker merupakan seorang manajer dalam aspek
kefarmasian non klinis, kemampuan ini harus ditunjang kemampuan
manajemen yang baik.
e. Leader
Seorang farmasi/apoteker harus mampu menjadi seorang pemimpin,
mempunyai visi dan misi yang jelas, dan dapat mengambil kebijakan yg tepat
untuk memajukan institusi/perusahaan/lembaga yang dipimpin.
f. Life-Long Learner
Seorang farmasi/apoteker harus memiliki semnangat belajar sepanjang waktu,
karna informasi/ilmu kesehatan terutama farmasi (obat, penyakit dan terapi)
terus berkembang pesat dari waktu ke waktu, sehingga kita perlu meng-update
pengetahuan dan kemampuan agar tidak ketinggalan.
g. Teacher
Seorang farmasi/apoteker dituntut dapat menjadi pendidik/akademisi/edukator
bagi pasien, masyarakat, maupun tenaga kesehatan lainnya terkait ilmu
farmasi dan kesehatan.
h. Research
Seorang farmasi/apoteker merupakan seorang peneliti terutama dalam
penemuan dan pengembangan obat-obatan yang lebih baik.
i. Entrepeneur
Seorang farmasi/apoteker diharapkan terjun menjadi wirausaha dalam
mengembangkan kemandirian serta membantu mensejahterakan masyarakat.
PERAWAT
A. Pengertian Perawat
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239/MenKes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan
Praktik Perawat maka pada pasal 1 ayat 1 yang berbunyi Perawat adalah seseorang yang
telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Florence Nightingale
Perawat adalah orang yang menjaga pasien mempertahankan kondisi terbaiknya terhadap
masalah kesehatan yang menimpa dirinya.
B. Filosofi Perawat
Latar Belakang
1. Zaman Purbakala
Perkembangan dipengaruhi oleh perawatan dan pengobatan orang-orang pada zaman
purba yang hidup dalam keadaan primitif. Pekerjaan merawat dilakukan berdasarkan
naluri keibuan yang bersendi pada pemeliharaan seperti seorang ibu melindungi anak.
2. Zaman Masehi
Keperawatan yang dikenal sekarang dimulai pada zaman masehi saat perkembangan
agama Nasrani, yang saat itu banyak terbentuk Diakones.Diakones yaitu suatu
organisasi wanita bertujuan untuk membantu pendeta dalam memberikan perawatan
setiap mengunjungi orang sakit dari rumah ke rumah.
3. Permulaan abad ke-XVI
Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi
kekuasaan, yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan semangat kolonial. Pada masa inilah
ditemukan konsep P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan).
4. Perkembangan Keperawatan di Inggris
Keperawatan semakin berkembang dengan adanya pelopor perawat modern, Florence
Nightingale.Ia dikenal dengan nama Bidadari Berlampu (bahasa inggris The Lady With
The Lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang
pada Perang Krimea, di semenanjung Krimea, Rusia.
C. Lambang Keperawatan
Simbol dari keperawatan adalah Lampu Minyak, simbol lampu ini diambil
dari tokoh Florence Nigtingale. Florence selalu membawa lampu minyak sebagai
penerangan saat menemui para pasien dalam kegelapan. Lampu minyak ini diyakini
memiliki arti membawa terang (membawa kesehatan). Berikut merupakan gambar-
gambar ilustrasi Florence Nightingale yang sedang merawat dengan membawa lampu
minyak.
D. Paradigma Perawat
1. Manusia
Keperawatan meyakini dan menekankan dalam setiap kegiatan pelayanan keperawatannya
bahwa manusia merupakan individu yang layak diperlakukan secara terhormat, dihargai
keunikannya berdasarkan individualitas, dalam berbagai situasi, kondisi, dan sistem yang
dapat mengancam kehormatan dan sifat kemanusiaannya.
2. Sehat
Definisi sehat & kesehatan telah berubah dari kondisi seseorang yang bebas penyakit
menjadi kondisi yang mampu mempertahankan individu untuk berfungsi secara konsisten,
stabil dan seimbang dalam menjalani kehidupan sehari-hari
3. Masyarakat dan Lingkungan
Masyarakat dan lingkungan merupakan komponen dalam paradigma keperawatan dimana
setiap individu berinteraksi. Masyarakat dan lingkungan juga dianggap sebagai sumber
terjadinya keadaan sakit (tidak sehat) dan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
kesehatan atau kondisi sakit seseorang.
Bab 1
Tanggung jawab Perawat, terhadap Masyarakat, keluarga dan penderita
Bab II
Tanggung jawab perawat terhadap tugas
Bab III
Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan
lainnya
1. Perawat senantiasa memelihara hubungan yang baik antar sesama perawat dan
dengan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara keserasian suasana
lingkungan kerja maupun dalm mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh.
2. Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan keterampilan dan
pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan
pengalaman dari profesi lain bidang perawatan.
Bab IV
Tanggung jawab perawat terhadap profesi keperawatan
A. Latar Belakang
Pada zaman Romawi kuno telah diketahui bahwa buang sampah pada
tempatnya serta mencuci tangan bisa menghindarkan diri dari berbagai penyakit.
Kemudian Anthony Van Leuwenhook menemukan mikroskop, dari sinilah diketahui
penyebab penyakit yang menyerang manusia pada zaman tersebut yaitu
mikroorganisme.
Pada masa Renaissance terdapat wabah lepra di dunia barat, sehingga
pemerintah mengisolasi penduduk yang terkena lepra agar tidak menularkan
penyakitnya kepada penduduk yang sehat.
Pentingnya usaha pencegahan penyakit dengan pola hidup dan sanitasi yang
baik mendorong dibentuknya Fakultas Kesehatan Masyarakat yang mempelajari cara
mencegah dan mengelola penyakit untuk memperbaiki kesehatan di lingkungan
masyarakat.
Membuat catatan rekam medis yang baik secara berkesinambungan berkaitan dengan
keadaan pasien.
b. Apoteker
Menjelaskan obat-obat yang harus digunakan, indikasi, cara penggunaan, dosis, dan
waktu penggunaannya.
c. Perawat
Perawat sebagai advokat, perawat melindungi hak pasien sebagai manusia dan secara
hukum.
d. Kesehatan Masyarakat
b. Apoteker
c. Perawat
d. Kesehatan Masyarakat
b. Apoteker
c. Perawat
d. Kesehatan Masyarakat
PEMBAHASAN
Pada bab pembahasan ini, kelompok kami akan menjelaskan dan membandingkan
antara teori yang telah dipaparkan pada bab II dengan kondisi sekarang yang ada
dimasyarakat.
Menurut kami kolaborasi merupakan produk team work dari suatu kelompok tertentu
dimana kelompok tersebut terdiri dari beberapa ahli dan bekerja untuk mencapai tujuan
bersama yang diinginkan. Salah satu bentuk kolaborasi yang paling umum adalah kolaborasi
kesehatan. Pada zaman sekarang, kolaborasi kesehatan sangat penting guna tercapainya
patient oriented dan meningkatkan patient care di rumah sakit maupun institusi lainnya.
Kolaborasi kesehatan menghasilkan banyak efek positif terhadap pasien dan tenaga kesehatan
lainnya. Akan tetapi sekarang ini kolaborasi antar tenaga kesehatan belum dilakukan di
seluruh rumah sakit di Indonesia. Penyebab kolaborasi kesehatan belum berjalan di
Indonesia, yaitu:
1. Jumlah antar tenaga kesehatan tidak seimbang di dalam suatu rumah sakit
Misalnya jumlah profesi apoteker di rumah sakit terlampau sedikit dan tidak sesuai dengan
aturan yang ada sehingga kolaborasi tidak bisa berjalan dengan baik.
Kolaborasi kesehatan yang baik memiliki gaya sentripetal, dimana akan terjalin
kerjasama antar profesi kesehatan yang baik tanpa mementingkan kepentingannya masing-
masing.
Mutu kesehatan dapat ditingkatkan dengan kolaborasi tenaga kesehatan dan didukung
dengan sistem pelayanan kesehatan baik. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,
salah satu sistem pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia adalah SJSN (sistem jaminan
soaial nasional). Sebelum adanya SJSN, di Indonesia terdapat sistem pelayanan kesehatan
seperti Jamsostek, Akses, Taspen dan lain lain. Mulai tanggal 1 Januari 2014, SJSN di
Indonesia telah dilaksanakan, dimana SJSN ini diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) yang merupakan penyatuan dari beberapa BUMN yang ditunjuk, yaitu
PT. Jamsostek, PT. Askes, PT. Taspen, dan PT. Asabri. Dalam penyelenggaraannya, BPJS
terdiri atas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.. Pemerintah menanggung iuran bagi
masyarakat miskin dan kurang mampu (yang disebut sebagai Penerima Bantuan Iuran atau
PBI) untuk menjamin keikutsertaan mereka dalam program ini. Dengan berbagai kebijakan
tersebut, alokasi belanja negara akan meningkat secara signifikan. BPJS Kesehatan akan
mengelola jaminan kesehatan yang akan memberikan kepastian jaminan kesehatan bagi
setiap rakyat Indonesia. Jaminan ini diberikan dalam bentuk pelayanan kesehatan
perseorangan yang komprehensif, mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pengobatan dan pemulihan, termasuk obat dan bahan medis dengan teknik layanan terkendali
mutu dan biaya (managed care).
Pemerintah tidak mengambil untung untuk melaksanakan program SJSN ini, sebab
iuran yang dibayarkan akan dikembalikan ke rakyat sepenuhnya dalam bentuk pelayan
kesehatan, serta obat. Apabila SJSN ini terlaksana, tentunya kesejahteraan masyarakat akan
meningkat.
Namun, dalam pelaksanaan SJSN saat ini masih belum sempurna.. Banyak faktor yang
menyebabkan SJSN masih belum maksimal, yaitu
2. Bagi masyarakat yang sudah tahu, belum ada kesadaran dari masyarakat tersebut untuk
mendaftarkan diri sebagai peserta BPJS
Oleh karena itu diperkirakan sistem jaminan sosial nasional ini akan benar-benar terlaksana
pada tahun 2019 mendatang.
Guna melakukan kolaborasi kesehatan yang baik maupun sitem pelayanan kesehatan
yang baik tentunya harus ada kerja sama yang baik pula antar peofesi kesehatan. Profesi yang
tergabung dalam kolaborasi tenaga kesehatan terdiri dari profesi dokter, dokter gigi,
apoteker, perawat dan kesehatan masyarakat. Setiap Profesi memiliki kode etik yang menjadi
dasar praktek keprofesian dan seharusnya dipraktekkan dengan baik. Akan tetapi, pada
pelaksanannya tidak semua profesi melaksanakan kode etik dengan baik bahkan banyak yang
melanggar kode etik tersebut. Seperti pada kasus-kasus yang sering terjadi yaitu absennya
apoteker di apotek. Padahal seharusnya apoteker lah yang melayani pasien dan memberikan
informasi obat bukan asisten apoteker. Guna tercapainya mutu kesehatan yang baik segala
aspek baik kolaborasi, sistem pelayanan, dan pelaksannaan kode etik juga harus baik.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kolaborasi tim kesehatan merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dalam
menangani masalah kesehatan. Tanpa adanya kolaborasi dari tim kesehatan,
pengobatan tidak dapat berjalan secara optimal. Dalam kolaborasi tim kesehatan,
masing-masing tenaga kesehatan mempunyai peran dan tanggung jawabnya masing-
masing. Peran dan tanggung jawab tersebut tidak hanya untuk satu individu saja, tapi
juga keluarga dan masyarakat. Kesadaran akan tujuan yang sama dalam penanganan
kesehatan dan komunikasi yang baik mendukung proses kolaborasi tim kesehatan yang
tentunya akan berdampak baik dalam pelayanan kesehatan bagi pasien. Pelaksanaan
terapi yang baik bagi pasien tidak tergantung dari peran tim kesehatan saja, dukungan
dari orang-orang terdekat pasien seperti keluarga juga berperan besar dalam
penyembuhan penyakit pasien. Selain itu, tim kesehatan juga mempunyai peran yang
besar di masyarakat dalam menangani masalah kesehatan. Untuk itulah, kolaborasi tim
kesehatan yang baik dan efektif diperlukan.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://dictionary.reference.com/browse/collaborate
http://www.businessdictionary.com/definition/collaboration.html#ixzz2tigecE3d
http://melaniezone.wordpress.com/2012/10/12/paradigma-keperawatan/
http://radencoddooth.blogspot.com/2011/05/kode-etik-keperawatan.html
http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/SJSN.pdf
KOLABORASI TIM KESEHATAN
A. Definisi kolaborasi:
1. Siegler dan Whitney (2000), mengutip dari National Joint Practice Commision
(1977), mengatakan bahwa tidak ada definisi yang mampu menjelaskan sekian ragam
variasi dan kompleksnya kolaborasi dalam konteks perawatan kesehatan.
2. Shortridge, et. Al., (1986) mendefinisikan kolaborasi sebagai hubungan timbal balik
dimana (pemberi pelayanan) memegang tanggung jawab paling besar untuk
perawatan pasien dalam kerangka kerja bidang respektif mereka. Praktik kolaboratif
menekankan tanggung jawab bersama dalam manajemen perawatan pasien dengan
proses pembuatan keputusan bilateral yang didasarkan pada masing-masing
pendidikan dan kemampuan praktisi.
3. Jonathan (2004) mendefinisikan kolaborasi sebagai proses interaksi di antara
beberapa orang yang berkesinambungan.
4. Menurut Kamus Heritage Amerika (2000), kolaborasi adalah bekerja bersama
khususnya dalam usaha penggabungan pemikiran.
5. Gray (1989) menggambarkan bahwa kolaborasi sebagai suatu proses berpikir dimana
pihak yang terlibat memandang aspek-aspek perbedaan dari suatu masalah serta
menemukan solusi dari perbedaan tersebut dan keterbatasan pandangan mereka
terhadap apa yang dapat dilakukan.
6. American Medical Assosiation (AMA, 1994) mendefinisikan istilah kolaborasi
sebagai sebuah proses dimana dokter dan perawat merencanakan dan praktik bersama
sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktik
mereka dengan berbagi nilai-nilai, saling mengakui dan menghargai terhadap setiap
orang yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan masyarakat.
7. ANA (1992) menambahkan, kolaborasi hubungan kerja di antara tenaga kesehatan
dalam memberikan pelayanan kepada pasien adalah dalam melakukan diskusi tentang
diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi dengan
masing-masing bertanggung jawab pada pekerjaannya.
8. Kolaborasi merupakan proses kompleks yang membutuhkan sharing pengetahuan
yang direncanakan yang disengaja, dan menjadi tanggung jawab bersama untuk
merawat pasien, dan kadangkala itu terjadi dalam hubungan yang lama antara tenaga
profesional kesehatan (Lindeke dan Sieckert, 2005).
Dari berbagai definisi yang dikemukakan para ahli, dapat disimpulkan bahwa kolaborasi
adalah suatu proses interaksi yang kompleks dan beragam, yang melibatkan beberapa orang
untuk bekerja sama dengan menggabungkan pemikiran secara berkesinambungan dalam
menyikapi suatu hal dimana setiap pihak yang terlibat saling ketergantungan di dalamnya.
Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide yang
memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator.
Menurut Carpenter (1990), kolaborasi mempunyai 8 karakteristik, yaitu:
1. Kerjasama Menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk memeriksa beberapa
alternatif pendapat dan perubahan kepercayaan.
2. Asertivitas Merupakan hal yang penting ketika individu dalam tim mendukung
pendapat mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif menjamin bahwa pendapatnya
benar-benar didengar dan konsensus untuk dicapai.
3. Tanggung jawab Mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil konsensus
dan harus terlibat dalam pelaksanaannya.
4. Komunikasi Setiap anggota bertanggung jawab untuk membagi informasi penting
mengenai isu yang terkait.
5. Otonomi Kemandirian anggota tim dalam batas kompetensinya.
6. Koordinasi Efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan pasien,
mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam menyelesaikan
permasalahan.
7. Kolegalitas Saling menghargai.
8. Konsep dengan arti yang sama Mutualitas dimana individu mengartikannya sebagai
suatu hubungan yang memfasilitasi proses dinamis antara orang-orang yang ditandai
oleh keinginan maju untuk mencapai tujuan dan kepuasan setiap anggota.
9. Kepercayaan Konsep umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa rasa pecaya,
kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi ancaman, menghindar dari tanggung jawab,
terganggunya komunikasi.
C. Manfaat kolaborasi
Keluarga
-> Keluarga merupakan orang terdekat dari klien atau individu yang memiliki pengaruh
sangat besar terhadap individu.
-> Orang yang dapat memberikan dukungan baik moril, material, maupun emosional,
misalnya suami, teman, atasan, dll.
-> Tokoh masyarakat atau agama merupakan sosok seseorang yang dihormati, disegani, dan
menjadi panutan dalam masyarakat.
-> Kolaborasi dengan pemerintah dan atau unit di bawahnya dapat dilakukan dalam hal
sarana maupun akses untuk melakukan promosi kepada masyarakat, seperti mempermudah
mengurus ijin tempat penyelenggaraan promosi, penyediaan tempat dan sarana kegiatan,
ataupun dukungan dengan membuat iklan layanan masyarakat yang mendukung program
promosi kesehatan yang sedang dilakukan.
E. Elemen-elemen kolaborasi
1. Struktur
2. Proses
Ruble dan Thomas (1976) dalam jurnal Organizational Behavior and Human Performance
telah mengembangkan suatu ilustrasi yang dapat membantu interpretasi hubungan kolaborasi.
Gambar di bawah ini memperlihatkan bagaimana struktur dan proses saling memperkuat.
3. Hasil akhir
Hasil akhir merupakan penentu alasan kolaborasi, sulit mengatakan kolaborasi apabila tidak
ada hasilnya. Dengan meneliti hasil akhir yang tercapai, maka mereka yang membentuk atau
mengevaluasi suatu praktik dapat mengevaluasi proses lainnya.
Daftar Pustaka
Aminah, S., dan Husni. (2007). Kajian Pengembangan Kerangka Kerja Kolaborasi Evaluasi
dengan Pendekatan Collaborative Business Process Management.
http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/1712/1493 (diakses 26 Oktober 2011)
Siegler, EL., and Whitney, F.W. (1999). Nurse-Physician Collaboration: Care of Adults and
The Elderly. (Terj. Indraty). Jakarta: EGC.
Stanhope, M., and Lancaster, J. (2000). Communinity & Public Health Nursing. St. Louis:
Mosby.