Anda di halaman 1dari 74

W.I.D.I.A.S.T.U.T.I.

Dunia ini perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah perempuan yang shalihah. (HR
Muslim)

Lanjut ke konten
Beranda
About

Persamaan Dasar Akuntansi


Pengantar Akuntansi Jurnal Penyesuaian

Makalah Kerjasama Tim Dan Partisipasi dalam


Meningkatkan Kinerja Karyawan
Posted on Januari 21, 2011 by widiastutiazmi

Makalah

Kerjasama Tim Dan Partisipasi dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan

ABSTRAK

Makalah ini mengenai Kerjasama Tim Dan Partisipasi dalam Meningkatkan Kinerja
Karyawan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
kerjasama tim dan partisipasi karyawan terhadap kinerja karyawan. Dalam makalah ini
dijelaskan mengenai pengertian Kinerja, batasan dan definisi kinerja serta tujuan dari
evaluasi kinerja, pengertian kerjasama tim, yang meliputi jenis tim, karakteristik tim dan
proses tim serta pengertian partisipasi.

Pembahasan makalah meliputi model efektivitas tim kerja, ciri-ciri tim yang efektif,
manajemen peran serta dan Hubungan antara kepemimpinan dengan manajemen peranserta.

Tim adalah suatu unit yang terdiri atas dua orang atau lebih yang berinteraksi dan
mengoordinasi kerja mereka untuk tujuan tertentu. Sedangkan partisipasi merupakan.
mengambil bagian dalam sebuah aktivitas dapat mengandung pengertian ikut serta tanpa
ikut menentukan bagaimana pelaksanaan aktivitas tersebut tetapi dapat juga berarti ikut
serta dalam menentukan jalannya aktivitas tersebut, dalam artian ikut menentukan
perencanaan dan pelaksanaan aktivitas tersebut.
Hasil dari pembahasan makalah ini menunjukkan bahwa dalam upaya untuk peningkatan
kinerja karyawan maka perlu kerjasama tim dan partisipasi dari karyawan. Untuk
membangun tim yang baik, maka perlu ada ikatan hati antar anggotanya dengan akidah dan
nilai-nilai transendental, sehingga sangat penting membangun visi dan misi bersama dalam
tim. Banyak organisasi gagal karena dikelola secara berlebihan namun kurang dipimpin.
Karena pemimpin merupakan faktor yang penting dalam membangun tim.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara umum Evaluasi kinerja menjelaskan mengenai suatu proses umpan balik atas kinerja
yang lalu dan mendorong adanya produktivitas di masa mendatang. Dalam era globalisasi
telah menuntut adanya perubahan yang sangat cepat dan menyebabkan adanya pergeseran
pemikiran yang kompleks di segala bidang. Untuk itu perusahaan harus memiliki keunggulan
kompetitif (competitive advantage) agar dapat memenangkan persaingan, minimal untuk
mempertahankan operasi perusahaan. Salah satu keunggulan kompetitif yang penting bagi
perusahaan adalah karyawan perusahaan. Karyawan perusahaan merupakan penggerak
operasi perusahaan, sehingga jika kinerja karyawan perusahaan baik, maka kinerja
perusahaan juga akan meningkat.

Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis
organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi pada ekonomi (Armstrong dan
Baron, 1998 :15). Dengan demikian, kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil
yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan
bagaimana cara mengerjakannya.

Pengertian kinerja karyawan menunjuk pada kemampuan karyawan dalam melaksanakan


keseluruhan tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya. Kinerja para karyawan akan
meningkat apabila mereka terlibat secara aktif dan ikut berpartisipasi dan menjadi bagian tim
dalam proses kegiatan pada unit organisasi dimana mereka bekerja.

Dengan adanya partisipasi karyawan dalam proses kegiatan organisasi, hal ini akan
meningkatkan kesadaran karyawan akan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya. Dengan adanya partisipasi, karyawan tahu benar mengenai apa yang harus
dikerjakan berkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan.

Masalah kinerja bagi perusahaan adalah masalah yang sangat penting. Tanpa adanya kinerja
yang baik tidak mungkin perusahaan dapat menghasilkan produk yang kompetitif.
Peningkatan kinerja mempunyai implikasi yang positif bagi perusahaan itu sendiri, artinya
perusahaan dapat menghasilkan kuantitas dan kualitas produk yang optimal dengan harga
bersaing. Selain itu juga, mempunyai implikasi yang positif terhadap kualitas kehidupan
karyawan, karena memberikan sumbangan terhadap peningkatan kualitas hidup karyawan.
Kinerja karyawan akan meningkat bila didukung oleh penerapan sistem manajemen kinerja
dan sistem pengembangan karir yang baik dan efektif serta penerapan kerjasama tim dan
partisipasi karyawan. Untuk untuk mengetahui pengaruh Kerjasama Tim dan Partisipasi
dalam meningkatkan kinerja karyawan, makalah ini penulis mengambil tema : Kerjasama
Tim Dan Partisipasi dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat di identifikasikan masalah sebagai
berikut :

1. Pengaruh Kerjasama Tim dan Partisipasi dalam Meningkatkan Kinerja Karywan.

2. Hubungan antara kepemimpinan dengan manajemen peranserta /partisipasi dalam


peningkatan kinerja karyawan.

3. Karakteristik teamwork dan partisipasi efektif dalam meningkatkan kinerja.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifkasi masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah yang akan diuraikan
dalam makalah ini sebagai berikut :

1. Pengertian Kinerja, unsur-unsur dalam kinerja karyawan, evaluasi Kinerja.

2. Pengertian Kerjasama Tim, Jenis Tim, Karakteristik Tim, Proses Tim dan Pengertian
Partisipasi Karyawann

3. Pembahasan Kerjasama Tim dan Partisipasi Terhadap Kinerja Karyawan, yang meliputi
: Model Efektifitas Tim Kerja, Ciri-ciri tim yang efektif, manajemen peranserta /partisipasi,
hubungan antara kepemimpinan dengan manajemen peranserta, Manfaat manajemen peran
serta, kiat mengimplementasikan manajemen peran serta, Elemen kriteria unjuk kerja dan
Karakteristik teamwork dan partisipasi efektif dalam meningkatkan kinerja

BAB II

LANDASAN TEORI

PENGERTIAN KERJASAMA TIM DAN PARTISIPASI DAN KINERJA KARYAWAN

A. Pengertian Kinerja

Kinerja berasal dari pengertian Performance. Kinerja mempunyai makna yang lebih luas,
bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung.

Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis
organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi pada ekonomi (Armstrong dan
Baron, 1998 :15). Dengan demikian, kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil
yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan
bagaimana cara mengerjakannya.

Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi
yang telah ditetapkan. Para atasan atau manajer sering tidak memperhatikan kecuali sudah
amat buruk atau segala sesuatu jadi serba salah. Terlalu sering manajer tidak mengetahui
betapa buruknya kinerja telah merosot sehingga perusahaan / instansi menghadapi krisis yang
serius. Kesan kesan buruk organisasi yang mendalam berakibat dan mengabaikan tanda
tanda peringatan adanya kinerja yang merosot.

Batasan Kinerja :

Banyak terminologi kinerja. Dalam buku- buku teks istilah kinerja lebih banyak menunjuk
pada konteks manajemen personalia. Meskipun akhir-akhir ini makin meluas pada bidang
lain seperti hukum, sosial, politik dan pemerintahan. Namun pembahasan hal-hal yang
terakhir itu, pada akhirnya bermuara pada manusia yang menjalankannya.

Pengertian kinerja karyawan menunjuk pada kemampuan karyawan dalam melaksanakan


keseluruhan tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya. Tugas-tugas tersebut biasanya
berdasarkan indikator-indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan. Sebagai hasilnya akan
diketahui bahwa seseorang karyawan masuk dalam tingkatan kinerja tertentu. Tingkatannya
dapat bermacam istilah. Kinerja karyawan dapat dikelompokkan ke dalam: tingkatan kinerja
tinggi, menengah atau rendah. Dapat juga dikelompokkan melampaui target, sesuai target
atau di bawah target. Berangkat dari hal-hal tersebut, kinerja dimaknai sebagai keseluruhan
unjuk kerja dari seorang karyawan.

1. Kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000 : 67) Kinerja (prestasi kerja) adalah
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

2. Kemudian menurut Ambar Teguh Sulistiyani (2003 : 223) Kinerja seseorang merupakan
kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya.

3. Maluyu S.P. Hasibuan (2001:34) mengemukakan kinerja (prestasi kerja) adalah suatu
hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas tugas yang dibebankan
kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.

4. Menurut John Whitmore (1997 : 104) Kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang
dituntut dari seseorang,kinerja adalah suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum
ketrampikan.

5. Menurut Barry Cushway (2002 : 1998) Kinerja adalah menilai bagaimana seseorang telah
bekerja dibandingkan dengan target yang telah ditentukan.

6. Menurut Veizal Rivai ( 2004 : 309) mengemukakan kinerja adalah : merupakan perilaku
yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh
karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.
7. Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson Terjamahaan Jimmy Sadeli dan Bayu
Prawira (2001 : 78), menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan
atau tidak dilakukan karyawan.

8. John Witmore dalam Coaching for Perfomance (1997 : 104) kinerja adalah pelaksanaan
fungsi-fungsi yang dituntut dari seorang atau suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran
umum keterampilan.

Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak
tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi
yang diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negative
dari suatu kebijakan operasional. Mink (1993 : 76) mengemukakan pendapatnya bahwa
individu yang memiliki kinerja yang tinggi memiliki beberapa karakteristik, yaitu
diantaranya: (a) berorientasi pada prestasi, (b) memiliki percaya diri, (c) berperngendalian
diri, (d) kompetensi.

Unsur dalam Kinerja Karyawan

Ada beberapa unsur yang dapat kita lihat dari kinerja seorang karyawan. Seorang karyawan
dapat dikelompokkan ke dalam tingkatan kinerja tertentu dengan melihat aspek-aspeknya,
seperti: tingkat efektivitas, efisiensi, keamanan dan kepuasan pelanggan/fihak yang dilayani.

Tingkat efektivitas dapat dilihat dari sejauhmana seorang karyawan dapat memanfaatkan
sumber-sumber daya untuk melaksanakan tugas-tugas yang sudah direncanakan, serta
cakupan sasaran yang bisa dilayani. Tingkat efisiensi mengukur seberapa tingkat penggunaan
sumber-sumber daya secara minimal dalam pelaksanaan pekerjaan. Sekaligus pula dapat
diukur besarnya sumber-sumber daya yang terbuang, semakin besar sumber daya yang
terbuang, menunjukkan semakin rendah tingkat efisiensinya.

Unsur keamanan-kenyamanan dalam pelaksanaan pekerjaan, mengandung dua aspek, baik


dari aspek keamanan-kenyamanan bagi karyawan maupun bagi fihak yang dilayani. Dalam
hal ini, penilaian aspek keamanan-kenyamanan menunjuk pada keberadaan dan kepatuhan
pada standar pelayanan maupun prosedur kerja. Adanya standar pelayanan maupun prosedur
kerja yang dijadikan pedoman kerja dapat menjamin seorang karyawan bekerja secara
sistematis, terkontrol dan bebas dari rasa was-was akan komplain. Sementara itu, fihak yang
dilayani mengetahui dan memperoleh paket pelayanan secara utuh.

Mengingat fungsi ideal dari pelaksanaan tugas karyawan dalam unit kerja adalah fungsi
pelayanan, maka unsur penting dalam penilaian kinerja karyawan adalah kepuasan
pelanggan/fihak yang dilayani. Mengukur kepuasan pelanggan, merupakan persoalan yang
cukup pelik. Sehingga tidak jarang, unsur ini sering kali diabaikan dan jarang dilakukan.
Disebut pelik, karena pengukuran kepuasan pelanggan harus memperhatikan validitas
pengukuran, sehingga harus memperhatikan metode dan instrumen yang tepat. Dalam
pelaksanaan pekerjaan yang bersifat profit-oriented, kepuasan pelanggan seringkali
dihubungkan dengan tingkat keuntungan finansial yang diperoleh. Dalam pelaksanaan
pekerjaan yang social-oriented, kepuasan pelanggan banyak dihubungkan dengan tingkat
kunjungan ulang pelanggan. Meskipun kenyataanya tidak selalu demikian, karena pelayanan
yang sifatnya monopolistik dapat meningkatkan keterpaksaan pelanggan untuk datang dan
minta dilayani. Mereka tidak memiliki pilihan.
Evaluasi Kinerja

Evaluasi Kinerja menurut Kreitner dan Kinichi, 2001:300 yang dikutip Prof.Dr.Wibowo,
SE,M.Phil dalam buku Manajemen Kinerja yaitu Evaluasi Kinerja merupakan pendapat yang
bersifat evaluatif atas sifat, perilaku seseorang, atau prestasi sebagai dasar unutk keputusan
dan rencana pengembangan personil. Dan Evaluasi Kinerja adalah suatu proses mengevaluasi
kinerja pekerja, membagi informasi dengan mereka, dan mencari cara memperbaiki
kinerjanya. (Newstrom dan Davis :1997:173); sementara menurut William B. Werther Jr. And
Kieth Davis, memandang Evaluasi Kinerja adalah proses dimana organisasi mengevaluasi
prestasi kinerja. Apabila telah dilaksanakan dengan benar, maka karyawan, pengawas utama
(supervisor), departemen SDM dan pada akhirnya organisasi mendapat manfaat.

Evaluasi kinerja merupakan kegiatan lebih lanjut dari kegiatan pengukuran kinerja dan
pengembangan indikator kinerja; oleh karena itu dalam melakukan evaluasi kinerja harus
berpedoman pada ukuran-ukuran dan indikator yang telah disepakati dan ditetapkan.
Evaluasi kinerja juga merupakan suatu proses umpan balik atas kinerja masa lalu yang
berguna untuk meningkatkan produktivitas dimasa mendatang. Sebagai suatu proses yang
berkelanjutan, evaluasi kinerja menyediakan informasi mengenai kinerja dalam hubungannya
terhadap tujuan dan sasaran.

Evaluasi kinerja berfungsi untuk : (a) mengetahui tingkat keberhasilan dan kegagalan kinerja
suatu organisasi; dan (b) memberikan masukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.
Melalui evaluasi kinerja dapat diketahui apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala
yang dijumpai dalam pelaksanaan misi dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan
pelaksanaan program/kegiatan di masa yang akan datang.

Sehubungan dengan itu, kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk
melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya
dengan hasil seperti yang diharapkan. Jika dikaitkan dengan performance sebagai kata benda
(noun) di mana salah satu entrinya adalah hasil dari sesuatu pekerjaan (thing done),
pengertian performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseoarng atau
kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar
hukum dan tidak bertentangan dengan moral atau etika.

Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, tapi berhubungan dengan
kepuasan kerja dan tingkat imbalan, dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan dan sifat-
sifat individu. Oleh karena itu, menurut model partner-lawyer (Donnelly, Gibson and
Invancevich: 1994), kinerja individu pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor; (a)
harapan mengenai imbalan; (b) dorongan; (c) kemampuan; kebutuhan dan sifat; (d) persepsi
terhadap tugas; (e) imbalan internal dan eksternal; (f) persepsi terhadap tingkat imbalan dan
kepuasan kerja. Dengan demikian, kinerja pada dasarnya ditentukan oleh tiga hal, yaitu: (1)
kemampuan, (2) keinginan dan (3) lingkungan.

B. Pengertian Kerjasama TIM dan Partisipasi Karyawan

1. Pengertian Kerjasama TIM

Tim adalah suatu unit yang terdiri atas dua orang atau lebih yang berinteraksi dan
mengoordinasi kerja mereka untuk tujuan tertentu. Definisi ini memiliki tiga komponen.
Pertama, dibutuhkan dua orang atau lebih. Kedua, orang orang dalam sebuah tim memiliki
interaksi regular. Ketiga, orang orang dalam sebuah tim memiliki tujuan kinerja yang sama.

Perbedaan antara kelompok dan tim

KELOMPOK TIM
Memiliki pemimpin yang ditunjuk Berbagi peran kepemimpinan

Akuntabilitas individual Akuntabilitas mutual dan individu

Tujuan kelompok dan organisasi sama Visi atau tujuan khusus tim

Hasil kerja individual Hasil kerja kolektif

Mengadakan pertemuan pertemuan Pertemuan pertemuan mendorong


efisien diskusi terbuka

Efektifitas secara tidak langsung diukur Efektifitas secara langsung diukur dengan
oleh pengaruh bisnis menilai kerja kolektif

mendiskusikan, memutuskan, mendiskusikan, memutuskan, berbagi


mendelegasikan pekerjaan untuk para pekerjaan
individu

1.1 JENIS TIM

a. Tim Formal

Tim formal diciptakan oleh organisasi sebagai bagian dari struktur formal organisasi. Dua
jenis tim formal yang paling umum adalah tim vertikal dan tim horizontal.

b. Tim Vertikal

Tim vertikal terdiri dari seorang manajer dan para bawahannya dalam rantai komando formal.
Terkadang tim ini disebut tim fungsional atau tim komando. Setiap tim diciptakan oleh
organisasi untuk mencapai tujuan tujuan tertentu lewat aktifitas dan interaksi bersama para
anggota.

c. Tim Horizontal

Tim horizontal terdiri atas karyawan karyawan dari tingkat hierarkis yang hamper sama,
tetapi dari bidang keahlian yang berbeda. Dua jenis tim horizontal yang paling umum adalah
angkatan tugas dan komite.

1. Angkatan tugas adalah kelompok karyawan dari departemen departemen berbeda


yang dibentuk untuk menangani aktifitas tertentu dan hanya bertahan sampai tugas itu selesai.

2. Komite biasanya berumur panjang dan mungkin merupakan bagian permanen dari
struktur organisasi. Komite memberikan keuntugan yaitu: memungkinkan para anggota
organisasi untuk bertukar informasi, menghasilkan saran saran untuk mengoordinasi unit
unit organisasional yang diwakilkan, mengembangkan berbagai ide dan solusi baru untuk
masalah masalah organisasional yang ada, dan membantu perkembangan berbagai praktik
dan kebijaksanaan organisasional yang baru.

d. Tim dengan Tujuan Khusus

Tim dengan tujuan khusus adalah tim yang diciptakan diluar organisasi formal untuk
mengerjakan proyek kepentingan atau kreatifitas khusus. Tim dengan tujuan khusus masih
merupakan bagian dari organisasi formal dan memiliki struktur laporannya sendiri.

e. Tim dengan Kepemimpinan Mandiri

Tim yang dibentuk dalam satu departemen yang sama dan anggotanya adalah karyawan
untuk mendiskusikan cara-cara peningkatan kualitas, efisiensi dll.

Tim pemecahan masalah biasanya terdiri atas 5 sampai 12 karyawan per jam dari departemen
yang sama yang dengan sukarela bertemu untuk mendiskusikan cara cara peningkatan
kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja. Tim pemecahan masalah biasanya merupakan
langkah pertama dalam langkah perusahaan menuju partisipasi karyawan yang lebih besar.
Seiring dengan bertambah dewasanya perusahaan, tim pemecahan masalah berangsur
angsur berkembang menjadi tim dengan kepemimpinan mandiri.

Kepemimpinan mandiri biasanya terdiri dari 5 sampai 20 pekerja dengan lebih dari satu
keterampilan yang menggilir pekerjaan untuk menghasilkan produk atau layanan yang
menyeluruh atau setidaknya satu aspek menyeluruh atau bagian dari sebuah produk atau
layanan. Ide pokoknya adalah bahwa tim tim itu sendiri, dan bukan para manajer atau
supervisor, bertanggung jawab atas pekerjaan mereka, membuat keputusan, mengawasi
kinerja mereka sendiri, dan mengubah perilaku kerja mereka seperti yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalah, mencapai tujuan, dan menyusuaikan diri terhadap kondisi kondisi
yang berubah.

Tim dengan kepemimpinan mandiri merupakan tim permanen yang secara khusus meliputi
elemen elemen berikut ini :

Tim mencakup para karyawan yang memiliki beberapa keterampilan dan fungsi, dan
keterampilan keterampilan yang dikombinasikan sudah cukup untuk mengerjakan
tugas organisasional yang besar.
Tim diberi akses menuju sumber sumber daya seperti informasi, peralatan, mesin
dan persediaan yang dibutuhkan untuk mengerjakan seluruh tugas.
Tim diberi kekuasaan dengan otoritas pembuatan keputusan yang berarti bahwa para
anggota memiliki kebebasan untuk memilih anggota baru, memecahkan masalah,
menghabiskan uang, mengawasi hasil, dan merencanakan masa depan.

f. Tim di Lingkungan Kerja yang Baru

Dua jenis tim yang semakin sering digunakan adalah tim virtual/maya dan tim global

1. Tim virtual terdiri atas anggota anggota yang tersebar secara geografis dan
organisasional yang terikat terutama oleh kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi.
Tim virtual sering meliputi para pekerja lepas, anggota organisasi rekanan, pelanggan,
pemasok, konsultan, atau pihak pihak luar lainnya. Salah satu keuntungan utama tim virtual
adalah kemampuan untuk dengan cepat mengumpulkan kelompok orang yang paling tepat
untuk menyelesaikan proyek yang kompleks, memecahkan masalah tertentu, atau
mengekploitasi peluang strategis tertentu.

2. Tim global adalah tim kerja lintas batas yang terbentuk dari anggota anggota dengan
kebangsaan yang berbeda yang aktifitasnya menjangkau banyak Negara. Tim global dapat
dibagi dalam dua kategori yaitu tim interkultiral yang para anggotanya berasl dari berbagai
negara atau budaya yang berbeda dan bertemu dengan berhadapan secara langsung, dan tim
global virtual yang para anggotanya tinggal di lokasi yang terpisah di seluruh penjuru dunia
dan melaksanakan pekerjaan mereka dengan bantuan teknologi elektronik.

1.2 KAREKTERISTIK TIM

a. Ukuran

Secara umum, ketika ukuran tim meningkat, akan lebih sulit bagi setiap anggota untuk dapat
saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Ukuran kelompok mengusulkan hal hal
berikut ini :

1. Tim kecil ( 2 sampai 4 anggota ) menunjukan lebih banyak persetujuan, mengajukan lebih
banyak pertanyaan, dan bertukar lebih banyak opini. Merek cenderung bersikap informaldan
tidak banyak menuntut pemimpin.

2. Tim besar cenderung memiliki lebih banyak perselisihan pendapat dan perbedaan opini.
Karena kurangnya kepuasan dihubungkan dengan tugas yang dispesialisasikan serta
komunikasi yang buruk, para anggota tim memiliki sedikit kesempatan untuk berpatisipasi
dan merasakan keakraban kelompok.

b. Peran Anggota

Dalam tim tim yang sukses syarat kinerja tugas dan kepuasan social dipenuhi oleh
munculnya dua jenis peran yaitu spesialis tugas dan sosioemosional.

Orang orang yang memainkan peran spesialis tugas menghabiskan waktu dan energi untuk
membantu tim meraih tujuannya. Mereka sering memperlihatkan perilaku perilaku berikut :

Memprakarsai ide
Memberikan opini

Mencari informasi

Meringkas

Memberi semangat

Orang orang yang menggunakan peran sosioemosional mendukung kebutuhan emosional


para anggota tim dan membantu menguatkan kesatuan social. Mereka memperlihatkan
perilaku perilaku berikut :
Mendorong
Berpadu

Mengurangi Ketegangan

Mengikuti

Berkompromi

1.3 PROSES TIM

a. Tingkat Perkembangan Tim

Pembentukan. Tingkat pembentukan adalah periode orientasi dan perkenalan. Selama


tigkat pembentukan ini, pemimpin tim harus memberikan waktu bgi para anggota
untuk mengenal satu sama lain dan mendorong mereka terlibat dalam diskusi informal
dan social.
Prahara. Selam tingkat prahara kepribadian individual muncul. Tingkat ini ditandai
oleh konflik dan perselisihan pendapat.
Penetuan norma. Selama tingkat penentuan norma, konflik konflik diselesaikan, dan
keharmonisan serta kesatuan tim muncul. konsensus terwujud pada siapa yang
memiliki kekuasaan, siapa pemimpinnya, dan peran perab para anggota.
Pelaksanaan. Selama tingkat pelaksanaan, penekanan utama ada pada pemecahan
masalah dan penyelesaian tugas yang diberikan. Selama tingkat ini pemimpin harus
berkonsentrasi terhadap pelaksanaan kinerja tugas yang tinggi. Spesialis
sosioemosional dan spesialis tugas harus memberikan kontribusi.
Pembubaran. Tingkat pembubaran muncul dalam komite, angkatan tugas, dan tim
yang memiliki tugas yang terbatas untuk dikerjakan dan dibubarkan setelahnya. Pada
saat ini, pemimpin mungkin berharap untuk memberitahukan pembubaran tim dengan
suatu ritual atau upacara, barangkali memberikan piagam dan penghargaan untuk
menandakan penutupan dan kelengkapan.

b. Kekompakan Tim

Kekompakan tim didefinisikan sebagai sejauh mana para anggota tertarik pada tim dan
termotivasi untuk tinggal didalamnya. Faktor faktor yang menentukan kekompakan tim :

1. Interaksi tim. Hubungan yang lebih baik antara anggota tim dan semakin banyak waktu
yang dihabiskan bersama, semakin kompak tim tersebut.

2. Konsep tujuan yang sama. Anggota tim sepakat dengan tujuan dan menjadikan lebih
kompak

3. ketertarikan pribadi terhadap tim. Para anggota memiliki sikap dan nilai yang serupa
dan senang berkumpul.

c. Norma Tim
Norma tim adalah standar perilaku yang sama sama dimiliki oleh para anggota tim dan
membimbing perilaku mereka. Norma bersifat informal. Norma juga tidak tertulis, seperti
halnya peraturan dan prosedur.

Norma mengidentifikasikan nilai nilai utama, mengklarifikasi harapan harapan peran, dan
memudahkan kelangsungan hidup tim. Norma yang relevan dengan perilaku sehari hari dan
hasil kerja serta kinerja karyawan secara berangsur angsur berkembang. Empat cara
berkembangnya norma tim yang lazim untuk mengendalikan dan mengarahkan perilaku yaitu
:

1. Peristiwa penting. Peristiwa penting dalam sejarah tim membangun teladan yang penting.

2. Keunggulan. Keunggulan berarti bahwa perilaku pertama yang muncul dalam tim sering
kali menentukan teladan untuk harapan harapan tim nantinya.

3. Perilaku pembawaan. Perilaku pembawaan menghadirkan norma norma ke dalam tim


dari luar.

4. Pernyataan yang eksplisit. Dengan pernyataan yang eksplisit, para pemimpin atau para
anggota tim dapat memprakarsai normanorma dengan mengungkapkannya pada tim.

2. Pengertian Partisipasi Karyawan

Istilah partisipasi seringkali digunakan untuk memberi kesan mengambil bagian dalam
sebuah aktivitas. Mengambil bagian dalam sebuah aktivitas dapat mengandung pengertian
ikut serta tanpa ikut menentukan bagaimana pelaksanaan aktivitas tersebut tetapi dapat juga
berarti ikut serta dalam menentukan jalannya aktivitas tersebut, dalam artian ikut menentukan
perencanaan dan pelaksanaan aktivitas tersebut.

Jadi pengertian Partisipasi adalah :

Pertama : ikut serta dalam kegiatan tersebut tapi tidak terlibat dalam pengambilan
keputusan,

Kedua : ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut sekaligus terlibat dalam pengambilan
keputusan.

Definisi partisipasi dalam pengertian ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut sekaligus
terlibat dalam pengambilan keputusan, dapat didefinisikan sbb :

1. Menurut Heller, et. al., 1984, partisipasi sebagai sebuah proses dimana individu
mengambil bagian dalam pengambilan keputusan dalam sebuah institusi, program,
dan lingkungan yang mempengaruhi mereka.
2. Menurut Zimmerman dan Rappaport (1988, dalam Duffy and Wong, 1996)
mendefinisikan partisipasi sebagai keterlibatan dalam aktivitas organisasi yang mana
partisipasi individu tersebut tanpa membayar guna mencapai sebuah tujuan umum.
Dasar dari mekanisme ini adalah bahwa manusia dapat, mau, dan akan bekerjasama
untuk memecahkan persoalan-persoalan bersama.
3. Menurut Hadi (1995) mendefinisikan partisipasi sebagai proses dimana masyarakat
turut serta mengambil bagian dalam pengambilan keputusan. Masyarakat yang
dimaksudkan disini adalah masyarakat yang terkena dampak (affected people).

Pendekatan partisipatif mampu menguatkan visi, misi dan strategi sebuah organisasi. Semua
anggota organisasi harus mengetahui visi dan misi serta sepakat dengan strategi yang akan
dijalankan. Hal ini akan mewarnai kerja rutin dan meningkatkan motivasi serta kepuasan
kerja mereka. Cara terbaik untuk memastikan bahwa visi dan misi menjadi milik bersama
adalah melibatkan orang sebanyak mungkin dalam proses perumusannya.

BAB III

PEMBAHASAN KERJA SAMA TIM DAN PARTISIPASI TERHADAP KINERJA


KARYAWAN

Orang bisa mencapai sukses jika didukung dan mendukung orang lain. Intinya, sukses bisa
diraih melalui kerja sama tim. Siapa pun yang telah mencapai sukses pasti menyadari hal ini.
Tetapi, tentu saja tim yang dimaksud di sini bukanlah sembarang tim, tetapi tim yang efektif.
Kerjasama tim seperti kemampuan yang harus terus diasah. Tidak ada artinya karyawan
berkemampuan tinggi tetapi tidak bisa bekerja sama dalam tim. Dua hal tersebut seperti satu
paket.

A. Model Efektifitas Tim Kerja

Efektifitas tim kerja didasarkan pada dua hasil hasil produktif dan kepuasan pribadi.
Kepuasan berkenaan dengan kemampuan tim untuk memenuhi kebutuhan pribadi para
anggotanya dan kemudian mempertahankan keanggotaan serta komitmen mereka. Hasil
produktif berkenaan dengan kualitas dan kuantitas hasil kerja seperti yang didefinisikan oleh
tujuan tujuan tim. Faktor faktor yang mempengaruhi efektifitas tim yaitu konteks
organisasional, struktur, strategi, lingkungan budaya, dan system penghargaan. Karakter tim
yang penting adalah jenis, struktur, dan komposisi tim. Karakteristik karakteristik tim ini
mempengaruhi proses internal tim, yang kemudian mempengaruhi hasil dan kepuasan. Para
pemimpin harus memahami dan mengatur tingkat tingkat perkembangan, kekompakan,
norma norma, dan konflik supaya dapat membangun tim yang efektif.

1. CIRI-CIRI TIM YANG EFEKTIF :

a. Tujuan yang sama.

Jika semua anggota tim mendayung ke arah yang sama, pasti kapal yang didayung akan lebih
cepat sampai ke tempat tujuan, dari pada jika ada anggota tim yang mendayung ke arah yang
berbeda, berlawanan, ataupun tidak mendayung sama sekali karena bingung ke arah mana
harus mendayung. Jadi, pastikan bahwa tim memiliki tujuan dan semua anggota tim Anda
tahu benar tujuan yang hendak dicapai bersama, sehingga mereka yakin ke arah mana harus
mendayung.

b. Antusiasme yang tinggi.

Pendayung akan mendayung lebih cepat jika mereka memiliki antusiasme yang tinggi.
Antusiasme tinggi bisa dibangkitkan jika kondisi kerja juga menyenangkan: anggota tim
tidak merasa takut menyatakan pendapat, mereka juga diberi kesempatan untuk menunjukkan
keahlian mereka dengan menjadi diri sendiri, sehingga kontribusi yang mereka berikan juga
bisa optimal.

c. Peran dan tanggung jawab yang jelas.

Jika semua ingin menjadi pemimpin, maka tidak akan ada yang mendayung. Sebaliknya, jika
semua ingin menjadi pendayung, maka akan terjadi kekacauan karena tidak ada yang
memberi komando untuk kesamaan waktu dan arah mendayung. Intinya, setiap anggota tim
harus mempunyai peran dan tanggung jawab masing-masing yang jelas. Tujuannya adalah
agar mereka tahu kontribusi apa yang bisa mereka berikan untuk menunjang tercapainya
tujuan bersama yang telah ditentukan sebelumnya.

d. Komunikasi yang efektif.

Dalam proses meraih tujuan, harus ada komunikasi yang efektif antar-anggota tim.
Strateginya: Jangan berasumsi. Artinya, jika Anda tidak yakin semua anggota tim tahu apa
yang harus menjadi prioritas utama untuk diselesaikan, jangan berasumsi, tanyakan langsung
kepada mereka dan berikan informasi yang mereka perlukan. Jika Anda tidak yakin bahwa
tiap anggota tim tahu bagaimana melakukan ataupun menyelesaikan suatu tugas, jangan
berasumsi mereka tahu, melainkan informasikan atau tujukanlah kepada mereka cara
melakukannya. Komunikasi juga perlu dilakukan secara periodik untuk tujuan monitoring
(misalnya: sudah seberapa jauh tugas diselesaikan) dan correcting (misalnya: apakah ada
kesalahan yang perlu diperbaiki dalam menyelesaikan tugas yang telah ditentukan).

e. Resolusi Konflik.

Peace is not the absence of conflict, but the presence of justice. Ini merupakan pendapat
Martin Luther King. Rasanya hal ini berlaku pula pada pencapaian sebuah tujuan. Dalam
mencapai tujuan mungkin saja ada konflik yang harus dihadapi. Tetapi konflik ini tidak harus
menjadi sumber kehancuran tim. Sebaliknya, konflik ini yang dapat dikelola dengan baik bisa
dijadikan senjata ampuh untuk melihat satu masalah dari berbagai aspek yang berbeda
sehingga bisa diperoleh cara baru, inovasi baru, ataupun perubahan yang memang diperlukan
untuk melaju lebih cepat ke arah tujuan. Jika terjadi konflik, jangan didiamkan ataupun
dihindari. Konflik yang tidak ditangani secara langsung akan menjadi seperti kanker yang
menggerogoti semangat tim. Jadi, konflik yang ada perlu segera dikendalikan.

f. Shared power.

Jika ada anggota tim yang terlalu dominan, sehingga segala sesuatu dilakukan sendiri, atau
sebaliknya, jika ada anggota tim yang terlalu banyak menganggur, maka pasti ada
ketidakberesan dalam tim yang lambat laun akan membuat tim menjadi tidak efektif. Jadi,
tiap anggota tim perlu diberikan kesempatan untuk menjadi pemimpin, menunjukkan
kekuasaannya di bidang yang menjadi keahlian dan tanggung jawab mereka masing-
masing. Sehingga mereka merasa ikut bertanggung jawab untuk kesuksesan tercapainya
tujuan bersama.

g. Keahlian.
Bayangkan sebuah paduan suara dengan anggota memiliki satu jenis suara saja: sopran saja,
tenor saja, alto saja, atau bas saja. Tentu suara yang dihasilkan akan monoton. Bandingkan
dengan paduan suara yang memiliki anggota dengan berbagai jenis suara yang berbeda
(sopran, alto, tenor dan bas). Paduan suara yang dihasilkan pasti akan lebih harmonis.

Demikian pula dengan tim kerja. Tim yang terdiri dari anggota-anggota dengan berbagai
keahlian yang saling menunjang akan lebih mudah bekerja sama mencapai tujuan. Berbagai
keahlian yang berbeda tersebut dapat saling menunjang sehingga pekerjaan menjadi lebih
mudah dan lebih cepat diselesaikan. Anggota tim dengan keahlian yang berbeda juga bisa
saling memperluas perspektif and memperkaya keahlian masing-masing Apresiasi. Tiap
anggota yang telah berhasil melakukan apa yang menjadi tanggung jawabnya dengan baik,
atau telah memberikan kontribusi positif bagi keuntungan tim, pantas mendapat apresiasi.
Tentu saja apresiasi yang diberikan dengan tulus akan lebih terasa dampaknya. Apresiasi bisa
menambah semangat anggota tim yang bersangkutan untuk terus berprestasi. Apresiasi tidak
harus diberikan dalam bentuk uang. Saya sangat menghargai ketulusan Anda membantu
pelanggan memilih produk kita yang paling tepat untuknya, merupakan satu bentuk apresiasi
sederhana berupa kata-kata tulus. Banyak bentuk apresiasi lain yang bisa diberikan,
misalnya: promosi, bonus dalam berbagai bentuk (wisata keluarga yang dengan
menggunakan fasilitas transportasi dan vila perusahaan, beasiswa bagi anak). Sikap dan
pikiran positif. Dengan menggunakan kacamata hitam, dunia yang Anda lihat akan lebih
redup. Dengan menggunakan kacamata kehijauan, dunia pun terlihat bernuansa hijau.
Demikian pula dengan kacamata sikap dan pikiran yang positif, dunia di sekitar Anda akan
terlihat positif. Kesulitan pun akan terlihat lebih mudah diatasi, karena kesulitan bukanlah
masalah yang harus dihindari, tetapi tantangan yang harus ditangani. Sikap dan pikiran yang
positif merupakan modal utama sebuah tim.

h. Evaluasi.

Bagaimana sebuah tim bisa mengetahui sudah sedekat apa mereka dari tujuan, jika mereka
tidak menyediakan waktu sejenak untuk melakukan evaluasi? Evaluasi yang dilakukan secara
periodik selama proses pencapaian tujuan masih berlangsung bisa membantu mendeteksi
lebih dini penyimpangan yang terjadi, sehingga bisa segera diperbaiki. Evaluasi juga bisa
dilakukan tidak sekadar untuk koreksi, tetapi untuk mencari cara yang lebih baik. Evaluasi
bisa dilakukan dalam berbagai cara: observasi, riset pelanggan, riset karyawan, interview,
evaluasi diri, evaluasi keluhan pelanggan yang masuk, atau sekedar polling pendapat pada
saat meeting. Ingin sukses? Jangan lupa membantu anggota tim Anda untuk sukses. Jika
mereka sukses, maka mereka pun akan menjadi tim sukses yang mendukung Anda

B. Manajemen Peran Serta (Partisipative Management)

Partisipasi dalam organisasi merupakan keterlibatan yang meliputi pemberian pendapat,


pertimbangan dan usulan dari bawahan kepada pimpinan dalam mempersiapkan dan merevisi
tujuan organisasi. Partisipasi dalam proses peningkatan kinerja karyawan merupakan suatu
proses kerjasama dalam pembuatan keputusan yang melibatkan dua kelompok atau lebih
yang berpengaruh pada pembuatan keputusan di masa yang akan datang.

Manfaat Penerapan partisipasi dalam peningkatan kinerja karyawan adalah :

Partisipasi akan menaikkan rasa kebersamaan dalam kelompok, yang akibatnya akan
menaikkan kerjasama anggota kelompok di dalam penetapan sasaran.
Partisipasi dapat mengurangi rasa tertekan.

Partisipasi dapat mengurangi rasa ketidaksamaan di dalam alokasi sumber daya


diantara bagian-bagian organisasi.

Meskipun partisipasi mempunyai banyak manfaat bukan berarti partisipasi tidakmempunyai


keterbatasan dan masalah yang berkaitan dengan partisipasi.

Masalah Partisipasi

Sedangkan menurut (Siegel & Marcaroni, 1989 : 140 dalam Abriani, 1998), masalah yang
berkaitan dengan partisipasi ada 3 hal.

Masalah pertama adalah adanya kemungkinan manajer membentuk budget slack, slack
merupakan perbedaan (selisih) sumber daya yang sebenarnya diperlukan dalam proses yang
efisien, dengan jumlah yang lebih besar yang ditambahkan pada kegiatan tersebut.

Masalah kedua adalah Pseudoparticipation (partisipasi semu), yakni tampak berpartisipasi


tapi dalam kenyataannya tidak, artinya para manajer ini (sebagai bawahan) ikut
berpartisipasi, tetapi tidak diberi wewenang atau pendapat untuk menentukan atau
menetapkan tujuan organisasi.

Masalah ketiga adalah status dan pengaruh di dalam organisasi mengurangi efektifitas
partisipasi. Hal ini disebabkan biasanya orang yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi
akan mempunyai pengaruh yang lebih besar didalam proses penetapan sasaran.

Dengan adanya partisipasi akan terjadi mekanisme pertukaran informasi, yang dalam hal ini
masing-masing manajer akan memperoleh informasi tentang kerja. Informasi ini
memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang tugas yang akan mereka lakukan.
Tersedianya informasi yang berhubungan dengan tugas akan meningkatkan perencanaan
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Individu yang memiliki informasi yang berhubungan
dengan tugas akan lebih keras dalam berusaha dan jauh lebih bersemangat dalam
mengerjakan tugas dibandingkan individu yang tidak memiliki informasi yang berhubungan
dengan tugas.

Manajemen kinerja adalah proses komunikasi yang dilakukan secara terus menerus dalam
kemitraan antara karyawan dengan atasan langsungnya. Proses komunikasi ini meliputi
kegiatan membangun harapan yang jelas pemahaman mengenai pekerjaan yang akan
dilakukan.

Manajemen peran serta (partisipative management) adalah suatu pendekatan manajemen


yang melibatkan bawahan dalam proses pengambilan keputusan.

1. Hubungan antara kepemimpinan dengan manajemen peran serta

Hubungan antara kepemimpinan dengan manajemen peran serta sangat erat. Hubungan yang
sangat erat ini melibatkan usaha kerja sama antara dua orang atau lebih, untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Keterlibatan secara aktif dari bawahan dengan menggunakan
segala keahlian dan kreativitas mereka dalam memecahkan persoalan-persoalan manajemen
yang penting. Pelaksanaan manajemen peran serta yang berdasarkan shared authority dari
atasan dengan bawahannya tidak berarti atasan melimpahkan semua wewenangnya atau
mengurangi wewenangnya dalam pengambilan keputusan melainkan menyertakan bawahan
membuat keputusan dalam memecahkan persoalan manajeman yang penting.

Untuk mencegah pelimpahan seluruh wewenang, maka atasan perlu :

menggariskan secara tegas dan jelas tugas-tugas dan fungsi-fungsi dari bawahan
melimpahkan wewenang kepada bawahannya terbatas dalam kaitannya untuk
melaksanakan tugas-tugas dan fungsinya
menggariskan dengan jelas tanggung jawab bawahannya atas penguunaan wewenang
yang telah dilimpahkan kepadanya
mendorong bawahan agar menerima pelimpahan wewenang dari atasannya dan
melaksanakan tugas dan tanggung ajawab sebaik-baiknya

Dari uraian diatas seorang atasan melaksanakan manajemen peran serta bila :

wewenang dan kekuasaan diemban bersama dengan anak buahnya dalam proses
pengambilan keputusan
bawahan terlibat secara aktrif dan membantu atasannya yang bertindak sebagai
pemimpin kelompok dalam pengambilan keputusan
bawahan memberikan input yang penting dan berharga dalam pengambilan
keputusannya, sehingga keputusannya merupakan suatu tim manajemen

Untuk dapat menetapkan pendekatan manajemen peran serta ini, para manajer harus:

memiliki kemampuan hubungan antar manusia


mengerti dan memahami anak buahnya tentang sifat-sifatnya, pribadinya, wataknya
dan kepentingan-kepentingannya
mampu berkomunikasi dengan baik

mampu mengatasi manajemen konflik dalam organisasinya

harus mampu membuat kekuatan masing-masing anak buahnya sebagai modal dan
menghilangkan kelemahannya
harus mampu mengkompromikan harapan-harapan dan kepentingan dari kelompok-
kelompok dan organisasi sedemikian rupa sehingga dapat dipertemukan
untuk meningkatkan mutu keputusan manajemen

untuk meningkatkan produktivitas karyawan dan manajer

untuk meningkatkan semangat dan kepuasan kerja karyawan dan manajer

memungkinkan organisasi lebih responsif/tanggap terhadap tuntutan lingkungan

2. Manfaat Manajemen Peran Serta / Partisipatif


memungkinkan karyawan lebih mudah dalam menerima perubahan-perubahan
manajemen peran serta menjadi salah satu kunci pendorong bagi organisasi dan
menempatkan karyawan atau manajer pada kedudukan untuk bersikap change
oriented
menciptakan hubungan yang damai dan serasi antara manajer dengan bawahannya
dan serikat pekerja
meningkatkan komitmen (keterkaitan) karyawan atau manajer pada organisasi

meningkatkan rasa percaya diri kepada manajemen

memudahkan pengelolaan bawahan

meningkatkan mutu komunikasi antara atasan dengan bawahan

meningkatkan kerja sama (team work)

3. Kiat Mengimplementasikan Manajemen Peran Serta

mengetahui lebih dulu tentang diri kita sendiri dan organisasi kita
mengadakan diagnosa hambatan dengan cara :

o mengidentifikasi hambatan tertentu pada masing-masing bidang

o menentukan mengapa hambatan itu terjadi atau ada

o menentukan tingkat atau kualitas hambatan tersebut

o menentukan kapan hambatan-hambatan tersebut dapat dihilangkan dengan biaya


finansial dan psikologis

o menentukan bagaimana menghilangkan hambatannya

o menentukan peranan kita sebagai manajer dalam menghilangkan hambatannya

o menentukan bagaimana menghilangkan hambatannya

o menentukan peranan kita sebagai manajer dalam menghilangkan hambatnnya

Macam-macam hambatan :

a. Hambatan yang Controlable ialah hubungan dimana kita memiliki wewenang dan
kekuasaan untuk menghilangkannya, seperti :

kurang cukupnya waktu yang dimiliki oleh seorang atasan terhadap bawahannya
kurangnya latihan-latihan yang dilaksanakan atau yang diperoleh bawahan

kurangnya keinginan atau hasrat dari bawahan untuk berpartisipasi

b. Hambatan-hambatan yang kita dapat pengaruhi, untuk meniadakannya ialah :


atasan yang tidak tahu tentang manajemen peran serta
iklim organisasi yang tidak tahu tentang manajemen peran serta

atasan yang tidak mau mencari dan menyediakan waktu untuk mempraktekkan
manajemen peran serta

c. Hambatan yang kita dapat mempengaruhi sedikit sekali atau menguasai untuk
menghilangkannya. Hambatan-hambatan tersebut berupa :

lingkungan eksternal organisasi


struktur organisasi

reputasi organisasi

4. Elemen Kriteria Unjuk Kerja, meliputi :

a. Memberikan partisipasi dalam perencanaan tim.

Manajer membantu tim menetapkan maksud, peranan, tanggung jawab dan


pertanggung jawaban sesuai dengan tujuan, rencana dan sasaran organisasi
Manajer membantu tim memonitor dan mengatur kinerjanya dalam memperbaiki
secara terus menerus kebijakan dan proses organisasi.
Manajer memberi semangat/dorongan tim untuk menggunakan kompetensi setiap
anggota terhadap manfaat tim dan individu.

b. Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim.

Manajer membantu tim menggunakan proses komunikasi secara terbuka untuk


mendapat dan membagi informasi.
Tim membuat keputusan sesuai dengan peran dan tanggung jawab yang disetujui.

Manajer memberi dukungan tim untuk mengembangkan hubungan timbal balik.

c. Mengelola dan mengembangkan kinerja tim.

Hasil-hasil yang dicapai tim berkontribusi positip terhadap rencana bisnis organisasi
Manajer menyemangati/memberi dorongan tim untuk mengusahakan
pembaruan/inovasi dan inisiatip.
Kompetensi tim dan individu dimonitor secara berkala untuk memastikan bahwa tim
mampu mencapai tujuannya.
Anggota tim membagi dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya.

d.. Memberikan partisipasi dan memfasilitasi kerja tim.

Anggota tim memberikan partisipasi aktip dalam kegiatan tim dan proses komunikasi.
Individu dan tim melakukan tanggung jawab secara individu dan bersama terhadap
tindakannya.
Tim menerima dukungan untuk mengenali dan menyelesaikan permasalahan yang
menghalangi kinerjanya.

C. Pengaruh Kerjasama Tim dan Partisipasi terhadap Kinerja Karyawan

Tim adalah sebuah sistem yang unik, yaitu setiap tim bagaikan sistem yang berbeda-beda.
Tim merupakan kumpulan orang yaitu bagaikan komponen dalam satu sistem. Sedangkan
partisipasi (peran serta) karyawan merupakan sebuah proses dimana individu mengambil
bagian dalam pengambilan keputusan dalam sebuah institusi, program, dan lingkungan yang
mempengaruhi mereka. Sehingga dengan peranserta karyawan dalam tim akan dapat
meningkatkan kinerjanya.

Dari penjelasan tentang kerjasama tim dan partisipasi dalam peningkatan kinerja karyawan,
agar tim dapat lebih berhasil hendaklah tiap karyawan dapat memahami hal berikut ini :

1. Proses pengenalan tuntas antar anggota tim.

2. Proses pemahaman yang mendalam antar anggota dalam tim.

3. Pembentukan ikatan hati sesama tim.

4. Membangun perasaan sehidup semati atau senasib sepenanggungan dalam tim.

5. Strategi mengatur satu tim efektif.

6. Kinerja tim efektif.

7. Komponen anggota tim yang efektif.

8. Membangun tim yang efektif dan produktif.

9. Motivasi dalam tim.

10. Pemanfaatan kekuatan individu dalam tim.

11. Menentukan target, program dan tujuan bersama.

12. Kepemimpinan dalam tim.

13. Membangun norma dan aturan main tim.

14. Membangun komunikasi dan hubungan antar tim.

15. Membangun pengaruh kepada anggota tim.

16. Mengelola konflik dalm tim.

17. Proses kreatif dalam tim.


18. Proses pengambilan keputusan : konsensus, kebersamaan, dan efektivitas-efisiensi.

19. Pertemuan dan rapat tim.

20. Membangun hubungan sosial intern atau antartim.

Karakteristik teamwork dan partisipasi efektif dalam meningkatkan kinerja.

Ada sepuluh karakteristik yang diperlukan tim dan partisipasi dalam menghasilkan kinerja
secara luar biasa dan cepat mencapai tujuan yang diharapkan.

1. Prinsip, Tujuan dan Sasaran

Tim efektif sangat dipengaruhi adanya prinsip, tujuan, dan sasaran yang jelas, sehingga
secara sadar anggota tim disatukan oleh kebersamaan misi dan membangun komitmen
bersama. Semua anggota tim mengerti dan menyetujui tujuan serta sasaran tim.

1. Keterbukaan dan Konfrontasi

Tim efektif sangat dipengaruhi adanya keterbukaan dan saling mempercayai antar anggota
tim. Semua anggota mendapatkan informasi yang sama dari akses yang sama pula, serta
dapat berkomunikasi dengan lancar dan jelas. Anggota tim bebas untuk mengeluarkan ide-
idenya. Eksperimen dan kreativitas selalu digiatkan, anggota lainnya wajib untuk menolong
anggota bersangkutan, jika memang ide tersebut logis dan berguna.

1. Dukungan dan Kepercayaan

Tim efektif sangat dipengaruhi adanya dukungna dan kepercayaan antar seluruh anggota tim
dengan baik. Pemimpin tidak akan dapat menyelesaikan program dan kegiatan sendiri.
Dukungan dan kepercayaan anggota tim sangat diperlukan.

1. Kerjasama, Komunikasi dan Konflik

Tim efektif sangat dipengaruhi adanya kerjasama, komunikasi dan konflik. Komunikasi
adalah link antar sesama anggota kelompok, sehingga keberadaanya sangat penting.
Kemampuan menggunakan komunikasi yang efektif dengan memanfaatkan sarana
komunikasi yang ada. Harus mampu membuat konflik yang tidak merusak keutuhan tim.
Konflik yang terjadi dapat diselesaikan dengan jalan konsensus, bersifat konstruktif, dan
menerapkan pendekatan menang-menang (win-win approach).

1. Prosedur kerja dan keputusan yang layak

Tim akan efektif mencapai tujuan, ketika anggota selalu mendukung keputusan serta
menjalankan prosedur dan pengawasan yang dibuat bersama-sama. Dalam tim diperlukan
pemahaman peran, tanggung jawab, dan keterbatasan otoritas masing-masing.

1. Kepemimpinan yang layak


Kepemimpinan diri (personal leadership) adalah yang lebih utama, dibanding menuntut
pemimpin formal yang qualified dalam kelompok. Tim perlu menyediakan pemimpin yang
dilandasi prinsip yang kuat dan mencukupi kebutuhan.

1. Review Kerja dan Program secara Reguler.

Tim yang efektif harus selalu mengevaluasi fungsi dan proses yang sudah dilakukan secara
reguler. Tim efektif mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah dan membuat
keputusan dengan baik.

1. Pengembangan Individu.

Tim akan bekerja efektif jika selalu mengelola peningkatan penghargaan individu. Kegiatan
tim tidak hanya fokus pada hasil tetapi juga pada proses dan isi.

1. Hubungan antar kelompok (sosial).

Tim akan efektif jika memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan, baik
dengan para atasan (melobi), dengan tim lain (sosialisasi dan share) serta lingkungan
perusahaan (adaptasi). Kurang kerja sama dengan kelompok lain akan menyebabkan kerja
samanya kurang menggairahkan.

1. Ikatan hati secara sinergi.

Tim akan efektif jika sesama anggotanya memiliki ikatan hati dengan baik, bahkan secara
sinergi mempunyai tanggung jawab moral untuk saling menasihati dan mencapai
keberhasilan bersama. Dimasa depan, tim memiliki tumpuan utama pada kredibilitas moral
anggotanya.

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan makalah tentang Kerjasama Tim dan Partisipasi Terhadap
Kinerja Karyawan, maka pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan
berdasarkan hasil kajian pustaka dan teori yang telah dilakukan di bab terdahulu dalam
laporan ini.

Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kinerja karyawan menunjuk pada kemampuan karyawan dalam melaksanakan


keseluruhan tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya. Kinerja para karyawan akan
meningkat apabila mereka terlibat secara aktif dan ikut berpartisipasi dan menjadi bagian tim
dalam proses kegiatan pada unit organisasi dimana mereka bekerja.

2. Evaluasi kinerja berfungsi untuk : (a) mengetahui tingkat keberhasilan dan kegagalan
kinerja suatu organisasi; dan (b) memberikan masukan untuk mengatasi permasalahan yang
ada. Melalui evaluasi kinerja dapat diketahui apakah pencapaian hasil, kemajuan dan
kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan misi dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan
pelaksanaan program/kegiatan di masa yang akan datang.

3. Tim adalah suatu unit yang terdiri atas dua orang atau lebih yang berinteraksi dan
mengoordinasi kerja mereka untuk tujuan tertentu. Definisi ini memiliki tiga komponen.
Pertama, dibutuhkan dua orang atau lebih. Kedua, orang orang dalam sebuah tim memiliki
interaksi regular. Ketiga, orang orang dalam sebuah tim memiliki tujuan kinerja yang sama.

4. Istilah partisipasi seringkali digunakan untuk memberi kesan mengambil bagian dalam
sebuah aktivitas. Mengambil bagian dalam sebuah aktivitas dapat mengandung pengertian
ikut serta tanpa ikut menentukan bagaimana pelaksanaan aktivitas tersebut tetapi dapat juga
berarti ikut serta dalam menentukan jalannya aktivitas tersebut, dalam artian ikut menentukan
perencanaan dan pelaksanaan aktivitas tersebut.

5. Ada sepuluh karakteristik yang diperlukan tim dan partisipasi dalam menghasilkan kinerja
secara luar biasa dan cepat mencapai tujuan yang diharapkan.

Prinsip, Tujuan dan Sasaran


Keterbukaan dan Konfrontasi

Dukungan dan Kepercayaan

Kerjasama, Komunikasi dan Konflik

Prosedur kerja dan keputusan yang layak

Kepemimpinan yang layak

Review Kerja dan Program secara Reguler.

Pengembangan Individu.

Hubungan antar kelompok (sosial).

Ikatan hati secara sinergi.

6. Kerja sama tim dan partisipasi karyawan yaitu ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut
sekaligus terlibat dalam pengambilan keputusan merupakan kemampuan yang harus terus
diasah dan masih terdapat ruang untuk perbaikan. Tidak ada artinya karyawan berkemampuan
tinggi tetapi tidak bisa bekerja sama dalam tim dan terlibat aktif dalam berpartisipasi di
kegiatan organisasi.

4.2. Saran

Dari pembahasan dan kesimpulan yang telah penulis sampaikan, penulis mencoba
memberikan beberapa saran :

1. Dalam upaya untuk peningkatan kinerja karyawan maka perlu kerjasama tim dan
partisipasi dari karyawan. Untuk membangun tim yang baik, maka perlu ada ikatan hati antar
anggotanya dengan akidah dan nilai-nilai transendental, sehingga sangat penting membangun
visi dan misi bersama dalam tim.
2. Banyak organisasi gagal karena dikelola secara berlebihan namun kurang dipimpin.
Karena pemimpin merupakan faktor yang penting dalam membangun tim. Pemimpin yang
sukses membangun orang dan tim mempunyai ciri-ciri sbb: karisma, kepedulian, komitmen,
kejelasan, komunikator, konsisten, kreatif, kompeten, keberanian dan kenekatan.

3. Makalah ini ini diharapkan dapat dijadikan litelatur akademik dan mendorong dan
memperkaya pustaka tentang matakuliah Evaluasi Kinerja.

DAFTAR PUSTAKA

Yun Iswanto, 2002. Buku Materi Pokok, Manajemen SDM, Jakarta : BPK-Pusat Penerbitan
UT.

Barry Cushway, Manajemen Sumber Daya Manusia (Perencanaan, Analysis, Kinerja,


Penghargaan ), PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta, 1996.

Niken Safitri, Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran Terhadap Kepuasan


Kerja dan Kinerja Karyawan : Job Relevant Information (JRI) Sebagai Variabel Antara,
Skripsi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2006

Purwoto Wanasentana, DR, Materi Kuliah Evaluasi Kinerja, Program Pascasarjana,


Magister Manajemen, Universitas Krisnadwipayana

B.S. Wibowo, dkk. (2002). Trustco SHOOT : Sharpening, Our Concept and Tools PT.
Syaamil Cipta Media, Jakarta

http://www.google.co.id

http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-linda3.pdf.

http://sukardihs.wordpress.com/2008/08/06/kerja-sama-tim-dalam-organisasi/

http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/psikologi-sosial/partisipasi-warga-
negara

Tentang iklan-iklan ini

Terkait

Makalah Efektivitas Kecerdasan Terhadap Kinerjadalam "Makalah Manajemen SDM"

Makalah PENGARUH RASA INDIVIDUALIS DAN SOSIAL KARYAWAN TERHADAP


KINERJA ORGANISASIdalam "Makalah Manajemen SDM"

Makalah Dampak Stres dan Tingkat Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawandalam
"Makalah Manajemen SDM"
Pos ini dipublikasikan di Makalah Manajemen SDM. Tandai permalink.
Persamaan Dasar Akuntansi
Pengantar Akuntansi Jurnal Penyesuaian

Satu Balasan ke Makalah Kerjasama Tim Dan Partisipasi dalam Meningkatkan


Kinerja Karyawan

1. hafiz berkata:

Juni 1, 2015 pukul 10:20 am

Thanks mbak.saya ijin copy ya.

Balas

Tinggalkan Balasan

Pos-pos Terbaru
o Belajar Islam

o Pengantar Akuntansi Jurnal Penyesuaian

o Makalah Kerjasama Tim Dan Partisipasi dalam Meningkatkan


Kinerja Karyawan
o Persamaan Dasar Akuntansi

o Pengertian Dasar Akuntansi

Komentar Terbaru

hafiz di Makalah Kerjasama Tim Dan Part

M. ALDAN di Pengertian Dasar Akuntansi

Mr WordPress di Profil Widiastuti


Arsip
o November 2011

o Januari 2011

Kategori
o Makalah Manajemen SDM

o Materi Pelajaran SMA

o Uncategorized

Meta
o Daftar

o Masuk

o RSS Entri

o RSS Komentar

o WordPress.com

W.I.D.I.A.S.T.U.T.I.
Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.
Ikuti

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/136384022?
extension=ppt&ft=1480330701&lt=1480334311&user_id=326479472&uahk=X
OxXr194zDCJUEK6EMNKSUHuKPg

MAKALAH KOLABORASI KESEHATAN

Kolaborasi dalam Tim Kesehatan


Disusun oleh :
KELOMPOK 2
Afina (1106051761 )
Christian Samuel (1106051723)
Dekaria Alamanda (1106004374)
Dianah Rosikhoh (1106009223)
Dwi Oktaviana (1106051793)
Fitri Wulandari (1106011221)
Muhammad Falahuddin M.S (1106014785)
Sri Puji Astuti (1106065691)
Sulistiyaningsih (1106011562)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
Depok
2014

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penyusun bisa menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan baik. Makalah yang membahas Kolaborasi Tim Kesehatan ini disusun
dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah Kolaborasi Kesehatan Fakultas Farmasi.
Penyusun ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Santi Purna Sari, S.Si., M.Si
serta Ibu Nadia Farhanas Syafhan, M.Si, Apt selaku dosen pengampu mata kuliah ini yang
telah memberikan pengarahan dalam penyusunan makalah ini. Rasa terima kasih juga
penyusun haturkan kepada orang tua yang telah memberikan dukungan material maupun non
material.
Penyusun berharap informasi-informasi yang terdapat dalam makalah ini dapat
berguna bagi pembaca. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan maka penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata maupun informasi
yang kurang berkenan di hati pembaca. Untuk itu, penyusun memohon saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca. Terima kasih.

Februari 2014
Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................1


KATA PENGANTAR ...........................................................................................2
DAFTAR ISI .........................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................4
1.1 Latar Belakang ....................................................................................4
1.2 Tujuan Penulisan .................................................................................4
1.3 Metode Penulisan ................................................................................5
1.4 Sistematika Penulisan .........................................................................5
BAB 2 ISI .............................................................................................................6
2.1 Pendahuluan Kolaborasi......................................................................6
2.2 Prinsip Kolaborasi Tim Kesehatan......................................................15
2.3 Filosofi Keprofesian Tenaga Kesehatan..............................................26
2.4 Peran Profesi Kesehatan untuk Individu, Keluarga, dan Komunitas.. 40
BAB 3 PEMBAHASAN..44
BAB 3 PENUTUP ................................................................................................47
A. Kesimpulan .........................................................................................47
B. Saran ...................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang. Penanganan
masalah kesehatan pun tidak terlepas dari tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
berperan penting dalam sistem pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan seperti dokter,
perawat, ahli gizi, tenaga kefarmasian, dan tenaga kesehatan lainnya mempunyai
tugas dan perannya masing-asing dalam menangani masalah kesehatan. Namun
demikian, tenaga kesehatan mempunyai tujuan yang sama dalam penatalaksanaan
kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu kerjasama dan kolaborasi
berbagai tenaga kesehatan tersebut sebagai sebuah tim kesehatan agar penanganan
masalah kesehatan pasien dapat berjalan secara efektif dan berkualitas. Dengan
kolaborasi dan kerjasama tersebut diharapkan pelayanan kesehatan dapat berjalan
dengan baik dan masalah kesehatan pasien juga bisa terselesaikan dengan baik.Untuk
itu, tim kesehatan perlu menjalin hubungan yang baik dan menyadari peran dan
tanggung jawabnya masing-masing.
Penatalaksanaan kesehatan oleh tim kesehatan ini tidak hanya berfokus pada
pasien, namun juga pada keluarga pasien bahkan komunitas masyarakat sehingga
masing-masing profesi kesehatan memiliki perannya yang kompleks dan tanggung
jawab yang besar. Walaupun demikian, setiap profesi tidaklah bekerja sendirian,
tenaga kesehatan lainnya sebisa mungkin saling membantu agar tercipta suatu
pelayanan kesehatan yang baik

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan dalam makalah ini diantaranya adalah :
1. Mengetahui definisi kolaborasi dan kerjasama tim kesehatan
2. Mengetahui prinsip kolaborasi tim kesehatan
3. Mengetahui filosofi dari masing-masing profesi kesehatan
4. Mengetahui peran masing-masing profesi dalam penatalaksanaan
kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat

1.3 Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu : kajian
teori, data dan sumber yang di dapat penulis melalui proses membaca, dan
informasi dari berbagai media informasi serta melalui proses
diskusi dengan anggota kelompok.

1.4 Sistematika Penulisan


Makalah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Metode Penulisan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB 2 ISI
2.1 Definisi Kolaborasi
2.2 Prinsip Kolaborasi dalam Tim Kesehatan
2.3 Filosofi keprofesian tenaga kesehatan
2.4 Peran Profesi Kesehatan untuk individu, keluarga dan masyarakat
BAB 3 PEMBAHASAN
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB II

ISI

2.1 Pendahuluan kolaborasi

A. Definisi Kolaborasi
Guna membentuk suatu team work atau kerjasama tim yang ideal, dibutuhkan
kooperasi dan kolaborasi. Kooperasi (kerjasama) berarti bekerja sama dengan orang lain
untuk mencapai tujuan bersama (tetapi bukan tujuan yang semestinya). Contoh kerjasama
yaitu, misalnya Anda berkeluarga, lalu cara bekerja sama dengan istri Anda dengan
meletakkan pakaian kotor di mesin cuci, turut membantu mencuci piring, dan sebagainya.
Lalu, apa makna kolaborasi? Kolaborasi dalam bahasa inggris collaboration, berasal
dari kata collaborate yang berarti bekerja antara satu dengan yang lain, berkooperasi satu
sama lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, kolaborasi adalah suatu
perbuatan berupa kerjasama dengan teman, musuh dan sebagainya. Menurut Arthur T.
Himmelman, kolaborasi berupa pertukaran informasi, berbagi segala sumber pengetahuan
untuk meningkatkan kapasitas satu dengan yang lain demi tercapainya tujuan bersama.
Kolaborasi adalah kerjasama yang lebih terfokus pada tugas atau misi biasanya terjadi
dalam bisnis, perusahaan atau organisasi lainnya. Misalnya, untuk menampilkan suatu pentas
seni yang luar biasa perlu kolaborasi antara penari, penyanyi, pemusik, dsb. Kolaborasi
adalah proses yang membutuhkan hubungan dan interaksi antara profesional kesehatan
terlepas dari apakah atau tidak mereka menganggap diri mereka sebagai bagian dari tim .
(kolaborasi kesehatan)
Kesimpulannya kerja sama tim tercipta karena adanya kolaborasi dan kooperasi.
Kerja sama tim dapat menjadi salah satu bentuk kolaborasi, tetapi tidak semua kolaborasi
dilakukan dalam teams. Misalnya, dalam perawatan primer dokter keluarga, fisioterapis dan
dokter gigi dapat memberikan perawatan kepada individu namun mereka mungkin tidak
melihat diri mereka sebagai "tim" yang bekerja sama dengan pasien. Dengan kata lain, kerja
sama tim merupakan produk kolaborasi dan kolaborasi adalah proses interaksi dan hubungan
antara profesional kesehatan yang bekerja di lingkungan tim..
Dengan adanya kolaborasi, maka :

adanya pengurangan pekerjaan yang sama atau overlap


dapat menggunakan sumber daya yang terbatas dan memperluas peluang
meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja
legitimasi organisasi
dapat menyelesaikan masalah sosial yang besar (kasus kejahatan) dan proyek-proyek
yang kompleks
B. Model Kolaborasi

Performance Measurement :

Menghitung dan mengidentifikasi keadaan serta memastikan kolaborasi tepat sasaran.


Misalnya : peningkatan kualitas, penurunan biaya pengeluaran.
Jenis ukuran (measurement) :

Kualitas pelayanan dokter (Physician) meliputi proses pelayanan klinis sampai hasil
pelayanan.
Kualitas pelayanan rumah sakit
Kualitas perencanaan kesehatan
Pengalaman pelayanan pasien (Pengalaman pasien selama mendapat pelayanan
kesehatan)
Biaya pelayanan kesehatan (diperiksa apakah sudah efektif)
Perbedaan kualitas pelayanan di seluruh tempat
Meningkatkan kualitas pelayanan agar merata

Payment and Delivery System Reform :

Sebagai makelar dalam pelaksaan pelayanan kesehatan untuk sistem pay-for-


performance.
Memastikan tidak terjadi kekacauan dalam urusan keuangan

Healthcare system performance :

Meningkatkan kualitas, efisiensi dan kepuasan pasien.


Memberikan training kepada tenaga ahli kesehatan untuk memecahkan masalah yang
ada

Education and Engaging Patience :

Pasien mengerti dan terlibat aktif dalam aktivitas yang mempengaruhi kesehatan
mereka
Membantu pasien memilih pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kemampuan
pasien
Mendukung pelayanan pasien yang lebih baik
Gambar di atas merupakan salah satu contoh konsep model kolaborasi penanganan
kesehatan di masa depan. Pada zaman dulu (sampai sekarang), metode atau model
penanganan kesehatan yang dilaksanakan adalah The Industrial Way (lihat gambar). Disana
digambarkan pasien masuk dan keluar dari industri kesehatan untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan.

Sementara itu, di masa depan, digambarkan bahwa semua serba terbuka dan
masyarakat atau pasienlah yang menentukan sendiri pengobatan yang diinginkan. Yang
dimaksudkan semua serba terbuka adalah informasi mengenai masyarakat, bahkan seorang
bayi yang baru lahir bisa saja memiliki website sendiri, dengan tujuan agar dapat dengan
mudah membagikan informasi tentang riwayat hidupnya, yang nantinya bisa saja berguna
bagi orang lain. Informasi informasi tersebut disebarkan melalui internet. Informasi
informasi tersebut dapat memperkaya pengetahuan untuk tenaga kesehatan sendiri maupun
orang lain.

Selain itu model kolaborasi penanganan kesehatan di masa depan, juga menawarkan
konsep penanganan kesehatan untuk pasien yang bertunangan (Engaged Patients). Dimana
pada konsep ini, kedua orang yang bertunangan dapat saling merawat satu sama lain,
memiliki situs sendiri untuk membagikan cerita dan hubungan mereka.

Di masa depan juga diperkirakan semua kegiatan pengobatan tidak diharuskan untuk
bertatap muka secara langsung. Pasien dapat mengakses situs seorang dokter, untuk membuat
janji dan berkonsultasi dengan dokter mengenai penyakitnya, dan untuk perawatannya,
seorang tenaga kesehatan dapat mem-follow up pasien melalui email, atau media elektronik.
Hal ini memungkinkan pengobatan dilakukan secara meluas, secara global, tanpa harus
adanya suatu gedung yang berguna sebagai wadah untuk mempertemukan pasien dengan
tenaga kesehatan.

Dan yang terakhir, konsep kolaborasi penanganan kesehatan adalah Pre-Competitive


Research, dimana semua orang bisa berinovasi mengenai obat yang lebih baik untuk
masyarakat. Semua inovasi dapat dihubungkan secara global melalui internet. Tidak ada lagi
pematenan formula obat, semuanya dilakukan dengan tujuan membuat obat yang lebih baik.
Dengan tidak adanya pematenan formula suatu obat, diperkirakan proses penemuan obat baru
yang lebih baik akan lebih cepat, demi keuntungan semua orang, bukan salah satu pihak saja.

Dalam menjalankan suatu model kolaborasi, dibutuhkan 3 komponen yaitu : input


(tugas, saran, kritik, dan lain-lain), proses (support, leadership), dan output (peningkatan
kualitas, penurunan biaya, dan lain-lain). Model dari kolaborasi diharapkan untuk
menghasilkan suatu keluaran / output yang bermanfaat bagi pasien. Di Indonesia sendiri,
model kolaborasi belum berjalan dengan efektif. Hal ini tercermin dari kasus-kasus yang
sering sekali terjadi di Indonesia. Umumnya, kasus-kasus tersebut terjadi disebabkan oleh
kurangnya tenaga kesehatan di setiap instalasi kesehatan pada penjuru nusantara.

Dari contoh model yang telah dijelaskan, terlihat bagaimana baiknya keluaran yang
dihasilkan jika model kolaborasi dijalankan dengan baik. Keluaran yang dihasilkan adalah
pasien mengerti dan memilih perawatan mana yang dikehendaki oleh dirinya secara aktif.
Namun, faktanya hal tersebut belum berjalan di Indonesia. Biasanya, dokter yang
menentukan perawatan yang akan dijalani oleh pasien. Keluaran lain yang diharapkan dari
model kolaborasi tersebut adalah peningkatan kualitas pelayanan kesehatan terhadap pasien.

Saat menjalankan sebuah model kolaborasi, diperlukan juga proses-proses yang


mendukung. Salah satu proses tersebut adalah pengembangan sistem pembayaran. Kualitas
pelayanan yang lebih baik tentunya membutuhkan pembayaran yang lebih tinggi. Namun, di
Indonesia hal ini masih belum berlaku. Bayaran yang tidak seimbang antar-elemen tenaga
kesehatan merupakan salah satu penyebab tidak maksimalnya kerja dari tenaga kesehatan
tersebut. Hal ini juga tercermin dalam JKN dimana terlihat bahwa dokter memiliki bayaran
yang lebih tinggi dibandingkan seorang apoteker. Selain itu, perlu juga diadakan publikasi
dari kinerja kolaborasi yang telah terjadi agar membuat pasien lebih yakin akan pelayanan
yang diberikan terhadap dirinya.

C. Komponen Kolaborasi

Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja dengan kompak
dalam mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasi yang efektif meliputi
kerjasama, asertifitas, tanggung jawab,komunikasi, otonomi dan koordinasi seperti skema di
bawah ini. Dasar-dasar kompetensi koaborasi :

a.Komunikasi

b.Respek dan kepercayaan

c.Memberikan dan menerima feed back

d.Pengambilan keputusan

e.Manajemen konflik
Komunikasi merupakan pertukaran informasi sehingga dicapai ketepatan informasi,
waktu yang sesuai, dan kemurnian atau kejelasan dari informasi. Meningkatkan mutu
komunikasi diharapkan dapat meningkatkan pemahaman antar individu/tim sehingga
diperoleh kerjasama dan kolaborasi yang baik.
Pada dasar kompetensi yang lain, kualitas respek dapat dilihat lebih ke arah honor dan
harga diri, sedangkan kepercayaan dapat dilihat pada mutu proses dan hasil. Respek dan
kepercayaan dapat disampaikan secara verbal maupu non verbal serta dapat dilihat dan
dirasakan dalam penerapannya sehari-hari. Feed back dipengaruhi oleh persepsi seseorang,
pola hubungan, harga diri, kepercayaan diri, kepercayaan, emosi, lingkungan serta waktu,
feed back juga dapat bersifat negatif maupun positif.
Elemen kepercayaan merupakan respon subyektif seseorang terhadap kehangatan,
keramahan, perilaku , dan lain-lain yang meningkatkan rasa aman sesorang untuk
berbicara. Elemen ini penting ketika percakapan mengarah ke hal-hal yang bukan keahlian
farmasi. Penggunaan feedback dapat membantu kita untuk memastikan maksud dari pesan
yang disampaikan. Kita sebaiknya meminta lawan bicara untuk mengulang apa yang telah dia
pahami dari percakapan itu.
Persepsi tradisional dan alternatif dari kepemimpinan .
Pandangan tradisional Pandangan alternatif
Kepemimpinan berada pada individu Kepemimpinan adalah milik system sosial
Kepemimpinan berbasis hirarki , Kepemimpinan dapat terjadi dimana saja , ' di
terkait dengan posisi semua tingkatan

Kepemimpinan terjadi ketika pemimpin Kepemimpinan adalah proses kompleks


melakukan pengaruh timbal balik
hal yang dapat diikuti

Kepemimpinan adalah bentuk yang berbeda Perbedaan kepemimpinan / manajemen


dan tidak penting
lebih penting daripada manajemen
Pemimpin yang memiliki Siapapun bisa menjadi pemimpin
kualitas pribadi tertentu
Pemimpin dilahirkan Kepemimpinan dapat dipelajari
Pemimpin membuat perbedaan penting untuk Kepemimpinan adalah salah satu dari banyak
kinerja organisasi faktor
yang mempengaruhi prestasi
organisasi

Pemimpin kolaboratif mungkin perlu menggunakan otoritas pribadi dan kualitas


daripada kekuasaan posisi, terutama ketika bekerja di organisasi yang terdiri dari berbagai
profesi

Keterampilan pribadi untuk kolaborasi

Mampu untuk meminta maaf

Menyeimbangkan kerendahan hati dengan mendapatkan kepercayaan dan kredibilitas

Advokasi sudut pandang Anda tanpa merugikan perasaan kolaborator Anda.

Menjadi jelas , menghindari ambiguitas dan duplikasi usaha

Konflik ketika percakapan dan menjadi emosional kemudian membuat aman lagi untuk
melanjutkan dialog yang bermakna

Aktif mendengarkan kolaborator Anda


Menemukan kesamaan , mengajukan pertanyaan dan meminta contoh yang menggambarkan
apa yang dimaksud

Mendefinisikan tujuan bersama yang akan mengilhami tindakan

Menceritakan dan memunculkan cerita , percakapan , dialog dan ' polylogue '

Mampu untuk mendapatkan sesuatu , sehingga Anda memiliki sesuatu untuk menunjukkan
kolaborasi Anda

Networking , menjadi ' konektor ' , mengetahui orang dan sistem

Menunjukkan bahwa Anda bersedia untuk belajar dan tidak tahu segalanya

Mampu hidup dengan hasil yang mungkin tidak Anda antisipasi atau selama mereka ingin
meningkatkan perawatan pasien atau hasil

Menjadi tangguh

Pemimpin Collaborative juga memimpin dengan contoh melalui menunjukkan


komitmen terhadap proses dan hasil kolaborasi dan mendukung orang lain dalam inisiatif
kolaboratif, perkembangan sistem atau peningkatan layanan. Pemimpin kolaboratif
memastikan bahwa semua orang yang terkena dampak keputusan (stakeholder) merupakan
bagian dari proses perubahan atau pengambilan keputusan.

Manajemen konflik merupakan suatu upaya untuk meminimalisir efek buruk yang
terjadi yang diakibatkan oleh adanya konflik. Menurut Stoner, ada tiga cara dalam mengelola
konflik, yang meliputi:

1. Merangsang konflik yang levelnya kecil pada unit yang prestasi kerjanya rendah.
Yang termasuk dalam cara ini adalah:
a. Meminta bantuan orang luar
b. Menyimpang dari peraturan
c. Meningkatkan kompetisi
d. Memilih manajer yang cocok
2. Menumpas konflik jika levelnya terlalu tinggi
3. Menyelesaikan konflik. Metode penyelesaian konflik yang disampaikan Stoner
adalah:
a. Dominasi dan penguasaan. Hal ini dilakukan dengan cara paksaan,
penghindaran dan penentuan dengan syara terbanyak
b. Kompromi
c. Pemecahan masalah secara menyeluruh
d. Perundingan, yaitu melakukan dialog terus menerus antar kelompok untuk
menemkan suatu penyelsaian maksium yang menguntungkan kedua belah
pihak. Melalui perundingan, dapat ditentukan penyelesaian yang paling
memuaskan.
Gaya perundingan untuk mengelola konflik dapat dilakukan dengan cara:
i. Pencairan, yaitu dengan melakukan dialog untuk mendapat suatu
pengertian
ii. Keterbukaan
iii. Belajar empati
iv. Mencari tujuan bersama
v. Mencari jalan alternatif
vi. Mempelajari dan memberi tanggapan terhadap alternatif yang ada
vii. Mencari penyelesaian berdasarkan alternatif yang ada
viii. Membuka jalan buntu dengan melibatkan pihak ketiga yang objektif
dan berpengalaman
ix. Mengikat diri pada penyelesaian
x. Mengikat seluruh kelompok pada penyelesaian

Cara manajemen konflik yang lain dikemukakan oleh Theo Riyanto, yaitu dengan melakukan
tindakan preventif seperti:

1. Menghindari konflik
2. Mengaburkan konflik
3. Mengatasi konflik dengan cara:
a. Dengan kekuatan (win-lose solution)
b. Dengan perundingan

2.2 KOLABORASI DALAM TIM KESEHATAN

I. Prinsip Kolaborasi dalam Tim Kesehatan


1. Tujuan bersama
2. Pengakuan dan penghormatan terhadap kekuatan masing-masing dan perbedaan
3. Pengambilan keputusan yang adil dan efektif
4. Fokus pada pasien
5. Komunikasi yang jelas dan teratur

Prinsip di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Patient-centered Care
- Mengutamakan kepentingan dan kebutuhan pasien
- Pasien dan keluarganya sebagai pemberi keputusan dalam masalah kesehatannya
2. Mutual respect and trust
- Saling percaya dengan memahami pembagian tugas dan kompetensinya masing-
masing
- Saling menghormati dan menghargai masing-masing profesi
3. Clear communication
- Komunikasi efektif antara tenaga kesehatan
- Rekam medis atau catatan lain yang ditulis dengan lengkap
4. Clarification of roles and scopes of practice
- Memahami lingkup kerja dan tanggung jawab masing-masing sebagai tenaga
kesehatan
- Lingkup pekerjaan dalam kolaborasi kesehatan dijelaskan dalam job description
dan kontrak pegawai
- Pasien juga dilibatkan untuk memahami peranannya dalam mewujudkan
kesehatan
5. Clarification of accountability and responsibility
- Bertanggungjawab dengan perawatan terhadap pasien yang ditanganinya
6. Liability protection for all members of the team
- Setiap anggota tim kesehatan memiliki perlindungan atau jaminan formal untuk
mengakomodasi tugasnya
7. Sufficient human resources and infrastructure
- Mengefektifkan kerja dari tim kolaborasi kesehatan. Untuk itu, pemerintah
membantu menambah jumlah tenaga kesehatan
- Mengaplikasikan teknologi untuk membatu kolaborasi kesehatan
8. Sufficient payment and payment arrangement
- Tim kolaborasi tidak mendasari pekerjaannya sebatas upah yang diterimanya
- Pemerintah membatu secara finasial dan tekns dalam mengembangkan kolaborasi
9. Supportive education system
- Pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan efektivitas kolaborasi kesehatan
10. Research and evaluation
- Evaluasi dengan melihat kenyataan lapangan dari kolaborasi kesehatan untuk
memperbaiki standar kualitas yang ada

II. Tujuan Kolaborasi Tim Kesehatan

untuk meningkatkan kualitas dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap


pasien.
untuk meminimalisir masalah masalah yang berkenaan dengan kebutuhan kesehatan
pasien
untuk meningkatkan pemahaman kontribusi setiap anggota tim kesehatan sehingga
masing-masing anggota tim kesehatan dapat berkontribusi sesuai dengan profesi
masing-masing.
menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, menghargai dan memahami orang lain
khususnya antar anggota tim kesehatan.
III.Manfaat Kolaborasi Tim Kesehatan
- Manfaat bagi pasien
o Dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan adanya koordinasi antar
profesional kesehatan dalam memberikan pelayanan, khususnya ketika
menghadapi masalah yang kompleks.
o Mengintegrasi pelayanan kesehatan untuk masalah dan kebutuhan kesehatan yang
lebih luas yang lebih luas .
o Memberikan keleluasaan bagi pasien untuk menjadi partner dalam pelayanan
kesehatan.
o Dapat melayani pasien dari berbagai latar belakang budaya.
o Waktu yang diperlukan lebih efisien.

- Manfaat bagi anggota tim kesehatan


o Meningkatnya kepuasan profesional dengan adanya kerjasama tim kesehatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.
o Memfasilitasi perubahan perhatian kegawatan dan perawatanberkala untuk
mencegah perawatan/pelayanan yang berlarut-larut.
o Mendorong anggota tim kesehatan untuk berinovasi.
o Mendorong tenaga kesehatan untuk berperan secara individual sesuai dengan
keahlianya
- Manfaat bagi edukator dan mahasiswa
o Memberikan pengetahuan mengenai peran berbagai profesi kesehatan.
o Membantu mengembangkan apresiasi dan pemahaman terhadap profesi sejawat
lainya.
o Memberikan contoh strategi untuk praktek pelayanan kesehatan dimasa yang akan
datang dengan adanya pembelajaran mengenai bagaimana kolaborasi tim
kesehatan.
o Meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam proses pembelajaran.

- Manfaat bagi sistem pelayanan kesehatan


o Memberikan pelayanan yang lebih efisien.
o Memaksimalkan fasilitas yang ada untuk menunjang pelayan kesehatan yang
berkualitas.
o Menurunkan resiko pelayanan yang kurang tepat.
o Dapat terfasilitasinya usaha peningkatan kualitas pelayanan secara kontinu atau
berkelanjutan.

IV. Cara Membangun dan Mempertahankan Kolaborasi Kesehatan


Tim kesehatan merupakan konstruksi dinamis dengan pengalaman anggota yang
berbeda-beda sesuai dengan profesinya. Dalam kolaborasi tim kesehatan, dapat
diibaratkan ada dua gaya yang berpengaruh yaitu gaya sentripetal dan gaya sentrifugal.
Gaya sentripetal membangun terjadinya kesatuan dan mempertahankannya. Gaya
sentrifugal berusaha memecah-belah kolaborasi.
Gaya sentrifugal
Tantangan dalam berkolaborasi yang sering dijumpai yaitu pengalaman personal
yang berbeda, komitmen profesi, terjadinya rivalitas yang tidak sehat, serta sulitnya
menemukan waktu diantara kesibukan masing-masing.
Gaya sentripetal
Mengatasi tantangan diatas, perlu dikembangkan tiga hal berikut:
1. Building shared situational awareness of the context.
Mengembangkan kebiasaan untuk berbagi pandangan mengenai suatu keadaan
yang terjadi. Pandangan seringkali berdasar dari pengalaman masing-masing anggota
tim. Keragaman pemikiran yang ada akan memperkaya wawasan tim. Secara konkret
dilakukan dengan dialog secara terbuka (tidak kaku) dan aktif, penuh empati dan
respek.
Pada awalnya pandangan/asumsi anggota tim berbeda-beda dan mungkin tidak
cocok. Selanjutnya melalui proses storming, terjadilah dinamika dimana pada
akhirnya akan terbentuk keputusan kelompok yang lebih baik daripada pemikiran
individual.
2. Refreshing and updating the teams understanding of the (changing) context with new
information.
Secara aktif memperbaharui ilmu pengetahuan tim dengan perkembangan terbaru
sebagai persiapan akan hal-hal yang mungkin akan dihadapi tim. Hal ini dapat
membantu memberikan terobosan (cara baru) penyelesaian situasi.
3. Deepening each team members capacity for heedful interrelating, that is, for acting
with each others (and the teams) perspective in mind.
Melakukan segala tindakan dengan penuh pertimbangan apa dampaknya bagi
orang lain. Kebiasaan itu bukan bagian pekerjaan saya tidak dapat dipelihara
sebagai tim.

Kolaborasi tim kesehatan dapat dibangun diatas kontribusi setiap anggota tim.
Kesadaran untuk berbagi pandangan dan membentuk keputusan kelompok pada akhirnya
pasti lebih baik dibandingkan keputusan masing-masing individu.
Mempetahankan terjadinya kolaborasi dilakukan dengan menjaga komunikasi yang
aktif, kritis tapi tetap terbuka, serta penuh empati.

V. Sistem Pelayanan Kesehatan


Sistem kesehatan adalah suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan (supply side)
dan orang-orang yang menggunakan pelayanan tersebut (demand side) di setiap wilayah,
serta negara dan organisasi yang melahirkan sumber daya tersebut, dalam bentuk manusia
maupun material.
Sedangkan sistem kesehatan nasional adalah bentuk dan cara penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu
derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam
kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.
Suatu sistem harus memiliki landasan sebagai dasar dari adanya sistem tersebut.
Landasan sistem kesehatan nasional Indonesia meliputi:
a. Landasan Idiil, yaitu Pancasila
b. Landasan konstitusional, yaitu UUD 1945
c. Landasan operasional meliputi seluruh peraturan perundangan terkait.
Salah satu subsistem dari sistem kesehatan nasional yang paling penting adalah
pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan adalah setiap usaha yang diselenggarakan
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat, dan lingkungan (Depkes RI
2009).
Tujuan pelayanan kesehatan yaitu pomotif (memelihara dan meningkatkan
kesehatan), preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan
kesehatan). Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat sub sistem dalam pelayanan
kesehatan yang meliputi input, proses, output, dampak, umpan balik, dan lingkungan.
a. Input :sub elemen yang diperlukan sebagai masukan untuk berfungsinya
sistem.
Contoh : dokter, dokter gigi, perawat, apoteker, ahli kesehatan
masyarakat.
b. Proses :suatu kegiatan yang berfungsi mengubah input menjadi output yang
direncanakan.
Contoh : kegiatan pelayanan rumah sakit.
c. Output :hal yang dihasilkan oleh proses.
Contoh : pasien sembuh/ tidak sembuh.
d. Dampak :akibat yang dihasilkan oleh output setelah beberapa waktu lamanya.
Contoh : meningkatnya status kesehatan masyarakat.
e. Umpan balik :hasil dari proses yang sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.
Contoh : keluhan pasien terhadap pelayanan.
f. Lingkungan :dunia di luar sistem yang mempengaruhi sistem tersebut.
Contoh : masyarakat dan instansi-instansi lain.

Syarat-syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik adalah :


1. Tersedia dan berkesinambungan
Pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia dimasyarakat serta bersifat
berkesinambungan artinya semua pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat
tidak sulit ditemukan.
2. Dapat diterima dan wajar
Artinya pelayanan kesehatan tidak bertentangan dengan keyakinan dan
kepercayaan masyarakat.
3. Mudah dicapai
Dipandang sudut lokasi untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik
pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting.
4. Mudah dijangkau
Dari sudut biaya untuk mewujudkan keadaan yang harus dapat diupayakan biaya
pelayanan kesehatan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
5. Bermutu
Menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan
dan dipihak lain tata cara penyelenggaraanya sesuai dengan kode etik serta standar
yang telah ditetapkan.

Stratifikasi Pelayanan Kesehatan


Stratifikasi pelayanan kesehatan merupakan pengelompokan pemberian pelayanan
kesehatan berdasarkan tingkat kebutuhan subjek layanan kesehatan.
Stratifikasi pelayanan kesehatan yang dianut oleh tiap negara tidaklah sama. Namun
secara umum stratifikasi pelayanan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam,
yaitu:
1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan
masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka (promosi kesehatan).
Yang dimaksud pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan
yang bersifat pokok (basic health services), yang sangat dibutuhkan oleh sebagian
besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Pada umumnya pelayanan kesehatan tingkat pertama ini
bersifat pelayanan rawat jalan (ambulatory/ out patient services). Bentuk pelayanan
ini di Indonesia adalah Puskesmas, Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan
Balkesmas.
2. Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua
Yang dimaksud pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan
yang lebih lanjut yang diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan rawat
inap (in patient services) yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan
primer dan memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis. Bentuk pelayanan ini
misalnya Rumah Sakit tipe C dan D.
3. Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga
Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan
kesehatan yang diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak
dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder, bersifat lebih komplek dan
umumnya diselenggarakan oleh tenaga-tenaga superspesialis. Bentuk pelayanan ini di
Indonesia adalah Rumah Sakit tipe A dan B (Azwar, 1996).

Pengertian Sistem Rujukan


Menurut Sistem Kesehatan Nasional Departemen Kesehatan RI, sistem rujukan
adalah suatu sistem penyelenggaraan sistem kesehatan yang melaksanakan pelimpahan
tanggung jawab timbal balik terhadap satu penyakit/lebih atau masalah kesehatan secara
vertikal dari unit yang berkemampuan kurang ke unit yang lebih mampu atau secara
horizontal antar unit-unit yang setara kemampuannya.
Alur Sistem Rujukan

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Indonesia dahulu memiliki beberapa instansi yang menjamin kesehatan masyarakat,


seperti PT Jamsostek, PT Askes, PT Taspen, PT Asabri, Bapel JPKM dan berbagai
program jaminan sosial lainnya, tetapi beroperasi secara terpisah dan memiliki
peraturannya sendiri-sendiri. Hal ini menyebabkan kurang optimalnya pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat Indonesia. Untuk mengatasi hal ini, maka disahkan UU
No.40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada tanggal 19
Oktober 2004.

A. Pendahuluan
Perbedaan asuransi Sosial dengan asuransi komersial dapat dilihat dari 3 sisi, yaitu:
1. Kepesertaan: asuransi sosial bersifat wajib bagi seluruh penduduk, sedangan
asuransi komersial bersifat sukarela.
2. Asuransi sosial bersifat nirlaba atau tidak berorientasi mencari keuntungan (not
for profit), sedangkan asuransi komersial berorientasi mencari keuntungan (for
profit).
3. Asuransi sosial manfaatnya komprehensif (promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif) sesuai dengan kebutuhan medis, sedangkan asuransi komersial
manfaatnya terbatas sesuai dengan premi yang dibayarkan.
B. Prinsip Jaminan Kesehatan Nasional Menurut UU SJSN
Prinsip kegotong royongan. Prinsip ini diwujudkan dalam mekanisme gotong-
royong dari peserta yang mampu kepada peserta yang kurang mampu dalam
bentuk kepesertaan wajib bagi seluruh rakyat; peserta berisiko rendah membantu
yang berisiko tinggi; dan peserta sehat membantu yang sakit. Melalui prinsip
kegotong-royongan ini jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi
keseluruhan rakyat Indonesia.
Prinsip nirlaba. Pengelolaan dana amanat tidak dimaksudkan mencari laba
(nirlaba) bagi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, akan tetapi tujuan utama
penyelenggaraan jaminan sosial adalah untuk memenuhi kepentingan sebesar-
besarnya peserta. Dana amanat, hasil pengembangannya, dan surplus anggaran
akan dimanfaatkan untuk kepentingan peserta.
Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas.
Prinsip manajemen ini diterapkan dan mendasari seluruh kegiatan pengelolaan
dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.
Prinsip portabilitas dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan
meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Prinsip kepesertaan bersifat wajib. Kepesertaan wajib dimaksudkan agar
seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan
bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan
kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan
program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan
dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri, sehingga pada
akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional dapat mencakup seluruh rakyat
Prinsip dana amanat. Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan titipan
kepada badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka
mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk
pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.
C. Aspek Penyelenggaraan JKN
Beberapa pengertian:
Pekerja Bukan Penerima Upah: setiap orang yang bekerja atau berusaha atas
resiko sendiri.
Pemberi Kerja: orang perseorangan, pengusaha, badan hokum atau badan lainnya
yang mempekerjakan tenaga kerja atau penyelenggara Negara yang
mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam
bentuk lainnya.
Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi:
- Istri atau suami yang sah dari peserta
- Anak kandung, anak angkat dan atau anak tiri dari peserta, dengan criteria:
Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan
sendiri
Belum berusia 21 tahun atau belum berusia 25 tahun yang masih
melanjutkan pendidikan formal
- Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan dapat juga mengikutsertakan anggota
keluarga yang lain.
Di dalam Undang SJSN diamanatkan bahwa seluruh penduduk wajib penjadi
peserta jaminan kesehatan termasuk WNA yang tinggal di Indonesia lebih dari enam
bulan. Untuk menjadi peserta harus membayar iuran jaminan kesehatan. Bagi yang
mempunyai upah/gaji, besaran iuran berdasarkan persentase upah/gaji dibayar oleh
pekerja dan Pemberi Kerja. Bagi yang tidak mempunyai gaji/upah besaran iurannya
ditentukan dengan nilai nominal tertentu, sedangkan bagi masyarakat miskin dan
tidak mampu membayar iuran maka iurannya dibayari pemerintah.
D. Syarat dan Lokasi Pendaftaran
Syarat pendaftaran peserta akan diatur dengan peraturan BPJS.
Lokasi pendaftaran dilakukan di kantor BPJS setempat/ terdekat dari domisili
peserta.
E. Prosedur Pendaftaran Peserta
1. Pemerintah mendaftarkan PBI Jaminan Kesehatan sebagai Peserta kepada BPJS
Kesehatan.
2. Pemberi kerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja dapat mendaftarkan diri
sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.
3. Bukan pekerja dan peserta lainnya wajib mendaftarkan diri dan keluarganya
sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.
F. Hak dan Kewajiban Peserta
Hak Peserta:
Memperoleh identitas peserta
Memperoleh manfaat pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan.
Kewajiban Peserta:
Membayar iuran
Melaporkan data kepesertaan kepada BPJS Kesehatan dengan menunjukkan
identitas peserta pada saat pindah domisili dan/atau pindah kerja.
G. Masa Berlaku Kepesertaan
Selama peserta membayar iuran sesuai dengan kelompok peserta.
Bila peserta tidak membayar iuran atau meninggal dunia maka status
kepesertaannya akan hilang.
Ketentuan lebih lanjut akan diatur oleh Peraturan BPJS.

2.3 Filosofi Keprofesian Tenaga Kesehatan

A. Pengertian Filosofi

Filosofi berasal dari bahasa yunani philos (cinta) dan sophia (kebijaksanaan) dan
berarti cinta kebijaksanaan. Filosofi tidak sama artinya dengan kebijaksanaan, atau hanya
studi tentang kebijaksanaan, lebih dari pada itu, ia adalah mencintainya Filosofi adalah studi
mengenai kebijaksanaan, dasar-dasar pengetahuan, dan proses yang digunakan untuk
mengembangkan dan merancang pandangan mengenai suatu kehidupan.

B. Filosofi Tenaga Kesehatan


1. Kedokteran
Profesi Kedokteran adalah suatu pekerjaan kedokteran yang dilaksanakan
berdasarkan suatu keilmuan dan kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan
yang berjenjang, serta kode etik yang bersifat melayani masyarakat sesuai UU
No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

a. Makna Lambang Kedokteran


Dalam perkembangannya, ada dua versi dari simbol uar dan tongkat. Versi
pertama adalah gambar di mana seekor ular melilit di sebatang tongkat, yang
disebut Rod of Asclepius. Sedangkan versi kedua ada dua ekor ular yang
saling melilit pada sebuah tongkat dengan sepasang sayap di atas tongkat yang
disebut Staff of Hermes.

b. Sejarah singkat Kedokteran


Pada awalnya, sebagian besar budaya dalam masyarakat masih memegang
kepercayaan dengan menggunakan tumbuh-tumbuhan herbal dan hewan
sebagai pengobatan. Sekitar tahun1400-an, terjadi perubahan yakni
pendekatan ilmu kedokteran terhadap sains. Kemudian ilmu kedokteran mulai
dipraktikkan pada akhir abad ke-18 dan awal abad 19 di Inggris.

c. Prinsip dan Paradigma Kedokteran


Profesi kedokteran memiliki 5 prinsip yang harus dipeegang oleh masing-
masing dokter.

- Care Provider
Sebagai Care provider, seorang dokter harus melakukan pelayanan dan
penanganan yang meliputi pengobatan, pencegahan, perawatan, dan
rehabilitasi yang dilakukan secara menyeluruh, berkelanjutan dan
terintegrasi.
- Decision Maker
Dokter harus berani mengambil keputusan terkait tindakan kesehatan yang
akan dilakukan dalam menangani pasien. Seorang dokter dituntutuntuk
bisa berpikir dan bertindak cepat serta tepat karena dokter harus
bertanggung jawab terhadap nyawa pasien.
- Communicator
Seorang dokter harus mampu menjadi komunikan yang baik karena sering
berinteraksi dengan pasien dengan beragam masalah mengenai penyakit.
- Community Leader
Seorang dokter membantu mengambil keputusan dalan ikhwal
kemasyarakatan, utamanya kesehatan dan kedokteran keluarga.
- Manager
Seorang dokter berkemampuan untuk berkolaborasi dalam kemitraan pada
penanganan kesehatan dan kedokteran keluarga.

2. Kedokteran Gigi

Dokter gigi ialah seseorang yang mempraktikan pencegahan dan perawatan penyakit
atau kelainan gigi dan mulut melalui tindakan tanpa atau dengan pembedahan. Tenaga
kesehatan baik itu dokter, keperawatan, apoteker, dokter gigi maupun kesehatan
masyarakat memiliki filosofi atau landasan hidup pada profesinya sendiri agar pekerjaan
yang mereka lakukan tidak menyimpang dari yang seharusnya.
1. Sejarah singkat Ilmu Kedokteran Gigi
Pada tahun 5000 SM, terdapat naskah Sumeria yang menceritakan bahwa
adanya kerusakan gigi disebabkan oleh ulat. Kemudian Hipocrates dan Aristoteles
menulis tentang cara mengobati gigi yang rusak, cara mencabut gigi dengan
gunting tang, dan cara menggunakan kawat untuk menstabilkan gigi yang longgar.
Pada tahun 1130, ada seorang biarawan yang sering melakukan pencabutan
gigi. Dalam hal ini, tukang cukur sering membantu biarawan tersebut. Selanjutnya
dengan berkembangnya zaman, John Baker, dokter gigi pertama yang terlatih
secara medis, pertama kali melakukan praktik di Amerika, 1760.
Pada tahun 1839 melalui The American Journal of Dental Science, ilmu
kedokteran gigi dipublikasikan. Kemudian pada tahun 1857, H N Wadsworth
mematenkan sikat gigi. Ilmu kedokteran gigi juga mengembangkan bidang
ilmunya melalui penggunaan pemutih gigi dan implan untuk menambah estetika
pada tahun 1990.

2. Kode Etik Dokter Gigi


Berdasarkan Surat Keputusan Nomor SKEP/034/PB PDGI/2008 tentang Kode
Etik Kedokteran Gigi Indonesia Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia,
terdapat 23 pasal yang beberapa pasalnya dijelaskan dalam beberapa ayat. Pasal-
pasal tersebut terbagi ke dalam 4 bagian yaitu tentang kewajiban umum,
kewajiban dokter gigi terhadap pasien, kewajiban dokter gigi terhadap teman
sejawat, dan kewajiban dokter gigi terhadap diri sendiri.
Kewajiban umum dokter gigi antara lain ringkasnya, dokter gigi wajib
menghargai pasien dalam menentukan nasib dan menjaga rahasianya,
mengutamakan kepentingan pasien, menjunjung tinggi norma-norma kehidupan
yang luhur dalam menjalankan profesinya, menjalankan profesinya tidak
dipengaruhi oleh pertimbangan untuk mencari keuntungan pribadi.
Dokter gigi wajib menjaga kehormatan, kesusilaan, integritas, dan martabat
profesi dokter gigi, wajib mencegah terjadinya infeksi silang yang berbahaya,
wajib menjalin kerja sama yang baik dengan tenaga kesehatan lainnya, wajib
bertindak sebagai motivator, pendidik, dan pemberi pelayanan kesehatan.
Kewajiban dokter gigi terhadap pasien meliputi menghormati hak pasien,
selalu mengedepankan ibadah dantidak semata mencari keuntungan, wajib
mendahulukan pasien yang darurat, serta tidak menolak pasien yang datang.
Kewajiban dokter gigi terhadap teman sejawat antara lain memperlakukan
sejawat sebagaimana ia diperlakukan, tidak boleh mengambil alih pasien tanpa
persetujuan.
Kewajiban dokter gigi terhadap diri sendiri adalah mempertahankan dan
meningkatkan martabat diri, menghindari perilaku tidak profesional, serta wajib
menjaga kesehatan supaya dapat bekerja secara optimal.

3. Paradigma Dokter Gigi


Dokter gigi juga memiliki paradigma sendiri tetapi tidak diungkapkan secara
eksplisit. Dalam salah satu pasalnya, dokter gigi wajib bertindak sebagai
motivator, pendidik, dan pemberi pelayanan kesehatan. Selain itu, dokter gigi
merupakan active learner, di mana ia wajib mengikuti perkembangan etika, ilmu
pengetahuan da teknologi khususnya di bidang kedokteran gigi, baik secara
mandiri maupun diselenggarakan oleh organisasi profesi.

4. Lambang Kedokteran Gigi


Pada dasarnya ilmu kedokteran gigi merupakan turunan dari ilmu kedokteran,
sehingga lambang yang digunakan juga sama dengan ilmu kedokteran yaitu ular
dan tongkat Asclepius atau beberapa ada yang menggunakan tongkat Hermes. Jika
organisasi profesi dokter di Indonesia, IDI lambangnya seperti di bawah ini:

Sementara PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia) memiliki logo sebagai


berikut:

Secara umum, lambang tersebut memiliki arti bahwa ular dapat mengganti kulit
dengan kulit yang baru apabila kulit dianalogikan dengan kesembuhan maka pada
kedokteran, diharapkan mendapatkan kesembuhan yang baru. Kemudian dengan
adanya lambang tongkat menunjukkan bahwa dalam pengerjaannya dokter atau
dokter gigi melakukannya secara mandiri.

Filosofi Apoteker

1. Sejarah Farmasi Dunia


Sejak masa Hipocrates (460-370 SM) yang dikenal sebagai Bapak Ilmu
Kedokteran, belum dikenal adanya profesi farmasi. Semakin lama masalah
penyediaan obat semakin rumit, baik dari segi formula maupun pembuatan,
sehingga dibutuhkan adanya keahlian tersendiri. Pada tahun 1240 M, Raja Jerman
Frederick II memerintahkan untuk memisahkan secara resmi antara Farmasi dan
Kedokteran dalam dekritnya yang terkenal yaitu Two Silices.
Dampak revolusi industri merambah dunia farmasi dengan timbulnya industri-
industri obat, sehingga terpisahlah kegiatan farmasi di bidang industri obat dan di
bidang penyedia/peracik obat (=apotek). Dalam hal ini keahlian kefarmasian
jauh lebih dibutuhkan di sebuah industri farmasi dari pada apotek. Dapat
dikatakan bahwa farmasi identik dengan teknologi pembuatan obat.
Perkembangan terakhir adalah timbulnya konsep Pharmaceutical Care yang
membawa para profesor ke arah wilayah pasien.

2. SEJARAH LAMBANG FARMASI

Bowl of hygieia digunakan sebagai lambang farmasi sejak tahun 1796 dan digunakan
oleh bangsa persia untuk menunjukan lambang farmasi atau bagian pengobatan dan
selanjutnya di gunakan oleh organisasi farmasi di seluruh dunia.

Dewi Higieia digambarkan memegang sebuah patera (mangkuk obat) dan di badannya
ada seekor ular yang hendak meminum/memakan obat pada mangkuk tersebut. Beberapa
berpendapat bahwa mangkuk dan ular Higieia melambangkan keselarasan kehidupan dengan
bumi. Ular mungkin melambangkan pasien yang bisa memilih apakah akan mengambil obat
pada mangkuk tersebut atau tidak. Hal tersebut menunjukkan bahwa seseorang
mengendalikan kesehatannya sendiri melalui pilihan yang diambil. Ular Higieia juga
dikaitkan dengan kepercayaan kuno bahwa ular memiliki kemampuan kebijaksanaan dan
penyembuhan. Menurut kepercayaan kuno, ular bisa menyembuhkan dirinya sendiri dan
melakukan kontak dengan para arwah di dunia bawah dan membawa mereka untuk
membantu manusia yang masih hidup, karena itu ular dianggap membawa kebijaksanaan
karena mampu membawa arwah para leluhur yang bijak.
3. Paradigama dan Prinsip Dasar Apoteker
a. Care-Giver
Seorang Farmasi/apoteker merupakan profesional kesehatan yg peduli, dalam
wujud nyata memberi pelayanan kefarmasian kepada pasien dan masyarakat
luas, berinteraksi secara langsung, meliputi pelayanan klinik, analitik, tehnik,
sesuai dengan peraturan yang berlaku
b. Decision Maker
Seorang farmasis merupakan orang yang mampu menentukan keputusan
terkait pekerjaan farmasi, misal penyesuaian dosis, penggantian obat, dan
sebagainya.
c. Communicator
Seorang farmasi/apoteker harus mampu menjadi komunikator yang baik,
sehingga pelayanan kefarmasian dan interaksi kepada pasien, masyarakat, dan
tenaga kesehatan berjalan dengan baik.
d. Manager
Seorang farmasi/apoteker merupakan seorang manajer dalam aspek
kefarmasian non klinis, kemampuan ini harus ditunjang kemampuan
manajemen yang baik.
e. Leader
Seorang farmasi/apoteker harus mampu menjadi seorang pemimpin,
mempunyai visi dan misi yang jelas, dan dapat mengambil kebijakan yg tepat
untuk memajukan institusi/perusahaan/lembaga yang dipimpin.
f. Life-Long Learner
Seorang farmasi/apoteker harus memiliki semnangat belajar sepanjang waktu,
karna informasi/ilmu kesehatan terutama farmasi (obat, penyakit dan terapi)
terus berkembang pesat dari waktu ke waktu, sehingga kita perlu meng-update
pengetahuan dan kemampuan agar tidak ketinggalan.
g. Teacher
Seorang farmasi/apoteker dituntut dapat menjadi pendidik/akademisi/edukator
bagi pasien, masyarakat, maupun tenaga kesehatan lainnya terkait ilmu
farmasi dan kesehatan.
h. Research
Seorang farmasi/apoteker merupakan seorang peneliti terutama dalam
penemuan dan pengembangan obat-obatan yang lebih baik.
i. Entrepeneur
Seorang farmasi/apoteker diharapkan terjun menjadi wirausaha dalam
mengembangkan kemandirian serta membantu mensejahterakan masyarakat.

4. Kode Etik Apoteker Indonesia


a. Kewajiban Umum
Meliputi, menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan janji apoteker,
menjalankan profesi sesuai kompetensi, berpegang teguh pada prinsip, selalu
aktif mengikuti perkembangan ilmu, dilarang mencari keuntungan, serta harus
berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain.
b. Kewajiban terhadap Pasien
Seorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan
kepentingan masyarakat. Menghormati hak asasi pasien dan melindungi
makhluk hidup insan.
c. Kewajiban terhadap teman sejawat
Seorang apoteker harus memperlakukan teman sejawat sebagaimana ia sendiri
diperlakukan, harus saling mengingatkan dan saling menasehati,
meningkatkan kerjasama baik sesama apoteker serta mempertebal rasa saling
percaya dalam menunaikan tugas.
d. Kewajiban terhadap sejawat petugas lain
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk
membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai,
menghargai dan menghormati sejawat petugas kesehatan lain, hendaknya
menjauhkan diri dari tindakan yang dapat mengakibatkan hilangnya
kepercayaan masyarakat.

PERAWAT

A. Pengertian Perawat
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239/MenKes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan
Praktik Perawat maka pada pasal 1 ayat 1 yang berbunyi Perawat adalah seseorang yang
telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Florence Nightingale
Perawat adalah orang yang menjaga pasien mempertahankan kondisi terbaiknya terhadap
masalah kesehatan yang menimpa dirinya.

B. Filosofi Perawat
Latar Belakang
1. Zaman Purbakala
Perkembangan dipengaruhi oleh perawatan dan pengobatan orang-orang pada zaman
purba yang hidup dalam keadaan primitif. Pekerjaan merawat dilakukan berdasarkan
naluri keibuan yang bersendi pada pemeliharaan seperti seorang ibu melindungi anak.
2. Zaman Masehi
Keperawatan yang dikenal sekarang dimulai pada zaman masehi saat perkembangan
agama Nasrani, yang saat itu banyak terbentuk Diakones.Diakones yaitu suatu
organisasi wanita bertujuan untuk membantu pendeta dalam memberikan perawatan
setiap mengunjungi orang sakit dari rumah ke rumah.
3. Permulaan abad ke-XVI
Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi
kekuasaan, yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan semangat kolonial. Pada masa inilah
ditemukan konsep P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan).
4. Perkembangan Keperawatan di Inggris
Keperawatan semakin berkembang dengan adanya pelopor perawat modern, Florence
Nightingale.Ia dikenal dengan nama Bidadari Berlampu (bahasa inggris The Lady With
The Lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang
pada Perang Krimea, di semenanjung Krimea, Rusia.

C. Lambang Keperawatan
Simbol dari keperawatan adalah Lampu Minyak, simbol lampu ini diambil
dari tokoh Florence Nigtingale. Florence selalu membawa lampu minyak sebagai
penerangan saat menemui para pasien dalam kegelapan. Lampu minyak ini diyakini
memiliki arti membawa terang (membawa kesehatan). Berikut merupakan gambar-
gambar ilustrasi Florence Nightingale yang sedang merawat dengan membawa lampu
minyak.

Makna Lambang Secara Terperinci


1. Lingkaran dengan warna merah, menunjukkan semangat persatuan.
2. Dasar kuning emas dalam lingkaran, keluhuran dan cinta kasih.
3. Segi lima, berkiprah Pancasila
4. Warna hijau tua dalam segi lima, kesejahteraan.
5. Lampu warna putih, identitas perawatan.
6. Lidah api lima cabang berwarna merah mengartikan semangat pengabdian
yang dilandasi/dijiwai Pancasila.
7. Warna putih, melambangkan kesucian.

D. Paradigma Perawat
1. Manusia
Keperawatan meyakini dan menekankan dalam setiap kegiatan pelayanan keperawatannya
bahwa manusia merupakan individu yang layak diperlakukan secara terhormat, dihargai
keunikannya berdasarkan individualitas, dalam berbagai situasi, kondisi, dan sistem yang
dapat mengancam kehormatan dan sifat kemanusiaannya.

2. Sehat
Definisi sehat & kesehatan telah berubah dari kondisi seseorang yang bebas penyakit
menjadi kondisi yang mampu mempertahankan individu untuk berfungsi secara konsisten,
stabil dan seimbang dalam menjalani kehidupan sehari-hari
3. Masyarakat dan Lingkungan
Masyarakat dan lingkungan merupakan komponen dalam paradigma keperawatan dimana
setiap individu berinteraksi. Masyarakat dan lingkungan juga dianggap sebagai sumber
terjadinya keadaan sakit (tidak sehat) dan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
kesehatan atau kondisi sakit seseorang.

E. Kode Etik Perawat

Bab 1
Tanggung jawab Perawat, terhadap Masyarakat, keluarga dan penderita

1. Perawat dalam rangka pengabdianynya senantiasa berpedoman kepada tanggung


jawab yang pangkal tolaknya bersumber dari adanya kebutuhan akan perawat
untuk individu, keluarga dan masyarakat.
2. Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya di bidang keperawatan senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nila budaya, adat
istiadat, dan kelangsungan hidup beragama dari orang seorang, keluarga dan
masyarakat.
3. Perawat dalam melaksanakan kewajibannya bagi orang seorang, keluarga dan
masyarakat senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ihlas sesuai dengan martabat
dan tradisi luhur perawatan.
4. Perawat senantiasa menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan orang
seorang, keluarga dan masyarakat dalam mengambil prakarsa dan mengadakan
upaya kesejahteraan umum sebagai bagian dari tugas, kewajiban bagi
kepentingan masyrarakat.

Bab II
Tanggung jawab perawat terhadap tugas

1. Perawat senantiasa merawat mutu pelayanan yang tinggi disertai kejujuran


profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan perawat sesuai
dengan kebutuhan orang seoaranng atau penderita, keluarga dan masyarakat.
2. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan
yang dipercayakan kepaanya.
3. Perawat tidak akan mempergunakan pengetahuan dan keterampilan perawatan
untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.
4. Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan
penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan,
kesukuan, warna kulit, umur jenis kelamin, aliran politik yang dianut serta
kedudukan sosial.
5. Perawat senantiasa mengupayakan perlindungan dan keselamatan penderita
dalam melaksanakan tugas keperawatan serta dengan matang
mempertimbangkan kemampuan menerima atau mengalihtugaskan tanggung
jawab yang ada hubungannnya dengan perawatan.

Bab III
Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan
lainnya

1. Perawat senantiasa memelihara hubungan yang baik antar sesama perawat dan
dengan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara keserasian suasana
lingkungan kerja maupun dalm mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh.
2. Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan keterampilan dan
pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan
pengalaman dari profesi lain bidang perawatan.

Bab IV
Tanggung jawab perawat terhadap profesi keperawatan

1. Perawat selalu berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara sendiri-


sendiri dan atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan perawatan.
2. Perawat selalu menunjang tinggi nama baik profesi perawat dengan menunjukan
perilaku dan sifat-sifat pribadi yang luhur.
3. Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan
pelayanan keperawatan serta menerapkan dlam kegiatan-kegiatan pelayanan dan
pendidikan perawatan.
4. Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi
perawatan sebagai sarana pengabdian.
Bab V
Tanggung jawab perawat terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air

1. Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijaksanaan


yang digariskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan perawatan.
2. Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada
pemerintah dalam menigkatkan pelayanan kesehatan dan perawatan kepada
masyarakat.

Filosofi Kesehatan Masyarakat

A. Latar Belakang
Pada zaman Romawi kuno telah diketahui bahwa buang sampah pada
tempatnya serta mencuci tangan bisa menghindarkan diri dari berbagai penyakit.
Kemudian Anthony Van Leuwenhook menemukan mikroskop, dari sinilah diketahui
penyebab penyakit yang menyerang manusia pada zaman tersebut yaitu
mikroorganisme.
Pada masa Renaissance terdapat wabah lepra di dunia barat, sehingga
pemerintah mengisolasi penduduk yang terkena lepra agar tidak menularkan
penyakitnya kepada penduduk yang sehat.
Pentingnya usaha pencegahan penyakit dengan pola hidup dan sanitasi yang
baik mendorong dibentuknya Fakultas Kesehatan Masyarakat yang mempelajari cara
mencegah dan mengelola penyakit untuk memperbaiki kesehatan di lingkungan
masyarakat.

B. Kode Etik Kesehatan Masyarakat


Kode Etik Profesi Kesehatan Masyarakat di uraikan dalam Bab-Bab dan pasal-pasal.
Diantaranya meliputi kewajiban umum yang mencakup setiap profesi Kesehatan
Masyarakat harus menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan etika profesi,
melakukan tugas dan fungsi profesi menggunakan prinsip efektif dan efisien serta
tepat guna, tidak membeda-bedakan masyarakat.
Kemudian kewajiban terhadap masyarakat meliputi dalam melaksanakan tugas dan
fungsi harus selalu berorientasi kepada masyarakat, berlaku adil, bertanggung jawab
dalam melindungi, memelihara, dan meningkatkan kesehatan penduduk.
Kewajiban terhadap profesi kesehatan lain dan profesi di luar bidang kesehatan
diantaranya harus bekerjasama dan saling menghormati sesama profesi dan berpegang
pada prinsip Kemitraan, Kepemimpinan, Pengambilan Prakarsa dan Kepeloporan.
Selain itu, ahli kesehatan juga harus proaktif dan tidak menunggu dalam mengatasi
masalah dan senantiasa membagi pengalaman serta saling membantu antar anggota
profesi lain.
Kewajiban terhadap diri sendiri yaitu harus memelihara kesehatan agar dapat bekerja
secara maksimal dan selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. 4 Peran Profesi Kesehatan untuk Individu, Keluarga, dan Masyarakat

2.4.1 Peran Profesi Kesehatan untuk Individu

a. Dokter dan Dokter Gigi

Diagnosa penyakit pasien.

Mengatur regimen terapi pasien.


Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian yang lebih
baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan.

Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien.

Membuat catatan rekam medis yang baik secara berkesinambungan berkaitan dengan
keadaan pasien.

b. Apoteker

Mengevaluasi rasionalitas pemilihan obat yang ditentukan oleh dokter

Memberikan saran obat dan dosis

Mengatur regimen obat

Mengatur penggunaan obat terkait adanya interaksi obat.

Menjelaskan obat-obat yang harus digunakan, indikasi, cara penggunaan, dosis, dan
waktu penggunaannya.

Melakukan konseling kepada pasien untuk melihat perkembangan terapinya.

c. Perawat

Sebagai pemberi asuhan keperawatan (rehabilitasi pasien). Perawat memfokuskan


asuhan pada kebutuhan kesehatan pasien secara holistic.

Pada kondisi mendesak, boleh berperan menggantikan dokter dengan batasan


kemampuan ilmu perawat dan memberikan obat bebas dan terbatas.

Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi


pasien dan melindungi pasien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu
tindakan pengobatan.

Perawat sebagai advokat, perawat melindungi hak pasien sebagai manusia dan secara
hukum.

Membantu menginterpretasikan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh profesi


kesehatan kepada pasien.
Sebagai penyuluh pasien, perawat menjelaskan kepada pasien konsep dan data-data
tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan diri,
menilai apakah pasien memahami hal-hal yang dijelaskan dan mengevaluasi
kemajuan dalam pembelajaran.

d. Kesehatan Masyarakat

Selalu memelihara dan meningkatkan status gizi pasien .

Menjaga kerahasiaan pasien .

Menghormati dan menghargai kebutuhan unik setiap pasien .

Memberikan pelayanan gizi prima, cepat, dan akurat

Memberikan informasi kepada pasien dengan tepat dan jelas.

Apabila mengalami keraguan dalam memberikan pelayanan ahli gizi berkewajiban


senantiasa berkonsultasi dan merujuk kepada ahli gizi lain yang mempunyai keahlian

2.4.2 Peran Profesi Kesehatan untuk Keluarga

a. Dokter dan Dokter Gigi

Memberikan pendidikan penyakit pasien kepada keluarga

b. Apoteker

Memberikan pengetahuan penggunaan obat pasien pada keluarga untuk meningkatkan


efektivitas terapi pasien dan meningkatkan ketaatan pasien saat terapi

c. Perawat

Membantu menginterpretasikan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh profesi


kesehatan kepada keluarga pasien.

Pemantauan pelaksanaan kesehatan oleh keluarga

d. Kesehatan Masyarakat

Pendidikan mengenai gizi keluarga, sanitasi lingkungan pada keluarga


Penyuluh gizi

2.4.3 Peran Profesi Kesehatan untuk Komunitas

a. Dokter dan Dokter Gigi

Memberikan pendidikan terkait penyakit dan layanan umum (praktek) di masyarakat.

b. Apoteker

Mengatur penyediaan dan pengelolaan obat untuk masyarakat.

Berpartisipasi dalam upaya pengendalian infeksi di rumah sakit melalui Komite


Pengendali Infeksi

Berperan aktif melakukan pananganan penyakit-penyakit yang memiliki pengobatan


jangka panjang dan prevalensi tinggi di masyarakat

c. Perawat

Memberikan imunisasi melawan penyakit di komunitas.

d. Kesehatan Masyarakat

Mengadakan penyuluhan mengenai kesehatan di masyarakat.

Melindungi masyarakat umum khususnya tentang penyalahgunaan pelayanan,


informasi yang salah dan praktek yang tidak etis berkaitan dengan gizi, pangan
termasuk makanan dan terapi gizi/diet.

Memberikan pelayanannya sesuai dengan informasi faktual, akurat dan dapat


dipertanggungjawabkan kebenarannya
BAB III

PEMBAHASAN

Pada bab pembahasan ini, kelompok kami akan menjelaskan dan membandingkan
antara teori yang telah dipaparkan pada bab II dengan kondisi sekarang yang ada
dimasyarakat.

Menurut kami kolaborasi merupakan produk team work dari suatu kelompok tertentu
dimana kelompok tersebut terdiri dari beberapa ahli dan bekerja untuk mencapai tujuan
bersama yang diinginkan. Salah satu bentuk kolaborasi yang paling umum adalah kolaborasi
kesehatan. Pada zaman sekarang, kolaborasi kesehatan sangat penting guna tercapainya
patient oriented dan meningkatkan patient care di rumah sakit maupun institusi lainnya.
Kolaborasi kesehatan menghasilkan banyak efek positif terhadap pasien dan tenaga kesehatan
lainnya. Akan tetapi sekarang ini kolaborasi antar tenaga kesehatan belum dilakukan di
seluruh rumah sakit di Indonesia. Penyebab kolaborasi kesehatan belum berjalan di
Indonesia, yaitu:

1. Jumlah antar tenaga kesehatan tidak seimbang di dalam suatu rumah sakit

Misalnya jumlah profesi apoteker di rumah sakit terlampau sedikit dan tidak sesuai dengan
aturan yang ada sehingga kolaborasi tidak bisa berjalan dengan baik.

2. Kesiapan profesi tenaga kesehatan kurang

3. Belum ada Undang-Undang yang mengatur kolaborasi kesehatan


Guna melakukan kolaborasi yang baik, sebaiknya dididik sejak dini sehingga saat
memasuki dunia kerja sudah tidak terbiasa. Oleh karena itu, sebaiknya universitas-universitas
di Indonesia mulai membuat kurikulum baru dengan mata kuliah kolaborasi sebagai mata
kuliah wajib. Seperti Universitas Indonesia yang telah ada mata kuliah kolaborasi kesehatan,
komunikasi kesehatan, etika hukum dimana ketiga mata kuliah tersebut dilaksanakan oleh
kelima fakutas yang tergabung dalam rumpun ilmu kesehatan yaitu Fakultas Kedokteran,
Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Farmasi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan Fakultas
Ilmu Keperawatan, Dengan adanya mata kuliah kolaborasi ini diharapkan mahasiswa
kesehatan sudah terlatih bekerja sama antar profesi sehingga kedepannya siap dan mampu
berkolaborasi di rumah sakit demi meningkatkan patient care.

Kolaborasi kesehatan yang baik memiliki gaya sentripetal, dimana akan terjalin
kerjasama antar profesi kesehatan yang baik tanpa mementingkan kepentingannya masing-
masing.

Mutu kesehatan dapat ditingkatkan dengan kolaborasi tenaga kesehatan dan didukung
dengan sistem pelayanan kesehatan baik. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,
salah satu sistem pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia adalah SJSN (sistem jaminan
soaial nasional). Sebelum adanya SJSN, di Indonesia terdapat sistem pelayanan kesehatan
seperti Jamsostek, Akses, Taspen dan lain lain. Mulai tanggal 1 Januari 2014, SJSN di
Indonesia telah dilaksanakan, dimana SJSN ini diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) yang merupakan penyatuan dari beberapa BUMN yang ditunjuk, yaitu
PT. Jamsostek, PT. Askes, PT. Taspen, dan PT. Asabri. Dalam penyelenggaraannya, BPJS
terdiri atas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.. Pemerintah menanggung iuran bagi
masyarakat miskin dan kurang mampu (yang disebut sebagai Penerima Bantuan Iuran atau
PBI) untuk menjamin keikutsertaan mereka dalam program ini. Dengan berbagai kebijakan
tersebut, alokasi belanja negara akan meningkat secara signifikan. BPJS Kesehatan akan
mengelola jaminan kesehatan yang akan memberikan kepastian jaminan kesehatan bagi
setiap rakyat Indonesia. Jaminan ini diberikan dalam bentuk pelayanan kesehatan
perseorangan yang komprehensif, mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pengobatan dan pemulihan, termasuk obat dan bahan medis dengan teknik layanan terkendali
mutu dan biaya (managed care).

Program jaminan kesehatan dilaksanakan berdasarkan prinsip asuransi sosial dan


ekuitas, yaitu kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai kebutuhan medis yang tak
terkait dengan besaran iuran yang dibayarkan. Besar iuran ditetapkan sebagai prosentase
tertentu dari upah, bagi mereka yang memiliki penghasilan. Pemerintah akan membayarkan
iuran bagi mereka yang tidak mampu (fakir miskin).

Pemerintah tidak mengambil untung untuk melaksanakan program SJSN ini, sebab
iuran yang dibayarkan akan dikembalikan ke rakyat sepenuhnya dalam bentuk pelayan
kesehatan, serta obat. Apabila SJSN ini terlaksana, tentunya kesejahteraan masyarakat akan
meningkat.

Namun, dalam pelaksanaan SJSN saat ini masih belum sempurna.. Banyak faktor yang
menyebabkan SJSN masih belum maksimal, yaitu

1. Banyak masyarakat Indonesia yang belum tahu mengenai sistem ini

2. Bagi masyarakat yang sudah tahu, belum ada kesadaran dari masyarakat tersebut untuk
mendaftarkan diri sebagai peserta BPJS

3. Undang-undang yang mengatur SJSN ini belum sepenuhnya selesai diatur

Oleh karena itu diperkirakan sistem jaminan sosial nasional ini akan benar-benar terlaksana
pada tahun 2019 mendatang.

Guna melakukan kolaborasi kesehatan yang baik maupun sitem pelayanan kesehatan
yang baik tentunya harus ada kerja sama yang baik pula antar peofesi kesehatan. Profesi yang
tergabung dalam kolaborasi tenaga kesehatan terdiri dari profesi dokter, dokter gigi,
apoteker, perawat dan kesehatan masyarakat. Setiap Profesi memiliki kode etik yang menjadi
dasar praktek keprofesian dan seharusnya dipraktekkan dengan baik. Akan tetapi, pada
pelaksanannya tidak semua profesi melaksanakan kode etik dengan baik bahkan banyak yang
melanggar kode etik tersebut. Seperti pada kasus-kasus yang sering terjadi yaitu absennya
apoteker di apotek. Padahal seharusnya apoteker lah yang melayani pasien dan memberikan
informasi obat bukan asisten apoteker. Guna tercapainya mutu kesehatan yang baik segala
aspek baik kolaborasi, sistem pelayanan, dan pelaksannaan kode etik juga harus baik.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kolaborasi tim kesehatan merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dalam
menangani masalah kesehatan. Tanpa adanya kolaborasi dari tim kesehatan,
pengobatan tidak dapat berjalan secara optimal. Dalam kolaborasi tim kesehatan,
masing-masing tenaga kesehatan mempunyai peran dan tanggung jawabnya masing-
masing. Peran dan tanggung jawab tersebut tidak hanya untuk satu individu saja, tapi
juga keluarga dan masyarakat. Kesadaran akan tujuan yang sama dalam penanganan
kesehatan dan komunikasi yang baik mendukung proses kolaborasi tim kesehatan yang
tentunya akan berdampak baik dalam pelayanan kesehatan bagi pasien. Pelaksanaan
terapi yang baik bagi pasien tidak tergantung dari peran tim kesehatan saja, dukungan
dari orang-orang terdekat pasien seperti keluarga juga berperan besar dalam
penyembuhan penyakit pasien. Selain itu, tim kesehatan juga mempunyai peran yang
besar di masyarakat dalam menangani masalah kesehatan. Untuk itulah, kolaborasi tim
kesehatan yang baik dan efektif diperlukan.

4.2 Saran

Untuk mengupayakan pelayanan kesehatan yang optimal, tenaga kesehatan harus


berkolaborasi dan bekerjasama dengan baik dalam penatalaksanaan masalah kesehatan
baik di individu, keluarga dan anggota masyarakat. Untuk menghindari tumpang tindih
tugas masing-masing tenaga kesehatan, diperlukan adanya hubungan dan komunikasi
yang baik antar sesama tenaga kesehatan. Masing-masing tenaga kesehatan perlu
menyadari kesamaan tujuan dari peran medis yang mereka lakukan walaupun sangat jelas
perbedaan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Sikap saling menghargai dan
menghormati antar masing-masing profesi kesehatan juga perlu diterapkan agar tercipta
hubungan kolaborasi dan kerja sama yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Black Well, Wiley. ABC Of Clinical Leadership. www.abcbookseries.coom


Riyanto, Theo, Martinus Th. 2008. Kelompok Kerja yang Efektif. Yogyakarta: Kanisius
Salas, Eduardo et.all.2007. Markers for Enhancing Team Cognition in Complex
Environments: The Power of Team Performance Diagnosis. Aviation, Space, and
Environmental Medicine
Sargeant,Joan et.all. 2008. Effective interprofessional team. Interscience, Journal of
continuing education in the health professions
Stoner, James A.F. 1986. Manajemen. Jakarta: Erlangga

http://dictionary.reference.com/browse/collaborate

http://www.businessdictionary.com/definition/collaboration.html#ixzz2tigecE3d

Canadian Medical Association. Putting patient first : Patient-centered collaborative care. A


discussion paper. 2009

Ontario. Guide to Collaborative Team Practice. 2005

University of Manitoba. Interprofessional practice education in clinical setting. Immersion


Learning Activities. 2011

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Sistem Rujukan Terstruktur dan Berjenjang


dalam Rangka Menyongsong Jaminan Kesehatan Nasional (Regionalisasi Sistem Rujukan)

Canadian Health Services Research Foundation web site www.chsrf.ca.


areafarmasi.blogspot.com/2013/04/filosofi-perawat

http://melaniezone.wordpress.com/2012/10/12/paradigma-keperawatan/

http://radencoddooth.blogspot.com/2011/05/kode-etik-keperawatan.html
http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/SJSN.pdf
KOLABORASI TIM KESEHATAN

A. Pengertian Kolaborasi Tim Kesehatan


Kolaborasi tim kesehatan merupakan suatu aktivitas yang bertujuan untuk
memperkuat hubungan diantara profesi di bidang kesehatan yang berbeda yang saling
bekerja sama dan memiliki ciri sebagai berikut :
a. Memiliki tujuan bersama
b. Mengenal dan menghargai kelebihan dan perbedaan masing-masing profesi
c. Mampu membuat keputusan yang efektif
d. Fokus pada pasien
e. Memiliki jalur komunikasi yang jelas
Kolaborasi kesehatan memungkinkan pertukaran pengetahuan dari setiap profesi di
bidang kesehatan guna meningkatkan pelayanan kesehatan pada pasien dan untuk
meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih efektif dan memiliki kualitas
yang lebih baik. Hal ini berarti dengan adanya kolaborasi tim kesehatan diharapkan
kedepannya pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien lebih efektif dan
mencapai taraf yang lebih baik dibandingkan tanpa kerjasama dari berbagai profesi di
bidang kesehatan.
Konsep kolaborasi tim kesehatan itu sendiri merupakan konsep hubungan
kerjasama yang kompleks dan membutuhkan atau menghasilkan suatu bentuk berbagi
pengetahuan yang berorientasi pada pelayanan kesehatan untuk pasien. Bekerja bersama
dalam kesetaraan adalah esensi dasar dari kolaborasi.
Kolaborasi tim kesehatan terdiri dari berbagai profesi di bidang kesehatan seperti
dokter, psikologis/psikiater, suster, ahli gizi, farmasis, dokter spesialis, pendidik di
bidang kesehatan, dokter gigi dan pekerja sosial. Tujuan utama dari kolaborasi tim
kesehatan adalah untuk memberikan pelayanan yang tepat oleh tim kesehatan yang tepat
di waktu yang tepat dan tempat yang tepat.
B. Jenis-Jenis Kolaborasi Tim Kesehatan
Terdapat beberapa bentuk atau jenis kolaborasi tim kesehatan secara umum yang
dapat terjadi, diantaranya :
1. Fully integrated major
Merupakan bentuk kolaborasi yang setiap bagian dari tim tersebut memiliki
tanggung jawab dan kontribusi yang sama besar untuk mewujudkan suatu tujuan
bersama
2. Partially integrated major
Merupakan benuk kolaborasi yang setiap bagian dari tim memiliki tanggung jawab
yang berbeda. Dalam hal ini ada satu atau lebih profesi di bidang kesehatan yang
memiliki kontribusi yang lebih sedikit di dalam tim dibandingkan dengan profesi
lain tetapi tetap memiliki tujuan bersama.
3. Joint Program Office
Tidak memiliki tujuan bersama namun disatukan oleh hubungan pekerjaan yang
akan lebih menguntungkan bila dikerjakan bersama.
4. Joint Partnership with Affiliated Programming
Kerjasama untuk memberikan jasa dan umumnya tidak untuk mencari suatu
keuntungan
Selain bentuk-bentuk kolaborasi diatas, terdapat pula contoh dari bentuk-bentuk
kolaborasi tim kesehatan yang umumnya dijumpai, yaitu :
1. Perawatan reproduksi primer
Misalnya, perawatan sebelum kelahiran, perawatan kandungan, perawatan setelah
melahirkan dan perawatan bayi yang baru lahir
2. Perawatan kesehatan mental
Misalnya, perawatan penderita depresi
3. Fasilitas pendukung rawat jalan
4. Service co-ordination
5. Pendidikan kesehatan dan pencegahan yang diberikan pada pasien
Misalnya, konseling mengenai bahaya penyakit jantung
6. Program pengelolaan penyakit kronis
Misalnya, program untuk diabetes, penyakit jantung, obesitas, arthritis, asma dan
depresi
7. Kesehatan ibu dan anak
8. Perawatan manula
9. Pengobatan bagi pecandu obat-obatan terlarang
10. Pelayanan rehabilitasi
KONSEP KOLABORASI DALAM KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN

Oleh: Rahma Fadillah Sopha, 1006672876

A. Definisi kolaborasi:

1. Siegler dan Whitney (2000), mengutip dari National Joint Practice Commision
(1977), mengatakan bahwa tidak ada definisi yang mampu menjelaskan sekian ragam
variasi dan kompleksnya kolaborasi dalam konteks perawatan kesehatan.
2. Shortridge, et. Al., (1986) mendefinisikan kolaborasi sebagai hubungan timbal balik
dimana (pemberi pelayanan) memegang tanggung jawab paling besar untuk
perawatan pasien dalam kerangka kerja bidang respektif mereka. Praktik kolaboratif
menekankan tanggung jawab bersama dalam manajemen perawatan pasien dengan
proses pembuatan keputusan bilateral yang didasarkan pada masing-masing
pendidikan dan kemampuan praktisi.
3. Jonathan (2004) mendefinisikan kolaborasi sebagai proses interaksi di antara
beberapa orang yang berkesinambungan.
4. Menurut Kamus Heritage Amerika (2000), kolaborasi adalah bekerja bersama
khususnya dalam usaha penggabungan pemikiran.
5. Gray (1989) menggambarkan bahwa kolaborasi sebagai suatu proses berpikir dimana
pihak yang terlibat memandang aspek-aspek perbedaan dari suatu masalah serta
menemukan solusi dari perbedaan tersebut dan keterbatasan pandangan mereka
terhadap apa yang dapat dilakukan.
6. American Medical Assosiation (AMA, 1994) mendefinisikan istilah kolaborasi
sebagai sebuah proses dimana dokter dan perawat merencanakan dan praktik bersama
sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktik
mereka dengan berbagi nilai-nilai, saling mengakui dan menghargai terhadap setiap
orang yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan masyarakat.
7. ANA (1992) menambahkan, kolaborasi hubungan kerja di antara tenaga kesehatan
dalam memberikan pelayanan kepada pasien adalah dalam melakukan diskusi tentang
diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi dengan
masing-masing bertanggung jawab pada pekerjaannya.
8. Kolaborasi merupakan proses kompleks yang membutuhkan sharing pengetahuan
yang direncanakan yang disengaja, dan menjadi tanggung jawab bersama untuk
merawat pasien, dan kadangkala itu terjadi dalam hubungan yang lama antara tenaga
profesional kesehatan (Lindeke dan Sieckert, 2005).

Dari berbagai definisi yang dikemukakan para ahli, dapat disimpulkan bahwa kolaborasi
adalah suatu proses interaksi yang kompleks dan beragam, yang melibatkan beberapa orang
untuk bekerja sama dengan menggabungkan pemikiran secara berkesinambungan dalam
menyikapi suatu hal dimana setiap pihak yang terlibat saling ketergantungan di dalamnya.
Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide yang
memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator.
Menurut Carpenter (1990), kolaborasi mempunyai 8 karakteristik, yaitu:

1. Partisipasi tidak dibatasi dan tidak hirarkis.


2. Partisipan bertanggung jawab dalam memastikan pencapaian kesuksesan.
3. Adanya tujuan yang masuk akal.
4. Ada pendefinisian masalah.
5. Partisipan saling mendidik atau mengajar satu sama lain.
6. Adanya identifikasi dan pengujian terhadap berbagi pilihan.
7. Implementasi solusi dibagi kepada beberapa partisipan yang terlibat.
8. Partisipan selalu mengetahui perkembangan situasi.

B. Elemen kunci efektivitas kolaborasi

1. Kerjasama Menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk memeriksa beberapa
alternatif pendapat dan perubahan kepercayaan.
2. Asertivitas Merupakan hal yang penting ketika individu dalam tim mendukung
pendapat mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif menjamin bahwa pendapatnya
benar-benar didengar dan konsensus untuk dicapai.
3. Tanggung jawab Mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil konsensus
dan harus terlibat dalam pelaksanaannya.
4. Komunikasi Setiap anggota bertanggung jawab untuk membagi informasi penting
mengenai isu yang terkait.
5. Otonomi Kemandirian anggota tim dalam batas kompetensinya.
6. Koordinasi Efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan pasien,
mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam menyelesaikan
permasalahan.
7. Kolegalitas Saling menghargai.
8. Konsep dengan arti yang sama Mutualitas dimana individu mengartikannya sebagai
suatu hubungan yang memfasilitasi proses dinamis antara orang-orang yang ditandai
oleh keinginan maju untuk mencapai tujuan dan kepuasan setiap anggota.
9. Kepercayaan Konsep umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa rasa pecaya,
kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi ancaman, menghindar dari tanggung jawab,
terganggunya komunikasi.

C. Manfaat kolaborasi

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian


unik profesional.
2. Memaksimalkan produktivitas serta efektivitas dan efesiensi sumber daya.
3. Meningkatkan profesionalisme, loyalitas, dan kepuasan kerja.
4. Meningkatkan kohesivitas antar tenaga kesehatan profesional
5. Memberikan kejelasan peran dalam berinteraksi antar tenaga kesehatan profesional,

D. Pihak-pihak yang terlibat dalam kolaborasi

Tenaga atau ahli kesehatan lain.

-> Dokter, ahli gizi, terapis, psikolog, dll.

Keluarga

-> Keluarga merupakan orang terdekat dari klien atau individu yang memiliki pengaruh
sangat besar terhadap individu.

Orang-orang lain yang berpengaruh bagi individu

-> Orang yang dapat memberikan dukungan baik moril, material, maupun emosional,
misalnya suami, teman, atasan, dll.

Penyelenggara layanan kesehatan

-> Salah satu contoh penyelenggara layanan kesehatan adalah puskesmas.

Organisasi masyarakat informal dan formal

-> TP-PKK, kelompok pengajian, kelompok arisan, dasa wisma,dan lain-lain.

Tokoh masyarakat yang berpengaruh dalam masyarakat

-> Tokoh masyarakat atau agama merupakan sosok seseorang yang dihormati, disegani, dan
menjadi panutan dalam masyarakat.

Pemerintah dan unit di bawahnya

-> Kolaborasi dengan pemerintah dan atau unit di bawahnya dapat dilakukan dalam hal
sarana maupun akses untuk melakukan promosi kepada masyarakat, seperti mempermudah
mengurus ijin tempat penyelenggaraan promosi, penyediaan tempat dan sarana kegiatan,
ataupun dukungan dengan membuat iklan layanan masyarakat yang mendukung program
promosi kesehatan yang sedang dilakukan.

E. Elemen-elemen kolaborasi

1. Struktur

Praktik kolaborasi mengganti pendekatan pengelompokan hirarkis dengan pendekatan yang


mendorong interaksi antara sesama anggota. Model hirarkis menekankan komunikasi satu
arah, terdapat tokoh yang dominan. Model praktik kolaboratif menekankan komunikasi dua
arah, tetapi tetap menempatkan salah satu tokoh pada posisi utama. Model melingkar
menekankan kontinuitas, kondisi timbal balik satu dengan yang lain dan tak ada satu pemberi
pelayanan yang mendominasi terus menerus.

2. Proses

Ruble dan Thomas (1976) dalam jurnal Organizational Behavior and Human Performance
telah mengembangkan suatu ilustrasi yang dapat membantu interpretasi hubungan kolaborasi.
Gambar di bawah ini memperlihatkan bagaimana struktur dan proses saling memperkuat.

3. Hasil akhir

Hasil akhir merupakan penentu alasan kolaborasi, sulit mengatakan kolaborasi apabila tidak
ada hasilnya. Dengan meneliti hasil akhir yang tercapai, maka mereka yang membentuk atau
mengevaluasi suatu praktik dapat mengevaluasi proses lainnya.

Daftar Pustaka

Aminah, S., dan Husni. (2007). Kajian Pengembangan Kerangka Kerja Kolaborasi Evaluasi
dengan Pendekatan Collaborative Business Process Management.
http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/1712/1493 (diakses 26 Oktober 2011)

Siegler, EL., and Whitney, F.W. (1999). Nurse-Physician Collaboration: Care of Adults and
The Elderly. (Terj. Indraty). Jakarta: EGC.

Stanhope, M., and Lancaster, J. (2000). Communinity & Public Health Nursing. St. Louis:
Mosby.

Anda mungkin juga menyukai