Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PEMBERIAN OBAT INSULIN

OLEH KELOMPOK 4 :
1. DEWINTA HUDIANTI IKMALIA (P07120317009)
2. EKA SEPRIYANI (P07120317007)
3. LONA LISTIANA ( P07120317016)
4. NI KOMANG SURTI ANGGRENI (P07120317023)
5. REKA SOPIYANTI (P07120317028)
6. YULIATI (P07120317035)

(TINGKAT 2 A / SEMESTER IV)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini yang
tepat pada waktunya yang berjudul “MAKALAH PEMBERIAN OBAT INSULIN”

Makalah ini disusun untuk menjelaskan bagaimana pemberian obat insulindalam


Keperawatan agar dapat diterapkan dalam praktek keperawatan, serta diajukan demi
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medical Bedah II.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa meridhai segala usaha kita.Amin.

Mataram, 26 Februari 2019

TimPenyusun,
Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i


DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ . 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan............................................................................................. . .2
D. Manfaat........................................................................................... . 2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian dari insulin.................................................................... 3
B. Mekanisme kerja insulin................................................................. 6
C. Efek samping dari insulin.............................................................. 7
D. Penggolongan sediaan insulin....................................................... 8
E. Cara pemberian insulin................................................................. 9
F. Cara injeksi insulin....................................................................... 9
G. Lokasi injeksi insulin.................................................................... 10
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................. ........ 12
B. Saran. ............................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peredaran zat-zat gizi dari karbohidrat, lemak, dan protein dalam proses
metabolisme dipengaruhi oleh berbagai hormon, termasuk hormon insulin, glukagon,
ephineprin, kortisol, dan hormon pertumbuhan. Pada berbagai kondisi insulin dan
glukagon secara normal merupakan hormon pengatur yang paling dominan mengubah
jalur metabolik dari anabolisme netto menjadi katabolisme netto bolak-balik dan
penghematan glukosa, yang masing-masing bergantung pada apakah tubuh berada dalam
keadaan kenyang atau puasa.
Pankreas berfungsi sebagai organ endokrin dan eksokrin. Fungsinya sebagai organ
endokrin didukung oleh pulau-pulau Langerhans (Islets of Langeerhans)yang terdiri tiga
jenis sel yaitu; sel alpha (α) menghasilkan glukagon, sel beta (β) menghasilkan insulin
dan merupakan jenis sel pankreas paling banyak, sel deltha (D) menghasilkan
somatostatin namun fungsinya belum jelas diketahui, dan sel PPmenghasilkan
polipeptida pancreas.
Bahkan keseimbangan kadar gula darah sangat dipengaruhi oleh kedua hormon ini.
Fungsi kedua hormon ini saling bertolak belakang. Kalau secara umum, sekresi hormon
insulin akan menurunkan kadar gula dalam darah sebaliknya untuk sekresin hormon
glukagon akan meningkatkan kadar gula dalam darah. Perangsangan glukagon bila kadar
gula darah rendah, dan asam amino darah meningkat. Efek glukagon ini juga sama
dengan efek kortisol, GH dan epinefrin.Dalam meningkatkan kadar gula darah, glukagon
merangsang glikogenolisis (pemecahan glikogen menjadi glukosa) dan meningkatkan
transportasi asam amino dari otot serta meningkatkan glukoneogenesis (pemecahan
glukosa dari yang bukan karbohidrat).
Insulin adalah hormon yang mengubah glukosa menjadi glikogen, dan berfungsi
mengatur kadar gula darah bersama hormon glukagon. Kekurangan insulin karena cacat
genetik pada pankreas, menyebabkan seseorang menderita diabetes melitus (kencing
manis) yang berdampak sangat luas terhadap kesehatan, mulai kebutaan hingga
impotensi. Sebelum ditemukan teknik sintesis insulin, hormon ini hanya bisa diperoleh
dari ekstraksi pankreas babi atau sapi, dan sangat sedikit insulin bisa diperoleh. Setelah

1
ditemukan teknik sintesis insulin di bidang bioteknologi inilah, harga insulin bisa ditekan
dengan sangat drastis sehingga bisa membantu para penderita diabetes melitus.

B. Rumusan Masalah
1. Apa dimaksud dengan insulin?
2. Bagaiman mekanisme kerja insulin?
3. Bagaimana efek samping dari insulin?
4. Bagaimana penggolongan sediaan insulin?
5. Bagaimana cara pemberian insulin?
6. Bagaiman cara injeksi insulin?
7. Dimana lokasi injeksi insulin?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dengan insulin.
2. Untuk mengetahui mekanisme kerja insulin.
3. Untuk mengetahui efek samping dari insulin.
4. Untuk mengetahui penggolongan sediaan insulin.
5. Untuk mengetahui cara pemberian insulin.
6. Untuk mengetahui cara injeksi insulin.
7. Untuk mengetahui lokasi injeksi insulin.

D. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai suatu media informasi bagi
mahasiswa dan masyarakat umum terutama penderita dibetes militus untuk mengetahui
pengertian, dan fungsi insulin.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Insulin
Insulin adalah hormon utama yang mengendalikan glukosa dari darah ke dalam sebagian
besar sel (terutama sel otot dan lemak, tetapi tidak pada sel sistem saraf pusat). Oleh karena
itu, kekurangan insulin atau kekurangpekaan reseptor-reseptor memainkan peran sentral
dalam segala bentuk diabetes mellitus.Sebagian besar karbohidrat dalam makanan akan
diubah dalam waktu beberapa jam ke dalam bentuk gula monosakarida yang merupakan
karbohidrat utama yang ditemukan dalam darah dan digunakan oleh tubuh sebagai bahan
bakar. Insulin dilepaskan ke dalam darah oleh sel beta (β-sel) yang berada di pankreas,
sebagai respons atas kenaikan tingkat gula darah, biasanya setelah makan. Insulin digunakan
oleh sekitar dua pertiga dari sel-sel tubuh yang menyerap glukosa dari darah untuk digunakan
sel-sel sebagai bahan bakar, untuk konversi ke molekul lain yang diperlukan, atau untuk
penyimpanan.
Insulin juga merupakan sinyal kontrol utama untuk konversi dari glukosa ke glycogen
untuk penyimpanan internal dalam hati dan sel otot.Tingkatan insulin yang lebih tinggi
menaikkan anabolic (rangkaian jalur metabolisme untuk membangun molekul dari unit yang
lebih kecil), seperti proses pertumbuhan sel dan duplikasi, sintesa protein, lemak dan
penyimpanan. Insulin adalah sinyal utama dalam mengkonversi banyak bidirectional proses
metabolisme dari catabolic (rangkaian jalur metabolisme untuk membongkar molekul-
molekul ke dalam bentuk unit yang lebih kecil dan melepaskan energi) ke anabolic, dan
sebaliknya. Secara khusus, tingkatan insulin yang lebih rendah berguna sebagai pemicu
masuk keluarnya ketosis (fase metabolik pembakaran lemak).
Jika jumlah insulin yang tersedia tidak cukup, jika sel buruk untuk merespon efek dari
insulin (kekurangpekaan atau perlawanan terhadap insulin), atau jika insulin cacat/defective,
maka gula tidak akan diserap dengan baik oleh orang-orang sel-sel tubuh yang
memerlukannya dan tidak akan disimpan dengan baik di hati dan otot. Efek selanjutnya
adalah tingkat gula darah yang tetap tinggi , miskin sintesis protein, dan lainnya kekacauan
metabolisme lainnya, seperti acidosis yaitu meningkatnya keasaman (konsentrasi ion
hidrogen) dalam darah.Insulin telah digunakan sebagai terapi pada manusia sejak awal tahun
1990. Tetapi tahukah Anda jika insulin memiliki beberapa jenis yang diklasifikasikan
berdasar pada durasi kerjanya? Yang dimaksud dengan durasi kerja insulin adalah lamanya
waktu yang diperlukan oleh insulin untuk mencapai aliran darah dan mulai menurunkan
kadar gula dalam darah sejak ia dimasukkan ke dalam tubuh penderita. Berdasar waktu yang

3
diperlukan dalam bekerja, insulin terbagi dalam 4 jenis insulin yaitu reaksi pendek, reaksi
panjang, reaksi menengah dan reaksi cepat.
Insulin reaksi pendek disebut juga sebagai clear insulin, ia adalah jenis obat insulin
yang memiliki sifat transparan dan mulai bekerja dalam tubuh dalam waktu 30 menit sejak ia
dimasukkan ke dalam tubuh. Obat insulin ini bekerja secara maksimal selama 1 sampai 3 jam
dalam aliran darah penderita, dan segera menghilang setalah 6-8 jam kemudian.
Maka penderita diabetes harus mengulang beberapa kali dalam sehari jika menggunakan
insulin jenis ini.Insulin reaksi panjang merupakan jenis insulin yang mulai bekerja 1 hingga 2
jam setelah ia disuntikkan ke dalam tubuh seseorang. Tetapi obat insulin ini tidak memiliki
masa reaksi puncak, sehingga ia bekerja secara stabil dalam waktu yang lama yaitu 24 sampai
36 jam di dalam tubuh penderita diabetes. Karena pengaruhnya dapat bertahan dalam waktu
yang lama, maka penderita dapat tetap mimiliki energi meskipun ia tidak mengkonsumsi
makanan.
Obat insulin yang termasuk jenis ini adalah Levemir dan Lantus. Sebuah studi yang
dilakukan oleh Russel Jones pada tahun 2007 mengungkapkan bahwa Levemir lebih mampu
ditoleransi oleh tubuh manusia dengan baik karena menimbulkan efek penambahan berat
badan yang minimal.Jenis insulin reaksi menengah adalah insulin yang mulai efektif bekerja
menurunkan gula darah sejak 1 sampai 2 jam setelah disuntikkan ke dalam tubuh. Obat ini
bereaksi secara maksimal selama 6-10 jam, dan berakhir setelah 10-16 jam setelahnya,
contohnya Humulin m3, Hypurin, dan Insuman.Insulin reaksi cepat akan langsung bekerja 5-
15 menit setelah masuk ke dalam tubuh penderita. Ia memiliki tingkat reaksi maksimal
selama 30-90 menit, dan pengaruhnya akan segera menghilang setelah 3-5 jam kemudian.
Contoh obat insulin ini berupa Lispro, Actrapid, Novorapid, dan Velosulin.
Masa reaksi obat insulin juga dipengaruhi oleh kemampuan tubuh seseorang dalam
merespon obat ini. Maka diproduksi pual jenis insulin campuran, yang merupakan kombinasi
dari dua jenis-jenis insulin di atas. Selain itu penggunaanya harus dibawah pengawasan
dokter untuk menentukan dosis yang sesuai dengan kebutuhan setiap penderita.
Indikasi Terapi dengan Insulin
 Semua penyandang DM tipe I memerlukan insulin eksogen karena produksi insulin oleh
sel beta tidak ada atau hampir tidak ada.
 Penyandang DM tipe II tertentu mungkin membutuhkan insulin bila terapi jenis lain tidak
dapat mengendalikan kadar glukosa darah.

4
 Keadaan stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark miokard
akut atau stroke.
 DM gestasional dan penyandang DM yang hamil membutuhkan insulinbila diet saja tidak
dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
 Ketoasidosis diabetik.
 Hiperglikemik hiperosmolar non ketotik.
 Penyandang DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan suplemen tinggi
kalori, untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, secara bertahap akan
memerlukan insulin eksogen untuk mempertahankan kadar glukosa darah mendekati
normal selama periode resistensi insulin atau ketika terjadi peningkatan kebutuhaninsulin.
 Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
 Kontra indikasi atau alergi terhadap obat hipoglikemi oral.
Berdasarkan lama kerjanya, insulin dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
1. Insulin kerja singkat
Yang termasuk di sini adalah insulin regular (Crystal Zinc Insulin / CZI ). Saat ini
dikenal 2 macam insulin CZI, yaitu dalam bentuk asam dan netral. Preparat yang ada
antara lain : Actrapid, Velosulin, Semilente. Insulin jenis ini diberikan 30 menit
sebelum makan, mencapai puncak setelah 1– 3 macam dan efeknya dapat bertahan
samapai 8 jam.
2. Insulin kerja menengah
Yang dipakai saat ini adalah Netral Protamine Hegedorn ( NPH ),MonotardÒ,
InsulatardÒ. Jenis ini awal kerjanya adalah 1.5 – 2.5 jam. Puncaknya tercapai dalam 4 –
15 jam dan efeknya dapat bertahan sampai dengan 24 jam.
3. Insulin kerja panjang
Merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan lambat dari tempat
penyuntikan sehingga efek yang dirasakan cukup lam, yaitu sekitar 24 – 36 jam.
Preparat: Protamine Zinc Insulin ( PZI ), Ultratard
4. Insulin infasik (campuran)
Merupakan kombinasi insulin jenis singkat dan menengah. Preparatnya: Mixtard 30 /
40. Pemberian insulin secara sliding scale dimaksudkan agar pemberiannya lebih
efisien dan tepat karena didasarkan pada kadar gula darah pasien pada waktu itu. Gula
darah diperiksa setiap 6 jam sekali.
Dosis pemberian insulin tergantung pada kadar gula darah, yaitu :

5
 Gula darah < 60 mg % = 0 unit
 Gula darah < 200 mg % = 5 – 8 unit
 Gula darah 200 – 250 mg% = 10 – 12 unit
 Gula darah 250 - 300 mg% = 15 – 16 unit
 Gula darah 300 – 350 mg% = 20 unit
 Gula darah > 350 mg% = 20 – 24 unit

B. Mekanisme Kerja Insulin


Efek kerja insulin yang sudah sangat dikenal adalah membantu transpor glukosa dari
darah ke dalam sel. Kekurangan insulin menyebabkan glukosa darah tidak dapat atau
terhambat masuk ke dalam sel. Akibatnya, glukosa darah akan meningkat, dan sebaliknya
sel-sel tubuh kekurangan bahan sumber energi sehingga tidak dapat memproduksi energi
sebagaimana seharusnya.
Sekresi insulin dapat dibagi menjadi sekresi insulin basal (saat puasa atau sebelum makan)
dan insulin prandial (setelah makan).
1) Sekresi insulin basal kira-kira 1 unit/jam dan terjadi diantara waktu makan, waktu malam
hari dan keadaan puasa.

2) Sekresi insulin prandial menghasilkan kadar insulin 5-10 kali lebih besar dari kadar insulin
basal dan diproduksi secara pulsatif dalam waktu 0,5-1 jam sesudah makan dan mencapai
puncak dalam 30-45 menit, kemudian menurun dengan cepat mengikuti penurunan kadar
glukosa basal. Kemampuan sekresi insulin prandial berkaitan erat dengan kemampuan
ambilan glukosa oleh jaringan perifer.

Pada pasien diabetes mellitus tidak memiliki kemampuan untuk mengambil dan
menggunakan gula darah, sehingga kadar gula darah meningkat.
Pada diabetes tipe I, pancreas tidak dapat memproduksi insulin. Sehingga pemberian insulin
eksogen diperlukan. Pada diabetes tipe 2, pasien memproduksi insulin, tetapi sel tubuh tidak
meerespon insulin dengan normal. Namun demikian, insulin juga digunakan pada diabetes
tipe 2 untuk mengatasi resistensi sel terhadap insulin.

6
C. Efek Samping Insulin
 Hipoglikemia
 Lipoatrofi
 Lipohipertrofi
 Alergi sistemik atau local
 Resistensi insulin
 Edema insulin
 Sepsis
Hipoglikemia merupakan komplikasi yang paling berbahaya dan dapat terjadi bila
terdapat ketidaksesuaian antara diet, kegiatan jasmani dan jumlah insulin. Pada 25-75%
pasien yang diberikan insulin konvensional dapat terjadi Lipoatrofi yaitu terjadi lekukan di
bawah kulit tempat suntikan akibat atrofi jaringan lemak. Hal ini diduga disebabkan oleh
reaksi imun dan lebih sering terjadi pada wanita muda terutama terjadi di negara yang
memakai insulin tidak begitu murni. Lipohipertrofi yaitu pengumpulan jaringan lemak
subkutan di tempat suntikan akibat lipogenikinsulin. Lebih banyak ditemukan di negara yang
memakai insulin murni. Regresi terjadi bila insulin tidak lagi disuntikkan di tempat tersebut.
Reaksi alergi lokal terjadi 10x lebih sering daripada reaksi sistemik terutama pada
penggunaan sediaan yang kurang murni. Reaksi lokal berupa eritem dan indurasi di tempat
suntikan yang terjadi dalam beberpa menit atau jam dan berlagsung.Selama beberapa hari.
Reaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu sesudah pengobatan insulin dimulai. Inflamasi
lokal atau infeksi mudah terjadi bila pembersihan kulit kurang baik, penggunaan antiseptiK
yang menimbulkan sensitisasi atau terjadinya suntikan intrakutan, reaksi ini akan hilang
secara spontan. Reaksi umum dapat berupa urtikaria, erupsi kulit, angioudem, gangguan
gastrointestinal, gangguan pernapasan dan yang sangat jarang ialah hipotensi dan shock yang
diakhiri kematian.Jika insulin diberikan lebih banyak dari yang dibutuhkan untuk
metabolisme glukosa timbul reaksi hipoglikemia atau syok insulin dapat diatasi dengan
memberikan gula peroral atau intravena meningkatkan pemakaian insulin.Pada keadaan
dimana jumlah insulin tidak cukup, gula tidak dapat dimetabolismesasikan sehinggga terjadi
metabolisme lemak, pemakaian asam lemak [ keton ] untuk energi menimbulkan
ketoasidosis.

7
D. Penggolongan Sediaan Insulin
Insulin sampai saat ini dikelompokkan menjadi beberapa jenis antara lain:
1. Kerja cepat (rapid acting)
Bentuknya larutan jernih, efek puncak 1 - 3 jam setelah penyuntikan, durasi kerja sampai
6 jam. Merupakan satu-satunya insulin yang dapat dipergunakan secara intra vena. Bisa
dicampur dengan insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang.Contoh: Actrapid,
Humulin R,Reguler Insulin (Crystal Zinc Insulin/ CZI). Saat ini dikenal 2 macam insulin
CZI, yaitu dalam bentuk asam dan netral. Contoh sediaan CZI misalnya Velosulin,
Semilente.
2. Kerja menengah (intermediate acting)
Jenis ini awal kerjanya adalah 1.5 – 2.5 jam. Puncaknya tercapai dalam 4 – 15 jam dan
efeknya dapat bertahan sampai dengan 24 jam. Bentuknya terlihat keruh karena
berbentuk hablur-hablur kecil, dibuat dengan menambahkan bahan yang dapat
memperlama kerja obat dengan cara memperlambat penyerapan insulin kedalam darah.
Dengan menambah protamin (NPH / Neutral Protamin Hagedom) atau zinc (pada insulin
lente), maka bentuknya menjadi suspensi yang akan memperlambat absorpsi sehingga
efek menjadi lebih panjang. Bentuk NPH tidak imunogenik karena protamin bukanlah
protein. Contoh : Insulatard, Monotard, Humulin N, NPH, Insulin Lente.
3. Kerja panjang (long acting)
Merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan lambat dari tempat
penyuntikan sehingga efek yang dirasakan cukup lama, yaitu sekitar 24 – 36 jam. Insulin
bentuk ini diperlukan untuk tujuan mempertahankan insulin basal yang konstan. Semua
jenis insulin yang beredar saat ini sudah sangat murni, sebab apabila tidak murni akan
memicu imunogenitas, resistensi, lipoatrofi atau lipohipertrofi. Contoh: Insulin Glargine,
Insulin Ultralente, PZI (Protamine Zinc Insulin).
4. Insulin Eksogen campur antara kerja cepat & kerja sedang (Insulin premix)
Yaitu insulin yang mengandung insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang. Insulin ini
mempunyai onset cepat dan durasi sedang (24 jam). Contoh : Mixtard 30 / 40.

8
E. Cara Pemberian Insulin
Insulin kerja singkat :
 IV, IM, SC
 Infus ( AA / Glukosa / elektrolit )
 Jangan bersama darah ( mengandung enzim merusak insulin )
Insulin kerja menengah / panjang :
 Saat ini juga tersedia insulin campuran (premixed) kerja cepat dan kerja menengah.

F. Cara injeksi Insulin


Insulin umumnya diberikan dengan suntikan dibawah kulit (subkutan / SC ). Pada
keadaan khusus diberikan intramuskular atau intravena secara bolus atau drip.Insulin dapat
diberikan tunggal (satu macam insulin kerja cepat, kerja menengah atau kerja panjang) tetapi
juga dapat diberikan kombinasi insulinkerja cepat dan kerja menengah, sesuai dengan respons
individu terhadapinsulin, yang dinilai dari hasil pemeriksaan kadar glukosa darah harian.
Lokasi penyuntikan juga harus diperhatikan benar, demikian pula mengenai rotasi tempat
suntik. Apabila diperlukan, sejauh sterilitas penyimpanan terjamin, sempritinsulin dan
jarumnya dapat dipakai lebih dari satu kali oleh pasien yang sama. Harus diperhatikan
kesesuaian kosentrasi insulin (U40, U100) dengan semprit yang dipakai. Dianjurkan dipakai
konsentrasi yang tetap.Penyerapan paling cepat terjadi di daerah abdomen yang kemudian
diikuti oleh daerah lengan, paha bagian atas bokong. Bila disuntikan secara intramuskular
dalam maka penyerapan akan terjadi lebih cepat dan masa kerja akan lebih singkat. Kegiatan
jasmaniyang dilakukan segera setelah penyuntikan akan mempercepat onset kerja dan juga
mempersingkat masa kerja. Pemberiaan insulin pada pasien DM lanjut usia seperti pada non
lanjut usia, uyaitu adanya kegagalan terapi ADO, ketoasidosis, koma hiperosmolar, adanya
infeksi( stress ) dll. Dianjurkan memakai insulin kerja menengah yang dicampur dengan

9
kerja insulin kerja cepat, dapat diberikan satu atau dua kali sehari.Kesulitan
pemberiaan insulin pada pasien lanjut usia ialah karena pasien tidak mau menyuntik sendiri
karena persoalnnya pada matanya, tremor, atau keadaan fisik yang terganggu serta adanya
demensia. Dalam keadaan seperti ini tentulah sangat diperlukan bantuan dari keluarganya.

G. Lokasi Injeksi Insulin


Tiap bagian tubuh yang ditutupi kulit yang longgar dapat dipakai sebagai tempat injeksi
insulin termasuk abdomen, paha, lengan atas, pinggang dan kuadran atas luar dari bokong.
Secara umum insulin akan lebih cepat diabsorpsi dari bagian atas tubuh seperti bagian
deltoid dan abdomen dibanding dari paha dan bokong.Rotasi dari injeksi terus dianjurkan
guna menghindari absorpsi yang terhambat karena adanya fibrosis atau lipohipertropi akibat
injeksi berulang hanya pada satu tempat. Asosiasi Diabetes America menganjurkan insulin
dapat diinjeksikan pada satu daerah yang sama selama satu minggu dengan jarak setiap
injeksi 1 ½ inci [ satu ruas jari tangan ] dengan penyuntikan insulin secara sub cutan atau
tepat di bawah lapisan kulit.
Berikut gambar lokasi penyuntikan insulin :

10
11
BAB II
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Insulin mempunyai beberapa pengaruh dalam jaringan tubuh. Insulin


menstimulasi pemasukan asam amino kedalam sel kemudian meningkatkan sintesa
protein. Insulin meningkatkan penyimpanan lemak dan mencegah penggunaan lemak
sebagai bahan energi. Insulin menstimulasi pemasukan glukosa kedalam sel untuk
digunakan sebagai sumber energi dan membantu penyimpanan glikogen didalam sel
otot dan hati. Insulin endogin adalah insulin yang dihasilkan oleh pankreas,
sedangkan insulin eksogin adalah insulin yang disuntikkan dan merupakan suatu
produk farmasi.

B. SARAN
Semoga dapat dijadikan sumber informasi dan pengetahuan untuk para
pembaca dan masyarakat umum, dan selalu mencari sumber referensi lain agar ilmu
yang didapat selalu menjadi terbaru. Dapat dijadikan pedoman untuk melakukan
tindakan keperawatan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Donna.I. 1996. Medical Surgical Nursing. Philadelphia : Mosby Year Book.

Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperwatan Klien Dengan Gangguan Sistem Endokrin.
Jakarta : EGC

13
CHECKLIST INJEKSI INSULIN DENGAN CARA
SUBKUTANEUS (SC)
Nilai
Aspek yang dinilai
0 1 2
Definisi
Injeksi subkutaneus adalah pemberian obat dengan cara
memasukkan obat ke dalam jaringan subkutan di bawah kulit
dengan menggunakan spuit.

Tujuan Injeksi Insulin


Memasukkan sejumlah toksin atau obat insulin pada jaringan
subkutan dibawah kulit untuk diabsorbsi.

Tempat Injeksi
 Lengan atas bagian luar
 Paha anterior
 Daerah abdomen
 Area scapula pada punggung atas
 Daerah ventrogluteal dan dorsogluteal bagian atas
Indikasi :
Kontra Indikasi :
Persipan Alat
1. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
2. Kapas alcohol
3. Sarung tangan sekali pakai (bersih)
4. Obat insulin yang sesuai
5. Spuit 2 ml dengan ukuran 25, panjang jarum 5/8 – ½ inci
6. Bak spuit
7. Baki obat
8. Plester
9. Kasa steril (jika perlu)
10. Bengkok

14
Tahap PraInteraksi
1. Melakukan pengecekan program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat

Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan menyapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien

Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Siapkan obat yang sesuai
3. Identifikasi klien
4. Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
5. Atur posisi klien pada posisi yang nyaman
6. Pilih area penusukan yang bebas dari kekakuan, peradangan,
atau rasa gatal (area penusukan yang utama adalah area pada
lengan bagian atas dan paha anterior)
7. Pakai sarung tangan
8. Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas
alcohol, dengan gerakan sirkular dari arah dalam keluar
dengan diameter sekitar 5cm. tunggu sampai kering.
9. Pegang kapas alcohol dengan jari – jari tengah pada tangan
nondominan.
10. Buka tutup jarum.
11. Tarik kuit dari jaringan lemak dengan ibu jari dan jari
tangan nondominan.
12. Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan menggunakan
tangan dominan, masukkan jarum dengan sudut 45 derajat
atau 90 derajat(untuk orang gemuk).
13. Lepaskan tarikan tangan nondominan.

15
14. Tarik plunger dan observasi adanya darah pada spuit.
15. Jika tidak ada darah, masukkan obat perlahan – lahan.
16. Jika ada darah :
 Tarik kembali jarum dari kulit.
 Tekan tempat penusukan selama 2 menit.
 Observasi adanya hematoma atau memar.
 Jika perlu, berikan plester.
 Siapkan obat yang baru , mulai dengan langkah no.
1, pilih area penusukan yang baru.

17. Cabut jarum dengan sudut yang sama ketika jarum


dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan
menggunakan kapas alcohol pada area penusukan.
18. Jika terdapat perdarahan, tekan area tersebut dengan
menggunakan kasa steril sampai perdarahannya berhenti.
19. Kembalikan posisi klien.
20. Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan ke tempatnya
masing – masing.
21. Buka sarung tangan.
22. Cuci tangan.
23. Dokumentasikan tindakan.

Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan yang baru dilakukan
2. Merapikan pasien dan lingkungan
3. Berpamitan dengan klien
4. Membereskan alat-alat dan kembalikan alat ketempat
semula
5. Mencuci tangan
6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan

16

Anda mungkin juga menyukai