Anda di halaman 1dari 9

PROSEDUR ASEPTIK

Putu Anda Tusta Adiputra


Bagian Ilmu Bedah FK Unud/RSUP Sanglah Denpasar

1. Pendahuluan
Teknik / prosedur aseptik adalah serangkaian tindakan / prosedur spesifik yang
dilakukan secara hati-hati dan terkontrol dengan tujuan untuk meminimalisir
kontaminasi patogen. Tujuan dari prosedur aseptik adalah untuk melindungi penderita
dari ancaman infeksi dan mencegah penyebaran infeksi patogen. Prosedur aseptik juga
berguna untuk melindungi petugas kesehatan dari paparan mikroorganisme infeksius.
Ada dua kategori aseptik yaitu aseptik umum (general) yang dipergunakan saat
melakukan prosedur perawatan penderita di luar kamar operasi (contohnya memasang
kateter intra vena, kateter uretra, injeksi intra vena, intra muskuler, merawat dan
menjahit luka) dan aseptik bedah (surgical) yang berhubungan dengan prosedur atau
tindakan di kamar operasi yang dirancang untuk mencegah infeksi luka operasi. Infeksi
luka operasi adalah penyebab tertinggi ketiga (14-16%) infeksi nosokomial / infeksi yang
didapat di rumah sakit / hospital-acquired infection, yang bertanggung jawab terhadap
bertambahnya lama rawat inap dan meningkatnya biaya perawatan di rumah sakit.
Prosedur aseptik merupakan hal yang vital guna menurunkan angka mortalitas dan
morbiditas yang dihubungkan dengan infeksi bedah.
2. Teknik Aseptik
a. Pemakaian Masker, Penutup Kepala dan Kaca Mata Pelindung
Masker digunakan oleh operator untuk menghindari terjadinya penyebaran
bakteri dari operator kepada penderita pada saat operator berbicara, bersin,
batuk atau saat bernafas. Masker juga berfungsi untuk melindungi operator dari
percikan darah atau cairan tubuh. Penutup kepala berfungsi untuk mencegah
kotoran atau bakteri dari kepala operator mengkontaminasi lapangan operasi
dan sebaliknya melindungi kepala operator dari percikan darah atau cairan
tubuh. Kaca mata pelindung berguna untuk melindungi mata dari percikan darah
dan cairan tubuh. Penularan bakteri atau virus dapat terjadi melalui selaput
lendir mata. Pemakaian masker harus menutupi hidung dan mulut dan pada
daerah hidung ditekuk untuk menyesuaikan dengan bentuk hidung. Pemakaian
penutup kepala juga harus menutupi seluruh rambut. Kaca mata pelindung
sebaiknya cukup besar agar dapat melindungi mata operator. Bentuk dari
masker, penutup kepala dan kaca mata bermacam-macam tergantung dari
pabrik dan tujuan penggunaannya.

1
Gambar 1. Pemakaian masker, penutup kepala dan kaca mata pelindung.

b. Cuci Tangan
Walaupun operator sudah menggunakan sarung tangan steril, mencuci
tangan merupakan keharusan mutlak untuk mengurangi resiko penyebaran
infeksi. Pada pemakaian sarung tangan kondisi yang hangat dan lembab akan
menyebabkan bakteri mudah tumbuh, sehingga dengan mencuci tangan sebelum
menggunakan sarung tangan steril akan meminimalkan dan menghambat
pertumbuhan bakteri di dalam sarung tangan. Cuci tangan yang dilakukan sesuai
dengan prosedur sangat efektif untuk mencegah terjadinya penularan infeksi.
Ada dua macam mikroorganisme yang ada pada tangan yaitu:
 Transien flora yaitu mikroorganisme yang berada pada tangan tetapi tidak
terus menerus dan dapat dihilangkan dengan mencuci tangan. Bakteri ini
mudah menular melalui tangan, contohnya: E. Coli.
 Residen flora yaitu mikroorganisme yang terus menerus berada pada
tangan / kulit dan tidak bisa dihilangkan dengan mencuci tangan atau friksi
mekanik. Bakteri ini hanya dapat hilang sementara di permukaan tangan
setelah mencuci tangan dan bersembunyi dalam folikel rambut, contohnya
spesies Acinetobacter.
Cuci tangan medis dapat dibagi menjadi tiga jenis antara lain:
 Cuci tangan sosial yaitu untuk menghilangkan kotoran dan mikroorganisme
transien dari tangan, dilakukan dengan sabun atau detergen paling tidak
selama 10-15 detik.
 Cuci tangan prosedural yaitu untuk menghilangkan atau mematikan
mikroorganisme transien, disebut juga antisepsis tangan, dilakukan dengan
sabun antiseptik paling tidak selama 10-15 detik.
 Cuci tangan bedah (surgikal) yaitu proses menghilangkan atau mematikan
mikroorganisme transien dan mengurangi mikroorganisme residen,
menggunakan antiseptik kuat dan dilakukan dengan menyikat / friksi dengan
sikat khusus yang lembut agar tidak iritasi paling tidak selama 120 detik.

2
Syarat dari sabun antiseptik antara lain: tidak bersifat iritatif ataupun alergi,
efektif membunuh kuman, mempunyai khasiat antibakteri yang panjang pada
kulit dan jumlah yang dibutuhkan sedikit (± 8 ml).
Hal-hal pokok yang perlu diperhatikan saat mencuci tangan medis antara
lain:
 Melepas semua perhiasan seperti cincin, gelang dan jam. Bila terdapat luka
ditutup dengan balutan tahan air. Petugas medis tidak dianjurkan berkuku
panjang karena dapat menyebabkan bocornya sarung tangan.
 Membersihkan jari, kuku, telapak tangan hingga pergelangan tangan, untuk
cuci tangan bedah harus dilakukan sampai siku.
 Idealnya menggunakan air yang mengalir, hangat, tidak tercemar, kikir kuku
dan handuk / tissue yang bersih dan kering.
 Menghilangkan kotoran dan mikroorganisme dengan friksi, larutan antiseptik
dan pengeringan.
 Pada keadaan mendesak dimana tidak tersedia fasilitas cuci tangan yang baik,
maka boleh digunakan handrub, tissue antimikroba, atau foam antiseptik,
setelah itu dibiarkan kering di udara.
 Khusus untuk cuci tangan prosedural dilakukan sebelum dan sesudah kontak
dengan penderita, setelah kontak dengan sesuatu yang potensial
mengandung mikroorganisme infeksius, sebelum melakukan prosedur invasif
(contohnya memasang kateter intra vena, kateter uretra, injeksi intra vena,
intra muskuler, merawat dan menjahit luka) dan setelah melepas sarung
tangan.
 Khusus untuk cuci tangan bedah harus dilakukan oleh anggota tim operasi
(operator, asisten operator, perawat instrumen) yang akan kontak dengan
area dan instrumen steril. Setelah mencuci tangan posisi harus dipertahankan
dengan siku tetap di bawah posisi tangan dan mengeringkan harus dengan
handuk steril. Pastikan tangan tidak menyentuh apa-apa.

3
Gambar 2. Cuci tangan sosial

Gambar 3. Enam langkah cuci tangan prosedural

4
Gambar 4. Cuci tangan bedah, perhatikan penggunaan sikat dan posisi tangan

c. Pemakaian Sepatu, Sarung Tangan dan Gaun


Alas kaki / sepatu yang dipergunakan harus menutupi jari-jari kaki, untuk
melindungi dari percikan darah atau cairan tubuh, oleh karena integritas kuku
tidak dapat dijamin (penularan infeksi dapat terjadi melalui luka kecil di sela-sela
kuku).
Gaun pelindung berguna untuk melindungi petugas medis dari paparan darah
dan cairan tubuh, terbagi menjadi beberapa jenis antara lain: steril, non steril,
pakai ulang, sekali pakai, kedap air dan tidak kedap air. Untuk tim bedah di kamar
operasi digunakan gaun steril. Cara penggunaan gaun steril bisa dengan dibantu
oleh perawat instrumen atau memakai sendiri. Bila memakai sendiri maka hanya
bagian dalam gaun yang disentuh.
Pemakaian sarung tangan berguna untuk melindungi tangan dari kontak
dengan kotoran, darah dan cairan tubuh. Jenis-jenis sarung tangan terbagi
menjadi sarung tangan steril (digunakan oleh tim operasi ataupun sebelum
melakukan prosedur invasif) dan sarung tangan non steril. Teknik memakai
terbagi menjadi dua yaitu teknik terbuka dan tertutup (lihat gambar 7, 8 dan 9).
Untuk tim bedah umumnya pemakaian sarung tangan dibantu oleh perawat
instrumen.

5
Gambar 5. Sepatu / alas kaki yang direkomendasikan

Gambar 6. Memakai gaun sendiri dan asisten mengikat gaun dari belakang

6
Gambar 7. Memakai sarung tangan dengan teknik terbuka (tanpa gaun).

Gambar 8. Memakai sarung tangan dengan teknik terbuka (dengan gaun).

7
Gambar 9. Memakai sarung tangan dengan teknik tertutup.

Gambar 10. Melepas sarung tangan, bagian kotor berada di dalam.

d. Prosedur aseptik pada penderita dan pemakaian duk steril


Pada daerah yang akan dilakukan tindakan pembedahan atau prosedur
invasif dilakukan prosedur aseptik dengan menggunakan larutan antiseptik
seperti iodin povidon 10%, alkohol 70% atau klorheksidin glukonas 2-4%. Cara ini
secara signifikan akan mengurangi dan meminimalkan jumlah mikroorganisme
pada kulit penderita. Saat ini mencukur rambut pada area operasi bukan suatu
keharusan karena resiko tergores saat mencukur meningkatkan resiko infeksi

8
nosokomial. Pada penderita yang tidak dilakukan pencukuran area operasi
memiliki resiko terkena infeksi lebih kecil daripada yang dicukur. Bila diperlukan
mencukur dilakukan sesaat sebelum operasi. Perlu diperhatikan bahwa pada
penderita dengan operasi elektif, sebelum masuk kamar operasi sudah mandi
dan mencuci rambut dengan sabun yang mengandung larutan antiseptik.
Cara melakukan antiseptik pada kulit yaitu operator menggosok daerah
medan operasi dengan dengan kasa yang dibasahi larutan antiseptik dan dijepit
dengan klem kasa. Kasa digosok secara lembut dengan arah sirkuler dari bagian
tengah ke luar. Perkecualian pada medan operasi kotor (abses, gangren) maka
arah menggosok sirkuler dari luar ke dalam. Jangan gunakan alkohol untuk
mencuci mukosa. Sterilitas medan operasi dijaga dengan meletakkan duk steril
pada tepinya dan melapisi meja alat-alat dengan duk steril (lihat gambar 11).

Gambar 11. Mempersempit medan operasi dengan memasang duk steril.

Bahan Rujukan
1. Djojosugito, M.A., Roeshadi, D., Pusponegoro, A.D., Sapardi, I., Buku Manual
Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit. Jakarta, 2001, pp. 26-39.
2. Sulistomo, A., Astrawinata, D.A.W, Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya Kesiapan Menghadapi
Emerging Infectious Disease. Depkes RI, Jakarta, 2007.
3. Thomas, W.E.G., Aluwihare, A., Introduction to Surgical Skills A Teaching Resource
Pack. The Royal College of Surgeons of England, London, 2001.

Anda mungkin juga menyukai