PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipoglikemia merupakan komplikasi yang paling sering muncul
pada penderita diabetes mellitus. Hipoglikemia adalah menurunnya kadar
glukosa darah yang menyebabkan kebutuhan metabolik yang diperlukan
oleh sistem saraf tidak cukup sehingga timbul berbagai keluhan dan
gejala klinik (Admin, 2012).
Hipoglikemia berdampak serius pada morbiditas, mortalitas dan
kualitas hidup. The diabetes Control and Complication Trial (DCCT)
melaporkan diperkirakan 2-4% kematian orang dengan diabetes tipe 1
berkaitan dengan hipoglikemia. Hipoglikemia juga umum terjadi pada
penderita diabetes tipe 2, dengan tingkat prevalensi 70-80%.
Hipoglikemia merupakanpenyakit kegawatdaruratan yang membutuhkan
pertolongan segera, karena hipoglikemia yang berlangsung lama bisa
menyebabkan kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat
menyebabkan koma sampai dengan kematian (Kedia, 2011).
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya . Terdapat komplikasi akut
yang dapat muncul pada penderita diabetes mellitus salah satunya
adalah hipoglikemi dimana keadaan tubuh dengan kadar glukosa
darah sewaktu dibawah 60 mg/dl lebih rendah dari kebutuhan tubuh
(Smeltzer, 2002).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Hipoglikemia?
2. Bagaimana Etiologi Hipoglikemia?
3. Bagaimana Manifestasi Klinis Hipoglikemia ?
4. Bagaimana Patofisiologi Hipoglikemia ?
1
5. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Hipoglikemia ?
6. Bagaimana Penatalaksanaan Hipoglikemia ?
7. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Dengan
Hipoglikemia ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Hipoglikemia.
2. Untuk Mengetahui Etiologi Hipoglikemia.
3. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis Hipoglikemia.
4. Untuk Mengetahui PatofisiologiHipoglikemia.
5. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Hipoglikemia.
6. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Hipoglikemia.
7. Untuk Mengetahui Bagaimana Konsep AsuhanKeperawatan
Kegawatdaruratan Dengan Hipoglikemia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Etiologi
Faktor yang memudahkan hipoglikemia antara lain
kelebihan dosis insulin pada pengidap diabetes dependen-insulin
per-oral maupun perIV, penggunaan sulfonylurea, kurangnya
konsumsi makanan yang cukup, latihan fisik yang berlebih, dan
situasi stress (Nitil, 2011).
3
k. Kebutuhan insulin
l. Penyembuhan dari keadaan stress
m. Penggunaan zat – zat hipoglikemia
3. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala hipoglikemia terdiri dari tiga fase yaitu fase
sub luminal dengan kadar gula darah 60-50 mg/dl gejala rasa lapar
tiba-tiba. Fase kedua adalah aktivasi dengan kadar gula darah 50-20
mg/dl yang muncul gejala adrenergik seperti palpitasi, keringat
berlebihan, tremor, ketakutan, mual, muntah. Fase ketiga yaitu
neurologi dengan kadar gula darah <20 mg/dl dengan adanya
gangguan fungsi otak serta muncul gejala pusing, pandangan kabur,
ketajaman mental menurun, hilangnya skill motorik halus (Mansjoer,
2001).
4. Patofisiologi
Hipoglikemia terjadi karena ketidakmampuan hati
memproduksi glukosa yang dapat disebabkan karena penurunan
bahan pembentuk glukosa, penyakit hati atau ketidak seimbangan
hormonal. Pada pasien hipoglikemi, terdapat defisit sel β
langerhans, pengeluaran kedua hormon pengatur insulin dan
glukagon benar-benar terputus. Respon epinefrin terhadap
hipoglikemi juga semakin melemah. Frekuensi hipoglikemia berat,
menurunkan batas glukosa sampai ke tingkat plasma glukosa yang
paling rendah.
Kombinasi dari ketiadaan glukosa dan respon epinefrin
yang lemah dapat menyebabkan gejala klinis ketidak sempurnaan
pengaturan glukosa yang meningkatkan resiko hipoglikemi berat.
Penurunan respon epinefrin pada hipoglikemi adalah sebuah tanda
dari lemahnya respon saraf otonom yang dapat menyebabkan
gejala klinis ketidaksadaran pada hipoglikemi.
4
Selain itu, pada pasien dengan hipoglikemia terjadi
kematian jaringan yang disebabkan karena kekurangan oksigen
pada jaringan tersebut yang bahkan dapat mengancam kehidupan.
Keadaan ini terjadi karena adanya gangguan pada hematologi /
hemoglobin yang berperan sebagai transport oksigen. Hemoglobin
yang kekurangan glukosa akan mempengaruhi kualitas transport
oksigen. Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan
dari luar ke paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan
alat sesuai kebutuhan (Narsih, 2007).
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Prosedur khusus: Untuk hipoglikemia reaktif tes toleransi glukosa
postpradial oral 5 jam menunjukkan glukosa serum <50 mg/dl
setelah 5 jam.
b. Pengawasan di tempat tidur: peningkatan tekanan darah.
c. Pemeriksaan laboratorium: glukosa serum <50 mg/dl, spesimen
urin dua kali negatif terhadap glukosa.
d. EKG: Takikardia.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan hipoglikemik dibagi menjadi
2 yaitu stadium permulaan (Sadar) dengan pemberian glukosa oral
10-20 gram harus segera diberikan. Dapat berupa gula murni
(idealnya dalam bentuk tablet atau jelly) atau minuman yang
mengandung glukosa seperti jus buah segar.
Jika stadium lanjut (Koma Hipoglikemia) diberikan bolus
D10% yang diikuti pemberian larutan glukosa 40% melalui vena
sebanyak 2 flakon tiap 10-20 menit (ulangi 3x) hingga pasien
sadar. Dilanjutkan dengan pemberian D10% per infus 6 jam/ kolf.
Bila belum teratasi dapat diberikan antagonis insulin seperti
adrenalin, kortisol dosis tinggi, atau glukagon 1 mg intravena.
5
Untuk terapi hari selanjutnya pemberian dekstrosa menyesuaikan
dengan keadaan gula darah pasien.
6
e) pusing
f) pandangan kabur
g) ketajaman mental menurun
h) akral dingin
i) anemis dan hilangnya skill motorik halus.
c. Pengkajian tersier (pemeriksaan penunjang) yang utama adalah
pemeriksaan GDS < 60 mg/dl.
d. Pengkajian riwayat penyakit dahulu dan keluarga juga
diperlukan untuk mengetahui apakah pasien memiliki riwayat
penyakit diabetes mellitus atau tidak.
2. Diagnosa
Beberapa diagnosa keperawatan menurut NANDA (2009) dan
intervensi keperawatan NIC NOC menurut Judith (2007) antara
lain :
a. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
penurunan produksi energi metabolik
b. Penurunan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
kurangnya suplai glukosa ke otak
c. Risiko penurunan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
diabetes mellitus
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
3. Intervensi
a. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan
dengan penurunan produksi energi metabolik.
Tujuan: kadar glukosa darah stabil,
Kriteria hasil : GDS normal 70-120 mg/dl
intervensi:
1) kaji keadaan umum dan TTV
7
2) kaji kadar GDS sebelum dan 1 jam sesudah pemberian
terapi, anjurkan keluarga memberikan pasien minum manis
3) kolaborasi dalam pemberian terapi glukosa 5%, 10% atau
40% per-IV
4) pantau nilai laboratorium seperti gula darah.
b. Penurunan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
kurangnya suplai glukosa ke otak
Tujuan : perfusi jaringan serebral kembali normal
Kriteria hasil : kesadaran composmentis, GCS: E4 V5
M6,TTV normal: TD 120/80 mmHg, N: 60-100 x/menit, Rr
16-24 x/menit, S: 36,5-37,50C, pupil isokor, ekstremitas kuat,
respon motorik baik.
Intervensi:
1) kaji tingkat kesadaran dan TTV
2) pertahankan keefektifan jalan nafas
3) berikan posisi supinasi
4) kolaborasi pemberian terapi O2, glukosa 5%, 10% atau
40% per-IV.
c. Risiko penurunan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
diabetes mellitus
Tujuan : perfusi jaringan perifer kembali normal
Kriteria hasil : TTV normal: TD 120/80 mmHg, N: 60-100
x/menit, Rr 16 24 x/menit, S: 36,5-37,50C, nadi perifer
teraba kuat dan regular, tidak pucat/ anemis, akral hangat,
capillary refill < 2 detik. Intervensi:
1) kaji tingkat kesadaran dan TTV
2) pertahankan keefektifan jalan nafas
3) berikan posisi supinasi
4) kolaborasi pemberian terapi O2, glukosa 5%, 10% atau
40% per-IV.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
8
Tujuan : nutrisi tubuh seimbang
Kriteria hasil: peningkatan nafsu makan, BB stabil/ meningkat.
Intervensi:
1) kaji intake nutrisi
2) timbang BB dan TB klien
3) tentukan nilai BMI
4) kaji kemauan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi,
5) berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi pada pasien
dan keluarga
6) motivasi pasien untuk meningkatkan intake nutrisi sesuai
diit
7) kolaborasi pemberian terapi glukosa maupun diit klien.
4. Implementasi
Dilakukan sesuai intervensi dan kondisi pasien
5. Evaluasi
Hasil dari evaluasi dari yang diharapkan dalam pemberian tindakan
keperawatan melalui proses keperawatan.
9
Hubungan : Anak
c. Pengkajian primer
GCS. E: 2 V: 1 M: 5
Airway : Tidak ada sumbatan jalan nafas,
Breathing : Nafas Spontan dengan suport O2 4 lpm, RR = 28
x/menit
Circulation : TD = 160/100 mmHg , N = 92 x/menit , CRT =
3 detik, keluar keringat dingin dan penurunan kesadaran
Disability : KU : Lemah, Kesadaran Somnolen, GCS
E2V1M5
Exposure : Tidak ada Trauma/Cidera pada tubuh pasien
3. Pengkajian Sekunder
S :
Sign: pasien lemas hanya tiduran, keluar keringat dingin, dan
tidak nafsu makan
Simptom: Pasien terlihat sesak nafas, terdapat penurunan
kesadaran
A : Keluarga mengatakan pasien tidak memiliki alergi
obat/makanan
M : Tahun lalu pasien pernah dirawat di rumah sakit karena
Diabetus Mellitus.
P : Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetus Mellitus sejak 7
tahun terakhir
L : Keluarga mengatakan pasien terahir makan tadi pagi itu pun
hanya sedikit karena tidak mau.
E : Keluarga mengatakan sejak tadi pagi pasien lemas hanya
tidur, keluar keringat dingin, dan tidak nafsu makan.
4. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Mesosepal, Tidak ada lesi
Rambut : Beruban, tidak ada kerontokan
10
Mata : pupil isokor, konjungtiva anemis, sclera putih
Hidung : bersih, Pernafasan cuping hidung (-)
Paru : I .simetris, Tidak ada lesi, terdapat penggunaan otot
intercosta
P. Pengembangan dada kanan = kiri
P. Bunyi Sonor
A. Suara vesikuler
Jantung : I. Iktuskordis tidak tampak
P. Tidak ada pembesaran jantung
P. Bunyi pekak
A. Terdengar bunyi jantung S1 dan S2
Abdomen : I. Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada distensi
A.Bising usus 9 x/menit
P. Bunyi Timpani
P. Tidakterabamassa
Kulit : Lembab, akral dingin, crt = 3 detik
Ekstremitas : tidak ada oedem
5. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga mengatakan sejak tadi pagi pasien lemas hanya tidur, keluar
keringat dingin, dan tidak nafsu makan.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetus Mellitus sejak 7 tahun
terakhir
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga mengatakan, Ibu pasien pernah menderita Diabetus Mellitus
B. DATA FOKUS
1. Data Subjektif
a. Keluarga mengatakan pasien lemas sejak tadi pagi karena akhir
– akhir ini tidak mau makan
11
2. Data Objektif
a. Kesadaran Somnolen
b. GCS E2V2M5
c. Pasien tampak lemas
d. Pasien tampak kesulitan bernafas
e. TTV : TD : 160/100 mmHg, N. 92 x/menit, RR. 28 x/menit
f. GDS : 53 mg/dl
g. Terdapat penggunaan otot intercosta
C. ANALISA DATA
No
Data Fokus Problem Etiologi
Dx
1 S.- Ketidakefektifan Depresi pusat
O. - RR: 28 x/menit pola nafas pernafasan
- Pasien tampak kesulitan bernafas
- Kesadaran somnolen
- GCS E2V2M5
- Terdapat penggunaan otot
intercosta
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
12
2. Gangguan fungsi cerebri b.d Hipoglikemi
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
13
nutrisi jika kesadaran 5. Untuk pemulihan
I
sudah membaik keadaan pasien
F. IMPLEMENTASI
14
No Dx Tgl/ Jam Evaluasi TTD
15
1 S. -
O. RR : 22 kali/ menit, tidak menggunakan otot bantu
pernapasan, pernapasan teratur
A. Masalah belum teratasi
P. Intervensi dilanjutkan
- Berikan terapi oksigen 2 lpm
- Posisikan pasien semi fowler dengan bantal
2 S. -
O. KU : lemah, kesadaran : apatis, pasien sudah bisa
membuka mata secara spontan, GCS : E4 V1 M5
TTV : TD. 160/100 mmHg
N. 92 x/menit
RR. 22 x/menit
A. Masalah belum teratasi
P. Intervensi dilanjutkan
- anjurkan keluarga untuk memberikan nutrisi
- Motivasi keluarga agar pasien rawat inap sebagai upaya
pemulihan
16
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah sewaktu
dibawah 60 mg/dl, kadar gula atau glukosa di dalam tubuh lebih rendah
dari kebutuhan tubuh. Faktor yang memudahkan hipoglikemia antara lain
kelebihan dosis insulin pada pengidap diabetes dependen-insulin per-oral
maupun perIV, penggunaan sulfonylurea, kurangnya konsumsi makanan
yang cukup, latihan fisik yang berlebih, dan situasi stress.gejala
hipoglikemia terdiri dari tiga fase yaitu fase sub luminal dengan kadar
gula darah 60-50 mg/dl gejala rasa lapar tiba-tiba. Fase kedua adalah
aktivasi dengan kadar gula darah 50-20 mg/dl yang muncul gejala
adrenergik seperti palpitasi, keringat berlebihan, tremor, ketakutan, mual,
muntah. Fase ketiga yaitu neurologi dengan kadar gula darah <20 mg/dl
dengan adanya gangguan fungsi otak.
B. Saran
Bagi Tenaga Kesehatan:
1. Diharapkan petugas kesehatan lebih meningkatkan konseling tentang
penyakit krisis tyroid
2. Diharapkan petugas kesehatan bisa mempertahankan pelayanan home care
yang sudah memenuhi standar bagi pasien.
3. Diharapkan pasien aktif bertanya kepada petugas meskipun belum ada
keluhan, dan melakukan kunjungan ulang sesuai dengan jadwalnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2012. Bahaya Tekanan Gula Darah yang Terlalu Rendah. Diakses
tanggal 22 Oktober 2012 Jam 18.00. http://rumahdiabetes.com
Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.
Hardman, Heather. 2010. Nanda Diagnosa Keperawatan Difinisi dan
Klasifikasi 2009-20011. Jakarta: EGC
Kedia, Nitil. 2011. Treatment of Severe Diabetic Hypoglycemia With
Glucagon: an Underutilized Therapeutic Approach. Dove Press
Journal
Mansjoer, Arif. 2001. Buku Kapita Salekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius
McNaughton, Candace D. 2011. Diabetes in the Emergency Department:
Acute Care of Diabetes Patients. Clinical Diabetes
Nanda – I Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2018-2020
Edisi 11.
Smeltzer. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2. Jakarta : EGC
18