Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Usia lanjut merupakan seorang laki-laki atau perempuan yang

berusia 60 tahun atau lebih, secara fisik masih berkemampuan atau tidak

mampu lagi karena suatu hal berperan secara aktif dalam pembangunan

Depkes RI (2001, dalam Ningtyas, 2014). Batasan lanjut usia dibagi

menjadi empat kelompok, meliputi usia pertengahan (middle age) antara

usia 45-59 tahun, usia Lanjut (elderly) antara usia antara 60-70 tahun, usia

lanjut tua (old) antara usia antara 71-90 tahun, usia sangat tua (very old)

antara usia diatas 90 tahun Azizah (2011, dalam Izza, 2014).

Proses menua (aging process) adalah proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan memperbaiki diri/mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi Darmojo (2004, dalam

Santosa., Jaariah., & Arsani, 2016).

Usia lanjut dapat dikatakan usia emas, karena tidak semua orang

dapat mencapai usia tersebut, maka orang yang berusia lanjut memerlukan

tindakan keperawatan, baik yang bersifat promotif maupun preventif, agar

dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna

dan bahagia Keliat (1999, dalam Aminah, 2010).

1
2

Jumlah usia lanjut di seluruh dunia diperkirakan ada 500 juta dengan

rerata usia 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2

milyar Menurut Word Health Organization (WHO) populasi lansia yang

berusia diatas 60 tahun diperkirakan menjadi dua kali lipat dari 11% pada

tahun 2000 dan akan bertambah menjadi 22% tahun 2050 (Prananto,

2016).

Berdasarkan data UNESCAP (United Nations Economic And Social

Commission For Asia And The Pasific) tahun 2011, jumlah penduduk di

kawasan Asia mencapai sebanyak 4,22 miliar jiwa atau 60% dari

penduduk dunia. Saat ini, populasi lansia - penduduk berusia 65 tahun atau

lebih di Jepang dan Korea Selatan telah melampaui populasi lansia negara-

negara di Eropa dan Amerika Serikat. Populasi lansia di Asia Tenggara

saat ini masih di bawah level rata-rata dunia, namun pada tahun 2040 akan

jauh di atas rata-rata populasi lansia di dunia. Di Asia Tenggara, Singapura

mempunyai penduduk lansia terbanyak. Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Indonesia tahun 2010 penduduk usia lanjut di Indonesia akan

mencapai 23,9 juta atau 9, 77% dan usia harapan hidup sekitar 67, 4

tahun. Pada tahun 2020, penduduk usia lanjut mencapai 28,8 juta atau

11,34% dengan usia harapan hidup sekitar 71,1 tahun. Jumlah penduduk di

Indonesia diperkirakan akan terus bertambah menjadi sekitar 450.000 jiwa

per tahun. Dengan demikian, jumlah penduduk lansia di Indonesia pada

tahun 2025 akan bertambah sekitar 34,22 juta jiwa (BPS, 2013).
3

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan

Selatan tahun 2015 jumlah penduduk lansia di kalimantan selatan

mencapai 239.947 jiwa. Data dari Dinas Kesehatan Tanah Bumbu tahun

2016 jumlah lansia di Tanah bumbu berjumlah 23.034 lansia.

Proses menua merupakan proses yang terus menerus

(berkelanjutan) secara alamiah yang dimulai sejak manusia lahir sampai

tua. Pada usia lansia ini biasanya seseorang akan mengalami kehilangan

jaringan otot, susunan saraf dan jaringan lain sehingga tubuh akan

mati sedikit demi sedikit. Secara individu Pengaruh proses menua

dapat menimbulkan berbagai masalah sosial-ekonomi, mental, maupun

fisik-biologik Mujahidullah (2012, dalam Podungge, 2015).

Dari aspek perubahan kondisi fisik pada lansia diantaranya

adalah menurunnya kemampuan muskuloskeletal kearah yang lebih

buruk. Kekuatan muscular mulai merosot sekitar usia 40 tahun dengan

kemunduran yang dipercepat setelah usia 60 tahun. Kerusakan otot terjadi

karena penurunan jumlah serabut otot dan atrofi secara umum pada organ

dn jaringan tubuh. Komponen-komponen kapsul sendi pecah dan kolagen

yang terdapat pada jaringan penyambung meningkat secara progresif yang

jika tidak dipakai lagi, sehingga dapat menyebabkan inflamasi, nyeri,

penurunan mobilitas sendi dan deformitas Stanlaey (2006 dalam Lestari,

Nurhayati, & Setiyajati, 2013).

Kelainan pada kadar asam urat dapat menimbulkan gangguan berupa

rasa nyeri, bengkak, kekakuan sendi, keterbatasan luas gerak sendi,


4

gangguan berjalan dan aktivitas keseharian lainnya, dan peningkatan

resiko jatuh Sarif (2012 dalam Igirisa, 2015).

Penderita nyeri sendi di seluruh dunia telah mencapai angka 355 juta

jiwa, artinya 1 dari 6 orang di dunia ini menderita nyeri sendi.

Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan

indikasi lebih dari 25% akan mengalami kelumpuhan. Organisasi

kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa 20%, penduduk dunia

terserang penyakit nyeri sendi 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20

tahun dan 20% mereka yang berusia 55 tahun Wiyono (2010, dalam

Mahardika, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian dari Zeng QY, et al (2008, dalam

Mahardika, 2013) prevalensi nyeri sendi di Indonesia mencapai 23,6%

hingga 31,3%. Angka ini menunjukkan bahwa rasa nyeri sendi sudah

cukup mengganggu aktivitas ,jika rasa nyeri di biarkan terus menerus

tanpa ada pemberian obat baik secara Farmakologis maupun Non

Farmakologis maka bisa mengakibatkan pembengkakan di daerah yang

mengalami nyeri tersebut dan dalam jangka lama bisa menyebabkan

kelumpuhan terutama mepreka yang memiliki aktivitas sangat padat di

daerah perkotaan seperti mengendarai kendaraan di tengah arus

kemacetan, duduk selama berjam-jam tanpa gerakan tubuh yang berarti,

tuntutan untuk tampil menarik dan prima, kurangnya porsi berolah raga,

serta faktor bertambahnya usia.


5

Teknik non farmakologis yang dapat untuk mengurangi nyeri dapat

digunakan pada penderita nyeri sendi yaitu dengan stimulasi kulit

(message kutaneus) atau pijat, kompres panas atau dingin, akupuntur,

stimulasi kontralateral), stimulasi elektrik saraf kulit transkutan, teknik

distraksi, teknik relaksasi dan istirahat Anas (2006, dalam Lestari.,

Nurhayati., & Setiyajati, 2013).

Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang

dilakukan sebagai pendukung pengobatan medis konvensional atau

pengobatan pilihan lain di luar pengobatan medis yang konvensional.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan

komplementer tradisional-alternatif adalah pengobatan non konvensional

yang di tunjukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,

meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh

melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan efektivitas

yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima

dalam kedokteran konvensional Purwanto (2013, dalam Ningtyas, 2014).

Banyak cara penanganan untuk meredakan nyeri tersebut salah

satunya adalah dengan menggunakan kompres air hangat dan terapi

masasse. Air adalah media terapi yang tepat untuk pemulihan cedera,

karena secara ilmiah air hangat berdampak fisiologis bagi tubuh. Pertama,

berdampak pada pembuluh darah yaitu membuat sirkulasi darah menjadi

lancar. Kedua, faktor pembebanan di dalam air akan menguatkan otot-otot

dan ligament yang mempengaruhi sendi-sendi tubuh. Selain itu, suhu air
6

yang hangat akan meningkatkan kelenturan jaringan. Air dimanfaatkan

sebagai pemicu untuk memperbaiki tingkat kekuatan dan ketahanan

terhadap penyakit. Pengaturan sirkulasi tubuh dengan menggunakan terapi

air dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti demam, radang paru-

paru, sakit kepala, dan nyeri. Terapi air adalah cara yang baik untuk

meningkatkan daya tahan tubuh, melancarkan peredaran darah dan

memicu pembuangan racun Wijayanti (2009, dalam Ningtyas, 2014).

Air dengan suhu antara 37°C - 40°C mempunyai manfaat bagi tubuh.

Manfaat air hangat antara lain, meningkatkan aliran darah ke bagian tubuh

yang mengalami cedera, meningkatkan pengiriman nutrisi dan

pembuangan zat sisa, mengurangi kongesti vena di dalam jaringan yang

mengalami cedera, meningkatkan pengiriman leukosit dan antibiotic ke

daerah luka, meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi nyeri akibat

spasme atau kekakuan, meningkatkan aliran darah, memberi rasa hangat

lokal Safiyirrahman (2008, dalam Ningtyas, 2014). Selain kompres hangat

terapi alternatif lainnya yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa nyeri

yaitu dengan massase.

Massase adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan

lunak,biasanya otot,tendon,atau ligamentum,tanpa menyebabkan gerakan

atau perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri. Menghasilkan

relaksasi dan mengurangi rasa nyeri. Enam gerakan dasar yang dilakukan

dalam masasse gerakan tersebut adalah effeurage (gerakan tangan

mengurut), Kepal, tekanan dengan ibu jari, petriasi, gesekan dan tepuk.
7

Setiap gerakan ditandai dengan perbedaan tekanan, arah, kecepatan, posisi

tangan ,dan gerakan untuk mencapai pengaruh yang berbeda pada jaringan

dibawahnya. Tindakan Masasse dapat menghambat perjalanan rangsangan

nyeri pada pusat yang lebih tinggi pada sistem saraf pusat Mander (2003,

dalam Aini, 2016).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan didapatkan data yang

dari sub bagian pencatatan medik di Puskesmas Darul Azhar Kecamatan

Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu pada tanggal 12 Maret 2018

didapatkan jumlah keseluruhan lansia adalah 447. Dari data yang didapat

kan lansia yang datang berobat ke Puskesmas Darul Azhar Kecamatan

Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu dari bulan Januari-Maret 2018

berdasarkan diagnosa dokter angka kejadian penyakit nyeri sendi dengan

jumlah 53 dari jumlah lansia di wilayah kerja Puskesmas Darul Azhar

Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu.

Hasil wawancara pada 10 lansia di wilayah kerja puskemas darul

azhar kecamatan simpang empat kabupaten tanah bumbu, didapatkan hasil

3 orang mengalami nyeri pada jari-jari kaki, telapak kaki, dan lutut, 5

orang mengalami nyeri sendi pada lutut, jari-jari kaki dan jari jari tangan

dan terkadang nyeri, terasa di seluruh tubuh dan sulit untuk digambarkan,

dan 2 orang mengalami nyeri pada jari-jari kaki, namun terkadang nyeri

dirasakan hingga lutut. Selama ini untuk menurunkan nyeri yang

dirasakan, lansia yang menderita nyeri sendi hanya melakukan rileksasi


8

dengan mengistirahatkan anggota tubuh yang mengalami nyeri, dan

menunggu hingga nyeri hilang.

Berkaitan dengan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti tentang efektivitas kompres air hangat dan terapi masasse

terhadap penurunan skala nyeri sendi pada lansia usia 45-59 tahun di

wilayah kerja Puskesmas Darul Azhar Kecamatan Simpang Empat

Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2018.

1.2. Rumusan Masalah

Pada usia lansia biasanya akan mengalami gangguan sistem

muskuloskeletal. Salah satu penyakit yang dimaksud adalah nyeri sendi.

Penderita nyeri sendi di seluruh dunia telah mencapai angka 355 juta jiwa,

artinya 1 dari 6 orang di dunia ini menderita nyeri sendi. Diperkirakan

angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 (WHO)

Penanganan non farmakologis nyeri sendi yaitu kompres air

hangat dengan terapi masasse, dengan melakukan kompres air hangat

dengan terapi masasse relaksasi otot akan meningkat sehingga terjadi

pelebaran pembuluh darah dan dapat memperlancar peredaran darah

keseluruh tubuh sehingga menghambat perjalanan rangsangan nyeri dan

dapat nyeri dapat teratasi.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan

masalah apakah ada “efektivitas kompres air hangat dengan terapi masasse

terhadap penurunan skala nyeri sendi pada lansia usia 45-59 tahun di
9

wilayah kerja Puskesmas Perawatan Darul Azhar Simpang Empat

Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2018?”.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui efektivitas kompres air hangat dengan terapi masasse

terhadap nyeri sendi pada lansia usia 45-59 tahun di wilayah kerja

Puskesmas Perawatan Darul Azhar Simpang Empat Kabupaten Tanah

Bumbu tahun 2018.

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi skala nyeri sendi pada lansia sebelum (pre)

diberikan kompres air hangat pada lansia usia 45-59 tahun di

wilayah kerja Puskesmas Darul Azhar Kecamatan Simpang Empat

Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2018

2. Mengidentifikasi skala nyeri sendi pada lansia sesudah (post)

diberikan kompres air hangat pada lansia usia 45-59 tahun di

wilayah kerja Puskesmas Darul Azhar Kecamatan Simpang Empat

Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2018

3. Mengidentifikasi skala nyeri sendi pada lansia sebelum (pre)

diberikan terapi masasse pada lansia usia 45-59 tahun di wilayah

kerja Puskesmas Darul Azhar Kecamatan Simpang Empat

Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2018


10

4. Mengidentifikasi skala nyeri sendi pada lansia sebelum (post)

diberikan terapi masasse pada lansia usia 45-59 tahun di wilayah

kerja Puskesmas Darul Azhar Kecamatan Simpang Empat

Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2018

5. Menganalisis efektivitas air hangat dengan terapi masasse terhadap

penurunan skala nyeri sendi pada lansia usia 45-59 tahun di wilayah

kerja puskemas darul azhar kecamatan simpang empat Kabupaten

Tanah Bumbu

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan kedepannya dapat menambah

wawasan mengenai efektivitas kompres air hangat dengan terapi masasse

terhadap nyeri sendi pada lansia usia 45-59 tahun di wilayah kerja

Puskesmas Perawatan Darul Azhar Simpang Empat Kabupaten Tanah

Bumbu tahun 2018.

1.4.2. Bagi Ilmu Keperawatan

Penelitian ini diharapkan kedepannya dapat memperkaya ilmu

pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya terapi non

farmakologis terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia.


11

1.4.3. Bagi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini diharapkan memberi masukan pada pelayanan

kesehatan seperti di Puskesmas, Posyandu Lansia untuk membuat

program rutin kompres air hangat dengan terapi massase pada lansia.

1.4.4. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai salah satu media pembelajaran, sumber informasi, wacana

kepustakaan terkait terapi non farmakologis penurunan nyeri sendi pada

lansia dengan menggunakan kompres air hangat dengan terapi masasse

1.4.5. Bagi Peneliti

Merupakan bentuk pengaplikasian ilmu selama perkuliahan dan

memperoleh pengetahuan serta wawasan mengenai keefektifan Kompres

air hangat dengan terapi masasse pada lansia. Bagi peneliti selanjutnya

dapat digunakan sebagai referensi serta dapat mengembangkan apa yang

telah dilakukan dalam penelitian ini. Seperti menambah jumlah

responden atau sampel maupun mengembangkan kompres air hangat

dengan terapi masasse yang tidak hanya bermanfaat untuk penurunan

skala nyeri sendi tetapi dapat berguna untuk penyembuhan penyakit

lainnya.
12

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Judul, penulis, Persamaan Perbedaan


Tahun
1 Pengaruh 1. Variabel 1. Tempat (Di Panti Wreda Budhi
Pemberian independen Dharma Ponggalan Umbulharjo
Kompres Air (Kompres Yogyakarta)
Hangat Terhadap Air Hangat) 2. Sampel (12 Responden
Nyeri Persendian 2. Desain 3. Dengan rancangan (Non
Osteoartritis Pada penelitian Equivalent Pretest-Posttest)
Lanjut Usia Di (Quasi 4. Tehnik pengambilan sampel (Total
Panti Wreda Experiment) Sampling)
Budhi Dharma 3. Instrumen 5. Analisa data (Uji Statistic Paired T-
Ponggalan (Lembar Test Dan Regresi Linier)
Umbulharjo obsevasi) 6. Hasil penelitian (Hasil penelitian
Yogyakarta, dengan menggunakan uji paired t-
Pratintya,A.D test dipreoleh nilai p.value 0.000
(2012) yang berarti ada pengaruh kompres
air hangat terhadap nyeri
persendian pada lansia.Hasil uji
nilai independent t-test dengan
p.value 0.000 (p<0.05) nilai rata-
rata 2.83 yang artinya terdapat
penurunan nyeri persendian antara
kelompok kontrol dan eksperimen
sebesar 2.83

2 Pengaruh 1. Variabel 1. Tempat (RSUD ungaran kabupaten


Pemberian independen semarang)
Masasse Terhadap (Terapi 2. Sampel (30 Responden)
Tekanan Darah Masasse) 3. Desain penelitian (Quasi
Pada Pasien 2. Instrumen experimen dengan pendekatan one
Hipertensi Di (Lembar grup pre test and post test design)
RSUD Ungaran obsevasi) 4. Tehnik pengambilan sampel
Kabupaten (Purposisve Sampling)
Semarang . 5. Analisa data (Wilcoxon Signed
Saputro,D.F Rank Test dan uji T-test (T-
(2013) independent)
6. Hasil penelitian ( menunjukan ada
pengaruh yang signifikan antara
pemberian terapi masasse terhadap
penurunan tekanan darah. Terlihat
dari nilai p value sebesar 0.000 (
p<0.05)

3 Perbedaan 1. Variabel 1. Tempat (karang rejo kecamatan


Pengaruh independen karang bintang)
Pemberian (Kompres 2. Sampel (32Responden)
Kompres Air Air Hangat ) 3. Dengan rancangan (one grup Pre
Hangat Dan 2. Variabel Test Post Test)
Kompres Jahe Dependen 4. Desain penelitian (quasi
Terhadap (Penurunan eksperimen)
13

Penurunan Skala Skala Nyeri 5. Analisa data (Uji Statistic dari T


Nyeri Sendi Pada Sendi) TEST Berpasangan)
Lansia Di Desa 3. Instrumen 6. Hasil penelitian (Hasil analisa
Karang Rejo (Lembar dengan menggunakan uji statistic
Kecamatan obsevasi) Dari T TEST Berpasangan nilai p
Karang Bintang value kompres air hangat 0.026 ≤
Rahma S.M 0.05 dan nilai p value kompres
(2015) jahe 0.000 ≤ 0.05)

4 The Effect Of 1. Variabel 1. Tempat (Panti Pijat Swedia)


Massage Therapy independen 2. Populasi (50 Orang)
On Blood (Terapi 3. Sampel 25 Responden)
Pressure Of Masasse) 4. Desain penelitian (metode statistik
Women With Pre- 2. Tehnik deskriptif dan inferensial)
Hypertension pengambilan 5. Dengan rancangan ( one grup pre-
(Winter, 2011) sampel(Purp test and post-test design
osive 6. Analisa data (Uji Statistik Mc
Sampling) Nemar)
3. Instrumen 7. Hasil penelitian (menunjukan
(Lembar bahwa rata-rata tekanan darah
obsevasi) sistolik dan diastolik pada
kelompok pijat secara signifikan
lebih rendah dibandingkan dengan
kelompok kontrol (p <0.001))

5 Effect Of Cold 1. Variabel 1. Tempat (Universitas Menouifa)


Warm Or Contrast independen 2. Populasi (257 Orang)
Therapy On (kompres air 3. Sampel (60 Responden)
Controling Knee hangat 4. Dengan rancangan (Non
Osteoartritis dependen Equivalent Control Group Design)
Associated (penurunan 5. Analisa data (Paired Simple T-Test
Problem, skala nyeri Dan Independent Simple Ttest)
Universitas sendi) 6. Hasil penelitian (menunjukan
Menouifa 2. Desain terdapat perbedaan pengaruh
Mana .L.E, (2013) penelitian kompres hangat dengan kompres
(Quasi dingin tehadap penurunan nyeri
Eksperimen) sendi, dan pengaruh yang paling
efektif adalah kompres hangat
dalam menurunkan skala nyeri
sendi.

Anda mungkin juga menyukai