Disusun Oleh:
JURUSAN D IV KEPERAWATAN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan
benci atau marah. Hal ini didasarkan keadaan emosi yang mendalam dari setiap orang sebagai bagian
penting dari keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam diri atau destruktif
(Yoseph, Iyus, 2010).
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasanatau kebutuhan yang tidak
terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 2007).
Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan baik verbal maupun non verbal yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain dan
lingkungan yang muncul akibat perasaan jengkel / kesal / marah.
B. Manifestasi Klinis
2. Suka membentak
3. Menyerang orang yang sedang mengusiknya jika sedang kesal atau kesal
6. Bicara menguasai
7. Pandangan tajam
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom beraksi
terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah,
pupil melebar, sekresi HCl meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva
meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan otot, seperti rahang
terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting out” untuk menarik
perhatian orang lain.
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan
D. Klasifikasi
1. Irritable agression
Merupakan tindak kekerasan akibat ekspresi perasaan marah. Agresi ini dipicu oleh oleh
frustasi dan terjadi karena sirkuit pendek pada proses penerimaan dan memahami informasi
dengan intensitas emosional yang tinggi (directed against an available target)
2. Instrumental agression
Suatu tindak kekerasan yang dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya
untuk mencapai tujuan politik tertentu dilakukan tindak kekerasan secara sengaja dan terencana
3. Mass agression
Suatu tindak agresi yang dilakukan oleh massa sebagai akibat kehilangan individualitas dari
masing-masing individu. Pada saat orang berkumpul terdapat kecenderungan berkurangnya
individualitas, bila ada ada seseorang yang mempelopori tindak kekerasan maka secara otomatis
semua akan ikut melakukan kekerasan yang dapat semakin meninggi karena saling
membangkitkan. Pihak yang menginisiasi tindak kekerasan tersebut bisa saja melakukan agresi
instrumental (sebagai provokator) maupun agresi permusuhan karena kemarahan tidak terkendali
(Keliat, 1996 dalam Muhith, 2015)
E. Etiologi
a. Faktor Psikologis
Psiconalytical Theory : teori ini mendukung bahwa perilaku agresif merupakan akibat
dari instructual drives. Freud berpendapat bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua
insting, pertama insting hidup yang diekspresikan dengan seksualitas ; dan kedua : insting
kematian yang diekspresikan dengan agresifitas.
Ini mengemukakan bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon yang lain.
Agresif dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan
penguatan maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi seseorang akan berespon
terhadap keterbangkitan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon yang
dipelajarinya. Kultur dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan, adanya norma dapat
membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana yang diterima atau tidak dapat diterima
sehingga dapat membantu individu untuk mengekspresikan marah dengan cara yang asertif.
c. Faktor biologis
2. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya
terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau lebih dikenal dengan
adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang, ketika sesorang merasa terancam, mungkin
dia tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya. Ancaman dapat
berupa internal ataupun eksternal, contoh stressor eksternal : serangan secara psikis,
kehilangan hubungan yang dianggap bermakna dan adanya kritikan dari orang lain,
sedangkan contoh dari stressor internal : merasa gagal dalam bekerja, merasa kehilangan
seseoranga yang dicintai, dan ketakutan terhadap penyakit yang diderita. Bila dilihat dari
sudut pandang perawat-klien, maka faktor yang mencetuskan terjadinya perilaku kekerasan
terbagi dua (Yosep, 2010) yaitu :
F. Rentang Respon
Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri
atau respo melawan dan menentang. Respon melawan dan menetang merupakan respon
maladaptive, yaitu agresif-kekerasan perilaku yang menampakkan mulai dari yang rendah sampai
yang tinggi (Yosep, 2010), yaitu:
1. Asertif: mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan merasa lega
2. Frustasi: merasa gagal mencpai tujuan disebabkan karena tujuan yang tidak realistis
3. Pasif: diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang sedang dialami
4. Agresif: memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain mengancam,
member kata-kata ancaman tanpa niat menyakiti
5. Kekerasan: sering juga disebut gaduh - gaduh atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan
menyentuh orang lain dengan menakutkan, member kata – kata ancaman, disertai melukai
pada tingkat ringan, danyang paling berat adalah merusak secara serius. Klien tidak mampu
mengendalikan diri.
G. Psikopatologi
Menurut Depkes (2000), bahwa stress, cemas dan merah merupakan bagian kehidupan
sehari-hari yang harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecamasan yang
menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan
kemarahan yang mengarah pada perilaku kekerasan.
Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun internal. Secara
eksternal dapat barupa perilak kekerasan sedangkan secara internal dapat berupa perilaku depresi
dan penyakit fisik. Mengekspresiakan marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan
kata- kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain, akan member perasaan
lega, menurunkan ketegangan, sehingga perasaan marah dapat diatasi.
H. Pohon Masalah
Halusinasi Causa
I. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku kekerasan
Strategi Pelaksanaan
SP 1 SP 1
SP 2 SP 2
SP 3 SP 3
SP 4 SP 4
SP 5 SP 5
Keliat, B. A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. (Edisi 2). Jakarta: EGC.
Stuart & Sudart. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa.(Edisi 5). Alih Bahasa: Ramona P, Kapoh. Jakarta:
EGC.
Yoseph, Iyus. 2010. Kepeerawatan Jiwa. (Edisi Revisi). Bandung: Revika Aditama.