Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

DI RUANG TRANSIF PRIA RSJ SAMBANG LIHUM

Disusun Oleh:

DIAH OKTAVIANI P07120217051

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN

JURUSAN D IV KEPERAWATAN

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan
benci atau marah. Hal ini didasarkan keadaan emosi yang mendalam dari setiap orang sebagai bagian
penting dari keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam diri atau destruktif
(Yoseph, Iyus, 2010).

Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasanatau kebutuhan yang tidak
terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 2007).

Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan baik verbal maupun non verbal yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain dan
lingkungan yang muncul akibat perasaan jengkel / kesal / marah.

B. Manifestasi Klinis

Menurut Keliat (2006) adalah:

1. Klien mengatakan benci / kesal dengan seseorang

2. Suka membentak

3. Menyerang orang yang sedang mengusiknya jika sedang kesal atau kesal

4. Mata merah dan wajah agak merah

5. Nada suara tinggi dan keras

6. Bicara menguasai

7. Pandangan tajam

8. Suka merampas barang milik orang lain

9. Ekspresi marah saat memnicarakan orang


C. Tingkatan

1. Menyerang atau menghindar (fight of flight)

Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom beraksi
terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah,
pupil melebar, sekresi HCl meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva
meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan otot, seperti rahang
terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.

2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)

Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu


dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk
mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti
orang lain secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk
pengembangan diri klien.

3. Memberontak (acting out)

Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting out” untuk menarik
perhatian orang lain.

4. Perilaku kekerasan

Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan

D. Klasifikasi

1. Irritable agression

Merupakan tindak kekerasan akibat ekspresi perasaan marah. Agresi ini dipicu oleh oleh
frustasi dan terjadi karena sirkuit pendek pada proses penerimaan dan memahami informasi
dengan intensitas emosional yang tinggi (directed against an available target)

2. Instrumental agression

Suatu tindak kekerasan yang dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya
untuk mencapai tujuan politik tertentu dilakukan tindak kekerasan secara sengaja dan terencana

3. Mass agression

Suatu tindak agresi yang dilakukan oleh massa sebagai akibat kehilangan individualitas dari
masing-masing individu. Pada saat orang berkumpul terdapat kecenderungan berkurangnya
individualitas, bila ada ada seseorang yang mempelopori tindak kekerasan maka secara otomatis
semua akan ikut melakukan kekerasan yang dapat semakin meninggi karena saling
membangkitkan. Pihak yang menginisiasi tindak kekerasan tersebut bisa saja melakukan agresi
instrumental (sebagai provokator) maupun agresi permusuhan karena kemarahan tidak terkendali
(Keliat, 1996 dalam Muhith, 2015)

E. Etiologi

1. Faktor Predisposisi (Keliat, 2006) :

a. Faktor Psikologis

Psiconalytical Theory : teori ini mendukung bahwa perilaku agresif merupakan akibat
dari instructual drives. Freud berpendapat bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua
insting, pertama insting hidup yang diekspresikan dengan seksualitas ; dan kedua : insting
kematian yang diekspresikan dengan agresifitas.

b. Faktor Sosial Budaya

Ini mengemukakan bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon yang lain.
Agresif dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan
penguatan maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi seseorang akan berespon
terhadap keterbangkitan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon yang
dipelajarinya. Kultur dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan, adanya norma dapat
membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana yang diterima atau tidak dapat diterima
sehingga dapat membantu individu untuk mengekspresikan marah dengan cara yang asertif.

c. Faktor biologis

Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agresif mempunyai dasar


biologis, penelitian neurobiologis mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus elektris
ringan pada hipotalamus (yang berada ditengah sistem limbik).

2. Faktor Presipitasi

Secara umum seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya
terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau lebih dikenal dengan
adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang, ketika sesorang merasa terancam, mungkin
dia tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya. Ancaman dapat
berupa internal ataupun eksternal, contoh stressor eksternal : serangan secara psikis,
kehilangan hubungan yang dianggap bermakna dan adanya kritikan dari orang lain,
sedangkan contoh dari stressor internal : merasa gagal dalam bekerja, merasa kehilangan
seseoranga yang dicintai, dan ketakutan terhadap penyakit yang diderita. Bila dilihat dari
sudut pandang perawat-klien, maka faktor yang mencetuskan terjadinya perilaku kekerasan
terbagi dua (Yosep, 2010) yaitu :

a. Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, kurang percaya diri.


b. Lingkungan : ribut, kehilangan orang atau objek yang berharga, konflik interaksi social.

F. Rentang Respon

Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri
atau respo melawan dan menentang. Respon melawan dan menetang merupakan respon
maladaptive, yaitu agresif-kekerasan perilaku yang menampakkan mulai dari yang rendah sampai
yang tinggi (Yosep, 2010), yaitu:

1. Asertif: mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan merasa lega

2. Frustasi: merasa gagal mencpai tujuan disebabkan karena tujuan yang tidak realistis

3. Pasif: diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang sedang dialami

4. Agresif: memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain mengancam,
member kata-kata ancaman tanpa niat menyakiti

5. Kekerasan: sering juga disebut gaduh - gaduh atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan
menyentuh orang lain dengan menakutkan, member kata – kata ancaman, disertai melukai
pada tingkat ringan, danyang paling berat adalah merusak secara serius. Klien tidak mampu
mengendalikan diri.

G. Psikopatologi

Menurut Depkes (2000), bahwa stress, cemas dan merah merupakan bagian kehidupan
sehari-hari yang harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecamasan yang
menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan
kemarahan yang mengarah pada perilaku kekerasan.

Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun internal. Secara
eksternal dapat barupa perilak kekerasan sedangkan secara internal dapat berupa perilaku depresi
dan penyakit fisik. Mengekspresiakan marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan
kata- kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain, akan member perasaan
lega, menurunkan ketegangan, sehingga perasaan marah dapat diatasi.
H. Pohon Masalah

Resiko Bunuh Diri Effect

Perilaku Kekerasan Core Problem

Halusinasi Causa

I. Diagnosa Keperawatan

1. Perilaku kekerasan

J. Rencana Tindakan Keperawatan

Strategi Pelaksanaan

Sp untuk pasien Sp untuk keluarga

SP 1 SP 1

a. Identifikasi penyebab, tanda dan a. Diskusikan masalah yang dirasakan


gejala, perilaku kekerasan yang dalam merawat pasien
dilakukan akibat perilaku kekerasan
b. Jelaskan pengertian tanda gejala dan
b. Jelaskan cara mengontrol prilaku proses terjadinya perilaku kekerasan
kekerasan: fisik, obat, verbal dan (gunakan booklet)
spitual
c. Jelaskan cara merawat pasien perilaku
c. Latihan cara mengontrol prilaku kekerasan
kekerasan secara fisik: tarik nafas
dalam, pukul kasur dan bantal d. Latih satu cara merawat pk dengan
melakukab kegiatan fisik: tarik nafas
d. Masukan pada jadwal kegiatan untuk dalam dan pukul bantal atau kasur
latihan fisik.
e. Anjurkan untuk membatu sesuai jadwal
kegiatan dan memeberi pujian

SP 2 SP 2

1) Evaluasi kegiatan latihan fisik, beri 1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam


pujian merawat/ melatih pasien cara fisik, beri
pujian
2) Latih cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan obat ( 6 benar obat, 2) Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
guna, dosis, frekuensi, cara, kontiuitas
minum obat, akibat jika obat tidak di 3) Latih cara memberikan/ membimbing
minum sesuai program, putus obat) meminum obat

3) Masukan pada jadwal kegiatan untuk 4) Ajurkan membatu sesuai jadawal


latihan fisik dn minum obat kegiatan dan memberikan pujian.

SP 3 SP 3

1) Evaluasi kegiatan latihan fisik dan 1) Evaluas kegiatan keluarga dalam


obat serta beri pujian merawat/ melatih fisik 1 dan 2 dan
memberikan obat, berikan pujian
2) Latih pasien mengontrol prerilaku
kekerasan secara verbal ( 3 cara 2) Latih keluarga cara membimbing:
yaitu : mengungkapkan, meminta, cara berbicara dengan baik
menolak dengan benar)
3) Latih keluarga cara membimbing
3) Masukan pada jadwal kegiatan kegiatan spiritual
untuk latihan fisik, minum obat
dan verbal

SP 4 SP 4

1) Evaluasi kegiatan latihan fisik, 1) Evaluas kegiatan keluarga dalam


obat, dan verbal, berikan pujian merawat/ melatih fisik 1 dan 2,
memberikan obat, cara bicara yang
2) Latih pasien mengontrol perilaku baik dan kegiatan spiritual, berikan
kekerasan secara spiritual (2 pujian
kegiatan)
2) Jelaskan follow up ke RSJ/PKM
3) Masukan pada jadwal kegiatan tanda kambuh dan rujukan
untuk latihan fisik, minum obat,
verbal serta spiritual 3) Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan berikan pujian

SP 5 SP 5

1) Evaluasi kegiatan latihan fisik1&2, 1) Evaluas kegiatan keluarga dalam


obat, verbal dan spriyual, berikan merawat/ melatih fisik 1 dan 2,
pujian memberikan obat, cara bicara yang
baik dan kegiatan spiritual serta
2) Nilai kemampuan yang telah follow up, berikan pujian
mandiri
2) Nilai kemampuan keluarga
3) Nilai apakah perilaku kekerasan merawat pasien
terkontrol
3) Nilai kemampuan keluarga
melakuakn kontrol ke RSJ/PKM
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B. A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. (Edisi 2). Jakarta: EGC.

Stuart & Sudart. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa.(Edisi 5). Alih Bahasa: Ramona P, Kapoh. Jakarta:
EGC.

Yoseph, Iyus. 2010. Kepeerawatan Jiwa. (Edisi Revisi). Bandung: Revika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai