Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

GIZI LANSIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Dosen Pengampu :
H. Khairir Rizani, S.ST, M.Kes

Disusun Oleh:
Kelompok 4

BagusKurniaHariyadi P07120217048
Elisa Intania P07120217054
Elisa Muasarah P07120217055
Diah Oktaviani P07120217051
Ghayatus Sa’adah P07120217058
Laila Suci Ramadhan P07120217062
Laily Munada P07120217063
Maulidia Selfianie P07120217065
Mira Talitha F P07120217066
M. Nurikhsan P07120216069

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN DIPLOMA IV KEPERAWATAN
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah Keperawatan Gerontik ini dengan judul Gizi Lansia.
Makalah ini merupakan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah
Keperawatan Gerontik yaitu bapak H. KhairirRizani, S.ST, M.Kes untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan.
kami juga tak lupa mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini. Makalah ini disusun
agar para pembaca bias memahami tentang “Gizi Lansia“.
Dalam makalah ini, kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam
penulisannya. Oleh karena itu, mohon kiranya kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembimbing dan pembaca guna untuk kesempurnaan pada pembuatan makalah
selanjutnya.

Banjarbaru, 14 April 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i


DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang ................................................................................................... 1
B. RumusanMasalah ............................................................................................. 1
C. TujuanPenulisan ............................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. PengertianLansia .............................................................................................. 2
B. AngkaKecukupanLansia .................................................................................... 3
C. JenisMakanan Yang DianjurkanPadaLansia ...................................................... 6
D. Pengukuran Status GiziPadaLansia ................................................................... 6
E. PengukuranAntropometri................................................................................. 9
F. PengaturanMakanPadaLansia .......................................................................... 14
G. Menu LansiaUntukSehari.................................................................................. 14
H. Nutrisidan Mineral Yang MeningkatkanSistemImunLansia .............................. 15

BAB III SIMPULAN


A. Simpulan ........................................................................................................... 18
B. Saran ................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 19

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Orang berusia lanjut ternyata sering kali mengalami masalah malnutrisi walaupun
mereka tidak kelihatan kurus. Semakin bertambah umur seseorang, semakin tinggi risiko
menderita malnutrisi. Menderita penyakit tertentu, menurunnya fungsi fisiologis, pola
makan yang salah, faktor ekonomi, berkurangnya kontak sosial, serta mengkonsumsi
banyak obat adalah faktor yang mempengaruhi terjadinya malnutrisi pada usia lanjut.
Bila malnutrisi tidak ditangani dengan baik akan membawa konsekuensi defisiensi
energi, protein dan nutrisi lainnya yang dapat berakibat pada meningkatnya biaya
pemeliharaan kesehatan serta menurunnya kualitas hidup seseorang. Hal ini sebenarnya
dapat dihindari dengan asupan nutrisi tepat dan menerapkan pola hidup sehat sejak dini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian lansia?
2. Angka kebutuhan gizi lansia ?
3. Bagaimana jenis makanan yang dianjurkan pada lansia ?
4. Bagaimana pengukuran status gizi pada lanjut usia ?
5. Bagaimana pengukuran antropometri ?
6. Seperti apa pengaturan makanan untuk lansia ?
7. Apa saja menu untuk lansia dalam sehari ?
8. Apa saja nutrisi dan mineral-mineral yang dapat meningkatkan sistem imun
lansia?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa pengertian lansia?
2. Mengetahui angka kebutuhan gizi lansia ?
3. Mengetahui bagaimana jenis makanan yang dianjurkan pada lansia ?
4. Mengetahui bagaimana pengukuran status gizi pada lanjut usia ?
5. Mengetahui bagaimana pengukuran antropometri ?
6. Mengetahui seperti apa pengaturan makanan untuk lansia ?
7. Mengetahui apa saja menu untuk lansia dalam sehari ?
8. Mengetahui nutrisi dan mineral-mineral yang dapat meningkatkan sistem imun
lansia?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lansia

Pengertian lanjut usia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 ke atas. Proses
penuaan adalah siklus kehidupan yang di tandai dengan tahapan-tahapan menurunnya
berbagai fungsi organ tubuh yang di tandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap
berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya penyakit
kardiovaskuler, hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi
perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta system organ. Perubahan tersebut
pada umumnya mengarah pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akirnya
berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh
pada activity of daily living (Fatmah 2010).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :
1. Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun,

2. Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun

3. Lanjut usia tua (old) 75 - 90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

B. Angka Kebutuhan Gizi Lansia

Pertambahan usia akan menimbulkan beberapa perubahan, baik secara fisik maupun
mental. Perubahan ini akan memengaruhi kondisi seseorang dari aspek psikologis,
fisiologis dan sosioekonomi.
Menurut Departemen Kesehatan RI (2003), Angka Kecukupan Gizi (AKG) setiap
individu akan berbeda sesuai dengan kondisi masing-masing pada umumnya dihitung
berdasarkan kebutuhan kalori atau energi. Hal ini tergantung pada kondisi kesehatan,
berat badan aktual, gizi untuk lansia pria dan wanita sedikit berbeda karena adanya
perbedaan dalam ukuran dan komposisi tubuh. Berikut ini adalah Angka Kecukupan Gizi
(AKG) pada lansia:
No. Jenis Kebutuhan Jumlah
1. Energi 1900 kkal
2. Protein 62 g

5
3. Lemak 65 g
4. Karbohidrat 309 g
5. Serat 27 g
6. Air 1900 mL
7. Vitamin A 600 mcg
8. Vitamin D 20 mcg

9. Vitamin E 15 mcg
10. Vitamin K 65 mcg

11. Vitamin B1 1,0 mg

12. Vitamin B2 1,1 mg


13. Vitamin B3 10 mg

14. Vitamin B5 5,0 mg


15. Vitamin B6 1,7 mg
16. Folat 400 mcg
17. Vitamin B12 2,4 mcg
18. Biotin 30 mcg
19. Kolin 550 mg

20. Vitamin C 90 mg
21. kalsium 1000 mg
22. Fosfor 700 mg
23. Magnesium 350 mg
24. Natrium 1200 mg
25. Kalium 4.700 mg
26. Mangan 2,3 mg
27. Tembaga 900 mcg

28. kromium 30 mcg

29. Besi 13 mg

30. Iodium 150 mcg


31. Seng 13 mg

32. Selenium 30 mcg


6
33. Flour 3,1 mg

1. Energi

Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 2012, secara umum
kecukupan gizi yang dianjurkan untuk lansia pada laki-laki adalah 2325 kalori dan
pada wanita adalah 1900 kalori. Kebutuhan energi pada lansia menurun
sehubungan dengan penurunan metabolisme basal (sel-sel banyak inaktif) dan
kegiatan fisik cenderung menurun.
2. Karbohidrat

Lansia dianjurkan untuk mengonsumsi karbohidrat kompleks karena


mengandung vitamin, mineral, dan serat daripada mengonsumsi karbohidrat
murni seperti gula. Lansia sebaiknya mengkonsumsi 60-65% karbohidrat sebagai
kebutuhan energi.
3. Protein

Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa per hari
adalah 1 gram per kg berat badan. Pada lansia, masa ototnya berkurang. Tetapi
ternyata kebutuhan tubuhnya akan protein tidak berkurang, bahkan harus lebih
tinggi dari orang dewasa, karena pada lansia efisiensi penggunaan senyawa
nitrogen (protein) oleh tubuh telah berkurang (disebabkan pencernaan dan
penyerapannya kurang efisien). Beberapa penelitian merekomendasikan, untuk
lansia sebaiknya konsumsi proteinnya ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi
untuk orang dewasa. Sumber protein yang baik diantaranya adalah pangan hewani
dan kacang-kacangan. Untuk lansia dianjurkan memenuhi kebutuhan protein
terutama dari protein nabati dan protein hewani dengan perbandingan 2:1. Jumlah
protein yang diperlukan untuk laki-laki lansia adalah 65 gram/hari dan wanita 57
gram/hari yang terdiri 15% protein ikan, 10% protein hewani lain dan 75% protein
nabati.
4. Lemak

Kebutuhan lemak untuk lansia lebih sedikit karena akan meningkatkan kadar
kolesterol dalam darah, pada lansia dianjurkan konsumsi lemak jangan lebih dari
15 % kebutuhan energi. Lansia juga sebaiknya mengonsumsi lemak nabati
daripada lemak hewani untuk mencegah penumpukan lemak tubuh. Minyak nabati
7
merupakan sumber asam lemak tidak jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan
banyak mengandung asam lemak jenuh.
5. Vitamin

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang


mengkonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D, dan E
umumnya kekurangan ini terutama disebabkan dibatasinya konsumsi makanan,
khususnya buah-buahan dan sayuran, kekurangan mineral yang paling banyak
diderita lansia adalah kurang mineral kalsium yang menyebabkan kerapuhan
tulang dan kekurangan zat besi menyebabkan anemia. Kebutuhan vitamin dan
mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu metabolisme zat-zat gizi
yang lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara teratur sebagai sumber
vitamin, mineral dan serat.
6. Mineral

Lansia dianjurkan untuk mengonsumsi makanan sumber besi (Fe), zinc (Zn),
selenium (Se), dan kalsium (Ca) untuk mencegah anemia dan osteoporosis, serta
meningkatkan daya tahan tubuh. Lansia juga dianjurkan untuk meningkatkan
asupan zat gizi mikro lainnya seperti fosfor, kalium (K), natrium (Na), dan
magnesium (Mg) untuk metabolisme dalam tubuh.
7. Air

Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan
tubuh untuk mengganti yang hilang (dalam bentuk keringat dan urine), membantu
pencernaan makanan dan membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja ginjal).
Pada lansia dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari.
8. Serat

Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau
konstipasi (susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Serat
makanan telah terbukti dapat menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat
yang baik bagi lansia adalah sayuran, buah-buahan segar dan biji-bijian utuh.
Manula tidak dianjurkan mengkonsumsi suplemen serat (yang dijual secara
komersial), karena dikuatirkan konsumsi seratnya terlalu banyak, yang dapat
menyebabkan mineral dan zat gizi lain terserap oleh serat sehingga tidak dapat
diserap tubuh.

8
C. Jenis Makanan Yang Dianjurkan Pada lansia

1. Makanlah aneka ragam makanan secara bergantian, sehingga tubuh tetap mendapat zat
gizi tertentu secara seimbang.
2. Harus cukup minum air, kira-kira delapan gelas setiap hari. Air ini membantu
memperlancar proses pencernaan dalam tubuh, membantu mengatur suhu tubuh, dan
penting untuk mengangkut dan mengeluarkan zat-zat sisa dari dalam tubuh.
3. Lansia harus membatasi asupan lemak dan minyak. Pilihlah makanan yang kadar
lemaknya rendah. Misalnya, jika makan ayam, kulitnya jangan di makanikan
merupakan sumber protein hewani yang baik. pilihlah sumber lemak nabati, minyak
jagung, kacang-kacangan,dan lain-lain, untuk mengurangi kolesterol yang merupakan
faktor risiko penyakit jantung koroner. Makanan sebaiknya direbus, dikukus, ditumis,
dipanggang atau dibakar, dan sesedikit mungkin yang digoreng. Hindari makanan
jeroan seperti usus, hati, babat, limpa , dan paru.
4. Biasakan makan sayur dan buah-buahan dalam porsi yang lebih banyak, dan harus
selalu ada dalam menu sehari-hari. Hal ini jugabaik untuk memperlancar buang air
besar.
5. Agar tulang tidak keropos, minumlah susu non-fat (rendah lemak) yang mengandung
kalsium
6. Hindari makanan yang diawetkan atau makanan dalam kaleng karena biasanya kadar
garamnya sangat tinggi. Konsumsi gula juga harus dikurangi.
7. Upayakan mengkonsumsi sumber protein nabati, misalnya tahu, tempe, dan kacang-
kacangan.
8. Hilangkan kebiasaan mengemil seperti makan kerupuk, kacang goreng, kue-kue
kering, dan lain-lain. Hentikan kebiasaan merokok, minuman beralkohol, dan kopi
yang berlebihan. Dengan asupan gizi yang teratur dan seimbang, tentu kualitas hidup
lansia akan lebih baik.

D. Pengukuran Status Gizi pada Lanjut Usia

Menilai status gizi pada lansia memerlukan metode pengukuran yang sesuai
dengan perubahan yang terjadi pada struktur tubuh, komposisi tubuh serta penurunan
fungsi organ-organ tubuh. Metode yang bisa dilakukan pada pengukuran status gizi pada
lansia adalah dengan menggunakan Mini Nutritional Assessment (MNA). Pada
pengukuran dengan menggunakan MNA ini, pengukuran antropometri menjadi poin yang

9
diukur. Selain dengan menggunakan MNA, pemeriksaan klinis, dan biokimia juga dapat
dilakukan untuk pengukuran status gizi. Gibson (1999).

1. Mini Nutritional Assessment (MNA)

Mini Nutritional Assessment (MNA) merupakan salah satu alat ukur yang
digunakan untuk menskrining status gizi pada lansia. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui apakah seorang lansia mempunyai resiko mengalami malnutrisi akibat
penyakit yang diderita dan atau perawatan di rumah sakit.

MNA ini banyak digunakan karena sangat sederhana dan mudah dalam
pelaksanaannya. Darmojo (2010) dalam penelitian yang dilakukan pada 200 pasien
preoperasi gastrointestinal menunjukkan bahwa MNA dapat dilakukan oleh klinisi
terlatih, mempunyai reprodusibilitas tinggi dan dapat menskrining pasien yang
mempunyai resiiko malnutrisi.

Pada tahun 2006 Guigoz melaporkan bahwa MNA telah digunakan di 36 studi
untuk menilai status gizi orang dewasa dirawat di rumah sakit 8.596 di seluruh dunia;
ini, 50% sampai 80% diklasifikasikan sebagai berisiko kekurangan gizi atau
malnutrisi. Hal ini dikemukakan oleh DiMaria-Ghalili, Rose Ann PhD, RN (2009)
dalam The American Journal For Nursing (AJN). MNA saat ini digunakan untuk
menilai status gizi orang lanjut usia di klinik, panti jompo, dan rumah sakit
Mini Nutritional Asessment (MNA) didesain dan telah dibuktikan bagus
sebagai alat kajian tunggal dan cepat untuk menilai status gizi pada lansia. MNA ini
merupakan kuesioner dalam bahasa Indonesia dan sudah diuji validasnya untuk
menskrining status gizi lansia. Banyak penelitian-penelitian yang telah dilakukan
menggunakan MNA sebagai alat ukur untuk menilai status gizi lansia. Diantaranya
Agustiana (2007) melakukan penelitian hubungan Mini Nutritional Asessment (MNA)
dengan albumin serum pasien usia lanjut dimana hasilnya menunjukkan melalui skor
MNA diketahui risiko malnutrisi (MNA skor 17-23,5) 84,6% dan sebesar 46,2%
mengalami malnutrisi berat jika dilihat dari albumin <2,8 mg/dl. Skor MNA ini dapat
menggambarkan kadar albumin serum.

10
Penelitian lain Wulandari (2010) mengenai resiko malnutrisi berdasarkan Mini
Nutritional Asessment (MNA) terkait dengan kadar hemoglobin pasien lansia yang
menunjukkan hasil bahwa resiko malnutrisi berdasarkan MNA memiliki keterkaitan
dengan kadar Hb. Hardini (2005) hubungan status gizi (Mini Nutritional Assessment)
dengan outcome hasil perawatan penderita di divisi geriatri Rumah Sakit Dokter
Kariadi Semarang dimana hasilnya menunjukkan 50% lansia yang dirawat di RS
jumlah asupan dan konsumsi protein kurang serta kehilangan nafsu makan dan
mengalami stress/penyakit akut. Asupan makanan yang secara kuantitatif rendah
mendukung temuan malnutrisi dan risiko malnutrisi yang diukur dengan skor MNA.

Darmojo (2010) dalam studinya mengemukakan bahwa Mini Nutritional


Assessment (MNA) ini meliputi wawancara dan pengamatan mengenai berat badan
dan perubahan berat badan 6 bulan atau 2 minggu terakhir, ada tidaknya gangguan
gastrointestinal, ada tidaknya ggangguan fungsional, status metabolik dari
penyakit,ada tidaknya muscle wasting dan edema. ,Kuesioner MNA terdiri atas 18
pertanyaan yang terbagi dalam empat komponen: penilaian antropometri, penilaian
asupan makanan, penilaian secara umum mengenai gaya hidup dan penilaian secara
subjektif. Skor MNA bersifat reliabel dan dapat diandalkan untuk mendeteksi risiko
terjadinya malnutrisi yang kemudian dihubungkan ke dalam penilaian kualitas hidup
dari lansia (Agustiana, 2007).
Kesimpulan pemeriksaan Mini Nutritional Assesment (MNA) adalah
menggolongkan pasien atau lansia dalam keadaan status gizi baik, beresiko malnutrisi
ataukah malnutrisi berat. MNA mempunyai dua bagian besar yaitu screening dan
assessment, dimana penjumlahan semua skor akan menentukan seorang lansia pada
status gizi baik, beresiko malnutrisi, atau beresiko underweight (Darmojo, 2010).

Dalam pengukuran MNA ini, pengukuran antropometri menjadi salah satu yang
diukur untuk menilai status gizi lansia.

11
E. Pengukuran Antropometri

Antropometri berasal dari bahasa Yuani yiaitu antropos (tubuh) dan metros
(ukuran), jadi antropometri diartikan sebagai ukuran tubuh. Antropometri gizi
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri ini sangat umum
digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan
protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan
proporsi jaringan tubuh, seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Depkes,
2007).

Supariasa (2001) mengemukakan beberapa keunggulan antropometri gizi


sebagai berikut :

a. Prosedurnya sederhana, aman, dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang
besar

b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga yang
sudah dilatih

c. Alatnya murah, mudah dibawa, dan tahan lama

d. Metode ini tepat dan akurat karena dapat dibakukan

e. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau

f. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang, dan gizi buruk.

g. Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode


tertentu.

h. Metode antropometri gizi dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan
terhadap gizi.

Khusus pada penilaian status gizi lansia berdasarkan Mini Nutritional


Assessment, yang diukur dengan menggunakan metode antropometri adalah sebagai
berikut :

a. Berat Badan
Berat badan merupakan gambaran massa jaringan termasuk cairan tubuh.
Pengukuran berat badan ini paling sering digunakan untuk berbagai kelompok usia
karena pengukuran berat badan ini juga dapat digunakan sebagai indikator status gizi
pada saat skrining gizi dilakukan. Hal ini disebabkan karena berat badan sangat

12
sensitive terhadap berbagai perubahan komposisi tubuh, sehingga penurunan atau
kenaikan berat badan ini berkaitan erat dengan komposisi tubuh (Jus’at, 1995).
Arisman (2004) mengemukakan beberapa pertimbangan mengapa berat badan
paling sering digunakan sebagai indikator penialian status gizi, diantaranya :
1) Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat
karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.

2) Memberikan gambaran status gizi sekarang

3) Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas di
Indonesia sehingga tidak merupakan hal baru yang memerlukan penjelasan
secara meluas.
Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur.

b. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan hasil pertumbuhan kumulatif sejak lahir sehingga
parameter ini dapat memberikan gambaran mengenai riwayat status gizi masa lalu.
Tinggi badan ini diukur dengan menggunakan alat ukur dengan menggunakan alat
pengukuran seperti microtoise dengan ketepatan 1 cm tetapi bisa juga dengan alat
pengukuran non elastik ataupun metal. hal ini dikemukan oleh Humlea dalam
Natipulu (2002).

c. Indeks Massa Tubuh (IMT)


Indeks Massa Tubuh (IMT) atau biasa dikenal dengan Body Mass Index
merupakan alat ukur yang sering digunakan untuk mengetahui kekurangan dan
kelebihan berat badan seseorang.

Laporan FAO/WHO/UNU dalam Arisman (2004) menyatakan bahwa


batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Maa
Index (BMI). Di Indonesia istilah ini diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh
(IMT). Dimana IMT ini merupakan alat yang sederhana untuk memantau status
gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan
berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang
dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang.
Indeks Massa Tubuh (IMT) dapat diketuhi nilainya dengan menggunakan rumus :
IMT = Berat badan (kg)

Tinggi badan (m)2


13
Klasifikasi IMT untuk Indonesia merujuk kepada ketentuan WHO tahun 1985 dimana
klasifikasi ini dimodifikasi berdasarkan pengalaman klinis serta hasil penelitian di
Negara berkembang yang kemudian diklasifikasikan ke dalam Mini Nutritional
Assessment, klasifikasinya merupakan sebagai berikut :

Tabel 1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh

Kategori IMT

Kurang < 18,5

NNormal 18,5 – 25,0

Lebih < 25,0

Sumber : Depkes dalam Nurrachmah (2001)

d. Lingkar Lengan Atas (LLA)

Selain beberapa hal yang diukur di atas untuk mengidentifikasi status gizi
pada seseorang, Lingkar Lengan Atas (LLA) juga digunakan untuk menetapkan
dan mengidentifikasi status gizi . Bistrian dzn Blackburn (dalam Murray, 1986,
Clinical Method in antropometri : Dinamic of Nutrition support Assessment
Implementation) yang kemudian dikutip oleh Indriaty (2010) dalam bukunya
mengenai Antropometri.
Klasifikasi nilai Lingkar Lengan Atas (LLA) sebagai berikut :

1) LLA < 21 = buruk

2) LLA 21 sampai ≤ 22 = sedang

3) LLA > 22 = baik/normal


e. Lingkar Betis

Lingkar betis ini merupakan salah satu bagian yang diukur pada penilaian
antropometri khusu untuk melihat gambaran status gizi pada lansia.

14
2. Pemeriksaan Klinis

Pada pemeriksaan ini terdapat dua jenis kategori untuk mengetahui status gizi pada
lansia, diantaranya adalah :
a. Pemeriksaan fisik
Berbagai kelaianan akibat kurang gizi dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik
antara lain kehilangan lemak subkutan, ulkus dekubitus karena kekuurangan
protein dan enrgi, edema akibat kekurangan protein, penyembuhan luka yang
lambat karena defisiensi seng dan vitamin C. Manifestasi klinis lain yang sering
dijumpai pada lansia adalah gangguan keseimbangan cairan, khususnya dehidrasi.
Dehidrasi pada lansia dapat berupa peningkatan suhu tubuh, penurunan volume
urin, penurunan tekanan darah, mual, muntah, dan gagal ginjal akut (Darmojo,
2010).

b. Pemeriksaan Fungsional
Menurut Darmojo (2010) gangguan fungsi pada kemampuan untuk
menyiapkan makanan dan makan secara mandiri dapat menganggu asupan makan
seorang lansia. Seorang lansia yang dapat bergerak bebas di dalam rumah akan
banyak menyiapkan makanan sesuai dengan yang diinginkannya, sedangkan
lansia yang menderita stroke, misalnya, tidak dapat bergerak bebas untuk
menyiapkan
makanan sesuai seleranya sehingga hanya bergantung kepada orang lain
untuk makan. Fungsi kognitif dan psikologis juga menentukan status gizi lansia.
Sebagian besar kehiilangan berat badan pada lansia disebabkan karena depresi.

3. Biokimia

Pemeriksaan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara


laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang
digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati
dan otot. Selain itu,kadar protein dan kolesterol juga bisa dijadikan sebagai indikator
untuk mengetahui status gizi pada lansia.

Pengukuran simpanan protein tubuh seperti albumin, trransferin dan total iron
binding (TIBC) sering dipakai untuk mengukur status gizi lansia. Sementara serum

15
kolesterol yang rendah pada lansia juga merupakan indikator status gizi yang kurang
pada lansia (Darmojo, 2010).

a. Hemoglobin dan Hematokrit

Protein yang kaya akan protein disebut juga dengan hemoglobin. Hemoglobin ini
memiliki afinitas atau daya gabung terhadap oksigen dan oksigen tersebut membentuk
oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Pengukuran hemoglobin (Hb) dan kematokrit
(Ht) merupakan pengukuran yang mengindikasikan defisiensi sebagai bahan nutrisi.
Kadar hemoglobin dapat mencerminkan status protein pada malnutrisi berat. Pada
pengukuran hematokrit menggunakan satuan persen (%) dan untuk hemoglobin
menggunakan satuan gram/dl.

b. Transferin
Nilai serum transferin adalah parameter lain yang digunakan dalam mengkaji
status protein visceral. Serum transferin ini dihitung dengan menggunakan
kapasitas total iron binding capacity (TIBC), dengan menggunakan rumus sebagai
berikut (Blackburn dalam Arisman, 2004)

Transferin serum = ( 8 x TIBC ) - 43

c. Serum Albumin
Indikator yang tak kalah pentingnya dalam menilai status nutrisi dan
sintesa protein adalah nilai dari serum albumin. Kadar albumin rendah sering
terjadi pada keadaan infeksi, injuri, atau penyakit yang mempengaruhi kerja dari
hepar, ginjal, dan saluran pencernaan.
d. Keseimbangan Nitrogen

Pemeriksaan keseimbangan nitrogen digunakan untuk menentukan kadar


pemecahan protein di dalam tubuh. Dalam keadaan normal, tubuh memperoleh
nitrogen melalui makanan dan kemudian dikeluarkan melalui urin.

Seseorang beresiko mengalami malnutrisi protein terjadi jika nilai


keseimbangan nitrogen yang negatif terjadi secara terus menerus. Dikatakan
keseimbangan nitrogen dalam tubuh negative jika katabolisme protein melebihi
pemasukan protein melalui makanan yang dikonsumsi setiap hari (Nurachmah,
2001).
16
F. Pengaturan Makanan Untuk Lansia

Para ahli gizi menganjurkan bahwa untuk lansia yang sehat, menu sehari-hari
hendaknya :
1) Tidak berlebihan, tetapi cukup mengandung zat gizi sesuai dengan persyaratan
kebutuhan lansia.
2) Bervariasi jenis makanan dan cara olahnya.
3) Membatasi konsumsi lemak yang tidak kelihatan (menempel pada bahan pangan,
terutama pangan hewani).
4) Membatasi konsumsi gula dan minuman yang banyak mengandung gula.
5) Menghindari konsumsi garam yang terlalu banyak, merokok dan minuman
beralkohol.
6) Cukup banyak mengkonsumsi makanan berserat (buah-buahan, sayuran dan sereal)
untuk menghindari sembelit atau konstipasi.
7) Minuman yang cukup.
Menu makanan manula dalam sehari dapat disusun berdasarkan konsep ‘4 sehat 5
sempuna” atau “Konsep gizi seimbang” diantaranya :
- Kelompok makanan pokok (utama) : nasi (1 porsi= 200 gram)
- Kelompok lauk pauk : daging (1 potong= 50 gram), tahu (1 potong = 25 gr)
- Kelompok sayuran : bayam (1 mangkok = 1001 gr)
- Kelompok buah-buahan : pepaya (1 potong = 100 gr) dan susu (1 gelas = 100 gr)

G. Menu Untuk Lansia Dalam Sehari


WAKTU MENU PORSI
Pagi Roti-telur-susu 1 tangkep 1 gelas
Selingan Papais 2 bungkus
Siang Nasi 1 piring
Semur 1 potong
Pepes tahu 1 bungkus
Sayur bayam 1 mangkok
Pisang 1 buah
Selingan Kolak pisang 1 mangkok
Malam Mie baso 1 mangkok
Pepaya 1buah

17
H. Nutrisi dan Mineral–Mineral yang dapat Meningkatkan Sistem Imun lansia :
Beta-glucan
Adalah sejenis gula kompleks (polisakarida) yang diperoleh dari dinding sel ragi
roti, gandum, jamur (maitake). Hasil beberapa studi menunjukkan bahwa beta glucan
dapat mengaktifkan sel darah putih (makrofag dan neutrofil).
a. Hormon DHEA
Studi menggambarkan hubungan signifikan antara DHEA dengan aktivasi fungsi
imun pada kelompok orang tua yang diberikan DHEA level tinggi dan rendah. Juga
wanita menopause mengalami peningkatan fungsi imun dalam waktu 3 minggu setelah
diberikan DHEA. Protein: arginin dan glutamin. Lebih efektif dalam memelihara fungsi
imun tubuh dan penurunan infeksi pasca-pembedahan. Arginin mempengaruhi fungsi sel
T, penyembuhan luka, pertumbuhan tumor, dans ekresi hormon prolaktin, insulin, growth
hormon. Glutamin, asam amino semi esensial berfungsi sebagai bahan bakar dalam
merangsang limfosit dan makrofag, meningkatkan fungsi sel T dan neutrofil.
b. Lemak
Defisiensi asam linoleat (asam lemak omega 6) menekan respons antibodi, dan
kelebihan intake asam linoleat menghilangkan fungsi sel T. Konsumsi tinggi asam lemak
omega 3 dapat menurunkan sel T helper, produksi cytokine.
c. Yoghurt yang mengandung Lactobacillus acidophilus
dan probiotik lain. Meningkatkan aktivitas sel darah putih sehingga menurunkan
penyakit kanker, infeksi usus dan lambung, dan beberapa reaksi alergi.
d. Mikronutrien (vitamin dan mineral)
Vitamin yang berperan penting dalam memelihara sistem imun tubuh orang tua
adalah vitamin A, C, D, E, B6, dan B12. Mineral yang mempengaruhi kekebalan tubuh
adalah Zn, Fe, Cu, asam folat, dan Se.
e. Zinc
Menurunkan gejala dan lama penyakit influenza. Secara tidak langsung
mempengaruhi fungsi imun melalui peran sebagai kofaktor dalam pembentukan DNA,
RNA, dan protein sehingga meningkatkan pembelahan sellular.

18
Defisiensi Zn secara langsung menurunkan produksi limfosit T, respons limfosit T untuk
stimulasi/rangsangan, dan produksi IL-2.
f. Lycopene
Meningkatkan konsentrasi sel Natural Killer (NK)
g. Asam Folat 9
Meningkatkan sistem imun pada kelompok lansia. Studi di Canada pada
sekelompok hewan tikus melalui pemberian asam folate dapat meningkatkan distribusi
sel T dan respons mitogen (pembelahan sel untuk meningkatkan respons imun). Studi
terbaru menunjukkan intake asam folat yang tinggi mungkin meningkatkan memori
populasi lansia.
h. Fe (Iron)
Mempengaruhi imunitas humoral dan sellular dan menurunkan produksi IL-1.
i. Vitamin E 10
Melindungi sel dari degenerasi yang terjadi pada proses penuaan. Studi yang
dilakukan oleh Simin Meydani, PhD. di Boston menyimpulkan bahwa vitamin E dapat
membantu peningkatan respons imun pada penduduk lanjut usia. Vitamin E adalah
antioksidan yang melindungi sel dan jaringan dari kerusakan secara bertahap akibat
oksidasi yang berlebihan. Akibat penuaan pada respons imun adalah oksidatif secara
alamiah sehingga harus dimodulasi oleh vitamin E.
j. Vitamin C
Meningkatkan level interferon dan aktivitas sel imun pada orang tua, meningkatkan
aktivitas limfosit dan makrofag, serta memperbaiki migrasi dan mobilitas leukosit dari
serangan infeksi virus, contohnya virus influenzae.
k. Vitamin A
Berperan penting dalam imunitas non-spesifik melalui proses pematangan sel-sel T
dan merangsang fungsi sel T untuk melawan antigen asing, menolong mukosa membran
termasuk paru-paru dari invasi mikroorganisme, menghasilkan mukus sebagai antibodi
tertentu seperti: leukosit, air, epitel, dan garam organik, serta menurunkan mortalitas
campak dan diare. Beta karoten (prekursor vitamin A) meningkatkan jumlah monosit, dan
mungkin berkontribusi terhadap sitotoksik sel T, sel B, monosit, dan makrofag.
Gabungan/kombinasi vitamin A, C, dan E secara signifikan memperbaiki jumlah dan

19
aktivitas sel imun pada orang tua. Hal itu didukung oleh studi yang dilakukan di Perancis
terhadap penghuni panti wreda tahun 1997. Mereka yang diberikan suplementasi
multivitamin (A, C, dan E) memiliki infeksi pernapasan dan urogenital lebih rendah
daripada kelompok yang hanya diberikan plasebo.
l. Vitamin D
Menghambat respons limfosit Th-1.
m. Kelompok Vitamin B
Terlibat dengan enzim yang membuat konstituen sistem imun. Pada penderita
anemia defisiensi vitamin B12 mengalami penurunan sel darah putih dikaitkan dengan
fungsi imun. Setelah diberikan suplementasi vitamin B12, terdapat peningkatan jumlah
sel darah putih. Defisiensi vitamin B12 pada orang tua disebabkan oleh menurunnya
produksi sel parietal yang penting bagi absorpsi vitamin B12. Pemberian vitamin B6
(koenzim) pada orang tua dapat memperbaiki respons limfosit yang menyerang sistem
imun, berperan penting dalam produksi protein dan asam nukleat. Defisiensi vitamin B6
menimbulkan atrofi pada jaringan limfoid sehingga merusak fungsi limfoid dan merusak
sintesis asam nukleat, serta menurunnya pembentukan antibodi dan imunitas sellular.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 ke atas.
Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari
fase kehidupannya. Pertambahan usia akan menimbulkan beberapa perubahan, baik
secara fisik maupun mental. Perubahan ini akan memengaruhi kondisi seseorang dari
aspek psikologis, fisiologis dan sosioekonomi.
Angka Kecukupan Gizi (AKG) setiap individu akan berbeda sesuai dengan kondisi
masing-masing pada umumnya dihitung berdasarkan kebutuhan kalori atau energi. Hal
ini tergantung pada kondisi kesehatan, berat badan aktual, gizi untuk lansia pria dan
wanita sedikit berbeda karena adanya perbedaan dalam ukuran dan komposisi tubuh.
Pengaturan pola makan perlu diperhatikan pada lansi untuk dapat tetap sehat dalam
menjalankan aktivitasnya. Untuk mengetahui kecukupan pemenuhan zat gizi pada lansia
kita dapat melakukan beberapa pengukuran diantaranya, yaitu: Mini Nutritional
Assessment (MNA), pengukuran antropometri, dan pemeriksaan-pemeriksaan klinis serta
biokimia.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan baik dalam
pengetikan maupun materi yang dibawa, karena kami membuat makalah ini semata-mata
sebagai proses pembelajaran dalam Mata Kuliah Keperawatan Gerontik, kami menerima
dengan senang hati, ataskritik, dan evaluasi yang membangu nserta kami ucapkan
terimakasih banyak karena telah meluangkan waktuu ntuk membaca makalah ini.

21
DAFTAR PUSTAKA

Pedoman tata laksana gizi usia lanjut untuk tenaga kesehatan. 2003. Direktorat gizi masyarakat DJBKM.
Depkes RI
Santoso, Hana dan Andar Ismail.2009.Memahami Krisis Lanjut Usia. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Fatmah.2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga

Darmojo, B. (2010). Buku ajar geriatri (ilmu kesehatan lanjut usia). FK UI : Jakarta.

Gibson, R.S. (1999). Principle nutritional assessment. Oxford University Press : New York.

Jus’at, I. (1995). Teknik pengukuran antropometri pada pasien dewasa, dalam Pelatihan coordinator
tenaga gizi RI : Jakarta.

Natipulu, H (2002). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi lanjut usia (lansia), diakses pada
tanggal 6 September 2011, <http://eprints.lib.ui.ac.id/6767/>.

Nurachmah, E. (2001). Nutrisi dalam keperawatan. Sagung seto : Jakarta.

Supariasa, ID. (2001). Penilaian status gizi. EGC : Jakarta.

Hanata, Rizki. (2010). Pola Hidup Sehat untuk Lansia. Jakarta: CV. Toga Putra.

Mubarak, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin, 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi.
Salemba Medika, Jakarta.

Wahjudi, Nugroho. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta : EGC.


Akmaliyah, Novia. 2014. ApaSajaKebutuhanNutrisiLansia. http://lagizi.com/apa-saja-
kebutuhan-gizi-lansia/[Online]. Diakses: 12 April 2019 Pukul 15.30 WITA.

22

Anda mungkin juga menyukai