“PERSONALIA”
Disusun oleh:
Kelompok 2
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri farmasi mempunyai peranan yang penting dalam penyediaan obat,
maka industri farmasi berperan sebagai sarana penunjang kesehatan dan
menyediakan obat yang terjangkau oleh masyarakat. Pada pembuatan obat,
pengendalian menyeluruh sangat penting untuk menjamin bahwa konsumen
menerima obat yang bermutu tinggi. Pembuatan obat secara sembarangan tidak
dibenarkan bagi produk yang digunakan untuk menyelematkan jiwa, atau
memulihkan atau memelihara kesehatan. Untuk menjamin tercapainya
pemenuhan obat yang bermutu, pemerintah melalui Departemen Kesehatan telah
berupaya memberikan suatu pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
CPOB ini mutlak harus diterapkan oleh industri farmasi baik PMA atau PMDN
agar dihasilkan obat yang bermutu dan berkualitas bagi masyarakat.
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personel
berkualitas dalam jumlah yang memadi untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat.
Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh
pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai hygiene
yang berkaitan dengan pekerjaan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat ditarik beberapa rumusan masalah antara lain :
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
PERSONALIA
Suatu industri farmasi bertanggung jawab menyediakan personil yang sehat,
terkualifikasi dan dalam jumlah yang memadai agar proses produksi dapat
berjalan dengan baik. Semua personil harus memahami prinsip CPOB agar
produk yang dihasilkan bermutu (BPOM, 2009). Kesehatan personil hendaklah
dilakukan pada saat perekrutan, sehingga dapat dipastikan bahwa semua calon
karyawan (mulai dari petugas kebersihan, pemasangan dan perawatan peralatan,
personil produksi dan pengawasan hingga personil tingkat manajerial) memiliki
kesehatan fisik dan mental yang baik sehingga tidak akan berdampak pada mutu
produk yang dibuat. Di samping itu hendaklah dibuat dan dilaksanakan
program pemeriksaan kesehatan berkala yang mencakup pemeriksaan jenis-
jenis penyakit yang dapat berdampak pada mutu dan kemurnian produk akhir.
Untuk masing-masing karyawan hendaklah ada catatan tentang kesehatan mental
dan fisiknya (BPOM, 2009).
Dalam kualifikasi dan pengalaman personil yang diperlukan untuk tiap
posisi hendaklah ditetapkan secara tertulis yang disimpan oleh bagian SDM, tapi
juga dapat ditampilkan pada uraian tugas masing-masing (BPOM, 2009). Jumlah
personil yang memadai sangat mempengaruhi proses produksi. Kekurangan
jumlah personil cenderung mempengaruhi kualitas obat, karena tugas akan
dilakukan secara tergesa-gesa dengan segala akibatnya. Di samping itu,
kekurangan jumlah karyawan biasanya mengakibatkan kerja lembur sering
dilakukan yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dan mental baik bagi
operator ataupun supervisor atau malahan bagi personil pada tingkat lebih atas
yang melakukan evaluasi dan/atau mengambil keputusan (BPOM, 2009).
Kategori personil kunci bergantung pada kebijakan perusahaan/industri
apakah terbatas hanya pada Kepala Bagian Produksi, Kepala Bagian Pengawasan
Mutu dan Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Industri dapat
menentukan posisi lain yang lebih tinggi, sama atau lebih rendah dicakup dalam
kategori personil kunci. Yang harus dipertahankan adalah semua Kepala Bagian
Produksi dan Kepala BagianManajemen Mutu (Pemastian Mutu)/Kepala Bagian
pengawasan Mutu harus independen satu terhadap yang lain (BPOM, 2009).
Jumlah karyawan di semua tingkatan hendaklah cukup serta memiliki
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sesuai dengan tugasnya. Mereka
hendaklah juga memiliki kesehatan mental dan fisik yang baik sehingga mampu
melaksanakan tugasnya secara profesional dan sebagaimana mestinya. Mereka
hendaklah mempunyai sikap dan kesadaran tinggi untuk mewujudkan CPOB
(BPOM, 2001).
Dalam banyak hal, mutu produksi dalam satu bagian mempunyai pengaruh
yang penting bagi bagian pekerjaan lainnya, karena itu karyawan harus dilatih
supaya mengerti keterkaitan seperti itu. Melatih karyawan harian dalam
lingkungan pembuatan sangat penting, karena karyawan mendapatkan dirinya
dalam lingungan yang relatif teknis, berurusan dengan bahan kimia, dan bekerja
menggunakan sistem berat dan ukuran yang belum biasa bagi mereka. Pelatihan
buat karyawan juga berguna untuk memberikan pengetahuan tentang
perkembangan yang terjadi, pengetahuan tentang alat baru, meningkatkan
kemampuan kinerja, dan sebagainya.
PRINSIP
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar.
Oleh sebab itu industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan
personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan
semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-
masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB
serta memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi
mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaannya.
UMUM
2.1 Industri farmasi hendaklah memiliki personil yang terkualifikasi dan
berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap personil
hendaklah tidak dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk
menghindarkan risiko terhadap mutu obat.
2.2 Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan
kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab hendaklah
dicantum-kan dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh
didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk serta mempunyai tingkat
kualifikasi yang memadai. Hendaklah aspek penerapan CPOB tidak ada
yang terlewatkan ataupun tumpang tindih dalam tanggung jawab yang
tercantum pada uraian tugas.
PERSONIL KUNCI
2.3 Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian
Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu). Posisi utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala
bagian Produksi dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) /
kepala bagian Pengawasan Mutu harus independen satu terhadap yang
lain. Beberapa fungsi yang disebut dalam Butir-butir 2.5, 2.6 dan 2.7 bila
perlu dapat didelegasikan.
PELATIHAN
2.9 Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil
yang karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang
penyimpanan atau laboratorium (termasuk personil teknik, perawatan dan
petugas kebersihan), dan bagi personil lain yang kegiatannya dapat
berdampak pada mutu produk.
2.10 Di samping pelatihan dasar dalam teori dan praktik CPOB, personil baru
hendaklah mendapat pelatihan sesuai dengan tugas yang diberikan.
Pelatihan berkesinambungan hendaklah juga diberikan, dan efektifitas
penerapannya hendaklah dinilai secara berkala. Hendaklah tersedia
program pelatihan yang disetujui kepala bagian masing-masing. Catatan
pelatihan hendaklah disimpan.
2.11 Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada personil yang bekerja di
area di mana pencemaran merupakan bahaya, misalnya area bersih atau
area penanganan bahan berpotensi tinggi, toksik atau bersifat sensitisasi.
2.12 Pengunjung atau personil yang tidak mendapat pelatihan sebaiknya tidak
masuk ke area produksi dan laboratorium pengawasan mutu. Bila tidak
dapat dihindarkan, hendaklah mereka diberi penjelasan lebih dahulu,
terutama mengenai higiene perorangan dan pakaian pelindung yang
dipersyaratkan serta diawasi dengan ketat.
2.13 Konsep Pemastian Mutu dan semua tindakan yang tepat untuk
meningkatkan pemahaman dan penerapannya hendaklah dibahas secara
mendalam selama pelatihan.
2.14 Pelatihan hendaklah diberikan oleh orang yang terkualifikasi.