“PERSONALIA”
Oleh:
KELOMPOK V
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
KENDARI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
1. Siapa itu personalia dan hal-hal apa saja yang harus diperhatikan sebagai seorang
personalia?
2. Apa prinsip personalia dan siapa saja yang terlibat sebagai personol kunci dalam
suatu industri farmasi?
4. Apa saja pelatihan yang dilakukan oleh personalia dalam suatu industri farmasi?
3. Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa itu personalia dan hal-hal apa saja yang
harus diperhatikan sebagai seorang personalia.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui prinsip personalia dan siapa saja yang terlibat
sebagai personil kunci.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui organisasi serta kualifikasi dan tanggung jawab
personalia dalam suatu industri farmasi.
5.
4. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa itu personalia dan hal-hal apa saja yang harus
diperhatikan sebagai seorang personalia.
2. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip personalia dan siapa saja yang terlibat
sebagai personil kunci.
5.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PERSONALIA DAN HAL APA SAJA YANG HARUS DIPERHATIKAN SEBAGAI PERSONALIA
1. Personalia
Personalia menjadi salah satu aspek dalam CPOB karena secara prinsip sumber daya
manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan system pemastian mutu yang
memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu industri farmasi bertanggung
jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk
melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-
masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh
pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan
dengan pekerjaan. Dalam menjalankan tugasnya, tiap personil tidak dibebani tanggung
jawab yang berlebihan untuk menghindari risiko terhadap mutu obat. Maka dari itu, perlu
adanya suatu struktur organisasi untuk memperjelas tugas tiap personal.
Salah satu aspek CPOB adalah personalia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya di industri farmasi. Apoteker
sebagai personalia profesional harus memahami aspek-aspek teknik dan non teknik
penerapan CPOB disamping adanya pengetahuan dan keterampilan baik yang berhubungan
dengan kefarmasian ataupun kepemimpinan. Kedudukan apoteker diatur oleh peraturan
pemerintah yang dituangkan dalam Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), yaitu
apoteker berperan sebagai penanggung jawab produksi dan pengendali mutu. Untuk
menghasilkan sediaan obat jadi yang tetap memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan
sesuai dengan tujuan penggunaanya, maka setiap industri farmasi wajib menerapkan CPOB
dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan produksi.
Salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam
proses pembuatan produk steril, terutama dengan tehnik pembuatan secara
ASEPTIS adalah faktor PERSONALIA.
Berikut adalah beberapa persyaratan CPOB yang terkait dengan personalia yang
bekerja di ruang steril :
1. Personil yang bekerja di area bersih dan steril dipilih secara seksama untuk
memastikan bahwa mereka dapat diandalkan untuk bekerja dengan penuh disiplin
dan tidak mengidap suatu penyakit atau dalam kondisi kesehatan yang dapat
menimbulkan bahaya pencemaran mikrobiologis terhadap produk.
2. Hanya personil dalam jumlah terbatas yang diperlukan boleh berada di area bersih;
hal ini penting khususnya pada proses aseptik. Inspeksi dan pengawasan
dilaksanakan sedapat mungkin dari luar area bersih.
3. Standar higiene perorangan dan kebersihan yang tinggi adalah esensial. Personil
yang terlibat dalam pembuatan produk steril diinstruksikan untuk melaporkan
semua kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan penyebaran cemaran
4. Pakaian rumah dan pakaian kerja regular tidak boleh dibawa masuk ke dalam kamar
ganti pakaian yang berhubungan dengan ruang ber-Kelas B dan C. Untuk tiap
personil yang bekerja di Kelas A/B, pakaian kerja steril (disterilkan atau disanitasi
dengan memadai) harus disediakan untuk tiap sesi kerja.
5. Sarung tangan ecara rutin didisinfeksi selama bekerja. Masker dan sarung tangan
hendaklah diganti paling sedikit pada tiap sesi kerja.
6. Personil yang memasuki area bersih atau area steril harus mengganti dan
mengenakan pakaian khusus yang juga mencakup penutup kepala dan kaki. Pakaian
ini tidak boleh melepaskan serat atau bahan partikulat dan hendaklah mampu
menahan partikel yang dilepaskan oleh tubuh.
1. Setiap bagian dalam organisai perusahaan, dipimpin oleh orang yang berlainan.
Mereka tidak boleh mempunyai kepentingan lain diluar organisasi pabrik yang
dapat mambatasi tanggung jawabnya atau dapat menimbulkan pertentangan
kepentingan pabrik dan finansial.
2. Manajer produksi dan pengawasan mutu haruslah seorang apoteker yang cakap,
terlatih, dan berpengalaman di bidang farmasi dan keterampilan dalam
kepemimpinan.
3. Setiap karyawan atau mereka yang secara langsung ikut serta dalam kegiatan
pembuatan obat, hendaklah mengikuti latihan mengenai prinsip CPOB.
1. Prinsip Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem
pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu industri
farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah
yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami
tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip
CPOB serta memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi
mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaannya.
2. Personil Kunci
Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu dan
kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi utama tersebut dijabat oleh
personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu) / kepala bagian Pengawasan Mutu harus independen satu terhadap yang
lain.
3. ORGANISASI SERTA TANGGUNG JAWAB PERSONALIA DALAM INDUSTRI FARMASI.
1. Membuat produk baru, novel product (new moleculle entities dan senyawa
modifikasi)
2. Mengembangkan produk yang telah ada (me too product), yang meeliputi:
2. perbaikan kemasan
3. perbaikan dosis
4. perbaikan formula
5. PPIC
Oleh karena itu PPIC harus mengendalikan persediaan mulai dari bahan
awal (bahan baku dan bahan kemas) sampai obat jadi. Tujuan dari pengendalian
persediaan adalah menjaga agar persediaan tidak sampai habis sehingga tidak
menghambat proses produksi dan pemasaran produk.
PPIC mempunyai peran yang penting dalam perusahaan karena berkaitan erat
dengan cash flow dan kinerja bagian produksi.
Sasaran utama yang ingin dicapai adalah terciptanya proses produksi yang
efektif dan efisien serta menguntungkan bagi perusahaan. PPIC bertanggung
jawab dalam bidang production planning dan inventory control. Sasaran pokok
production planning adalah menyelesaikan permintaan atau pesanan pelanggan
tepat pada waktu, penghematan biaya produksi, memperlancar proses produksi.
Sedangkan tugas inventory control adalah mengantisipasi kemungkinan
terjadinya kekurangan atau kelebihan persediaan (stock out/over stock),
menghadapi fluktuasi harga.
Tugas-tugas PPIC :
Pemantauan ini dilakukan baik untuk proses produksi, stok yang ada di
gudang maupun yang didatangkan sehingga pelaksanan proses dan
pemasukan pasar tetap berjalan lancar dan seimbang. Untuk memperlancar
kegiatan produksi diperlukan adanya buffer stock atau safety stock, yang
ditetapkan berdasarkan jumlah pemakaian bahan dan lead time (yaitu
waktu yang diperlukan mulai dari bahan dipesan sampai barang masuk ke
gudang).
Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil yang karena
tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium
(termasuk personil teknik, perawatan dan petugas kebersihan), dan bagi personil lain
yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk. Di samping pelatihan dasar
dalam teori dan praktik CPOB, personil baru hendaklah mendapat pelatihan sesuai
dengan tugas yang diberikan. Pelatihan berkesinambungan hendaklah juga diberikan,
dan efektifitas penerapannya hendaklah dinilai secara berkala. Hendaklah tersedia
program pelatihan yang disetujui kepala bagian masing-masing. Catatan pelatihan
hendaklah disimpan.
Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada personil yang bekerja di area di mana
pencemaran merupakan bahaya, misalnya area bersih atau area penanganan bahan
berpotensi tinggi, toksik atau bersifat sensitisasi. Pengunjung atau personil yang tidak
mendapat pelatihan sebaiknya tidak masuk ke area produksi dan laboratorium
pengawasan mutu. Bila tidak dapat dihindarkan, hendaklah mereka diberi penjelasan
lebih dahulu, terutama mengenai higiene perorangan dan pakaian pelindung yang
dipersyaratkan serta diawasi dengan ketat.
Konsep Pemastian Mutu dan semua tindakan yang tepat untuk meningkatkan
pemahaman dan penerapannya hendaklah dibahas secara mendalam selama pelatihan
dan Pelatihan hendaklah diberikan oleh orang yang terkualifikasi.
5. Materi umum yang harus diberikan kepada semua personil pada hari pertama
kerjanya,
7. CPOB spesifik kepada personil berkaitan, misal bagi mereka yang menangani
pembuatan produk steril, menangani pembuatan produk toksis atau berpotensi
tinggi dan/atau bersifat sensitisasi,
8. Pemahaman semua Protap, metode analisis dan prosedur lain bagi personil
berkaitan, dan
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Sebagai seorang farmasis penting kita mengetahui siapa itu personalai serta hak
dan kewajiban yang harus di jalankan oleh seorang personalia utamanya bagi seorang
yang hendak terjun langsung dalam suatu industri farmasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006, Pedoman Cara Pembuaan Obat Yang Baik, Badan POM, Jakarta.
Priyambodo, Bambang., 2007, Manajemen Industri Farmasi edisi ke-1, Global Pustaka
Utama : Yogyakarta.