BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sistem pernafasan merupakan suatu sistem yang penting bagi kehidupan manusia, maka
sistem pernafasan harus di jaga dari patogen patogen yang dapat mempengaruhi pernafasan
manusia seperti penyakit asma bronkial. Asma merupakan penyakit radang kronis umum dari
saluran udara yang ditandai dengan gejala variabel dan berulang, obstruksi aliran udara
berlangsung secara reversibel, dan bronkospasme. Dari tahun ke tahun prevalensi penderita asma
semakin meningkat. Di Indonesia, penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan
menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in Children) tahun
1995 menunjukkan, prevalensi asma masih 2,1%, dan meningkat tahun 2003 menjadi dua kali
lipat lebih yakni 5,2%.
Asma terbukti menurunkan kualitas hidup penderitanya. Penderita asma perlu mendapatkan
perawatan dan pengobatan secara tepat, baik ketika di rumah sakit maupun di rumah. Home care
perlu dilakukan pada penderita asma guna menghindari faktor pencetus munculnya serangan
asma, memberikan terapi, dan edukasi pada penderita maupun keluarga tentang perawatan
penderita asma. Dengan memberikan home care pasien asma diharapkan dapat merasa lebih
nyaman karena perawatan dilakukan di rumah sehingga dapat membantu mempercepat proses
penyembuhan penyakitnya.
2.2.4 PATOFISIOLOGIASMA
Menurut Firshein (2006), ketika proses bernapas mengalami gangguan selama asma
seringkali diawali dengan faktor pemicu, seperti allergen, ketika hal tersebut terjadi maka tubuh
akan merespon dengan suatu reaksi sel peradangan yang kuat untuk melawan. Sel-sel tersebut
seperti eosinofil, sel mast, getah bening, basofil, neutrofil, dan makrofag, sel-sel ini memberikan
respon dengan mengeluarkan sejumlah zat kimia seperti protein-protein dan peroksida beracun
yang dimaksudkan meyerang faktor pemicu, namun juga merusak beberapa jaringan
yangmelapisi paru. Lama kelamaan serangan asma seringan sekalipun terbukti mampu menjadi
penyebab atau menjadi rentan terhadap rangsangan. Sebagai respon kejadian tersebut, jaringan
yang melapisi jalan pernapasan menjadi bengkak dan udara tidak dapat lagi bergerak cepat,
produksi mukus meningkat untuk melindungi jaringan yang rusak, akan tetapi akan menutupu
jalan napas, dan mengurangi kemampuan paru menyerap oksigen. Saraf simpatis yang terdapat
di bronkus, ketika terganggu atau terangsang maka terjadi bronkokontriksi yang menyebabkan
sulit bernapas, hasilnya adalah gejala khas dari asma, yaitu mengi, napas yang pendek, batuk,
berdahak, dan dada terasa sesak.
o Status asmatikus
o Atelektasis
o Hipoksemia
o Pneumothoraks
o Emfisema
o Deformitas thoraks
o Gagal nafas
2.2.9 PENATALAKSANAAN ASMA
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penjelasan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit asma, baik
pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan
penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnnya.
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
a. Pengobatan non farmakologik:
Memberikan penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pemberian cairan
Fisiotherapy
Beri O2 bila perlu.
b. Pengobatan farmakologik :
Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan.
1. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
Orsiprenalin (Alupent)
Fenoterol (berotec)
Terbutalin (bricasma)
2. Santin (teofilin)
Nama obat :
Aminofilin (Amicam supp)
Aminofilin (Euphilin Retard)
Teofilin (Amilex)
Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Manfaatnya
adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak.
Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis
dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat diberika secara oral.
2. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan peningkatan kerja pernapasan,
hipoksemia, dan ancaman gagal napas.
Tujuan : Pola nafas kembali efektif
Kriteri Hasil :
Pernapasan klien normal (16-20x/menit) tanpa adanya penggunaan otot bantu napas.
Tidak terdapat suara nafas tambahan atau wheezing.
Status tanda vital dalam batas normal.
Nadi 60 - 100x /menit
Rr 16-20 x/mnt
Klien dapat mendemonstrasikan teknik distraksi pernapasan.
Intervensi dan Rasional :
1. Pantau kecepatan, irama, kedalaman pernapasan dan usaha respirasi.
Rasional : Memantau pola pernafasan harus dilakukan terutama pada klien dengan gangguan
pernafasan .
2. Perhatikan pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot-otot bantu napas, serta retraksi
otot supraklavikular dan interkostal.
Rasional : melakukan pemeriksaan fisik pada paru dapat mengetahui kelainan yang terjadi pada
klien .
3. Auskultasi bunyi napas, perhatikan area penurunan / tidak adanya ventilasi dan adanya bunyi
napas tambahan.
Rasional : Adanya bunyi napas tambahan mengidentifikasikan adanya gangguan pada
pernapasan.
4. Pantau peningkatan kegelisahan, ansietas, dan tersengal-sengal.
Rasional : Ansietas dapat memicu pola pernapasan seseorang.
5. Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernapasan (posisi semi fowler) dan ajarkan pada
keluarga pasien untuk mengatur posisi pasien untuk mengoptimalkan pernapasan
Rasional : posisi semi fowler dapat memberikan kesempatan pada proses ekspirasi paru.
6. Anjurkan napas dalam melalui abdomen selama periode distress pernapasan
Rasional : Teknik distraksi dapat merileksasikan otot otot pernapasan.
7. Kolaborasi dengan dokter pemberian bronkodilator.
Rasional : pemberian bronkodilator via inhalasi akan langsung menuju area bronkus yang
mengalami spasme sehingga lebih cepat berdilatasi
3. Diagnosa Keperawatan :
Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan kelelahan otot respiratory ditandai dengan
dispnea, peningkatanPCO2, peningkatan penggunaan otot bantu napas
Tujuan : Pertukaran gas kembali efektif
Kriteria Hasil :
Klien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi dalam pernapasan.
Frekuensi napas 16-20 x /menit dan tidak sesak napas
Frekuensi nadi 60-120 x /menit.
Kulit tidak pucat ( PaO2 kurang dari 50 mm Hg.PaCO2 lebih dari 50 mm Hg dan PH 7,35-7,40 )
Saturasi oksigen dalam darah lebih dari 90%
Intervensi dan Rasional :
1. Pantau status pernapasan tiap 4 jam, intake dan output.
Rasional : untuk mengindenfikasi indikasi ke arah kemajuan atau penyimpangan dari hasil klien.
2. Tempatkan klien pada posisi semi fowler
Rasional: posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih baik.
3. Tingkatkan aktifitas secara bertahap, jelaskan bahwa fungsi pernapasan akan meningkat dengan
aktivitas.
Rasional : Mengoptimalkan fungsi paru sesuai dengan kemampuan aktivitas individu.
4. Berikan oksigen melalui kanula nasal 4 L/menit selanjutnya sesuaikan dengan hasil PaO2.
Rasional : pemberian oksigen mengurangi beban otot-otot pernafasan.
5. Berikan terapi intravena sesuai anjuran (kolaborasi dengan dokter)
Rasional : Untuk memungkinkan dehidrasi yang cepat dan tepat mengikuti keadaan vaskuler
untuk pemberian obat-obat darurat.
4. Diagnosa Keperawatan :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai
oksigen ditandai dengan kelelahan, dispnea, sianosis
Tujuan : Klien dapat melakukan aktivitas sesuai kebutuhan .
Kriteria hasil :
Klien dapat beraktivitas sesuai kebutuhannya
Pernapasan klien normal (16-20 x/menit) dan tidak sesak napas
Frekuensi nadi 60-120 x /menit.
Klien dapat mendemonstrasikan teknik distraksi yang diajarkan
Intervensi dan Rasional :
1. Jelaskan aktivitas dan faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigen
Rasional : merokok, suhu ekstrem dan stress menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dan
meningkatkan beban jantung .
2. Ajarkan pasien dan keluarga melakukan progam relaksasi
Rasional : mempertahankan, memperbaiki pola nafas teratur .
3. Buat jadwal aktivitas harian, tingkatkan secara bertahap.
Rasional : mepertahankan pernapasan lambat dengan tetap memperhatikan latihan fisik
memungkinkan peningkatan kemampuan otot bantu pernapasan
4. Pertahankan terapi oksigen tambahan .
Rasional : mempertahankan, memperbaiki dan meningkatkan konsentrasi oksigen darah.
5. Kaji respon abnormal setelah aktivitas.
Rasional : respon abnormal meliputi nadi, tekanan darah, dan pernafasan yang meningkat .
6. Beri waktu istirahat yang cukup.
Rasional : meningkatkan daya tahan klien, mencegah kelelahan